Anda di halaman 1dari 48

ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN MASALAH DISTRES SPRITUAL

DISUSUN OLEH :
Nafidatul Firdausiyah (202107014)
Siska Setianingrum (202107015)
Ratih Puji Astutik (202107016)
Kusumaning Indahyani (202107017)
Rohmah (202107018)
Sri Wahyuni (202107019)
Cut Baiti Nurjannah (202107020)
DEFINISI DISTRESS SPIRITUAL
 DISTRESS SPIRITUAL adalah gangguan kemampuan untuk mengalami dan mengintegrasikan makna
dan tujuan hidup melalui hubungan dengan diri sendiri, orang lain, seni, music, literature, alam, dan/atau
kekuatan yang lebih besar dari pada diri sendiri (Bulechek, Butcher, Dochterman, & Wagner, 2016).

 DISTRES SPIRITUAL adalah gangguan pada keyakinan atau sistem nilai berupa kesulitan
merasakan makna dan tujuan hidup melalui hubungan dengan diri, orang lain, lingkungan atau Tuhan
(PPNI, 2016)

 DISTRESS SPIRITUAL juga didefinisikan sebagai gangguan dalam prinsip hidup yang meliputi
seluruh kehidupan seseorang yang diintegrasikan secara biologis dan psikososial (EGC, 2011).
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa distress psiritual adalah kegagalan individu menemukan arti
atau kebermaknaan kehidupannya.
KOPING DARI DISTRESS SPIRITUAL
Menurut Mooss (1984) yang dikutip Brunner dan Suddarth menguraikan yang positif
(Teknik Koping) dalam menghadapi stress, yaitu:
 PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA PSIKOLOGIS (POTENSI DIRI): Sumber
daya psikologis merupakan kepribadian dan kemampuan individu dalam
memanfaatkannya menghadapi stres yang disebabkan situasi dan lingkungan
(Pearlin & Schooler, 1978:5). Karakterisik di bawah ini merupakan sumber daya
psikologis yang penting, diantaranya adalah Pikiran yang positif tentang dirinya
(harga diri) dan Mengontrol diri sendiri
 RASIONALISASI (TEKNIK KOGNITIF): Upaya memahami dan
mengiterpretasikan secara spesifik terhadap stres dalam mencari arti dan makna
stres (neutralize its stressfull).
 TEKNIK PERILAKU :Teknik perilaku dapat dipergunakan untuk membantu
individu dalam mengatasi situasi stress
KARAKTERISTIK DISTRESS SPIRITUAL
Menurut Nanda (2005), karakteristik Distress Spiritual meliputi empat hubungan dasar yaitu :

1. Hubungan dengan diri 2. Hubungan dengan orang lain


a. Ungkapan kekurangan ( harapan, arti dan a. Menolak berhubungan dengan tokoh
tujuan hidup, perdamaian / ketenangan ) agama

b. Penerimaan b. Menolak interaksi dengan tujuan dan

c. Cinta keluarga

d. Memaafkan diri sendiri c. Mengungkapkan terpisah dari sistem


pendukung
e. Keberanian ( marah, kesalahan, koping
yang buruk ). d. Mengungkapkan pengasingan diri
KARAKTERISTIK DISTRESS SPIRITUAL
Menurut Nanda (2005), karakteristik Distress Spiritual meliputi empat hubungan dasar yaitu :

3.Hubungan dengan seni, musik, 4. Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari
literatur, dan alam dirinya

a. Ketidakmampuan untuk berdoa


a. Ketidakmampuan untuk
b. Ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam
mengungkapkan kegiatan keagamaan

kreativitas (bernyanyi, c. Mengungkapkan terbuang oleh atau karena


kemarahan Tuhan
mendengarkan musik,
d. Meminta untuk bertemu dengan tokoh agama
menulis)
e. Tiba-tiba berubah praktik agama

b. Tidak tertarik dengan f. Ketidakmampuan untuk introspeksi

g. Mengungkapkan hidup tanpa harapan, menderita.


alam
PATHWAY
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

Perubahan Kepribadian (Halusinasi, Depresi)

Gangguan Prilaku Sosial Spiritual

Disstress Spiritual

Perubahan Isi Pikir Waham


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DISTRESS SPIRITUAL
Salah satu instrumen yang dapat digunakan adalah Puchalski’s FICA
Spritiual History Tool (Pulschalski, 1999) :

F : Faith atau keyakinan (apa keyakinan saudara?)


I : Impotance dan influence. (apakah hal ini penting dalam
kehidupan saudara).
C : Community (Apakah saudara bagian dari sebuah komunitas
spiritual atau religius?)
A : Adress bagaimana saudara akan mencintai saya sebagai seorang
perawat, untuk membantu dalam asuhan keperawatan saudara?
Pengkajian aktifitas sehari-hari pasian yang mengkarakteristikan
distres spiritual, mendengarkan berbagai pernyataan penting seperti :

Perasaan ketika seseorang gagal

Perasaan tidak stabil

Perasaan ketidakmampuan mengontrol diri

Pertanyaan tentang makna hidup dan hal-hal penting dalam


kehidupan

Perasaan hampa.
FAKTOR FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI
Faktor Predisposisi : Faktor Precipitasi
1. Kejadian Stresful
• Gangguan pada dimensi biologis akan
Mempengaruhi perkembangan spiritual
mempengaruhi fungsi kognitif seseorang
seseorang dapat terjadi karena perbedaan
sehingga akan mengganggu proses tujuan hidup, kehilangan hubungan
interaksi dimana dalam proses interaksi dengan orang yang terdekat karena
ini akan terjadi transfer pengalaman
kematian, kegagalan dalam menjalin
hubungan baik dengan diri sendiri, orang
yang pentingbagi perkembangan lain, lingkungan dan zat yang maha
spiritual seseorang. tinggi.

• Faktor frediposisi sosiokultural meliputi


2. Ketegangan Hidup
usia, gender, pendidikan, pendapattan, Beberapa ketegangan hidup yang
berkonstribusi terhadap terjadinya distres
okupasi, posisi sosial, latar belakang
edaan keyakinan dan ketidakmampuan
budaya, keyakinan, politik, pengalaman menjalankan peran spiritual baik dalam
sosial, tingkatan sosial. keluarga, kelompok maupun komunitas
 PENILAIAN TERHADAP STRESSOR :

 Respon Kognitif

 Respon Afektif

 Respon Fisiologis

 Respon Sosial

 Respon Perilaku
 SUMBER KOPING :

Terdapat lima tipe dasar dukungan sosial bagi distres spiritual :

 Dukungan emosi yang terdiri atas rasa empati, caring, memfokuskan pada kepentingan orang lain.

 Dukungan esteem yang terdiri atas ekspresi positif thingking, mendorong atau setuju dengan pendapat orang lain.

 Dukungan yang ketiga adalah dukungan instrumental yaitu menyediakan pelayanan langsung yang berkaitan
dengan dimensi spiritual.

 Dukungan informasi yaitu memberikan nasehat, petunjuk dan umpan balik bagaimana seseorang harus
berperilaku berdasarkan keyakinan spiritualnya.

 Dukungan network menyediakan dukungan kelompok untuk berbagai tentang aktifitas spiritual.

 PSIKOFARMAKA :

 Psikofarmaka pada distres spiritual tidak dijelaskan secara tersendiri. Berdasarkan dengan Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia III aspek spiritual tidak
digolongkan secara jelas apakah masuk kedalam aksis satu, dua, tiga, empat atau lima. 
PENGKAJIAN ETIOLOGI
Identitas pasien  Menjelang ajal

 Kondisi penyakit kronis


1. Nama
 Kematian orang terdekat

2. Usia  Perubahan pola hidup

 Kesepian
3. Jenis kelamin
 Pengasingan diri
4. Tanggal pengkajian  Pengasingan sosial

 Gangguan sosio-kultural

 Peningkatan ketergantungan pada orang lain

 Kejadian hidup yang tidak diharapkan (PPNI, 2016)


TANDA DAN GEJALA :
MAYOR
MINOR
DATA SUBJEKTIF
DATA SUBJEKTIF

1. Mempertanyakan makna/tujuan hidup 1. Menyatakan hidupnya terasa tidak/kurang tenang

2. Mengeluh tidak dapat menerima (kurang pasrah)


2. Menyatakan hidupnya terasa
3. Merasa bersalah
tidak/kurang bermakna
4. Merasa terasing
3. Merasa menderita/kurang berdaya
5. Menyatakan telah diabaikan

DATA OBJEKTIF DATA OBJEKTIF

6. Menolak berinteraksi dengan orang terdekat/pemimpin spiritual


4. Tidak mampu beribadah
7. Tidak mampu berkreativitas (misal: menyanyi, mendengarkan musik, menulis)
5. Marah pada tuhan
8. Koping tidak efektif

9. Tidak berminat pada alam/literatur spiritual (PPNI, 2016)


KONDISI KLINIS TERKAIT
1. Penyakit kronis ( mis. Arthritis Rheumatoid, Sklerosis Multipel )

2. Penyakit terminal ( mis. Kanker )

3. Retardasi mental

4. Kehilangan bagian tubuh

5. Sudden Infant Death Syndrome ( SIDS )

6. Kelahiran mati, kematian janin, keguguran

7. Kemandulan

8. Gangguan Psikiatrik
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Distress Spiritual ( D.0082 ) : Gangguan pada keyakinan atau system nilai berupa kesulitan
memahami makna dan tujuan hidup melalui hubungan dengan diri, orang lain, lingkungan atau
Tuhan.

 Luaran Utama : Status Spiritual ( L.01006 )

 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam terjadi peningkatan terhadap
dukungan spiritual.

 Kriteria Hasil :
1. Verbalisasi makna dan tujuan hidup ( perasaan tenang, penerimaan, percaya pada orang lain ) meningkat

2. Verbalisasi kepuasan tehadap makna hidup meningkat

3. Perilaku marah kepada Tuhan menurun

4. Kemampuan beribadah ( interaksi dengan orang terdekat / pemimpin spiritual, koping, memori, interpretasi realitas ) membaik
INTERVENSI KEPERAWATAN
Dukungan Spititual ( I. 09276 )
Definisi : memfasilitasi peningkatan perasaan seimbang dan terhubung dengan kekuatan
yang lebih besar

Intervensi

 Observasi:
1. Identifikasi perasaan khawatir, kesepian dan ketidakberdayaan

2. Identifikasi pandangan tentang hubungan antara spiritiual dan kesehatan

3. Identifikasi harapan dan kekuatan pasien

4. Identifikasi ketaatan dalam beragama


TERAPEUTIK:

 Berikan teknik non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri

 Berikan kesempatan mengekspresikan perasaan tentang penyakit dan kematian

 Berikan kesempatan mengekspresikan dan meredakan marah secara tepat

 Yakinkan bahwa perawat bersedia mendukung selama masa ketidakberdayaan

 Sediakan privasi dan waktu tenang untuk aktivitas spiritual

 Diskusikan keyakinan tentang makna dan tujuan hidup, jika perlu

 Fasilitasi melakukan kegiatan ibadah


EDUKASI

 Anjurkan berinteraksi dengan keluarga, teman, dan/atau orang lain

 Anjurkan berpartisipasi dalam kelompok pendukung

 Ajarkanmetoderelaksasi, meditasi, danimajinasiterbimbing

KOLABORASI

 Atur kunjungan dengan rohaniawan (mis. ustadz, pendeta, romo, biksu)


STRATEGI PELAKSANAAN DISTRESS SPIRITUAL

TINDAKAN PSIKOTERAPEUTIK

1. Tindakan Keperawatan untuk Pasien

Tujuan tindakan keperawatan gangguan spiritual untuk pasien adalah agar pasien:
a. Mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat.

b. Mengungkapkan penyebab gangguan spiritual.

c. Mengungkapkan perasaan dan pikiran tentang spiritual yang diyakininya.

d. Mampu mengembangkan skill untuk mengatasi masalah atau penyakit atau perubahan spiritual dalam kehidupan.

e. Aktif melakukan kegiatan spiritual atau keagamaan.

f. Ikut serta dalam kegiatan keagamaan.


2. Tindakan Keperawatan
a.Bina hubungan saling percaya dengan pasien.

b.Kaji faktor penyebab gangguan spiritual pada pasien.

c.Bantu pasien mengungkapkan perasaan dan pikiran terhadap spiritual yang diyakininya.

d.Bantu klien mengembangkan skill untuk mengatasi perubahan spiritual dalam kehidupan.

e.Fasilitasi pasien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinan atau agama yang dianut oleh pasien.

f. Fasilitasi klien untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain

g.Bantu pasien untuk ikut serta dalam kegiatan keagamaan.

h.Bantu pasien mengevaluasi perasaan setelah melakukan kegiatan ibadah atau kegiatan spiritual
lainnya.
TERAPI AKTIVITAS DISTRESS
SPIRITUAL
1. PSIKOFARMAKO
a. Memberikan obat - obatan sesuai program pengobatan pasien.

b. Psikofarmaka pada distres spiritual tidak dijelaskan secara tersendiri. Berdasarkan dengan
Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia III aspek
spiritual tidak digolongkan secara jelas abuah masuk kedalam aksis satu, dua, tiga, empat atau
lima.

c. Memantau keefektifan dan efek samping obat yang diminum.

d. Mengukur vital sign secara periodik.


LANJUTAN….

2. Manipulasi Lingkungan
 Memodifikasi ruangan dengan menyediakan tempat ibadah.

 Menyediakan sarana dan prasarana untuk melakukan kegiatan spiritual.

 Melibatkan pasien dalam kegiatan spiritual secara berkelompok


TRIGER CASE
Ny D merupakan seorang mahasiswa semester 2 yang berusia 19 tahun. 3 bulan ini Ny D
mendapatkan pacar baru bernama Tn E. Rupanya Tn E merupakan laki-laki yang mempunyai
pengaruh buruk untuk Ny D, ia jadi sering pulang malam, jarang berangkat kuliah, jarang solat,
tidak pernah mengikuti pengajian, bahkan Ny D yang dulunya memakai jilbab sekarang sering
melepas jilbabnya ketika pergi bersama Tn E. Suatu ketika orang tua Ny D memergoki Ny D
pulang larut malam sambil mengendap-endap memasuki kamar, lalu Ny D dimarahi orang
tuanya bahkan hingga diancam diusir jika mengulangi perbuatannya dan tidak memutuskan
hubungan dengan Tn E, Ny D langsung menangis tersedu-sedu sambil memasuki kamarnya dan
semalaman tidak bisa tidur karena memikirkan perkataan orang tuanya. Keesokan harinya Ny D
tidak mau keluar kamar karena cemas dan takut saat bertemu orang tuanya.
Lanjutan kasus…

Keesokan harinya Ny D pergi ke klinik sendiri untuk


konsultasi dengan perawat, saat melakukan komunikasi dengan
perawat dia menangis, dia mengatakan bahwa ia cemas dan takut.
Ny D menyadari apa yang diperbuatnya salah, tapi ia tidak berani
keluar kamar karena merasa hidupnya kurang bermakna dan Ny D
juga merasa orang tuanya sudah tidak menyayanginya lagi, tidak
mau menerimanya lagi, Ny D mengatakan ingin kembali
mengikuti pengajian yang ada di kampungnya, ingin kembali
solat tepat waktu, meningkatkan doanya, dan melaksanakan apa
yang diperintahkan Tuhan YME.
PROSES TERJADINYA GANGGUAN
DISTRES SPIRITUAL
1.FAKTOR PREDISPOSISI
Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi kognitif seseorang sehingga akan mengganggu proses
interaksi dimana dalam proses interaksi ini akan terjadi transfer pengalaman yang pentingbagi perkembangan spiritual
seseorang
2. FAKTOR PRECIPITASI
Background stressornya berupa pertengkaran dalam kehidupannya yaitu dengan kedua orang tuanya.
3. PENILAIAN TERHADAP STRESSOR
Penilaian klien terhadap stressornya adalah :
1) Lingkungan : Lingkungan klien menirim stimulus secara terus menerus, stimulus tersebut adalah dimana orang
tuanya memarahi klien bahkan hingga diancam diusir jika mengulangi perbuatannya dan tidak memutuskan
hubungan dengan Tn E.
2) Kondisi fisiologis tubuh : Pada kondisi fisiologis tubuh klien ini, kondisinya adalah pertumbuhan masa remaja
yang dimana pada masa remaja biasa terjadi peningkatan stress karena beradaptasi dengan kehidupan yang baru.
Seperti dikasus yang sudah mulai mengenal sebuah hubungan dengan laki-laki yang membuat klien menjadi
berubah dan tidak disukai oleh orang tuanya.
Lanjutan…

4. KOPING
Strategi koping yang dipilih oleh klien adalah :
 Seeking social support yaitu dengan usaha klien mencari
kenyamanan dan nasehat dari perawat yang dikunjunginya
untuk menceritakan masalah dan apa yang dirasakan ssat itu.
 Accepting responbility yaitu dengan klien mengakui bahwa
dirinya juga menyebabkan masalah dan klien mencoba
belajar dari pengalaman. Kemudian klien ingin belajar
kembali seperti dulu.
Model Keperawatan
MODEL INTERPERSONAL (SULLIVAN, PEPLAU)
 Pandangan tentang penyimpangan perilaku:
Ansietas timbul dan dialami secara interpersonal. Rasa takut yang mendasar adalah
takut terhadap penolakan. Seseorang membutuhkan rasa aman dan kepuasan yang
diperoleh melaluihubungan interpersonal yang positif
 Proses terapeutik
Hubungan antara terapis dank lien yang penuh rasa percaya dan aman untuk mencapai
kepuasan interpersonal. Klien dibantu untuk mengembangkan hubungan akrab
diluar suasana situasi terapi.
 Peran klien dan terapis
Klien menceritakan ansietas dan perasaannya pada terapis. Terapis menjalin hungan
akrab dengan klien, menggunakan empati untuk merasakan perasaan klien dan
menggunakan hubungan sebagai suatu pengalaman interpersonal korektif.
PERAN & FUNGSI PERAWAT

PENCEGAHAN PRIMER
Peran dan fungsi perawat pada pencegahan primer meliputi :
1. IDENTIFIKASI TINGKAT PENGETAHUAN KLIEN DAN KELUARGA
Dengan mengidentifikasi tingkat pengetahuan klien dan keluarga, perawat dapat
memberikan helath education dan intervensi yang tepat untuk klien.
2. HEALTH EDUCATION
Peran dan fungsi perawat pada health education ini yakni pemberian informasi
bahwa pengobatan pada klien tidak berlangsung singkat, namun memerlukan
waktu yang cukup lama.
3. PEMBERIAN DUKUNGAN SOSIAL
Dengan perawat memberikan dukungan sosial, diharapkan tingkat ansietas klien
berkurang dank klien mampu patuh dalam pengobatan
 PENCEGAHAN SEKUNDER
Peran dan fungsi perawat pada pencegahan sekunder meliputi:
a. Pengkajian dan pemeriksaan klien untuk menentukan tingkat ansietas dan ketakutan yang dialami
klien
b. Penemuan tingkat ansietas klien dengan begitu perawat dapat menentukan intervensi yang tepat
untuk klien.
c. Implementasi intervensi keperawatan berdasarkan tingkat ansietas klien.
d. Dengan tujuan agar ansietas yang dialami oleh klien dapat berkurang atau tidak terjadi ansietas.

 PENCEGAHAN TERSIER
Peran dan fungsi perawat pada pencegahan tersier meliputi :
a. Mengkaji berapa jangka waktu stressor yang mengganggu dan berakibat menurunnya kapasitas dalam
kaitan dengan kerja, hubungan sosial atau personalnya sehingga menganggu lingkungan sosialnya
b. Mengupayakan klien tersebut belajar meninggalkan peran sakitnya dan bertahap menjalankan hak dan
kewajibannya sebagai orang sehat kembali.
PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Salah satu instrumen yang dapat digunakan adalah Puchalski’s FICA Spritiual History Tool (Pulschalski, 1999) :
 F : Faith atau keyakinan (apa keyakinan saudara?) Apakah saudara memikirkan diri saudara menjadi sesorang
yang spritual ata religius? Apa yang saudara pikirkan tentang keyakinan saudara dalam pemberian makna hidup?
 I : Impotance dan influence. (apakah hal ini penting dalam kehidupan saudara). Apa pengaruhnya terhadap
bagaimana saudara melakukan perawatan terhadap diri sendiri? Dapatkah keyakinan saudara mempengaruhi
perilaku selama sakit?
 C : Community (Apakah saudara bagian dari sebuah komunitas spiritual atau religius?) Apakah komunitas
tersebut mendukung saudara dan bagaimana? Apakah ada seseorang didalam kelompok tersebut yang benar-
benar saudara cintai atua begini penting bagi saudara?
 A : Adress bagaimana saudara akan mencintai saya sebagai seorang perawat, untuk membantu dalam asuhan
keperawatan saudara?
Lanjutan..
 Pengkajian aktifitas sehari-hari pasian yang mengkarakteristikan
distres spiritual, mendengarkan berbagai pernyataan penting seperti :
o Perasaan ketika seseorang gagal
o Perasaan tidak stabil
o Perasaan ketidakmmapuan mengontrol diri
o Pertanyaan tentang makna hidup dan hal-hal penting dalam
kehidupan
o Perasaan hampa
B. Diagnosa : Distters Spritual
C. Intervensi Keperawatan Distress spiritual
Kriteria hasil:
Individu :
 Klien dapat melakukan spiritual yang tidak mengganggu
kesehatan
 Klien dapat mengekspresikan pengguguran perassaan
bersalah dan ansietas
 Klien dapat mengekspresikan kepuasan dengan kondisi
spiritual.
Intervensi :
Sp. 1-P :
 Bina hubungan saling percaya dengan pasien
 kaji faktor penyebab distress spiritual pada pasien
 bantu pasien mengungkapkan perasaan dan pikiran terhadap agama yang diyakininya
 bantu klien mengembangkan kemampuan untuk mengatasi perubahan spritual dalam
kehidupan.

Sp. 2-P :
 Fasilitas klien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinan klien,
 fasilitas klien untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain
 bantu pasien untuk ikut serta dalam kegiatan keagamaan.
D. Tindakan keperawatan
Tujauan intervensi keperawatan untuk pasien:
 Mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat
 Mamapu mengungkapkan penyebab distres spritual
 Mampu mengungkapkan perasaan dan fikiran tentang
kyakinannya
 Mempu mengembangkan kemampuan mengatasi masalah dan
perubahan keyakinannya.
 Mampu melakukan kegiatan keagamaan
Tindakan Keperawatan pasien distres
spiritual
 Bina hubungan saling percaya dengan pasien
 Kaji faktor penyebab distres spritual pada pasien
 Bantu pasien mengungkapkan perasaan dan fikiran tentang keyakinanya 
 Bantu klien mengembangkan keterampilan untuk mengatasi perubahan spiritul dalam
kehidupan 
 fasilitasi pasien dengan alat alat ibadah seseuai agamanya
 fasilitasi pasien untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain
 bantu passien untuk ikut serta dalam keadaan keagamaan
 bantu pasien mengevaluasi perasaan setelah melakukan kegiatan keagamaan.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN
SP 1 KEPERAWATAN
Masalah keperawatan : Distres spiritual
Pertemuan ke : Pertama
Hari/Tanggal : 18 April 2022

A. Proses Keperawatan

KONDISI KLIEN
Klien merupakan seorang mahasiswa semester 2 yang berusia 19 tahun. 3 bulan ini
klien mendapatkan pacar baru. Rupanya pasangannya merupakan laki-laki yang
mempunyai pengaruh buruk untuk klien, ia jadi sering pulang malam, jarang
berangkat kuliah, jarang solat, tidak pernah mengikuti pengajian, bahkan klien yang
dulunya memakai jilbab sekarang sering melepas jilbabnya ketika pergi bersama
pasangan . Suatu ketika orang tua klien memergoki klien pulang larut malam sambil
mengendap-endap memasuki kamar, lalu klien dimarahi orang tuanya bahkan hingga
diancam diusir jika mengulangi perbuatannya dan tidak memutuskan hubungan
dengan pasangannya , klien langsung menangis tersedu-sedu sambil memasuki
Lanjutan…

Saat melakukan komunikasi dengan perawat dia menangis,


dia mengatakan bahwa ia cemas dan takut. Klien menyadari
apa yang diperbuatnya salah, tapi ia tidak berani keluar kamar
karena merasa orang tuanya sudah tidak menyayanginya lagi,
tidak mau menerimanya lagi, Klien mengatakan ingin kembali
mengikuti pengajian yang ada di kampungnya, ingin kembali
solat tepat waktu, meningkatkan doanya, dan melaksanakan
apa yang diperintahkan Tuhan YME.
DIAGNOSA KEPERAWATAN :
Distress Spiritual
TUJUAN KHUSUS
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam bisa
melanjutkan pelaksanaan spiritual yang bukan merusak kesehatan.
TINDAKAN KEPERAWATAN
Mengobservasi faktor-faktor penyebab penunjang.
Hilangkan atau kurangi faktor penyebab dan penunjang, bila
mungkin.
Strategi Komunikasi Orientasi
SALAM TERAPEUTIK
Assalamualaikum...!!. selamat pagi mbak, perkenalkan nama saya perawat X
EVALUASI VALIDASI
 Apakah benar ini dengan mbak D dengan usia 19 tahun?
 Mbak suka dipanggil apa ?
KONTRAK : Disini saya akan melakukan pemeriksaan kepada mbak
Topik : untuk mengetahui keadaan mbak saat ini.
 Waktu : pemeriksaan dilakukan sekitar 20 menit.
 Tempat : bagaimana jika berbincang-bincang di teras depan?
KERJA (LANGKAH-LANGKAH TINDAKAN KEPERAWATAN)
1. Bagaimana keadaan mbak saat ini ? Apakah ada masalah ? Jika
iya, bisakah mbak menjelaskan bagaimana perasaan mbak saat
ini ? Bagaimana mbak menjelaskan keadaan mbak saat ini ?
TERMINASI
2. Bagaimana perasaan mbak setelah kita berbincang-bincang ?
Apakah setelah berbincang-bincang mbak merasa lebih tenang ?
3. Besok lagi kita bertemu untuk mengetahui manfaat kegiatan
ibadah yang mbak lakukan serta belajar cara ibadah yang lain.
4. Sampai jumpa mbak, assalamualaikum!
SP 2 
Masalah keperawatan : Distres spiritual
Pertemuan ke : Kedua
Hari/Tanggal : 19 April 2022 
PROSES KEPERAWATAN
 Kondisi Klien
Klien belajar untuk beribadah dan belajar kembali untuk selalu menjalankan ibadah
semaksimal mungkin
 Diagnosa Keperawatan : Distress Spiritual
 Tujuan Khusus
 Setelahdilakukan observasi 1x24 jambisa mengekspresikan penurunan perasaan
bersalah dan ansietas.\
 Tindakan Keperawatan
 Pembatasan dimungkinkan oleh rumah sakit atau lingkungan keperawatan.
 Keterbatasan yang berhubungan dengan proses penyakit atau aturan tindakan.
STRATEGI KOMUNIKASI ORIENTASI
SALAM TERAPEUTIK
Assalamualaikum...!!. selamat siang mbak
EVALUASI VALIDASI
Bagaimana perasaan dan keadaan mbak saat ini ? Sudah dicoba melakukan
ibadah ?
KONTRAK : Disini saya akan mengobservasi tindakan selanjutnya kepada
mbak
 Topik : untuk mengetahui keadaan mbak saat ini
 Waktu : Observasi dilakukan sekitar 30 menit
 Tempat : Menurut mbak tempat yang cocok untuk kita ngobrol dimana ?
KERJA (LANGKAH-LANGKAH TINDAKAN
KEPERAWATAN)
Mbak, sepengetahuan mbak, apa saja persiapan solat, baik alat
maupun diri kita ? dalam sehari berapakah solat wajib yang harus
dilakukan ? 
TERMINASI
1. Bagaimana perasaan mbak setelah kita berbincang-bincang dan
diskusi tentang cara dan persiapan solat ?
2. Baik mbak besok kita akan mencoba untuk melaksanakan dan
mencoba cara sholat
SP 3
Masalah keperawatan : Distres spiritual
Pertemuan ke : Ketiga
Hari/Tanggal : 20 April 2022
PROSES KEPERAWATAN
KONDISI KLIEN
Klien sudah bisa melaksanakan ibadah sesuai yang dianjurkan oleh perawat, dan mulai untuk
mengikuti pengajian dan menggunakan hijab kembali.
DIAGNOSA KEPERAWATAN : Distress Spiritual
TUJUAN KHUSUS
Setelah dilakukan observasi 1x24 jam distress spiritual teratasi.
TINDAKAN KEPERAWATAN
 Pemisahan dari artikel kitab suci, atau lingkungan spiritual bermakna.
 Rasa takut menentang atau rasa malu.
STRATEGI KOMUNIKASI ORIENTASI

SALAM TERAPEUTIK
Assalamualaikum...!!. selamat siang mbak

EVALUASI VALIDASI
 Bagaimana perasaan dan keadaan mbak saat ini ?
 Bagaiman perasaan mbak setelah mencoba ibadah ?

KONTRAK : Disini saya akan mengobservasi tindakan selanjutnya kepada


mbak`
 Topik : untuk mengetahui keadaan spiritual mbak saat ini
 Waktu : Observasi dilakukan sekitar 30 menit
 Tempat : Bagaimana kalau kita berbincang-bincang di musholah?
KERJA (LANGKAH-LANGKAH TINDAKAN KEPERAWATAN)
1. Apakah ibadah mbak sudah mulai lancar ?
2. Berapa kali dalam sehari mbak melakukan ibadah sholat dan mengaji
3. Sudahkah mbak mulai mencoba untuk berhijab ?

TERMINASI 
4. Bagaimana perasaan mbak setelah kita berbincang-bincang ?
5. Jadi mbak sudah mengetahui apa masalah yang sedang dihadapi ?
6. Kalau begitu saya permisi dulu dulu ya mbak. Assalamualaikum....

 
PENUTUP

 
KESIMPULAN

Distress spiritual adalah gangguan kemampuan untuk mengalami dan mengintegrasikan makna dan tujuan
hidup melalui hubungan dengan diri sendiri, orang lain, seni, music, literature, alam, dan/atau kekuatan
yang lebih besar dari pada diri sendiri.

Distress spiritual muncul ketika kebutuhan spiritual tidak terpenuhi, sehingga dalam menghdapi
penyakitnya pasien mengalami depresi, cemas, dan marah kepada Tuhan. Distress spiritual dapat
menyebabkan ketidakharmonisan dengan diri sendiri, orang lain, lingkungan dan Tuhannya.
SARAN

Kita sebagai perawat meminta orang-orang terdekat seperti keluarga, teman dan tokoh masyarakat (ustadz)
untuk membantu dalam mendukung proses penyembuhan klien yang mengalami distress spiritual selain
obat yang di berikan di rumah sakit.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai