2. Estika (C2114201062)
TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan hidayahNyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Tentu dalam makalah ini masih banyak kekurangan yang terdapat di
dalamnya. Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Jiwa .
Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi bagi kita semua yang
membaca isi dari makalah ini. Sebelumnya kami memohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan sekiranya makalah ini dapat berguna
dan membantu sebagaimana mestinya.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
Bab II Pembahasan
A. Kesimpilan
B. Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keputusasaan merupakan pernyataan subjektif dimana individu
memandang adanya keterbatasan, tidak ada jalan ataupun pilihan yang bisa
dipilih, serta tidak mampu menyelesaikan masalahnya secara mandiri, dengan
tanda-tanda antara lain pola tidur yang tidak efektif, tidak berekspresif,
penurunan kontak mata, nafsu makan berkurang, tidak berinisiatif, respon
stimulus yang diakibatan stres kronis, menjaga jarak dengan lawan bicara,
kepasifan, mengangkat bahu sebagai respon bicara, mengungkapkan “tidak
bisa”, serta sering mengeluh (Herdman, (2018). Sehingga perawat perlu
berperan dalam memberikan asuhan keperawatan jiiwa pada penderita
keputusasaan terhadap masyarakat ataupun komunitas (Keliat, 2011).
Distress spiritual merupakan suatu keadaan menderita yang
berhubungan dengan gangguan kemampuan untuk memahami makna hidup
melalui hubungan dengan diri sendiri, dunia atau kekuatan yang tinggi.
Distres spiritual adalah gangguan yang berkaitan dengan prinsip-prinsip
kehidupan seperti kenyakinan maupun keagamaan seseorang yang
menyebabkan gangguan pada aktivitas keagamaan/spiritual akibat
daripada masalah pada aspek biologis serta psikososial individu dimana
dapat mengakibatkan individu merasa tidak memiliki arti kehidupan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Definisi gangguan keputusasaan dan distress spiritual
2. Etiologi gangguan keputusasaan dan distress spiritual
3. Manifestasi klinik keputusasaan
4. Karakteristik distress spiritual
5. Strategi pelaksanaan distress spiritual
6. Sumber koping distress spiritual
7. Penatalaksanaan keputusasaan dan distress spiritual
8. Askep
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi gangguan keputusasaan dan distress spiritual
2. Untuk mengetahui etiologi gangguan keputusasaan dan distress spiritual
3. Untuk mengetahui manifestasi klinik keputusasaan
4. Untuk mengetahui karakteristik distress spiritual
5. Untuk mengetahui Strategi pelaksanaan distress spiritual
6. Untuk mengetahui Sumber koping distress spiritual
7. Untuk menegetahui Penatalaksanaan keputusasaan dan distress spiritual
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan tentang gangguan keputusasaan
dan distress spiritual
BAB II
PEMBAHASAN
C. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinis keputusasaan menurut (Rochmawati et al., 2020)
adalah:
1) Pernyataan subjektif klien mengenai situasi hidup yang terasa hampa
dan tiada harapan (“Saya tidak dapat melakukan sesuatu”)
2) Suka mengeluh serta terlihat murung
3) Tidak banyak berbicara, lebih banyak diam atau enggan bicara sama
sekali
4) Melihatkan kesedihanan yang mendalam, afek menurun
5) Menjauhkan diri pada lingkungan atau anti social
6) Kontak mata menurun
7) Mengangkat bahu pertanda masa bodoh
8) Terlihat sering blue mood (murung)
9) Selera makan menurun atau menghilang
10) Pola tidur terganggu
11) Keterlibatan saat perawatan menurun
12) Sikap pasif saat menerima perawatan
13) Menurunnya perhatian dan keterlibatan pada orang lain yang dianggap
bermakna.
D. KARAKTERISTIK DISTRES SPIRITUAL
Karakteristik distress spiritual menurut nanda (2015) meliputi
4 hubungan dasar yaitu:
1. Hubungan dengan diri
1) Ungkapan kekurangan.
a) Harapan
b) Arti dan tujuan hidup
c) Perdamaiaan atau ketenangan
d) Penerimaaan
e) Cinta
f) Memaafkan diri sendiri
g) Keberanian.
2) Marah
3) Kesalahan
4) Koping yang buruk
2. Hubungan dengan orang lain.
1) Menolak berhubungan dengan tokoh agama
2) Menolak interasi hubungan dengan keluarga
3) Menggungkapkan terpisah dari sistem pendukung
4) Mengunggkapkan pengasingan diri
3. Hubungan dengan seni,literatur dan alam
1) Ketidakmampuan untuk mengungkapkan
kreatifitas (bernyanyi,mendengarkan musik,menulis)
2) Tidak tertarik dengan alam.
3) Tidak tertarik dengan bacaan ke agaman.
4. Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari dirinya
1) Ketidakmampuan untuk berdoa.
2) Ketidak mampuan untuk berpartisipasi dalam
kegiatan keagaman
3) Mengungkapkan terbuang oleh atau karena
kemarahan tuhan
4) Memintak untuk bertemu dengan tokoh agama.
5) Tiba-tiba berubah praktik agama.
6) Ketidakmampuan untuk introspeksi.
7) Menggungkapkan hidup tanpa harapan,menderita.
E. STRATEGI PELAKSANAAN DISTRES SPIRITUAL
1. Tindakan Psikoterapeutik
1) Tindakan Keperawatan untuk Pasien
Tujuan tindakan keperawatan gangguan spiritual
untuk pasien adalah:
a. Agar pasien mampu membina hubungan saling
percaya dengan perawat
b. Mengungkapkan penyebab gangguan spiritual.
c. Mengungkapkan perasaan dan pikiran tentang
spiritual yang diyakininya.
d. Mampu mengembangkan skill untuk mengatasi
masalah atau penyakitatau perubahan spiritual
dalam kehidupan.
e. Aktif melakukan kegiatan spiritual atau
keagamaan.
f. Ikut serta dalam kegiatan keagamaan
2) Tindakan Keperawatana
a. Bina hubungan saling percaya dengan pasien.
b. Kaji faktor penyebab gangguan spiritual pada
pasien.
c. Bantu pasien mengungkapkan perasaan dan pikiran
akan terhadapspiritual yangdiyakininya.
d. Bantu klien mengembangkan skill untuk mengatasi
perubahan spiritualdalamkehidupan.
e. Fasilitasi pasien dengan alat-alat ibadah sesuai
keyakinan atau agamayang dianut pasien.
F. SUMBER KOPING DISTRES SPIRITUAL
Menurut safarino(2012)terdapat lima tipe dasar dukungan
sosial bagi Distress Spiritual :
1. Dukungan emosi yang terdiri atas rasa empati,caring
memfokuskan pada kepentingan orang lain.
2. Tipe yang kedua adalah dukungan sistem yang terdiri
atas ekspresi positif thinking, mendorong atau setuju
dengan pendapat orang lain
3. Dukungan yang ketiga adalah dukungan instrumental
yaitu menyediakan pelayanan langsung yang berkaitan
dengan dimensi spiritual
4. Tipe keempat adalah dukungan informasi yaitu
memberikan nasihat,petunjuk danumpan balik
bagaimana seseorang harus berprilaku berdasarkan
keyakinan spiritualnya.
5. Tipe kelima adalah dukungan network menyediakan
dukungan kelompok untuk berbagai tentang aktivitas
spiritual menambahkan dukungan aprasial yang
membantu seseorang untuk meningkatkan pemahaman
terhadap stresor spiritual dalam mencapai keterampilan
koping yang efektif.
G. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Keperawatan Keputusasaan
1) Penatalaksanaan keperawatan
a) Tunjukkan empati dan dorong klien untuk mengungkap keraguan,
ketakutan dan kekhawatiranya
a) Psikofarma
b) Psikoterapi
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diagnosa gangguan keputusasaan:
a. Keputusasaan b/d stress jangka Panjang (D. 0088)
b. Harga diri rendah kronis b/d kegagalan berulang (D. 0086)
c. Ketidakberdayaan b/d interaksi interpersonal tidak memuaskan
(D.0092)
2. Disgnosa distress spiritual:
f. Distress spiritual b/d Perubahan pola hidup Distress spiritual (D.
0082)
g. Keputusasaan b/d Kehilangan kepercayaan pada kekuatan spiritual
(D. 0088)
h. Gangguan identitas diri b/d Gangguan peran sosial (D. 0084)
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Klien yang mengalami keputusasaan memiliki tanda-tanda perilaku
antara lain penurunan afek, menjauhi lawan bicara, kepasifan, dan
menarik diri.
5. EVALUASI
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam didapatkan
hasil evaluasi yaitu pasien mampu membina hubungan saling percaya
dengan perawat, pasien mampu menceritakan penyebab dirinya enggan
minum obat, pasien mampu menceritakan alasan dirinya merasa putus asa.
Pasien dapat merubah cara pandang mengenai dirinya dengan berfikir
secara positif dan melakukan kegiatan positif.
BAB III PENUTUP
A. KESIMPILAN
Keputusasaan adalah situasi emosional dimana seseorang memandang adanya
keterbatasan atau tidak tersedianya alternatif pemecahan pada masalah yang di
hadapi (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
B. SARAN