KEPERAWATAN JIWA
“DISTRESS SPIRITUAL”
Oleh:
Dosen Pembimbing:
Apriyani, S. Kep., Ns., M. Kep
I. Masalah Utama
Distress spiritual
B. Faktor Predisposisi
1. Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi kognitif seseorang
sehingga dapat mengganggu proses interaksi, dimana dalam proses interaksi ini akan
terjadi transfer pengalaman yang penting bagi perkembangan spiritual seseorang.
2. Faktor frediposisi sosiokultural meliputi usia, gender, pendidikan, pendapatan,
okupasi, posisi sosial, latar belakang budaya, keyakinan, politik, pengalaman
sosial, tingkatan sosial.
C. Faktor Presipitasi
1. Kejadian stresful: Kejadian stresful dapat mempengaruhi perkembangan spiritual
seseorang karena terjadi perbedaan tujuan hidup, kehilangan hubungan dengan
orang yang terdekat karena kematian, kegagalan dalam menjalin hubungan baik
dengan diri sendiri, orang lain, lingkungan dan zat yang maha tinggi.
2. Beberapa ketegangan hidup yang berkonstribusi terhadap terjadinya distres
spiritual adalah ketegangan dalam menjalankan ritual keagamaan, perbedaan
keyakinan dan ketidakmampuan menjalankan peran spiritual baik dalam
keluarga, kelompok maupun komunitas (Hamid & Ester, 2018).
E. Akibat
Distress spiritual dapat menganggu keluarga dalam mengelola konflik, kondisi ini
akan merusak kesejahteraan keluarga, keluarga akan mengalami rasa keputusasaan,
hilangnya kebebasan, konflik batin tentang keyakinan mereka, dan mempertanyakan
makna dari keberadaan dirinya (Aulia, 2019).
F. Rentang Respon
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Core Problem
Distress spiritual
Aulia, T. (2019). Kebutuhan Spiritual Yang Dibutuhkan Manusia Sebagai Makhluk Biologis,
Psikologis, Sosial Dan Spiritual.
Hamid, A. Y. (2008). Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan indikator
diagnostik ((cetakan III) 1 ed). Jakarta: DPP
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan indikator
diagnostik ((cetakan II) 1 ed). Jakarta: DPP
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan indikator
diagnostik ((cetakan II) 1 ed). Jakarta: DPP
W, M., & D.H, F. (2019). DISTRESS SPIRITUAL. KEPERAWATAN , 22-24.
https://www.studocu.com/id/u/29995211?sid=01698555028
STRATEGI PELAKSANAAN (SP 1)
DISTRESS SPIRITUAL
A. Proses keperawatan
1. Diagnosa keperawatan
Distress spiritual
2. Tujuan khusus
a. Bina hubungan saling percaya dengan pasien
b. Kaji faktor penyebab gangguan spiritual pada pasien
c. Bantu pasien mengungkapkan dan pikiran terhadap spiritual yang di yakininya
3. Rencana tindakan keperawatan
Bina hubungan saling percaya
a. Mengucapkan salam terapeutik
b. Berjabat tangan
c. Memperkenalkan identitas
d. Menjelaskan tujuan interaksi
e. Menyepakati kontrak
3. Tahap terminasi
a. Evaluasi
“Bagaimana perasaan ibu sekarang? Apakah ibu sudah mulai memahami kondisi
yang sebenarnya terjadi?
“Kalau begitu, coba ibu jelaskan lagi, hal-hal yang ibu dapatkan dari
perbincangan kita tadi dan coba ibu ulangi zikir atau sholawatan yang telah kita
lakukan”
b. Tindak lanjut
“Bagus sekali, jadi ibu sudah tau ya apa penyebab masalah ibu? Selain itu ibu juga
telah mengungkapkan perasaan dan pikiran ibu tentang agama dan tahu ibadah
apa yang bisa ibu lakukan”
“Ibu ini ada buku kegiatan untuk ibu”
“Bagaimana kalau kegiatan berdzikir atau sholawat ibu masukkan kedalam jadwal
kegiatan ibadah, Apakah ibu setuju?”
“Nah, disini ada kolom kegiatan, tanggal, waktu dan keterangan Ibu bisa mengisi
kegiatan dzikir dan sholawat pada kolom kegiatan” “Kira-kira jam berapa ibu nanti
melakukan dzikir atau sholawat?” “Cara mengisi buku kegiatan ini jika ibu tanpa
dibantu atau diingatkan oleh keluarga, ibu tulis M, tapi jika ibu melakukannya
dibantu atau diingatkan oleh keluarga ibu isi B dan jika ibu tidak melakukan diisi
T”
“Apakah ibu paham?”
“Nanti ibu jangan lupa mengisi buku kegiatannya ya
c. Kontrak
“Sesuai dengan kontrak kita tadi berbincang-bincang selama 30 menit
dan sekarang sudah 30 menit bu”
“Bu, kapan kita mau melanjutkan perbincangan kita?
“Bagaimana kalau kita besok membicarakan tentang alat-alat ibadah yang ibu
punya?”
“Ibu maunya dimana?”
“Sebelum saya kembali, apakah ada yang ingin ibu tanyakan?”
“Baiklah, kalau begitu saya pamit dulu ya bu, Assalamualaikum”.