Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

GANGGUAN KEPUTUSASAAN DAN DISTRESS SPIRITUAL”

Di susun oleh: Kelompok 8

1. Claudia Limbong Mangala (C2114201055)

2. Estika (C2114201062)

3. Nidia Palayukan (C2114201079)

4. Yohanes meras (C2114201091)

SEKOLAH TINGGGI ILMU KESEHATAN STELLA MARIS MAKASSAR

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan hidayahNyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Tentu dalam makalah ini masih banyak kekurangan yang terdapat di
dalamnya. Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Jiwa .

Dalam pembuatan makalah ini kami juga menyadari sepenuhnya bahwa


masih banyak terdapat kekurangan di dalamnya dan masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu kami mengarapkan adanya kritik, saran dan usulan guna membangun
serta memperbaiki kembali pembuatan makalah di masa yang akan datang menjadi
lebih baik lagi.

Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi bagi kita semua yang
membaca isi dari makalah ini. Sebelumnya kami memohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan sekiranya makalah ini dapat berguna
dan membantu sebagaimana mestinya.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

Bab I Pendahuluan

A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan

Bab II Pembahasan

A. Definisi gangguan keputusasaan dan distress spiritual


B. Etiologi gangguan keputusasaan dan distress spiritual
C. Manifestasi klinik keputusasaan
D. Karakteristik distress spiritual
E. Strategi pelaksanaan distress spiritual
F. Sumber koping distress spiritual
G. Penatalaksanaan keputusasaan dan distress spiritual
H. Askep

Bab III Penutup

A. Kesimpilan
B. Saran

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keputusasaan merupakan pernyataan subjektif dimana individu
memandang adanya keterbatasan, tidak ada jalan ataupun pilihan yang bisa
dipilih, serta tidak mampu menyelesaikan masalahnya secara mandiri, dengan
tanda-tanda antara lain pola tidur yang tidak efektif, tidak berekspresif,
penurunan kontak mata, nafsu makan berkurang, tidak berinisiatif, respon
stimulus yang diakibatan stres kronis, menjaga jarak dengan lawan bicara,
kepasifan, mengangkat bahu sebagai respon bicara, mengungkapkan “tidak
bisa”, serta sering mengeluh (Herdman, (2018). Sehingga perawat perlu
berperan dalam memberikan asuhan keperawatan jiiwa pada penderita
keputusasaan terhadap masyarakat ataupun komunitas (Keliat, 2011).
Distress spiritual merupakan suatu keadaan menderita yang
berhubungan dengan gangguan kemampuan untuk memahami makna hidup
melalui hubungan dengan diri sendiri, dunia atau kekuatan yang tinggi.
Distres spiritual adalah gangguan yang berkaitan dengan prinsip-prinsip
kehidupan seperti kenyakinan maupun keagamaan seseorang yang
menyebabkan gangguan pada aktivitas keagamaan/spiritual akibat
daripada masalah pada aspek biologis serta psikososial individu dimana
dapat mengakibatkan individu merasa tidak memiliki arti kehidupan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Definisi gangguan keputusasaan dan distress spiritual
2. Etiologi gangguan keputusasaan dan distress spiritual
3. Manifestasi klinik keputusasaan
4. Karakteristik distress spiritual
5. Strategi pelaksanaan distress spiritual
6. Sumber koping distress spiritual
7. Penatalaksanaan keputusasaan dan distress spiritual
8. Askep

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi gangguan keputusasaan dan distress spiritual
2. Untuk mengetahui etiologi gangguan keputusasaan dan distress spiritual
3. Untuk mengetahui manifestasi klinik keputusasaan
4. Untuk mengetahui karakteristik distress spiritual
5. Untuk mengetahui Strategi pelaksanaan distress spiritual
6. Untuk mengetahui Sumber koping distress spiritual
7. Untuk menegetahui Penatalaksanaan keputusasaan dan distress spiritual
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan tentang gangguan keputusasaan
dan distress spiritual
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI KEPUTUSASAAN DAN DISTRES SPIRITUAL


Keputusasaan adalah situasi emosional dimana seseorang memandang
adanya keterbatasan atau tidak tersedianya alternatif pemecahan pada
masalah yang di hadapi (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Keputusasaan
yaitu kondisi subyektif dimana individu melihat keterbatasan atau tidak
adanya alternatif sebagai penyelesaian masalah dan ketidakmampuan
memobilisasi energi demi kepentingannya sendiri (Herdman, (2018).

Distress spiritual merupakan suatu keadaan menderita yang


berhubungan dengan gangguan kemampuan untuk memahami makna hidup
melalui hubungan dengan diri sendiri, dunia atau kekuatan yang tinggi.
Distres spiritual adalah gangguan yang berkaitan dengan prinsip-prinsip
kehidupan seperti kenyakinan maupun keagamaan seseorang yang
menyebabkan gangguan pada aktivitas keagamaan/spiritual akibat
daripada masalah pada aspek biologis serta psikososial individu dimana
dapat mengakibatkan individu merasa tidak memiliki arti kehidupan.

B. ETIOLOGI KEPUTUSASAAN DAN DISTRES


SPIRITUAL

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusasaan


menurut, Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016) yaitu:
1) Faktor predisposisi
a) Faktor Genetik : sikap optimisme terhadap masalah akan sulit
dikembangkan pada individu yang terlahir dan besar dalam
keluarga yang mempunyai riwayat depresi.
b) Kesehatan Mental : seseorang dengan gangguan kejiwaan
terutama pada riwayat depresi yang ditandai dengan
ketidakberdayaan dan pesimisme, akan selalu dibayangi masa
depan yang suram, biasanya sangat sensitif terhadap masalah
dan sering merasa putus asa.
c) Kesehatan Jasmani : Individu dengan kondisi fisik yang sehat
dan gaya hidup yang baik akan memiliki kemampuan yang lebih
tinggi untuk mengatasi stres dibandingkan orang yang
berpenyakit fisik.
d) Struktur Kepribadian : seseorang dengan konsep negatif dan
harga diri yang rendah akan menimbulkan rasa kepercayaaan
diri yang rendah dan tidak obyektif pada tekanan yang
dihadapinya.
2) Faktor presipitasi
a) Faktor kehilangan
b) Terus menerus mengalami kegagalan
c) Faktor lingkungan
d) Keluarga atau orang terdekat
e) Status kesehatan ( penyakit diderita yang dapat mengancam
jiwa).
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi distress spiritual menurut Vacarolis
(2012) penyebab distres spiritual adalah sebagai berikut :
a) Pengkajian Fisik
Pengkajian fisik digunakan untuk melihat keadaan fisik pada klien.
pengkajian fisik biasanya digunakan pada korban tindak
penganiayaan.
b) Pengkajian psikologis
Status mental, mungkin adanya depresi, marah, kecemasan,
ketakutan, makna nyeri, kehilangan kontrol, harga diri rendah, dan
pemikiran yang bertentangan.
c) Pengakajian sosial budaya
Dukungan sosial dalam memahami keyakinan klien.
d) Faktor Predisposisi
Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi kognitif
seseorang sehingga akan mengganggu proses interaksi dimana dalam
prosesinteraksi ini akan terjadi transfer pengalaman yang penting
bagi perkembangan spiritual seseorang. Faktor predisposisi
sosiokultural meliputi usia, gender, pendidikan, pendapatan, okupasi,
posisi sosial, latar belakang budaya, keyakinan, politik, pengalaman
sosial, tingkatan sosial.
e) Faktor Presipitasia
Kejadian Stresfull, mempengaruhi perkembangan spiritual seseorang
dapat terjadi karena perbedaan tujuan hidup, kehilangan hubungan
dengan orang yang terdekatkarena kematian,kegagalan dalam
menjalin hubungan baik dengan dirisendiri, orang lain, lingkungan
dan zatyang maha tinggi. Ketegangan Hidup.

C. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinis keputusasaan menurut (Rochmawati et al., 2020)
adalah:
1) Pernyataan subjektif klien mengenai situasi hidup yang terasa hampa
dan tiada harapan (“Saya tidak dapat melakukan sesuatu”)
2) Suka mengeluh serta terlihat murung
3) Tidak banyak berbicara, lebih banyak diam atau enggan bicara sama
sekali
4) Melihatkan kesedihanan yang mendalam, afek menurun
5) Menjauhkan diri pada lingkungan atau anti social
6) Kontak mata menurun
7) Mengangkat bahu pertanda masa bodoh
8) Terlihat sering blue mood (murung)
9) Selera makan menurun atau menghilang
10) Pola tidur terganggu
11) Keterlibatan saat perawatan menurun
12) Sikap pasif saat menerima perawatan
13) Menurunnya perhatian dan keterlibatan pada orang lain yang dianggap
bermakna.
D. KARAKTERISTIK DISTRES SPIRITUAL
Karakteristik distress spiritual menurut nanda (2015) meliputi
4 hubungan dasar yaitu:
1. Hubungan dengan diri
1) Ungkapan kekurangan.
a) Harapan
b) Arti dan tujuan hidup
c) Perdamaiaan atau ketenangan
d) Penerimaaan
e) Cinta
f) Memaafkan diri sendiri
g) Keberanian.
2) Marah
3) Kesalahan
4) Koping yang buruk
2. Hubungan dengan orang lain.
1) Menolak berhubungan dengan tokoh agama
2) Menolak interasi hubungan dengan keluarga
3) Menggungkapkan terpisah dari sistem pendukung
4) Mengunggkapkan pengasingan diri
3. Hubungan dengan seni,literatur dan alam
1) Ketidakmampuan untuk mengungkapkan
kreatifitas (bernyanyi,mendengarkan musik,menulis)
2) Tidak tertarik dengan alam.
3) Tidak tertarik dengan bacaan ke agaman.
4. Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari dirinya
1) Ketidakmampuan untuk berdoa.
2) Ketidak mampuan untuk berpartisipasi dalam
kegiatan keagaman
3) Mengungkapkan terbuang oleh atau karena
kemarahan tuhan
4) Memintak untuk bertemu dengan tokoh agama.
5) Tiba-tiba berubah praktik agama.
6) Ketidakmampuan untuk introspeksi.
7) Menggungkapkan hidup tanpa harapan,menderita.
E. STRATEGI PELAKSANAAN DISTRES SPIRITUAL
1. Tindakan Psikoterapeutik
1) Tindakan Keperawatan untuk Pasien
Tujuan tindakan keperawatan gangguan spiritual
untuk pasien adalah:
a. Agar pasien mampu membina hubungan saling
percaya dengan perawat
b. Mengungkapkan penyebab gangguan spiritual.
c. Mengungkapkan perasaan dan pikiran tentang
spiritual yang diyakininya.
d. Mampu mengembangkan skill untuk mengatasi
masalah atau penyakitatau perubahan spiritual
dalam kehidupan.
e. Aktif melakukan kegiatan spiritual atau
keagamaan.
f. Ikut serta dalam kegiatan keagamaan
2) Tindakan Keperawatana
a. Bina hubungan saling percaya dengan pasien.
b. Kaji faktor penyebab gangguan spiritual pada
pasien.
c. Bantu pasien mengungkapkan perasaan dan pikiran
akan terhadapspiritual yangdiyakininya.
d. Bantu klien mengembangkan skill untuk mengatasi
perubahan spiritualdalamkehidupan.
e. Fasilitasi pasien dengan alat-alat ibadah sesuai
keyakinan atau agamayang dianut pasien.
F. SUMBER KOPING DISTRES SPIRITUAL
Menurut safarino(2012)terdapat lima tipe dasar dukungan
sosial bagi Distress Spiritual :
1. Dukungan emosi yang terdiri atas rasa empati,caring
memfokuskan pada kepentingan orang lain.
2. Tipe yang kedua adalah dukungan sistem yang terdiri
atas ekspresi positif thinking, mendorong atau setuju
dengan pendapat orang lain
3. Dukungan yang ketiga adalah dukungan instrumental
yaitu menyediakan pelayanan langsung yang berkaitan
dengan dimensi spiritual
4. Tipe keempat adalah dukungan informasi yaitu
memberikan nasihat,petunjuk danumpan balik
bagaimana seseorang harus berprilaku berdasarkan
keyakinan spiritualnya.
5. Tipe kelima adalah dukungan network menyediakan
dukungan kelompok untuk berbagai tentang aktivitas
spiritual menambahkan dukungan aprasial yang
membantu seseorang untuk meningkatkan pemahaman
terhadap stresor spiritual dalam mencapai keterampilan
koping yang efektif.
G. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Keperawatan Keputusasaan
1) Penatalaksanaan keperawatan
a) Tunjukkan empati dan dorong klien untuk mengungkap keraguan,
ketakutan dan kekhawatiranya

b) Tentukan apakah ada risiko bunuh diri


c) Dorong klien untuk mengungkapkan alasan bagaimana dan
mengapa harapan menjadikan hal penting pada kehidupanya

d) Ajarkan penanganan untuk mengatasi aspek putus asa dan cara


memisahkannya dari aspek harapan

e) Identifikasi serta arahkan kemampuan pada diri sendiri


(kemandirian, otonomi, kognitif, rasionalitas, fleksibilitas,
spiritualitas)
f) Bantuu pasien untuk menentukan sumber harapan
(seperti hubungan interpersonal, kepercayaan, hal-
hal yang ingin dipenuhi)
2) Penatalaksanaan Medis

a) Psikofarma

Terapi memalui obat-obatan sehingga bisa mengurangi masalah


keputusasaan.

b) Psikoterapi

Terapi jiwa yang perlu diterapkan jika yang menderita sudah


diberi terapi psikofarma serta sudah memenuhi tahapan dimana
kembalinya kemampuan untuk menilai realita.
c) Terapi psikososial
Bertujuan agar klien bisa lagi beradaptasi serta penanganan diri
secara mandiri. Dalam tahap ini penderita disarankan untuk tetap
mengonsumsi obat-obatan psikofarma.
d) Terapi psikoreligius
Terapi psikoreligius sangat berpengaruh pada penderita kejiwaan.
Salah satu penelitiaan menyatakan secara umum komitmen
keagamaan mempunyai hubungan yang bermanfaat dibidang
klinis.
e) Rehabilitasi
Rehabilitasi dilakukan bertujuan untuk mempersiapkan
menempatkan lagi dalam keluarga serta masyarakat.
2. Penatalaksanaan Distress Spiritual
1). Psikofarmako
a) Memberikan obat - obatan sesuai program pengobatan
pasien. Psikofarmaka pada distres spiritual tidak dijelaskan
secara tersendiri.Berdasarkan denganPedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa(PPDGJ) di
Indonesia III aspek spiritual tidak digolongkan secara
jelasabuah masuk kedalam aksis satu, dua, tiga, empat
ataulima.
b) Memantau keefektifan dan efek samping obat yang
diminum.
c) Mengukur vital sign secara periodik.
2). Manipulasi Lingkungan
a) Memodifikasi ruangan dengan menyediakan tempat ibadah.
b) Menyediakan sarana dan prasarana untuk melakukan
kegiatan spiritual.
H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas
Identitas terdiri dari nama pasien, umur, alamat dan nama
penangguang jawab klien
b. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama: kebiasanya yang dirasakan
b. Riwayat Kesehatan sekarang: biasanya sejak kapan
timbulnya keputusasaan dan stress spiritual tersebut
c. Riwayat Kesehatan dahuluh: biasanya memiliki riwayat
penyakit yang sama atau penyakit lain yang dideritanya
d. Riwayat Kesehatan keluarga: biasanya keluarga memiliki
riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang diderita
oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau
tidak
c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik TTV meliputi tekanan darah, suhu,
pernafasan, nadi , tinggi badan disertai berat badan.
d. Genogram
Genogram mendeskripsikan hubungan pasien pada keluarga
yang berisi minimal tiga generasi.
e. Pola fungsi Kesehatan
1) Pola manajemen Kesehatan dan persepsi Kesehatan
a. Arti sehat dan sakit
b. Pengetahuan status Kesehatan saat ini
c. Pemeriksaan diri sendiri
2) Pola nutrisi / metabolic
a. Menggambarkan masukan nutrisi dan keseimbangan
cairan
b. Intake nutrisi
c. Intake cairan
d. Nafsu makan
e. Masalah dengan makan
3) Pola eliminasi
a. BAB ( frekuensi, warnah, jumlah,)
b. BAK (warnah, jumlah, bauh)
c. Factor yang mempengaruhi BAK
4) Pola aktivitas/ Latihan
a. Aktivitas di waktu luang
b. Masalah dalam aktivitas
c. Penggunaan alat bantu
d. Aktivitas sejak sakit
5) Pola kognitif perseptual
a. Kemampuan panca indra
b. Masalah perseptual
c. Perubahan memori
6) Pola konsep diri/ persepsi diri
a. Body image (gambaran tubuh atau diri Ketika sakit)
b. Self ideal (ideal diri Ketika sakit)
c. Self esteem (harga diri Ketika sakit)
d. Role (peran selama sakit terganggu atau tidak)
7) Pola hubungan/ peran
a. Keefektifan peran (selama sakit peran yang dilakukan
efektif atau tidak)
b. Hubungan dengan orang terdekat
8) Pola seksualitas / reproduksi
a. Dampak sakit terhadap seksualitas
b. Riwayat haid
c. Riwayat penyakit hubungan seksual
9) Pola koping/ toleransi stress
a. Penggunaan system pendukung
b. Stressor sebelum sakit ( adakah stress atau penyebab
lain yang dapat menyebabkan sakit)
c. Metode koping yang digunakan
10) Pola nilai/kepercayaan
a. Agama yang dianut
b. Kegiatan keagamaan

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diagnosa gangguan keputusasaan:
a. Keputusasaan b/d stress jangka Panjang (D. 0088)
b. Harga diri rendah kronis b/d kegagalan berulang (D. 0086)
c. Ketidakberdayaan b/d interaksi interpersonal tidak memuaskan
(D.0092)
2. Disgnosa distress spiritual:
f. Distress spiritual b/d Perubahan pola hidup Distress spiritual (D.
0082)
g. Keputusasaan b/d Kehilangan kepercayaan pada kekuatan spiritual
(D. 0088)
h. Gangguan identitas diri b/d Gangguan peran sosial (D. 0084)

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

SDKI SLKI SIKI


Keputusasaan (D. Setelah dilakukan Dukungan emosional (I.
0088) tindakan 09256)
keperawatan Tindakan
selama…. Jam Observasi
maka, diharapkan  Identifikasi
harapan meningkat fungsi marah,
dengan kriteria frustasi dan
hasil: amuk bagi pasien
 Identifikasi hal
yang telah
memicu emosi
Terapeutik
 Fasilitasi
mengungkapkan
perasaan cemas,
marah, atau sedih
 Buat pernyataan
suportif atau
empati selama
fase berduka
Edukasi
 Jelaskan
konsekuensi
tidak
menghadapi rasa
bersalah dan
malu
 Anjurkan
mengungkapkan
perasaan yang
dialami
 Ajarkan
penggunaan
mekanisme
pertahanan yang
tepat
Kolaborasi
Rujuk untuk konseling,
jika perluh.
Harga diri rendah Setelah dilakukan Manajemen perilaku (I.
kronis (D. 0086) tindakan 12463)
keperawatan Tindakan:
selama…. Jam Observasi
maka, diharapkan  Identifikasi
harga diri harapan untuk
meningkat dengan mengendalikan
kriteria hasil: perilaku
 Perasaan Terapeutik
malu  Diskusikan
(4) tanggung jawab
 Perasaan terhadap perilaku
tidak mampu  bicara dengan
melakukan nada rendah dan
apapun (4) tenang
 Perasaan Edukasi
bersalah (4)  Informasikan
keluarga bahwa
keluarga sebagai
dasar
pembentukan
kognitif.
Ketidakberdayaan Setelah dilakukan Promosi harapan (I.
(D. 0092) tindakan 09307)
keperawatan Tindakan
selama…. Jam Observasi
maka, diharapkan  Identifikasi
keberdayaan harapan pasien
meningkat dengan dan keluarga
kriteria hasil: dalam
pencapaian hidup
Terapeutik
 Sadarkan bahwa
kondisi yang
dialami memiliki
nilai penting
 Ciptakan
lingkungan yang
memudahkan
mempraktikkan
kebutuhan
spiritual
Edukasi
 Anjurkan
mengungkapkan
perasaan
terhadap kondisi
dengan realistic
 Latih cara
mengembangkan
spiritual diri

Distress spiritual Setelah dilakukan Dukungan spiritual (I.


(D. 0082) tindakan 09276)
keperawatan Tindakan
selama…. Jam Observasi
maka, diharapkan  Indentifikasi
Status spiritual perasaan kawatir,
membaik dengan kesiapan dan
kriteria hasil: ketidakberdayaan
 Verbalisasi  Identifikasi
makna dan pandangan
tujuan hidup tentang
 Perilaku hubungan
marah pada anatara spiritual
Tuhan dan kesehatan
 Identifikasi
ketaatan dalam
beragama
Terapeutik
 Berikan
kesempatan
mengekspresikan
perasaan tentang
penyakit dan
kematian
 Yakinkan bahwa
perawat bersedia
mendukung
selama masa
ketidakberdayan
 Sediakan privasi
dan waktu
tentang untuk
aktivitas spiritual
Edukasi
 Anjarkan
metode
relaksasi,
meditasi, dan
imajinasi
terbimbing
Kolaborasi
 Atur kunjungan
dengan
rohaniwan.
Keputusasaan Setelah dilakukan Dukungan emosional (I.
(D.0088) tindakan 09256)
keperawatan Tindakan
selama…. Jam Observasi
maka, diharapkan  Identifikasi
harapan meningkat fungsi marah,
dengan kriteria frustasi dan
hasil: amuk bagi pasien
 Identifikasi hal
yang telah
memicu emosi
Terapeutik
 Fasilitasi
mengungkapkan
perasaan cemas,
marah, atau sedih
 Buat pernyataan
suportif atau
empati selama
fase berduka
Edukasi
 Jelaskan
konsekuensi
tidak
menghadapi rasa
bersalah dan
malu
 Anjurkan
mengungkapkan
perasaan yang
dialami
 Ajarkan
penggunaan
mekanisme
pertahanan yang
tepat
Kolaborasi
 Rujuk untuk
konseling, jika
perluh.
Gangguan Setelah dilakukan Orientasi realita (I.
identitas diri (D. tindakan 09297)
0084) keperawatan Tindakan:
selama…. Jam Observasi
maka, diharapkan  Monitor
identitas diri perubahan
membaik dengan orientasi
kriteria hasil:  Monitor
 Perilaku perubahan
kognitif dan
konsisten perilaku
 Perasaan Terapeutik
fluktuatif  Perkenalkan
terhadap diri nama saat
 budaya melakukan
orientasi
 Orientasikan
orang, tempat,
dan waktu
 Sediakan
lingkungan dan
rutinitas secara
konsisten
Edukasi
 Anjurkan
perawatan diri
secara mandiri
 Anjurkan
penggunaan alat
bantu
 Ajarkan keluarga
dalam perawatan
orientasi realita.

4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Klien yang mengalami keputusasaan memiliki tanda-tanda perilaku
antara lain penurunan afek, menjauhi lawan bicara, kepasifan, dan
menarik diri.

5. EVALUASI
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam didapatkan
hasil evaluasi yaitu pasien mampu membina hubungan saling percaya
dengan perawat, pasien mampu menceritakan penyebab dirinya enggan
minum obat, pasien mampu menceritakan alasan dirinya merasa putus asa.
Pasien dapat merubah cara pandang mengenai dirinya dengan berfikir
secara positif dan melakukan kegiatan positif.
BAB III PENUTUP

A. KESIMPILAN
Keputusasaan adalah situasi emosional dimana seseorang memandang adanya
keterbatasan atau tidak tersedianya alternatif pemecahan pada masalah yang di
hadapi (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

Distress spiritual merupakan suatu keadaan menderita yang berhubungan


dengan gangguan kemampuan untuk memahami makna hidup melalui
hubungan dengan diri sendiri, dunia atau kekuatan yang tinggi. Distres
spiritual adalah gangguan yang berkaitan dengan prinsip-prinsip
kehidupan seperti kenyakinan maupun keagamaan seseorang yang
menyebabkan gangguan pada aktivitas keagamaan/spiritual akibat
daripada masalah pada aspek biologis serta psikososial individu dimana
dapat mengakibatkan individu merasa tidak memiliki arti kehidupan.

B. SARAN

Semoga makalah yang kami susun dapat dimanfaatkan secara maksimal,


sehingga dapat membantu proses pembelajaran, dan dapat mengefektifkan
kemandirian dan kreatifitas mahasiswa. Selain itu, diperlukan lebih banyak
referensi untuk menunjang proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

 Aisyah, P. S., Lusiani, E., & Widiyanti, A. T. (2020). The Spiritual


Distress of Adolescents " Men Sex Men "( MSM ) Infected with HIV
in Bandung. Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia.
 Apritiana Eka P., A. D. (2019). SIMULASI ASUHAN
KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DISTRESS SPIRITUAL. (E. D, & G.
A, Eds.) KEPERAWATAN , 1, 3-5.
 D.A, N. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH
DISTRESS SPIRITUAL. KEPERAWATAN , 25-35.
 D.H, F. (2019). DISTRESS SPIRITUAL. KEPERAWATAN , 22-24.
Azis, R. (2003). Semarang: RSJD
 Dr. Amino Gondoutomo.Keliat, B.A. (2005). Jakarta: EGC.
 Keliat, B.A., Akemat, Helena, N., Susanti, H., Panjaitan, R.V., Wardani, I,
Y., dkk. (2006). Modul praktek keperawatan profesional jiwa (MPKP Jiwa).

Anda mungkin juga menyukai