DISUSUN OLEH :
Nafidatul Firdausiyah (202107014)
Siska Setianingrum (202107015)
Ratih Puji Astutik (202107016)
Kusumaning Indahyani (202107017)
Rohmah (202107018)
Sri Wahyuni (202107019)
Cut Baiti Nurjannah (202107020)
DEFINISI DISTRESS SPIRITUAL
DISTRESS SPIRITUAL adalah gangguan kemampuan untuk mengalami dan mengintegrasikan makna
dan tujuan hidup melalui hubungan dengan diri sendiri, orang lain, seni, music, literature, alam, dan/atau
kekuatan yang lebih besar dari pada diri sendiri (Bulechek, Butcher, Dochterman, & Wagner, 2016).
DISTRES SPIRITUAL adalah gangguan pada keyakinan atau sistem nilai berupa kesulitan
merasakan makna dan tujuan hidup melalui hubungan dengan diri, orang lain, lingkungan atau Tuhan
(PPNI, 2016)
DISTRESS SPIRITUAL juga didefinisikan sebagai gangguan dalam prinsip hidup yang meliputi
seluruh kehidupan seseorang yang diintegrasikan secara biologis dan psikososial (EGC, 2011).
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa distress psiritual adalah kegagalan individu menemukan arti
atau kebermaknaan kehidupannya.
KOPING DARI DISTRESS SPIRITUAL
Menurut Mooss (1984) yang dikutip Brunner dan Suddarth menguraikan yang positif
(Teknik Koping) dalam menghadapi stress, yaitu:
PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA PSIKOLOGIS (POTENSI DIRI): Sumber
daya psikologis merupakan kepribadian dan kemampuan individu dalam
memanfaatkannya menghadapi stres yang disebabkan situasi dan lingkungan
(Pearlin & Schooler, 1978:5). Karakterisik di bawah ini merupakan sumber daya
psikologis yang penting, diantaranya adalah Pikiran yang positif tentang dirinya
(harga diri) dan Mengontrol diri sendiri
RASIONALISASI (TEKNIK KOGNITIF): Upaya memahami dan
mengiterpretasikan secara spesifik terhadap stres dalam mencari arti dan makna
stres (neutralize its stressfull).
TEKNIK PERILAKU :Teknik perilaku dapat dipergunakan untuk membantu
individu dalam mengatasi situasi stress
KARAKTERISTIK DISTRESS SPIRITUAL
Menurut Nanda (2005), karakteristik Distress Spiritual meliputi empat hubungan dasar yaitu :
c. Cinta keluarga
3.Hubungan dengan seni, musik, 4. Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari
literatur, dan alam dirinya
Disstress Spiritual
Perasaan hampa.
FAKTOR FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI
Faktor Predisposisi : Faktor Precipitasi
1. Kejadian Stresful
• Gangguan pada dimensi biologis akan
Mempengaruhi perkembangan spiritual
mempengaruhi fungsi kognitif seseorang
seseorang dapat terjadi karena perbedaan
sehingga akan mengganggu proses tujuan hidup, kehilangan hubungan
interaksi dimana dalam proses interaksi dengan orang yang terdekat karena
ini akan terjadi transfer pengalaman
kematian, kegagalan dalam menjalin
hubungan baik dengan diri sendiri, orang
yang pentingbagi perkembangan lain, lingkungan dan zat yang maha
spiritual seseorang. tinggi.
Respon Kognitif
Respon Afektif
Respon Fisiologis
Respon Sosial
Respon Perilaku
SUMBER KOPING :
Dukungan emosi yang terdiri atas rasa empati, caring, memfokuskan pada kepentingan orang lain.
Dukungan esteem yang terdiri atas ekspresi positif thingking, mendorong atau setuju dengan pendapat orang lain.
Dukungan yang ketiga adalah dukungan instrumental yaitu menyediakan pelayanan langsung yang berkaitan
dengan dimensi spiritual.
Dukungan informasi yaitu memberikan nasehat, petunjuk dan umpan balik bagaimana seseorang harus
berperilaku berdasarkan keyakinan spiritualnya.
Dukungan network menyediakan dukungan kelompok untuk berbagai tentang aktifitas spiritual.
PSIKOFARMAKA :
Psikofarmaka pada distres spiritual tidak dijelaskan secara tersendiri. Berdasarkan dengan Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia III aspek spiritual tidak
digolongkan secara jelas apakah masuk kedalam aksis satu, dua, tiga, empat atau lima.
PENGKAJIAN ETIOLOGI
Identitas pasien Menjelang ajal
Kesepian
3. Jenis kelamin
Pengasingan diri
4. Tanggal pengkajian Pengasingan sosial
Gangguan sosio-kultural
3. Retardasi mental
7. Kemandulan
8. Gangguan Psikiatrik
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Distress Spiritual ( D.0082 ) : Gangguan pada keyakinan atau system nilai berupa kesulitan
memahami makna dan tujuan hidup melalui hubungan dengan diri, orang lain, lingkungan atau
Tuhan.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam terjadi peningkatan terhadap
dukungan spiritual.
Kriteria Hasil :
1. Verbalisasi makna dan tujuan hidup ( perasaan tenang, penerimaan, percaya pada orang lain ) meningkat
4. Kemampuan beribadah ( interaksi dengan orang terdekat / pemimpin spiritual, koping, memori, interpretasi realitas ) membaik
INTERVENSI KEPERAWATAN
Dukungan Spititual ( I. 09276 )
Definisi : memfasilitasi peningkatan perasaan seimbang dan terhubung dengan kekuatan
yang lebih besar
Intervensi
Observasi:
1. Identifikasi perasaan khawatir, kesepian dan ketidakberdayaan
KOLABORASI
TINDAKAN PSIKOTERAPEUTIK
Tujuan tindakan keperawatan gangguan spiritual untuk pasien adalah agar pasien:
a. Mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat.
d. Mampu mengembangkan skill untuk mengatasi masalah atau penyakit atau perubahan spiritual dalam kehidupan.
c.Bantu pasien mengungkapkan perasaan dan pikiran terhadap spiritual yang diyakininya.
d.Bantu klien mengembangkan skill untuk mengatasi perubahan spiritual dalam kehidupan.
e.Fasilitasi pasien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinan atau agama yang dianut oleh pasien.
f. Fasilitasi klien untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain
h.Bantu pasien mengevaluasi perasaan setelah melakukan kegiatan ibadah atau kegiatan spiritual
lainnya.
TERAPI AKTIVITAS DISTRESS
SPIRITUAL
1. PSIKOFARMAKO
a. Memberikan obat - obatan sesuai program pengobatan pasien.
b. Psikofarmaka pada distres spiritual tidak dijelaskan secara tersendiri. Berdasarkan dengan
Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia III aspek
spiritual tidak digolongkan secara jelas abuah masuk kedalam aksis satu, dua, tiga, empat atau
lima.
2. Manipulasi Lingkungan
Memodifikasi ruangan dengan menyediakan tempat ibadah.
4. KOPING
Strategi koping yang dipilih oleh klien adalah :
Seeking social support yaitu dengan usaha klien mencari
kenyamanan dan nasehat dari perawat yang dikunjunginya
untuk menceritakan masalah dan apa yang dirasakan ssat itu.
Accepting responbility yaitu dengan klien mengakui bahwa
dirinya juga menyebabkan masalah dan klien mencoba
belajar dari pengalaman. Kemudian klien ingin belajar
kembali seperti dulu.
Model Keperawatan
MODEL INTERPERSONAL (SULLIVAN, PEPLAU)
Pandangan tentang penyimpangan perilaku:
Ansietas timbul dan dialami secara interpersonal. Rasa takut yang mendasar adalah
takut terhadap penolakan. Seseorang membutuhkan rasa aman dan kepuasan yang
diperoleh melaluihubungan interpersonal yang positif
Proses terapeutik
Hubungan antara terapis dank lien yang penuh rasa percaya dan aman untuk mencapai
kepuasan interpersonal. Klien dibantu untuk mengembangkan hubungan akrab
diluar suasana situasi terapi.
Peran klien dan terapis
Klien menceritakan ansietas dan perasaannya pada terapis. Terapis menjalin hungan
akrab dengan klien, menggunakan empati untuk merasakan perasaan klien dan
menggunakan hubungan sebagai suatu pengalaman interpersonal korektif.
PERAN & FUNGSI PERAWAT
PENCEGAHAN PRIMER
Peran dan fungsi perawat pada pencegahan primer meliputi :
1. IDENTIFIKASI TINGKAT PENGETAHUAN KLIEN DAN KELUARGA
Dengan mengidentifikasi tingkat pengetahuan klien dan keluarga, perawat dapat
memberikan helath education dan intervensi yang tepat untuk klien.
2. HEALTH EDUCATION
Peran dan fungsi perawat pada health education ini yakni pemberian informasi
bahwa pengobatan pada klien tidak berlangsung singkat, namun memerlukan
waktu yang cukup lama.
3. PEMBERIAN DUKUNGAN SOSIAL
Dengan perawat memberikan dukungan sosial, diharapkan tingkat ansietas klien
berkurang dank klien mampu patuh dalam pengobatan
PENCEGAHAN SEKUNDER
Peran dan fungsi perawat pada pencegahan sekunder meliputi:
a. Pengkajian dan pemeriksaan klien untuk menentukan tingkat ansietas dan ketakutan yang dialami
klien
b. Penemuan tingkat ansietas klien dengan begitu perawat dapat menentukan intervensi yang tepat
untuk klien.
c. Implementasi intervensi keperawatan berdasarkan tingkat ansietas klien.
d. Dengan tujuan agar ansietas yang dialami oleh klien dapat berkurang atau tidak terjadi ansietas.
PENCEGAHAN TERSIER
Peran dan fungsi perawat pada pencegahan tersier meliputi :
a. Mengkaji berapa jangka waktu stressor yang mengganggu dan berakibat menurunnya kapasitas dalam
kaitan dengan kerja, hubungan sosial atau personalnya sehingga menganggu lingkungan sosialnya
b. Mengupayakan klien tersebut belajar meninggalkan peran sakitnya dan bertahap menjalankan hak dan
kewajibannya sebagai orang sehat kembali.
PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Salah satu instrumen yang dapat digunakan adalah Puchalski’s FICA Spritiual History Tool (Pulschalski, 1999) :
F : Faith atau keyakinan (apa keyakinan saudara?) Apakah saudara memikirkan diri saudara menjadi sesorang
yang spritual ata religius? Apa yang saudara pikirkan tentang keyakinan saudara dalam pemberian makna hidup?
I : Impotance dan influence. (apakah hal ini penting dalam kehidupan saudara). Apa pengaruhnya terhadap
bagaimana saudara melakukan perawatan terhadap diri sendiri? Dapatkah keyakinan saudara mempengaruhi
perilaku selama sakit?
C : Community (Apakah saudara bagian dari sebuah komunitas spiritual atau religius?) Apakah komunitas
tersebut mendukung saudara dan bagaimana? Apakah ada seseorang didalam kelompok tersebut yang benar-
benar saudara cintai atua begini penting bagi saudara?
A : Adress bagaimana saudara akan mencintai saya sebagai seorang perawat, untuk membantu dalam asuhan
keperawatan saudara?
Lanjutan..
Pengkajian aktifitas sehari-hari pasian yang mengkarakteristikan
distres spiritual, mendengarkan berbagai pernyataan penting seperti :
o Perasaan ketika seseorang gagal
o Perasaan tidak stabil
o Perasaan ketidakmmapuan mengontrol diri
o Pertanyaan tentang makna hidup dan hal-hal penting dalam
kehidupan
o Perasaan hampa
B. Diagnosa : Distters Spritual
C. Intervensi Keperawatan Distress spiritual
Kriteria hasil:
Individu :
Klien dapat melakukan spiritual yang tidak mengganggu
kesehatan
Klien dapat mengekspresikan pengguguran perassaan
bersalah dan ansietas
Klien dapat mengekspresikan kepuasan dengan kondisi
spiritual.
Intervensi :
Sp. 1-P :
Bina hubungan saling percaya dengan pasien
kaji faktor penyebab distress spiritual pada pasien
bantu pasien mengungkapkan perasaan dan pikiran terhadap agama yang diyakininya
bantu klien mengembangkan kemampuan untuk mengatasi perubahan spritual dalam
kehidupan.
Sp. 2-P :
Fasilitas klien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinan klien,
fasilitas klien untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain
bantu pasien untuk ikut serta dalam kegiatan keagamaan.
D. Tindakan keperawatan
Tujauan intervensi keperawatan untuk pasien:
Mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat
Mamapu mengungkapkan penyebab distres spritual
Mampu mengungkapkan perasaan dan fikiran tentang
kyakinannya
Mempu mengembangkan kemampuan mengatasi masalah dan
perubahan keyakinannya.
Mampu melakukan kegiatan keagamaan
Tindakan Keperawatan pasien distres
spiritual
Bina hubungan saling percaya dengan pasien
Kaji faktor penyebab distres spritual pada pasien
Bantu pasien mengungkapkan perasaan dan fikiran tentang keyakinanya
Bantu klien mengembangkan keterampilan untuk mengatasi perubahan spiritul dalam
kehidupan
fasilitasi pasien dengan alat alat ibadah seseuai agamanya
fasilitasi pasien untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain
bantu passien untuk ikut serta dalam keadaan keagamaan
bantu pasien mengevaluasi perasaan setelah melakukan kegiatan keagamaan.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN
SP 1 KEPERAWATAN
Masalah keperawatan : Distres spiritual
Pertemuan ke : Pertama
Hari/Tanggal : 18 April 2022
A. Proses Keperawatan
KONDISI KLIEN
Klien merupakan seorang mahasiswa semester 2 yang berusia 19 tahun. 3 bulan ini
klien mendapatkan pacar baru. Rupanya pasangannya merupakan laki-laki yang
mempunyai pengaruh buruk untuk klien, ia jadi sering pulang malam, jarang
berangkat kuliah, jarang solat, tidak pernah mengikuti pengajian, bahkan klien yang
dulunya memakai jilbab sekarang sering melepas jilbabnya ketika pergi bersama
pasangan . Suatu ketika orang tua klien memergoki klien pulang larut malam sambil
mengendap-endap memasuki kamar, lalu klien dimarahi orang tuanya bahkan hingga
diancam diusir jika mengulangi perbuatannya dan tidak memutuskan hubungan
dengan pasangannya , klien langsung menangis tersedu-sedu sambil memasuki
Lanjutan…
SALAM TERAPEUTIK
Assalamualaikum...!!. selamat siang mbak
EVALUASI VALIDASI
Bagaimana perasaan dan keadaan mbak saat ini ?
Bagaiman perasaan mbak setelah mencoba ibadah ?
TERMINASI
4. Bagaimana perasaan mbak setelah kita berbincang-bincang ?
5. Jadi mbak sudah mengetahui apa masalah yang sedang dihadapi ?
6. Kalau begitu saya permisi dulu dulu ya mbak. Assalamualaikum....
PENUTUP
KESIMPULAN
Distress spiritual adalah gangguan kemampuan untuk mengalami dan mengintegrasikan makna dan tujuan
hidup melalui hubungan dengan diri sendiri, orang lain, seni, music, literature, alam, dan/atau kekuatan
yang lebih besar dari pada diri sendiri.
Distress spiritual muncul ketika kebutuhan spiritual tidak terpenuhi, sehingga dalam menghdapi
penyakitnya pasien mengalami depresi, cemas, dan marah kepada Tuhan. Distress spiritual dapat
menyebabkan ketidakharmonisan dengan diri sendiri, orang lain, lingkungan dan Tuhannya.
SARAN
Kita sebagai perawat meminta orang-orang terdekat seperti keluarga, teman dan tokoh masyarakat (ustadz)
untuk membantu dalam mendukung proses penyembuhan klien yang mengalami distress spiritual selain
obat yang di berikan di rumah sakit.
TERIMAKASIH