DISTRESS SPIRITUAL
A. Pengertian
Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan
mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri, orang lain,
seni, musik, literature, alam dan kekuatan yang lebih besr dari dirinya (Nanda,
2012).
Definisi lain mengatakan bahwa distres spiritual adalah gangguan dalam
prinsip hidup yang meliputi seluruh kehidupan seseorang dan diintegrasikan
biologis dan psikososial (Varcarolis, 2000).
Dengan kata lain kita dapat katakan bahwa distres spiritual adalah kegagalan
individu dalam menemukan arti kehidupannya.
B. Patofisiologi
Patofisiologi distress spiritual tidak bisa dilepaskan dari stress dan struktur
serta fungsi otak. Stress adalah realitas kehidupan manusia sehari-hari.
Setiap orang tidak dapat dapat menghindari stres, namun setiap orang
diharpakan melakukan penyesuaian terhadap perubahan akibat stres. Ketika
kita mengalami stres, otak kita akan berespon untuk terjadi. Konsep ini sesuai
dengan yang disampikan oleh Cannon, W.B. dalam Davis M, dan kawan-
kawan (1988) yang menguraikan respon “melawan atau melarikan diri”
sebagai suatu rangkaian perubahan biokimia didalam otak yang menyiapkan
seseorang menghadapi ancaman yaitu stres. Stres akan menyebabkan
korteks serebri mengirimkan tanda bahaya ke hipotalamus. Hipotalamus
kemudian akan menstimuli saraf simpatis untuk melakukan perubahan. Sinyal
dari hipotalamus ini kemudian ditangkap oleh sistem limbik dimana salah satu
bagian pentingnya adalah amigdala yang bertangung jawab terhadap status
emosional seseorang. Gangguan pada sistem limbik menyebabkan
perubahan emosional, perilaku dan kepribadian. Gejalanya adalah perubahan
status mental, masalah ingatan, kecemasan dan perubahan kepribadian
termasuk halusinasi (Kaplan et all, 1996), depresi, nyeri dan lama gagguan
(Blesch et al, 1991).
Kegagalan otak untuk melakukan fungsi kompensasi terhadap stresor akan
menyebabkan seseorang mengalami perilaku maladaptif dan sering
dihubungkan dengan munculnya gangguan jiwa. Kegagalan fungsi
kompensasi dapat ditandai dengan munculnya gangguan pada perilaku
sehari-hari baik secara fisik, psikologis, sosial termasuk spiritual.
Gangguan pada dimensi spritual atau distres spritual dapat dihubungkan
dengan timbulnya depresi.
Tidak diketahui secara pasti bagaimana mekanisme patofisiologi terjadinya
depresi. Namun ada beberapa faktor yang berperan terhadap terjadinya
depresi antara lain faktor genetik, lingkungan dan neurobiologi.
Perilaku ini yang diperkirakan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang
dalam memenuhi kebutuhan spiritualnya sehingga terjadi distres spritiual
karena pada kasus depresi seseorang telah kehilangan motivasi dalam
memenuhi kebutuhannya termasuk kebutuhan spritual.
D. Penyebab
Menurut Vacarolis (2000) penyebab distres spiritual adalah sebagai berikut :
1. Pengkajian Fisik Abuse
2. Pengkajian Psikologis Status mental, mungkin adanya depresi, marah,
kecemasan, ketakutan, makna nyeri, kehilangan kontrol, harga diri
rendah, dan pemikiran yang bertentangan
3. Pengkajian Sosial Budaya dukungan sosial dalam memahami keyakinan
klien
E. Pengkajian Spiritual
Salah satu instrumen yang dapat digunakan adalah Puchalski’s FICA Spritiual
History Tool (Pulschalski, 1999) :
F : Faith atau keyakinan (apa keyakinan saudara?) Apakah saudara
memikirkan diri saudara menjadi sesorang yang spritual ata religius? Apa
yang saudara pikirkan tentang keyakinan saudara dalam pemberian makna
hidup?
I : Impotance dan influence. (apakah hal ini penting dalam kehidupan
saudara). Apa pengaruhnya terhadap bagaimana saudara melakukan
perawatan terhadap diri sendiri? Dapatkah keyakinan saudara mempengaruhi
perilaku selama sakit?
C : Community (Apakah saudara bagian dari sebuah komunitas spiritual atau
religius?) Apakah komunitas tersebut mendukung saudara dan bagaimana?
Apakah ada seseorang didalam kelompok tersebut yang benar-benar saudara
cintai atua begini penting bagi saudara?
A : Adress bagaimana saudara akan mencintai saya sebagai seorang
perawat, untuk membantu dalam asuhan keperawatan saudara?
Pengkajian aktifitas sehari-hari pasian yang mengkarakteristikan distres
spiritual, mendengarkan berbagai pernyataan penting seperti :
1. Perasaan ketika seseorang gagal
2. Perasaan tidak stabil
3. Perasaan ketidakmmapuan mengontrol diri
4. Pertanyaan tentang makna hidup dan hal-hal penting dalam kehidupan
5. Perasaan hampa
F. Faktor Predisposisi :
Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi kognitif
seseorang sehingga akan mengganggu proses interaksi dimana dalam proses
interaksi ini akan terjadi transfer pengalaman yang pentingbagi perkembangan
spiritual seseorang.
Faktor frediposisi sosiokultural meliputi usia, gender, pendidikan, pendapattan,
okupasi, posisi sosial, latar belakang budaya, keyakinan, politik, pengalaman
sosial, tingkatan sosial.
G. Faktor Presipitasi :
1. Kejadian Stresfull
Mempengaruhi perkembangan spiritual seseorang dapat terjadi karena
perbedaan tujuan hidup, kehilangan hubungan dengan orang yang
terdekat karena kematian, kegagalan dalam menjalin hubungan baik
dengan diri sendiri, orang lain, lingkungan dan zat yang maha tinggi.
2. Ketegangan Hidup
Beberapa ketegangan hidup yang berkonstribusi terhadap terjadinya
distres spiritual adalah ketegangan dalam menjalankan ritual keagamaan,
perbedaan keyakinan dan ketidakmampuan menjalankan peran spiritual
baik dalam keluarga, kelompok maupun komunitas.
I. Sumber Koping
Menurut Safarino (2002) terdapat lima tipe dasar dukungan sosial bagi distres
spiritual :
1. Dukungan emosi yang terdiri atas rasa empati, caring, memfokuskan
pada kepentingan orang lain.
2. Tipe yang kedua adalah dukungan esteem yang terdiri atas ekspresi
positif thingking, mendorong atau setuju dengan pendapat orang lain.
3. Dukungan yang ketiga adalah dukungan instrumental yaitu menyediakan
pelayanan langsung yang berkaitan dengan dimensi spiritual.
4. Tipe keempat adalah dukungan informasi yaitu memberikan nasehat,
petunjuk dan umpan balik bagaimana seseorang harus berperilaku
berdasarkan keyakinan spiritualnya.
5. Tipe terakhir atau kelima adalah dukungan network menyediakan
dukungan kelompok untuk berbagai tentang aktifitas spiritual.
J. PSIKOFARMAKA
Psikofarmaka pada distres spiritual tidak dijelaskan secara tersendiri.
Berdasarkan dengan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa
(PPDGJ) di Indonesia III aspek spiritual tidak digolongkan secara jelas apakah
masuk kedalam aksis satu, dua, tiga, empat atau lima.
K. Diagnosa
Distters Spritual
L. Intervensi
Sp. 1-P : Bina hubungan saling percaya dengan pasien, kaji faktor penyebab
distress spiritual pada pasien, bantu pasien mengungkapkan perasaan dan
pikiran terhadap agama yang diyakininya, bantu klien mengembangkan
kemampuan untuk mengatasi perubahan spritual dalam kehidupan.
Sp. 2-P : Fasilitas klien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinan klien,
fasilitas klien untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain, bantu
pasien untuk ikut serta dalam kegiatan keagamaan.
Perencanaan Rasional
Diagnosis
No
Keperawat Intervensi
. Tujuan Kriteria
an
Evaluasi
Distres TUM :
spritual Klien mampu
menyatakan
mencapai
kenyamanan
dari
pelaksanaan
praktik spiritual
sebelumnnya
dan merasa
kehidupannya
berarti/bermak
na Ekspresi Bina
TUK I : wajah hubungan
Setelah dua bersahabat, saling
kali pertemuan menunjukkan percaya
Klien dapat rasa senang dengan
membina ada kontak menggunaka
hubungan mata, mau n prinsip dan
saling percaya. berjabat teknik
tangan, mau komunikasi
menyebutkan terapeutik :
nama, mau Sapa klien
menjawab dengan
salam, mau ramah baik
duduk verbal
berdampingan maupun non
dengan verbal
perawat, mau Perkenalkan
mengutarakan diri dengan
masalah yang sopan
dihadapi. Tanyakan
nama
lengkap
klien dan
nama
panggilan
yang disukai
klien
Jelaskan
tujuan
pertemuan
Jujur dan
menepati
janji
Tunjukkan
sikap empati
dan
menerima
klien apa
adanya
Beri
perhatian
kepada klien
dan
perhatikan
kebutuhan
dasar klien
Puchalski, C.M. 1999. Touching the spirit: The essence of healing. Spiritual life,
45 (3), 154-159.