ULKUS DIABETIKUM
Tugas Mandiri
Stase Keperawatan Medikal Bedah
Oleh :
TINJAUAN TEORI
ULKUS DIABETIKUM
A. Pengertian Kasus
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir dan ulkus
adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit. Adanya
kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum juga
merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit DM dengan neuropati
perifer (Andyagreeni, 2010).
Ulkus adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi
bakteri (Medicastore, 2009).
Ulkus diabetik merupakan komplikasi kronik dari diabetes mellitus sebagai
sebab utama morbiditas, mortalitas serta kecacatan penderita diabetes. Kadar LDL
yang tinggi memainkan peranan penting untuk terjadinya ulkus diabetic melalui
pembentukan plak atheroklorosis pada dinding pembuluh darah (Zaidah, 2005).
Diabetus mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula
sederhana) dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepasakan atau
menggunakan insulin secara adekuat (Medicastore, 2009).
Diabetes mellitus adalah suatu keadaan hiperglikemia kronik, disertai keluhan
metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik
pada mata, ginjal, syaraf, dan pembuluh darah disertai lesi pada membrane basalis
dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer, et al, 2001).
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit gangguan pada endokrin yang
mengancam hidup disertai dengan kelainan metabolik yang ditandai oleh elainan
kadar glukosa dalam darah yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik.
B. Etiologi Kasus
Faktor- faktor yang berpengaruh atas terjadinya ulkus diabetikum dibagi
menjadi faktor endogen dan ekstrogen
1. Faktor endogen
a. Genetik, metabolik
b. Angiopati diabetik
c. Neuropati diabetic
2. Faktor ekstrogen
a. Trauma
b. Infeksi
c. Obat
darah. Pankreas manusia mempunyai hampir satu juta atau lenih dan tersusun
mengelilingi pembuluh kapiler kecil yang merupakan tempat penampungan hormone
yang disekresikan oleh sel sel tersebut. Pulau langerhans mengandung 3 jenis sel
utama yakni sel alfa, el beta dan delta yang dibedakan dari ciri morfologik dan
pewarnaanya. Sel beta yang merupakan kira-kira 25% dari seluruh el, mensekresikan
glukagon, dan sel delta yang merupakan 10% dari seluruh sel, menskresi hormone
yang baru saja ditemukan yakni somatoslatin, selain itu paling sedikit terdapat 1 jenis
sel lain yang disebut sel PP, yang terdapat dalam jumlah sedikit dalam pula langerhans
dan menskresikan hormon yang fungsinya masih diragukan polipeptida pankreas
( Guyton & Jhall, 1997).
Glukagon dan insulin memegang peranan penting dalam metabolisme
karbohidrat, protein, lemak, bahkan keseimbangan gula darah sangat dipengaruhi oleh
kedua hormon ini. Fungsi kedua hormon ini saling bertolak belakang, kalu secra
umum insulin menurunkan kadar gula dalam darah sebaliknya untuk glukagon
meningkatkan gula darah. Perangsangan glukagon juga samadengan kortisol, GH dan
epineprin ( Rumaharto, 1999).
Menurut Medicastore ( 2009), fungsi pankreas antara lain :
1.
2.
3.
4.
penurunan pemakaian
lemak
hiperglikemia
protein
glycosuria
ketogenesis
BUN
Osmotic Diuresis
ketonemia
Nitrogen urine
Kekurangan
Dehidrasi
volume
pH
Mual
muntah
Hemokonsentrasi
cairan
Asidosis
Trombosis
Aterosklerosis
Koma
Kematia
n
Makrovaskule
Mikrovaskul
Retina
Jantun
Miokard
Serebra
Stroke
Gangguann
Integritas Kulit
Nyeri Akut
/ Kronis
Ginjal
Ekstremitas
Gangre
Retinopati
diabetik
Ggn.
Nefropa
Gagal
Ginjal
Resiko Injury
F. KOMPLIKASI
Komplikasi jangka pendek
1.
Hiperglikemia
Insulin menurun
Glukagon meningkat
2.
Hipoglikemia
3.
4.
5.
6.
7.
Ulkus/Gangren
8.
Kelainan Vaskuler
Mikrovaskuler
Makrovaskuler
Yg terjadi
Komplikasi
Pembuluh darah
Plak aterosklerotik
terbentuk
&
menyumbat arteri
berukuran
besar
atau sedang di
jantung,
otak,
tungkai & penis.
Dinding pembuluh
darah
kecil
mengalami
kerusakan sehingga
pembuluh
tidak
dapat mentransfer
oksigen
secara
normal
&
mengalami
kebocoran
Sirkulasi yg jelek
menyebabkan
penyembuhan luka
yg jelek & bisa
menyebabkan
penyakit jantung,
stroke, gangren kaki
& tangan, impoten
& infeksi
Mata
Terjadi kerusakan
pada
pembuluh
darah kecil retina
Gangguan
penglihatan & pada
akhirnya bisa terjadi
kebutaan
Ginjal
Penebalan
pembuluh
darah
ginjal
Protein bocor
ke dalam air kemih
Darah
tidak
disaring
secara
normal
Fungsi ginjal
buruk
Gagal ginjal
yg
Saraf
Kerusakan
saraf
karena
glukosa
tidak dimetabolisir
secara normal &
karena aliran darah
berkurang
Kerusakan
pada
saraf
yg
mengendalikan
tekanan darah &
saluran pencernaan
Kulit
Berkurangnya
aliran darah ke
kulit & hilangnya
rasa
yg
menyebabkan
cedera berulang
Darah
Gangguan fungsi
sel darah putih
Jaringan ikat
Gluka
tidak
dimetabolisir
secara
normal
sehingga jaringan
menebal
atau
berkontraksi
Sistem
otonom
saraf
Kelemahan
tungkai yg terjadi
secara tiba-tiba atau
secara perlahan
Berkurangnya
rasa, kesemutan &
nyeri di tangan &
kaki
Kerusakan saraf
menahun
Tekanan darah
yg naik-turun
Kesulitan
menelan
&
perubahan fungsi
pencernaan disertai
serangan diare
Luka,
infeksi
dalam
(ulkus
diabetikum)
Penyembuhan
luka yg jelek
Mudah
terkena
infeksi,
terutama
infeksi
saluran
kemih & kulit
Sindroma
terowongan karpal
Kontraktur
Dupuytren
Komplikasi ulkus DM
Penggolongan Ulkus/gangren (Soeparman, 1987, hal 377), terdapat lima grade ulkus
diabetikum antara lain:
Grade 0
Grade I
kulit
Grade II
Grade III
:terjadi abses
Grade IV
G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang dilakukan sebagai penunjang diagnostik medis antara lain:
1.
2.
Pemeriksaan dengan Hb
Dilakukan untuk pengontrolan DM jangka lama yang merupakan Hb minor
sebagai hasil dari glikolisis normal.
3.
Pemeriksaan Urine
Pemeriksaan urine dikombinasikan dengan pemeriksaan glukosa darah untuk
memantau kadar glukosa darah pada periode waktu diantara pemeriksaan darah.
H. Penatalaksanaan Umum
Penatalaksanaan hipoglikemik oral
a.
1). Pemicu sekresi insulin
Sulfonilurea
Glinid
2) penambah sensitifitas terhadap insulin
Biguanid
Tiatilidindion
b. Insulin
c. Pencegahan komplikasi
Berhenti merokok
Mengoptimalkan kadar kolesterol
Mengontrol tekanan darah tinggi
Menjaga berat badan yang stabil
Olahraga teratur dapat bermanfaat :
- Mengendalikan kadar glukosa darh
- Menurunkan kelebuhan BB
- membantu mengurangi stres
- memperkuat otot jantung
- membantu menurunkan tekanan darah
Awal
Target
1 : Ekstrem
2: berat
3: sedang
4: ringan
5: Tidak ada
Intervensi:
Pain Management:
1. Kaji nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi.
Rasional: nyeri yang berhubungan dengan hepatitis sangat tidak nyaman, oleh
karena terdapat peregangan secara kapsula hati, melalui pendekatan kepada
individu yang mengalami perubahan kenyamanan nyeri diharapkan lebih efektif
2.
3.
4.
5.
mengurangi nyeri.
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
Gunakan tehnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
Bantu keluarga dan pasien untuk mencari dukungan.
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
Awal
Target
1 : Ekstrem
2: berat
3: sedang
4: ringan
5: Tidak ada
Intervensi :
1. Kaji tingkat keterbatasan keterbatasan kemampuan untuk berpindah atau bergerak
dari tempat tidur.
2. Monitor aktivitas, mobilisasi, status nutrisi
3. Ubah posisi pasien setiap 2 jam sekali
4. Tinggikan bagian tempat tidur seminimal dan secepat mungkin
5. Gunakan tehnik yang benar dalam mengubah posisi, memindahkan dan
memiringkan
6. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanna yang banyak mengandung protein.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
Tujuan dan kriteri hasil:
Setelah dilakukantindakan keperawatan, diharapkan menoleransi aktivitas yang bisa
dilakukan. Dengan kriteria hasil: activity tolerance
Indikator
1.saturasi oksigen saat beraktivitas
2.frekuensi pernafasan saat beraktivitas
Awal
Target
3.kemampuan
untuk
berbicara
saat
beraktivitas fisik
4.tekanan darah dalam batas normal
Keterangan
1 : Ekstrem
2: berat
3: sedang
4: ringan
5: Tidak ada
Intervensi:
1. Kaji kemampuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur
2. Kaji respon emosi, sosial dan spiritual terhdapa aktivitas
3. Pantau asupan nutrisi untuk memastikan sumber energi yang adekuat
4. Bantu pasien untuk mengidentifikasi pilihan aktivitas
5. Bantu dengan aktivitas teratur (berpindah dan ubah posisi)
6. Bantu rangsangan lingkungan (cahay dan kebisingan) untuk menfasilitasi relaksasi
7. Ajarkan kepada pasien atau orang terdekat tentang tehnik perawatan diri
8. Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan manajemen waktu mencegah kelelahan
9. Kolaborasi dengan ahli terapi okupasi fisik untuk memantau program aktivitas.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral: anoreksia, mual, nyeri abdomen.
Tujuan dan kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawwatan selama 3x24 jam status nutrisi : nutriet
intake teratasi dengan kriteria hasil :
Indikator
1. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan
tujuan
2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan cairan
4. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
5. Menunjukan peningkatan funsi pengecapan dari
menelan
6. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
Awal
Target
Awal
Target
personal
4.menggunakan fasilitas kesehatan sesuai
kebutuhan
Keterangan
1 : tidak pernah menunjukan
2: jarang menunjukan
3: kadang-kadang menunjukan
4: sering menujukan
5: selalu menunjukan
Intervensi:
Ifection control
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
berkunjung
8. Berikan terapi antibiotik bila perlu
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M. E, Moorhouse, M.F & Geissles, A.C. 2000. Rencana asuhan keperawatan
pedoman untuk perencanaan dan pendoukumentasian perawatan pasien. Alih bahasa :
I made Kariasa. Jakarta: EGC
Guyton, A.C & Hall, J.E. 1997. Buku ajar fisiologi kedokteran. Editor: irawati setiawan.
Jakarta: EGC
Mansjoer. 2000. Kapita selekta kedokteran. Edisi 3. Jakarta: media asculapius FKUI
Medicastore. 2009. http:www.medicastore.com. diakses pada 17 Mei 2009
Smettzer. S.c dan Bare, B.G 2001, burned suderth: Buku ajar keperawatan medikal bedah
(edisi 8). Jakarta: EGC