Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

JIWA PADA PASIEN GANGGUAN KEPUTUSAN

Oleh :

Nama : JULIANI
NIM : A.18.10.074

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
PANRITA HUSADA BULUKUMBA
T.A 2020/2021

LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN KEPUTUSAN

A. Pengertian

Keputusan merupakan keadaan efektif seorang individu yang melihat keterbatasan


atau tidak ada alternatif atau pilihan pribadi yang tersedia dan tidak dapat memobilisasi
energy yang dimilikinya

Keputusan adalah keadaan emosional Ketika individu merasa bahwa


kehidupannya terlalu berat untuk di jalani (dengan kata lain mustahil). Seseorang yang
tidak memiliki harapan tidak melihat adanya kemungkinan untuk memperbaiki
kehidupannya dan tidak menemukan solusi untuk permasalannya dan ia percaya bahwa
baik dirinya atau siapapun tidak akan bisa membantunya.

Keputusan berkaitan dengan kehilangan harapan,ketidakmampuan,keraguan,duka


cita,apati,kesedihan,depresi,dan bunuh diri.

Menurut (pharris,Resnick,dan ABlum,1997),mengemukakan bahwa keputusan


merupakan kondisi yang dapat menguras energi.

Keputusan merupakan status emosional yang berkepanjangan dan bersifat


subjektif yang muncul saat individu tidak melihat adanya alternative lain atau pilihan
pribadi untuk mengatasi masalah yang muncul atau untuk mencapai apa yang diinginkan
serta tidak dapat mengerahkan energynya untuk mencapai tujuan yang ditetapkam.

B. Tanda dan Gejala


Adapun tanda dan gejala menurut,keliat (2005) adalah :
1. Ungkapkan klien tentang situasi kehidupan tanpa harapan dan terasa hampa
(“saya tidak dapat melakukan”)
2. Sering mengeluh dan Nampak murung
3. Nampak kurang bicara atau tidak mau berbicara sama sekali
4. Menarik diri dan lingkungan
5. Kontak mata kurang
6. Mengangkat bahu tanda masa bodoh
7. Nampak selalu murunga tau blue mood
8. Menunjukkan gejala fisik kecemasan (takikardia,takipneu)
9. Menurun atau tidak adanya selera makan
10. Peningkatan waktu tidur
11. Penurunan keterlibatan dalam perawatan
12. Bersikap positif dalam menerima perawatan
13. Penurunan keterlibatan atau perhatian pada orang lain yang bermakna

Sedangkan menurut ,keliat ,Dkk (2006) adalah :

1. Mayor (harus ada)


Mengungkapkan atau mengekspresikan sikap apatis yang
mendalam,berlebihan,dan berkepanjangan dalam merespon situasi yang
dirasakan sebagai hal yang mustahil isyarat verbal tentang kesedihan
a. Fisiologis
1) Respon terhadap stimulus melambat
2) Tidak ada energi
3) Tidak bertambah
b. Emosional
1) Individu yang putus asa sering sekali kesulitan mengungkapkan
perasaannya tapi dapat merasakan
2) Tidak mampu memperoleh nasib baik, keberuntungan dan
pertolongan tuhan
3) Tidak memiliki makna atau tujuan dalam hidup
4) Hampa dan letih
5) Perasaan kehilangan dan tidak memiliki apa-apa tidak
berdaya,tidak mampu dan terperangkap.
c. Individu memperlihatkan :
1) Sikap pasif dan kurangnya keterlibatan dalam perawatan
2) Penurunan verbalisasi
3) Penurunan fisik
4) Kurangnya ambisi,inisiatif,serta minat
5) Ketidakmampuan mencapai sesuatu
6) Hubungan interpersonal yang terganggu
7) Proses piker yang lambat
8) Kurangnya tanggung jawab terhadap keputusan dan kehidupannya
sendiri.
d. Kognitif :
1) Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah dan
kemampuan membuat keputusan
2) Mengurusi masalah yang telah lalu dan yang akan datang bukan
masalah yang dihadapi saat ini
3) Penurunan fleksibilitas dalam proses pikir
4) Kaku (memikirkan semuanya atau tidak sama sekali)
5) Tidak punya kemampuan berimagenasi atau berharap
6) Tidak dapat mengidentifikasi atau mencapai target dan tujuan yang
ditetapkan
7) Tidak dapat membuat perencanaan, mengatur serta membuat
keputusan
8) Tidak dapat mengenal sumber harapan
9) Adanya pikiran untuk bunuh diri
2. Minor (mungkin ada)
a. Fisiologi
1) Anoreksia
2) BB menurun
b. Emosional
1) Individu merasa putus asa terhadap diri sendiri dan orang lain
2) Merasa berada diujung tanduk
3) Tegang
4) Mauk (merasa ia tidak bisa)
5) Kehilangan kepuasan terhadap peran dan hubungan yang ia
jalani
6) Rapuh
c. Individu memperlihatkan
1) Kontak mata yang kurang mengalihkan pandangan dari
pembicara
2) Penurunan motivasi
3) Keluh kesah
4) Kemunduran
5) Sikap pasrah
6) Depresi
d. Kognitif
Penurunan kemampuan untuk menyatukan informasi yang diterima :
a) Hilangnya persepsi waktu tentang masa lalu,masa sekarang,
dan masa datang
b) Bingung
c) Ketidakmampuan berkomunikasi secara efektif
d) Distori proses pikir dan asosiasi
e) Penilaian yang tidak logis
C. Faktor penyebab
Beberapa faktor penyebab orang mengalami keputusan yaitu:
a) Faktor kehilangan
b) Kegagalan yang terus;menerus
c) Faktor lingkungan
d) Orang terdekat (keluarga)
e) Status Kesehatan (penyakit yang diderita dan dapat mengancam jiwa)
f) Adanya tekanan hidup
g) Kurangnya iman

D. Pohon masalah
Ketidakberdayaan

Keputusan

Harga diri rendah

E. Penatalaksanaan medis
1) Psikofarma
Terapi dengan obat-obatan sehingga dapat meminimalkan gangguan keputusan
2) Psikoterapi

Adalah terapi kewajiban yang harus diberikan apabila penderita telah


diberikan terapi psikofarma dan telah mencapai tahapan dimana kemampuan
menilai realitas sudah Kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik.psikoterapi
ini bermacam-macam bentuknya antara lain psikoterapi suportif dimaksudkan
untuk memberikan dorongan,semangat dan motivasi agar penderita tidak merasa
putus asa dan semangat juangnya.

3) Terapi psikososial

Dengan terapi ini dimaksudan penderita agar mampu Kembali beradaptasi


dengan lingkungan sosialnya dan mampu merawat diri,mampu mandiri tidak
tergantung pada orang lain sehingga tidak menjadi beban keluarga, penderita
selama menjalani terapi psikososial ini hendaknya masih tetap mengkonsumsi
obat psikofarma.

4) Terapi psikoreligius
Terapi keagamaan ternyata masih bermanfaat bagi penderita gangguan
jiwa.dari penelitian didapatkan kenyataan secara umum komitmen agama
berhubungan dengan manfaatnya dibidang klinik.tetapi keagamaan ini berupa
kegiatan ritual keagamaan seperti sembahyang,berdo’a, memanjatkan puji-pujian
kepada tuhan,ceramah keagamaan,kajian kitab suci dsb.
5) Rehabilitasi
Program rehabilitasi penting dilakukan sebagai persiapan penempatan kembali
kekeluarga dan masyarakat.program ini biasanya dilakukan di Lembaga (institusi)
rehabilitasi misalnya disuatu rumah sait jiwa, dalam program rehabilitasi
dilakukan berbagai kesenian,terapi fisik berupa olahraga,keterampilan,berbagai
macam kasus,bercocok tanam,rekreasi, dsbnya. Pada umumnya program
rehabilitasi ini berlangsung antara 3-6 bulan. Secara berkala dilakukan evaluasi
paling sedikit dua kali yaitu evaluasi sebelum penderita mengikuti program
rehabilitasi dan evaluasi pada saat si penderita akan dikembalikan ke keluarga dan
ke masyarakat.
ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS GANGGUAN KEPUTUSASAAN

Ny. D usia 30 tahun datang ke RSJ RESPATI pada tanggal 19 november 2011 dengan

wajah pasien tampak pucat, penampilan tampak lusuh dan tidak terawat, saat ditanya pasien

tampak diam dengan tatapan kosong, keluarga yang mengantarkan bahwa sudah satu bulan lebih

sejak pasien ditinggal oleh tunangannya pergi dengan wanita lain pasien hanya mengurung diri

dikamar tidak mau bersosialisasi dengan lingkungan terlebih dengan keluarga. Keluarga juga

mengatakan bahwa sebelumnya pasien pernah gagal dalam berumah tangga (bercerai) sekitar 1

tahun yang lalu dengan alasan yang sama dan sejak gagal yang ke-2 kalinya pasien putus asa dan

tidak mau mengenal laki-laki lain, pasien juga pernah mencoba untuk mengakhiri hidupnya. Saat

dilakukan pengkajian oleh perawat didapatkan hasil TB=160 cm, BB=58 kg.

A. Pengkajian

a. Biodata

1) Nama : Ny.D

2) Agama : islam

3) Pendidikan :

4) Status perkawinan : bercerai

5) Umur : 30 tahun
b. Keluhan masuk

1) Alasan masuk

Pasien dibawa kerumah sakit karena pasien selalu mengurung diri dikamar tidak mau

bersosialisasi dan ada keinginan untuk mengakhiri hidupnya.

2) Faktor predisposisi dan presipitas

a. Faktor predisposisi : pasien merupakan orang tertutup

b. Faktor presipitasi : pasien putus asa dengan keadaannya yang selalu mengalami

kegagalan dalam menjalin suatu hubungan

c. Fisik

1) Kepala : rambut pasien kusut,kulit kepala kotor tidak terdapat lesi,tidak tampak

hematom,tidak terdapat nyeri tekan.

2) Mata : mata pasien tidak konjungtivis,sayu,tidak terdapat edema,terdapat

lingkaran hitam dikelopak mata bawah.

3) Hidung : simetris,tidak terdapat lesi,tidak ada gangguan penciuman

4) Telinga : telinga pasien simetris,tampak kotor, tidak ada gangguan

pendengaran

5) Mulut : mukosa,bibir klien kering,tidak terdapat stomatitis,gigi pasien kurang

bersih

6) Ekstremitas atas kaki : tonus otot kuat

d. Psikososial

Saat dirumah pasien banyak tinggal dirumah,hanya mengurung diri

dikamar,jarang melakukan aktivitas diluar rumah,bahkan pasien malas bekerja.


B. Analisa data

No Data fokus Diagnosa

1. a) Ds: keluarga yang Resiko bunuh diri


mengantarkan mengatakan
bahwa pasien pernah
mencoba untuk mengakhiri
hidupnya
b) Do: saat dilakukan
wawancara pasien hanya
diam dengan tatapan
kosong.
2. a) Ds: keluarga mengatakan Isolasi diri
pasien hanya mengurung
diri dikamar,tidak mau
berinteraksi dengan
lingkungan terlebih dengan
keluarga.
b) Do: pasien tampak menarik
diri dari perawat dan orang-
orang yang berusaha
mendekati pasien.
3. a) Ds : keluarga mengatakan Defisit perawatan diri
pasien susah dibujuk untuk
mandi
b) Do : wajah pasien tampak
pucat,penampilan tampak
lusuh dan tidak terawat
C. Diagnosa keperawatan

1. Resiko bunuh diri

2. Isolasi diri

3. Defisit perawatan diri

D. Intervensi

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

1. Resiko bunuh TUM Observasi  Membantu


diri Agar Klien tidak  Identifikasi
pasien dalam
tidak mencoba mood(mis,tanda,
mengendalika
mengakhiri gejala,Riwayat
hidupnya penyakit. n keinginan
TUK  Identifikasi risiko
untuk bunuh
 Agar pasien keselamatan diri
diri
mampu atau orang lain
mengedalikan  Monitor fungsi  Membantu
dirinya untuk kognitif (mis. pasien agar
bunuh diri Konsentrasi,
menghilangka
 Agar pasien memori,kemamp
dapat uan membuat n pikiran
berkomunikasi keputusan) untuk bunuh
baik dengan  Monitor aktivitas
diri
keluarga dan tingkat
ataupun stimulasi  Membantu
masyarakat lingkungan klien dalam
Terapeutik
memilih pola
 Fasilitasi
pengsian koping yang
kuesioner self- konstruktif
report (mis.beck  Agar pasien
depression
memasukkan
inventory,skala
kegiatan yang
status
fungsional)jika diajarkan
perlu
dalam
 Berikan
kegiatan
kesempatan
untuk harian
menyampaikan
 Agar keluarga
perasaan dengan
pasien dapat
cara yang tepat
(mis.sandsack,te melakukan
rapi
perawatan
seni,aktivitas
pada pasien
fisik)
Edukasi dengan benar.
 Jelaskan tentang
gangguan mood
dan
penanganannya
 Anjurkan
berperan aktif
dalam
pengobatan dan
rehabilitasi,jika
perlu
 Anjurkan rawat
inap sesuai
indikasi
(mis.risiko
keselamatan,
defisit
perawatan diri,
sosial)
 Ajarkan
mengenali
pemicu
gangguan mood
(mis,situasi
stress,masalah
fisik)
 Ajarkan monitor
mood secara
mandiri
(mis,skala
tingkat 1-
10,membuat
jurnal)
 Ajarkan
keterampilan
koping dan
penyelesaian
masalah baru
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
obat,jika perlu
 Rujuk untuk
psikoterapi
(mis, perilaku,
hubungan
interpersonal,
keluarga,
kelompok) jika
perlu.
2. Isolasi diri TUM Observasi  Agar pasien
Agar klien dapat  Identifikasi
mau membuka
berinteraksi
kemampuan
dengan orang lain diri dengan
melakukan
TUK:
interaksi dengan lingkungan dan
1) Agar klien
orang lain
dapat orang-orang
membina  Identifikasi
hubungan sekitarnya
hambatan
saling
percaya melakukan  Agar pasien
2) klien mampu interaksi dengan
mengetahui tidak merasa
orang lain
keuntungan
sendiri
berhubungan Terapeutik
social dan  Motivasi  Mempermudah
kerugian
menarik diri meningkatkan
pasien untuk
3) klien dapat keterlibatan
melaksanaka berkomunikasi
dalam suatu
n hubungan
social secara hubungan dengan
bertahap  Motivasi
4) klien mampu lingkungan
menjelaskan kesabaran
perasaanya sekitarnya
dalam
setelah
mengembangka  Mempermudah
klien
mendapat n suatu
pasien
dukungan hubungan
keluarga berinteraksi
dalam  Motivasi
hubungan berpartisipasi dengan orang
social
dalam aktivitas lain
baru dan
 Agar keluarga
kegiatan pasien terbiasa
kelompok.
dan berlatih
 Motivasi
dalam merawat
berinteraksi
diluar diri
lingkungan
(mis. Jalan-jalan
ketoko buku)
 Diskusikan
kekuatan dan
keterlibatan
dalam
berkomunikasi
dengan orang
lain
 Diskusikan
perencanaan
kegiatan dimasa
depan
 Berikan umpan
balik positif
dalam
perawatan diri
 Berikan umpan
balik positif
pada setiap
peningkatan
kemampuan
Edukasi
 Anjurkan
berinteraksi
dengan orang
lain secara
bertahap
 Anjuran ikut
serta kegiatan
sosial dan
kemasyarakatan
 Anjurkan
berbagi
pengalaman
dengan orang
lain
 Anjurkan
meningkatkan
kejujuran diri
dan
menghormati
hak orang lain
 Anjurkan
penggunaan alat
bantu
(mis.kacamata
dan alat bantu
dengar)
 Anjurkan
membuat
perencanaan
kelompok kecil
untuk kegiatan
khusus)
 Latih bermain
peran untuk
meningkatkan
keterampilan
komunikasi
 Latih
mengekspresika
n marah dengan
tepat)
3. Defisit TUM Observasi  Agar pasien
perawatan diri Agar pasien  Identifikasi
mengetahui cara
mampu merawat kebiasaan
menjaga
dirinya sendiri aktivitas
TUK perawatan diri kebersihan diri
 Agar pasien sesuai usia
 Agar pasien
menjaga  Monitor tingkat
tahu cara
kebersihan kemandirian
dirinya  Identifikasi eliminasi yang
 Agar pasien kebutuhan alat baik
mengetahui bantu
 Agar pasien
berpakaian kebersihan diri,
rapi berpakaian,berh tahu cara
ias,dan makan)
dandang yang
Terapeutik
baik
 Sediakan
lingkungan  Agar keluarga
yang terapeutik
dapat
(mis. Suasana
melakukan
hangat,rileks,
privasi) dengan benar
 Siapkan cara merawat
keperluan
pasien
pribadi  Membatu
(mis.parfum,sik
keluarga dalam
at gigi,dan
mengenali tanda
sabun mandi)
 Dampingi dan gejala
dalam
deficit
melakukan
perawatan diri
perawatan diri
dalam mandiri
 Fasilitasi untuk
menerima
keadaan
ketergantungan
 Fasilitasi
kemandirian,
bantu jika tidak
mampu
melakukan
perawatan diri
 Jadwalkan
runtinitas
perawatan diri
Edukasi
 Anjurkan
melakukan
perawatan diri
secara konsisten
sesuai
kemampuan

Anda mungkin juga menyukai