Anda di halaman 1dari 27

Laporan Asuhan Keperawatan Gerontik

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA Tn. S


DENGAN PPOK

Oleh:
ARIF MUTTAQIN
NIM. 010130353 B

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA

2004

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas berkah dan
anugerah Nyalah maka penyusunan laporan individu dengan judul Peran Perawat
Dalam Penanggulangan Masalah Keperawatan Pada Klien Lansia Tn S Dengan
PPOK di Kelurahan Balas Klumprik Kecamatan Wiyung tanggal 10 30 Desember
2003 ini dapat penulis selesaikan.
Untuk itu perkenankanlah penulis menghaturkan rasa terima kasih kepada
pihak pihak tersebut di bawah atas segala bimbingan, saran , masukan ,
motivasinya sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik, yaitu:
1.
Ah. Yusuf, S.Kp, M. Kes selaku pembimbing atas
masukan dan bimbingannya sehingga laporan ini dapat terselesaikan.
2.
Soehartono, SH beserta seluruh staf Kelurahan Balas
Klumprik Kecamatan Wiyung atas kesempatan dan ijinnya sehinggapenulis
bisa mengenyam praktek di wilayah tersebut.
3.
Erhastinah, dr, dan seluruh staf Puskesmas Kecamatan
Wiyung atas kesempatan dan ijinnya sehinggapenulis bisa mengenyam praktek
di wilayah tersebut secara moriil maupun material kepada penulis sehingga
kegiatan praktek keperawatan gerontik ini dapat berjalan dengan baik.
4.
Seluruh rekan rekan mahasiswa seangkatan atas
bantuan dan dukungannya sehingga penyusunan laporan ini terselesaikan tepat
waktu.
Tak lupa penulis mohon maaf apabila selama mengenyam praktek
keperawatan gerontk ini, banyak melakukan kesalahan baik yang disengaja maupun
yang tidak disengaja kepada seluruh pihak.
Demikian penghantar ini penulis sajikan, semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak. Atas masukan dan sarannya sangat penulis harapkan
demi perbaikan laporan ini menjadi lebih sempurna.
Penulis,

ARIF MUTTAQIN S.Kep


NIM. 010130353 B

DAFTAR ISI
Halama
n
Halaman judul.....................................................................................

Halaman Judul Dalam...........................................................................

ii

Kata Pengantar..................................................................................
Daftar Isi...............................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................
1.1 Latar Belakang.....................................................................
1.2 Tujuan Kegiatan...................................................................
1.3 Manfaat..................................................................................
1.4 Sistematika Laporan............................................................
BAB 2 KONSEP TEORI.........................................................................
2.1 Konsep Teori Lansia...........................................................
2.2 Konsep PPOK....................................................
2.3 Konsep Asuhana Keperawatan Pada Pasien
Dengan PPOK............................................
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN ....................................................
3.1 Pengkajian............................................................................
3.2 Diagnosa Keperawatan dan Perumusan
Prioritas Keperawatan..........................................................
3.3 Perencanaan........................................................................
3.4 Implementasi........................................................................
3.5 Evaluasi.................................................................................

iii
iv
1
1
3
3
3
5
5
11
13
20
20
26
28
34
35

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemajuan teknologi yang disertai
keberhasilan pemerintah dalam
pembangunan nasional, telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang,
yaitu adanya kemajuan eknomi, kemajuan ilmu pengetahuan serta keberhasilan
dalam program kesehatan. Keberhasilan tersebut berdampak terhadap meningkatkan
umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut
cenderung meningkat.
Peningkatan umur harapan hidup masyarakat di Indonesia dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 1.1 Angka Harapan Hidup di Indonesia
Tahun
Laki-laki
Perempuan
Total
1971
44,2
47,2
45,7
1980
50,6
53,7
52,2
1990
58,1
61,5
59,8
1995
61,5
65,4
63,5
2000
63,3
67,2
65,3
2005
64,9
68,8
66,9
2010
66,4
70,4
68,4
2015
67,7
71,7
69,8
2020
69,0
73,0
71,7
Sumber: BPS, 1992, 1993 Keterangan: Angka harapan hidup sejak lahir
Saat ini, jumlah orang lanjut usia di selluruh dunia diperkirakan ada 500 juta
dengan usia rata rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2
milyar. Di negara maju seperti Amerika Serikat pertambahan orang lanjut usia lebih
kurang 1000 orang per hari pada tahun 1985 dan diperkirakan 50% dari penduduk
berusia di atas 50 tahun sehingga istilah Baby Boom pada masa lalu berganti
menjadi Ledakan penduduk lanjut usia.
Berdasarkan Data pada Biro Pusat Statistika dan beberapa sumber lain, dapat
diketahui jumlah dan prosentase populasi lansia di Indonesia pada tahun 2000 2020
sesuai pada tabel berikut ini:
Tabel 1.2 Jumlah dan Persentase Populasi Lansia Indonesia 1971 2020
Tahun
Jumlah Lansia
Persentase
2000 (d)
15.262.199
7,28%
2005 (d)
17.767.709
7,97%
2010 (d)
19.936.859
8,48%
2015 (d)
23.992.553
9,77%
2020 (d)
28.822.879
11,34%
Sumber: (a) Biro Pusat Statistika, 1974; (b) Biro Pusat Statistika,1983; (c) Biro Pusat
Statistika, 1992; (d) Ananta dan Anwar, 1994. Dikutip oleh Djuhari dan Anwar, 1994
Meningkatnya umur harapan hidup dipengaruhi oleh:
1) Majunya pelayanan kesehata
2) Menurunnya angka kematian bayi daan anak
3) Perbaikan gizi dan sanitasi
4) Meningkatnya pengawasan terhadap penyakit infeksi
Secara individu, pada usia di atas 55 tahun terjadi proses penuaan secara
alamiah. Hal ini akan menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi dan

psikologis. Dengan bergesernya pola perekonomian dari pertanian ke industri maka


pola penyakit pada lansia juga bergeser dari penyakit menular menjadi degeneratif.
Survei rumah tangga tahun 1980, angka kesakitan penduduk usia lebih dari
55 tahun sebesar 25,70% diharapkan pada tahun 2000 nanti angka tersebut menjadi
12,30% (Depkes RI, Pedoman Pembinaan Kesehatan Lanjut Usia Bagi Petugas
Kesehatan I, 1992).
Perawatan terhadap pasien lansia merupakan tanggung jawab keluarga dan
pemerintah khususnya Dinas social dan tenaga kesehatan. Perubahan perubahan
kecil dalam kemampuan seorang pasien lansia untuk melaksanakan aktivitas sehari
hari atau perubahan kemampuan seorang pemberi asuhan keperawatan dalam
memberikan dukungan hendaknya memiliki kemampuan untuk mengkaji aspek
fungsional, sosial, dan aspek aspek lain dari kondisi klien lansia.
1.2 Tujuan
Tujuan umum
Meningkatkan derajat kesehatan para lanjut usia.
Tujuan khusus
Mampu melakukan pengkajian pada lansia
Mampu merumuskan diagnosa keperawatan lansia
Mampu menyusun rencana keperawatan.
Melakukan tindakan keperawatan pada lansia
Mampu melakukan evaluasi terhadap keberhasilan tindakan yang diberikan.
1.3 Sistematika Laporan
Sistematika laporan kegiatan ini adalah:
1) Bab 1 Pedahuluan memuat: Latar Belakang, Tujuan Kegiatan, dan
Sistematika Laporan.
2) Bab 2 Konsep Teori memuat: Konsep Lansia, Konsep dan asuhan
keperawatan pada gastritis.
3) Bab 3 Asuhan Keperawatan Gerontik memuat: Pengkajian, Perumusan
Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi.
4) Bab 4 Penutup, memuat: Kesimpulan dan Saran.

BAB 2
KONSEP TEORI

Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep teori yang memuat: Konsep
Lansia, Konsep dan Asuhan Keperawatan Klien Dengan PPOK
2.1 Konsep Teori Lansia
2.1.1 Batasan Lansia
Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
1)
Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
2)
Lanjut usia (elderly) antara 60 74 tahu
3)
Lanjut usia tua (old) antara 75 90 tahun
4)
Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun
2.1.2 Proses Menua
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan
masa tua (Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun
psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemuduran secara fisik maupun
psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih,
penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai
fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat dan kurang gairah.
Meskpun secara alamiah terjadi penurunan fungsi berbagai organ, tetapi
tidak harus menimbulkan penyakit oleh karenanya usia lanjut harus sehat. Sehat
dalam hal ini diartikan:
1) Bebas dari penyakit fisik, mental dan sosial,
2) Mampu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari hari,
3) Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat (Rahardjo,
1996)
Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan perubahan
yang menuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terus menerus. Apabila
proses penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbullah
berbagai masalah. Hurlock (1979) seperti dikutip oleh MunandarAshar Sunyoto
(1994) menyebutkan masalah masalah yang menyertai lansia yaitu:
1) Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain,
2) Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola
hidupnya,
3) Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal
atau pindah,
4) Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah
banyak dan
5) Belajar memperlakukan anak anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan
dengan perubahan fisk, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik yang
mendasar adalah perubahan gerak.
Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat
terhadap diri makin bertambah. Kedua minat terhadap penampilan semakin
berkurang. Ketiga minat terhadap uang semakin meningkat, terakhir minta terhadap
kegiatan kegiatan rekreasi tak berubah hanya cenderung menyempit. Untuk itu
diperlukan motivasi yang tinggi pada diri usia lanjut untuk selalu menjaga kebugaran
fisiknya agar tetap sehat secara fisik. Motivasi tersebut diperlukan untuk melakukan
latihan fisik secara benar dan teratur untuk meningkatkan kebugaran fisiknya.
Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan bahwa
perubahan yang dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya terhadap

perubahan tersebut dan akhirnya mempengaruhi pola hidupnya. Bagaimana sikap


yang ditunjukkan apakah memuaskan atau tidak memuaskan, hal ini tergantung dari
pengaruh perubahan terhadap peran dan pengalaman pribadinya. Perubahan ynag
diminati oleh para lanjut usia adalah perubahan yang berkaitan dengan masalah
peningkatan kesehatan, ekonomi/pendapatan dan peran sosial (Goldstein, 1992)
Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri ciri
penyesuaian yang tidak baik dari lansia (Hurlock, 1979, Munandar, 1994) adalah:
1) Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya.
2) Penarikan diri ke dalam dunia fantasi
3) Selalu mengingat kembali masa lalu
4) Selalu khawatir karena pengangguran,
5) Kurang ada motivasi,
6) Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik, dan
7) Tempat tinggal yang tidak diinginkan.
Di lain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain adalah:
minat yang kuat, ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas, menikmati
kerja dan hasil kerja, menikmati kegiatan yang dilkukan saat ini dan memiliki
kekhawatiran minimla trehadap diri dan orang lain.
2.1.3 Teori Proses Menua
1)
Teori teori biologi
a) Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies spesies
tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram
oleh molekul molekul / DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami
mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel sel kelamin (terjadi
penurunan kemampuan fungsional sel).
b)
Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel sel tubuh lelah (rusak)
c) Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada
jaringan tubuh tertentu yang tidaktahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan
tubuh menjadi lemah dan sakit.
d) Teori immunology slow virus (immunology slow virus theory)
Sistem imune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus
kedalam tubuh dapat menyebabkab kerusakan organ tubuh.
e) Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal,
kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
f) Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal bebas
(kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti
karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat
regenerasi.
g) Teori rantai silang
Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat,
khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis,
kekacauan dan hilangnya fungsi.
h) Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah
setelah sel-sel tersebut mati.
2) Teori kejiwaan sosial
a) Aktivitas atau kegiatan (activity theory)

Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara


langsung. Teori ini menyatakan bahwa usia lanjut yang sukses adalah mereka
yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.
Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia.
Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil
dari usia pertengahan ke lanjut usia
b) Kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini
merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa
perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh
tipe personality yang dimiliki.
c) Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara
berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini
mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas
maupun kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan ganda (triple loss), yakni :
1.
kehilangan peran
2.
hambatan kontak sosial
3.
berkurangnya kontak komitmen
2.1.4 Permasalahan Yang Terjadi Pada Lansia
Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan
lanjut usia, antara lain: (Setiabudhi, T. 1999 : 40-42)
1) Permasalahan umum
a) Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan.
b) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia
lanjut kurang diperhatikan , dihargai dan dihormati.
c) Lahirnya kelompok masyarakat industri.
d) Masih rendahnya kuantitas dan kulaitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia.
e) Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia.
2) Permasalahan khusus :
a) Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik,
mental maupun sosial.
b) Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.
c) Rendahnya produktifitas kerja lansia.
d) Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat.
e) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat
individualistik.
f) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu
kesehatan fisik lansia
2.1.5 Faktor faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan
1) Hereditas atau ketuaan genetik
2) Nutrisi atau makanan
3) Status kesehatan
4) Pengalaman hidup
5) Lingkungan
6) Stres
2.1.6 Perubahan perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
1) Perubahan fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistim organ tubuh,
diantaranya sistim pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem
pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastro intestinal, genito urinaria, endokrin dan
integumen.
2)Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
a)
Pertama-tama perubahan fisik, khsusnya organ perasa.

b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)

Kesehatan umum
Tingkat pendidikan
Keturunan (hereditas)
Lingkungan
Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.
Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan teman
dan famili.
Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap
gambaran diri, perubahan konsep diri.
Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya (Maslow,

i)
2)
1970)

Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya , hal ini terlihat dalam
berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner, 1970)
2.1.7 Penyakit Yang Sering Dijumpai Pada Lansia
Menurut the National Old Peoples Welfare Council , dikemukakan 12
macam penyakit lansia, yaitu :Depresi mental
1) Gangguan pendengaran
2) Bronkhitis kronis
3) Gangguan pada tungkai/sikap berjalan.
4) Gangguan pada koksa / sendi pangul\Anemia
5) Demensia
2.2 Konsep PPOK
2.2.1 Batasan PPOK
a.

PPOK Merujuk pada sejumlah gangguan yang mempengaruhi pergerakan


udara dari dan keluar Paru. Gangguan yang penting adalah Bronkhitis
Obstruktif, Emphysema dan Asthma Bronkiale. (Black. J. M. &
Matassarin,.E. J. 1993).

b.

Suatu kondisi dimana aliran udara pada paru tersumbat secara terus
menerus. Proses penyakit ini adalah seringkali kombinasi dari 2 atau 3
kondisi berikut ini (Bronkhitis Obstruktif Kronis, Emphysema dan Asthma
Bronkiale) dengan suatu penyebab primer dan yang lain adalah komplikasi
dari penyakit primer.(Enggram, B. 1996).

Bronkhitis Kronis
Gangguan klinis yang ditandai dengan pembentukan mucus yang berlebihan
dalam bronkus dan termanifestasikan dalam bentuk batuk kronis dan pembentuk
sputum selama 3 bulan dalam setahun, paling sedikit 2 tahun berturut turut.
Emphysema
Perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai pelebaran dinding alveolus,
duktus alveolaris dan destruksi dinding alveolar
Asthma Bronkiale
Suatu penyakit yang ditandai dengan tanggap reaksi yang meningkat dari trachea
dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan dengan manifestasi berupa
kesukaran bernafas yang disebabkan oleh peyempitan yang menyeluruh dari
saluran nafas.
Asthma dibedakan menjadi 2 :

1.
2.

Asthma Bronkiale Alergenik


Asthma Bronkiale Non Alergenik

Asthma tidak dibahas disini karena gejala dan tanda lebih spesifik dan ada
pembahasan khusus mengenai penyakit asma
3. Penyebab PPOK
a. Bronkitis Kronis
1) Faktor tak diketahui
2) Merokok
3) Polusi Udara
4) Iklim
b.

c.

Emphysema
1) Faktor tak diketahui
2) Predisposisi genetic
3) Merokok
4) Polusi udara
Asthma Bronkiale
Faktor Prediasposisi nya adalah :
1. Alergen (debu, bulu binatang, kulit dll)
2. Infeksi saluran nafas
3. Stress
4. Olahraga (kegiatan jasmani berat )
5. obat-obatan
6. Polusi udara
7. lingkungan kerja
8. Lain-lain, (iklim, bumbu masak, bahan pengawet dll)

4.
a.

Gambaran Klinis
Asthma Bronkiale
Selama serangan klien mengalami dispnea dan tanda kesulitan bernafas. Permulaan
tanda serangan terdapat sensasi kontriksi dada (dada terasa berat), Whezing,
batuk non produktif, takhi kardi dan takipnea.

b.

Manifestasi klinis Emphysema dan bronkhitis kronis


Gambaran
Emphysema
Bronkhitis
Mulai timbul
Usia 30 40 tahun
20 30 tahun batuk akibat
merokok (cacat pada usia
pertengahan)
Sputum
Minimal
Banyak sekali
Dispne
Dispnea relatif dini
Lambat
Rasio V/Q
Ketidakseimbangan minimal
Ketidakseimbangan nyata
Bnetuk Tubuh
Kurus dan ramping
Gizi cukup
Diameter AP dada
Dada seperti tong
Tidak membesar
Gambaran respirasi
Hyperventilasi
hypoventilasi
Volume Paru
FEV 1 rendah
FEV 1 rendah
TLC dan RV meningkat
TLC normal RV meningkat
moderat
Pa O2
Norml/rendah
Meningkat
Sa O 2
normal
Desaturasi
Polisitemia
normal
Hb dan Hematokrit
meningkat
Sianosis
Jarang
sering

MANAGEMEN MEDIS
Intervensi medis bertujuan untuk :
1) Memelihara kepatenan jalan nafas dengan menurunkan spasme bronkus dan
membersihkan secret yang berlebihan
2) Memelihara keefektifan pertukaran gas
3) Mencegah dan mengobati infeksi saluran pernafasan
4) Meningkatkan toleransi latihan.
5) Mencegah adanya komplikasi (gagal nafas akut dan status asmatikus)
6) Mencegah allergen/iritasi jalan nafas
7) Membebaskan adanya ansietas dan mengobati depresi yang sering menyertai
adanya obstruksi jalan nafas kronis.
Managemen medis yang diberikan berupa
1) Pharmacologic management
a) Anti inflamasi ( kortikosteroid, sodium kromolin dll)
b) Bronkodilator
Adrenergik
: efedrin, epineprin, beta adrenergik agonis selektif
Non adrenergik
: aminophilin, tefilin
c) Antihistamin
d) Steroid
e) Antibiotic
f) Ekspektoran
Oksigen digunakan 3 l/m dengan cannula nasal.
2) Hygiene Paru.
Bertujuan untuk membersihkan sekret dari paru-paru dan kemudian
meningkatkan kerja silia dan menurunkan resiko infeksi.
Dilaksanakan dengan nebulizer, fisioterapi dada, postural drainase
3) Exercise
Bertujuan untuk mempertinggi kebugaran dan melatih fungsi otot skeletal agar
lebih efektif.
Dilaksanakan dengan jalan sehat.
4) Menghindari bahan iritans
Penyebab iritans jalan nafas harus dihindari seperti asap rokok dan perlu juga
mencegah adanya alergen yang masuk tubuh.
5) Diet
Klien sering mengalami kesulitan makan karena adanya dipsnea. Pemberian porsi
yang kecil namun sering lebih baik daripada makan langsung banyak.
MANAGEMENT KEPERAWATAN
Pengkajian :
1. Riwayat atau faktor penunjang :
- Merokok merupakan faktor penyebab utama.
- Tinggal atau bekerja di area dengan polusi udara berat.
- Riwayat alergi pada keluarga
- Riwayat Asthma pada anak-anak.
2.

Riwayat atau adanya faktor pencetus eksaserbasi :


- Alergen.
- Stress emosional.
- Aktivitas fisik yang berlebihan.
- Polusi udara.
- Infeksi saluran nafas.

3.

Pemeriksaan fisik :
a. Manifestasi klinik Penyakit Paru Obstruktif Kronik :
Peningkatan dispnea.
Penggunaan otot-otot aksesori pernafasan (retraksi otot-otot abdominal,
mengangkat bahu saat inspirasi, nafas cuping hidung).
Penurunan bunyi nafas.
Takipnea.
b. Gejala yang menetap pada penyakit dasar
Asthma
Batuk (mungkin produktif atau non produktif), dan perasaan dada
seperti terikat.
Mengi saat inspirasi maupun ekspirasi yang dapat terdengar tanpa
stetoskop.
Pernafasan cuping hidung.
Ketakutan dan diaforesis.

Bronkhitis
Batuk produktif dengan sputum berwarna putih keabu-abuan, yang
biasanya terjadi pada pagi hari.
Inspirasi ronkhi kasar dan whezzing.
Sesak nafas

Bronkhitis (tahap lanjut)


Penampilan sianosis
Pembengkakan umum atau blue bloaters (disebabkan oleh edema
asistemik yang terjadi sebagai akibat dari kor pulmunal).

Emphysema
Penampilan fisik kurus dengan dada barrel chest (diameter
thoraks anterior posterior meningkat sebagai akibat hiperinflasi
paru-paru).
Fase ekspirasi memanjang.

Emphysema (tahap lanjut)


Hipoksemia dan hiperkapnia.
Penampilan sebagai pink puffers
Jari-jari tabuh.

4.

Pemeriksaan diagnostik
Test faal paru
1) Kapasitas inspirasi menurun
2) Volume residu : meningkat pada emphysema, bronkhitis dan asthma
3) FEV1 selalu menurun = derajat obstruksi progresif Penyakit Paru Obstruktif
Kronik
4) FVC awal normal menurun pada bronchitis dan astma.
5) TLC normal sampai meningkat sedang (predominan pada emphysema).

Transfer gas (kapasitas difusi).


Pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik Transfer gas relatif baik.
Pada emphysema : area permukaan gas menurun.

Transfer gas (kapasitas difusi).menurun

Darah :
Hb dan Hematokrit meningkat pada polisitemia sekunder.
Jumlah darah merah meningkat
Eo dan total IgE serum meningkat.
Analisa Gas Darah gagal nafas kronis.
Pulse oksimetri SaO2 oksigenasi menurun.
Elektrolit menurun oleh karena pemakaian deuritika pada cor pulmunale.
Analisa Gas Darah
PaO2 menurun, PCO2 meningkat, sering menurun pada astma. PH normal
asidosis, alkalosis respiratorik ringan sekunder.

Sputum :
Pemeriksaan gram kuman/kultur adanya infeksi campuran.
Kuman patogen >> :
Streptococcus pneumoniae.
Hemophylus influenzae.
Moraxella catarrhalis.

Radiologi :
Thorax foto (AP dan lateral).
Hiperinflasi paru-paru, pembesaran jantung dan bendungan area paru-paru.

Pada emphysema paru :


Distensi >
Diafragma letak rendah dan mendatar.
Ruang udara retrosternal > (foto lateral).
Jantung tampak memanjang dan menyempit.
Bronkogram : menunjukkan dilatasi bronkus, kolap bronkhiale pada ekspirasi
kuat.

EKG.
Kelainan EKG yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah
terdapat Kor Pulmonal terdapat deviasi aksis ke kanan dan P- pulmonal pada
hantaran II, III dan aVF. Voltase QRS rendah. Di V1 rasio R/S lebih dari 1 dan
di V6 V1 rasio R/S kurang dari 1. Sering terdapat RBBB inkomplet.

5.

Lain-lain perlu dikaji Berat badan, rata-rata intake cairan dan diet harian.

Aktivitas dan
Istirahat
Gejala

Tanda
Sirkulasi
Gejala
Tanda
Integritas ego

Keletihan, kelelahan, malaise


Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit
bernafas. Perlu tidur dalam posisi duduk cukup tingi. Dispnea
pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan
Kelelahan, gelisah, insomnia, kelemahan umum/kehilangan masa
otot
Pembengkakan pada ekstremitas bawah
Peningkatan tekanan darah. Peningkatan frekuensi jantung
Distensi vena leher, sianosis perifer

Gejala/tanda
Makanan/cairan
Gejala

Tanda
Hygiene
Gejala
Tanda
Pernafasan
Gejala

Tanda

Seksualitas
Interaksi sosial
Gejala
tanda

Ansietas, ketakutan dan peka rangsang


Mual/muntah, Nafsu makan menurun, ketidakmampuan makan
karena distress pernafasan
Penurunanan BB menetap (empisema) dan peningkatan BB
karena edema (Bronkitis)
Turgor kulit buruk, edema, berkeringat, penurunan BB,
penurunan massa otot
Penurunan Kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan
melakukan aktivitas tubuh
Kebersihan buruk, bau badan
Nafas pendek, khususnya pada saat kerja, cuaca atau episode
serangan asthma, rasa dada tertekan/ketidakmampuan untuk
bernafas. Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari
selama 3 bulan berturut-turut selam 3 tahun sedikitnya 2 tahun.
Sputum hijau, putih, kuning dengan jumlah banyak (bronchitis)
Episode batuk hilang timbul dan tidak produktif (empisema),
Riwayat Pneumonia, riwayat keluarga defisiensi alfa antitripsin
Respirasi cepat dangkal, biasa melambat, fas ekspirasi
memanjang dengan mendengkur, nafas bibir (empisema)
Pengguanaan otot Bantu pernafasan, Dada barell chest, gerakan
diafragma minimal. Bunyi nafas, Ronki, wheezing, redup
Perkusi hypersonor pada area paru (udara terjebak, dan dapat
juga redup/pekak karena adanya cairan).
Kesulitan bicara 94 5 kalimat 0
Sianosis bibir dan dasar kuku, jari tabuh.
Libido menurun
Hubungan ketergantungan, kurang sisitem pendukung
Keterbatasan mobilitas fisik
Kelalaian hubungan antar keluarga

Diagnosa keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan pembatasan jalan nafas,
kelelahan otot pernafasan, peningkatan produksi mukus atau spasme bronkus.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan batuk,
peningkatan produksi mukus/peningkatan sekresi lendir
3. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakadekuatan intake nutrisi sekunder terhadap peningkatan kerja pernafasan
atau kesulitan masukan oral sekunder dari anoreksia.
4. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
5. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adequatnya immunitas
tubuh
6. Kurang pengetahuan berhu bungan dengankurang informasi
Perencanaan
Perencanaan meliputi penyusunan prioritas, tujuan dan kriteria hasil dari
masing-masing masalah yang ditemukan.
Tujuan Penatalaksanaan
Mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup.
Pemeliharaan fungsi paru yang optimal dalam waktu singkat dan panjang.
Pencegahan dan penanganan eksaserbasi.

Mengurangi perburukan fungsi paru setiap tahunnya.

Kriteria Keberhasilan :
Berkurangnya gejala sesak nafas.
Berkurangnya frekuensi dan lamanya eksaserbasi.
Membaiknya faal paru.
Menurunnya gejala psikologik (depresi, kecemasan).
Memperbaiki kualitas hidup.
Dapat melakukan aktifitas sehari-hari.

Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran
gas berhubungan dengan
pembatasan jalan nafas,
kelelahan otot
pernafasan, peningkatan
produksi mukus atau
spasme bronkus.

2.

Bersihan jalan nafas


tidak efektif
berhubungan dengan
ketidakadekuatan batuk,
peningkatan produksi
mukus/peningkatan
sekresi lendir

Tujuan
Klien mampu menunjukkan
perbaikan oksigenasi.
Kriteria hasil
1. Gas arteri dalam batas
normal
2. Warna kulit perifer
membaik (tidak cianosis)
3. RR : 12 24 x /menit
4. Bunyi nafas bersih
5. Batuk (-)
6. Ketidaknyamanan dada
()
7. Nadi 60 100 x/menit
8. Dyspnea ()

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Klien dapat mening-katkan


1.
bersihan jalan nafas
Kriteria hasil
1. Mampu
mendemonstrasikan batuk
terkontrol
2. Intake cairan adekuat
2.
3.

Rencana tindakan
Observasi status pernafasan, hasil gas darah
arteri, nadi dan nilai oksimetri
Awasi perkembangan membran mukosa / kulit
(warna)
Observasi tanda vital dan status kesdaran.

1.
2.
3.

Rasional
Memantau perkembangan
kegawatan pernafasan
Gangguan Oksigenasi perifer
tampak cianosis
Menentukan status pernafasan
dan kesadaran
Mengurangi penggunaan energi
berlebihan yang membutuhkan
banyak Okigen
Memenuhi kebutuhan oksiegen
Meningkatkan kebebasan suplay
oksiegn
Obat depresan akan mendepresi
system pernafasan dan
menyebabkan gagal nafas

Evaluasi toleransi aktivitas dan batasi aktivitas


klien
Berikan oksigenasi yang telah dilembabkan
Pertahankan posisi fowler dengan tangan
abduksi dan disokong dengan bantal atau
duduk condong ke depan dengan ditahan meja.
Kolaborasi untuk
a. Berikan obat yang telah diresepkan
b. Berikan obat depresan saraf dengan hatihati (sedatif/narkotik).

4.

Kaji kemampuan klien untuk memobilisasi


sekresi, jika tidak mampu :
a. Ajarkan metode batuk terkontrol
b. Gunakan suction (jika perlu untuk
mengeluarkan sekret)
c. Lakukan fisioterapi dada
Secara rutin tiap 8 jam lakukan auskultasi dada
untuk mengetahui kualitas suara nafas dan
kemajuannya.
Berikan obat sesuai dengan resep; mukolitik,
ekspektorans

1.

Memantau tingkat kepatenan


jalan nafas dan meningkatkan
kemampuan klien merawat diri /
membersihkan/membebaskan
jalan nafas

2.

Memantau kemajuan bersihan


jalan nafas

3.

Mengencerkan secret agar


mudah dikeluarkan

5.
6.
7.

4.

Anjurkan minum kurang lebih 2 liter per hari


bila tidak ada kontra indikasi
Anjurkan klien mencegah infeksi / stressor
a. Cegah ruangan yang ramai pengunjung
atau kontak dengan individu yang
menderita influenza
b. Mencegah iritasi : asap rokok
c. Imunisasi : vaksinasi Influensa.

4.

mengencerkan sekert

5.

Menghindarkan bahan iritan


yang menyebabkan kerusakan
jalan nafas

1.

Kaji kebiasaan diit. Catat derajat kesulitan


makan/masukan. Evaluasi BB

1.

2.

Berikan perawaatan oral

2.

3.

3.

4.

Hindari makanan penghasil gas dan minuman


karbont
Sajikan menu dalam keadaan hangat

5.

Anjurkan makan sedikit tapi sering

5.

6.

Kolaborasi tim nutrisi untuk menentukan diit

6.

Pasien distress pernafasan sering


anoreksia. Dan juga sering
mempunyai pola makan yang
buruk. Sehingga cenderung Bb
menurun
kebersihan oral menhilangkan
bakteri penumbuh bau mulut
dan eningkatkan rangsangan
/nafsu makan
menimbulkan distensi abdomen
dan meningkatkan dispnea
Menu hangat mempenga-ruhi
relaksasi spingkter / saluran
pencrnaan shg respon
mual/muntah berkurang
menegah perut penuh dan
menurunkan resiko mual
Menentukan diit yang tepat
sesuai perhitungan ahli gizi

5.

3.

Gangguan kebutuhan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
ketidakadekuatan intake
nutrisi sekunder terhadap
peningkatan kerja
pernafasan, kesulitan
masukan oral sekunder
dari anoreksia

Klien akan menunjukkan


kemajuan/peningkatan status
nutrisi
Kriteria hasil
a. Klien tidak mengalami
kehilangan BB lebih
lanjut
b. Masukan makanan dan
cairan meningkat
c. Urine tidak pekat
d. Output urine meningkat.
e. Membran mukosa lembab
f. Kulit tidak kering
g. Tonus otot membaik

4.

4.

Cemas berhubungan
dengan kurangnya
pengetahuan tentang
penyakitnya.

Tujuan : rasa cemas


berkurang/hilang.
Kriteria Hasil :
1. Klien mengungkapkan
bahwa ia tidak cemas.
2. Ekspresi wajah rileks.
3. RR : 12 24 X / menit.
4. N : 60 - 100 X / menit

1.

Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh


pasien.

1.

2.

Beri kesempatan pada pasien untuk


mengungkapkan rasa cemasnya.
Lakukan pendekatan kepada klien dengan
tenang dan meyakinkan dan hindari pemberian
informasi atau instruksi yang bertele-tele dan
terus menerus.
Berikan penjelasan yang sederhana dan singkat
tentang tujuan intervensi dan pemeriksaan
diagnostik serta anjurkan kepada klien untuk
ikut serta dalam tindakan keperawatan.

2.

3.

4.

5.

6.
7.

3.

4.

Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, 5.


dokter, dan tim kesehatan lain selalu berusaha
memberikan pertolongan yang terbaik dan
seoptimal mungkin.
Berikan kesempatan pada keluarga untuk
6.
mendampingi pasien secara bergantian.
Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.

7.

Untuk menentukan tingkat


kecemasan yang dialami pasien
sehingga perawat bisa
memberikan intervensi yang
cepat dan tepat.
Dapat meringankan beban
pikiran pasien.
Agar terbina rasa saling percaya
antar perawat-pasien sehingga
pasien kooperatif dalam
tindakan keperawatan.
Penjelasan yang sederhana dan
singkat tentang tujuan intervensi
dan pemeriksaan diagnostik
serta anjurkan kepada klien
untuk ikut serta dalam tindakan
keperawatan dapat mengurangi
beban pikiran pasien.
Sikap positif dari tim kesehatan
akan membantu menurunkan
kecemasan yang dirasakan
pasien.
Pasien akan merasa lebih tenang
bila ada anggota keluarga yang
menunggu.
Lingkung yang tenang dan
nyaman dapat membantu
mengurangi rasa cemas pasien.

TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 13 Maret 2002 pada pukul 11.00 WIB.
3.1.1 Pengumpulan data
1) Data biografi klien
a) Nama
: Tn. S
b) Tempat dan tanggal lahir
: - / umur 74 tahun
c) Pendidikan terakhir
: SD
a)
Agama
: Islam
b)
Satus perkawinan
: Duda
c)
TB/BB
: 159 cm / 50 kg
d)
Penampilan umum
: Bersih dan rapi, badan kurus.
e)
Ciri ciri tubuh
: jalan masih tegak, rambut sebagian
memutih
f)
Alamat
: RT 2 RW 2 No. 28 Kel.Balas
Klumprik.
g)
Orang yang dekat dihubungi : Ny. S (49th)
h)
Hubungan dengan klien : Anak.
2) Riwayat keluarga
Genogram

Keterangan:

= Klien dengan PPOK


= Perempuan
= Laki-laki
= Meninggal
= Tinggal serumah

3) Riwayat pekerjaan
Pekerjaan sebelumnya Tukang Kayu .

4) Riwayat lingkungan hidup


Sekarang klien tinggal bersama anak, menantu dan cucu. Jumlah kamar 4
buah dengan kondisi kamar cukup bersih, peralatan makan tertata rapi di
atas meja, tidak ada pakaian kotor yang menumpuk atau tergantung,
kondisi tempat tidur bersih. Pertukaran udara an cahaya matahari baik.
Tingkat kenyamanan dan privacy terjamin.
4) Riwayat rekreasi
Klien senang nonton TV .
5) Sistem pendukung
Di wilayah RT II ada seorang Bidan yang bertempat tinggal dan
mengurusi masalah kesehatan. Tn S di rumah tidak terlalu memerlukan
pelayanan dari orang lain dalam pemenuhan aktifitas sehari-hari.
6) Deskripsi kekhususan
Klien mengatakan selalu melakukan solat 5 waktu.
7) Status kesehatan
Klien mengatakan mengalami batuk yang lama disertai dahak selama
setahun terakhir. Sekarang klien mengeluh cepat lelah bila melakukan
aktifitas seperti berjalan dengan jarak lebih dari 100 m dan disertai nafas
terasa sesak dan batuk.
Keluhan Utama : batuk dan sesak nafas
Pemahaman dan penatalaksanan masalah kesehatan tidak terlalu
diperhatikan oleh Tn. S
Tidak ada obat-obat yang biasa diminim oleh Tn S
Tn S tidak melakukan imunisasi dan tes allergi.
Penyakit yang diderita yaitu batuk, sesak nafas dengan sulit dalam
ekspirasi terutama bila melakukan aktifitas sedang dan berat
8) A D L (activity daily living)
Berdasarkan indeks KATZS, pemenuhan kebutuhan ADL klien diskor
dengan A karena berdasarkan pengamatan mahasiswa, klien mampu
memenuhi kebutuhan makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil dan
berpakaian secara mandiri.
Psikologis kien meliputi:

Persepsi klien terhadap penyakit: klien memandang


penyakitnya hanya biasa.

Konsep diri baik karena klien mampu memandang


dirinya secara positif dan mau menerima kehadiran orang lain.

Emosi klien stabil

Kemampuan adaptasi klien baik.

Mekanisme pertahanan diri: klien mengatakan senang


tinggal di panti.
9) Tinjauan sistem
Keadaan umum: klien tampak bersih.
Tingkat kesadraan : CM (compos mentis)
Skala koma glasgow: E=4, V=5, M=6, total 15
Tanda tanda vital: N: 80 x/mnt; S: 36,20C, RR: 22 x/mnt; TD: 130/90
mmHg.
a)
Kepala dan leher: bentuk normal kebersihan rambut baik, tidak
ada pembesaran kelenjar leher, mobilitas baik, tidak ada distensi vena
jugularis.
b)
Mata, telinga, hidung :

Sistem pengelihatan: Baik, mata kiri dan kanan tidak ada kelainan, visus
normal.
Pendengaran: klien dapat mendengar dengan baik.
c)
Dada dan punggung : Tidak ada kelainan tulang belakang, bentuk
dada barrel chest dimana diameter AP: Trans 1:1, tidak terdengar
bunyi ronkhi, terdengar bunyi wheezing pada akhir ekspirasi, klien
kadang terlihat batuk dengan sputum produktif. Bila melakukan jalan
kaki 100 m atau menanjak klien nampak berhenti dan kelelahan. Ada
riwayat merokok lebih dari 10 tahun. Resp 22 kali/mnt dengan otot
Bantu pernafasan
d)
Sistem kardiovaskuler:
Inspeksi: pergerakan dada simetris.
Perkusi: terdapat suara pekak.
Auskultasi: Irama jantung teratur, suara S1S2 tunggal.
Sistem pernafasan:
Inspeksi: dada ka/ki terlihat simetris,
Perkusi: Suara paru ka/ki sama sonor.
Auskultasi: vesikuler, wheezing (+), ronkhi (-)
e)
Sistem gastrointestinal
Klien hanya mengkonsumsi makanan yang disediakan dari dapur
umum panti dengan frekuensi 3 kali sehari dan setiap makan hanya
porsi. Kebiasaan minum kopi (-), susu (-), peristaltik (+). Klien
mengatakan bab tiap hari sekali dengan konsistensi lembek
f)
Sistem muskuloskletal
ROM klien baik/penuh, klien seimbang dalam berjalan, kemampuan
menggenggam kuat, otot ekstremitas ka/ki sama kuat, tidak ada
kelainan tulang, atrofi dll
g)
Sistem immune
Klien mengatakan tidak mengerti imunisasi, sensitivitas terhadap zat
alergen (-), riwayat penyakit berkaitan dengan imunisasi, klien
mengatakan tidak tahu.
h)
Sistem reproduksi
Klien mengatakan memiliki 4 orang anak putra dan putri
i)
Sistem Genitalia
Tidak ditemukan adanya hernia dan alat produksi lengkap
j)
Sistem persyarafan
Keadaan status mental klien baik dengan emosi stabil. Respon klien
terhadap pembicaraan (+) dengan bicara yang normal dan jelas, suara
pelo (-). Interpretasi klien terhadap lawan bicara cukup baik.
k)
Sistem integumen
Inspeksi: tekstur kulit terlihat kendur, keriput(+), peningkatan pigmen
(-), dekubitus (-), bekas luka (-). Palpasi: turgor kulit normal.
l)
Sistem perkemihan
Klien mengatakan biasa buang air kecil di kamar mandi, frekuensi 3-4
x/hari, Ngompol (-)
m)
Sistem endokrin
Klien mengatakan tidak menderita kencing manis. Palpasi: tidak ada
pembesaran kelenjar thyroid.
10) Status kognitif/afektif/sosial
a) Short potable mental status questionaire (SPMSQ) dengan
kesalahan 6, karena klien sekolah SD tidak tamat.

b) Mini mental state exam (MMSE) dengan skore 9, karena klien


memang tidak mengerti.

3.1.2 Analisa Data


No
1.

Data
DS:
Klie
n mengeluh cepat merasa
lelah kalau bekerja, nafas
sesak, sering berkeringat.
DO:
RR
22x/mnt, tampak sesak bial
melakukan aktifitas sedang,
terlihat adanya penggunaaan
otot Bantu nafas Nadi 80
kali/menit,.

Etiologi

Masalah

Ketidakseimbangan
Intoleran
suplai dan kebutuhan aktivitas
O2.

3.2 Diagnosa Keperawatan dan Perumusan Prioritas keperawatan


3.2.1 Diagnosa Keperawatan
1) Intoleransi Aktivitas sehubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai
dan kebutuhan akan oksigen

3.3 Perencanaan
No Diagnosa
Tujuan
Intervensi
Rasional
1. Intoleransi
Tujuan/ kriteria:
Aktivitas
- Berpartisipasi
- Kaji
respon 1. Untuk
sehubungan
dalam aktifitas
terhadap aktifitas.
mengidentifikasik
dengan
yang diinginkan/
- Perhatikan tekanan
an aktivitas yang
ketidak
diperlukan.
darah,
nadi
cocok
dan
seimbangan
- Melaporkan
selama/ sesudah
seberapa
jauh
antara suplai
peningkatan
istirahat.
klien
dapat
dan
dalam toleransi
- Perhatikan nyeri
melakukannya.
kebutuhan
aktifitas
yang
dada,
dyspnea, 2. Untuk
akan oksigen
dapat diukur.
pusing.
mengidentifikasik
- Menunjukkan
- Instruksikan
an perubahan yang
penurunan dalam
tentang
tehnik
terjadi
tanda-tanda
menghemat
3. Mencegah
intoleransi
tenaga,
misal:
terjadinya
fisiologi
menggunakan
kelelahan
-.
kursi saat mandi, 4. Membantu
sisir rambut.
penyesuaian tubuh
- Melakukan
terhadap
aktifitas
dengan
perubahan
perlahan-lahan.
aktivitas
- Beri
dorongan 5. Aktivitas mandiri
untuk melakukan
membantu dalam
aktifitas/
perubahan
perawatan
diri
kebutuhan hidup
secara
bertahap
jika
dapat
ditoleransi.
- Beri
bantuan
sesuai
dengan
kebutuhan.

3.4 Implementasi
Waktu/tgl
Implementasi
Evaluasi
11 Desember
Me
2003
mberikan HE tentang:
lien kooperatif.
10.00
Pen
yebab
terjadinya
lien
tampak
kelelahan pada pasien.
memperhatikan.

11.00

Men
gkaji keluhan pasien setelah
melakukan senam.

motivasi
klien
beristirahat bila
lelah.

Me
untuk
merasa

Men
jelaskan pada pasien tentang
pentingya istirahat.

Melakukan
evaluasi.

terminasi

dan

K
K
serius
R

R 20 Kali / menit
Ti
dak mengeluh lelah
K
lien
mengatakan
mengikuti saran yang
diberikan mahasiswa
K
lien
tampak
serius
memperhatikan

3.5 Evaluasi
No
1.

Diagnosa Keperawatan
Intoleransi
Aktivitas
sehubungan dengan ketidak
seimbangan antara suplai
dan kebutuhan akan oksigen

Evaluasi
Tanggal: 11 Desember 2003
10.00
S:

Klien mengatakan mengatakan tidak


mengeluh lelah. Merasa agak kuat .
O: nadi 70 Kali/menit, RR 18 Kali/menit, bebas
melakukan aktivitas
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Rencana dapt diteruskan.
S: Klien mengatakan tidak merasa pusing dan
penglihatannya tidak kabur.
O: Klien bebas berjalan dan berkomunikasi
dengan teman temannya
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Rencana diteruskan.

Daftar Pustaka
Alsagaff Hood, Abdul Mukty, (1995). Dasar Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga
University Press. Surabaya.
Amin muhammad, Hood Alsagaff. (1989). Pengantar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga
University Press. Surabaya.
Callahan, Barton, Schumaker (1997), Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan
gawat Darurat Medis, Binarupa Aksara, Jakarta.
Carpenito Lynda Juall (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek Klinik,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Decker DL. (1990). Social Gerontology an Introduction to Dinamyc of Aging. Little
Brown and Company. Boston
Doenges marilynn (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Gallo, J.J (1998). Buku Saku Gerontologi Edisi 2. Aliha Bahasa James Veldman.
EGC. Jakarta
Guyton and Hall (1997), Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Hudak and Gallo (1996), Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Lueckenotte.A.G. (1996). Gerontologic Nursing. Mosby Year Book. Missouri
Nugroho.W. (2000). Keperawatan Gerontik. Gramedia. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai