Anda di halaman 1dari 56

Direktorat Bina Kesehatan Kerja dan Olahraga

Kementerian Kesehatan RI
2014
Pendahuluan
Kebijakan pembangunan kesehatan
diarahkan untuk meningkatkan kualitas SDM
agar semakin tangguh, mandiri, dan
berkualitas, serta mampu bersaing dalam
ketatnya persaingan bebas pada era
globalisasi.
Tujuan MDG’s
INDIKATOR

ANGKA KEMATIAN IBU

ANGKA KEMATIAN
BAYI dan BALITA
Tujuan SDGs
SDGs merupakan kerangka pembangunan pasca
MDGs.
Indikator SDGs :
1. Human Development: pendidikan & kesehatan
2. Social Economic Development
3. Evirontmental Development
• Kualitas
• Degenerasi

CONTINUUM OF CARE Lansia

SASARAN KESEHATAN KERJA Usia Kerja


• Polusi di Tempat
Kerja
Pelayanan bagi • Produktifitas
anak SMP/SMA
Pelayanan dan remaja
PUS
Pelayanan
Pemeriksaan Persalinan, bagi anak
Kehamilan nifas dan Pelayanan bagi SD
neonatal Pelayanan
balita dan
bagi bayi
prasekolah • Kespro remaja
• Ancaman PM
1000 Hari dan PTM

• KIE lemah • UKS


• UHH Gangguan
• Dokcil
Kecerdasan
• PMT
AKI 228/100.000 KH
• Usia rentan • ASI <15%
• AKB 32/1000 KH Tumbuh
• D/S 71,3%
Kembang
• AKBAL 34/1000 KH
bayi/balita

SASARAN KESEHATAN OLAHRAGA


Piramida Penduduk Indonesia Tahun
2010
DATA KOMPOSISI
PENDUDUK INDONESIA
(BPS, AGUST 2010)
PENDUDUK USIA KERJA: 172,07 (72,23%)
INDONESIA ANGKATAN KERJA: 116,52 (48,91%)
238,22 JUTA Bukan angkatan kerja: 55,54 JT (23,31%)

BEKERJA  108,21 JT (%) PENGANGGUR


• FORMAL  .. 38 % 8,23 JT
• INFORMAL  62 %

• Laki-laki  67,46 JT (62%) ± 25 JT USIA


• Perempuan  40,74.JT (38%) REPRODUKSI
Angkatan Kerja ~ Usia Produktif ~ masa reproduktif

Umumnya pekerja berada di tempat kerja 1/3 waktu


dalam hidupnya.

Ketersediaan waktu bagi pekerja untuk mengakses


fasilitas yankes terbatas

Selama bekerja perempuan maupun laki-laki yang


bekerja sering terpajan berbagai risiko yang berpotensi
mengancam kesehatan (termasuk kesehatan
reproduksi)

Belum semua tempat kerja menerapkan program


kesehatan kerja – menurut WHO hanya 5 – 10%
pekerja di negara berkembang mempunyai akses
terhadap pelayanan kesehatan kerja
Jumlah pekerja perempuan semakin
meningkat dari tahun ke tahun.
Banyak sektor pekerjaan menggunakan
tenaga kerja perempuan karena pekerja
perempuan dianggap: teliti, sabar, mudah
diatur, sering bersedia di gaji rendah.
Perbedaan Anatomis dan Fisiologis
Laki-Laki dan Perempuan
Perempuan melalui fase kehidupan reproduksi yang
berbeda, seperti mengalami: Siklus haid, Kehamilan,
Menyusui.
ANAK
Usia Sekolah
REMAJA

2 ANAK
3 Balita
2

USIA BAYI
SUBUR 2
4

Pendekatan
BAYI menyu sui
“Siklus Hidup” 2 A si ekslusif
( dan Ibu
M enyusui)
2

2
USIA 5
TUA BAYI BARU LAHIR
2 (dan ibu Bersalin)
1

1
P ere mpua n KONSEPSI
(Ibu Hamil
Pe rem pua n
& Lak i-lak i dan Janin)

Setiap fase perkembangan dapat diganggu agen eksogen


Dapat mempengaruhi sistem reproduksi laki maupun perempuan – mulai dari
gangguan terhadap sperma/sel telur sampai pada gangguan kehamilan
 Perempuan yang bekerja mempunyai beban
ganda (menjalankan peran sebagai pencari
nafkah dan ibu rumah tangga) dan yang akan
berdampak pada kesehatan reproduksinya.
Perlakuan berbeda terhadap pekerja
perempuan

Sering di gaji rendah.


Tempat kerja dan peralatan kerja pada
umumnya di design untuk pekerja laki-laki.
Pekerja perempuan rentan mengalami
pelecehan seksual dan kekerasan dalam
pekerjaan.
KONDISI SAAT INI

AKI yg masih tinggi (penyebab ke ϯ ibu terbanyak :


perdarahan (28%)  pe ↑ upaya di berbagai sektor
termasuk di tempat kerja
WHO diperkirakan 15-20% kehamilan mengalami
abortus spontan.

Prevalensi anemia pada pekerja wanita usia


reproduksi masih berkisar 26,8 %,
Anemia pada wanita hamil 40 % (depkes 2003)
Upaya pemerintah menurunkan AKI, AKB, masalah gizi
serta peningkatan kualitas SDM tidak berhasil optimal
bila program Kesehatan Kerja tidak diterapkan
DAMPAK INDUSTRIALISASI
TERHADAP KESPRO – MDG’S

Dampak -
Dampak +

Bahaya Potensial Pengasuhan anak


Klompok Akses
Kesejahteraan Sasaran Pelayanan
Homogen

Promosi Pemanfaatan Pemberian Asi


Gizi Pelayanan Gangguan Kespro
Ksehatan Kesehatan Eksklusif
adalah
suatu keadaan sejahtera fisik, mental
dan sosial secara utuh, tidak semata-
mata bebas dari penyakit atau kecacatan
dalam semua hal yang berkaitan dengan
sistem, fungsi serta proses reproduksi
pada laki-laki dan perempuan
a. Pencegahan gangguan fungsi organ reproduksi akibat
paparan hazard di tempat kerja
b. Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir
c. Keluarga Berencana
d. Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi Menular
Seksual (IMS) termasuk HIV/AIDS
e. Pencegahan dan Deteksi dini kanker pada organ
reproduksi
Apakah kondisi kerja tersebut dapat menjamin
kesehatan reproduksi ?
Apakah kondisi kerja tersebut dapat menjamin
kesehatan reproduksi ?
Apakah kondisi kerja tersebut dapat menjamin
kesehatan reproduksi ?
DAMPAK PAJANAN
 Tergantung gender, dosis, lama dan saat pajanan
 Saat pajanan:
 Trimester 1: abortus spontan dan kel. Kongenital
 Trimester 2 dan 3: gg. kehamilan dan BBL

 Dosis Pajanan:
 Kelainan Kongenital < Abortus spontan < infertilitas
Faktor Risiko Non Okupasi Faktor Risiko Okupasi
Umur, -Lingkungan Kerja
Gizi, • Pajanan Kimia
Penyakit kronis • Pajanan Fisik
Infeksi Menular Seksual (IMS) • Pajanan Biologi
genetik • Pajanan Ergonomi
Penggunaan obat-obatan • Faktor Psikososial
Olahraga -Beban Kerja
Rokok, alkohol dan kopi
Dukungan sosial
Penghasilan
Pelayanan kesehatan, dll
BAHAYA KIMIA
Perkembangan industri banyak
menggunakan bahan kimia beracun.

Bahan kimia tersebut bersifat


mutagenik dan teratogenik sehingga
berbahaya bagi kesehatan reproduksi
pekerjanya terutama pada pekerja
wanita.
Route of entry
Mucous
Gas, Vapour Membranes
Particulate
Inhalasi

Tertelan
Cairan/
Padatan
Absorpsi kulit
AKIBAT FAKTOR KIMIA
PRA KONSEPSI SELAMA KEHAMILAN SETELAH KEHAMILAN

Perubahan Kerusakan janin Pertumbuhan anak


libido Lahir cacat terganggu akibat
Merusak sel Retardasi mental bahan kimia yang
telur Abortus terbawa oleh orang
Merusak tuanya mell
sperma pakaian, rambut,
Mutasi genetik kulit, ASI, dll
Bahaya pajanan kimia pada reproduksi laki-laki
Penurunan Bentuk Gangguan Perubahan
Faktor kimia jml sperma sperma mortalitas hormon/
abnormal sperma performa
sperma
Lead X X X X

Dibromochloropropane X

Carbaryl (Sevin) X

Toluendiamine & X
dinitrotoluen
Ethylene dibromide X X X

Plastic production X
(styrene & acetone)
Ethylen glikol X
monoethyl ether
Bahaya pajanan kimia pada reproduksi laki-laki
Penurunan Bentuk Ggn Perubahan
jml sperma sperma mortalitas hormon/
Faktor kimia
abnormal sperma performa
sperma

Perchloroethylene X

Mercury vapor X

Kepone X

Bromine vapor X X X

Chernobyl X X X X

2,4 dichlorophenoxy acetic X X


acid (2,4 D)
Carbon disulfide x

Uap logam (pengelasan) X X


Bahaya Pajanan Kimia
pada Reproduksi Perempuan

Dampak Pajanan Kimia

Infertil gas anastesia, Pb


CS2, dioxin, pelarut
Gangguan siklus haid
organik.
gas anastesia, obat
Abortus spontan antineoplastik, arsen, CS2,
etilen oksida, CO2, Mercuri
BBLR Arsen, CO, DDT
Prematur DDT,
Penggunaan Pb
 Baterai / aki
 Lead alloy
 Pipa dan kabel
 Solder elektrik
 Cat
 Plastik
 Keramik
 Pabrik glass
 Perhiasan
 Pada bahan konstruksi peredan suara dan getaran
 Antiknock agent di BBM (TEL = tetra etil lead dan tetra metil lead)
Penggunaan
Air Raksa/ Mercury/ Hg
 Medis
 Peralatanmedis: tensimeter, termometer, pacemakers.
 Dental amalgam

 Industri
 Peralatan listrik, cat, pigmen, tatoo, pestisida,
insektisida, fungisida, baterai, kembang api.
 Pertambangan emas dan perak
Hasil Penelitian..

Astrid Sulistomo, 2007, menunjukkan bahwa


petani perempuan yang terpajan pestisida
tinggi mempunyai risiko abortus 3,57 kali.

Perawat yang terpajan ethylene Oksida


selama kehamilan 16,7% mengalami abortus
spontan.

Petugas kesehatan terpajan gas anastesi


mempunyai risiko terjadi abortus spontan 3 kali
lebih besar.
Hasil Penelitian..

Sandra Yucra, dkk (Peru, 2006)  pada


penyemprot pestisida : volume semen naik,
pH naik, jumlah sperma turun, motilitas turun,
bentuk sprema normal berkurang secara
bermakna.
Ibu pekerja yang terpajan CO mempunyai
risiko 2-3 kali untuk melahirkan BBLR.
AKIBAT FAKTOR FISIK
FAKTOR LAKI-LAKI PEREMPUAN
SUHU oligosperma Perkembangan janin terganggu
PANAS
BISING - Gangguan pendengaran
pada janin, BBLR
GETARAN - Gangguan haid, prematur, abortus
RADIASI Kerusakan Gangguan haid
sperma Kelainan kongenital
PENGION
BBLR
Infertilitas
Abortus
Me(-) libido
AKIBAT FAKTOR BIOLOGI
FAKTOR AKIBAT
Hepatitis Kuning pada kehamilan
Prematuritas atau retardasi psikomotor
Human Penurunan daya tahan tubuh
Immunodeficiency
Virus (HIV) Penularan HIV transplacenta, ASI
Rubella atau German Trimester I kelainan kongenital (mata,
Measles telinga, jantung janin), Mental retardasi
Cytomegalo retardasi mental, masalah penglihatan dan
virus pendengaran.
Varicella atau Chicken Trimester I  keguguran, atropi otot, clubbed
Pox foot dan katarak.
Listeria Abortus
Toksoplasmosis hidrosefalus, retardasi mental, abortus
AKIBAT FAKTOR ERGONOMI

Berdiri lama
Henriksen et al, 1995 : perempuan hamil yang berdiri
lebih dari 4 jam dalam satu shif (8 jam) memiliki
potensial risiko abortus, melahirkan bayi prematur.
AKIBAT FAKTOR ERGONOMI

Duduk lama
Sohn et al, 1989 : Duduk yang lama akan menyebabkan
kualitas dan jumlah darah yang disuplai ke uterus secara
significant berkurang.
AKIBAT FAKTOR ERGONOMI

Mengangkat
Fourn et al, 1999 : mengangkat beban berat akan
menyebabkan kontraksi uterus, lahir prematur, BBLR
dan abortus.
AKIBAT FAKTOR PSIKOSOSIAL

STRESS
Terjadi peningkatan tegangan otot, pernafasan
dan tekanan darah.
Respon tubuh terhadap stres dengan variasi
perubahan hormonal (baik laki-laki maupun
perempuan), biokimia, dan neurologi.

Mempengaruhi siklus menstruasi


Sulit hamil, menurunkan libido
Prematuritas, BBLR,
Stressor Pada Pekerja
Peran ganda
Kerja Shift
“Perempuan yang bekerja pada shift malam lebih
sering mengalami haid yang tidak teratur dan risiko
abortus lebih tinggi dibandingkan perempuan yang
bekerja pada shift siang” (Baird et al., 1993)
Kombinasi Faktor Risiko
Tingkat kebisingan tinggi tempat kerja di
kombinasikan dengan kerja shift semakin
meningkatkan risiko gangguan pada kehamilan
yang menyebabkan BBLR (Nurminen, 1995)
Identifikasi Bahaya Kesehatan di tempat kerja

Melakukan pengukuran besarnya pajanan

Penilaian risiko kerja/tempat kerja

Pengendalian tempat kerja


Eliminisasi , substitusi
Engineering control
Administrative control
Alat Pelindung Diri
Edukasi ttg bahaya di tempat kerja, perilaku
kerja, PHBS, dll
Sebelum Hamil Bersalinan Nifas
hamil

-Gizi pekerja -ANC Persalinan -PNC


-KB -Gizi pekerja di Faskes -KB Pasca salin
-Pencegahan IMS - Replacement pada oleh -ASI eksklusif
tempat kerja yang Nakes
sehat dan aman
Sebelum konsepsi
Peningkatan pengetahuan
Saat kehamilan kesehatan ttg Bahaya
kespro di tempat kerja
Pasca melahirkan Pencegahan & Konseling
IMS
Peningkatan pengetahuan
tentang gizi
Pemberian tablet Fe
untuk anemia
Imunisasi TT calon
pengantin
KIE ttg tumbuh kembang janin, gizi ibu
hamil

 Saat kehamilan Pemeriksaan kehamilan minimal 4


kali selama kehamilan
Pemberian tablet Fe
Memberikan jaminan persalinan dan
penanganan komplikasi
Memberikan hak cuti melahirkan
Pelayanan KB
Pemberian Vit dan Fe
pd ibu nifas
 Pasca melahirkan Peningkatan pemberian
ASI pada ibu pekerja 
ruang memerah ASI
Monev program perlindungan Monev program pelayanan kespro
kespro di tempat kerja di tempat kerja

Pemantauan lingkungan Cakupan ANC


(Workplace monitoring) Cakupan KB
Cakupan pemberian tab Fe
Surveilans medis ; Cakupan TT
•Kasus infertilitas Jaminan melahirkan
•Kasus abortus Pemanfaatan ruang memerah ASI
•Kasus kelainan Kegiatan preventif promotif
kongenital pada bayi
baru lahir
1. Unit pelayanan kesehatan di tempat kerja
(klinik perusahaan)
Melaksanakan program kespro dan kesja secara
paripurna
Berkoordinasi/bekerjasama dgn puskesmas
setempat
Melaporkan cakupan program kespro di tempat
kerja ke Dinas kesehatan melalui Puskesmas
setempat
2. Puskesmas
Membina tempat-tempat kerja/yankes lain dalam
pelaksanaan kesehatan kerja
Kerjasama dengan unit yankes lain (klinik perusahaan)
Mengumpulkan laporan kesehatan kerja dari unit
yankes lain
Melaksanakan rujukan jika diperlukan
3. BKKM
Menerima rujukan medik dan rujukan kesehatan
kerja masyarakat
4. Rumah Sakit
Menerima rujukan medik berkaitan dgn kespro
5. Dinas Kesehatan
Menggalang dukungan LS, Pemda, organisasi
profesi, dunia usaha, dll
Bimbingan teknis dan fasilitasi
Menerapkan syarat kesehatan kerja dan kespro
di berbagai tempat kerja
Melaksanakan peningkatan kapasitas petugas
Mengupayakan ketersediaan dukungan dana,
sarana, prasarana
6. Dinas Tenaga Kerja & Transmigrasi
Pengawasan norma K3
Pengawasan terhadap pelaksanaan kewajiban
perusahaan dalam program kespro di tempat
kerja
Penyelesaian aspek legal kasus terkait kespro
sesuai peraturan yang ada
PENUTUP
 Industrialisasi mempunyai dampak yang positif
maupun yang negatif terhadap kesehatan reproduksi
para pekerjanya.
 Cukup banyak faktor di lingkungan kerja yang dapat
berdampak buruk bagi kesehatan reproduksi baik
pekerja perempuan maupun laki-laki.
 Penerapan kesehatan reproduksi dapat mewujudkan
penyediaan SDM masa depan yang sehat, cerdas
dan Produktif serta berkontribusi dalam pencapaian
MDG’s

Anda mungkin juga menyukai