KEPUTUSASAAN
A. Definisi Keputusasaan
Keputusasaan merupakan keadaan subjektif seorang individu yang melihat
keterbatasan atau tidak ada alternatif atau pilhan pribadi yang tersedia dan tidak dapat
memobilisasi energy yang dimilikinya (NANDA, 2005).
Depresi adalah suatu jenis gangguan alam perasaan atau emosi yang di sertai
komponen psikologi : rasa susah,murung,sedih,putus asa,dan tidak bahagia,serta
komponen somatic : anoreksia,konstipasi,kulit lembab (rasa dingin),tekanan darah
dan denyut nadi menurun. Depresi adalah salah satu bentuk gangguan jiwa pada alam
perasaan (Hidayat,2008 : hal 275).
Keputusasaan merupakan kondisi subyektif yang ditandai dengan individu
memandang hanya ada sedikit atau bahkan tidak ada alternatif atau pilihan
pribadi dan tidak mampu memobilisasi energi demi kepentingannya sendiri (Nanda,
2011).
b) Faktor presipitasi
Klien yang mengalami depresi biasanya diawali dari persepsinya yang negative
terhadap stressor. Klien menganggap masalah terhadap sesuatu yang seratus
persen buruk.tidak ada hikmah di balik semua masalah yang di terimanya.
Misalnya pada saaat kakinya fraktur ia sulit untuk menerimanya, padahal
hikmahnya ia akan terhindar dari wajib militer, terhindar dari jalan menuju
kemaksiatan dan lebih banyak waktu membaca di rumah dan sebagainya. Hampir
semua masalah yang muncul ia anggap negative. Karena persepsi yang salah
tersebut maka akan menuntun klien untuk berfikir dan bertindak salah. Pikiran
yang selalu muncul adalah ‘’saya sial,saya menderita,saya tidak mampu,tidak ada
harapan lagi,semua buruk’’, kondisi ini di perburuk dengan tidak adanya support
system yang adekuat seperti keluarga, sahabat, ibu, tetangga, adanya tabungan,
terutama keyakinannya pada yang Maha Kuasa. Muncullah fase akumulasi
stressor dimana stressor yang lain turut memperburuk keadaan klien. Klien akan
makin terasa tidak berdaya dan akhirnya ada niat untuk mencederai diri dan
mengakhiri hidup. Hal ini menjadi pemicu munculnya harga diri rendah yang
akan menjadi internal stressor.
Depresi di sebabkan oleh banyak faktor antara lain : faktor heriditer dan genetic,
faktor konstitusi, faktor kepribadian premorbid, faktor fisik, faktor psikobiologi,
faktor neurologi, faktor biokimia dalam tubuh, faktor keseimbangan elektrolit
dan sebagainya. Depresi biasanya di cetuskan oleh trauma fisik seperti penyakit
infeksi, pembedahan, kecelakaan, persalinan dan sebagainya, serta faktor psikis,
seperti kehilangan kasih sayang dan harga diri.
C. Rentang Respon
Rentang responsosial
a. Fisiologis :
3) Tidur bertambah
b. emosional :
2) Penurunan verbalisasi
3) Penurunan afek
d. Kognitif :
2) Mengurusi masalah yang telah lalu dan yang akan datang bukan masalah
yang dihadapi saat ini.
a. Fisiologis
1) Anoreksia
2) BB menurun
a) Emosional
1) Individu marasa putus asa terhadap diri sendiri dan orang lain
3) Tegang
6) Rapuh
b. Individu memperlihatkan
2) Penurunan motivasi
3) Keluh kesah
4) Kemunduran
5) Sikap pasrah
6) Depresi
c. Kognitif
1) Penuruna kemampuan untuk menyatukan informasi yang diterima
2) Hilangnya persepsi waktu tentang mas lalu , masa sekarang , masa datang
3) Bingung
E. Pohon Masalah
Ketidakberdayaan
Keputusasaan
F. Mekanisme koping
1) Mekanisme koping yang konstrukstif.
2) Melakukan perubahan perilaku yang menurunkan keputusasaan.
3) Beradaptasi dengan lingkungannya.
4) Membangun kepercayaan diri dan bersikap optimis.
5) Memanfaatkan dukungan keluarga/orang terdekat.
6) Fokus pada masalahMekanisme koping dektrukstif.
4) Terapi Psikoreligius
Terapi keagamaan ternyata masih bermanfaat bagi penderita gangguan
jiwa. Dari penelitian didapatkan kenyataan secara umum komitmen
agama berhubungan dengan manfaatnya di bidang klinik. Terapi
keagamaan ini berupa kegiatan ritual keagamaan seperti sembahyang,
berdoa, mamanjatkan puji-pujian kepada Tuhan, ceramah keagamaan,
kajian kitab suci dsb.
5) Rehabilitasi
Program rehabilitasi penting dilakukan sebagi persiapan penempatan
kembali kekeluarga dan masyarakat. Program ini biasanya dilakukan di
lembaga (institusi) rehabilitasi misalnya di suatu rumah sakit jiwa. Dalam
program rehabilitasi dilakukan berbagai kegiatan antara lain; terapi
kelompok, menjalankan ibadah keagamaan bersama, kegiatan kesenian,
terapi fisik berupa olah raga, keterampilan, berbagai macam kursus,
bercocok tanam, rekreasi, dsbnya. Pada umumnya program rehabilitasi ini
berlangsung antara 3-6 bulan. Secara berkala dilakukan evaluasi paling
sedikit dua kali yaitu evaluasi sebelum penderita mengikuti program
rehabilitasi dan evaluasi pada saat si penderita akan dikembalikan ke
keluarga dan ke masyarakat.
J. Intervensi
1. Tujuan umum : Klien mampu mengekspresikan harapan positif tentang masa
depan, mengekspresikan tujuan dan arti kehidupan
2. Tujuan khusus: klien mampu
a) Membina hubungan saling percaya
b) Mengenal masalah keputusasaan
c) Berpartisipasi dalam aktivitas
d) Menggunakan keluarga sebagai sistem pendukung
K. Tindakan Keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya
a) Ucapkan salam
b) Perkenalkan diri: sebutkan nama dan panggilan yang disukai
c) Tanyakan nama klien dan panggilan yang disukai
d) Jelaskan tujuan pertemuan
e) Dengarkan klien dengan penuh perhatian
f) Bantu klien penuhi kebutuhan dasarnya
2. Klien mengenal masalah keputusasaannya
a) Beri kesempatan bagi klien untuk mengungkapkan perasaan
sedih/kesendirian/keputusasaannya
b) Tetapkan adanya perbedaan antara cara pandang klien terhadap kondisinya
dengan cara pandang perawat terhadap kondisi klien
c) Bantu klien mengidentifikasi tinghkah laku yang mendukung putus asa:
pembicaraan abnormal/negative, menghindari interaksi dengan kurangnya
partisipasi dalam aktivitas
d) Diskusikan dengan klien cara yang biasa dilakukan untuk atasi masalahnya,
tanyakan manfaat dari cara yang digunakan
e) Dukung klien untuk menggunakan koping efektif yang selama ini digunakan
oleh klien.
f) Beri alterbatif penyelesaian masalah atau solusi
g) Bantu klien identifikasi keuntungan dan kerugian dari tiap alternative
h) Identifikasi kemungkinan klien untuk bunuh diri (putus asa adalah factor
risiko terbesar dalam ide untuk bunuh diri): tanyakan tentang rencana, metode,
dan cara bunuh diri.
3. Klien berpartisipasi dalam aktivitas
a) Identifikasi aspek positif dari dunia klien
b) Dorong klien untuk berfikir yang menyenangkan dan melawan rasa putus asa
c) Dukung klien untuk mengungkapkan pengalaman yang mendukung pikiran
dan perasaan positif
d) Berikan penghargaan yang sungguh-sungguh terhadap usaha klien dalam
mencapai tujuan, memulai perawatan diri, dan berpartisipasi dalam aktifitas
4. Klien menggunakan keluarga sebagai sistem pendukung
a) Bina hubungan saling percaya dengan keluarga:
b) Ucapkan salam
c) Perkenalkan diri: sebutkan nama dan panggilan yang disukai
d) Tanyakan nama keluarga, panggilan yang diisukai dan hubungan dengan klien
e) Jelaskan tujuan pertemuan
f) Buat kontrak pertemuan
g) Identifikasi masalah yang dialami keluarga terkait kondisi putus asa klien
h) Diskusikan upaya yang telah dilakukan keluarga untuk membantu klien atasi
masalah dan bagaimana hasilnya
i) Tanyakan harapan keluarga untuk membantu klien atasi masalahnya
j) Diskusikan dengan keluarga tentang keputusasaan:
k) Arti, penyebab, tanda-tanda, akibat lanjut bila tidak diatasi
l) Psikofarmaka yang diperoleh klien: manfaat, dosis, efek samping, akibat bila
tidak patuh minum obat
m) Cara keluarga merawat klien
n) Askes bantuan bila keluarga tidak dapat mengatasi kondisi klien (puskesmas,
RS)
PENGALAMAN KEPUTUSASAAN STROKE SURVIVOR DI KOTA SEMARANG
(Hopelessness Experience among Stroke Survivor in Semarang)
ABSTRAK
Pendahuluan: Keputusasaan merupakan penilaian negatif terhadap hasil yang akan dicapai dan ketidakberdayaan terhadap
suatu harapan. Keputusasaan dapat terjadi pada stroke survivor karena adanya disabilitas akibat defi sit neurologisnya serta
waktu yang lama dalam penyembuhannya. Kondisi ini dapat berlanjut pada gangguan mental emosional maupun tindakan
suicide. Oleh karena itu gambaran pengalaman keputusasaan stroke survivor dibahas dalam penelitian ini. Metode:
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif fenomenologi terhadap 6 partisipan. Hasil: Hasil penelitian
didapatkan tujuh tema utama yaitu (1) Perubahan fi sik sebagai akibat respons keputusasaan, (2) Respons kehilangan sebagai
stressor keputusasaan, (3) Disfungsi proses keluarga, (4) Kehilangan makna hidup, (5) Dukungan dan motivasi diri sebagai
sumber koping menghadapi keputusasaan, (6) Hikmah spiritual dibalik keputusasaan stroke survivor, dan (7) dapat
menjalani kehidupan dengan lebih baik. Diskusi: Penelitian ini menyarankan dikembangkannya standar asuhan keperawatan
keputusasaan dan pemberian dukungan keluarga serta psikoedukasi keluarga bagi stroke survivor. Kata kunci: Stroke
survivor, pengalaman keputusasaan, kualitatif
ABSTRACT
Introduction: Hopelessness was a negative feelings about goal achievement and powerlessness feeling against an
expectation. Hopelessness in stroke survivors can occur due to prolonged disability and neurologic defi cit. This condition
can lead to emotional and mental disorders even a suicide action. Therefore, it was a need to explore hopelessness
experience in stroke survivors. Method: This study was a qualitative descriptive phenomenology with 6 participants.
Results: 7 themes were revealed in this study, (1) Physical changes as a response on hopelessness, (2) Loss response as a
hopelessness stressor, (3) Dysfunction of the family process, (4) Loss of meaning of life, (5) Self support and motivation as a
coping resource against hopelessness, (6) The spiritual meaning behind hopelessness, (7) Can go through a better life.
Discussion: This study suggests to develop a nursing care standards in hopelessness, encourage a family support and family
psychoeducation for stroke survivors.
I. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
dDS: klien mengatakan sedih, klien merasa bersalah, putus asa dalam menjalani
kehidupan ini
DO : klien terlihat depresi
2. Diagnosa Keperawatan
Keputusasaan
3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien tidak akan melakukan aktifitas yang mencederakan dirinya
c. Klien akan mengidentifikasi aspek-aspek positif yang ada pada dirinya
d. Klien akan mengimplementasikan aspek-aspek positif yang ada pada dirinya
e. Klien akan mengidentifikasi dua sumber dukungan sosial yang manfaat
f. Klien akan mampu menguraikan rencana pengobatan dan rasionalnya
4. Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya
b. Identifikasi benda-benda yang dapat membahayakan pasien
c. Amankanbenda-benda yang dapat membahayakan pasien
d. Lakukan kontrak treatmen
e. Ajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri
f. Latih cara mengendalkan dorongan bunuh diri
Keliat, B. A., & Akemat. (2010).Model praktek keperawatan Jiwa Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC