Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mengulas tentang kesehata spiritual, yang mungkin jarang sekali di
dengar oleh masyarakat kita. Mungkin sering timbul pertanyaan-
pertanyaan apa itu sebenarnya kesehatan spiritual ? dan masih banyak
lagi pertanyaan-pertanyaan yang mungkin muncul. Sering kali
permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan kesehatan
spiritual terjadi karena faktor internal, mungkin bisa jadi dikarenakan
belum kuatnta konsep spiritual yang mencakup ilmu dan amal dalam
pribadi seseorang. Ilmu akan mempengaruhi pengetahuan dan
kejelasan tentang apa yang diyakini sedangkan amal akan menguatkan
ilmu dan menggoreskan kesan dalam jiwa.
Distress spiritual ialah adanya gangguan kemampuan untuk
mengalami dan mengintegrasikan makna dan tujuan hidup. Ketakutan
yang berhubungan belum siap untuk menghadapi kematian dan
pengalaman kehidupan setelah kematian. Keputusasaan berhubungan
dengan keyakinan bahwa tidak ada yang peduli pada dirinya. Risiko
tindakan kekerasan terhadap diri sendiri berhubungan dengan perasaan
bahwa hidup ini tidak berarti,. Dan masih banyak lagi yang belum
dituliskan.
Beberapa permasalahan yang telah dituliskan diatas terjadi bukan
karena suatu alasan. Rapuhnya nilai spiritual pada diri seseoranglah
yang menjai sebabnya. Kerapuhan yang bersumber dari keraguan-
keraguan dan ketidaktahuan, tentang konsep kehidupan yang
sebenarnya.

1
B. Tujuan penulisan
1. Mengetahui apa itu distress spiritual.
2. Mengetahui etiologi distress spiritual.
3. Mengetahui faktor yang berhubungan dengan distress spiritual.
4. Mengetahui batasan karakteristik distress spiritual.
5. Mengetahui penanganan pada pasien dengan distress spiritual.
6. Resume jurnal

C. Manfaat penulisan
Diharapkan dapat bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan bagi
mahasiswa dalam mempelajari tentang distress spiritual.

2
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori kepribadian Horney


Psikoanalitik teori Karen horneymengembangkan salah satu
teori yang paling terkenal dari neurosis. Dia percaya neurosis
yang dihasilkan dari kecemasan dasar yang disebabkan oleh
hubungan interpersonal. Teorinya mengusulkan bahwa
strategi yang digunakan untuk mengatasi kecemasan sering
kali digunakan secara berlebihan, menyebabkan mereka
mengambil bentuk kebutuhan.
Menurut horney, kecemasan dasar ( karena neurosis) dapat
terjadi akibat berbagai hal termasuk dominasi langsung atau
tidak langsung, ketidakpedulian, perilaku tak menentu,
kurangnya rasa hormat untuk kebutuhan individu anak,
kurangnya bimbingan yang nyata, sikap meremehkan,
ketidakadilan, diskriminasi, ingkar janji, suasana
bermusuhan, dan seterusnya. (Horney, 1945).

B. Prinsip kepribadian
kecemasan dasar ( karena neurosis) dapat terjadi akibat
berbagai hal termasuk dominasi langsung atau tidak langsung,
ketidakpedulian, perilaku tak menentu, kurangnya rasa
hormat untuk kebutuhan individu anak, kurangnya bimbingan
yang nyata, sikap meremehkan, ketidakadilan, diskriminasi,
ingkar janji, suasana bermusuhan, dan seterusnya.
1. Kecemasan dasar dan permusuhan dasar
Kecemasan berasal dari rasa takut; suatu peningkatan
yang berbahaya dari perasaan berteman tak berdaya
dalam dunia penuh ancaman. Kecemasan dasar selalu
dibarengi oleh permusuhan dasar, berasal dari

3
perasaan marah, suatu predisposisi untuk
mengantisipasi bahaya dari orang lain.
2. Kecemasan dan konflik
Menurut horney semua orang mengalami creature
anxiety, perasaan kecemasan yang normal muncul pada
masa bayi, ketika bayi yang lahir dalam keadaan tidak
berdaya dan rentan itu dihadapkan dengan kekuatan
alam yang keras dan tidak bisa dikontrol.
a. Konflik interpersonal; kebebasan vs kesepian

C. Faktor yang berhubungan


1. Menjelang ajal aktif
2. Ansietas
3. Penyakit kronik pada diri sendiri dan orang lain
4. Kematian (orang lain)
5. Perubahan hidup
6. Kesepian atau pengasigan sosial
7. Nyeri
8. Peniadaan diri
9. Deprivasi sosiokultural
(Nanda, 2013)

D. Batasan karakteristik distress spiritual


Batasan karakteristik distress spiritual, sebagai berikut :
1. Hubungan dengan diri sendiri
a. Marah
b. Rasa bersalah
c. Koping buruk

4
d. Mengekspresikan kurangnya penerimaan, semangat,
memaafkan diri sendiri, harapan, cinta, makna dan
tujuan hidup, kedamaian dan ketentraman.
2. Hubungan dengan orang lain
a. Mengungkapkan pengasingan
b. Menolak interaksi dengan orang terdekat
c. Menolak interaksi dengan pembimbing spiritual
d. Mengatakan dipisahkan dari sistem dukungan
3. Hubungan dengan seni, musik, buku, alam
a. Tidak tertarik terhadap terhadap alam
b. Tidak tertarik membaca literature keagamaan
c. Ketidakmampuan mengekspresikan status
kreativitas yang dahulu.
4. Hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa
a. Mengungkapkan ditinggalkan
b. Mengungkapkan marah terhadap Tuhan
c. Mengungkapkan keputusasaan
d. Mengungkapkan penderitaan
e. Ketidakmampuan mengintropeksikan diri atau
menilik diri
f. Ketidakmampuan mengalami transendensi diri
g. Ketidakmampuan berpartisipasi dalam aktivitas
keagamaan
h. Ketidakmampuan berdoa
i. Meminta bertemu dengan pimpinan spiritual
j. Perubahan mendadak pada praktik spiritual
(Nanda, 2013)
E. Penanganan pada pasien distress spiritual
1. kriteria hasil
a. klien mengungkapkan peningkatan rasa
keterhubungan dan harapan untuk masa depan

5
b. menunjukkan kemampuan untuk membantu diri
sendiri dan berpartisipasi dalam perawatan
c. berpartisipasi dalam aktivitas dengan orang lain,
secara aktif mencari hubungan.
d. Mendiskusikan kepercayaan dan nilai mengenai
masalah spiritual
e. Mengungkapkan penerimaan diri karena tidak
pantas menerima penyakit.
(Doengoes,2015)
2. Intervensi
a. Dukungan spiritual : membantu klien merasa
seimbang dan terhubung dengan kekuatan yang
lebih besar.
b. Inspirasi harapan : meningkatkan kepercayaan
dalam kapasitas seseorang untuk memulai dan
mempertahankan tindakan.
c. Fasilitasi proses duka cita : membantu dengan
resolusi kehilangan yang signifikan.
( Doengoes, 2015)

F. Resume jurnal terkait dengan distress spiritual


HIV/ AIDS adalah salah satu masalah global yang terus
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tingginya kasus
HIV/AIDS dan kematian akibat HIV/AIDS memberikan gambaran
betapa penyakit tersebut menjadi ancaman yang serius. Hal penting
yang perlu dilakukan oleh pasien adalah melakukan perawatan
kesehatan dengan baik agar kualitas hidupnya tetap optimal dan
meningkatkan umur harapan hidup. Permasalahan yang perlu
diantisipasi pasien agar kualitas hidupnya tetap optimal tidak hanya
penanganan masalah penurunan fisik. Namun juga antisipasi dan
manajemen masalah psikososial dan spiritual.

6
Fenomena tersebut perlu dilakukan penelitian untuk
mengeksplorasi tentang pengalaman pasien HIV/AIDS dalam
manajemen masalah spiritual.

Studi kualitatif mengindikasikan bahwa pasien HIV/AIDS akan


berakibat buruk pada spiritualitasnya setelah mengetahui bahwa
mereka terdiagnosis HIV/AIDS. Namun, pada penelitian tersebut
menunjukkan hasil yang berbeda karena seluruh pasien saat ini
sudah tidak mengalami masalah spiritual.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa semua partisipan
menganggap bahwa Tuhan adalah sumber kekuatan dan pengatur
segalanya, memiliki harapan yang baik terhadap keberadaan Tuhan
agar keadaan kesehatan lebih baik dan pasrah kepada Tuhan.
Semua partisipan tidak menyalahkan Tuhan atas penyakit yang
dialami, mereka mengganggap Tuhan memberikan ujian, dan
berharap Tuhan mengampuni dosa-dosa yang mereka lakukan.
Manajemen masalah spiritual yang dilakukan oleh pasien
HIV/ AIDS dengan mekanisme koping pasien menjadi faktor yang
penting. Sebagian besar responden pasien ODHA dalam penelitian
tersebut memiliki mekanisme koping yang sudah adaptif.
Mekanisme koping yang adaptif untuk mengatasi permasalahan
yang dialami dengan cara mereka berusaha kuat dan harus bertahan
demi keluarga yang telah memberi support kepada mereka.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien ODHA
menerima penyakitnya dengan ikhlas, pasrah pada Tuhan. Upaya
spiritual yang mereka lakukan untuk mengurangi dan mengatasi
permasalahan spiritual yaitu dengan cara lebih mendekatkan diri
kepada Tuhan. Upaya mendekatkan diri pada Tuhan dilakukan
dengan beribadah seperti sholat dan mengaji. Penelitian
menunjukkan bahwa ODHA yang awalnya tidak rajin beribadah
menjadi lebih rajin beribadah.

7
Upaya strategi religius yang dilakukan ODHA adalah
untuk mengurangi kecemasan dan meningkatkan ketenangan.
Ketika ODHA tidak lagi cemas dan lebih tenang maka mereka
menjadi lebih mudah untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri.
Strategi koping penguatan diri dan strategi koping religius juga
akan meningkatkan penyesuaian diri ODHA.
Selain itu, ODHA juga membutuhkan support dari orang-
orang yang ada disekitar mereka. Dukungan dari keluarga, tenaga
kesehatan seperti manager kasus, perawat dan dokter terhadap
ODHA sudah cukup baik dilakukan pada ODHA di Semarang..
Dukungan dari orang-orang yang ada disekitar mereka itu bisa
memberikan peran yang sangat besar.
Upaya positif yang sudah dilakukan oleh ODHA dapat
mencegah terjadinya distress spiritual yang mungkin akan terjadi.
Upaya dukungan spiritual yang dilakukan pada ODHA di
Semarang meliputi peningkatan partisipasi dalam beribadah,
fasilitasi pelaksanaan ibadah; fasilitasi pemenuhan kebutuhan
spiritual; keterlibatan keluarga dalam penyediaan perlengkapan.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Distress spiritual ialah adanya gangguan kemampuan untuk
mengalami dan mengintegrasikan makna dan tujuan hidup. Ketakutan
yang berhubungan belum siap untuk menghadapi kematian dan
pengalaman kehidupan setelah kematian. Keputusasaan berhubungan
dengan keyakinan bahwa tidak ada yang peduli pada dirinya. Risiko
tindakan kekerasan terhadap diri sendiri berhubungan dengan
perasaan bahwa hidup ini tidak berarti,. Dan masih banyak lagi yang
belum dituliskan.

B. Saran
Kami mengharap dan menghimbau kepada para pembaca apabila
ada kesalahan atau kekeliruan baik kata-kata atau penyusunan agar
memberikan saran dan kritik yang bisa mengubah penulis kearah yang
lebih baik dalam penulisan makalah selanjutnya.

9
.

DAFTAR PUSTAKA

Kozier. (2011). Fundamentals Of Nursing; Concepts, Process, And Practice.


Cetakan 2011. Jakarta: EGC.

Armiyati, Y., dkk. (2015). Manajemen Masalah psikososiospiritural Pasien


HIV/AIDS Di Kota Semarang. Journal The 2nd University Research Coloquium,
548-556.

Doengoes. (2015). Manual Diagnosa Keperawatan; Rencana, Intervensi, &


Dokumentasi Asuhan Keperawatan. Cetakan 2015. Jakarta: EGC.

NANDA. (2013). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Cetakan 2013. Jakarta:


EGC.

10
11

Anda mungkin juga menyukai