Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

N DENGAN CONGESTIVE HEART


FAILURE (CHF) DI RUANG ICCU RSUD dr. CHASBULLAH ABDULMADJID
KOTA BEKASI

Disusun Oleh :
RATNA DEWI ARIMBI

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANI SALEH
2020
1. Definisi
Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung mengalami
kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan
nutrien dan oksigen secara adekuat. Hal ini mengakibatkan peregangan ruang jantung
(dilatasi) guna menampung darah lebih banyak untuk dipompakan ke seluruh tubuh
atau mengakibatkan otot jantung kaku dan menebal. Jantung hanya mampu memompa
darah untuk waktu yang singkat dan dinding otot jantung yang melemah tidak mampu
memompa dengan kuat. Sebagai akibatnya, ginjal sering merespons dengan menahan
air dan garam. Hal ini akan mengakibatkan bendungan cairan dalam beberapa organ
tubuh seperti tangan, kaki, paru, atau organ lainnya sehingga tubuh klien menjadi
bengkak (congestive) (Udjianti, 2010).
Congestive Heart Failure (CHF) sering disebut dengan gagal jantung kongestif adalah
ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah yang adekuat untuk memenuhi
kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi. Istilah gagal jantung kongestif sering
digunakan kalau terjadi jantung kiri dan kanan (Kasron, 2016).
Gagal jantung adalah kumpulan gejala yang kompleks dimana seorang pasien harus
memiliki tampilan berupa: Gejala gagal jantung (nafas pendek yang tipikal saat
istrahat atau saat melakukan aktifitas disertai/tidak kelelahan); tanda retensi cairan
(kongesti paru atau edema pergelangan kaki) (PERKI, 2015).

2. Etiologi
Gagal jantung merupakan hasil dari suatu kondisi yang menyebabkan overload
volume, tekanan dan disfungsi miokard, gangguan pengisian, atau peningkatan
kebutuhan metabolik (Udjianti, 2010).
a. Overload volume : Over transfusion, left – to right shunts, hipervolemia
b. Overload tekanan : Stenosis aorta, hipertensi, hipertrofi kardiomiopati
c. Disfungsi miokard : Kardiomiopati, Miokarditis, Iskemik / infark, Disritmia,
Keracunan
d. Gangguan pengisian : Stenosis mitral, Stenosis trikuspidalis, Tamponade
kardial, Pericarditis konstriktif
e. Peningkatan kebutuhan metabolic : Anemia, Demam, Beri – beri, Penyakit
paget’s, Fistula arteriovenous.
Menurut Udjianti (2010) brdasarkan klasifikasi etiologi di atas dapat pula
dikelompokkan berdasarkan faktor etiologi eksterna maupun interna
a. Faktor eksternal (dari luar jantung) : hipertensi renal, hipertiroid, dan anemia
kronis / berat
b. Faktor internal (dari dalam jantung)
a) Disfungsi katup :Ventricular Septum Defect (VSD), Atria Septum Defect
(ASD), stenosis mitral, dan insufisiensi mitral.
b) Disritmia : atrial fibrilasi, ventrikel fibrilasi, heart block
c) Kerusakan miokard : kardiomiopati, miokarditis, dan infark miokard
d) Infeksi : endokarditis bacterial sub – akut

3. Patofisiologi
Gagal jantung merupakan dampak dari berbagai penyakit kardiovaskular namun
menimbulkan dampak yang sama yaitu penurunan kontraksi (systole), penurunan
pengisian ruang jantung (diastole) atau kedua – duanya. Bahkan disfungsi miokard ini
dapat telah berlangsung meskipun pasien belum mengalami gejala dari gagal jantung
tersebut
a. Gagal Jantung Kiri
Gagal jantung kiri merupakan kondisi ketika terjadi penurunan curah jantung
akibat dari kelemahan ventrikel kiri. Dalam kondisi normal selalu ada sisa darah
pada akhir sistole. Saat terdapat kelemahan ventrikel kiri maka semakin banyak
darah yang tersisa di akhir setiap sistole. Sisa darah ini akan semakin bertambah
pada fase diastole berikutnya, karena adanya tambahan darah dari atrium. Hal ini
membuat tekanan akhir diastole semakin tinggi dan dapat menghambat aliran
darah dari atrium. Seiring berjalannya waktu, akan timbul bendungan pada atrium
kiri sebagai dampak dari tingginya tahanan di ventrikel kiri. Hal ini membuat
tekanan darah di atrium kiri juga mengalami peningkatan. Bendungan di atrium
kiri ini menyebabkan bendungan dan peningkatan tekanan pada tekanan pada vena
pulmonalis dan pembuluh darah kapiler paru.
Sementara itu atrium kanan masih memompa darah sesuai dengan volume darah
yang masuk ke atrium kanan. Akibatnya dalam waktu singkat tekanan hidrostatik
di pembuluh darah kapiler paru meningkat melebihi 18 mmHg. Tingginya tekanan
hidrostatik tersebut aan menyebabkan proses transudasi (pengeluaran) cairan dari
kapiler paru. Tingginya tekanan darah pada kapiler paru ini menyebabkan
peningkatan tekanan arteri pulmonalis dan arteri bronkialis sehingga menimbulkan
transudasi pada jaringan interstisial bronkus. Jaringan tersebut menjadi edema dan
menimbulkan gangguan aliran udara pernapasan. Hal ini menyebabkan bising
ekspirasi dan pemanjangan periode ekspirasi. Kondisi ini dikenal sebagai asma
kardial yang merupakan fase permulaan dari gagal jantung. Saat tekanan di kapiler
paru semakin tinggi, cairan transudasi akan bertambah banyak.
Awalnya cairan transudasi ini akan dikembalikan ke peredaran darah melalui
saluran limfatik. Namun jika tekanan hidrostatik lebih dari 25 mmHg, maka
jumlah transudasi semakin banyak dan tidak dapat ditampung oleh saluran
limfatik. Akibatnya cairan transudasi akan tertahan dalam jaringan interstisial
paru (edema interstitial) termasuk alveoli paru (edema paru). Edema interstisial
ini menyebabkan terganggunya proses pertukaran gas alveoli – kapiler paru. Hal
ini disebabkan oleh semakin lebarnya jarak antara alveoli dan kapiler paru. Gejala
yang timbul pada kondisi ini adalah sesak napas (dispnea) disertai dengan nadi
yang cepat (takikardi). Sedangkan jika terjadi edema paru, maka napas penderita
semakin sesak, takikardi dan penurunan tekanan darah. Jika tidak segera ditangani
maka dapat terjadi syok yang dikenal dengan syok kardiogenik. Syok ini
disebabkan oleh tekanan diastole yang sangat rendah sehingga tidak mampu lagi
memberikan perfusi yang adekuat ke otot jantung. Hal ini disebabkan aliran darah
koroner yang berbeda dengan aliran darah dibagian tubuh atau organ lain. Jika
bagian atau organ tubuh lain mendapatkan aliran darah pada saat sistole,
sedangkan aliran darah ke otot jantung terjadi pada saat diastole.
Menurunnya aliran darah ke otot jantung ini akan memperburuk kondisi otot
jantung akibat iskemia yang terjadi. Terbatasnya asupan darah ke otot jantung
berpengaruh terhadap fungsinya. Bahkan jika tidak tertangani dengan baik, dapat
memburuk menjadi kematian otot jantung (infark miokardium). (Yasmara, dkk,
2016).
Dari sekian tanda dan gejala yang muncul, terdapat beberapa tanda dan gejala yang
khas antara lain :
a) Dyspnea karena aktivitas. Sesak napas saat melakukan aktivitas fisik. Hal ini
disebabkan jantung tidak mampu memenuhi kebutuhan perfusi darah saat
terjadi peningkatan metabolisme. (Yasmara, dkk, 2016).
b) Ortopnea. Keluhan sesak napas yang terjadi pada saat berbaring dan
berkurang saat penderita dalam posisi duduk atau berdiri. Pada saat berdiri,
cairan tertimbun pada bagian tubuh yang paling rendah, yaitu kaki, sehingga
timbunan cairan dalam paru dan jantung berkurang. Sedangkan ketika dalam
posisi berbaring, terjadi peningkatan aliran balik darah ke jantung. Hal ini
membuat beban jantung bertambah sehingga timbulah sesak napas. (Yasmara,
dkk, 2016).
c) Dyspnea noktural paroksismal. Sesak napas dirasakan pada malam hari dan
menyebabkan penderita terbangun dari tidurnya. Berbeda dengan ortopnea,
sesak napas ini terjadi lebih lama, yaitu sekitar 3 menit sejak berbaring.
Meskipun penyebabnya belum jelas, namun terdapat beberapa faktor yang
dapat berpengaruh antara lain menurunnya tonus simpatik, peningkatan aliran
balik, penurunan aktivitas pernapasan pada malam hari , dan edema paru.
Edema paru yang terjadi pada gagal jantung kiri ini dapat menimbulkan
berbagai tanda dan gejala antara lain dyspnea, takikardi, hipotensi, batuk
darah, keringat dingin, pucat, dan lain – lain. (Yasmara, dkk, 2016).
b. Gagal Jantung Kanan
Gagal jantung kanan akut merupakan kondisi ketika ventrikel kanan gagal
berkontraksi dengan adekuat, sehingga terjadi bendungan pada atrium kanan dan
vena kava superior maupun inferior. Pada kondisi ini terdapat beberapa
permasalahan yang dihadapi oleh penderitanya. Bendungan vena kava inferior
yang berhubungan dengan aliran balik dari tubuh bagian bawah akan
menimbulkan beberapa tanda dan gejala antara lain edema perifer hepatomegali,
dan terjadi penurunan tekanan darah dengan cepat akibat aliran balik darah yang
berkurang. (Yasmara, dkk, 2016).
Sedangkan pada gagal jantung kanan kronis, ventrikel kanan tidak mampu lagi
memompa darah keluar, sehingga tekanan akhir diastole ventrikel kanan semakin
meninggi. Kondisi ini menyebabkan tekanan di atrium kanan naik dan
menghambat pengisian atrium. Hal ini menyebabkan efek backward, karena
bendungan terjadi pada vena kava inferior dan superior serta seluruh sistem vena
tubuh. Bendungan yang terjadi di vena ini akan menimbulkan tanda dan gejala,
antara lain:
a) Bendungan pada vena jugularis yang menyebabkan peningkatan tekanan vena
jugularis (jugularis venous pressure) (Yasmara, dkk, 2016).
b) Hepatomegali, yang disebabkan bendungan pada vena hepatica (Yasmara, dkk,
2016).
c) Splenomegali, yang disebabkan oleh bendungan vena lienalis (Yasmara, dkk,
2016).
d) Edema perifer, akibat bendungan di vena vena perifer sehingga terjadi
kenaikan tekanan hidrostatik yang melampaui tekanan osmotik. (Yasmara,
dkk, 2016).
c. Gagal jantung kongesif
Gagal jantung kongesif merupakan kondisi ketika seseorang mengalami gagal
jantung kanan dan kiri. Kondisi ini mungkin berawal dari gagal jantung kiri atau
kanan terlebih dahulu. Proses perjalanan penyakit membutuhkan waktu yang
panjang. Namun demikian, biasanya gagal jantung kongesif diawali oleh gagal
jantung kiri. Tanda dan gejala yang ditimbulkannya pun merupakan kombinasi
antara gagal jantung kanan dan kiri. Penderita biasanya mengeluhkan sesak nafas
berat disertai gejala bendungan vena perifer seperti peningkatan tekanan vena
jugularis, hepatomegaly, splenomegaly, asites, dan edema perifer. (Yasmara, dkk,
2016).
4. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis gagal jantung bervariasi, tergantung dari umur pasien, beratnya
gagal jantung, etiologi penyakit jantung, ruang-ruang jantung yang terlibat, apakah
kedua ventrikel mengalami kegagalan serta derajat gangguan penampilan jantung.
Pada penderita gagal jantung kongestif, hampir selalu ditemukan :
a. Gejala paru berupa dyspnea, orthopnea dan paroxysmal nocturnal dyspnea.
(Kasron, 2016).
b. Gejala sistemik berupa lemah, cepat lelah, oliguri, nokturi, mual, muntah, asites,
hepatomegali, dan edema perifer. (Kasron, 2016).
c. Gejala susunan saraf pusat berupa insomnia, sakit kepala, mimpi buruk sampai
delirium. (Kasron, 2016).

5. Klasifikasi
New York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional dalam 4 kelas:
(Mansjoer dan Triyanti, 2007)
Kelas 1 : Bila pasien dapat melakukan aktifitas berat tampa keluhan
Kelas 2 : Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas lebih berat dari aktivitas sehari-
hari tanpa keluhan.
Kelas 3 : Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa keluhan.
Kelas 4 : Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktifitas apapun dan harus
tirah baring.

6. Pemeriksaan penunjang
a. Hitung sel darah lengkap: anemia berat atau anemia gravis atau polisitemia vera
b. Hitung sel darah putih: Lekositosis atau keadaan infeksi lain
c. Analisa gas darah (AGD): menilai derajat gangguan keseimbangan asam basa
baik metabolik maupun respiratorik.
d. Fraksi lemak: peningkatan kadar kolesterol, trigliserida, LDL yang merupakan
resiko CAD dan penurunan perfusi jaringan
e. Serum katekolamin: Pemeriksaan untuk mengesampingkan penyakit adrenal
f. Tes fungsi ginjal dan hati: menilai efek yang terjadi akibat CHF terhadap fungsi
hepar atau ginjal
g. Echocardiogram: menilai senosis/inkompetensi, pembesaran ruang jantung,
hipertropi ventrikel
h. Cardiac scan: menilai underperfusion otot jantung, yang menunjang penurunan
kemampuan kontraksi.
i. Rontgen toraks: untuk menilai pembesaran jantung dan edema paru.
j. Kateterisasi jantung: Menilai fraksi ejeksi ventrikel.
k. EKG: menilai hipertropi atrium/ ventrikel, iskemia, infark, dan disritmia
7. Manajemen medis
a. Medikasi
1. Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan konsumsi
O2 melalui istirahat/ pembatasan aktifitas
2. Memperbaiki kontraktilitas otot jantung
 Mengatasi keadaan yang reversible, termasuk tirotoksikosis, miksedema, dan
aritmia.
 Digitalisasi
a. Dosis digitalis
1) Digoksin oral untuk digitalisasi cepat 0,5 mg dalam 4 - 6 dosis selama
24 jam dan dilanjutkan 2x0,5 mg selama 2-4 hari.
2) Digoksin IV 0,75 - 1 mg dalam 4 dosis selama 24 jam.
3) Cedilanid IV 1,2 - 1,6 mg dalam 24 jam.
b. Dosis penunjang untuk gagal jantung: digoksin 0,25 mg sehari. untuk
pasien usia lanjut dan gagal ginjal dosis disesuaikan.
c. Dosis penunjang digoksin untuk fibrilasi atrium 0,25 mg.
d. Digitalisasi cepat diberikan untuk mengatasi edema pulmonal akut yang
berat:
1) Digoksin: 1 - 1,5 mg IV perlahan-lahan.
2) Cedilamid 0,4 - 0,8 IV perlahan-lahan.
b. Terapi Lain
1. Koreksi penyebab-penyebab utama yang dapat diperbaiki antara lain: lesi katup
jantung, iskemia miokard, aritmia, depresi miokardium diinduksi alkohol, pirau
intrakrdial, dan keadaan output tinggi.
2. Edukasi tentang hubungan keluhan, gejala dengan pengobatan.
3. Posisi setengah duduk.
4. Oksigenasi (2-3 liter/menit).
5. Diet: pembatasan natrium (2 gr natrium atau 5 gr garam) ditujukan untuk
mencegah, mengatur, dan mengurangi edema, seperti pada hipertensi dan gagal
jantung. Rendah garam 2 gr disarankan pada gagal jantung ringan dan 1 gr pada
gagal jantung berat. Jumlah cairan 1 liter pada gagal jantung berat dan 1,5 liter
pada gagal jantung ringan.
6. Aktivitas fisik: pada gagal jantung berat dengan pembatasan aktivitas, tetapi bila
pasien stabil dianjurkan peningkatan aktivitas secara teratur. Latihan jasmani
dapat berupa jalan kaki 3-5 kali/minggu selama 20-30 menit atau sepeda statis 5
kali/minggu selama 20 menit dengan beban 70-80% denyut jantung maksimal
pada gagal jantung ringan atau sedang.
7. Hentikan rokok dan alkohol
8. Revaskularisasi koroner
9. Transplantasi jantung
10. Kardiomioplasti

8. Manajemen keperawatan
a. Pengkajian
a) Aktivitas/ istirahat
Gejala : kelelahan/keletihan terus menerus sepanjang hari , nyeri dada dengan
aktivitas, insomnia, dispnea pada istirahat atau pada pengerahan tenaga
Tanda: gelisah, perubahan status mental misalnya letargi, tanda vital berubah
pada aktivitas
b) Sirkulasi
Gejala: riwayat hipertensi, infark miokard akut, episode GJK sebelumnya,
penyakit katup jantung, endokarditis, SLE, anemia, syok septik, bengkak pada
kaki, telapak kaki, abdomen
Tanda: TD mungkin rendah (gagal pompaan), normal (GJK ringan atau kronis),
tekanan nadi mungkin sempit, menunjukkan penurunan volume sekuncup,
frekuensi jantung takikardi(gagal jantung kiri),
irama jantung disritmia misalnya fibrilasi atrium, kontraksi ventrikel
prematur/takikardi dan heart block,
nadi apikal : PMI mungkin menyebar dan berubah posisi secara inferior ke kiri
bunyi jantung: S3 (gallop) adalah diagnostik, S4 dapat terjadi, S1 dan S2
mungkin melemah, murmur sistolikdan diastolik dapat menandakan adanya
stenosis katup
nadi: nadi perifer berkurang, perubahan dalam kekuatan denyutan dapat terjadi,
nadi mungkin kuat misalnya nadi jugularis, karotis, abdominal terlihat
warna: kebiruan, pucat, abu-abu
punggung kuku: pucat atau sianosis dengan pengisian kapiler lambat
hepar: pembesaran/ dapat teraba, refleks hepatojugularis
bunyi napas: krekles dan ronchi
edema mungkin dependen, umu atau pitting khususnya pada ekstermitas
c) Integritas ego
Gejala: ansietas, khawatir, takut, stress yang berhubungan dengan penyakit/
keprihatinan finansial (pekerjaan/ biaya perawatan medis)
Tanda : berbagai manifestasi penyakit misalnya ansietas, marah, ketakutan,
mudah tersinggung
d) Eliminasi
Gejala: penurunan berkemih, urine berwarna gelap, berkemih dimalam hari
(nokturia), diare/konstipasi
e) Makanan/cairan
Gejala: kehilangan napsu makan, mual/muntah, penambahan berat badan
signifikan, pembengkakan pada ekstermitas bawah, pakaian/sepatu terasa sesak,
diet tinggi garam/makanan yang telah diproses, lemak, gula dan kafein,
penggunaan diuretik, distensi abdomen (asites)
f) Higiene
Gejala: keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas perawatan diri
tanda: penampilan menandakan kelalaian perawatan personal
g) Neurosensori
Gejala: kelemahan, pening, episode pingsan
Tanda : letargi, kusut pikir, disorientasi, perubahan perilaku, mudah tersinggung
h) Nyeri/kenyamanan
Gejala: nyeri dada, angina akut/kronik, nyeri abdomen kanan atas, sakit pada
otot
Tanda: tidak tenang, gelisah, fokus menyempit (menarik diri), perilaku
melindungi diri
i) Pernapasan
Gejala: dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal
Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat penyakit paru kronik,
penggunaan bantuan napas misalnya oksigen atau medikasi
Tanda: pernapasan takipnea, napas dangkal, pernapasan labored, penggunaan
otot napas, batuk: kering/nyaring/nonproduktif atau mungkin batuk terus
menerus dengan/tanpa pembentukan sputum
Bunyi napas mungkin tidak terdengar dengan krekles basiliar dn mengi, fungsi
mental: mungkin menurun: letargi, gelisah, warna kulit pucat atau sianosis
j) Keamanan
Gejala: perubahan dalam fungsi mental, kehilangan kekuatan/tonus otot, kulit
lecet
k) Interaksi sosial
Gejala: penurunan keikutsertakan dalam aktivitas sosial yang biasa dilakukan
l) Pembelajaran/pengajaran
Gejala: menggunakan/ lupa menggunakan obat-obat jantung, penyekat saluran
kalsium
Tanda: bukti tentang ketidakberhasilan untuk meningkatkan
b. Diagnosa keperawatan
1. Penurunan curah jantung b.d perubahan irama jantung, perubahan frekuensi
jantung, perubahankontraktilitas, perubahan preload, perubahan aftreload
2. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi – perifer, perubahan
membrane alveolus - kapiler
3. Hipervolumia b.d gangguan mekanisme regulasi, gangguan aliran balik vena,
kelebihan asupan cairan
4. Intoleransi aktivitas b.d kelemaahan
5. Ansietas b.d kurang terpaparnya informasi
c. Intervensi keperawatan

Diagnosa Tuju an
No Intervensi
Keperawatan

1 Penurunan curah Setelah dilakukan I.02075 Perawatan Jantung


tindakan keperawatan
jantung b.d perubahan
selama 3x 24 jam Observasi
irama jantung, masalah penurunan
perubahan frekuensi
curah jantung dapat  Identifikasi tanda / gejala
teratasi dengan primer penurunan curah
jantung, perubahan jantung ( meliputi dispnea,
Ekspetasi : meningkat
kontraktilitas, kelelahan, edema, ortopnea,
perubahan preload, Kriteria Hasil: paroxysmal nocturnal
dyspnea, peningkatan CVP)
perubahan aftreload
 Kekuatan nadi  Identifikasi tanda/gejala
perifer ejecition sekunder penurunan curah
fraktion (EF) jantung ( meliputi
meningkat (5) peningkatan berat badan,
 Palpitasi hepatomegaly, distensi
menurun (5) vena jugularis, palpitasi,
 Bradikardia ronkhi basah, oliguria,
menurun (5) batuk, kulit pucat)
 Takikardia  Monit tekanan darah
menurun (5) (termasuk tekanan darah
 Gambaran EKG ortostatistik, jika perlu )
aritmia menurun  Monitor intake – output
(5) cairan
 Lelah menurun  Monitor berat badan setiap
(5) hari pada waltu yang sama
 Edema menurun  Monitor saturasi oksigen
(5)  Monitor keluhan nyeri dada
 Distensi vena (missal : intensitas, lokasi,
jugularis radiasi, durasi, presivitasi
menurun (5) yang mengurangi nyeri)
 Dyspnea  Monitor EKG 12 sadapan
menurun (5)  Monitor aritmia (kelainan
 Olguria menurun irama dan frekuensi)
(5)  Monitor nilai laboratorium
 Pucat/sianosis jantung (missal : elektrolit,
menurun (5) enzim jantung, BNP,
 Paroksismal NTpro-BNP)
nocturnal dispnea  Monitor fungsi alat pacu
(PND) menurun jantung
(5)  Periksa tekanan darah dan
 Ortopnea frekuensi nadi sebelum dan
menurun (5) sesudah aktivitas
 Batuk menurun  Periksa tekanan darah dan
(5) frekuensi nadi sebelum
 Suara jantung S3 pemberian obat (missal :
menurun (5) beta blocker, ACE
 Suara jantung S4 incubator, calcium channel
menurun (5) blocker, digoksin)
 Murmur jantung
menurun (5) Terapeutik
 Berat badan
 Posisikan pasien semi
menurun (5)
fowler atau fowler dengan
 Hepatomegali
kaki dibawah atau posisi
menurun (5)
nyaman
 Pulmonari
 Berikan diet jantung yang
vaskular resisten
sesuai ( missal : batasi
( PVR ) menurun
asupan klien, natrium,
(5)
kolesterol, dan makanan
 Systemik tinggi lemak)
vaskular resisten
 Fasilitasi pasien dan
menurun (5)
keluarga untuk modifikasi
 Tekanan darah gaya hidup sehat
membaik (5)
 Berikan terapi relaksasi
untuk mengurangi stress,
jika perlu
 Berikan dukungan
emosional dan spiritual
 Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen >94%

Edukasi

 Anjurkan beraktivitas fisik


sesuai toleransi
 Anjurkan beraktivitas fisik
secara bertahap
 Anjurkan berhenti merokok
 Anjurkan pasien dan
keluarga mengukur berat
badan harian
 Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur intake
dan output cairan harian

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
 Rujuk ke program
rehabilitasi jantung

I.02076 Perawatan Jantung


Akut

Observasi

 Identifikasi karakteristik
nyeri dada (meliputi factor
pemicu dan Pereda,
kualitas, lokasi, radiasi
skala, durasi, dan
frekuensi)
 Monitor EKG 12 sadapan
untuk perubahan ST dan T
 Monitor aritmia (kelainan
irama dan frekuensi)
 Monitor elektrolit yang
dapat menimbulkan resiko
aritmia (mis : kalium,
magnesium serum)
 Monitor enzim jantung
(mis : CK, CK – MB,
Troponin T, Troponin I)
 Monitor saturasi oksigen
 Identifikasi stratifikasi
pada sindrom coroner akut
(mis : skor TIMI, Kilip,
Crusade)

Terapeutik

 Pertahankan tirah baring


minimal 12 jam
 Pasang akses intravena
 Puasakan hingga bebas
nyeri
 Berikan terapi relaksasi
untuk mengurangi ansietas
dan stress
 Sediakan lingkungan yang
kondusif untuk beristirahat
dan pemulihan
 Siapkan menjalani
intervensi coroner
perkutan, jika perlu
 Berikan dukungan
emosional dan spiritual

Edukasi

 Anjurkan beraktivitas fisik


sesuai toleransi
 Anjurkan beraktivitas
secara bertahap
 Anjurkan berhenti merokok
 Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur berat
badan harian
 Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur intake
dan output cairan harian

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
 Rujuk ke program
rehabilitasi jantung

I.03128 Pemberian Obat Oral

Observasi

 Identifikasi kemungkinan
alergi, interaksi, dan
kontraindikasi obat (mis :
gangguan menelan,
nausea/muntah, inflamasi
usus, peristaltic menurun,
kesadaran menurun,
program puasa)
 Verifikasi order obat
sesuai dengan indikasi
 Monitor efek terapeutik
obat
 Monitor efek local, efek
sistemik dan efek samping
obat
 Monitor resiko aspirasu,
jika perlu

Terapeutik

 Lakukan prinsip 6 benar


(pasien, obat, dosisi,
waktu, rute, dokumentasi)
 Berikan obat oral sebelum
makan atau setelah makan,
sesuai kebutuhan
 Campurkan obat dengan
sirup, jika perlu
 Taruh obat sublingual di
bawah lidah pasien

Edukasi

 Jelaskan jenis obat, alasan


pemberian, tindakan yang
diharapkan, dan efek
samping sebelum
pemberian
 Anjurkan tidak menelan
obat sulingual
 Anjurkan tidak
makan/minum hingga
seluruh obat sublingual
larut
 Ajarkan pasien dan
keluarga tentang cara
pemberian obat secara
mandiri

I.08238 Manajemen Nyeri

Observasi

 Indikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respon nyeri
non verbal
 Identifikasi factor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
 Identifikasi pengetahuan
dan keyakinan tentang
nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
 Monitor keberhasilan
terapi komplementer yang
sudah diberikan
 Monitor efek samping
penggunaan analgetik

Terapeutik

 Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
 Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis : suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi

 Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan startegi
meredakan nyeri
 Anjurkan memonitot nyeri
secara mandiri
 Anjurkan menggunakan
analgetik secara cepat
 Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

I.02085 Terapi Intravena

Observasi

 Identidfikasi indikasi
dilakukan terapi intravena
 Periksa jenis, jumlah,
tanggal kadarluwasa, jenis
larutan, dan kerusakan
wadah
 Periksa kepatenan IV
sebelum pemberian obat
atau cairan
 Monitor aliran IV dan
tempat penusukan kateter
selama terapi
 Monitor tanda dan gejala
kelebihan cairan
 Monitor nilai kalium
berada dibawah 200
mEq/24 jam pada dewasa
 Monitor tanda dan gejala
flebitis atau infeksi lokal

Terapeutik

 Pertahankan teknik aseptic


 Lakukan lima benar
sebelum memberikan
cairan atau obat – obatan
(obat dosis, pasien, rute,
dan waktu)
 Berikan melalui infuse
pump, jika perlu
 Berikan cairan pada suhu
kamar, kecuali ada indikasi
lain
 Berikan obat – obatan
melalui IV dan monitor
reaksi obat
 Ganti kateter IV, selang
infus dan peralatan lainnya
setiap 48-72 jam
 Lakukan perawatan area
penusukan IV
 Lakukan pembilasan selang
setelah pemberian larutan
pekat
 Dokumentasikan terapi
yang diberikan

Edukasi

 Jelaskan tujuan dan


langkah – langkah prosedur

I.08250 Terapi Oksigen

Observasi

 Monitor kecepatan oksigen


 Monitor posisi alat terapi
oksigen
 Monitor aliran oksigen
secara periodic dan pastikan
fraksi yang diberikan cukup
 Monitor efektifitas terapi
oksigen ( mis : oksimetri,
analisa gas darah), jika
perlu
 Monitor kemampuan
melepas oksigen dan
atelectasis
 Monitor tingkat kecemasan
akibat terapi terapi oksigen
 Monitor integritas mukosa
hidung akibat pemasangan
oksigen

Terapeutik

 Bersihkan secret pada


mulut, hidung dan trakea,
jika perlu
 Pertahankan kepatenan
jalan napas
 Siapkan dana tur peralatan
pemberian oksigen
 Berikan oksigen tambahan,
jika perlu
 Tetap berikan oksigen saat
pasien ditransportasi
 Gunakan perangkat oksigen
yang sesuai dengan tingkat
mobilitas pasien

Edukasi

 Ajarkan pasien dan


keluarga cara menggunakan
oksigen di rumah

Kolaborasi

 Kolaborasi penentuan dosis


oksigen
 Kolaborasi penggunaan
oksigen saat aktivitas
dan/atau tidur
2. Gangguan pertukaran Setelah dilakukan I.08250 Terapi Oksigen
gas b.d tindakan keperawatan
Observasi
ketidakseimbangan 3x24 jam masalah
ventilasi – perifer, Gangguan pertukaran  Monitor kecepatan oksigen
 Monitor posisi alat terapi
perubahan membrane gas dapat teratasi dengan oksigen
alveolus – kapiler Ekspetasi : meningkat  Monitor aliran oksigen
secara periodic dan pastikan
fraksi yang diberikan cukup
 Monitor efektifitas terapi
Kriteria Hasil: oksigen ( mis : oksimetri,
analisa gas darah), jika
 Tingkat perlu
kesadaran  Monitor kemampuan
meningkat (5) melepas oksigen dan
atelectasis
 Dyspnea
 Monitor tingkat kecemasan
menurun (5) akibat terapi terapi oksigen
 Bunyi napas  Monitor integritas mukosa
tambahan hidung akibat pemasangan
menurun (5) oksigen
 Pusing menurun
(5) Terapeutik
 Penglihatan
 Bersihkan secret pada
kabur menurun mulut, hidung dan trakea,
(5) jika perlu
 Diaforesis  Pertahankan kepatenan
menurun (5) jalan napas
 Gelisah menurun  Siapkan dana tur peralatan
pemberian oksigen
(5)
 Berikan oksigen tambahan,
 Nafas cuping jika perlu
hidung menurun  Tetap berikan oksigen saat
(5) pasien ditransportasi
 PCO2 membaik  Gunakan perangkat oksigen
(5) yang sesuai dengan tingkat
 PO2 membaik (5) mobilitas pasien
 Takikardia
Edukasi
membaik (5)
 pH arteri  Ajarkan pasien dan
membaik (5) keluarga cara menggunakan
 Sianosis oksigen di rumah
membaik (5)
Kolaborasi
 Pola napas
membaik (5)  Kolaborasi penentuan dosis
 Warna kulit oksigen
membaik (5)  Kolaborasi penggunaan
oksigen saat aktivitas
dan/atau tidur

I.01014 Pemantau respirasi

Observasi
 Monitor frekuensi, irama,
kedalaman dan upaya napas
 Monitor pola napas (seperti
bradipnea, takipnea,
hiperventilasi, kusmaul,
Cheyne – Stokes, Biot,
ataksik)
 Monitor kemampuan batuk
efektif
 Monitor adanya produksi
sputum
 Monitor adanya sumbatan
jalan napas
 Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
 Auskultasi bunyi napas
 Monitor saturasi oksigen
 Monitor nilai AGD
 Monitor nilai x – ray
thoraks

Terapeutik

 Atur interval pemantauan


respirasi sesuai kondisi
pasien
 Dokumentasikan hasil
pemantauan

Edukasi

 Jelaskan tujuan dan


prosedur pemantauan
 Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

I.02085 Terapi Intravena

Observasi

 Identidfikasi indikasi
dilakukan terapi intravena
 Periksa jenis, jumlah,
tanggal kadarluwasa, jenis
larutan, dan kerusakan
wadah
 Periksa kepatenan IV
sebelum pemberian obat
atau cairan
 Monitor aliran IV dan
tempat penusukan kateter
selama terapi
 Monitor tanda dan gejala
kelebihan cairan
 Monitor nilai kalium
berada dibawah 200
mEq/24 jam pada dewasa
 Monitor tanda dan gejala
flebitis atau infeksi lokal

Terapeutik

 Pertahankan teknik aseptic


 Lakukan lima benar
sebelum memberikan
cairan atau obat – obatan
(obat dosis, pasien, rute,
dan waktu)
 Berikan melalui infuse
pump, jika perlu
 Berikan cairan pada suhu
kamar, kecuali ada
indikasi lain
 Berikan obat – obatan
melalui IV dan monitor
reaksi obat
 Ganti kateter IV, selang
infus dan peralatan lainnya
setiap 48-72 jam
 Lakukan perawatan area
penusukan IV
 Lakukan pembilasan
selang setelah pemberian
larutan pekat
 Dokumentasikan terapi
yang diberikan
Edukasi

 Jelaskan tujuan dan langkah


– langkah prosedur

I.03128 Pemberian Obat


Oral

Observasi

 Identifikasi kemungkinan
alergi, interaksi, dan
kontraindikasi obat (mis :
gangguan menelan,
nausea/muntah, inflamasi
usus, peristaltic menurun,
kesadaran menurun,
program puasa)
 Verifikasi order obat sesuai
dengan indikasi
 Monitor efek terapeutik
obat
 Monitor efek local, efek
sistemik dan efek samping
obat
 Monitor resiko aspirasu,
jika perlu

Terapeutik

 Lakukan prinsip 6 benar


(pasien, obat, dosisi, waktu,
rute, dokumentasi)
 Berikan obat oral sebelum
makan atau setelah makan,
sesuai kebutuhan
 Campurkan obat dengan
sirup, jika perlu
 Taruh obat sublingual di
bawah lidah pasien
Edukasi

 Jelaskan jenis obat, alasan


pemberian, tindakan yang
diharapkan, dan efek
samping sebelum
pemberian
 Anjurkan tidak menelan
obat sulingual
 Anjurkan tidak
makan/minum hingga
seluruh obat sublingual
larut
 Ajarkan pasien dan
keluarga tentang cara
pemberian obat secara
mandiri
3. Hipervolumia b.d Setelah dilakukan I.03116 Managemen
tindakan keperawatan hipovolemia
gangguan mekanisme
3x24 jam masalah
regulasi, gangguan Hipervolumia dapat Observasi
teratasi dengan
aliran balik vena,
 Periksa tanda dan gejala
kelebihan asupan cairan Ekspetasi : meningkat hipovolemia (misal :
frekuensi nadi
Kriteria Hasil: meningkat, nadi teraba
lemah, tekanan darah
 Asupan cairan menurun, tugor kulit
meningkat (5) menurun, membran
 Haluaran urine mukosa kering, volume
meningkat (5) urine menurun,
 Kelembapan hematokrit meningkat,
membran mukosa haus, lemah )
meningkat (5)  Monitor intake dan
 Asupan makanan output cairan
meningkat (5)
 Edema menurun Terapeutik
(5)
 Dehidrasi  Hitung kebutuhan
menurun (5) cairan
 Asites menurun  Berikan asupan cairan
(5) oral
 Konfusi menurun
(5)
 Tekanan darah
membaik (5) Edukasi
 Denyut nadi
radial membaik  Anjurkan
(5) memperbanyak asupan
 Tekanan arteri oral
rata – rata
membaik (5) Kolaborasi
 Membran
mukosa membaik  Kolaborasi pemberian
(5) cairan IV isotonis
 Mata cekung (misal : Nacl, RL )
membaik (5)
 Tugor kulit I.02050 Managemen Syok
membaik (5) Hipovolemik
 Berat badan
membaik (5) Observasi

 Monitor status kardio


opulmonal (frekuensi
dan kekuatan nadi,
frekuensi napas, TD,
MAP)
 Monitor status
oksigenasi (oksimetri
nadi, AGD)
 Monitor status cairan
(masukan dan haluaran,
tugor kulit, CRT)
 Periksa tingkat
kesadaran dan respon
pupil
 Periksa seluruh
permukaan tubuh
terhadap adanta DOTS
(deformitiy/deformitas,
open wound/luka
terbuka,
tendenmess/nyeri tekan,
swelling/bengkak)

Terapeutik

 Pertahankan jalan napas


paten
 Berikan oksigen untuk
mempertahankan
saturasi oksigen >94%
 Persiapkan intubasi dan
ventilasi mekanis, jika
perlu
 Lakukan penekanan
langsung (direct
pressure) pada
pendarahan eksternal
 Berikan posisi syok
(imodifiet
trendelenbreg)
 Pasang jalur IV
berukuran besar (mis :
14/16)
 Pasang kateter urine
untuk menilai produksi
urine
 Pasang selang
nasogastrik untuk
decompresi lambung
 Ambil sampel darah
untk pemeriksaan darah
lengkap dan elektrolit

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian
infus cairan kristaloid I
– II L pada dewasa
 Kolaborasi pemberian
infus kristaloid
20Ml/kgBB pada anak
 Kolaborasi pemberian
tranfusi darah, jika
perlu

I.02035 Managemen Aritmia


Observasi

 Periksa onset dan


pemicu aritmia
 Identifikasi jenis aritmia
 Monitor frekuensi dan
durasi aritmia
 Monitor keluhan nyeri
dada (intensitas, lokasi,
faktor pencetus, dan
faktor pereda)
 Monitor respon
hemodinamik akibat
aritmia
 Monitor saturasi
oksigen
 Monitor keadaan
elektrolit

Terapeutik

 Berikan lingkungan
yang tenang
 Pasang jalan nafas
buatan (mis : OPA,
NPA, LMA, ETT ) jika
perlu
 Pasang akses intravena
 Pasang monitor jantung
 Rekam EKG 12
sadapan
 Periksa interval QT
sebelum dan sesudah
pemberian obat yang
dapat memperpanjang
interval QT
 Lakukan manuifer
falsafah
 Lakukan massase
karotis unilateral
 Berikan oksigen, sesuai
indikasi
 Siapkan pemasangan
ICD ( inflant table
kardioferter
difibrillator )

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
 Kolaborasi pemberian
kardoversi, jika perlu
 Kolaborasi pemberian
defibrilasi, jika perlu

I.03121 Pemantauan cairan

Observasi

 Monitor frekuensi dan


kekuatan nadi
 Monitor frekuensi napas
 Monitor tekanan darah
 Monitor berat badan
 Monitor elastisitas dan
tugor kulit
 Monitor jumlah, warna
dan berat jenis urine
 Monitor hasil
pemeriksaan serum
(misal : osmolaritas
serum, hematokrit,
natrium, kalium, BUN)
 Monitor intake – output
cairan
 Identifikai tanda
hipovolemia ( misal :
frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba
lemah, tekanan darah
menurun, tugor kulit
menurun, membran
mukosa kering, volume
urine menurun,
hematokrit meningkat,
haus, lemah,
konsentrasi urine
meningkat, berat badan
menurun dalam waktu
singkat )

Terapeutik

 Atur interval waktu


pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil
pemantauan

Edukasi

 Jelaskan tujuan dan


prosedur pemantauan
 Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
4. Defisit nutrisi b/d Setelah dilakukan I.03119 Managemen Nutrisi
tindakan keperawatan
kurangnya asupan Observasi
selama 3x24 jam
makanan diharapkan
1. Identifikasi status
Ekspetasi : meningkat nutrisi

1. Porsi makan yang 2. Identifikasi alergi dab


dihabiskan toleransi makanan
meningkat (5)
3. Identifikasi makanan
2. Kekuatan otot
yang disukai
mengunyah
meningkat (5) 4. Identifikasi kebutuhan
3. Kekuatan otot kalori dan jenis nutrien
menelan
meningkat (5) 5. Identifikasi perlunya
4. Perasaan cepat penggunaan selang
kenyang nasogastrik
menurun (5) 6. Monitor asupan
5. Nyeri abdomen makanan
menurun (5)
6. Sariawan 7. Monitor berat badan
menurun (5)
8. Monitor hasil
7. Daire menurun pemeriksaan
(5) laboratorium
8. Berat badan
membaik (5) Terapeutik
9. IMT membaik 1. Lakukan oral hyegene
(5) sebelum makan, jika
10. Frekuensi makan perlu
membaik (5)
11. Nafsu makan 2. Fasilitasi menentukan
membaik (5) pedoman diet (Mis :
12. Membran piramida makanan )
mukosa membaik
3. Sajikan makanan secara
(5)
menarik dan suhu yang
13. Bising usus
sesuai
membaik (5)
4. Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi

5. Berikam makanan
tinggi kalori dan tinggi
protein

6. Berikan suplemen
makanan, jika perlu

7. Hentikan pemberian
makan melalui selang
nasogastrik jika asupan
oral dapat ditoleransi

Edukasi

1. Anjurkan posisi duduk,


jika mampu

2. Anjurkan diet yang


diprogramkan

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan (Mis : pereda
nyeri, antiemetik), jika
perlu

2. Kolaborasi dengan ahli


gizi untuk menentukan
jumlah kaloribdan jenis
nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu

I.03136 Promosi Berat Badan

Observasi

1. Identifikasi
kemungkinan penyebab
BB kurang

2. Monitor adanya mual


dan muntah

3. Monitor jumlah kalori


yang dikonsumsi sehari
– hari

4. Monitor berat badan

5. Monitor albumin,
limfosit, dan elektrolit
serum

Terapeutik

1. Berikan perawatan
mulut sebelum
pemberian makan, jika
perlu

2. Sediakan makanan yang


tepat sesuai kondisi
pasien (Mis : makanan
dengan tekstur halus,
makanan yang
diblender, makanan cair
yang diberikan melalui
NGT atau gastrostomi,
total parenteral nutrition
sesuai indikasi)

3. Hidangkan makanan
secara menarik

4. Berikan suplemen, jika


perlu

5. Berikan pujian pada


pasien/keluarga untuk
peningkatan yang
dicapai

Edukasi

1. Jelaskan jenis makanan


yang bergizi tinggi,
namun tetap terjangkau

2. Jelaskan peningkatan
asupan kalori yang
dibutuhkan

5. Gangguan pola tidur b.d I.05174 Dukungan Tidur


kelemahan
Observasi

 Identifikasi pola
aktivitas dan tidur
 Identifikasi faktor
pengganggu tidur (fisik
dan/atau psikologis)
 Identifikasi makanan
dan minuman yang
mengganggu tidur (mis:
kopi, teh, alkohol,
makan mendekati waktu
tidur, minum banyak air
sebelum tidur)
 Identifikasi obat tidur
yang dikonsumsi

Terapeutik


Edukasi

6. Intoleransi aktivitas b.d Setelah dilakukan I.05178 Managemen Energi


tindakan keperawatan
kelemaahan
selama 3x24 jam Observasi
diharapkan
 Identifikasi gangguan
Ekspetasi meningkat fungsi tubuh yang
mengakibatkan
Dengan kriteria hasil : kelelahan
 Monitor kelelahan fisik
 Frekuensi nadi dan emosional
meningkat (5)  Monitor pola dan jam
 Saturasi oksigen tidur
meningkat (5)  Monitor lokasi
ketidaknyamanan
 Kemudahan selama melakukan
dalam melakukan aktivitas
aktivitas sehari –
hari meningkat Terapeutik
(5)
 Kekuatan tubuh  Sediakan lingkungan
bagian atas yang nyaman dan
rendah stimulus (misal
meningkat (5) : cahaya, suara,
 Kekuatan tubuh kunjungan)
bagian bawah  Lakukan latihan
meningkat (5) rentang gerak pasif dan
 Jarak berjalan /atau pasif
meningkat (5)  Fasilitasiduduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
 Keluhan lelah
dapat berpindah atau
menurun (5) berjalan
 Dispnea saat
aktivitas menurun Edukasi
(5)
 Dispnea setelah  Anjurkan tirah baring
aktivitas menurun  Anjurkan melakukan
aktivitas secara
(5) bertahap
 Perasaan lemah  Anjurkan menghubungi
menurun (5) perawat jika tanda dan
 Aritmia saat gejala kelelahan tidak
aktivitas menurun berkurang
(5)
 Aritmia setelah
aktivitas menurun I.05186 Terapi Aktivitas
(5)
Observasi
 Sianosis menurun
(5)  Identifikasi defisit
 Warna kulit tingkat aktivitas
membaik (5)  Identifikasi
 Tekanan darah kemampuan
membaik (5) beradaptasi dalam
aktivitas tertentu
 Frekuensi napas
 Identifikasi makna
membaik (5) aktivitas rutin (misal :
 EKG Iskemia bekerja) dan waktu
membaik (5) luang

Terapeutik

 Fasilitasi aktivitas fisik


rutin (misal : ambulasi,
mobilisasi, dan
pearawatan diri ),
sesuai kebutuhan
 Libatkan keluarga
dalam aktivitas
kelompok, jika perlu

Edukasi

 Ajarkan cara
melakukan aktivitas
yang dipilih
 Anjurkan melakukan
aktivitas fisik, sosial,
spiritual, dan koognitif
dalam menjaga fungsi
dan kesehatan

I.12383 Edukasi Kesehatan

Observasi

 Identifikasi kesiapan
dan kemampuan
menerima informasi
 Identifikasi faktor –
faktor yang dapat
meningkatkan dan
menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih
dan sehat

Terapeutik

 Sediakan materi dan


media penkes
 Jadwalkan penkes
sesuai kesepakatan
 Berikan kesempatan
untuk bertanya

Edukasi

 Jelaskan faktor resiko


yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
 Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
 Ajarkan strategi yang
dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat
7. Ansietas b.d kurang Setelah dilakukan I.12383 Edukasi Kesehatan
tindakan keperawatan
terpaparnya informasi
selama 3x24 jam Observasi
diharapkan
 Identifikasi kesiapan
Ekspetasi : Meningkat dan kemampuan
menerima informasi
Dengan kriteria hasil :  Identifikasi faktor –
faktor yang dapat
 Perilaku sesuai meningkatkan dan
anjuran membaik menurunkan motivasi
(5) perilaku hidup bersih
 Kemampuan dan sehat
menjelaskan
pengetahuan Terapeutik
tentang suatu
topik membaik  Sediakan materi dan
(5) media penkes
 Kemampuan  Jadwalkan penkes
menggambarkan sesuai kesepakatan
pengalaman  Berikan kesempatan
sebelumnya yang untuk bertanya
sesuai dengan
topik membaik Edukasi
(5)
 Perilaku sesuai  Jelaskan faktor resiko
dengan yang dapat
pengetahuan mempengaruhi
membaik (5) kesehatan
 Pertanyaan  Ajarkan perilaku hidup
tentang masalah bersih dan sehat
yang dihadapi  Ajarkan strategi yang
menurun (5) dapat digunakan untuk
 Persepsi yang meningkatkan perilaku
keliru terhadap hidup bersih dan sehat
masalah menurun
(5)
 Perilaku membaik
(5)
DAFTAR PUSTAKA

Ardini, Desta N. 2007. Perbedaaan Etiologi Gagal jantung Kongestif pada Usia Lanjut
dengan Usia Dewasa Di Rumah Sakit Dr. Kariadi Januari - Desember 2006.
Semarang: UNDIP

Kasron, 2016. Buku Ajar Keperawatan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta Timur :CV. Trans Info
Media

Udjianti, Wajan J. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba medika

Tim pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta. DPP
PPNI

Yasmara, dkk, 2016. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal – Bedah : Diagnosis NANDA – I
2015 – 2017 Intervensi NIC hasil NOC. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai