Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ULKUS DIABETIKUM

Tugas Mandiri
Stase Keperawatan Medikal Bedah
Oleh :

Puguh Dadi Dwi Pantara


1611040098

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2016

TINJAUAN TEORI
ULKUS DIABETIKUM
A. Pengertian Kasus
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir dan ulkus
adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit. Adanya
kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum juga
merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit DM dengan neuropati
perifer (Andyagreeni, 2010).
Ulkus adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi
bakteri (Medicastore, 2009).
Ulkus diabetik merupakan komplikasi kronik dari diabetes mellitus sebagai
sebab utama morbiditas, mortalitas serta kecacatan penderita diabetes. Kadar LDL
yang tinggi memainkan peranan penting untuk terjadinya ulkus diabetic melalui
pembentukan plak atheroklorosis pada dinding pembuluh darah (Zaidah, 2005).
Diabetus mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula
sederhana) dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepasakan atau
menggunakan insulin secara adekuat (Medicastore, 2009).
Diabetes mellitus adalah suatu keadaan hiperglikemia kronik, disertai keluhan
metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik
pada mata, ginjal, syaraf, dan pembuluh darah disertai lesi pada membrane basalis
dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer, et al, 2001).
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit gangguan pada endokrin yang
mengancam hidup disertai dengan kelainan metabolik yang ditandai oleh elainan
kadar glukosa dalam darah yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik.
B. Etiologi Kasus
Faktor- faktor yang berpengaruh atas terjadinya ulkus diabetikum dibagi
menjadi faktor endogen dan ekstrogen
1. Faktor endogen
a. Genetik, metabolik
b. Angiopati diabetik
c. Neuropati diabetic
2. Faktor ekstrogen
a. Trauma
b. Infeksi
c. Obat

Faktor utama yang berperan pada timbulnya ulkus diabetiukum adalah


angiopati, neuropati dan infeksi. Adanya neuropati perifer akan menyebabkan hilang
atau menurunya sensasi nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami trauma tanpa
terasa yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki gangguan motorik juga akan
mengakibatkan terjadinya atrofi pada otot kaki sehingga merubah titik tumpu yang
menyebabkan ulsestrasi pada kaki klien. Apabila sumbatan darah terjadi pada
pembuluh darah yang lebih besar maka penderita akan merasa sakit pada tungkainya
sesudah dia berjalan pada jarak tertentu. Adanya angiopati terebut akan menyebabkan
terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen serta antibiotika sehingga menyebabkan
terjadinya luka yang sukar sembuh (Askandar, 2001).
C. Tanda dan Gejala
Gejala klasik diabetes adalah rasa haus yang berlebihan, sering kencing
terutama malam hari, banyak makan serta berat yang turun dengan cepat. Disamping
itu terkadang ada keluhan lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, cepat lapar,
gatal- gatal, penglihatan jadi kabur, luka sukar sembuh, dan pada ibu-ibu sering
melahirkan bayi diatas 4kg, kadang ada yang sama sekali tidak merasakan adanya
keluhan, mereka mengetahui adanya diabetes karena pada saat periksa kesehatan
ditemukan kadar glukosa darahnya tinggi.
Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola fontaine :
a. Stadium I : asimtomatis atau gejala tidak khas (kesemutan)
b. Stadium II : terjadi klaudikasio intermiten
c.
Stadium III : timbul nyeri saat istirahat
d.
Stadium IV : terjadinya kerusakan jaringan karena anoksia (Smeltzer & Bare,
2001). Terdapat lima grade ulkus diabetikum/kaki diabetes antara lain:
1.
Grade 0: tidak ada luka
2.
Grade I : kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit
3.
Grade II
: kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
4.
Grade III
: terjadi abses
5.
Grade IV
: Gangren pada kaki bagian distal
6.
Grade V
: Gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal
D. Anatomi Fisiologi
Selain fungsi pencernaan, pankreas juga mensekresikan 2 hormon yang
penting yakni insulin dan glukogen. Pankreas terdiri atas 2 jenis jaringan utama yakni
yang mensekresikan getah pencernaan kedalam duodenum dan yang tidak
mengeluarkan getahnya namun mnsekresikan insulin dan glukogen langsung kedalam

darah. Pankreas manusia mempunyai hampir satu juta atau lenih dan tersusun
mengelilingi pembuluh kapiler kecil yang merupakan tempat penampungan hormone
yang disekresikan oleh sel sel tersebut. Pulau langerhans mengandung 3 jenis sel
utama yakni sel alfa, el beta dan delta yang dibedakan dari ciri morfologik dan
pewarnaanya. Sel beta yang merupakan kira-kira 25% dari seluruh el, mensekresikan
glukagon, dan sel delta yang merupakan 10% dari seluruh sel, menskresi hormone
yang baru saja ditemukan yakni somatoslatin, selain itu paling sedikit terdapat 1 jenis
sel lain yang disebut sel PP, yang terdapat dalam jumlah sedikit dalam pula langerhans
dan menskresikan hormon yang fungsinya masih diragukan polipeptida pankreas
( Guyton & Jhall, 1997).
Glukagon dan insulin memegang peranan penting dalam metabolisme
karbohidrat, protein, lemak, bahkan keseimbangan gula darah sangat dipengaruhi oleh
kedua hormon ini. Fungsi kedua hormon ini saling bertolak belakang, kalu secra
umum insulin menurunkan kadar gula dalam darah sebaliknya untuk glukagon
meningkatkan gula darah. Perangsangan glukagon juga samadengan kortisol, GH dan
epineprin ( Rumaharto, 1999).
Menurut Medicastore ( 2009), fungsi pankreas antara lain :
1.

Fungsi eksokrin yang membentuk getah pankreas yang


berisi enzim dan elektrolit

2.

Fungsi endokrin yaitu sekelompok kecil selephitellium


yang berbentuk pulau pulau kecil atau pulau langerhans, yang bersama- sama

3.

membentuk organ endokrin yang mensekresikan insulin.


Fungsi sekresi eskternal yaitu cairan pankreas yang
dialirkan keduodenum yang berguna untuk proses pencernaan makanan di
intestinum

4.

Fungsi sekresi internal yaitu sekresi yang dihasilkan


oleh pulau-pulau langerhans sendiri yang langsung dialirkan kedalam peredaran
darah. Sekresinya disebut hormon insulin dan hormon glukagon, hormon tersebut

dibawa kejaringan untuk membantu metabolisme.


E. Patofisiologi/Pathways
Defisiensi Insulin
glukagon

penurunan pemakaian

glukosa oleh sel


glukoneogenesis

lemak

hiperglikemia

protein

glycosuria

ketogenesis

BUN

Osmotic Diuresis

ketonemia

Nitrogen urine

Kekurangan
Dehidrasi
volume

pH

Mual
muntah

Hemokonsentrasi
cairan

Asidosis

Resiko Ggn Nutrisi


Kurang dari
kebutuhan

Trombosis
Aterosklerosis

Koma
Kematia
n
Makrovaskule

Mikrovaskul
Retina

Jantun
Miokard

Serebra
Stroke

Gangguann
Integritas Kulit

Nyeri Akut
/ Kronis

Ginjal

Ekstremitas
Gangre

Retinopati
diabetik
Ggn.

Nefropa

Gagal
Ginjal

Resiko Injury

F. KOMPLIKASI
Komplikasi jangka pendek
1.

Hiperglikemia

Insulin menurun

Glukagon meningkat

Pemakaian glukosa perifer terhambat

2.

Hipoglikemia

KGD < 60 mg%

Akibat terapi insulin

3.

Ketoasidosis Diabetik : insulin menurun, lipolisis, ketonbodi, koma

4.

Neuropati Diabetik : kesemutan, lemas, baal, mual, muntah, kembung

5.

Nefropati Diabetik : proteinuria

6.

Retinopati Diabetik : penglihatan kabur

7.

Ulkus/Gangren

8.

Kelainan Vaskuler

Mikrovaskuler

Makrovaskuler

Komplikasi jangka panjang dari diabetes


Organ/jaringa
n yg terkena

Yg terjadi

Komplikasi

Pembuluh darah

Plak aterosklerotik
terbentuk
&
menyumbat arteri
berukuran
besar
atau sedang di
jantung,
otak,
tungkai & penis.
Dinding pembuluh
darah
kecil
mengalami
kerusakan sehingga
pembuluh
tidak
dapat mentransfer
oksigen
secara
normal
&
mengalami
kebocoran

Sirkulasi yg jelek
menyebabkan
penyembuhan luka
yg jelek & bisa
menyebabkan
penyakit jantung,
stroke, gangren kaki
& tangan, impoten
& infeksi

Mata

Terjadi kerusakan
pada
pembuluh
darah kecil retina

Gangguan
penglihatan & pada
akhirnya bisa terjadi
kebutaan

Ginjal

Penebalan
pembuluh
darah
ginjal

Protein bocor
ke dalam air kemih

Darah
tidak
disaring
secara
normal

Fungsi ginjal
buruk
Gagal ginjal

yg

Saraf

Kerusakan
saraf
karena
glukosa
tidak dimetabolisir
secara normal &
karena aliran darah
berkurang

Kerusakan
pada
saraf
yg
mengendalikan
tekanan darah &
saluran pencernaan

Kulit

Berkurangnya
aliran darah ke
kulit & hilangnya
rasa
yg
menyebabkan
cedera berulang

Darah

Gangguan fungsi
sel darah putih

Jaringan ikat

Gluka
tidak
dimetabolisir
secara
normal
sehingga jaringan
menebal
atau
berkontraksi

Sistem
otonom

saraf

Kelemahan
tungkai yg terjadi
secara tiba-tiba atau
secara perlahan

Berkurangnya
rasa, kesemutan &
nyeri di tangan &
kaki

Kerusakan saraf
menahun
Tekanan darah
yg naik-turun

Kesulitan
menelan
&
perubahan fungsi
pencernaan disertai
serangan diare
Luka,
infeksi
dalam
(ulkus
diabetikum)

Penyembuhan
luka yg jelek

Mudah
terkena
infeksi,
terutama
infeksi
saluran
kemih & kulit

Sindroma
terowongan karpal
Kontraktur
Dupuytren

Komplikasi ulkus DM
Penggolongan Ulkus/gangren (Soeparman, 1987, hal 377), terdapat lima grade ulkus
diabetikum antara lain:
Grade 0

: tidak ada luka

Grade I

:kerusakan hanya sampai pada permukaan

kulit

Grade II

:kerusakan kulit mencapai otot dan tulang

Grade III

:terjadi abses

Grade IV

:Gangren pada kaki bagian distal

G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang dilakukan sebagai penunjang diagnostik medis antara lain:
1.

Pemeriksaan gula darah


Orang dengan metabolisme yang normal mampu mempertahankan kadar gula
darah antara 70-110 mg/dl (engliglikemi) dalam kondisi asupan makanan yang
berbeda-beda. Test dilakukan sebelum dan sesudah makan serta pada waktu tidur

2.

Pemeriksaan dengan Hb
Dilakukan untuk pengontrolan DM jangka lama yang merupakan Hb minor
sebagai hasil dari glikolisis normal.

3.

Pemeriksaan Urine
Pemeriksaan urine dikombinasikan dengan pemeriksaan glukosa darah untuk
memantau kadar glukosa darah pada periode waktu diantara pemeriksaan darah.

H. Penatalaksanaan Umum
Penatalaksanaan hipoglikemik oral
a.
1). Pemicu sekresi insulin
Sulfonilurea
Glinid
2) penambah sensitifitas terhadap insulin
Biguanid
Tiatilidindion
b. Insulin
c. Pencegahan komplikasi
Berhenti merokok
Mengoptimalkan kadar kolesterol
Mengontrol tekanan darah tinggi
Menjaga berat badan yang stabil
Olahraga teratur dapat bermanfaat :
- Mengendalikan kadar glukosa darh
- Menurunkan kelebuhan BB
- membantu mengurangi stres
- memperkuat otot jantung
- membantu menurunkan tekanan darah

Obat hipoglikemik oral

I. Penatalaksanaan Keperawatan (fokus intervensi)


1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cidera fisik (adanya luka ulkus)
Tujuan dan kriteri hasil:

Setelah dilakukantindakan keperawatan, diharapkan nyeri teratasi. Dengan kriteria


hasil: Pain Level
Indikator
1.melaporkan adanya nyeri
2.luas bagian tubuh yang terpengaruh
3.frekuensi nyeri
4.panjangnya episode nyeri
5.ekspresi nyeri pada wajah
6.posisi tubuh protektif
7.kurangnya istirahat
8.Ketegangan otot
9.perubahan pada frekuensi pernafasan
10.perubahan vital sign
Keterangan:

Awal

Target

1 : Ekstrem
2: berat
3: sedang
4: ringan
5: Tidak ada
Intervensi:
Pain Management:
1. Kaji nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi.
Rasional: nyeri yang berhubungan dengan hepatitis sangat tidak nyaman, oleh
karena terdapat peregangan secara kapsula hati, melalui pendekatan kepada
individu yang mengalami perubahan kenyamanan nyeri diharapkan lebih efektif
2.
3.
4.
5.

mengurangi nyeri.
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
Gunakan tehnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
Bantu keluarga dan pasien untuk mencari dukungan.
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,

pencahayaan dan kebisingan kurangi faktor presipitasi.


6. Lakukan penanganan nyeri non farmakologi.
7. Ajarkan tentang tehnik non farmakologi.
Kolaborasi pemberian anlgetik untuk mengurangi nyeri.
Rasional : kemungkinan nyeri sudah tak bisa dibatasi dengan teknik untuk
mengurangi nyeri.

2. Kerusakan intregitas jaringan berhubungan dengan gangguan sirkulasi


Tujuan dan kriteri hasil:
Setelah dilakukantindakan keperawatan, diharapkan itegritas jaringan utuh. Dengan
kriteria hasil: Itregiti Tissue: skin dan mucosa membran.
Indikator
1.keutuhan kulit
2.tekstur dan ketebalan jaringan
3.perfusi jaringan
4.tidak ada lesi
5.tidak terjadi nekrosis
Keterangan:

Awal

Target

1 : Ekstrem
2: berat
3: sedang
4: ringan
5: Tidak ada
Intervensi :
1. Kaji tingkat keterbatasan keterbatasan kemampuan untuk berpindah atau bergerak
dari tempat tidur.
2. Monitor aktivitas, mobilisasi, status nutrisi
3. Ubah posisi pasien setiap 2 jam sekali
4. Tinggikan bagian tempat tidur seminimal dan secepat mungkin
5. Gunakan tehnik yang benar dalam mengubah posisi, memindahkan dan
memiringkan
6. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanna yang banyak mengandung protein.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
Tujuan dan kriteri hasil:
Setelah dilakukantindakan keperawatan, diharapkan menoleransi aktivitas yang bisa
dilakukan. Dengan kriteria hasil: activity tolerance
Indikator
1.saturasi oksigen saat beraktivitas
2.frekuensi pernafasan saat beraktivitas

Awal

Target

3.kemampuan

untuk

berbicara

saat

beraktivitas fisik
4.tekanan darah dalam batas normal
Keterangan
1 : Ekstrem
2: berat
3: sedang
4: ringan
5: Tidak ada
Intervensi:
1. Kaji kemampuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur
2. Kaji respon emosi, sosial dan spiritual terhdapa aktivitas
3. Pantau asupan nutrisi untuk memastikan sumber energi yang adekuat
4. Bantu pasien untuk mengidentifikasi pilihan aktivitas
5. Bantu dengan aktivitas teratur (berpindah dan ubah posisi)
6. Bantu rangsangan lingkungan (cahay dan kebisingan) untuk menfasilitasi relaksasi
7. Ajarkan kepada pasien atau orang terdekat tentang tehnik perawatan diri
8. Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan manajemen waktu mencegah kelelahan
9. Kolaborasi dengan ahli terapi okupasi fisik untuk memantau program aktivitas.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral: anoreksia, mual, nyeri abdomen.
Tujuan dan kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawwatan selama 3x24 jam status nutrisi : nutriet
intake teratasi dengan kriteria hasil :
Indikator
1. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan
tujuan
2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan cairan
4. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
5. Menunjukan peningkatan funsi pengecapan dari
menelan
6. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

Awal

Target

Keterangan : 1 : ektrem 2 : berat, 3:sedang, 4 :ringan, 5:tidak ada masalah


Intervensi:
Nutrition management :
1. Kaji adanya alergi makanan
Rasional : untuk mengidentifikasi adanya peradangan terhadap alergi
2. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Rasional : untuk mengontrol agar tidak terjadi mal nutrisi
3. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
Rasional : untuk mengontrol asupan makanan yang masuk
4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin c
Rasional : untuk kecukupan vitamin dalam tubuh
5. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake
Rasional : untuk mengetahui masukan makanan yang masuk
6. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
Rasional : agar kebutuhan nutrisi sehari-hari dapat terpenuhi
7. Beriakan makanan yang terpilih (ahli gizi)
Rasional : untuk menyesuaikan sesuai diit ahli gizi
8. Ajarkan bagaimana membuat catatan makanan harian
Rasional : untuk mengontrol asupan makanan yang harus masuk ke tubuh
9. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
Rasional : untuk mengontrol jumlah kalori yang masuk.
Nutrition monitoring :
1. Monitor turgor kulit
Rasional : untuk mengidentifikasi cairan terpenuhi atau tidak
2. Monitor mual dan muntah
Rasional : untuk mengontrol efek dari makanan yang masuk
3. Monitor adanya penurunan berat badan
Rasional : untuk mengontrol masukan nutrisi kedalam tubuh
4. Monitor kadar albumin, total protein dan HB
Rasional : untuk mengetahui terjadinya penurunan albumin dan HB

5. Monitor kalori dan intake nutrisi


Rasional : untuk mengontrol kebutuhan yang masuk
6.

Berat badan pasien dalam batas normal


Rasional : untuk mengetahui yang masuk ke tubuh menjadikan berat badan tetap
stabil

7. Catat adanya edema, hipereremik dan hipertonik


Rasional : untuk mengidentifikasi dan mengontrol adanya luas edem yang
berlebihan.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatnya pertahanan perifer
Tujuan dan kriteri hasil:
Setelah dilakukantindakan keperawatan, diharapkan risiko infeksi akan hilang.
Dengan kriteria hasil: risk control
Indikator
1.pengetahuan tentang resiko
2.memonitor faktor resiko dari lingkungan
3.memonitor faktor resiko dari perilaku

Awal

Target

personal
4.menggunakan fasilitas kesehatan sesuai
kebutuhan
Keterangan
1 : tidak pernah menunjukan
2: jarang menunjukan
3: kadang-kadang menunjukan
4: sering menujukan
5: selalu menunjukan
Intervensi:
Ifection control
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Pertahankan tehnik isolasi


Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
Gunakan sabun atinikroba untuk cuci tangan
Gunakan baju, sarung tangan sebagai APD
Batasi pengunjung bila perlu
Tingkatkan intake nutrisi
Ajarkan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah

berkunjung
8. Berikan terapi antibiotik bila perlu

DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M. E, Moorhouse, M.F & Geissles, A.C. 2000. Rencana asuhan keperawatan
pedoman untuk perencanaan dan pendoukumentasian perawatan pasien. Alih bahasa :
I made Kariasa. Jakarta: EGC
Guyton, A.C & Hall, J.E. 1997. Buku ajar fisiologi kedokteran. Editor: irawati setiawan.
Jakarta: EGC
Mansjoer. 2000. Kapita selekta kedokteran. Edisi 3. Jakarta: media asculapius FKUI
Medicastore. 2009. http:www.medicastore.com. diakses pada 17 Mei 2009
Smettzer. S.c dan Bare, B.G 2001, burned suderth: Buku ajar keperawatan medikal bedah
(edisi 8). Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai