Oleh :
PUGUH DADI DWI PANTARA
NIM 1611040098
A. Pengertian
Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung
mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel
tubuh akan nutrien dan oksigen secara adekuat. Hal ini mengakibatkan peregangan
ruang jantung (dilatasi) guna menampung darah lebih banyak untuk dipompakan ke
seluruh tubuh atau mengakibatkan otot jantung kaku dan menebal. Jantung hanya
mampu memompa darah untuk waktu yang singkat dan dinding otot jantung yang
melemah tidak mampu memompa dengan kuat. Sebagai akibatnya, ginjal sering
merespons dengan menahan air dan garam. Hal ini akan mengakibatkan bendungan
cairan dalam beberapa organ tubuh seperti tangan, kaki, paru, atau organ lainnya
sehingga tubuh klien menjadi bengkak (congestive) (Udjianti, 2010).
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah suatu keadaan patofisiologis berupa
kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan/ kemampuannya hanya ada kalau
disertai peninggian volume diastolik secara abnormal (Mansjoer dan Triyanti, 2007).
Gagal jantung adalah sindrom klinik dengan abnormalitas dari struktur atau
fungsi jantung sehingga mengakibatkan ketidakmampuan jantung untuk memompa
darah ke jaringan dalam memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh (Darmojo, 2004
cit Ardini 2007).
Menurut Mansjoer et al (2007), gagal jantung dapat di klasifikasikan sebagai
berikut:
a
Derajat 4; berat. Penderita tidak mampu melakukan kegiatan fisik apapun tanpa
menimbulkan keluhan, bertambah apabila penderita melakukan kegiatan fisik
meskipun sangat ringan.
B. Etiologi
Gagal jantung disebabkan karena meningkatnya beban kerja otot jantung,
sehingga bisa melemahkan kekuatan kontraksi otot jantung. Yang paling sering
adalah penyakit arteri koroner menyebabkan berkurangnya aliran darah ke otot
jantung dan bisa menyebabkan suatu serangan jantung. Hal ini disebabkan karena
miokarditis yaitu suatu infeksi yang disebabkan karena virus ataupun bakteri,
diabetes maupun kegemukan. Penyakit lain yang bisa menyebabkan gagal jantung
adalah hipertensi yang bisa menyebabkan kerja jantung menjadi lebih berat karena
harus memompa darah di dalam rongga yang sempit. Penyebab yang lain adalah
kelainan pada jantung itu sendiri.
Beberapa kondisi/penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya gagal
jantung kongestif antara lain:
1 Kelainan otot jantung
Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung yang
menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari
kelainan fungsi otot mencakup atherosklerosis koroner, hipertensi arterial, dan
penyakit otot degeneratif atau inflamasi.
3 Faktor sistemik
Faktor-faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya gagal jantung
meliputi:
Disritmia jantung yang dapat terjadi dengan sendirinya atau secara sekunder
akibat gagal jantung menurunkan efisiensi keseluruhan fungsi jantung.
b. Kelas II
: bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas lebih berat atau aktifitas
sehari-hari
c. Kelas III : bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa keluhan
d. Kelas IV : bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktifitas apapun dan
harus tirah baring
D. MANIFESTASI KLINIK
Peningkatan volume intravaskular (gambaran dominan)
1 dipsnea noktural paroksismal atau orthopnea
2 peningkatan tekanan vena jugularis
3 ronkhi basah dan nyaring
4 kardiomegali
5 edema paru akut
6 irama S3
7 peningkatan tekanan vena
8 refluk hepatojugular
Kongesti jaringan
2
Peningkatan desakan vena pulmonal (edema pulmonal) ditandai oleh batuk dan
sesak nafas.
Peningkatan desakan vena sistemik seperti yang terlihat pada edema perifer umum
dan penambahan berat badan.
atau
Batuk,
bisa
kering
2
atau
basah 3
Hepatomegali
Distensi vena leher
(berdahak)
Asites
Mudah lelah
hari)
7
Lemah
Gejala
Kegagalan yang disebabkan oleh penurunan oleh penurunan cardiac out put :
-
lelah
bunyi jantung S3
angina
oliguri
cemas
Tanda tanda dan gejala yang disebabkan oleh kongesti balik dari ventrikel kiri
-
Dyspneu
- Batuk
- Orthopneu
Edema perifer
Hati membesar
F. Anatomi Jantung
-
Peningkatan
central
Letak Jantung
Jantung terletak didalam rongga toraks sekitar garis tengah antara sternum (tulang
dada) disebelah anterior vertebra (belakang) diposterior. Letakkan tangan anda
diatas jantung. Orang biasanya meletakkan tangan mereka disisi kiri jantung,
meskipun jantung sebenarnya terletak di tengah dada
Jantung memiliki dasar lebar diatas dan meruncing membentuk titik diujungnya,
apeks, dibagian bawah.
Ketika jantung berdenyut kuat, apeks sebenarnya memukul dinding bagian dalam
dada disisi kiri, sehingga kita cenderung berfikir bahwa seluruh jantung ada dikiri.
Posisi jantung terletak antara dua struktur tulang, sternum dan vertebra,
memungkinkan kita secara manual memompa darah keluar jantung ketika pompa
jantung kurang efektif, dengan secara ritmis menekan sternum. Perasat ini
menekan jantung antara sternum dan vertebra, sehingga darah dapat diperas
keluar masuk kepembuluh darah, mempertahankan aliran darah kejaringan.
-
dari jantung.
Pembuluh darah yang mengembalikan darah kejantung adalah vena.
Pembuluh darah yang membawa darah dari jantung kejaringan adalah arteri.
Kedua paruh jantung dipisahkan oleh septum, yaitu suatu partisi berotot kontinyu
(a)
(b)
a
b
- Keterangan gambar :
Darah mengalir melalui jantung
Kerja pompa ganda jantung. Sisi kanan menerima darah miskin O dari
sirkulasi sitemik dan memompanya kedalam sirkulasi paru.
Sisi kiri jantung menerima darah kaya O dari sirkulasi paru dan
endokardium.
Ujung katup yang mengerucut melekat pada korda jaringan ikat fibrosa,
chordae tendineae (hearth string). chordae tendineae mencegah terjadinya
2
3
jaringan ikat.
Miokardium jaringan otot jantung yang berkontraksi untuk memompa darah.
Endokardium lapisan endothelial yang terletak diatas jaringan ikat , lapisan ini
melapisi jantung, katup dan melapisi pembuluh darah yang menuju dan yang
meninggalkan jantung.
Kantung pericardium
Lapisan pericardium kantong berdinding ganda (lapisan fibrosa luar
dan
G. Patofisiologi
Respon kompensasi terhadap out put kardiac yang tidak adekuat.
-
Cardiac out put yang tidak adekuat memicu beberapa respon kompensasi
yang berusaha untuk mempertahankan perfusi organ- organ tubuh yang vital.
-
Respon awal adalah stimulus kepada saraf simpati yang menimbulkan dua
pengaruh utama :
1. Meningkatkan kecepatan dan kekuatan kontraksi myocardium.
2. Vasokontriksi perifer
-
kurang vital, seperti kulit dan ginjal dan juga organ-organ yang lebih vital, seperti
otak. Kontriksi vena meningkatkan arus balik dari vena ke jantung. Peningkatan
peregangan serabut otot myocardium memungkinkan kontraktilitas.
-
micardium itu sendiri yang akhirnya lama- kelamaan miocrdium akan menebal
atau menjadi hipertropi untuk memperbaiki kontraksi namun ini berdampak
peningkatan kebutuhan oksigen untuk miocardium.
Kegagalan ventrikel kiri
-
ventrikel. Bisa timbul akibat gangguan pertukaran gas karena cairan di dalam
alveoli. Hal ini bisa menjadi payah karena pergerakan tubuh, misal menaiki
tangga, berjalan mendaki dll. Karena dengan kegiatan tersebut memerlukan
peningkatan oksigen.
Orthopnea
-
harus tidur pakai sandaran di tempat tidur atau tidur duduk pada sebuah kursi.
Bila orang tidur terlentang ventilasi kurang kurang dan volume darah pada
pembuluh- pembuluh paru- paru meningkat.
Kegagalan ventrikel kanan terjadi bila bilik ini tidak mampu memompa
melawan tekanan yang naik pada sirkulasi pada paru- paru. Kegagalan ventrikel
kanan dalam memompakan darah akan mengakibatkan oedema pada ekstrimitas.
Pada hati juga mengalami pembesaran karena berisi cairan intra vaskuler, tekanan
di dalam sistem portal menjadi begitu tinggi sehingga cairan didorong melalui
pembuluh darah masuk ke rongga perut (acites) akibatnya akan mendesak
diafragma yang akhirnya akan susah untuk bernafas
H. Pathways
-
Disfungsi
- miocardium
Beban tekanan
berlebihan
Beban sistole
berlebihan
Beban volume
berlebihan
- Kontraktilitas
- berkurang
Beban sistole
meningkat
Preload
meningkat
Hambatan
pengosongan ventrikel
Kurang
pengetahuan
Cemas
- Forward failure
Backward failure
Metabolisme an aerob
Renal flow
turun
- Suplai darah
Suplai
O
turun asam
Timbunan
laktat2meningkat
GFR
- jaringan
otak menurun
Nutrisi
LVED naik
Oedema paru
Tekanan vena
pulmo naik
Fatique
Intoleransi aktivitas
Retensi Na + H2O
Metabolisme
sel
Lemah
Kelebihan volume
cairan
Gangguan perfusi
jaringan
Hitung sel darah lengkap: anemia berat atau anemia gravis atau polisitemia vera
Hitung sel darah putih: Lekositosis atau keadaan infeksi lain
Analisa gas darah (AGD): menilai derajat gangguan keseimbangan asam basa
5
6
7
8
9
hipertropi ventrikel
10 Cardiac scan: menilai underperfusion otot jantung, yang menunjang penurunan
kemampuan kontraksi.
11 Rontgen toraks: untuk menilai pembesaran jantung dan edema paru.
12 Kateterisasi jantung: Menilai fraksi ejeksi ventrikel.
13 EKG: menilai hipertropi atrium/ ventrikel, iskemia, infark, dan disritmia
-
J. Penatalaksanaan
-
Penatalaksanaan medis:
aritmia.
Digitalisasi
a Dosis digitalis
Terapi Lain
Koreksi penyebab-penyebab utama yang dapat diperbaiki antara lain: lesi katup
jantung, iskemia miokard, aritmia, depresi miokardium diinduksi alkohol, pirau
intrakrdial, dan keadaan output tinggi.
Aktivitas fisik: pada gagal jantung berat dengan pembatasan aktivitas, tetapi bila
pasien stabil dianjurkan peningkatan aktivitas secara teratur. Latihan jasmani
dapat berupa jalan kaki 3-5 kali/minggu selama 20-30 menit atau sepeda statis 5
kali/minggu selama 20 menit dengan beban 70-80% denyut jantung maksimal
pada gagal jantung ringan atau sedang.
Revaskularisasi koroner
Transplantasi jantung
10 Kardoimioplasti
Terapi Farmakologi
Terdiri atas obat - obat golongan :
Inotropik (digoksin)
Antitrombotik (warfarin)
Berhenti merokok
Aktivitas fisik, olahraga teratur seperti berjalan atau bersepeda dianjurkan untuk
pasien gagal jantung yang stabil.
Berpergian, hindari tempat tinggi, sangat panas atau lembab, dan penerbangan
jarak jauh.
K. Komplikasi
-
berikut :
-
Trombus ventrikuler kiri: pada gagal jntung kongestif akut dan kronik,
pembesaran ventrikel kiri dan penurunan curah jantung beradaptasi terhadap
adanya pembentukan trombus pada ventrikel kiri. Ketika trombus terbentuk, maka
mengurangi kontraktilitas dari ventrikel kiri, penurunan suplai oksigen dan lebih
jauh gangguan perfusi. Pembentukan emboli dari thrombus dapat terjadi dan dapat
disebabkan dari Cerebrivaskular accident (CVA).
L. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC
1 EKG : Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia
kerusakan pola mungkin terlihat. Disritmia mis : takhikardi, fibrilasi atrial.
Kenaikan segmen ST/T persisten 6 minggu atau lebih setelah infark miokard
2
dinding.
Kateterisasi jantung : Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu
membedakangagal jantung sisi kanan dan sisi kiri, dan stenosi katup atau
insufisiensi. Juga mengkajipotensi arteri koroner. Zat kontras disuntikkan
kedalam ventrikel menunjukkan ukuranbnormal dan ejeksi fraksi/perubahan
kontrktilitas.
Rontgen dada
- Dapat menunjukkan pembesaran jantung, bayangan mencerminkan dilatasi
atau hipertropi bilik, atauperubahan dalam pembuluh darah abnormal
a Oksimetri nadi : Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika gagal
jantung kongestif akutmenjadi kronis
Analisa gas darah (AGD) : Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkaliosis
respiratori ringan (dini)atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2
(akhir).
Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin Peningkatan BUN
menunjukkan penurunan fungsi ginjal. Kenaikan baik BUN dan kreatinin
aktifitas
tiroid
menunjukkan
Pengkajian
Pengkajian Primer
-
Pengkajian tersier
1
Aktivitas/istirahat
a
insomnia,
Sirkulasi
aGejala : Riwayat HT, IM baru/akut, episode GJK sebelumnya, penyakit
jantung , bedah jantung , endokarditis, anemia, syok septic, bengkak
pada kaki, telapak kaki, abdomen.
bTanda :
Integritas ego
a
Tanda
Eliminasi
-
Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambhan berat
badan
signifikan,
pembengkakan
pada
ekstremitas
bawah,
aktivitas
Perawatan diri.
b Tanda
: Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal.
7 Neurosensori
a Gejala : Kelemahan, pening, episode pingsan.
b Tanda : Letargi, kusut pikir, diorientasi, perubahan perilaku dan
mudah tersinggung.
8 Nyeri/Kenyamanan
a Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan
b
9
melindungi diri.
Pernapasan
a Gejala
: Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan
beberapa bantal, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat
b
pernpasan.
Batuk : Kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk terus
pulmonal)
Bunyi napas ; Mungkin tidak terdengar.
Fungsi mental; Mungkin menurun, kegelisahan, letargi.
Warna kulit ; Pucat dan sianosis.
10 Keamanan
-
Gejala
Perubahan
dalam
fungsi
mental,
dilakukan.
12 Pembelajaran/pengajaran
a Gejala : menggunakan/lupa menggunakan obat-obat jantung,
b
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.dpenurunan reflek batuk, penumpukan sekret.
10 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia dan mual.
11 Defisit perawatan diri b.d sesak nafas.
12 Kerusakan integritas kulit b.d pitting edema.
13 Cemas b.d sesak nafas, asites.
3
Rencana Keperawatan
-
D
-
Tujuan/KH
NOC:Pola
nafas
efektif
Setelah
Catat
gerakan
dada,
lihat
kesimetrisan,
keperawata
n pola nafas
pasien
menjadi
efektif.
Kriteria
efektif
penggunaan
tanpa
NOC:
Kardiak
otot
Respiratory
asuhan
hasil:
monitoring:
dilakukan
Intervensi
P
-
output baik.
Setelah
dilakukan
intervensi
keperawata
Klien
untuk istirahat
dapat
memiliki
pompa
jantung
efektif,
status
sirkulasi,
perfusi
diperlukan
5
jaringan & 6
status tanda
vital
yang
normal.
-
Kriteria
Hasil:
menunjukkan
output
adekuat
kardiak
yang
normal,
nadi
Cirkulatory care;
NOC
Perfusi
Intracranial
preassure monitoring
jaringan
efektif
Setelah
Monitor
dilakukan
TIK
pasien
dan
respon
tindakan
keperawata
diharapkan
Pantau
status
neurologis
sesering
perfusi
jaringan
keadaan normal.
efektif.
-
NIC
Kriteria
hasil :
sistole
dalam
rentang
yang
diharapkan
NOC
Aktivitas
toleran
Klien dapat
menoleransi 2
aktivitas &
klien sehari-hari
melakukan
ADL
dgn
Activity Management
baik
-
Kriteria
Hasil:
Berpartisipasi
dalam
observasi
Warna
mual,
kulit
Memverbalisasikan
pentingnya
pusing,
spt
gangguan
aktivitas
Mengekspresikan
pengertian
pucat,
intoleransi
secara bertahap
gejala
kesadaran&tanda vital
normal,hangat&kering
pentingnya
toleransi aktivitas
-
NOC:
Volume
cairan
-
Fluid manajemen:
seimbang
Setelah
Monitor
dilakukan
tindakan
adanya
indikasi
overload/retraksi
4
keperawata
n selama 5
Fluid monitoring:
haripasien
mengalami
keseimbang
total
an
Monitor RR, HR
cairan 3
dan
elektrolit.
-
Kriteria
kehausan
5
hasil:
Bebas
dari
edema
anasarka, efusi
NOC:
Pengetahua
tentang
penyakit,
klien
tentang
penyakitnya
2
diberikan
penjelasan
kondisi tentangklien
selama 2 x 3
pasien
Jelaskan
mengerti
pengobantan
4
dan
pengobatan
gejala),
identifikasi
tentang
program
dan
alternatif
penyakitnya
dan
mencegah komplikasi
Program
perawatan
serta
diberikan
Pasien
tentang
terapi
dan
Eksplorasi
kemungkinan
sumber
dg:
Indikator:
Diskusikan
pilihannya
Therapi yg
Kaji pengetahuan
setelah
proses
Pengetahuan penyakit
instruksikan
kapan
harus
ke
pelayanan
8
Tanyakan
kembali
pengetahuan
mampu:
Menjelaskan
kembali
tentang penyakit,
7.
Mengenal
kebutuhan
perawatan
dan
diberikan
askep
ronki.
diharapkan
kepatenan
jalan nafas 3
pasien
posisi
terjaga
peninggian
dengan
Kriteria
hasil :
nyaman
kepala
tempat
misal
tidur,
Irama
nafas
yang
dalam
batas normal
3
Pergerakan
sputum
8.
K
-
Setelah
diberikan
asuhan
keperawata
diharapkan
pasien
dapat
kebutuhan/toleransi individu.
3
mempertah
ankan
penurunan
oksigen
tambahan.
5
adekuat
untuk
tubuh.
terapi
tingkat
udara
/bunyi
kesadaran/status
Kriteria
hasil :
Awasi
aliran
keperluan
1 Tanpa
tingkat
yang
Kolaborasi
oksigen,
ada
tanda-tanda
sianosis.
-
9.
N
-
Setelah
diberikan
catat
laporan
verbal,
asuhan
keperawata
(meringis,
diharapkan
nyeri dada
berubah).
hilang atau 2
terkontrol
menangis,
petunjuk
gelisah,
dengan
Kriteria
(dangkal/menyebar),
Hasil:
penyebarannya.
Pasien
mampu 3
ulang
riwayat
sebelumnya,
penggunaan
teknik
Pasien
nyeri
angina
mendemonstrasikan
relaksasi.
2
Observasi
dan
menyerupai
riwayat keluarga.
menunjukkan 4
menurunnya tegangan,
rileks
dan
mudah 5
bergerak.
terlipat,
gosokan
punggung).
visualisasi,
bimbingan
imajinasi.
7
Kolaborasi :
Antiangina,
seperti
nitrogliserin
seperti
atenolol
pindolol
(visken);
propanolol (inderal).
11 Analgesik, seperti morfin, meperidin
(demerol)
10.
Setelah
diharapkan
Berikan
Kriteria
hasil :
perawatan
oral
sering,
nutrisi
seimbang.
(prokardia).
Observasi kebiasaan diet, masukan
kesulitan makan. Evaluasi berat
tindakan
n
diltiazem
dilakukan
keperawata
(calan);
11.
Setelah
diberikan
asuhan
8
1
diharapkan
peningkatan
atau keberhasilannya.
4
perawatan
dalam
pemenuhan
terdapat
perilaku
keperawata
n
mandi.
5
diri dengan
kriteria
hasil :
1
nutrisi
dengan
batas
kemampuan
3
toileting
sesuai toleransi
12.
Setelah
diberikan
asuhan
ditempat
keperawata
bantu
diharapkan
1.
2.
tidur/
latihan
kursi,
rentang
Berikan perawatan
kerusakan
kulit
sering,
integritas
meminimalkan
dengan
kulit
kelembaban/ ekskresi.
Kriteria
3.
Periksa sepatu
hasil:
klien dapat
ubah
Mendemon
kebutuhan.
strasikan
perilaku/tek
nik
mencegah
4.
sesuai
dengan
penonjolan
tulang,
kerusakan
adanya
kulit.
sirkulasinya
Mempertah
terganggu/pigmentasi
ankan
atau kegemukan/kurus.
integritas
kulit,
13.
5.
Pijat area
kemerahan
atau
yang
1.
Identifikasi dan
Setelah
diberikan
terhadap
asuhan
ancaman/situasi. Dorong
keperawata
pasien mengekspresikan
dan
diharapkan
perasaan
pasien
menyatakan
jangan
menolak
marah,
2.
Catat adanya
penurunan
kegelisahan,
cemas
dan/atau
menyangkal
dengan KH:
(afek
tepat
tak
menolak,
mengenal perasaannya
menolak
mengidentifikasi
program medis).
atau
mengikuti
3.
Mempertahankan
yang
gaya
percaya
mempengaruhinya
secara tepat.
3
area
memutih
edema,
4.
(tanpa
Observasi tanda
Mendemonstrasikan
verbal/non
verbal
pemecahan
kecemasan
pasien.
positif.
masalah
pasien
menunjukkan
perilaku merusak.
5.
Terima penolakan
pasien
tetapi
diberi
jangan
penguatan
terhadap
penggunaan
penolakan.
Hindari
konfrontasi.
-
6.
Orientasi pasien
atau
orang
terdekat
aktivitas
diharapkan.
yang
Tingkatkan
7.
Jawab semua
informasi
8.
orang
terdekat
untuk
mengkomunikasikan
dengan
seseorang,
9.
Kolaborasi
Berikan
diazepam
(valium);
DAFTAR PUSTAKA
Ardini, Desta N. 2007. Perbedaaan Etiologi Gagal jantung Kongestif pada Usia
Lanjut dengan Usia Dewasa Di Rumah Sakit Dr. Kariadi Januari - Desember
2006. Semarang: UNDIP
-
Johnson, M.,et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Mc Closkey, C.J., Iet all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River