Anda di halaman 1dari 64

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

S DENGAN STEMI
DI RUANG ICU RSUD PANEMBAHAN SENOPATI

Disusun untuk Memenuhi tugas Praktik Klinik Keperawatan Mata Kuliah


Manajemen Keperawatan

Disusun Oleh :
1. Andri Susilowati NIM. P07120213005
2. Arsinda Prastiwi NIM. P07120213007
3. Diego Jazman Rois NIM. P07120213012
4. Ichtiarfi Waryanuarita NIM. P07120213020
5. Wanti Nurin Salasa NIM. P07120213037

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
2016
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. S DENGAN STEMI


DI RUANG ICU RSUD PANEMBAHAN SENOPATI

Disusun Oleh :
1. Andri Susilowati NIM. P07120213005
2. Arsinda Prastiwi NIM. P07120213007
3. Diego Jazman Rois NIM. P07120213012
4. Ichtiarfi Waryanuarita NIM. P07120213020
5. Wanti Nurin Salasa NIM. P07120213037

Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal Mei 2016


Oleh :

Mengetahui,
Pembimbing Pendidikan Pembimbing Lapangan

( ) ( )
BAB I
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Miokard infark merupakan kematian jaringan miokard yang
diakibatkan penurunan secara tiba-tiba aliran darah arteri koronaria ke
jantung atau terjadinya peningkatan kebutuhan oksigen secara tiba-tiba
tanpa perfusi arteri koronaria yang cukup. (Sudiarto,2011).
Sindroma koroner akut dengan elevasi segment ST atau disebut juga
STEMI (ST Elevasi Myocard Infarction) adalah oklusi koroner akut dengan
iskemia miokard berkepanjangan yang pada akhirnya akan menyebabkan
kematian miosit kardiak. Kerusakan miokard yang terjadi tergantung pada
letak dan lamanya sumbatan aliran darah, ada atau tidaknya kolateral, serta
luas wilayah miokard yang diperdarahi pembuluh darah yang tersumbat
(SPM RSJP Harapan Kita, 2009).
STEMI (ST Elevasi Myocard Infarction)merupakan bagian dari
sindrom koroner akut yang ditandai dengan adanya elevasi segmen ST.
STEMI terjadi karena oklusi total pembuluh darah koroner yang tiba-tiba
(Fuster, 2007).
Iskemia terjadi oleh karena obstruksi, kompresi, ruptur karena
trauma dan vasokonstriksi. Obstruksi pembuluh darah dapat disebabkan
oleh embolus, trombus atau plak aterosklerosis. Kompresi secara mekanik
dapat disebabkan oleh tumor, volvulus atau hernia. Ruptur karena trauma
disebabkan oleh aterosklerosis dan vaskulitis. Vaskokonstriksi pembuluh
darah dapat disebabkan obat-obatan seperti kokain (Wikipedia, 2010).
Infark miokard adalah perkembangan cepat dari nekrosis otot
jantung yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen (Fenton, 2009). Klinis sangat mencemaskan karena
sering berupa serangan mendadak umumya pada pria 35-55 tahun, tanpa
gejala pendahuluan (Santoso, 2005)
ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) adalah rusaknya bagian otot
jantung secara permanen akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh proses
degeneratif maupun di pengaruhi oleh banyak faktor dengan ditandai
keluhan nyeri dada, peningkatan enzim jantung dan ST elevasi pada
pemeriksaan EKG. STEMI adalah cermin dari pembuluh darah koroner
tertentu yang tersumbat total sehingga aliran darahnya benar-benar terhenti,
otot jantung yang dipendarahi tidak dapat nutrisi-oksigen dan mati.

Lokasi infark miokard berdasarkan perubahan gambaran EKG:

No. Lokasi Gambaran EKG


1 Anterior Elevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di V1-V4/V5
2 Anteroseptal Elevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di V1-V3
3 Anterolateral Elevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di V1-V6 dan
I dan aVL
4 Lateral Elevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di V5-V6 dan
inversi gelombang T/elevasi ST/gelombang Q di I dan
aVL
5 Inferolateral Elevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di II, III, aVF,
dan V5-V6 (kadang-kadang I dan aVL).
6 Inferior Elevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di II, III, dan
aVF
7 Inferoseptal Elevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di II, III, aVF,
V1-V3
8 True posterior Gelombang R tinggi di V1-V2 dengan segmen ST depresi
di V1-V3. Gelombang T tegak di V1-V2
9 RV Infraction Elevasi segmen ST di precordial lead (V3R-V4R).
Biasanya ditemukan konjungsi pada infark inferior.
Keadaan ini hanya tampak dalam beberapa jam pertama
infark.
B. Etiologi
Menurut Alpert (2010), infark miokard terjadi oleh penyebab yang
heterogen, antara lain:
1. Infark miokard tipe 1
Infark miokard secara spontan terjadi karena ruptur plak, fisura, atau
diseksi plak aterosklerosis. Selain itu, peningkatan kebutuhan dan
ketersediaan oksigen dan nutrien yang inadekuat memicu munculnya
infark miokard. Hal-hal tersebut merupakan akibat dari anemia, aritmia
dan hiper atau hipotensi.
2. Infark miokard tipe 2
Infark miokard jenis ini disebabkan oleh vaskonstriksi dan spasme
arteri menurunkan aliran darah miokard.
3. Infark miokard tipe 3
Pada keadaan ini, peningkatan pertanda biokimiawi tidak
ditemukan. Hal ini disebabkan sampel darah penderita tidak didapatkan
atau penderita meninggal sebelum kadar pertanda biokimiawi sempat
meningkat.
4. Infark miokard tipe 4a
Peningkatan kadar pertanda biokimiawi infark miokard (contohnya
troponin) 3 kali lebih besar dari nilai normal akibat pemasangan
percutaneous coronary intervention (PCI) yang memicu terjadinya
infark miokard.
5. Infark miokard tipe 4b
Infark miokard yang muncul akibat pemasangan stent trombosis.
6. Infark miokard tipe 5
Peningkatan kadar troponin 5 kali lebih besar dari nilai normal.
Kejadian infark miokard jenis ini berhubungan dengan operasi bypass
koroner. Ada empat faktor resiko biologis infark miokard yang tidak
dapat diubah, yaitu usia, jenis kelamin, ras, dan riwayat keluarga. Resiko
aterosklerosis koroner meningkat seiring bertambahnya usia. Penyakit
yang serius jarang terjadi sebelum usia 40 tahun. Faktor resiko lain
masih dapat diubah, sehingga berpotensi dapat memperlambat proses
aterogenik (Santoso, 2005). Faktor- faktor tersebut adalah abnormalitas
kadar serum lipid, hipertensi, merokok, diabetes, obesitas, faktor
psikososial, konsumsi buah-buahan, diet dan alkohol, dan aktivitas fisik
(Ramrakha, 2006).
Menurut Anand (2008), wanita mengalami kejadian infark miokard
pertama kali 9 tahun lebih lama daripada laki-laki. Perbedaan onset infark
miokard pertama ini diperkirakan dari berbagai faktor resiko tinggi yang
mulai muncul pada wanita dan laki-laki ketika berusia muda. Wanita
agaknya relatif kebal terhadap penyakit ini sampai menopause, dan
kemudian menjadi sama rentannya seperti pria. Hal diduga karena adanya
efek perlindungan estrogen (Santoso, 2005).
Abnormalitas kadar lipid serum yang merupakan faktor resiko
adalah hiperlipidemia. Hiperlipidemia adalah peningkatan kadar kolesterol
atau trigliserida serum di atas batas normal. The National Cholesterol
Education Program (NCEP) menemukan kolesterol LDL sebagai faktor
penyebab penyakit jantung koroner. The Coronary Primary Prevention Trial
(CPPT) memperlihatkan bahwa penurunan kadar kolesterol juga
menurunkan mortalitas akibat infark miokard (Brown, 2006).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140
mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Peningkatan tekanan
darah sistemik meningkatkan resistensi vaskuler terhadap pemompaan
darah dari ventrikel kiri. Akibatnya kerja jantung bertambah, sehingga
ventrikel kiri hipertrofi untuk meningkatkan kekuatan pompa. Bila proses
aterosklerosis terjadi, maka penyediaan oksigen untuk miokard berkurang.
Tingginya kebutuhan oksigen karena hipertrofi jaringan tidak sesuai dengan
rendahnya kadar oksigen yang tersedia (Brown, 2006).
Merokok meningkatkan resiko terkena penyakit jantung kororner
sebesar 50%. Seorang perokok pasif mempunyai resiko terkena infark
miokard.
Di Inggris, sekitar 300.000 kematian karena penyakit kardiovaskuler
berhubungan dengan rokok (Ramrakha, 2006). Menurut Ismail (2004),
penggunaan tembakau berhubungan dengan kejadian miokard infark akut
prematur di daerah Asia Selatan.
Obesitas meningkatkan resiko terkena penyakit jantung koroner.
Sekitar 25-49% penyakit jantung koroner di negara berkembang
berhubungan dengan peningkatan indeks masa tubuh (IMT). Overweight
didefinisikan sebagai IMT > 25-30 kg/m dan obesitas dengan IMT > 30
kg/m
Obesitas sentral adalah obesitas dengan kelebihan lemak berada di
abdomen. Biasanya keadaan ini juga berhubungan dengan kelainan
metabolik seperti peninggian kadar trigliserida, penurunan HDL,
peningkatan tekanan darah, inflamasi sistemik, resistensi insulin an diabetes
melitus tipe II (Ramrakha, 2006).
Faktor psikososial seperti peningkatan stres kerja, rendahnya
dukungan sosial, personalitas yang tidak simpatik, ansietas dan depresi
secara konsisten meningkatkan resiko terkena aterosklerosis (Ramrakha,
2006).
Resiko terkena infark miokard meningkat pada pasien yang
mengkonsumsi diet yang rendah serat, kurang vitamin C dan E, dan bahan-
bahan polisitemikal. Mengkonsumsi alkohol satu atau dua sloki kecil per
hari ternyata sedikit mengurangi resiko terjadinya infark miokard. Namun
bila mengkonsumsi berlebihan, yaitu lebih dari dua sloki kecil per hari,
pasien memiliki peningkatan resiko terkena penyakit (Beers, 2004).

C. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala infark miokard ( TRIAS ) adalah :
1. Nyeri :
a. Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus-menerus tidak
mereda, biasanya diatas region sternal bawah dan abdomen bagian
atas, ini merupakan gejala utama.
b. Keparahan nyeri dapat meningkat secaara menetap sampai nyeri
tidak tertahankan lagi.
c. Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat
menjalar ke bahu dan terus ke bawah menuju lengan (biasanya
lengan kiri).
d. Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau
gangguan emosional), menetap selama beberapa jam atau hari, dan
tidak hilang dengan bantuan istirahat atau nitrogliserin (NTG).
e. Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher.
f. Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis
berat, pening atau kepala terasa melayang dan mual muntah.
g. Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri yang
hebat karena neuropati yang menyertai diabetes dapat mengganggu
neuroreseptor (mengumpulkan pengalaman nyeri).
2. Laboratorium
Pemeriksaan Enzim jantung :
a. CPK-MB/CPK
Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat
antara 4-6 jam, memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal
dalam 36-48 jam.
b. LDH/HBDH
Meningkat dalam 12-24 jam dam memakan waktu lama
untuk kembali normal
c. AST/SGOT
Meningkat ( kurang nyata/khusus ) terjadi dalam 6-12 jam,
memuncak dalam 24 jam, kembali normal dalam 3 atau 4 hari
3. EKG
Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal adanya gelombang T
tinggi dan simetris. Setelah ini terdapat elevasi segmen ST.Perubahan
yang terjadi kemudian ialah adanya gelombang Q/QS yang
menandakan adanya nekrosis.
Skor nyeri menurut White :
0 = tidak mengalami nyeri

1 = nyeri pada satu sisi tanpa menggangu aktifitas

2 = nyeri lebih pada satu tempat dan mengakibatkan terganggunya


aktivitas, misalnya kesulitan bangun dari tempat tidur, sulit
menekuk kepala dan lainnya.

D. Komplikasi
Adapun komplikasi yang terjadi pada pasien STEMI, adalah:
a. Disfungsi ventrikuler
Setelah STEMI, ventrikel kiri akan mengalami perubahan serial
dalambentuk, ukuran, dan ketebalan pada segmen yang mengalami
infark dan non infark. Proses inidisebut remodeling ventikuler dan
umumnya mendahului berkembangnya gagal jantung secara klinis
dalam hitungan bulan atau tahun pasca infark. Segera setelah infark
ventrikel kiri mengalami dilatasi.Secara akut, hasil ini berasal dari
ekspansi infark al ; slippage serat otot, disrupsi sel miokardial normal
dan hilangnya jaringan dalam zona nekrotik.
Selanjutnya, terjadi pula pemanjangan segmen noninfark,
mengakibatkan penipisan yang didisprosional dan elongasi zona infark.
Pembesaran ruang jantung secara keseluruhan yang terjadi dikaitkan
ukuran dan lokasi infark, dengan dilatasi tersebar pasca infark pada
apeks ventikrel kiri yang yang mengakibatkan penurunan hemodinamik
yang nyata, lebih sering terjadi gagal jantung dan prognosis lebih buruk.
Progresivitas dilatasi dan konsekuensi klinisnya dapat dihambat dengan
terapi inhibitor ACE dan vasodilator lain. Pada pasien dengan fraksi
ejeksi < 40 % tanpa melihat ada tidaknya gagal jantung, inhibitor ACE
harus diberikan.
b. Gangguan hemodinamik
Gagal pemompaan ( puump failure ) merupakan penyebab utama
kematian di rumah sakit pada STEMI. Perluasaan nekrosis iskemia
mempunyai korelasi yang baik dengan tingkat gagal pompa dan
mortalitas, baik pada awal ( 10 hari infark ) dan sesudahnya. Tanda
klinis yang sering dijumpai adalah ronkhi basah di paru dan bunyi
jantung S3 dan S4 gallop. Pada pemeriksaan rontgen dijumpai kongesti
paru.
c. Gagal jantung
d. Syok kardiogenik
e. Perluasan IM
f. Emboli sitemik/pilmonal
g. Perikardiatis
h. Ruptur
i. Ventrikrel
j. Otot papilar
k. Kelainan septal ventrikel
l. Disfungsi katup
m. Aneurisma ventrikel
n. Sindroma infark pascamiokardias

E. Patofisiologi
Kejadian infark miokard diawali dengan terbentuknya aterosklerosis
yang kemudian ruptur dan menyumbat pembuluh darah.
Penyakitaterosklerosis ditandai dengan formasi bertahap fatty plaque di
dalam dindingarteri. Lama-kelamaan plak ini terus tumbuh ke dalam lumen,
sehinggadiameter lumen menyempit. Penyempitan lumen mengganggu
aliran darah kedistal dari tempat penyumbatan terjadi (Ramrakha, 2006).
Faktor-faktor seperti usia, genetik, diet, merokok, diabetes
mellitustipe II, hipertensi, reactive oxygen species dan inflamasi
menyebabkandisfungsi dan aktivasi endotelial. Pemaparan terhadap faktor-
faktor di atasmenimbulkan injury bagi sel endotel. Akibat disfungsi endotel,
sel-sel tidak dapat lagi memproduksi molekul-molekul vasoaktif seperti
nitric oxide, yang berkerja sebagai vasodilator, anti-trombotik dan anti-
proliferasi. Sebaliknya,disfungsi endotel justru meningkatkan produksi
vasokonstriktor, endotelin-1,dan angiotensin II yang berperan dalam
migrasi dan pertumbuhan sel(Ramrakha, 2006).
Leukosit yang bersirkulasi menempel pada sel endotel
teraktivasi.Kemudian leukosit bermigrasi ke sub endotel dan berubah
menjadi makrofag. Di sini makrofag berperan sebagai pembersih dan
bekerja mengeliminasikolesterol LDL. Sel makrofag yang terpajan dengan
kolesterol LDL teroksidasi disebut sel busa (foam cell). Faktor pertumbuhan
dan trombositmenyebabkan migrasi otot polos dari tunika media ke dalam
tunika intima dan proliferasi matriks. Proses ini mengubah bercak lemak
menjadi ateromamatur. Lapisan fibrosa menutupi ateroma matur,
membatasi lesi dari lumen pembuluh darah. Perlekatan trombosit ke tepian
ateroma yang kasar menyebabkan terbentuknya trombosis. Ulserasi atau
ruptur mendadak lapisanfibrosa atau perdarahan yang terjadi dalam ateroma
menyebabkan oklusi arteri(Price, 2006).
Penyempitan arteri koroner segmental banyak disebabkan oleh
formasi plak. Kejadian tersebut secara temporer dapat memperburuk
keadaanobstruksi, menurunkan aliran darah koroner, dan menyebabkan
manifestasiklinis infark miokard. Lokasi obstruksi berpengaruh terhadap
kuantitasiskemia miokard dan keparahan manifestasi klinis penyakit. Oleh
sebab itu,obstruksi kritis pada arteri koroner kiri atau arteri koroner
desendens kiri berbahaya (Selwyn, 2005).
Pada saat episode perfusi yang inadekuat, kadar oksigen ke
jaringanmiokard menurun dan dapat menyebabkan gangguan dalam fungsi
mekanis, biokimia dan elektrikal miokard. Perfusi yang buruk ke
subendokard jantungmenyebabkan iskemia yang lebih berbahaya.
Perkembangan cepat iskemiayang disebabkan oklusi total atau subtotal
arteri koroner berhubungan dengankegagalan otot jantung berkontraksi dan
berelaksasi (Selwyn, 2005).
Selama kejadian iskemia, terjadi beragam abnormalitas
metabolisme,fungsi dan struktur sel. Miokard normal memetabolisme asam
lemak danglukosa menjadi karbon dioksida dan air. Akibat kadar oksigen
yang berkurang, asam lemak tidak dapat dioksidasi, glukosa diubah menjadi
asamlaktat dan pH intrasel menurun. Keadaaan ini mengganggu stabilitas
membransel. Gangguan fungsi membran sel menyebabkan kebocoran kanal
K+ danambilan Na+ oleh monosit. Keparahan dan durasi dari
ketidakseimbanganantara suplai dan kebutuhan oksigen menentukan
apakah kerusakan miokardyang terjadi reversibel (<20 menit) atau
ireversibel (>20 menit). Iskemia yangireversibel berakhir pada infark
miokard (Selwyn, 2005).
Ketika aliran darah menurun tiba-tiba akibat oklusi trombus di
arterikoroner, maka terjadi infark miokard tipe elevasi segmen ST
(STEMI).Perkembangan perlahan dari stenosis koroner tidak menimbulkan
STEMIkarena dalam rentang waktu tersebut dapat terbentuk pembuluh
darahkolateral. Dengan kata lain STEMI hanya terjadi jika arteri koroner
tersumbatcepat (Antman, 2005).
Infark miokard dapat bersifat transmural dan
subendokardial(nontransmural). Infark miokard transmural disebabkan oleh
oklusi arterikoroner yang terjadi cepat yaitu dalam beberapa jam hingga
minimal 6-8 jam.Semua otot jantung yang terlibat mengalami nekrosis
dalam waktu yang bersamaan. Infark miokard subendokardial terjadi hanya
di sebagian miokarddan terdiri dari bagian nekrosis yang telah terjadi pada
waktu berbeda-beda(Selwyn, 2005)
STEMI umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara
mendadak setelah oklusi thrombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada
sebelumnya. Stenosis arteri koroner derajat tinggi yang berkembang secara
lambat biasanya tidak memicu STEMI karena berkembangnya banyak
kolateral sepanjang waktu. STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi
secara cepat pada lokasi injuri vascular. Pada sebagian besar kasus, infark
terjadi jika plak aterosklerosis mengalami fisur, rupture atau ulserasi dan
jika kondisi local atau sistemik memicu trombogenesis, sehingga terjadi
thrombus mural pada lokasi rupture yang mengakibatkan oklusi arteri
koroner. Penelitian histology menunjukkan plak koroner cendeeung
mengalami rupture jika mempunyai vibrous cap yang tipis dan intinya kaya
lipid (lipid rich core).
Infark Miokard yang disebabkan trombus arteri koroner dapat
mengenai endokardium sampai epikardium,disebut infark transmural,
namun bisa juga hanya mengenai daerah subendokardial,disebut infark
subendokardial. Setelah 20 menit terjadinya sumbatan,infark sudah dapat
terjadi pada subendokardium,dan bila berlanjut terus rata-rata dalam 4 jam
telah terjadi infark transmural. Kerusakan miokard ini dari endokardium ke
epikardium menjadi komplit dan ireversibel dalam 3-4 jam. Meskipun
nekrosis miokard sudah komplit,proses remodeling miokard yang
mengalami injury terus berlanjut sampai beberapa minggu atau bulan karena
daerah infark meluas dan daerah non infark mengalami dilatasi.
F. Pathway
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang dan Hasil
1. EKG
Segmen ST elevasi, namun normal saat serangan hilang
Aritmia (bila ada harus dicatat)
2. Enzim Jantung.
CPKMB, LDH, AST
3. Elektrolit.
Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan kontraktilitas,
missal hipokalemi, hiperkalemi
4. Laboratorium Darah
- Complete Blood Cells Count
Anemia dan PCV menurun
Leukosit
- Fraksi lemak
Terutama kolesterol (LDL / HDL) dan trigliserid
- Serum tiroid
Hipothiroid / hiperthiroid
- Cardio iso enzim
5. Kecepatan sedimentasi
Meningkat pada ke-2 dan ke-3 setelah AMI , menunjukkan inflamasi.
6. Kimia
Mungkin normal, tergantung abnormalitas fungsi atau perfusi organ
akut atau kronis
7. GDA
Dapat menunjukkan hypoksia atau proses penyakit paru akut atau
kronis.
8. Kolesterol atau Trigliserida serum
Meningkat, menunjukkan arteriosclerosis sebagai penyebab AMI.
9. Radiologi
- Thorax Rontgen : hipertrofi jantung
- Echocardiogram : melihat penyimpangan gerakan katub, ukuran
ruang katub
- Scanning jantung : untuk melihat luas daerah ischemic pada
jantung
- Ventrikulagrafi : untuk melihat kemampuan kontraksi otot
jantung
- Katerisasi jantung : untuk melihat lokasi sumbatan dengan tepat
10. Ekokardiogram
Dilakukan untuk menentukan dimensi serambi, gerakan katup atau
dinding ventrikuler dan konfigurasi atau fungsi katup.
11. Pemeriksaan pencitraan nuklir
Talium : mengevaluasi aliran darah miocardia dan status sel miocardia
missal lokasi atau luasnya IMA
Technetium : terkumpul dalam sel iskemi di sekitar area nekrotik
12. Pencitraan darah jantung (MUGA)
Mengevaluasi penampilan ventrikel khusus dan umum, gerakan dinding
regional dan fraksi ejeksi (aliran darah)
13. Angiografi koroner
Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner. Biasanya
dilakukan sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi dan
mengkaji fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi). Prosedur tidak selalu
dilakukan pad fase AMI kecuali mendekati bedah jantung angioplasty
atau emergensi.
14. Digital subtraksion angiografi (PSA)
Teknik yang digunakan untuk menggambarkan
15. Nuklear Magnetic Resonance (NMR)
Memungkinkan visualisasi aliran darah, serambi jantung atau katup
ventrikel, lesivaskuler, pembentukan plak, area nekrosis atau infark dan
bekuan darah.
16. Tes stress olah raga
Menentukan respon kardiovaskuler terhadap aktifitas atau sering
dilakukan sehubungan dengan pencitraan talium pada fase
penyembuhan.

H. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Primer
a. Airways
- Sumbatan atau penumpukan secret
- Wheezing atau krekles
b. Breathing
- Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
- RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
- Ronchi, krekles
- Ekspansi dada tidak penuh
- Penggunaan otot bantu nafas
c. Circulation
- Nadi lemah , tidak teratur
- Takikardi
- TD meningkat / menurun
- Edema
- Gelisah
- Akral dingin
- Kulit pucat, sianosis
- Output urine menurun
2. Pengkajian Sekunder
a. Pemeriksaan fisik
1) Aktifitas
Gejala : Kelemahan, Kelelahan, Tidak dapat tidur, Pola hidup
menetap, Jadwal olah raga tidak teratur
Tanda :
- Takikardi
- Dispnea pada istirahat atau aktivitas
2) Sirkulasi
Gejala : riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner,
masalah tekanan darah, diabetes mellitus.
Tanda :
- Tekanan darah, Dapat normal / naik / turun, Perubahan
postural dicatat dari tidur sampai duduk atau berdiri
- Nadi: Dapat normal , penuh atau tidak kuat atau lemah
/ kuat kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat,
tidak teratus (disritmia)
- Bunyi jantung : Bunyi jantung ekstra : S3 atau S4
mungkin menunjukkan gagal jantung atau penurunan
konraktilits atau komplain ventrikel
- Murmur: Bila ada menunjukkan gagal katup atau
disfungsi otot jantung
- Friksi ; dicurigai Perikarditis
- Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur
- Edema
- Distensi vena juguler, edema dependent , perifer,
edema umum,krekles mungkin ada dengan gagal
jantung atau ventrikel
- Warna :Pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran
mukossa atau bibir
3) Integritas Ego
Tanda : menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata,
gelisah, marah, perilaku menyerang, focus pada diri sendiri,
koma nyeri
Gejala : menyangkal gejala penting atau adanya kondisi
takut mati, perasaan ajal sudah dekat, marah pada penyakit
atau perawatan, khawatir tentang keuangan, kerja, keluarga
4) Eliminasi
Tanda : normal, bunyi usus menurun.
5) Makanan atau cairan
Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat,
muntah, perubahan berat badan
Gejala : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau
terbakar
6) Hygiene
Gejala atau tanda : lesulitan melakukan tugas perawatan
7) Neurosensori
Tanda : perubahan mental, kelemahan
Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun
(duduk atau istrahat )
8) Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala :
- Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak
berhubungan dengan aktifitas ), tidak hilang dengan
istirahat atau nitrogliserin (meskipun kebanyakan nyeri
dalam dan viseral)
- Lokasi: Tipikal pada dada anterior, substernal ,
prekordial, dapat menyebar ke tangan, ranhang, wajah.
Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrium, siku,
rahang, abdomen, punggung, leher.
- Kualitas: “Crushing ”, menyempit, berat, menetap,
tertekan, seperti dapat dilihat Biasanya 10(pada skala 1
-10), mungkin pengalaman nyeri paling buruk yang
pernah dialami.
- Catatan: nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca
operasi, diabetes mellitus , hipertensi, lansia.
9) Pernafasan:
Tanda :
- peningkatan frekuensi pernafasan
- nafas sesak / kuat
- pucat, sianosis
- bunyi nafas ( bersih, krekles, mengi ), sputum
Gejala :
- dispnea tanpa atau dengan kerja
- dispnea nocturnal
- batuk dengan atau tanpa produksi sputum
- riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis.
10) Interkasi Sosial
Tanda :
- Kesulitan istirahat dengan tenang
- Respon terlalu emosi ( marah terus-menerus, takut )
- Menarik diri
Gejala :
- Stress
- Kesulitan koping dengan stressor yang ada missal :
penyakit, perawatan di RS
b. Data penunjang lain dan Laboratorium
Jenis Interpretasi Hasil
Pemeriksaan
EKG Masa setelah serangan:
Beberapa jam: variasi normal, perubahan tidak khas
sampai adanya Q patologis dan elevasi segmen ST
Sehari/kurang seminggu: inversi gelombang T dan
elvasi ST berkurang
Seminggu/beberapa bulan: gelombang Q menetap
Setahun: pada 10% kasus dapat kembali normal.
Peningkatan kadar enzim (kreatin-fosfokinase atau
Laboratorium: aspartat amino transferase/SGOT, laktat
Enzim/Isoenzim dehidrogenase/-HBDH) atau isoenzim (CPK-
Jantung MB)merupakan indikator spesifik IMA.
Tidak banyak membantu diagnosis IMA tetapi
berguna untuk mendeteksi adanya bendungan paru
Radiologi (gagal jantung), kadang dapat ditemukan
kardiomegali.
Dapat tampak kontraksi asinergi di daerah yang rusak
Ekokardiografi dan penebalan sistolik dinding jantung yang menurun.
Dapat mendeteksi daerah dan luasnya kerusakan
miokard, adanya penyulit seperti anerisma ventrikel,
trombus, ruptur muskulus papilaris atau korda
tendinea, ruptur septum, tamponade akibat ruptur
Radioisotop jantung, pseudoaneurisma jantung.
Berguna bila hasil pemeriksaan lain masih meragukan
adanya IMA.

c. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut b/d iskemia miokard akibat sumbatan arteri
koroner.
2) Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai oksigen
miokard dengan kebutuhan tubuh.
3) Kecemasan (uraikan tingkatannya) b/d ancaman/perubahan
kesehatan-status sosio-ekonomi; ancaman kematian.
4) (Risiko tinggi) Penurunan curah jantung b/d perubahan
frekuensi, irama dan konduksi listrik jantung; penurunan
preload/peningkatan tahanan vaskuler sistemik;
infark/diskinetik miokard, kerusakan struktuaral seperti
aneurisma ventrikel dan kerusakan septum.
5) (Risiko tinggi) Perubahan perfusi jaringan b/d
penurunan/sumbatan aliran darah koroner.
6) (Risiko tinggi) Kelebihan volume cairan b/d penurunan
perfusi ginjal; peningkatan natrium/retensi air; peningkatan
tekanan hidrostatik atau penurunan protein plasma.
7) Kurang pengetahuan (tentang kondisi dan kebutuhan
terapi) b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap
informasi tentang fungsi jantung/implikasi penyakit
jantung dan perubahan status kesehatan yang akan datang.
d. Intervensi
1) Nyeri akut b/d iskemia miokard akibat sumbatan arteri koroner.
Intervensi Keperawatan Rasional

1. Pantau nyeri (karakteristik, 1. Nyeri adalah pengalaman


lokasi, intensitas, durasi), catat subyektif yang tampil dalam
setiap respon verbal/non verbal, variasi respon verbal non verbal
perubahan hemo-dinamik yang juga bersifat individual
2. Berikan lingkungan yang tenang sehingga perlu digambarkan
dan tunjukkan perhatian yang secara rinci untuk menetukan
tulus kepada klien. intervensi yang tepat.
3. Bantu melakukan teknik 2. Menurunkan rangsang eksternal
relaksasi (napas dalam/perlahan, yang dapat memperburuk
distraksi, visualisasi, bimbingan keadaan nyeri yang terjadi.
imajinasi) 3. Membantu menurunkan
4. Kolaborasi pemberian obat persepsi-respon nyeri dengan
sesuai indikasi: memanipulasi adaptasi fisiologis
- Antiangina seperti tubuh terhadap nyeri.
nitogliserin (Nitro-Bid, 4. Nitrat mengontrol nyeri melalui
Nitrostat, Nitro-Dur) efek vasodilatasi koroner yang
- Beta-Bloker seperti atenolol meningkatkan sirkulasi koroner
(Tenormin), pindolol dan perfusi miokard.
(Visken), propanolol Agen yang dapat mengontrol
(Inderal) nyeri melalui efek hambatan
- Analgetik seperti morfin, rangsang simpatis.(Kontra-
meperidin (Demerol) indikasi: kontraksi miokard yang
- Penyekat saluran kalsium buruk)
seperti verapamil (Calan), Morfin atau narkotik lain dapat
diltiazem (Prokardia). dipakai untuk menurunkan nyeri
hebat pada fase akut atau nyeri
berulang yang tak dapat
dihilangkan dengan nitrogliserin.
Bekerja melalui efek vasodilatasi
yang dapat meningkatkan
sirkulasi koroner dan kolateral,
menurunkan preload dan kebu-
tuhan oksigen miokard.
Beberapa di antaranya bekerja
sebagai antiaritmia.

2) Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai oksigen


miokard dengan kebutuhan tubuh.
Intervensi Keperawatan Rasional

1. Pantau HR, irama, dan 1. Menentukan respon klien


perubahan TD sebelum, selama terhadap aktivitas.
dan sesudah aktivitas sesuai 2. Menurunkan kerja miokard atau
indikasi. konsumsi oksigen, menurunkan
2. Tingkatkan istirahat, batasi risiko komplikasi.
aktivitas 3. Manuver Valsava seperti
3. Anjurkan klien untuk menahan napas, menunduk,
menghindari peningkatan batuk keras dan mengedan dapat
tekanan abdominal. mengakibatkan bradikardia,
4. Batasi pengunjung sesuai dengan penurunan curah jantung yang
keadaan klinis klien. kemudian disusul dengan
5. Bantu aktivitas sesuai dengan takikardia dan peningkatan
keadaan klien dan jelaskan pola tekanan darah.
peningkatan aktivitas bertahap. 4. Keterlibatan dalam pembicaraan
6. Kolaborasi pelaksanaan program panjang dapat melelahkan klien
rehabilitasi pasca serangan IMA. tetapi kunjungan orang penting
dalam suasana tenang bersifat
terapeutik.
5. Mencegah aktivitas berlebihan;
sesuai dengan kemampuan kerja
jantung.
6. Menggalang kerjasama tim
kesehatan dalam proses
penyembuhan klien.

3) Kecemasan (uraikan tingkatannya) b/d ancaman/perubahan


kesehatan-status sosio-ekonomi; ancaman kematian.
Intervensi Keperawatan Rasional
1. Pantau respon verbal dan non 1. Klien mungkin tidak
verbal yang menunjukkan menunjukkan keluhan secara
kecemasan klien. langsung tetapi kecemasan dapat
2. Dorong klien untuk dinilai dari perilaku verbal dan
mengekspresikan perasaan non verbal yang dapat
marah, cemas/takut terhadap menunjukkan adanya
situasi krisis yang dialaminya. kegelisahan, kemarahan,
3. Orientasikan klien dan orang penolakan dan sebagainya.
terdekat terhadap prosedur rutin 2. Respon klien terhadap situasi
dan aktivitas yang diharapkan. IMA bervariasi, dapat berupa
4. Kolaborasi pemberian agen cemas/takut terhadap ancaman
terapeutik anti cemas atau kematian, cemas terhadap
sedativa sesuai indikasi ancaman kehilangan pekerjaan,
(Diazepam/Valium, perubahan peran sosial dan
Flurazepam/Dal-mane, sebagainya.
Lorazepam/Ativan). 3. Informasi yang tepat tentang
situasi yang dihadapi klien dapat
menurunkan kecemasan/rasa
asing terhadap lingkungan
sekitar dan membantu klien
mengantisipasi dan menerima
situasi yang terjadi.
4. Meningkatkan relaksasi dan
menurunkan kecemasan.

4) (Risiko tinggi) Penurunan curah jantung b/d perubahan


frekuensi, irama dan konduksi listrik jantung; penurunan
preload/peningkatan tahanan vaskuler sistemik;
infark/diskinetik miokard, kerusakan struktuaral seperti
aneurisma ventrikel dan kerusakan septum.
Intervensi Keperawatan Rasional

1. Pantau TD, HR dan DN, periksa 1. Hipotensi dapat terjadi sebagai


dalam keadaan baring, duduk akibat dari disfungsi ventrikel,
dan berdiri (bila memungkinkan) hipoperfusi miokard dan
2. Auskultasi adanya S3, S4 dan rangsang vagal. Sebaliknya,
adanya murmur. hipertensi juga banyak terjadi
3. Auskultasi bunyi napas. yang mungkin berhubungan
4. Berikan makanan dalam porsi dengan nyeri, cemas,
kecil dan mudah dikunyah peningkatan katekolamin dan
5. Kolaborasi pemberian oksigen atau masalah vaskuler
sesuai kebutuhan klien sebelumnya. Hipotensi ortostatik
6. Pertahankan patensi IV- berhubungan dengan komplikasi
lines/heparin-lok sesuai indikasi. GJK. Penurunanan curah jantung
7. Bantu pemasangan/pertahankan ditunjukkan oleh denyut nadi
paten-si pacu jantung bila yang lemah dan HR yang
digunakan. meningkat.
2. S3 dihubungkan dengan GJK,
regurgitasi mitral, peningkatan
kerja ventrikel kiri yang disertai
infark yang berat. S4 mungkin
berhubungan dengan iskemia
miokardia, kekakuan ventrikel
dan hipertensi. Murmur
menunjukkan gangguan aliran
darah normal dalam jantung
seperti pada kelainan katup,
kerusakan septum atau vibrasi
otot papilar.
3. Krekels menunjukkan kongesti
paru yang mungkin terjadi
karena penurunan fungsi
miokard.
4. Makan dalam volume yang besar
dapat meningkatkan kerja
miokard dan memicu rangsang
vagal yang mengakibatkan
terjadinya bradikardia.
5. Meningkatkan suplai oksigen
untuk kebutuhan miokard dan
menurunkan iskemia.
6. Jalur IV yang paten penting
untuk pemberian obat darurat
bila terjadi disritmia atau nyeri
dada berulang.
7. Pacu jantung mungkin
merupakan tindakan dukungan
sementara selama fase akut atau
mungkin diperlukan secara
permanen pada infark
luas/kerusakan sistem konduksi.

5) (Risiko tinggi) Perubahan perfusi jaringan b/d


penurunan/sumbatan aliran darah koroner.
Intervensi Keperawatan Rasional
1. Pantau perubahan kesadaran atau 1. Perfusi serebral sangat
keadaan mental yang tiba-tiba dipengaruhi oleh curah jantung
seperti bingung, letargi, gelisah, di samping kadar elektrolit dan
syok. variasi asam basa, hipoksia atau
2. Pantau tanda-tanda sianosis, emboli sistemik.
kulit dingin/lembab dan catat 2. Penurunan curah jantung
kekuatan nadi perifer. menyebabkan vasokonstriksi
3. Pantau fungsi pernapasan sistemik yang dibuktikan oleh
(frekuensi, kedalaman, kerja otot penurunan perfusi perifer (kulit)
aksesori, bunyi napas) dan penurunan denyut nadi.
4. Pantau fungsi gastrointestinal 3. Kegagalan pompa jantung dapat
(anorksia, penurunan bising menimbulkan distres
usus, mual-muntah, distensi pernapasan. Di samping itu
abdomen dan konstipasi) dispnea tiba-tiba atau berlanjut
5. Pantau asupan caiaran dan menunjukkan komplokasi
haluaran urine, catat berat jenis. tromboemboli paru.
6. Kolaborasi pemeriksaan 4. Penurunan sirkulasi ke
laboratorium (gas darah, BUN, mesentrium dapat menimbulkan
kretinin, elektrolit) disfungsi gastrointestinal
7. Kolaborasi pemberian agen 5. Asupan cairan yang tidak
terapeutik yang diperlukan: adekuat dapat menurunkan
- Hepari / Natrium Warfarin volume sirkulasi yang
(Couma-din) berdampak negatif terhadap
- Simetidin (Tagamet), perfusi dan fungsi ginjal dan
Ranitidin (Zantac), Antasida. organ lainnya. BJ urine
- Trombolitik (t-PA, merupakan indikator status
Streptokinase) hidrsi dan fungsi ginjal.
6. Penting sebagai indikator
perfusi/fungsi organ.
7. Heparin dosis rendah mungkin
diberikan mungkin diberikan
secara profilaksis pada klien
yang berisiko tinggi seperti
fibrilasi atrial, kegemukan,
anerisma ventrikel atau riwayat
tromboplebitis. Coumadin
merupakan antikoagulan jangka
panjang.
8. Menurunkan/menetralkan asam
lambung, mencegah
ketidaknyamanan akibat iritasi
gaster khususnya karena adanya
penurunan sirkulasi mukosa.
9. Pada infark luas atau IM baru,
trombolitik merupakan pilihan
utama (dalam 6 jam pertama
serangan IMA) untuk
memecahkan bekuan dan
memperbaiki perfusi miokard.

6) (Risiko tinggi) Kelebihan volume cairan b/d penurunan perfusi


ginjal; peningkatan natrium/retensi air; peningkatan tekanan
hidrostatik atau penurunan protein plasma.
Intervensi Keperawatan Rasional

1. Auskultasi bunyi napas terhadap 1. Indikasi terjadinya edema paru


adanya krekels. sekunder akibat dekompensasi
2. Pantau adanya DVJ dan edema jantung.
anasarka
3. Hitung keseimbangan cairan dan 2. Dicurigai adanya GJK atau
timbang berat badan setiap hari kelebihan volume cairan
bila tidak kontraindikasi. (overhidrasi)
4. Pertahankan asupan cairan total 3. Penurunan curah jantung
2000 ml/24 jam dalam batas mengakibatkan gangguan perfusi
toleransi kardiovaskuler. ginjal, retensi natrium/air dan
5. Kolaborasi pemberian diet penurunan haluaran urine.
rendah natrium. Keseimbangan cairan positif
6. Kolaborasi pemberian diuretik yang ditunjang gejala lain
sesuia indikasi (peningkatan BB yang tiba-tiba)
(Furosemid/Lasix, Hidralazin/ menunjukkan kelebihan volume
Apresoline, Spironlakton/ cairan/gagal jantung.
Hidronolak-ton/Aldactone) 4. Memenuhi kebutuhan cairan
7. Pantau kadar kalium sesuai tubuh orang dewasa tetapi tetap
indikasi. disesuaikan dengan adanya
dekompensasi jantung.
5. Natrium mengakibatkan retensi
cairan sehingga harus dibatasi.
6. Diuretik mungkin diperlukan
untuk mengoreksi kelebihan
volume cairan.
7. Hipokalemia dapat terjadi pada
terapi diuretik yang juga
meningkatkan pengeluaran
kalium.

7) Kurang pengetahuan (tentang kondisi dan kebutuhan terapi) b/d


kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi
tentang fungsi jantung/implikasi penyakit jantung dan
perubahan status kesehatan yang akan datang.
Intervensi Keperawatan Rasional
1. Kaji tingkat pengetahuan 1. Proses pembelajaran sangat
klien/orang terdekat dan dipengaruhi oleh kesiapan fisik
kemampuan/kesiapan belajar dan mental klien.
klien. 2. Meningkatkan penyerapan
2. Berikan informasi dalam materi pembelajaran.
berbagai variasi proses 3. Memberikan informasi terlalu
pembelajaran. (Tanya jawab, luas tidak lebih bermanfaat
leaflet instruksi ringkas, aktivitas daripada penjelasan ringkas
kelompok) dengan penekanan pada hal-hal
3. Berikan penekanan penjelasan penting yang signifikan bagi
tentang faktor risiko, kesehatan klien.
pembatasan diet/aktivitas, obat
dan gejala yang memerlukan 4. Aktivitas ini sangat
perhatian cepat/darurat. meningkatkan beban kerja
4. Peringatkan untuk menghindari miokard dan meningkatkan
aktivitas isometrik, manuver kebutuhan oksigen serta dapat
Valsava dan aktivitas yang merugikan kontraktilitas yang
memerlukan tangan diposisikan dapat memicu serangan ulang.
di atas kepala. 5. Meningkatkan aktivitas secara
5. Jelaskan program peningkatan bertahap meningkatkan kekuatan
aktivitas bertahap (Contoh: dan mencegah aktivitas yang
duduk, berdiri, jalan, kerja berlebihan. Di samping itu juga
ringan, kerja sedang) dapat meningkatkan sirkulasi
kolateral dan memungkinkan
kembalinya pola hidup normal.
BAB II
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Hari, Tanggal : Senin, 16 Mei 2016
Waktu : 09.00 WIB
Tempat : ICU RSUD Panembahan Senopati Bantul
Oleh : Andri, Arsinda, Diego, Arfi, Nurin
Sumber : Pasien, keluarga Pasien, catatan medis, tenaga kesehatan

1. Identitas Data
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Tempat, Tanggal Lahir : Bantul, 31 Desember 1939
Umur : 77 tahun
Alamat : Cabeyan, Panggungharjo, Sewon, Bantul
Agama : Islam
Diagnosa medis :STEMI
No. RM : 47-xx-19
Tanggal masuk RS : 16 Mei 2016

b. Penanggung Jawab
Nama : Tn. B
Umur : 31 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Cabeyan, Panggungharjo, Sewon, Bantul
Hubungan dgn pasien : Anak kandung
Status perkawinan : Kawin
2. Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri dada menjalar ke lengan kiri dan punggung, nyeri
bertambah saat beraktivitas, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri terus menerus,
skala 5.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan pada tanggal 16 Mei 2016 pukul 00.30 WIB saat klien
b.a.k tiba-tiba klien merasa nyeri dada seperti ditusuk-tusuk, keringat dingin.
Kemudian klien memutuskan untuk tidur kembali namun nyeri dada terasa
semakin berat dan klien sesak nafas. Pukul 02.00 WIB klien dibawa ke IGD
RSUD Panembahan Senopati oleh keluarganya. Selama di IGD klien
diberikan O2 kanule binasal 3 lpm, dilakukan terapi inhalasi flexotide dan
ventolin, pasang infus NaCl mikro dan diberikan terapi arixtra, ISDN,
captropil, diazepam. Kemudian pukul 05.00 klien dipindahkan ke ICU untuk
monitoring hemodinamik.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan tahun 2013 pernah dirawat di RS karena operasi HIL
dekstra . Sebelumnya klien belum pernah merasakan nyeri dada.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit seperti
klien. Keluarga klien tidak ada yang memiliki penyakit menular maupun
menurun seperti jantung, hipertensi, asma, DM dan TBC.
Genogram:

Tn. S
Keterangan :

: perempuan : menikah
: keturunan
: Laki-laki
: pasien : tinggal satu rumah

1. Kesehatan fungsional
a. Aspek fisik-biologis
1) Pola nutrisi
a) Sebelum sakit
Sebelum sakit frekuensi makan klien tiga kali sehari dengan
makanan pokok nasi. Tidak punya alergi makanan. Porsi
makan klien satu piring penuh habis. Klien sering minum air
putih dan teh. Klien mengatakan minum sehari 5-7 gelas per
hari (1,2 L).
b) Selama sakit
Klien mengatakan dirumah sakit mendapatkan diit 3x sehari.
Klien mengatakan makan diit yang disediakan RS hanya
habis 3/4 porsi saja. Saat pasien dirawat di rumah sakit
pasien minum ±1000 cc sehari.
2) Pola eliminasi
a) Sebelum sakit
Klien mengatakan b.a.k lancar, setiap harinya pasien b.a.k 4-
5x sehari tidak ada keluhan. B.a.b 1x sehari pada pagi hari,
konsistensi lembek, bau khas feses, warna kuning.
b) Selama sakit
Keluarga klien mengatakan selama di rumah sakit klien b.a.k
sebanyak 600 cc sehari. Warna kuning dan bau khas urine.
Klien mengatakan selama di rumah sakit belum b.a.b. Klien
terpasang kateter sejak tanggal 16 mei 2016.
3) Pola aktivitas,tidur dan istirahat
a) Sebelum sakit
1) Keadaan aktivitas sehari-hari
Klien melakukan aktivitas sehari-hari seperti makan,
minum, toileting, berpakaian, mandi dilakukan secara
mandiri.
2) Keadaan pernafasan
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami sesak nafas.
3) Keadaan kardiovaskuler
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit
jantung sebelumnya. Tidak ada keluhan nyeri dada,
sesak napas maupun mudah letih saat beraktivitas
4) Kebutuhan tidur
Klien mengatakan memiliki pola istirahat tidur ± 8 jam
sehari. Klien biasanya tidur pukul 20.00 WIB dan
bangun pukul 04.00 WIB. Pada saat malam hari klien
sering terbangun untuk b.a.k. Klien mengatakan jarang
tidur siang. Klien mengatakan tidak memiliki kebiasaan
mengkonsumsi obat tidur.
b) Selama sakit
(1) Keadaan aktivitas sehari-hari
Klien mengatakan badannya lemas. Selama sakit pasien
mendapatkan perawatan intensives care dan dianjurkan
tirah baring di tempat tidur. Kebutuhan ADL pasien
seperti makan, toileting, dan berpakaian sepenuhnya
dibantu oleh perawat yang bertugas.

(2) Keadaan pernafasan


Selama klien di rumah sakit, pasien terpasang oksigen
dengan kanul nasal 3 lpm. Klien mampu bernapas
spontan 30 x/menit. Irama pernafasan pasien teratur,dan
cepat, terdengar bunyi nafas vesikuler.
(3) Keadaan kardiovaskuler
Pasien mengatakan nyeri dada, tidak terdapat
pembesaran jantung. Suara jantung lup-dup.
(4) Kebutuhan tidur
Selama klien dirawat di rumah sakit, klien tidur dari
pukul 21.00 dan bangun pukul 05.00 WIB. Klien tidak
mengalami gangguan pola tidur.
4) Pola kebersihan diri
a) Sebelum sakit
Klien mengatakan sebelum sakit dan dirawat di rumah sakit,
klien biasa mandi dua kali sehari mengunakan sabun, sikat
gigi dua kali sehari, mengganti pakaian dua kali sehari dan
keramas dua hari sekali.
b) Selama sakit
Selama pasien dirawat di rumah sakit, beberapa kebutuhan
ADL klien dibantu oleh perawat dan keluarga. Pasien
mengatakan selama dirawat di rumah sakit dimandikan diatas
tempat tidur oleh perawat.
b. Aspek intelektual, psikososial dan spiritual
1) Pemeliharaan dan pengetahuan terhadap kesehatan
Klien mengatakan sebelumnya tidak mengetahui tentang nyeri
pada dada. Klien mengatakan awalnya hanya menggangap
masuk angin biasa.
2) Pola hubungan
Hubungan antara keluarga dengan klien dan keluarga dengan
petugas pelayanan kesehatan baik. Keluarga pasien sangat
kooperatif dan komunikatif setiap dilakukan tindakan
keperawatan pada Tn. S
3) Koping atau toleransi stres
Keluarga klien mengatakan jika klien mempunyai masalah,
maka klien biasanya membicarakan dan merundingkan dengan
istri, keluarga dan kerabat dekat.
4) Kognitif dan persepsi tentang penyakit
Klien dan keluarga mengatakan tidak tahu tentang keadaan yang
diderita saat ini karena klien baru pertama kali menderita
penyakit jantung. Pasien mengatakan selama pasien dirawat di
Ruang ICU belum berani banyak bergerak karena masih nyeri
dada dan sesak nafas namun pasien mengatakan dirinya ingin
segera sembuh.
5) Konsep diri
a) Gambaran diri
Pasien mengatakan bahwa dirinya baru sekali mengalami
kondisi seperti ini.
b) Ideal diri
Pasien mengatakan akan tetap melakukan kegiatan sehari-
hari secara mandiri jika sudah sembuh namun akan
mengurangi kegiatan yang berlebihan karena takut nyeri
dadanya kambuh.
c) Peran diri
Pasien mengatakan berperan sebagai seorang suami dan
kepala rumah tangga.
d) Identitas diri
Pasien mengatakan ingin segera cepat sembuh dan
melakukan aktivitas sehari-hari sebagai seorang kepala
rumah tangga.
e) Harga diri
Sebagai seorang kepala rumah tangga, pasien ingin segera
sembuh dan bekerja mencari nafkah lagi.
6) Seksual
Klien mengatakan tidak ada gangguan reproduksi. Kebutuhan
seksual pasien tidak terkaji.
7) Nilai
Klien beragama islam, selama sakit klien tidak dapat melakukan
ibadah (sholat) dan hanya berdoa demi kesembuhannya.
c. Aspek lingkungan fisik
Lingkungan fisik klien sangat mendukung dalam proses
penyembuhan, selain itu keluarga klien sangat memperhatikan
keselamatan klien di atas tempat tidur selama klien dirawat di rumah
sakit serta peran perawat yang selalu memonitor keadaan klien.
Tempat tidur klien terpasang restrain sehingga dapat meminimalisir
risiko jatuh pasien.
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
1) Kesadaran : CM
2) Status gizi :
TB : 155 cm
BB : 55 kg
IMT : 22,9kg/m2
3) Tanda-tanda vital
TD : 160 / 90 mmHg
S : 36˚C
HR : 55 x/menit
RR : 30 x/menit
4) Skala nyeri : 5

5) Nilai GCS
E 4V5M6
Jumlah : 15

b. Pemeriksaan secara sistematik


1) Kulit
Kulit lembab, turgor kulit kurang elastis, tidak ada bekas luka.
2) Kepala
Bentuk kepala mesochepal, tidak ada benjolan, tidak ada lesi.
Mata klien bersih, konjungtiva tidak pucat, reflek cahaya (+/+).
Hidung klien simetris, tidak ada polip, tidak ada cairan yang
keluar dari lubang hidung maupun telinga. Mukosa bibir
lembab, tidak terdapat cairan keluar dari mulut, gigi tidak utuh,
klien tidak memakai gigi palsu. Klien terpasang O2 kanul
binasal 3 lpm.
3) Leher
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan tidak ada
peningkatan JVP.
4) Dada
- Inspeksi : tidak ada bekas luka, bentuk dada simetris, tidak
terdapat penggunaan otot bantu pernapasan dada.
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan, ekspansi dada simetris
- Perkusi : resonan
- Auskultasi : suara nafaas vesikuler, tidak ada bunyi napas
tambahan
5) Abdomen
- Inspeksi : abdomen cembung, tidak terdapat distensi
abdomen, tidak ada hiperpigementasi, tidak ada luka.
- Auskultasi : terdapat bising usus 11 x/menit
- Perkusi : kuadran kanan atas pekak, kuadran kiri atas
timpani, kuadran kiri bawah dullness, kuadran kanan bawah
timpani.
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat
pembesaran hati (hepatomegali)
6) Genetalia
Terpasang dower cateter sejak 16 Mei 2016.
7) Ekstremitas
- Atas
Anggota gerak lengkap. Terpasang infus NaCl 0,9% di
tangan kanan
Kekuatan otot
Ka 5 5 Ki
5 5
- Bawah
Anggota gerak lengkap, tidak ada oedem. Akral teraba
hangat, capillary refill < 2 detik.

3. Hasil Pemeriksaan Laboratorium


Hasil Pemeriksaan Laboratorium tanggal 16 Mei 2016

PEMERIKSAAN HASIL RUJUKAN

HEMATOLOGI
Hemoglobin 14.0 14.0 -18.0 gr/dl
Lekosit 7.48 4.00 - 11.00 10^3/ul
Eritrosit 4.73 4.00 - 5.00 10^6/ul
Trombosit 394 150 - 450 10^3/ul
Hematokrit 342.6 36.0 – 460 vol %

HITUNG JENIS
Eosinofil 0 2–4%
Basofil 0 0–1%
Batang 5 2–5%
Segmen 66 51- 67 %
Limfosit 27 20 – 35 %
Monosit 2 4–8%

KIMIA KLINIK
FUNGSI JANTUNG
CK MB 26 7 - 25 U/L
Troponin I 1.28 < 1 ng/ ml

ELEKTROLIT
Natrium 143.4 137. 0-145mmol/l
Kalium 3.62 3.5 – 5.1 mmol/l
Klorida 108.2 98 – 107 mmol/l
FUNGSI HATI
SGOT 24 < 37 U/L
SGPT 23 < 41 U/L

FUNGSI GINJAL
Ureum 42 17 – 43 mg/dl
Creatinin 0.87 0.9- 1.3 mg/dl

LEMAK
Kolesterol total 218 150-200 mg/dl
LDL-Cholesterol (direct) 152 < 115 mg/dl
HDL- Cholesterol (direct) 50 >39 mg/dl
Trigliserida 82 60-150 mg/dl

4. Laporan hasil Echokardiografi


- Tricuspide valve : anatomi dan fungsi normal
- Pulmonal valve : anatomi dan fungsi normal
- Others : efusi pleura (-), efusi pericard (-), IVC
colaps
- Finding/ comment :
dimensi ruang jantung LA dan LV tak dilatasi
dinding jantung IAS dan IVS intak
IVS dan LPVW tak menebal
Global LV Function normal dengan EF 58%
Wall motion hipokinetik ringan anterolateral dan
apical TAPSE 20 mm
Katup jantung (aorta; mitral) 3 cuspid, anatomi dan funsi normal;
anatomi dan funsi normal
Doppler E/A >1, E’/A’>1, Mpap normal
Conclution Dimensi ruang jantung normal
Global fungsi sistolik LV normal
dengan EF 58%
Gangguan kinetik segmental
Fungsi sistolik RV normal
Fungsi diastolik LV normal
Katup-katup baik

5. Hasil pemeriksaan radiologi


Hasil:
- Pulmo tak tampak kelainan
- Besar cor normal

6. Hasil pemeriksaan EKG


EKG = normal sinus rhythm

7. Terapi Pengobatan
No Obat Dosis Rute
1. Aspilet 80 mg/ 24 jam PO
2. Brilinta 90 mg/ 12 jam PO
3. Captopril 25 mg/ 8 jam PO
4. Diazepam 5 mg/ 24 jam IV
5. Laxadine syrup 3 x 1 cth PO
6. Arixtra 2,5 mg/ 24 jam SC
7. NaCl 10 tpm IV

B. Analisa Data
Hari, tanggal : Senin, 16 Mei 2016
Waktu : 09.00 WIB
NO ANALISA DATA MASALAH PENYEBAB
1. Hari, tanggal : Senin, 16 Mei 2016
Waktu : 09.00 WIB Nyeri akut Iskemia miokard
DS: akibat sumbatan
- Klien mengatakan nyeri dada arteri koroner
menjalar ke lengan kiri dan
punggung, nyeri bertambah saat
beraktivitas, nyeri seperti
ditusuk-tusuk, nyeri terus
menerus, skala 5.
DO:
- TD : 160 / 90 mmHg
- HR : 55 x/menit
- RR : 30 x/menit
- S : 36˚C
- Pengkajian nyeri :
P : nyeri saat bergerak
Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : nyeri dada sebelah kiri
menjalar ke punggung
S : skala nyeri 5
T : nyeri hilang timbul

2. Hari, tanggal : Senin, 16 Mei 2016


Waktu : 09.00 WIB
DS : Risiko Penurunan
- Pasien mengatakan sesak nafas penurunan kontraktilitas
DO : curah jantung miokard
- TD : 160 / 90 mmHg
- S : 36˚C
- HR : 55 x/menit
- RR : 30 x/menit
- Kesadaran CM
- Pupil isokor
- Refleks cahaya +/+
- Pasien Bedrest total
- EKG =
normal sinus rhythm
- CRT kurang dari 2 detik, kulit
tampak lembab
- Input makan ¾ porsi , minum
1000 cc
- Output urine 600 cc
- Pasien terpasang O2 nasal
kanul 3 lpm
- Terpasang bedset monitor

3. Hari, tanggal : Senin, 16 Mei 2016


Waktu : 09.00 WIB
DS: Intoleransi Ketidakseimbangan
- Pasien mengatakan sesak nafas aktivitas suplai dan
- Pasien mengatakan badannya kebutuhan oksigen
lemas
DO:
- Pasien bedrest total
- Posisi semi fowler
- Terpasang O2 nasal kanul 3
lpm
4. Hari, tanggal : Senin, 16 Mei 2016
Waktu : 09.00 WIB Defisit Kelemahan
DS : perawatan
- Pasien mengatakan selama diri
dirawat di rumah sakit
dimandikan diatas tempat tidur
oleh perawat
DO :
- Pasien b.a.k dengan dower
catheter
- Pasien diharuskan tirah baring
selama dirawat di rumah sakit
- Klien makan disuapi oleh
keluarganya
C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan Iskemia miokard akibat sumbatan arteri
coroner ditandai dengan :
DS:
- Klien mengatakan nyeri dada menjalar ke lengan kiri dan punggung,
nyeri bertambah saat beraktivitas, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri
terus menerus, skala 5.
DO:
- TD : 160 / 90 mmHg
- HR : 55 x/menit
- RR : 30 x/menit
- S : 36˚C
- Pengkajian nyeri :
P : nyeri saat bergerak
Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : nyeri dada sebelah kiri menjalar ke punggung
S : skala nyeri 5
T : nyeri hilang timbul
2. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan
kontraktilitas miokard ditandai dengan :
DS :
- Pasien mengatakan sesak nafas
DO :
- TD : 160 / 90 mmHg
- S : 36˚C
- HR : 55 x/menit
- RR : 30 x/menit
- Kesadaran CM
- Pupil isokor
- Refleks cahaya +/+
- Pasien Bedrest total
- EKG = normal sinus rhythm
- CRT kurang dari 2 detik, kulit tampak lembab
- Input makan ¾ porsi , minum 1000 cc
- Output urine 600 cc
- Pasien terpasang O2 nasal kanul 3 lpm
- Terpasang bedset monitor
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen ditandai dengan :
DS:
- Pasien mengatakan sesak nafas
- Pasien mengatakan badannya lemas
DO:
- Pasien bedrest total
- Posisi semi fowler
- Terpasang O2 nasal kanul 3 lpm
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan :
DS :
- Pasien mengatakan selama dirawat di rumah sakit dimandikan diatas
tempat tidur oleh perawat
DO :
- Pasien b.a.k dengan dower catheter
- Pasien diharuskan tirah baring selama dirawat di rumah sakit
- Klien makan disuapi oleh keluarganya
- Kebutuhan ADLs klien dibantu oleh perawat
D. Intervensi Keperawatan
Nama pasien : Tn.S
No RM : 47-xx-19
No Dx. Kep Intervensi
Tujuan Perencanaan Rasional
1 Nyeri akut Senin, 16 Mei 2016 pukul 09. 00 WIB Senin, 16 Mei 2016 pukul 09. 00 WIB Senin, 16 Mei 2016 pukul 09. 00 WIB
berhubungan - Rasa nyeri dapat mempengaruhi
dengan Setelah dilakukan asuhan - Observasi tanda vital (TD, RR, kesetabilan tanda vital
iskemia keperawatan selama 3 x 24 jam, N) - Untuk mengetahui
miokard akibat nyeri teratasi dengan kriteria hasil: - Observasi keluhan nyeri pasien perkembangan nyeri pasien.
sumbatan - Pasien mampu mengontrol (PQRST) - Posisi tidur dapat mempengaruhi
arteri coroner nyeri - Atur posisi pasien pada posisi rasa nyeri
- Tanda vital dalam yang paling nyaman. - Untuk mengalihkan sensasi nyeri
batasnoraml (TD, N, RR) - Ajarkan tehnik relaksasi nafas pada pasien
- Skala nyeri turun dari 5 dalam - Nyeri yang disebabkan karena
menjadi 2 - Kelola pemberian terapi obat penyempitan pembuluh darah
vasodilator dapat diatasi dengan pemberian
terapi obat vasodilator.
Arsinda Arsinda
2 Resiko Senin, 16 Mei 2016 pukul 09. 00 WIB Senin, 16 Mei 2016 pukul 09. 00 WIB Senin, 16 Mei 2016 pukul 09. 00 WIB
penurunan - Memberikan informasi tentang
curah jantung Setelah dilakukan asuhan - Observasi vital kaji pengisian derajat/keadekuatan perfusi
berhubungan keperawatan selama 3 x 24 jam, kapiler, warna kulit/membrane jaringan dan membantu
dengan terdapat peningkatan perfusi jaringan mukosa, dasar kuku. menetukan kebutuhan intervensi.
penurunan dengan kriteria hasil: - Tinggikan kepala tempat tidur - Meningkatkan ekspansi paru dan
kontraktilitas - Tanda vital dalam rentang normal sesuai toleransi. memaksimalkan oksigenasi
(TD, Nadi, Respirasi) - Awasi upaya pernapasan ; untuk kebutuhan seluler. Catatan
- Nadi dalam rentang normal (60- auskultasi bunyi napas : kontraindikasi bila ada
100 x/m) perhatikan bunyi adventisius. hipotensi.
- Observasi keluhan nyeri - Gemericik menununjukkan
dada/palpitasi. gangguan jajntung karena
Ichtiarfi - Kelola pemberian terapi obat regangan jantung
Arixtra 2,5 mg/24 jam, Aspilet lama/peningkatan kompensasi
80mg/24jam, , Captopril curah jantung.
25mg/8 jam - Iskemia seluler mempengaruhi
- Kelola pemberian oksigen jaringan miokardial/ potensial
tambahan sesuai indikasi. risiko infark.
- Termoreseptor jaringan dermal
Ichtiarfi dangkal karena gangguan
oksigen
- Mengidentifikasi defisiensi dan
kebutuhan pengobatan /respons
terhadap terapi.
- Memaksimalkan transport
oksigen ke jaringan.
3 Intoleransi Senin, 16 Mei 2016 pukul 09. 00 WIB Senin, 16 Mei 2016 pukul 09. 00 WIB Senin, 16 Mei 2016 pukul 09. 00 WIB
aktifitas - Mempengaruhi pilihan
berhubungan Setelah diberikan asuhan - Kaji kemampuan ADL pasien. intervensi/bantuan
dengan keperawatan selama 3x24 jam pasien - Kaji kehilangan atau gangguan - Menunjukkan perubahan
kelemahan dapat mempertahankan/ keseimbangan, gaya jalan dan neurology karena defisiensi
meningkatkan ambulasi/aktivitas. kelemahan otot vitamin B12 mempengaruhi
Dengan kriteria : - Observasi tanda-tanda vital keamanan pasien/risiko cedera
- Terdapat peningkatan toleransi sebelum dan sesudah aktivitas. - Manifestasi kardiopulmonal dari
aktivitas (termasuk aktivitas - Berikan lingkungan tenang, upaya jantung dan paru untuk
ditempat tidur) batasi pengunjung, dan kurangi membawa jumlah oksigen
adekuat ke jaringan
- Tanda-tanda vital dalam batas suara bising, pertahankan tirah - Meningkatkan istirahat untuk
normal baring bila di indikasikan menurunkan kebutuhan oksigen
- Anjurkan pasien istirahat bila tubuh dan menurunkan regangan
terjadi kelelahan dan jantung dan paru
Andri kelemahan, anjurkan pasien - Meningkatkan aktivitas secara
melakukan aktivitas bertahap sampai normal dan
semampunya (tanpa memperbaiki tonus otot/stamina
memaksakan diri). tanpa kelemahan. Meingkatkan
harga diri dan rasa terkontrol.

Andri
4. Defisit Senin, 16 Mei 2016 pukul 09. 00 WIB Senin, 16 Mei 2016 pukul 09. 00 WIB Senin, 16 Mei 2016 pukul 09. 00 WIB
perawatan diri - Untuk mengetahui tingkat
berhubungan Setelah dilakukan asuhan - Kaji kemampuan pasien dalam kemampuan pasien untuk
dengan keperawatan selama 3x24 jam memenuhi perawatan diri memenuhi kebutuhan perawatan
kelemahan dirawat di rumah sakit, _eficit - Bantu klien memenuhi kebutuhan diri pasien
perawatan diri mandi teratasi dengan - Ajarkan keluarga dalam memenuhi - Untuk memenuhi kebutuhan
kriteria: kebutuhan diri perawatan diri pasien
- Pasien terlihat bersih dan rapi
- Kulit pasien tidak teraba lengket - Libatkan keluarga dalam - Agar keluarga dapat membantu
- Keluarga dapat membantu pemenuhan kebutuhan diri memenuhi kebutuhan perawatan
pemenuhan kebutuhan diri pasien
perawatan diri mandi selama di - Agar keluarga mengetahui cara
rawat di rumah sakit. Nurin membantu pemenuhan kebutuhan
perawatan diri pasien.

Nurin
E. Implementasi
Nama klien : Tn. S
No RM : 47-xx-19
Dx Hari/ Wakt Implementasi Evaluasi
No tangga u
l
1. Senin, - Mengobservasi tanda vital Pukul 13. 30WIB
16 Mei (TD, RR, N) S:
2016 - Mengobservasi keluhan - Klien mengatakan nyeri dada menjalar
nyeri pasien (PQRST) ke lengan kiri dan punggung
- Mengatur posisi pasien berkurang, nyeri bertambah saat
pada posisi yang paling beraktivitas, nyeri seperti ditusuk-
nyaman. tusuk, nyeri terus menerus, skala 4.
- Mengajarkan tehnik O:
relaksasi nafas dalam - TD : 150 / 90 mmHg
- HR : 62 x/menit
Andri, Arfi, Arsinda, - RR : 24 x/menit
Diego, Nurin - S : 36,4˚C
- Pengkajian nyeri :
P : nyeri saat bergerak
Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : nyeri dada sebelah kiri menjalar ke
punggung
S : skala nyeri 4
T : nyeri hilang timbul
A: Nyeri akut teratasi sebagian
P:
- Observasi nyeri
- Anjurkan nafas dalam jika nyeri
- Besok periksa Electrokardiograf
Andri, Arfi, Arsinda,
Diego, Nurin
Selasa, 09.00 - Mengobservasi tanda vital Pukul 13. 30WIB
17 Mei 09.00 (TD, RR, N) S:
2016 - Mengobservasi keluhan - Klien mengatakan nyeri dada menjalar
09.00 nyeri pasien (PQRST) ke lengan kiri dan punggung
- Mengatur posisi pasien berkurang, nyeri bertambah saat
pada posisi yang paling beraktivitas, nyeri seperti ditusuk-
09.00 nyaman. tusuk, nyeri terus menerus, skala 3.
- Menganjurkan untuk nafas O:
12.45 dalam - TD : 120 / 70 mmHg
13.00 - HR : 48 x/menit
Andri, Arfi, Arsinda, - RR : 26 x/menit
Diego, Nurin - S : 35,5˚C
- Pengkajian nyeri :
P : nyeri saat bergerak
Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : nyeri dada sebelah kiri menjalar ke
punggung
S : skala nyeri 3
T : nyeri hilang timbul
A: Nyeri akut teratasi sebagian
P:
- Observasi nyeri
- Anjurkan nafas dalam jika nyeri

Andri, Arfi, Arsinda,


Diego, Nurin
Rabu, - Mengobservasi tanda vital Pukul 13. 30WIB
18 Mei (TD, RR, N) S:
2016
- Mengobservasi keluhan - Klien mengatakan nyeri dada menjalar
nyeri pasien (PQRST) ke lengan kiri dan punggung
- Mengatur posisi pasien berkurang, nyeri bertambah saat
pada posisi yang paling beraktivitas, nyeri seperti ditusuk-
nyaman. tusuk, nyeri terus menerus, skala 2.
- Menganjurkan klien untuk O:
nafas dalam - TD : 130 / 70 mmHg
- HR : 58x/menit
Andri, Arfi, Arsinda, - RR : 26 x/menit
Diego, Nurin - S : 36˚C
- Pengkajian nyeri :
P : nyeri saat bergerak
Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : nyeri dada sebelah kiri menjalar ke
punggung
S : skala nyeri 2
T : nyeri hilang timbul
A: Nyeri akut teratasi
P:
- Observasi nyeri
- Anjurkan nafas dalam jika nyeri
- Latihan mobilisasi duduk jika tidak
nyeri

Andri, Arfi, Arsinda,


Diego, Nurin
2. Senin, 09.00 - Mengobservasi vital kaji Pukul 13. 30WIB
16 Mei pengisian kapiler, warna S :
2016 kulit/membrane mukosa, - Pasien mengatakan sesak nafas
dasar kuku. O:
- TD : 150 / 90 mmHg
- Meninggikan kepala - HR : 62 x/menit
tempat tidur sesuai - RR : 24 x/menit
toleransi. - S : 36,4˚C
- Mengawasi upaya - Kesadaran CM
pernapasan ; auskultasi - Pupil isokor
bunyi napas perhatikan - Refleks cahaya +/+
bunyi adventisius. - Pasien Bedrest total
- Mengobservasi keluhan - EKG = normal sinus rhythm
nyeri dada/palpitasi. - CRT kurang dari 2 detik, kulit tampak
- Mengelola pemberian lembab
terapi obat captopril - Input makan 1/2 porsi , minum 800 cc
25mg/8 jam - Urine Output 63,6 cc/jam
- Mengelola pemberian - Pasien terpasang O2 nasal kanul 3 lpm
oksigen tambahan sesuai - Terpasang bedset monitor
indikasi - Captopril 25mg/8jam
A: Risiko penurunan curah jantung teratasi
Andri, Arfi, Arsinda, sebagian
Diego, Nurin P:
- Observasi vital sign
- Observasi nyeri dada

Andri, Arfi, Arsinda,


Diego, Nurin
Selasa, - Mengobservasi vital kaji Pukul 13. 30WIB
17 Mei pengisian kapiler, warna S :
2016 kulit/membrane mukosa, - Pasien mengatakan sesak nafas
dasar kuku. O:
- Meninggikan kepala - TD : 120 / 70 mmHg
tempat tidur sesuai - HR : 48 x/menit
toleransi. - RR : 26 x/menit
- S : 35,5˚C
- Mengawasi upaya - Kesadaran CM
pernapasan ; auskultasi - Pupil isokor
bunyi napas perhatikan - Refleks cahaya +/+
bunyi adventisius. - Pasien Bedrest total
- Mengobservasi keluhan - EKG = sinus bradikardi
nyeri dada/palpitasi. - CRT kurang dari 2 detik, kulit tampak
- Mengelola pemberian lembab
terapi obat captopril - Input makan ¾ porsi , minum 600 cc
25mg/8 jam - Urine Output 27,27cc/jam
- Mengelola pemberian - Pasien terpasang O2 nasal kanul 3 lpm
oksigen tambahan sesuai - Terpasang bedset monitor
indikasi - Captopril 25mg/8jam
A: Risiko penurunan curah jantung teratasi
Andri, Arfi, Arsinda, sebagian
Diego, Nurin P:
- Observasi vital sign
- Observasi nyeri dada
Andri, Arfi, Arsinda,
Diego, Nurin
Rabu, - Mengobservasi vital kaji Pukul 13. 30WIB
17 Mei pengisian kapiler, warna S :
2016 kulit/membrane mukosa, - Pasien mengatakan sesak nafas
dasar kuku. O:
- Meninggikan kepala - TD : 130 / 70 mmHg
tempat tidur sesuai - HR : 58x/menit
toleransi. - RR : 26 x/menit
- Mengawasi upaya - S : 36˚C
pernapasan ; auskultasi - Kesadaran CM
bunyi napas perhatikan - Pupil isokor
bunyi adventisius. - Refleks cahaya +/+
- Pasien Bedrest total
- Mengobservasi keluhan - EKG = sinus bradikardi
nyeri dada/palpitasi. - CRT kurang dari 2 detik, kulit tampak
- Mengelola pemberian lembab
terapi obat captopril - Input makan ¾ porsi , minum 1000 cc
25mg/8 jam - Urine Output 70,18 cc/jam
- Mengelola pemberian - Pasien terpasang O2 nasal kanul 3 lpm
oksigen tambahan sesuai - Terpasang bedset monitor
indikasi - Captopril 25mg/8jam
A: Risiko penurunan curah jantung teratasi
Andri, Arfi, Arsinda, sebagian
Diego, Nurin P:
- Observasi vital sign
- Observasi nyeri dada
Andri, Arfi, Arsinda,
Diego, Nurin
3. Senin, - Mengkaji kemampuan Pukul 13. 30WIB
16 Mei ADL pasien. S:
2016 - Mengkaji kehilangan atau - Pasien mengatakan sesak nafas
gangguan keseimbangan, - Pasien mengatakan badannya lemas
gaya jalan dan kelemahan O:
otot - Pasien bedrest total
- Mengbservasi tanda-tanda - Posisi semi fowler
vital sebelum dan sesudah - Terpasang O2 nasal kanul 3 lpm
aktivitas. - ADL dibantu keluarga dan perawat
- Memberikan lingkungan - TD : 150 / 90 mmHg
tenang, batasi pengunjung, - HR : 62 x/menit
dan kurangi suara bising, - RR : 24 x/menit
pertahankan tirah baring - S : 36,4˚C
bila di indikasikan A: intoleransi aktivitas teratasi sebagian
- Menganjurkan pasien P:
istirahat bila terjadi - Bantu ADL pasien
kelelahan dan kelemahan, - Anjurkan untuk istirahat
anjurkan pasien
melakukan aktivitas Andri, Arfi, Arsinda,
semampunya (tanpa Diego, Nurin
memaksakan diri).

Andri, Arfi, Arsinda,


Diego, Nurin
Selasa, - Mengkaji kemampuan Pukul 13. 30WIB
17 Mei ADL pasien. S:
2016 - Mengkaji kehilangan atau - Pasien mengatakan sesak nafas
gangguan keseimbangan, berkurang
gaya jalan dan kelemahan - Pasien mengatakan badannya lemas
otot O:
- Mengbservasi tanda-tanda - Pasien mobilisasi duduk
vital sebelum dan sesudah - Posisi semi fowler
aktivitas. - Terpasang O2 nasal kanul 3 lpm
- Memberikan lingkungan - ADL dibantu keluarga dan perawat
tenang, batasi pengunjung, - TD : 120 / 70 mmHg
dan kurangi suara bising, - HR : 48 x/menit
pertahankan tirah baring - RR : 26 x/menit
bila di indikasikan - S : 35,5˚C
- Menganjurkan pasien A: intoleransi aktivitas teratasi sebagian
istirahat bila terjadi P:
kelelahan dan kelemahan, - Bantu ADL pasien
anjurkan pasien - Anjurkan untuk istirahat
melakukan aktivitas
semampunya (tanpa Andri, Arfi, Arsinda,
memaksakan diri). Diego, Nurin
Andri, Arfi, Arsinda,
Diego, Nurin

Rabu, - Mengkaji kemampuan Pukul 13. 30WIB


18 Mei ADL pasien. S:
2016 - Mengkaji kehilangan atau - Pasien mengatakan sudah tidak
gangguan keseimbangan, sesak nafas
gaya jalan dan kelemahan - Pasien mengatakan badannya lemas
otot O:
- Mengbservasi tanda-tanda - Pasien mobilisasi duduk
vital sebelum dan sesudah - Posisi semi fowler
aktivitas. - Tidak terpasang O2 dengan nasal
- Memberikan lingkungan kanul
tenang, batasi pengunjung, - ADL dibantu keluarga dan perawat
dan kurangi suara bising, - TD : 130 / 70 mmHg
pertahankan tirah baring - HR : 58x/menit
bila di indikasikan - RR : 26 x/menit
Menganjurkan pasien - S : 36˚C
istirahat bila terjadi A: Intoleransi aktivitas teratasi sebagian
kelelahan dan kelemahan, P:
anjurkan pasien - Bantu ADL pasien
melakukan aktivitas - Anjurkan untuk istirahat
semampunya (tanpa
memaksakan diri). Andri, Arfi, Arsinda,
Diego, Nurin

Andri, Arfi, Arsinda,


Diego, Nurin
4. Senin, - Mengkaji kemampuan pasien Pukul 13. 30WIB
16 Mei dalam memenuhi perawatan S:
2016 diri - Pasien mengatakan selama dirawat di
- Membantu klien memenuhi rumah sakit dimandikan diatas tempat
kebutuhan tidur oleh perawat
- Mengajarkan keluarga dalam O :
memenuhi kebutuhan diri - Pasien b.a.k dengan dower catheter
- Melibatkan keluarga dalam - Pasien diharuskan tirah baring selama
pemenuhan kebutuhan diri dirawat di rumah sakit
- Klien makan disuapi oleh keluarganya
Andri, Arfi, Arsinda, - Kebutuhan ADLs klien dibantu oleh
Diego, Nurin perawat
A: Intoleransi aktivitas teratasi sebagian
P:
- Kaji kemampuan klien dalam
pemenuhan kebutuhan makan dan
minum
- Bantu kebutuhan mandi, berpakaian
, toileting klien

Andri, Arfi, Arsinda,


Diego, Nurin
Selasa, - Mengkaji kemampuan pasien Pukul 13. 30WIB
17 Mei dalam memenuhi perawatan S:
2016 diri - Pasien mengatakan selama dirawat di
- Membantu klien memenuhi rumah sakit dimandikan diatas tempat
kebutuhan mandi dan tidur oleh perawat
berpakaian pasien O:
- Melibatkan keluarga dalam - Pasien b.a.k dengan dower catheter
pemenuhan kebutuhan diri. - Pasien diharuskan tirah baring selama
dirawat di rumah sakit
Andri, Arfi, Arsinda, - Klien makan disuapi oleh keluarganya
Diego, Nurin - Kebutuhan mandi dan berpakaian
klien dibantu oleh perawat
A: Intoleransi aktivitas teratasi sebagian
P:
- Kaji kemampuan klien dalam
pemenuhan kebutuhan diri
- Bantu kebutuhan mandi, berpakaian
, toileting klien

Andri, Arfi, Arsinda,


Diego, Nurin
Rabu, - Mengkaji kemampuan pasien Pukul 13. 30WIB
18 Mei dalam memenuhi perawatan S:
2016 diri - Pasien mengatakan selama dirawat di
- Membantu klien memenuhi rumah sakit dimandikan diatas tempat
kebutuhan mandi dan tidur oleh perawat
berpakaian klien O:
- Melibatkan keluarga dalam - Pasien b.a.k dengan dower catheter
pemenuhan kebutuhan diri - Pasien diharuskan tirah baring selama
dirawat di rumah sakit
Andri, Arfi, Arsinda, - Klien makan disuapi oleh keluarganya
Diego, Nurin - Kebutuhan mandi dan berpakaian
klien dibantu oleh perawat
A: Intoleransi aktivitas teratasi sebagian
P:
- Kaji kemampuan klien dalam
pemenuhan kebutuhan diri
- Bantu kebutuhan mandi, berpakaian
, toileting klien
Andri, Arfi, Arsinda,
Diego, Nurin

BAB III

KESIMPULAN

Pasien Tn. S dengan deiagnosa medis STEMI mendapatkan empat diagnosa


keperawatan yaitu:
1. Nyeri akut berhubungan dengan Iskemia miokard akibat sumbatan
arteri coroner
2. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan
kontraktilitas miokard
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan

Dari kelima diagnosa tersebut diagnosa yang teratasi yaitu


1. Nyeri akut berhubungan dengan Iskemia miokard akibat sumbatan
arteri coroner.
Faktor yang mendukung tercapainya diagnosa ini yaitu dengan
pemberian terapi obat Arixtra yang telah diberikan dan perawatan yang
telah diberikan kepada pasien.

Sedangkan diagnosa yang teratasi sebagian yaitu:


1. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan
kontraktilitas miokard.
Faktor yang menghambat tidak belum tercapainya diagnos keperawatan
ini yaitu kaitu dilihat dari TTV nya terutama HR masih dibawah normal
yaitu sekitar 50-60 x/menit atau bradikardi.
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.
Faktor yang menghambat tidak belum tercapainya diagnosa
keperawatan ini yaitu karena pasien masih dalam mobilisasi bertahap.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan.
Faktor yang menghambat tidak belum tercapainya diagnosa
keperawatan ini yaitu walaupun personal hygiene dapat dipenuhi
namun klien belum dapat mandi secara mandiri karena masih lemah.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2009. Diagnosis Keperawatan: Aplikasi pada Praktik


Klinis. Edisi 9. Jakarta: EGC
Elliott M. Antman dan Eugene Braunwald. 2005. Acute Myocardial Infarction;
Harrison’s Principles of Medicine 15th edition, page 1-17
Juni,W.U. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika
Lily Ismudiati Rilantono, dkk. 2004. Buku Ajar Kardiologi; Fakultas Kedokteran.
Hal 173-181. Jakarta: Universitas Indonesia.
Lumanau J. 2004. Hiperhomosisteinemia. Jakarta: FK.
Ruhyanudin, Faqih,S.Kep.,Ners. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Kardio Vaskuler. Malang: UMM.

Anda mungkin juga menyukai