Oleh:
ARIF MUTTAQIN
NIM. 010130353 B
2004
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas berkah dan
anugerah Nyalah maka penyusunan laporan individu dengan judul Peran Perawat
Dalam Penanggulangan Masalah Keperawatan Pada Klien Lansia Tn S Dengan
PPOK di Kelurahan Balas Klumprik Kecamatan Wiyung tanggal 10 30 Desember
2003 ini dapat penulis selesaikan.
Untuk itu perkenankanlah penulis menghaturkan rasa terima kasih kepada
pihak pihak tersebut di bawah atas segala bimbingan, saran , masukan ,
motivasinya sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik, yaitu:
1.
Ah. Yusuf, S.Kp, M. Kes selaku pembimbing atas
masukan dan bimbingannya sehingga laporan ini dapat terselesaikan.
2.
Soehartono, SH beserta seluruh staf Kelurahan Balas
Klumprik Kecamatan Wiyung atas kesempatan dan ijinnya sehinggapenulis
bisa mengenyam praktek di wilayah tersebut.
3.
Erhastinah, dr, dan seluruh staf Puskesmas Kecamatan
Wiyung atas kesempatan dan ijinnya sehinggapenulis bisa mengenyam praktek
di wilayah tersebut secara moriil maupun material kepada penulis sehingga
kegiatan praktek keperawatan gerontik ini dapat berjalan dengan baik.
4.
Seluruh rekan rekan mahasiswa seangkatan atas
bantuan dan dukungannya sehingga penyusunan laporan ini terselesaikan tepat
waktu.
Tak lupa penulis mohon maaf apabila selama mengenyam praktek
keperawatan gerontk ini, banyak melakukan kesalahan baik yang disengaja maupun
yang tidak disengaja kepada seluruh pihak.
Demikian penghantar ini penulis sajikan, semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak. Atas masukan dan sarannya sangat penulis harapkan
demi perbaikan laporan ini menjadi lebih sempurna.
Penulis,
DAFTAR ISI
Halama
n
Halaman judul.....................................................................................
ii
Kata Pengantar..................................................................................
Daftar Isi...............................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................
1.1 Latar Belakang.....................................................................
1.2 Tujuan Kegiatan...................................................................
1.3 Manfaat..................................................................................
1.4 Sistematika Laporan............................................................
BAB 2 KONSEP TEORI.........................................................................
2.1 Konsep Teori Lansia...........................................................
2.2 Konsep PPOK....................................................
2.3 Konsep Asuhana Keperawatan Pada Pasien
Dengan PPOK............................................
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN ....................................................
3.1 Pengkajian............................................................................
3.2 Diagnosa Keperawatan dan Perumusan
Prioritas Keperawatan..........................................................
3.3 Perencanaan........................................................................
3.4 Implementasi........................................................................
3.5 Evaluasi.................................................................................
iii
iv
1
1
3
3
3
5
5
11
13
20
20
26
28
34
35
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
KONSEP TEORI
Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep teori yang memuat: Konsep
Lansia, Konsep dan Asuhan Keperawatan Klien Dengan PPOK
2.1 Konsep Teori Lansia
2.1.1 Batasan Lansia
Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
1)
Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
2)
Lanjut usia (elderly) antara 60 74 tahu
3)
Lanjut usia tua (old) antara 75 90 tahun
4)
Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun
2.1.2 Proses Menua
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan
masa tua (Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun
psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemuduran secara fisik maupun
psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih,
penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai
fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat dan kurang gairah.
Meskpun secara alamiah terjadi penurunan fungsi berbagai organ, tetapi
tidak harus menimbulkan penyakit oleh karenanya usia lanjut harus sehat. Sehat
dalam hal ini diartikan:
1) Bebas dari penyakit fisik, mental dan sosial,
2) Mampu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari hari,
3) Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat (Rahardjo,
1996)
Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan perubahan
yang menuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terus menerus. Apabila
proses penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbullah
berbagai masalah. Hurlock (1979) seperti dikutip oleh MunandarAshar Sunyoto
(1994) menyebutkan masalah masalah yang menyertai lansia yaitu:
1) Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain,
2) Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola
hidupnya,
3) Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal
atau pindah,
4) Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah
banyak dan
5) Belajar memperlakukan anak anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan
dengan perubahan fisk, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik yang
mendasar adalah perubahan gerak.
Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat
terhadap diri makin bertambah. Kedua minat terhadap penampilan semakin
berkurang. Ketiga minat terhadap uang semakin meningkat, terakhir minta terhadap
kegiatan kegiatan rekreasi tak berubah hanya cenderung menyempit. Untuk itu
diperlukan motivasi yang tinggi pada diri usia lanjut untuk selalu menjaga kebugaran
fisiknya agar tetap sehat secara fisik. Motivasi tersebut diperlukan untuk melakukan
latihan fisik secara benar dan teratur untuk meningkatkan kebugaran fisiknya.
Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan bahwa
perubahan yang dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya terhadap
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
Kesehatan umum
Tingkat pendidikan
Keturunan (hereditas)
Lingkungan
Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.
Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan teman
dan famili.
Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap
gambaran diri, perubahan konsep diri.
Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya (Maslow,
i)
2)
1970)
Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya , hal ini terlihat dalam
berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner, 1970)
2.1.7 Penyakit Yang Sering Dijumpai Pada Lansia
Menurut the National Old Peoples Welfare Council , dikemukakan 12
macam penyakit lansia, yaitu :Depresi mental
1) Gangguan pendengaran
2) Bronkhitis kronis
3) Gangguan pada tungkai/sikap berjalan.
4) Gangguan pada koksa / sendi pangul\Anemia
5) Demensia
2.2 Konsep PPOK
2.2.1 Batasan PPOK
a.
b.
Suatu kondisi dimana aliran udara pada paru tersumbat secara terus
menerus. Proses penyakit ini adalah seringkali kombinasi dari 2 atau 3
kondisi berikut ini (Bronkhitis Obstruktif Kronis, Emphysema dan Asthma
Bronkiale) dengan suatu penyebab primer dan yang lain adalah komplikasi
dari penyakit primer.(Enggram, B. 1996).
Bronkhitis Kronis
Gangguan klinis yang ditandai dengan pembentukan mucus yang berlebihan
dalam bronkus dan termanifestasikan dalam bentuk batuk kronis dan pembentuk
sputum selama 3 bulan dalam setahun, paling sedikit 2 tahun berturut turut.
Emphysema
Perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai pelebaran dinding alveolus,
duktus alveolaris dan destruksi dinding alveolar
Asthma Bronkiale
Suatu penyakit yang ditandai dengan tanggap reaksi yang meningkat dari trachea
dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan dengan manifestasi berupa
kesukaran bernafas yang disebabkan oleh peyempitan yang menyeluruh dari
saluran nafas.
Asthma dibedakan menjadi 2 :
1.
2.
Asthma tidak dibahas disini karena gejala dan tanda lebih spesifik dan ada
pembahasan khusus mengenai penyakit asma
3. Penyebab PPOK
a. Bronkitis Kronis
1) Faktor tak diketahui
2) Merokok
3) Polusi Udara
4) Iklim
b.
c.
Emphysema
1) Faktor tak diketahui
2) Predisposisi genetic
3) Merokok
4) Polusi udara
Asthma Bronkiale
Faktor Prediasposisi nya adalah :
1. Alergen (debu, bulu binatang, kulit dll)
2. Infeksi saluran nafas
3. Stress
4. Olahraga (kegiatan jasmani berat )
5. obat-obatan
6. Polusi udara
7. lingkungan kerja
8. Lain-lain, (iklim, bumbu masak, bahan pengawet dll)
4.
a.
Gambaran Klinis
Asthma Bronkiale
Selama serangan klien mengalami dispnea dan tanda kesulitan bernafas. Permulaan
tanda serangan terdapat sensasi kontriksi dada (dada terasa berat), Whezing,
batuk non produktif, takhi kardi dan takipnea.
b.
MANAGEMEN MEDIS
Intervensi medis bertujuan untuk :
1) Memelihara kepatenan jalan nafas dengan menurunkan spasme bronkus dan
membersihkan secret yang berlebihan
2) Memelihara keefektifan pertukaran gas
3) Mencegah dan mengobati infeksi saluran pernafasan
4) Meningkatkan toleransi latihan.
5) Mencegah adanya komplikasi (gagal nafas akut dan status asmatikus)
6) Mencegah allergen/iritasi jalan nafas
7) Membebaskan adanya ansietas dan mengobati depresi yang sering menyertai
adanya obstruksi jalan nafas kronis.
Managemen medis yang diberikan berupa
1) Pharmacologic management
a) Anti inflamasi ( kortikosteroid, sodium kromolin dll)
b) Bronkodilator
Adrenergik
: efedrin, epineprin, beta adrenergik agonis selektif
Non adrenergik
: aminophilin, tefilin
c) Antihistamin
d) Steroid
e) Antibiotic
f) Ekspektoran
Oksigen digunakan 3 l/m dengan cannula nasal.
2) Hygiene Paru.
Bertujuan untuk membersihkan sekret dari paru-paru dan kemudian
meningkatkan kerja silia dan menurunkan resiko infeksi.
Dilaksanakan dengan nebulizer, fisioterapi dada, postural drainase
3) Exercise
Bertujuan untuk mempertinggi kebugaran dan melatih fungsi otot skeletal agar
lebih efektif.
Dilaksanakan dengan jalan sehat.
4) Menghindari bahan iritans
Penyebab iritans jalan nafas harus dihindari seperti asap rokok dan perlu juga
mencegah adanya alergen yang masuk tubuh.
5) Diet
Klien sering mengalami kesulitan makan karena adanya dipsnea. Pemberian porsi
yang kecil namun sering lebih baik daripada makan langsung banyak.
MANAGEMENT KEPERAWATAN
Pengkajian :
1. Riwayat atau faktor penunjang :
- Merokok merupakan faktor penyebab utama.
- Tinggal atau bekerja di area dengan polusi udara berat.
- Riwayat alergi pada keluarga
- Riwayat Asthma pada anak-anak.
2.
3.
Pemeriksaan fisik :
a. Manifestasi klinik Penyakit Paru Obstruktif Kronik :
Peningkatan dispnea.
Penggunaan otot-otot aksesori pernafasan (retraksi otot-otot abdominal,
mengangkat bahu saat inspirasi, nafas cuping hidung).
Penurunan bunyi nafas.
Takipnea.
b. Gejala yang menetap pada penyakit dasar
Asthma
Batuk (mungkin produktif atau non produktif), dan perasaan dada
seperti terikat.
Mengi saat inspirasi maupun ekspirasi yang dapat terdengar tanpa
stetoskop.
Pernafasan cuping hidung.
Ketakutan dan diaforesis.
Bronkhitis
Batuk produktif dengan sputum berwarna putih keabu-abuan, yang
biasanya terjadi pada pagi hari.
Inspirasi ronkhi kasar dan whezzing.
Sesak nafas
Emphysema
Penampilan fisik kurus dengan dada barrel chest (diameter
thoraks anterior posterior meningkat sebagai akibat hiperinflasi
paru-paru).
Fase ekspirasi memanjang.
4.
Pemeriksaan diagnostik
Test faal paru
1) Kapasitas inspirasi menurun
2) Volume residu : meningkat pada emphysema, bronkhitis dan asthma
3) FEV1 selalu menurun = derajat obstruksi progresif Penyakit Paru Obstruktif
Kronik
4) FVC awal normal menurun pada bronchitis dan astma.
5) TLC normal sampai meningkat sedang (predominan pada emphysema).
Darah :
Hb dan Hematokrit meningkat pada polisitemia sekunder.
Jumlah darah merah meningkat
Eo dan total IgE serum meningkat.
Analisa Gas Darah gagal nafas kronis.
Pulse oksimetri SaO2 oksigenasi menurun.
Elektrolit menurun oleh karena pemakaian deuritika pada cor pulmunale.
Analisa Gas Darah
PaO2 menurun, PCO2 meningkat, sering menurun pada astma. PH normal
asidosis, alkalosis respiratorik ringan sekunder.
Sputum :
Pemeriksaan gram kuman/kultur adanya infeksi campuran.
Kuman patogen >> :
Streptococcus pneumoniae.
Hemophylus influenzae.
Moraxella catarrhalis.
Radiologi :
Thorax foto (AP dan lateral).
Hiperinflasi paru-paru, pembesaran jantung dan bendungan area paru-paru.
EKG.
Kelainan EKG yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah
terdapat Kor Pulmonal terdapat deviasi aksis ke kanan dan P- pulmonal pada
hantaran II, III dan aVF. Voltase QRS rendah. Di V1 rasio R/S lebih dari 1 dan
di V6 V1 rasio R/S kurang dari 1. Sering terdapat RBBB inkomplet.
5.
Lain-lain perlu dikaji Berat badan, rata-rata intake cairan dan diet harian.
Aktivitas dan
Istirahat
Gejala
Tanda
Sirkulasi
Gejala
Tanda
Integritas ego
Gejala/tanda
Makanan/cairan
Gejala
Tanda
Hygiene
Gejala
Tanda
Pernafasan
Gejala
Tanda
Seksualitas
Interaksi sosial
Gejala
tanda
Diagnosa keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan pembatasan jalan nafas,
kelelahan otot pernafasan, peningkatan produksi mukus atau spasme bronkus.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan batuk,
peningkatan produksi mukus/peningkatan sekresi lendir
3. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakadekuatan intake nutrisi sekunder terhadap peningkatan kerja pernafasan
atau kesulitan masukan oral sekunder dari anoreksia.
4. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
5. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adequatnya immunitas
tubuh
6. Kurang pengetahuan berhu bungan dengankurang informasi
Perencanaan
Perencanaan meliputi penyusunan prioritas, tujuan dan kriteria hasil dari
masing-masing masalah yang ditemukan.
Tujuan Penatalaksanaan
Mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup.
Pemeliharaan fungsi paru yang optimal dalam waktu singkat dan panjang.
Pencegahan dan penanganan eksaserbasi.
Kriteria Keberhasilan :
Berkurangnya gejala sesak nafas.
Berkurangnya frekuensi dan lamanya eksaserbasi.
Membaiknya faal paru.
Menurunnya gejala psikologik (depresi, kecemasan).
Memperbaiki kualitas hidup.
Dapat melakukan aktifitas sehari-hari.
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran
gas berhubungan dengan
pembatasan jalan nafas,
kelelahan otot
pernafasan, peningkatan
produksi mukus atau
spasme bronkus.
2.
Tujuan
Klien mampu menunjukkan
perbaikan oksigenasi.
Kriteria hasil
1. Gas arteri dalam batas
normal
2. Warna kulit perifer
membaik (tidak cianosis)
3. RR : 12 24 x /menit
4. Bunyi nafas bersih
5. Batuk (-)
6. Ketidaknyamanan dada
()
7. Nadi 60 100 x/menit
8. Dyspnea ()
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Rencana tindakan
Observasi status pernafasan, hasil gas darah
arteri, nadi dan nilai oksimetri
Awasi perkembangan membran mukosa / kulit
(warna)
Observasi tanda vital dan status kesdaran.
1.
2.
3.
Rasional
Memantau perkembangan
kegawatan pernafasan
Gangguan Oksigenasi perifer
tampak cianosis
Menentukan status pernafasan
dan kesadaran
Mengurangi penggunaan energi
berlebihan yang membutuhkan
banyak Okigen
Memenuhi kebutuhan oksiegen
Meningkatkan kebebasan suplay
oksiegn
Obat depresan akan mendepresi
system pernafasan dan
menyebabkan gagal nafas
4.
1.
2.
3.
5.
6.
7.
4.
4.
mengencerkan sekert
5.
1.
1.
2.
2.
3.
3.
4.
5.
5.
6.
6.
5.
3.
Gangguan kebutuhan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
ketidakadekuatan intake
nutrisi sekunder terhadap
peningkatan kerja
pernafasan, kesulitan
masukan oral sekunder
dari anoreksia
4.
4.
Cemas berhubungan
dengan kurangnya
pengetahuan tentang
penyakitnya.
1.
1.
2.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
3.
4.
7.
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 13 Maret 2002 pada pukul 11.00 WIB.
3.1.1 Pengumpulan data
1) Data biografi klien
a) Nama
: Tn. S
b) Tempat dan tanggal lahir
: - / umur 74 tahun
c) Pendidikan terakhir
: SD
a)
Agama
: Islam
b)
Satus perkawinan
: Duda
c)
TB/BB
: 159 cm / 50 kg
d)
Penampilan umum
: Bersih dan rapi, badan kurus.
e)
Ciri ciri tubuh
: jalan masih tegak, rambut sebagian
memutih
f)
Alamat
: RT 2 RW 2 No. 28 Kel.Balas
Klumprik.
g)
Orang yang dekat dihubungi : Ny. S (49th)
h)
Hubungan dengan klien : Anak.
2) Riwayat keluarga
Genogram
Keterangan:
3) Riwayat pekerjaan
Pekerjaan sebelumnya Tukang Kayu .
Sistem pengelihatan: Baik, mata kiri dan kanan tidak ada kelainan, visus
normal.
Pendengaran: klien dapat mendengar dengan baik.
c)
Dada dan punggung : Tidak ada kelainan tulang belakang, bentuk
dada barrel chest dimana diameter AP: Trans 1:1, tidak terdengar
bunyi ronkhi, terdengar bunyi wheezing pada akhir ekspirasi, klien
kadang terlihat batuk dengan sputum produktif. Bila melakukan jalan
kaki 100 m atau menanjak klien nampak berhenti dan kelelahan. Ada
riwayat merokok lebih dari 10 tahun. Resp 22 kali/mnt dengan otot
Bantu pernafasan
d)
Sistem kardiovaskuler:
Inspeksi: pergerakan dada simetris.
Perkusi: terdapat suara pekak.
Auskultasi: Irama jantung teratur, suara S1S2 tunggal.
Sistem pernafasan:
Inspeksi: dada ka/ki terlihat simetris,
Perkusi: Suara paru ka/ki sama sonor.
Auskultasi: vesikuler, wheezing (+), ronkhi (-)
e)
Sistem gastrointestinal
Klien hanya mengkonsumsi makanan yang disediakan dari dapur
umum panti dengan frekuensi 3 kali sehari dan setiap makan hanya
porsi. Kebiasaan minum kopi (-), susu (-), peristaltik (+). Klien
mengatakan bab tiap hari sekali dengan konsistensi lembek
f)
Sistem muskuloskletal
ROM klien baik/penuh, klien seimbang dalam berjalan, kemampuan
menggenggam kuat, otot ekstremitas ka/ki sama kuat, tidak ada
kelainan tulang, atrofi dll
g)
Sistem immune
Klien mengatakan tidak mengerti imunisasi, sensitivitas terhadap zat
alergen (-), riwayat penyakit berkaitan dengan imunisasi, klien
mengatakan tidak tahu.
h)
Sistem reproduksi
Klien mengatakan memiliki 4 orang anak putra dan putri
i)
Sistem Genitalia
Tidak ditemukan adanya hernia dan alat produksi lengkap
j)
Sistem persyarafan
Keadaan status mental klien baik dengan emosi stabil. Respon klien
terhadap pembicaraan (+) dengan bicara yang normal dan jelas, suara
pelo (-). Interpretasi klien terhadap lawan bicara cukup baik.
k)
Sistem integumen
Inspeksi: tekstur kulit terlihat kendur, keriput(+), peningkatan pigmen
(-), dekubitus (-), bekas luka (-). Palpasi: turgor kulit normal.
l)
Sistem perkemihan
Klien mengatakan biasa buang air kecil di kamar mandi, frekuensi 3-4
x/hari, Ngompol (-)
m)
Sistem endokrin
Klien mengatakan tidak menderita kencing manis. Palpasi: tidak ada
pembesaran kelenjar thyroid.
10) Status kognitif/afektif/sosial
a) Short potable mental status questionaire (SPMSQ) dengan
kesalahan 6, karena klien sekolah SD tidak tamat.
Data
DS:
Klie
n mengeluh cepat merasa
lelah kalau bekerja, nafas
sesak, sering berkeringat.
DO:
RR
22x/mnt, tampak sesak bial
melakukan aktifitas sedang,
terlihat adanya penggunaaan
otot Bantu nafas Nadi 80
kali/menit,.
Etiologi
Masalah
Ketidakseimbangan
Intoleran
suplai dan kebutuhan aktivitas
O2.
3.3 Perencanaan
No Diagnosa
Tujuan
Intervensi
Rasional
1. Intoleransi
Tujuan/ kriteria:
Aktivitas
- Berpartisipasi
- Kaji
respon 1. Untuk
sehubungan
dalam aktifitas
terhadap aktifitas.
mengidentifikasik
dengan
yang diinginkan/
- Perhatikan tekanan
an aktivitas yang
ketidak
diperlukan.
darah,
nadi
cocok
dan
seimbangan
- Melaporkan
selama/ sesudah
seberapa
jauh
antara suplai
peningkatan
istirahat.
klien
dapat
dan
dalam toleransi
- Perhatikan nyeri
melakukannya.
kebutuhan
aktifitas
yang
dada,
dyspnea, 2. Untuk
akan oksigen
dapat diukur.
pusing.
mengidentifikasik
- Menunjukkan
- Instruksikan
an perubahan yang
penurunan dalam
tentang
tehnik
terjadi
tanda-tanda
menghemat
3. Mencegah
intoleransi
tenaga,
misal:
terjadinya
fisiologi
menggunakan
kelelahan
-.
kursi saat mandi, 4. Membantu
sisir rambut.
penyesuaian tubuh
- Melakukan
terhadap
aktifitas
dengan
perubahan
perlahan-lahan.
aktivitas
- Beri
dorongan 5. Aktivitas mandiri
untuk melakukan
membantu dalam
aktifitas/
perubahan
perawatan
diri
kebutuhan hidup
secara
bertahap
jika
dapat
ditoleransi.
- Beri
bantuan
sesuai
dengan
kebutuhan.
3.4 Implementasi
Waktu/tgl
Implementasi
Evaluasi
11 Desember
Me
2003
mberikan HE tentang:
lien kooperatif.
10.00
Pen
yebab
terjadinya
lien
tampak
kelelahan pada pasien.
memperhatikan.
11.00
Men
gkaji keluhan pasien setelah
melakukan senam.
motivasi
klien
beristirahat bila
lelah.
Me
untuk
merasa
Men
jelaskan pada pasien tentang
pentingya istirahat.
Melakukan
evaluasi.
terminasi
dan
K
K
serius
R
R 20 Kali / menit
Ti
dak mengeluh lelah
K
lien
mengatakan
mengikuti saran yang
diberikan mahasiswa
K
lien
tampak
serius
memperhatikan
3.5 Evaluasi
No
1.
Diagnosa Keperawatan
Intoleransi
Aktivitas
sehubungan dengan ketidak
seimbangan antara suplai
dan kebutuhan akan oksigen
Evaluasi
Tanggal: 11 Desember 2003
10.00
S:
Daftar Pustaka
Alsagaff Hood, Abdul Mukty, (1995). Dasar Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga
University Press. Surabaya.
Amin muhammad, Hood Alsagaff. (1989). Pengantar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga
University Press. Surabaya.
Callahan, Barton, Schumaker (1997), Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan
gawat Darurat Medis, Binarupa Aksara, Jakarta.
Carpenito Lynda Juall (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek Klinik,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Decker DL. (1990). Social Gerontology an Introduction to Dinamyc of Aging. Little
Brown and Company. Boston
Doenges marilynn (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Gallo, J.J (1998). Buku Saku Gerontologi Edisi 2. Aliha Bahasa James Veldman.
EGC. Jakarta
Guyton and Hall (1997), Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Hudak and Gallo (1996), Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Lueckenotte.A.G. (1996). Gerontologic Nursing. Mosby Year Book. Missouri
Nugroho.W. (2000). Keperawatan Gerontik. Gramedia. Jakarta