Anda di halaman 1dari 9

183

MALPRAKTIK DOKTER DALAM PERSPEKTIF HUKUM

Bambang Heryanto
Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah

Abstract

Now adays malpractice problem of health service start to talk lively by the various society. That
matter is seen from many indictment cases of malpractice which submitted by the society about a
doctor profession that regarded to have inflicted the patient in conducting a task which are cause
the wrong act, feel pain, injury, physical defect, body damage, and death. A law justification of
doctor malpractice which is cause the inflicted of patient, so the victim side could be demand for
materil and immateril compensation. The law protection of doctor malpractice’s victim who is
demand to the court, a judges could apply a Res Ipsa Loquitur doctrine, its means that the victim
sides does not need to prove the presence of carelessness substances, but they enough to show the
truth.

Keyword: Malpractice, Res Ipsa Loquitur

Abstrak

Pada saat ini, masalah malpraktik pelayanan kesehatan mulai dibicarakan oleh berbagai kalangan
dalam masyarakat. Hal itu terlihat dari banyaknya dakwaan kasus malpraktik yang disampaikan oleh
masyarakat tentang profesi dokter yang dalam melakukan tugasnya telah melakukan tindakan yang
salah yang menimbulkan kesakitan, cedera, cacat fisik, kerusakan tubuh, dan kematian. Suatu
pembenaran hukum dalam malpraktik dokter yang menyebabkan pasien merasa dirugikan, sehingga
sisi korban mengajukan permintaan kompensasi materil dan immateril. Perlindungan hukum bagi
korban terhadap tindakan malpraktik dokter dapat dilakukan dengan cara menuntut ke pengadilan,
seorang hakim bisa menerapkan doktrin Res IPSA Loquitur, berarti pada diri korban tidak perlu
membuktikan adanya zat kecerobohan, tetapi mereka cukup untuk menunjukkan kebenaran.

Kata Kunci: Malpraktik, Res IPSA Loquitur

Pendahuluan ningkat pula sehingga masyarakat dapat meng-


Masalah malpraktik dalam pelayanan ke- gunakan jasa pengacara untuk mencari keadilan
sehatan pada akhir-akhir ini mulai ramai di bagi dirinya atas tindakan pihak lain yang
bicarakan masyarakat dari berbagai golongan. dirasakan telah merugikannya. Munculnya ke-
Hal ini ditunjukkan banyaknya pengaduan kasus- adaan yang sebenarnya sangat menggembirakan
kasus malpraktik yang diajukan masyarakat ter- ini, sekaligus menunjukkan makin meningkat-
hadap profesi dokter yang dianggap telah me- nya kesadaran hukum masyarakat, tetapi sa-
rugikan pasien dalam melakukan perawatan. yang, banyak menimbulkan masalah. Salah satu
Sebenarnya dengan meningkatnya jumlah pe- masa-lah yang dimaksud, sangat merisaukan
ngaduan ini membuktikan bahwa masyarakat adalah adanya perbedaan pendapat antara para
mulai sadar akan haknya dalam usaha untuk pengacara dengan dokter atau tenaga kesehat-
melindungi dirinya sendiri dari tindakan pihak an lainnya tentang apa yang dimaksud dengan
lain yang merugikannya. Dengan menggunakan malpraktik tersebut.
jasa pengacara masyarakat mulai berani menun- Bertitik tolak dari adanya perbedaan pen-
tut/menggugat dokter yang diduga telah me- dapat ini, tidak mengherankan jika banyak
lakukan malpraktik. Hal ini juga dari sudut lain putusan profesi dokter yang menyatakan tidak
menunjukkan bahwa tingkat pendidikan maupun ada malpraktik yang dilakukan dokter seringkali
tingkat kesejahteraan masyarakat semakin me- ditanggapi secara sinis oleh pengacara. Menya-
184 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 10 No. 2 Mei 2010

dari munculnya perbedaan pendapat ini yang pasien dalam hal perawatan kesehatan ini lazim
seharusnya tidak perlu terjadi, perlu dicari disebut sebagai transaksi terapeutik. Dalam
solusi untuk menghilangkannya. Salah satu cara transaksi terapeutik ini dokter berkewajiban
adalah dengan merumuskan bersama mengenai memberikan pelayanan sebaik mungkin sesuai
pengertian tentang apa yang dimaksud dengan dengan standar profesi (medik) yang telah di
malpraktik tersebut. Di samping itu perlu pula tentukan oleh undang-undang.
dicari kriteria mengenai batasan kewenangan Berdasarkan pernyatan di atas, maka tu-
dokter dalam melakukan pro fesinya, baik batas- lisan ini akan mengkaji tentang Malpraktik dok-
an secara hukum, moral, etik maupun disiplin ter, tanggungjawab dokter dalam kasus mal-
(segi profesi), sehingga bila seorang dokter da- praktik medis dan perlindungan hukum korban
lam melaksanakan tugas profesinya sudah me- malpraktik dokter.
menuhi semua persyaratan yang telah ditentu-
kan, sungguh pun ada pihak yang merasa Pembahasan
dirugikan atas tindakan dokter, masyarakat Malpraktik Dokter
tidak dengan seenaknya mengatakan bahwa Berbicara mengenai malpraktik atau mal-
dokter telah melakukan malpraktik.1 practice berasal dari kata “mal” yang berarti
Perlu diperhatikan pula, bahwa dokter buruk. Sedang kata “practice” berarti suatu
merupakan bagian dari masyarakat, karenanya tindakan atau praktik. Dengan demikian secara
dokter juga mengenal berbagai tanggungjawab harfiah dapat diartikan sebagai suatu tindakan
terhadap norma-norma yang berlaku di masya- medik “buruk” yang dilakukan dokter dalam
rakat dimana dokter bertugas. Tanggungjawab hubungannya dengan pasien.
sebagai anggota masyarakat ada kaitannya Di Indonesia, istilah malpraktik yang su-
dengna tata tertib yang berlaku di masyarakat dah sangat dikenal oleh para tenaga kesehatan
antara lain adalah norma hukum/tertib hukum se-benarnya hanyalah merupakan suatu bentuk
yang berisi perintah/larangan bagi semua pihak medical malpractice, yaitu medical negligence
yang melanggarnya serta memberikan sanksi yang dalam bahasa Indonesia disebut kelalaian
yang tegas demi ketenteraman dan ketertiban medik. Menurut Gonzales dalam bukunya Legal
dalam masyarakat yang bersangkutan. Tang- Medical Pathology and Toxicology menyebutkan
gung jawab hukum itu sendiri muncul dan ba- bahwa malpractice is the term applied to the
nyak macamnya, yaitu ada tanggungjawab me- wrongful or improper practice of medicine,
nurut hukum perdata, menurut hukum pidana, which result in injury to the patient.
menurut hukum administrasi, disamping juga Malpraktik menurut Azrul Azwar2 memili-
menurut aturan atau hukum yang ditentukan ki beberapa arti. Pertama, malpraktik adalah
oleh profesi sendiri. setiap kesalahan profesional yang diperbuat
Tanggungjawab di bidang hukum perdata oleh dokter, oleh karena pada waktu melaku-
dapat ditemukan dalam setiap pelayanan ke- kan pe-kerjaan profesionalnya, tidak memerik-
sehatan. Hal ini dapat dipahami karena dalam sa, tidak menilai, tidak berbuat atau mening-
setiap pelayanan kesehatan selalu terjadi hu- galkan hal-hal yang diperiksa, dinilai, diperbuat
bungan antara dua pihak sebagai subyek hu- atau di lakukan oleh dokter pada umumnya, di
kum, dimana masing-masing pihak memiliki hak dalam situasi dan kondisi yang sama. Kedua,
dan kewajiban yang sama. Maksud dengan dua mal-praktik adalah setiap kesalahan yang
pihak disini adalah dokter dengan pasien. Hu- diperbuat oleh dokter, oleh karena melakukan
bungan antara dokter dengan pasien diatur pekerjaan kedokteran di bawah standar yang
dalam suatu perjanjian yang syaratnya harus sebenarnya secara rata-rata dan masuk akal,
dipenuhi secara umum sebagaimana diatur dapat di lakukan oleh setiap dokter dalam
dalam Pasal 1320 BW. Hubungan dokter dengan
2
Azrul Azwar, 1996, Kriteria Malpraktik dalam Profesi
1
Hendrojono Soewono, 2007, Malpraktik Dokter, Surabaya: Kesehatan, Makalah Kongres Nasional IV PERHUKI,
Srikandi, hlm.8 Surabaya.
Malpraktik Dokter dalam Perspektif Hukum 185

siatuasi atau tempat yang sama. Ketiga, mal- adanya kesalahan profesional yang dilakukan
praktik adalah setiap kesalahan profesional oleh seorang dokter pada waktu melakukan
diperbuat oleh seorang dokter, yang di dalamnya perawatan dan ada pihak lain yang dirugikan
termasuk ke-salahan karena perbuatan-perbuat- atas tindakan dokter tersebut. Kenyataannya
an yang tidak masuk akal serta kesalahan karena ternyata tidak mudah untuk menetapkan kapan
keterampilan ataupun kesetiaan yang kurang da- adanya kesalahan profesional tersebut. Menu-
lam menyelenggarakan kewajiban atau dan atau rut Azrul Azwar yang mengutip pendapat dari
pun keper-cayaan profesional yang dimilikinya. Benard Knight bahwa dalam praktik sehari-hari
Menurut Munir Fuady,3 malpraktik memi- ada tiga kriteria untuk menentukan adanya
liki pengertian yaitu setiap tindakan medis yang kesalahan profesional. Pertama, adanya ke-
dilakukan dokter atau orang-orang di bawah wajiban dokter menyelenggarakan pelayanan
pengwasannya, atau penyedia jasa kesehatan kedokteran bagi pasiennya, titik tolak dari
yang dilakukan terhadap pasiennya, baik dalam kemungkinan terjadinya kesalahan profesional
hal diagnosis, terapeutik dan manajemen pe- yang menimbulkan kerugian bagi orang lain
nyakit yang dilakukan secara melanggar hukum, tersebut adalah adanya kewajiban pada diri
kepatutan, kesusilaandan prinsip-prinsip profe- dokter melakukan tindakan medik atau pelaya-
sional baik dilakukan dengan sengaja atau nan kedokteran bagi pasiennya, kewajiban yang
karena kurang hati-hatiyang menyebabkan salah dimaksud disini, yang tunduk pada hukum
tindak rasa sakit, luka, cacat, kerusakan tubuh, perjanjian, maupun mempunyai beberapa ciri
kematian dan kerugian lainnya yang menyebab- khusus danjika disederhanakan dapat dibeda-
kan dokter atau perawat harus bertanggungja- kan atas professional ditues, doctor patient
wab baik secara adminis-tratif, perdata maupun rela-tionship, informed consent, professional
pidana. medi-cal standard, lingkup profesional yang
Hermien Hadiati Koeswadji yang mengutip dimiliki tersebut hanya untuk upaya yang akan
pendpaat John D. Blum mengatakan, bahwa di laksanakan saja, bukan untuk hasil akhir.
medical malpractice adalah suatu bentuk Kedua, adanya pelanggaran kewajiban
professional negligence yang oleh pasien dapat dokter terhadap pasiennya, sesuai dengan pe-
dimintakan ganti rugi apabila terjadi luka atau ngertian kewajiban sebagaimana dikemukakan
cacat yang diakibatkan langsung oleh dokter di atasmaka pelanggaran yang dimaksud disini
dalam melaksanakan tindakan profesional yang hanyalah yang sesuai dengan kelima ciri ke-
dapat diukur. wajiban profesional seorang dokter, misalnya,
Dalam sistem hukum Indonesia yang salah tidak melakukan kewajiban profesional seorang
satu komponennya merupakan satu hukum dokter sebagaimana yang lazimnya dilakukan
substantif, diantara hukum positif yang berlaku oleh setiap dokter; telah terjadi kontra tera-
tidak dikenal adanya istilah malpraktik, baik petik, tetapi dokter tidak melakukan kewajiban
dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 ten- profesionalnya, sebagaimana yang lazim dilaku-
tang kesehatan maupun dalam Undang-Undang kan oleh seorang dokter pada setiap pelayanan
No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. kesehatan; tidak meminta persetujuan pasien
Memperhatikan Undang-Undang No 23 Tahun sebelum melakukan suatu tindakan medik dan
1992 khususnya pada Pasal 54 dan 55 disebut atau pelayanan kedokteran; tidak melaksana-
sebagai kesalahan atau kelalaian dokter. Se- kan tindakan medik atau pelayanan kedokteran
dangkan pada Undang-Undang No. 29 Tahun sesuai dengan standar profesi; dan menjanjikan
2004, khususnya pada Pasal 84 dikatakan se- hasil tindakan medik pelayanan kedokteran
bagai pelanggaran disiplin dokter. yang kenyataannya tidak sesuai dengan per-
Pegangan pokok yang dipakai untuk me- janjian. Ketiga, sebagai akibat pelanggaran
netapkan adanya malpraktik cukup jelas yakni kewajiban timbul kerugian terhadap pasien,
kerugian yang dimaksud disini semata-mata
3
Munir Fuady, 2005, Sumpah Hippocrates Aspek Hukum
Malpraktik Dokter, Bandung: Citra Aditya Bakti, hlm.2-3
186 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 10 No. 2 Mei 2010

terjadi karena adanya kesalahan profesional, menanganinya hampir semuanya adalah masa-
bukan karena resiko suatu tindakan medik. lah tuntutan ganti kerugian. Pasal 1365 KUH
Perdata menyatakan bahwa tiap perbuatan
Tanggungjawab Dokter Dalam Kasus Malprak- melanggar hukum, yang membawa kerugian ke-
tik Medis (Medical Malpractice) pada seorang lain, mewajibkan orang yang ka-
Kritik masyarakat terhadap profesi ke- renasalahnya menerbitkan kerugian itu, meng-
dokteran di Indonesia akhir-akhir ini makin ganti kerugian tersebut.
sering muncul di berbagai media, baik media Perbuatan melanggar hukum (onrecht-
cetak maupun elektronik. Dunia kedokteran matige daad) dalam perkembangannya diper-
yang dahulu seakan tak terjangkau oleh hukum, luas menjadi 4 (empat) kriteria. Pertama, ber-
dengan berkembangnya kesadaran masyarakat tentangan dengan kewajiban hukum si pelaku;
akan kebutuhan tentang perlindungan hukum atau kedua, melawan hukum hak subjektif
yang merupakan hak dasar sosial (the right to orang lain; atau ketiga, melawan kaidah tata
health care) dan hak individu (the right of self susila; atau keempat bertentangan dengan ke-
determination), menjadikan dunia pengobatan patutan, ketelitian dan sikap hati-hati yang
bukan saja sebagai hubungan keperdataan, seharusnya dimiliki seseorang dalam pergaulan
bahkan sering berkembang menjadi persoalan dengan sesama warga masyarakat atau ter-
pidana. Banyak persoalan malpraktik atas kesa- hadap harta benda orang lain.6
daran hukum msyarakat diangkat menjadi ma- Masalah tanggungjawab dokter dalam ka-
salah perdata. Misalnya kasus Prita Mulyasari, sus malpraktik medik, ada relevansi dengan
dimana Prita pada awalnya berobat ke RS. Omni perbuatan melanggar hukum Pasal 1366 dan
Internasional tentang keluhan yang di rasa. Dari 1364 K.U.H Perdata,7 yaitu pertama pasien ha-
hasil tes laboratorium menunjukan positif de- rus mengalami suatu kerugian; kedua, ada ke-
mam berdarah (keluhan panas tiga hari, sakit salahan atau kelalaian (disamping perseorang-
kepala berat, mual, muntah, lemas, sakit teng- an, rumah sakit juga dapat bertanggungjawab
gorokan dan tidak ada nafsu makan). Namun atas kesalahan atau kelalaian pegawainya);
setelah diminta hasil tesnya, terjadilah awal ketiga, ada hubungan kausal antara kerugian
sengketa, karena antara hasil tes dan diagnosa dan kesalahan; dan keempat, perbuatan itu
tidak sesuai. Prita dimenangkan karena dukung- melanggar hukum.
an masyarakat dengan “Koin Prita” yang hampir Apabila seseorang pada waktu melakukan
setiap hari diberitakan dalam media cetak dan perbuatan melawan hukum itu tahu betul per-
elektronik.4 buatannya akan berakibat suatu keadaan ter-
Di dalam RS Puri Cinere, Kodya Depok tentu yang merugikan pihak lain dapat dikata-
terjadi kasus yaitu Dr. Wardhani, Sp.THT men- kan bahwa pada umumnya seseorang tersebut
jalankan operasi amandel terhadap pasien (Santi dapat dipertanggungjawabkan. Syarat untuk
Marina). Setelah operasi selesai dan ke-mudian dapat dikatakan bahwa seorang tahu betul hal
saar dari pembiusan Santi Marina suaranya adanya keadaan-keadaan yang menyebabkan
berubah menjadi Bindeng. Oleh ka-rena itu Santi kemung-kinan akibat itu akan terjadi.8 Kesalah-
Marina menggugat Dr. Wardhani, Sp.THT untuk an bertindak ini terjadi karena kurangnya
mempertanggungjawabkan akibat malpraktik5. ketelitian dokter di dalam melakukan observasi
Terhadap kasus-kasus tersebut, apakah dokter terhadap pasien sehingga terjadilah hal yang
harus bertanggung-jawab bila terjadi malpraktik tidak diinginkan bersama. Ketidaktelitian ini
medik? merupakan tindakan yang masuk di dalam ka-
Aspek hukum perdata yang menyangkut tegori tindakan melawan hukum hukum, sehing-
gugatan seorang pasien terhadap dokter yang
6
Bambang Heryanto, 2006, Diktat Kuliah Perbuatan
Melawan Hukum, Purwokerto: FH Unsoed, hlm.21
4 7
Putusan No. 300/Pdt.G/2009/PN.Tangerang RS.Omni Hendrojono Soewono, Op.cit, hlm.147
8
Internasional Melawan Prita Mulyasari Rosa Agustina, 2004, Perbuatan Melawan Hukum,
5
Putusan MARI No.957K/Pdt/2006 Jakarta: Fakultas Hukum UI, hlm.47
Malpraktik Dokter dalam Perspektif Hukum 187

ga menyebabkan kerugian yang harus ditanggung Syarat berlakunya Res Ipsa Loquitur ada-
oleh pasien.9 lah, pertama, kejadian tersebut tidak biasanya
Vollman mempersoalkan apakah syarat terjadi; kedua, kerugian tersebut tidak ditim-
kesalahan (schuldvereiste) harus diartikan dalam bulkan pihak ketiga; ketiga, instrumen yang di
arti subyektifnya (konkrit). Dalam hal syarat gunakan di dalam pengawasan pelaku tindakan;
kesalahan harus diartikan dalam arti subjek- dan keempat, bukan kesalahan korban.
tifnya maka mengenai pelaku pada umumnya Doktrin ini dirasa lebih memberikan ke-
dapat diteliti apakah perbuatannya dapat di dilan pada pasien, mengingat pasien adalah
persalahkan kepadanya, apakah keadaan jiwa- orang awam bidang ilmu kedokteran. Sangatlah
nya adalah sedemikian rupa sehingga ia dapat bertentangan dengan asas keadilan jika pasien
menyadari maksud dari arti perbuatannya dan yang menjadi korban suatu tindakan kelalaian,
apakah si pelaku pada umumnya dapat diper- masih harus membuktikan terjadinya kelalaian.
tanggungjawabkan. Padahal pasien sama sekali tidak tahu proses
Adapun mengenai syarat kesalahan dalam bagaimana kelalaian tersebut terjadi, karena ia
arti obyektif maka yang dipersoalkan adalah telah mempercayakan hidup dan kesehatannya
apakah si pelaku pada umumnya dapat diper- pada dokter yang dianggap lebih ahli. Untuk itu
tanggungjawabkan, dapat dipersalahkan me- beban pembuktian ini oleh doktrin Res Ipsa
ngenai suatu perbuatan tertentu dalam arti Loquitur dibebankan kepada petugas medis
bahwa ia harus dapat mencegah timbulnya aki- yang dianggap lebih tahu proses dan standar
bat-akibat dari perbuatannya yang konkrit. Si yang digunakan di dalam melakukan tindakan
pelaku secara lain daripada yang seharusnya medis tersebut. Pasien tidak perlu membukti-
dilakukannya dan dalam hal yang demikian itu kan/membeberkan proses terjadinya kelalaian,
kesalahan dan sifat melawan hukum menjadi cukup memperlihatkan akibat yang dideritanya
satu.10 saja. Dengan demikian, doktrin Res Ipsa Loqui-
tur sebenarnya merupakan semacam bukti
Perlindungan Hukum Korban Malpraktik sirkum-tansial (circumstantial evidence), yakni
Dokter suatu bukti tentang suatu fakta dimana fakta-
Doktrin adalah pendapat para ahli hukum faktanya dapat digunakan untuk menarik
dan landasan penggunaan doktrin yaitu asas kesimpulan.
hukum yang mengedepankan communis opinio Kasus malpraktik dokter yang menimpa
doctorum atau seseorang tidak boleh menyim- pasien Santi Marina yang telah dibuktikan de-
pang dari pendapat umum para sarjana atau ahli ngan putusan Mahkamah Agung (Putusan
hukum. Doktrin yang berlaku di dalam ilmu Mahkamah Agung Nomor: 957K/Pdt/ 2006), di
kesehatan yaitu Res Ipsa Loquitur artinya mana Santi Marina mengalami perubahan suara
doktrin yang memihak pada korban. setelah operasi amandel menjadi bindeng
Pembuktian dalam hukum acara perdata (sengau) adalah kejadian yang tidak biasa
yang menentukan bahwa pihak korban dari suatu dalam operasi tersebut. Kejadian ini sudah
perbuatan melawan hukum dalam bentuk ke- menun-jukkan bahwa Santi Marina adalah
lalaian tidak perlu membuktikan adanya unsur korban yang harus mendapat perlindungan
kelalaian tersebut, cukup menunjukkan fakta- hukum. Karena dalam doktrin Res Ipsa
nya. Tujuannya adalah untuk mencapai keadil- Loquitur, korban sudah dapat menunjukkan
an. Doktrin ini biasanya digunakan di dalam “the thing speaks for it self”. Dalam kasus
kasus-kasus malpraktik kedokteran.11 Santi Marina, penulis paparkan putusan M.A.R.I
Nomor 957K/Pdt/2006 sebagai berikut.

9
Alexandra Indriyanti Dewi, 2008, Etika Hukum Kesehatan,
Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, hlm.267
10
Vollman dalam Moegni Djojodirdjo, 1982, Perbuatan
Melawan Hukum, Yogyakarta: Pradnya Paramita, hlm.66
11
Alexandra Indriyanti Dewi, op.cit, hlm.198-200
188 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 10 No. 2 Mei 2010

Para Pihak dan Pokok Perkara Dr. Retno Wardhani, Sp.THT, dokter spesialis
Bahwa Mahkamah Agung memeriksa per- lainnya pada Tergugat II, setelah dilakukan
kara perdata dalam tingkat kasasi telah memu- pemeriksaan dengan alat sinuscopy dinyatakan
tuskan sebagai berikut dalam perkara : bahwa tulang belakang dengan langit-langit
1. DR. WARDHADI, SP.THT, dalam kedudukan atas daerah kerongkongan tidak rapat sehingga
dan jabatannya selaku Dokter Spesialis THT di ada angin yang masuk meng-akibatkan suara di
RS Puri Cinere, bertempat tinggal di Jl. hidung; kelima, bahwa untuk memastikan
Maribaya Blok F2 No. 1 Puri Cinere Sawangan, penyebab berubahnya suara dan keluhan lain
Kodya Depok, dalam hal ini memberi kuasa yang timbul setelah operasi, maka pada tanggal
kepada Titi Sansiwi, SH, Advokat, berkantor 26 Mei 2003 Penggugat memeriksa dan meng-
di Komp. Villa Bintaro Indah Blok B1q No. konsultasikannya kepada dokter spesialis THT
15A, Ciputat 15414, Pemohon Kasasi dahulu lainnya yaitu : Prof. Dr. Hendarto Hendarmin,
Tergugat I/Pem-banding; Sp,THT. Dari hasil pemeriksaan tersebut
2. SHANTI MARINA, bertempat tinggal di Pe- dinyatakan bahwa tulang sebelah kiri lebih
rumahan Bumi Karang Indah Jl. Bumi Asih pendek dari sebelah kanan yang seharusnya
Blok A2 No. 8 RT 013/Rw 03, Kel. Lebak Bu- sama-sama panjang.
lus, Kec. Cilandak, Jakarta Selatan, Ter- Keenam, bahwa berdasarkan hasil peme-
mohon Kasasi dahulu Penggugat/Terbanding; riksaan dan keterangan kedua dokter spesialis
3. RUMAH SAKIT PURI CINERE, berkedudukan di tersebut, maka patut diduga Tergugat I telah
Jl. Maribaya Blok F2. No. 1 Puri Cinere melakukan kesalahan sewaktu operasi amandel
Sawangan, Kodya Depok, turut Termohon Penggugat dengan kata lain operasi yang di
Kasasi dahulu Tergugat II/Turut Terbanding; lakukan Tergugat I tidak sesuai dengan prose-
Menimbang, bahwa dari surat-surat dur standar pelayanan profesi maupun standar
tersebut ternyata bahwa sekarang Termohon pelayanan medis; ketujuh, bahwa akibat ope-
Kasasi dahulu sebagai Penggugat telah rasi yang dilakukan oleh Tergugat I, mengaki-
menggugat sekarang Pemohon Kasasi dan batkan Penggugat: suara menjadi sengau/
Termohon Kasasi sebagai Tergugat I, II dimuka bindeng se-hingga tidak bisa berkomunikasi
persidangan Pengadilan Negeri Cibinong pada secara normal; napas menjadi pendek; kalau
pokoknya atas dalil-dalil sebagai berikut. bicara terkadang tertahan karena napas yang
Pertama, bahwa Penggugat telah men- pendek; kalau menguat langit-langit dan tulang
jalani operasi amandel pada tanggal 31 Maret sebelah kiri kerongkongan terasa sakit seperti
2003 yang dilakukan oleh Tergugat I di RS Puri tertarik; jika minum dan makan tidak nyaman
Cinere (Tergugat II); kedua, bahwa sebelum seperti ada yang mengganjal dan keluar dari
operasi dilakukan Tergugat I mengharuskan hidung.
penggugat melakukan pemeriksaan/test darah Kedelapan, bahwa perbuatan Tergugat I
dan rontgen paru-paru yang hasilnya menyata- yang telah melakukan operasi tidak sesuai
kan Penggugat dalam keadaan baik dan siap dengan prosedur pelayanan profesi dan standar
untuk menjalani operasi amandel; ketiga, bahwa pelayanan medis mengakibatkan suara Peng-
1 (satu) hari pasca operasi Penggugat merasakan gugat seperti yang disebutkan di atas adalah
adanya perbedaan pada suaranya yang sebelum perbuatan melawan hukum; kesembilan, bahwa
operasi dalam keadaan baik/ normal, akan oleh karena Tergugat I sedang melaksanakan
tetapi setelah operasi berubah menjadi se- tu-gasnya melakukan operasi amandel terhadap
ngau/bindeng dan ketika ditanyakan kepada Penggugat di tempat Tergugat Ii, maka Ter-
Tergugat I dikatakan penyebabnya adalah luka gugat II juga harus bertanggungjawab atas per-
operasi karena operasi baru dilakukan; keempat, buatan melawan hukum yang dilakukan oleh
bahwa karena belum ada perubahan suara Tergugat I; kesepuluh, bahwa akibat dari
Penggugat, maka pada tanggal 13 Mei Penggugat perbuatan me-lawan hukum yang dilakukan
melakukan pemeriksaan dan konsultasi kepda oleh Tergugat I, Penggugat telah mengalami
Malpraktik Dokter dalam Perspektif Hukum 189

kerugian materiel dan immateriel sebesar Rp rupiah); kelima, menghukum/memerintahkan


1.020.825.375,- (satu milyar dua puluh juta Tergugat I dan Tergugat II untuk memulihkan
delapan ratus dua puluh lima ribu tiga ratus kembali kesehatan Penggugat dalam keadaan
tujuh puluh lima rupiah) yang perinciannya semula sebagaimana halnya sebelum operasi.
seperti dalam gugatan, dan semua kerugian ini Apabila Tergugat I dan Tergugat II tidak mau/
harus dibayar secara tang-gung renteng oleh sanggup melaksanakannya, maka Penggugat
Tergugat I dan Tergugat II; dan kesebelas, akan melaksanakannya sendiri dan Tergugat I
bahwa agar Tergugat I dan Ter-gugat II mau dan Tergugat II secara tanggung renteng harus
melaksanakan isi putusan perkara ini, mohon mengganti biaya-biaya yang dikeluarkan oleh
Pengadilan menghukum Tergugat I dan Tergugat Penggugat; keenam, menghukum Tergugat I
II secara tanggung renteng untuk membayar dan Tergugat II secara tanggung renteng untuk
uang paksa sebesar Rp 500.000 (lima ratus ribu membayar uang paksa sebesar Rp 500.000,-
rupiah) setiap hari, apabila lalai melaksanakan (lima ratus ribu rupiah) setiap hari, apabila
isi putusan perkara ini. lalai melaksanakan isi putusan perkara ini;
Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di ketujuh, menyatakan putusan perkara ini dapat
atas Penggugat mohon kepada Pengadilan Negeri dilaksanakan terlebih dahulu (uit voorbaar bij
Cibinong agar terlebih dahulu meletakkan sita voorraad) meskipun ada upaya verzet, banding,
jaminan atas sebidang tanah dan bangunan kasasi dan atau upaya hukum lainnya; dan
rumah milik Tergugat I di Graha Cinere Jl. Nusa kedelapan, menghukum Tergugat I dan Ter-
Penida XV Gg. III No. 4 Kel. Limo, Kec. Limo. gugat II untuk mem-bayar biaya perkara; atau
Kodya Depok dan sebidang tanah dan bangunan kesembilan, apabila Pengadilan berpendapat
di atasnya stempat dikenal dengan RS Puri lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex
Cinere, milik Tergugat II terletak di Jl. Mari- aequo et bono);
baya Blok F2 No.1 Puri Cinere, Sawangan, Kodya
Depok dan selanjutnya menuntut kepada Putusan Pengadilan Negeri Cibinong
Pengadilan Negeri tersebut supaya memberikan Pengadilan Negeri Cibinong memberi pu-
putusan yang dapat dijalankan terlebih dahulu, tusan sebagai berikut. Pertama, mengabulkan
yaitu pertama, menerima dan mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian; kedua, me-
gugatan Penggugat untuk seluruhnya; kedua, nyatakan sah dan berharga sita jaminan yang
menyatakan sah dan berharga sita jaminan yang diletakkan dalam perkara ini, sebagaimana da-
telah dilaksanakan terlebih dahulu atas Sebidang lam berita acara sita jaminan Nomor: 24/CB/
tanah dan bangunan rumah tinggal yang berdiri Pdt/2004/PN.Cbn.jo.126/Pdt.G/2003/PN.Cbn;
di atas milik Tergugat I terletak di Graha Cinere ketiga, menyatakan Tergugat I telah melakukan
Jl. Nusa Penida XV Gg. III No. 4 Kel. Limo, Kec. perbuatan melawan hukum dan Tergugat II tu-
Limo, Kotamadya Depok; Sebidang tanah dan rut bertanggungjawab atas perbuatan melawan
bangunan rumah tinggal yang berdiri di atasnya hukum yang dilakukan oleh Tergugat I;
setempat dikenal dengan nama RS Puri Cinere keempat, menghukum Tergugat I dan Tergugat
milik Tergugat II terletak di Jl. Maribaya Blok F2 II secara tanggung renteng untuk membayar
No. 1, Puri Cinere, Sawangan Kotamadya Depok. agnti rugi materiel dan immateriel kepada
Ketiga, menyatakan Tergugat I telah me- Penggugat se-besar Rp 520.825.375,- (lima
lakukan perbuatan melawan hukum dan Ter- ratus dua puluh ju-ta delapan ratus dua puluh
gugat II turut bertanggungjawab atas perbuatan lima ribu tiga ratus tujuh puluh lima rupiah)
melawan hukum yang dilakukan oleh Tergugat I; dengan perincian 70% kewajiban Tergugat I dan
keempat, menghukum Tergugat I dan Tergugat II 30% kewajiban Tergugat II; dan kelima, me-
secara tanggung renteng untuk membayar ganti nolak gugatan Penggugat untuk selain dan
rugi kepada Penggugat sebesar Rp 1.020.825. selebihnya;
375,- (satu milyar dua puluh juta delapan ratus
dua puluh lima ribu tiga ratus tujuh puluh lima
190 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 10 No. 2 Mei 2010

Dasar tuntutan dan Gugatan Hukum dalam diancam dengan pidana penjara paling lama
Sengketa Medik satu tahun. Keempat, Pasal 360 ayat (1) dan
Dasar-dasar hukum yang dipakai oleh ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
pasien untuk menuntut dokter atau sarana Ayat (2) menentukan bahwa barangsiapa karena
kesehatan dapat didasarkan atas pasal-pasal se- kesalahannya (kelalaiannya) menyebabkan
bagai berikut. Pertama, secara eksplisit dalam orang mendapat luka-luka berat, diancam de-
undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang ke- ngan pidana penjara paling lama satu tahun;
sehatan tidak termuat pengertian sengketa me- dan ayat (2) menentukan bahwa barangsiapa
dik, tetapi dalam undang-undang tersebut diatur karena kesalahannya (kelalaiannya) menyebab-
mengenai ganti rugi akibat kesalahan atau ke- kan orang lain luka-luka berat sedemikian rupa
lalaian yang dilakukan tenaga kesehatan, seperti sehingga timbul penyakit halangan, menjalan-
yang diatur dalam Pasal 55 ayat (1) dan ayat (2). kan pekerjaan jabatan atau pencarian selama
Pasal 55 ayat (1) menentukan bahwa Setiap waktu tertentu, diancam dengan pidana pen-
orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan jara paling lama enam bulan atau pidana denda
atau kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan, paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah.
dan ayat (2) menentukan bahwa Ganti rugi se- Kelima, Pasal 361 Kitab Undang-Undang
bagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilak- Hukum Pidana yang menentukan bahwa jika
sanakan sesuai dengan peraturan perundang- kejahatan yang diterangkan dalam bab ini
undangan yang berlaku. dilakukan dalam menjalankan suatu jabatan
Kedua, Undang-Undang Nomor 29 Tahun atau pencarian, maka pidana ditambah dengan
2004 tentang Praktik Kedokteran pasal 66 ayat sepertiga dan yang bersalah dapat dicabut
(1) dan ayat (3). Pasal 66 ayat (1) menentukan haknya untuk menjalankan pencarian dalam
bahwa setiap orang yang mengetahui atau mana dilakukan kejahatan, dan hakim dapat
kepentingannya dirugikan atas tindakan dokter memerintahkan supaya putusannya diumumkan.
atau dokter gigi dalam menjalankan praktik Keenam, Pasal 1365 Kitab Undang-Undang
kedokteran dapat mengadukan secara tertulis Hukum Perdata yang menentukan bahwa tiap
kepada Ketua Majelis Kehormatan Disiplin perbuatan melanggar hukum yang membawa
Kedokteran Indonesia; dan ayat (3) menentukan kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang
bahwa Pengaduan sebagaimana dimaksud pada yang karena salahnya menrebitkan kerugian itu,
ayat (1) dan ayat (2) tidak menghilangkan hak mengganti kerugian tersebut. Ketujuh, Pasal
setiap orang untuk melaporkan adanya dugaan 1366 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
tindak pidana kepada pihak yang berwenang yang menentukan bahwa setiap orang yang ber-
dan/atau menggugat kerugian perdata ke tanggungjawab tidak saja untuk kerugian yang
pengadilan. disebabkan perbuatannya, tetapi juga untuk
Secara implisit dikatakan bahwa sengketa kerugian yang disebabkan kelalaian atau kurang
medik adalah sengketa yang terjadi karena hati-hatinya. Kedelapan, Pasal 1367 Kitab Un-
kepentingan pasien dirugikan oleh tindakan dang-Undang Hukum Perdata yang menentukan
dokter atau dokter gigi yang menjalankan bahwa seorang tidak saja bertanggungjawab
praktik kedokteran. Dengan demikian maka untuk kerugian yang disebabkan perbuatannya
sengketa medik merupakan sengketa yang sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang di
terjadi antara pengguna pelayanan medik sebabkan perbuatan orang-orang yang menjadi
dengan pelaku pelayanan medik dalam hal ini tanggungannya atau disebabkan oleh barang-
antara pasien dan dokter berikut sarana barang yang berada di bawah pengawasannya.
kesehatan. Kesembilan, Pasal 1370 Kitab Undang-Un-
Ketiga, Pasal 359 Kitab Undang-Undang dang Hukum Perdata yang menentukan bahwa
Hukum Pidana yang menentukan bahwa barang dalam halnya suatu kematian dengan sengaja
siapa karena kesalahannya (kelalaiannya) atau karena kurang hati-hatinya seseorang,
menyebabkan orang mendapat luka-luka berat, maka suatu atau isteri yang ditinggalkan, anak
Malpraktik Dokter dalam Perspektif Hukum 191

atau orang tua si korban yang lazimnya men- karena penafsiran kata rugi, biya dan bunga
dapat nafkah dari pekerjaan korban mempunyai tersebut sangat luas dan dapat mencakup
hak menuntut ganti rugi, yang harus dinilai me- hampir segala hal yang bersangkutan dengan
nurut kedudukan dan kekayaan kedua belah ganti kerugian. Ganti rugi dalam malpraktik
pihak, serta menurut keadaan; dan kesepuluh, dokter dapat berupa ganti rugi immateriil yang
Pasal 1371 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata jumlahnya tidak dapat diperhitungkan secara
yang menentukan bahwa penyebab luka atau matematis, tetapi lebih cenderung pada ke-
cacatnya suatu anggota badan dengan sengaja bijaksanaan hakim.
atau karena kurang hati-hati memberikan hak Pertimbangan hakim meliputi beratnya
kepada si korban untuk selain penggantian biaya beban mental yang dipikul oleh korban, status
kerugian yang disebabkan oleh luka atau cacat dan kedudukan darikorban, situasi dan kondisi
tersebut, juga penggantian kerugian ini dinilai dimana perbuatan melawan hukum malpraktik
menurut kedudukan dan kekayaan kedua belah terjadi, dan situasi dan kondisi mental korban
pihak, serta menurut keadaan. dan pelaku.
Dari pasal-pasal yang disebutkan di atas,
kalau dikaitkan dengan tindakan medik, maka Penutup
pasal-pasal tersebut sebenarnya belum cukup Simpulan
mengakomodir dari suatu proses tindakan medis Beberapa hal dapat disimpulkan dari
tetapi hanya mengakomodir hasil dari suatu pembahasan di atas. Pertama, Malpraktik dok-
tindakan medis, yaitu adanya kerugian pada ter merupakan bentuk kelalaian dari dokter
pihak pasien. Padahal dalam pelayanan medik, dalam melakukan tindakan medik yang meng-
hasil yang akan dicapai bukanlah resultaat akibatkan rasa sakit, luka, cacat, kerusakan
verbintennis melainkan inspanning verbitennis tubuh, kematian dan kerugian lainnya. Kedua,
(upaya yang sunggu-sungguh). Dengan demi- dokter dapat dipertanggungjawabkan terhadap
kian, bila terjadi kerugian pada pihak pasien, kasus malpraktik yang merugikan pasien karena
maka tidak selalu berarti ada kelalaian pada perbuatan melawan hukum yaitu bertentangan
pihak pelaku pelayanan medik. dengan kewajiban hukum si pelaku, melawan
Disamping itu, dilihat dari jenis konse- hukum hak subyektif orang lain; melawan
kuensi dari perbuatan melawan hukum khusus- kaidah kesusilaan, dan bertentangan dengan
nya perbuatan melawan hukum terhdap tubuh kepatutan, ketelitian dan sikap hati-hati yang
orang, maka ganti rugi dapat diberikan jika seharusnya dimiliki seseorang.
terdapat salah satu unsur-unsur sebagai beri- Ketiga, pasien sebagai pihak korban dari
kut. Pertama, kerugian ekonomis, misalnya malpraktik dokter, harus mendapat perlindung-
pengeluaran biaya pengobatan dan rumah sakit; an hukum, sesuai dengan doktrin Res Ipsa Lo-
kedua, luka atau cacat terhadap tubuh korban; quitur (keberpihakan kepada korban) dengan
ketiga, adanya rasa sakit secara fisik; dan sakit menuntut ganti kerugian materiil dan im-
secara mental, seperti stress, sangat sedih, rasa materiil.
bermusuhan yang berlebihan, cemas, dan ber-
bagai gangguan mental/jiwa lainnya.
Kitab undang-undang Hukum Perdata
(K.U.H. Perdata) tidak dengan tegas atau ba-
hkan tidak mengacu secara rinci tentang ganti
rugi tertentu, atau salah satu aspek dari ganti
rugi, maka hakim mempunyai kebebasan untuk
menerapkan ganti rugi tersebut sesuai dengan
asas kepatutan, sejauh hal tersebut memang
dimintakan oleh pihak korban/penggugat. Justi-
fikasi terhadap kebebasan hakim ini adalah

Anda mungkin juga menyukai