Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Keputusasaan mengggambarkan individu yang tidak melihat
adanya kemungkinan untuk memperbaiki hidupnya dan bersih keras
mengatakan bahwa tidak ada seorangpun yang dapat membantunya.
Keputusasaan berbeda dengan ketidakberdayaan , orang yang putus
asa tidak melihat adanya solusi untuk permasalahannya atau tidak
menemukan cara untuk mencapai apa yang diinginkannya. Sebalikkya
orang yang tidak berdaya masih dapat menemukan alternatif atau untuk
masalah tersebut, tetapi tidak mampu melakukan sesuatu untuk
mewujudkannya karena kurangnya kontrol dan sumber yang tersedia.
Perasaan tidak berdaya yang tidak kunjung hilang dapat
menimbulkan keputusasaan. Keputusasaan biasanya terkait dengan duka
cita, depresi, dan keinginan untuk bunuh diri. Untuk individu dengan
resiko bunuh diri perawat juga harus menngunakan resiko bunuh diri.
Setiap orang pernah mengalami keputusasaan dalam hidupnya. Hal
ini muncul dalam berbagai bentuk dan merupakan sejenis perasaan yang
lebih sering dan lebih umum dirasakan daripada dilaporkan.
Keputusasaan sering terlihat pada mereka yang cenderung kaku
dan tidak fleksibel baik dalam pikiran , perasaan maupun perilaku.

Keputusasaan adalah keadaan dimana seseorang atau individu


tidak mampu memandang kehidupan ke arah yang lebih baik dan
cenderung putusasa akan segala kemampuannya, dan kebanyakan
Ungkapan klien mengarah ke situasi kehidupan tanpa harapan dan terasa
hampa.
Dari semua cobaan dan kesulitan yang kita alami di dalam hidup,
mungkin yang paling berbahaya ialah keputusasaan. Terkadang
pengalaman keputusasaan ini dinamakan malam yang gelap dalam jiwa
kita. Bila mengalami keputusasaan kita seperti merasa bahwa semua jenis
terang sirnah dan pergi, lalu kita sendiri sedang berdiri di dalam
kegelapan. Barangkali dapat menjadi satu penghiburan kecil kalau masing-

1
masing dari kita menyadari dan mengakui bahwa setiap orang mengalami
keputusasaan pada waktu dan tempat tertentu di dalam hidup, tanpa
kecuali.

1.2 Tujuan
Tujuan umum :
Mahasiswa keperawatan mampu memahami tentang asuhan keperawatan
pada pasien dengan konsep keputusasaan.
Tujuan khusus :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian keputusasaan.
2. Mahasiswa mampu menyebutkan penyebab keputusasaan.
3. Mahasiswa mampu menyebutkan tanda dan gejala yang ada pada
pasien dengan keputusasaan
4. Mahasiswa mampu menyebutkan penatalaksanaan medis pada pasien
dengan konsep keputusasaan.
5. Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan pada pasien dengan
konsep keputusasaan.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Keputusasaan merupakan keadaan subjektif seorang individu yang
melihat keterbatasan atau tidak ada alternatif atau pilhan pribadi yang
tersedia dan tidak dapat memobilisasi energy yang dimilikinya (NANDA,
2005).
Keputusasaan adalah keadaan emosional ketika individu merasa
bahwa kehidupannya terlalu berat untuk dijalani ( dengan kata lain
mustahil ). Seseorang yang tidak memiliki harapan tidak melihat adanya
kemungkinan untuk memperbaiki kehidupannya dan tidak menemukan
solusi untuk permasalahannya, dan ia percaya bahwa baik dirinya atau
siapapun tidak akan bisa membantunya.
Keputusasaan berkaitan dengan kehilangan harapan,
ketidakmampuan , keraguan .duka cita , apati , kesedihan , depresi , dan
bunuh diri. ( Cotton dan Range, 1996 )
Menurut (Pharris, Resnick ,dan ABlum, 1997),mengemukakan
bahwa keputusasaan merupakan kondisi yang dapat menguras energi.
Keputusasaan merupakan status emosional yang berkepanjangan
dan bersifat subyektif yang muncul saat individu tidak melihat adanya
alternatif lain atau pilihan pribadi untuk mengatasi masalah yang muncul
atau untuk mencapai apa yang diiginkan serta tidak dapat mengerahkan
energinya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan .

2.2 Faktor penyebab


Beberapa faktor penyebab orang mengalami keputusasaan yaitu :
a. Faktor kehilangan
b. Kegagalan yang terus menerus
c. Faktor Lingkungan
d. Orang terdekat ( keluarga )
e. Status kesehatan ( penyakit yang diderita dan dapat mengancam
jiwa)

3
f. Adanya tekanan hidup
g. Kurangnya iman

2.3 Tanda dan gejala


a. Mayor ( harus ada)
Mengungkapkan atau mengekspresikan sikap apatis yang mendalam ,
berlebihan, dan berkepanjangan dalam merespon situasi yang
dirasakan sebagai hal yang mustahil isyarat verbal tentang kesedihan.
1) Fisiologis :
 respon terhadap stimulus melambat
 tidak ada energi
 tidur bertambah
2) emosional :
 individu yang putus asa sering sekali kesulitan mengungkapkan
perasaannya tapi dapat merasakan
 tidak mampu memperoleh nasib baik, keberuntungan dan
pertolongan tuhan
 tidak memiliki makna atau tujuan dalam hidup
 hampa dan letih
 perasaan kehilangan dan tidak memiliki apa-apa
o tidak berdaya,tidak mampu dan terperangkap.
3) Individu memperlihatkan :
 Sikap pasif dan kurangnya keterlibatan dalam perawatan
 Penurunan verbalisasi
 Penurunan afek
 Kurangnya ambisi,inisiatif,serta minat.
 Ketidakmampuan mencapai sesuatu
 Hubungan interpersonal yang terganggu
 Proses pikir yang lambat
 Kurangnya tanggung jawab terhadap keputusan dan kehidupannya
sendiri.
4) Kognitif :

4
 Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah dan
kemampuan membuat keputusan
 Mengurusi masalah yang telah lalu dan yang akan datang bukan
masalah yang dihadapi saat ini
 Penurunan fleksibilitas dalam proses pikir
 Kaku ( memikirkan semuanya atau tidak sama sekali )
 Tidak punya kemampuan berimagenasi atau berharap
 Tidak dapat mengidentifikasi atau mencapai target dan tujuan yang
ditetapkan
 Tidak dapat membuat perencanaan, mengatur serta membuat
keputusan
 Tidak dapat mengenali sumber harapan
 Adanya pikiran untuk membunuh diri.

b. Minor ( mungkin ada )


1. Fisiologis
 Anoreksia
 BB menurun
2. Emosional
 Individu marasa putus asa terhadap diri sendiri dan orang lain
 Merasa berada diujung tanduk
 Tegang
 Muak ( merasa ia tidak bisa)
 Kehilangan kepuasan terhadap peran dan hubungan yang ia jalani
 Rapuh

3. Individu memperlihatkan
 Kontak mata yang kurang mengalihkan pandangan dari pembicara
 Penurunan motivasi
 Keluh kesah
 Kemunduran

5
 Sikap pasrah
 Depresi
4. Kognitif

Penuruna kemampuan untuk menyatukan informasi yang diterima

 Hilangnya persepsi waktu tentang mas lalu , masa sekarang , masa


datang
 Bingung
 Ketidakmampuan berkomunikasi secara efektif
 Distorsi proses pikir dan asosiasi
 Penilaian yang tidak logis

2.4 Penatalaksaan medis


a. Psikofarmaka
Terapi dengan obat-obatan sehingga dapat meminimalkan
gangguan keputusasaan.
b. Psikoterapi

adalah terapi kejiwaan yang harus diberikan apabila penderita telah


diberikan terapi psikofarmaka dan telah mencapai tahapan di mana
kemampuan menilai realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri
sudah baik. Psikoterapi ini bermacam-macam bentuknya antara lain
psikoterapi suportif dimaksudkan untuk memberikan dorongan,
semangat dan motivasi agar penderita tidak merasa putus asa dan
semangat juangnya.

Psikoterapi Re-eduktif dimaksudkan untuk memberikan


pendidikan ulang yang maksudnya memperbaiki kesalahan
pendidikan di waktu lalu, psikoterapi rekonstruktif dimaksudkan untuk
memperbaiki kembali kepribadian yang telah mengalami keretakan
menjadi kepribadian utuh seperti semula sebelum sakit, psikologi
kognitif, dimaksudkan untuk memulihkan kembali fungsi kognitif

6
(daya pikir dan daya ingat) rasional sehingga penderita mampu
membedakan nilai- nilai moral etika. Mana yang baik dan buruk, mana
yang boleh dan tidak, dsbnya.

Psikoterapi perilaku dimaksudkan untuk memulihkan gangguan


perilaku yang terganggu menjadi perilaku yang mampu menyesuaikan
diri, psikoterapi keluarga dimaksudkan untuk memulihkan penderita
dan keluarganya.

c. Terapi Psikososial

Dengan terapi ini dimaksudkan penderita agar mampu kembali


beradaptasi dengan lingkungan sosialnya dan mampu merawat diri,
mampu mandiri tidak tergantung pada orang lain sehingga tidak
menjadi beban keluarga. Penderita selama menjalani terapi psikososial
ini hendaknya masih tetap mengkonsumsi obat psikofarmaka.

d. Terapi Psikoreligius

Terapi keagamaan ternyata masih bermanfaat bagi penderita


gangguan jiwa. Dari penelitian didapatkan kenyataan secara umum
komitmen agama berhubungan dengan manfaatnya di bidang klinik.
Terapi keagamaan ini berupa kegiatan ritual keagamaan seperti
sembahyang, berdoa, mamanjatkan puji-pujian kepada Tuhan, ceramah
keagamaan, kajian kitab suci dsb.

e. Rehabilitasi

Program rehabilitasi penting dilakukan sebagi persiapan


penempatan kembali kekeluarga dan masyarakat. Program ini biasanya
dilakukan di lembaga (institusi) rehabilitasi misalnya di suatu rumah
sakit jiwa. Dalam program rehabilitasi dilakukan berbagai kegiatan
antara lain; terapi kelompok, menjalankan ibadah keagamaan
bersama, kegiatan kesenian, terapi fisik berupa olah raga,
keterampilan, berbagai macam kursus, bercocok tanam, rekreasi,

7
dsbnya. Pada umumnya program rehabilitasi ini berlangsung antara 3-
6 bulan. Secara berkala dilakukan evaluasi paling sedikit dua kali yaitu
evaluasi sebelum penderita mengikuti program rehabilitasi dan
evaluasi pada saat si penderita akan dikembalikan ke keluarga dan ke
masyarakat.

8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Kasus terkait


Ny. D usia 30 tahun datang ke RSJ RESPATI pada tanggal 28 november
2018, dengan wajah pasien tampak pucat, penampilan tampak lusuh dan
tidak terawat, saat ditanya pasien hanya diam dengan tatapan kosong.
keluarga yang mengantarkan mengatakan bahwa sudah satu bulan lebih
sejak pasien ditinggal oleh tunangannya pergi dengan wanita lain,pasien
hanya mengurung diri dikamar, tidak mau bersosialisasi dengan
lingkungan terlebih dengan keluarga. keluarga juga mengatakan bahwa
sebelumnya pasien pernah gagal dalam berumah tangga (bercerai) sekitar
1 tahun yang lalu dengan alasan yang sama,dan sejak gagal untuk yang ke-
2 kalinya pasien putus asa dan tidak mau mengenal laki – laki lagi,pasien
juga pernah mencoba untuk mengakhiri hidupnya.saat dilakukan
pengkajian oleh perawat didapatkan hasil TB =160 cm, BB =58 kg
Pengkajian

Nama Perawat : RUSMU YULIARTI

Tanggal Pengkajian : 28

Jam Pengkajian : 14.00

Biodata :

Identitas Pasien
Nama :Ny.D

No.Register :298765

Agama : islam

Pendidikan : Smu

Status Pernikahan : Bercerai

9
Umur : 30 thn

Alamat : Nologaten 23 A

Diagnosa Medis : Isos, RBD,Defisit perawatan diri

Penanggung Jawab

Nama : Murtiyah

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Pedagang

Status Pernikahan : Menikah

Alamat : Nologaten

Hubungan dengan pasien : Kakak pasien

1. Keluhan utama :
1. Alasan Masuk :
Pasien dibawa ke rumah sakit karena pasien selalu mengurung diri
di kamar, tidak mau bersosialisasi dan ada keinginan untuk
mengakhiri hidupnya.
2. Faktor Predisposisi dan Presipitasi
a. Faktor predisposisi : pasien merupakan orang yang
tertutup
b. Faktor presipitasi :pasien putus asa dengna keadaannya
yang selalu mengalami kegagalan dalam menjalin suatu
hubungan
3. Fisik

10
Kepala : rambut pasien kusut, kulit kepala kotor tidak terdapat lesi, tidak
tampak hematom, tidak terdapat nyeri tekan.

Mata : mata pasien tidak konjungtivitis, sayu, tidak terdapat edema,


terdapat lingkaran hitam di kelopak mata bawah.
Hidung : simetris, tidak terdapat lesi, tidak ada gangguan penciuman
Telinga : telinga pasien simetris, tampak kotor, tidak ada gangguan
pendengaran
Mulut : mukosa bibir klien kering, tidak terdapat stomatitis, gigi pasien
kurang bersih
Ekstremitas atas ka/ki : tonus otot kuat
4. Psikososial
Saat dirumah pasien banyak tinggal di rumah,hanya mengurung diri
dikamar, jarang melakukan aktivitas di luar rumah, bahkan pasien malas
bekerja.
5. Genogram

Keterangan :

: Perempuan.

: Laki – laki.

: Garis keturunan.

: Tinggal dalam satu rumah.

: Hubungan pernikahan.

11
: pasien 30 tahun

x : Meninggal

Klien berusia 30 tahun, klien tinggal satu rumah dengan ayah


dan ibunya.

6. Konsep diri
a. Gambaran diri atau citra tubuh:pasien memandang dirinya adalah
seorang wanita yang kurang beruntung
b. Identitas diri :pasien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang wanita
c. Peran diri : pasien mengatakan bahwa dirinya dulunya adalah seorang
istri
d. Ideal diri : pasien mengatakan bahwa lebih baik dia tidak mengenal
laki-laki lagi
e. Harga diri : Pasien mengatakan dirinya tidak berguna lagi,dan putus
asa.

7. Hubungan sosial

Sebelum bercerai dan dibawa ke rumah sakit pasien adalah sosok yang
tidak mudah putus asa, pasien adalah seorang istri yang sangat
menyayangi keluarganya, pasien menganggap keluarganya sangat berarti
baginya. Hubungan sosial pasien dengan lingkungannya sangat baik, tetapi
setelah ditinggal oleh tunanganya untuk yang ke 2 kalinya pasien merasa
seperti sendiri sehingga hanya mengurung diri dikamar.

8. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : pasien menganut agama Islam.
b. Kegiatan ibadah : dulu pasien merupakan sosok yang rajin
beribadah
9. Status Mental
a. Penampilan : Penampilan pasien kuang rapi, tidak
terurus, tampak lelah dan putus asa

12
b. Pembicaraan : pasien sering tidak focus dan melamun
dengan tatapan kosong
10. Aktivitas motorik
a. Hipomotorik :pasien terlihat diam tidak banyak melakukan
aktivitas
b. Hipermotorik : Tidak ada aktivitas hipermotorik yang dilakukan
oleh pasien
c. TIK : Tidak nampak TIK pada diri pasien
d. Agitasi : pasien nampak benci dan marah karena
kegagalannya dalam menjalin suatu hubungan.
e. Grimaseren : Pasien tidak menunjukkan gerakan-gerakan yang
tidak disadari olehnya.
f. Tremor : pasien tidak menunjukkan adanya tremor
g. Kompulsif : pasien tidak menunjukkan kompulsif yang
dilakukan
11. Alam perasaan : Pasien mengatakan sering gelisah memikikan
kegagalan dalam menjalin suatu hubungan, bingung
dan selalu memikirkan masa lalu yang pernah di
alaminya.
12. Afek

Pasien menunjukkan ekspresi yang sesuai

13. Interaksi selama wawancara : Selama dilakukan wawancara pasien terlihat


banyak melamun dan kurang memperhatikan. pasien sering diam dengan
tatapan kosong apabila ditanya tentang masalahnya.
14. Persepsi : pasien merasa bahwa kejadian yang menimpa dirinya
merupakan kesalahan dirinya.
15. Proses pikir
Saat dilakukan pengkajian pasien berbicara sesuai dengan parasaannya dan
apa yang dirasakannya.
a. Isi pikir

13
1) Obsesi : tidak tampak adanya keinginan yang diulang-ulang oleh
pasien
2) Phobia : pasien merasa takut akan gagal dalam suatu hubungan
sehingga pasien merasa putus asa
3) Waham : pasien tidak mengalami waham.
16. Tingkat kesadaran dan orientasi
a. Kesadaran pasien : kesadaran pasien composmetis
b. Orientasi terhadap waktu, tempat, orang : orientasi pasien baik
terhadap waktu, tempat dan
orang
17. Memori
Pasien tidak mengalami gangguan daya ingat jangka panjang, jangka
pendek dan saat ini
18. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Saat dilakukan pengkajian klien kurang konsentrasi.
19. Daya tilik diri : pasien melihat dirinya adalah orang yang belum
beruntung sehingga selalu gagal dalam suatu hubungan
20. Diagnosa medis: keputusasan
21. Program terapi obat yang diberikan : pasien diberikan obat-obat penenang
( diazepam 2mg 3x24 jam,anti depresan,halopenidol dll)

ANALISA DATA

No. Data fokus Diagnosa

14
1. Ds : keluarga yang mengantarkan RBD
mengatakan bahwa pasien pernah mencoba
untuk mengakhiri hidupnya
Do. : saat dilakukan wawancara pasien
hanya diam dengan tatapan kosong

2. Ds :keluarga mengatakan pasien hanya Isolasi sosial


mengurung diri di kamar,tidak mau
berinteraksi dengan lingkungan terlebih
dengan keluarga
Do : pasien tampak menarik diri dari
perawat dan orang-orang yang berusaha
mendekati pasien

3. Ds : - Defisit parawatan diri


Do : wajah pasien tampak
pucat,penampilan tampak lusuh dan tidak
terawat

15
RENCANA KEPERAWATAN

Tanggal/ Diagnosa Tindakan Rasionalisasi


jam
28/11/2018 Isolasi sosial Sp 1 pasien Sp 1 pasien
1. mengidentifikasi penyebab isolasi 1. Mengetahui penyebab
sosial dengan pasien terjadinya isos

2. diskusikan dengan pasien tentang 2. Agar pasien mau


membuka diri dengan
keuntungan berinteraksi dengan orang
lingkungan dan orang-
lain
orang disekitar pasien
3.diskusikan dengan pasien tentang
3. Agar pasien tidak
kerugian tidak berinteraksi dengan
merasa sendiri
orang lain
4. Mempermudah pasien
4.mengajarkan pasien cara berkenalan untuk komunikasi
dengan satu orang dengan lingkungan
5.menganjurkan pasien memasukkan sekitar
kegiatan latihan berbincang-bincang 5. Membantu pasien
dengan orang lain dalam kegiatan memesukkan jadwal ke

harian dalam kegiatan harian


Sp 2 pasien
Sp 2 pasien
1. mengetahui apakah
1. megevaluasi jadwal kegiatan harian
apsien sudah
pasien
melakukan apa yang
2. memberikan kesempatan pada
diajarkan oleh
pasien untuk mempraktekkan cara
perawat
berkenalan dengan satu orang
2. mengetahui sejauh
3. membantu pasien memasukkan
mana kemampuan
kegiatan berbincang-bincang dengan
pasien dalam
orang lain sebagai salah satu
berinteraksi dengan
kegiatan harian
sekitar
Sp 3 pasien
3. agar pasien
1. mengevaluasi jadwal kegiatan harian
memasukkan kegiatan
pasien
yang diajarkan dalm

16
2. memberikan kesempatan pada jadwal kegiatan
pasien mempraktekkan cara harian.
berkenalan dengan 2 orang atau Sp 3 pasien
lebih 1. mengetahui sejauh
3. menganjurkan pasien memasukkan mana kemampuan
dalam kegiatan harian pasien berkomunikasi
Sp 1 keluarga dengan sekitarnya
1. mendiskusikan masalah yang 2. mempermudah pasien
dirasakan keluarga dalam merawat berinteraksi dengan
pasien orang lain
2. menjelaskan pengertian, tanda dan 3. Agar pasien
gejala memasukkan kegitan
3. menjelaskan cara merawat pasien yang diajarkan dalm
isos. kegiatan harian
Sp 1 keluarga
Sp 2 keluarga 1. untuk mengetahui
masalah yang dirasakan
1. melatih keluarga mempraktekkan keluarga saat merawat
cara merawat pasien dengan isos pasien
2. melatih keluarga cara merawat 2. membantu keluarga
langsung pasien isos dalam memahami tanda
Sp 3 keluarga dan gejala
1. membantu keluarga membuat jadwal 3. untuk mengetahui cara
aktivitas dirumah termasuk minum merawat pasien dengan
obat isos
2. menjelaskan follow up pasien sp 2 keluarga
setelah pulang 1. agar keluarga dapat
1.melakukan dengan benar
perawatan pada psien
dengan isos
2.agar keluarga pasien
terbiasa dan terlatih dalam

17
merawat keluarganya.
Sp 3 keluarga
1. agar keluarga pasien
dapat memberi obat
dengan tepat pada
pasien
2. agar keluarga pasien
mengingat apa yang
perlu dilakukan kepada
pasien
29/11/2018 RBD Sp 1 pasien Sp 1 pasien
1. mengidentifikasi benda-benda yang 1. mengetahui benda-
dapat membahayakan pasien benda yang dapat
2. mengamankan benda-benda yang membahayakan pasien
dapat membahayakan pasien 2. menjauhkan benda-
3. mengajarkan cara mengendalikan benda yang dapat
dorongan bunuh diri membahayakan pasien
4. melatih cara mengendalikan 3. membantu pasien
dorongan bunuh diri dalam mengendalikan
Sp 2 pasien dorongan untuk bunuh
1. mengendalikan aspek positif pasien diri
2. mendorong pasien untuk berfikir 4. membantu pasien
positif terhadap diri dalam mengendalikan
3. mendorong pasien untuk menghargai keinginan untuk bunuh
diri sebagai individu yang berharga diri
Sp 3 pasien sp 2 pasien
1. mengidentifikasi pola koping yang 1. membantu pasien
biasa diterapkan pasien mengasah kemampuan
2. menilai pola koping yang biasa positif yang
dilakukan dimilikinya
3. mengidentifikasi pola koping yang 2. untuk membantu pasien
konstruktif agar menghilangkan

18
4. mendorong pasien memilih pola pikiran untuk bunuh
koping yang konstruktif diri
5. menganjurkan pasien menerapkan 3. membantu pasien cara
pola koping yang konstruktif dalam menghargai diri sendiri
kegiatan harian pasien sp 3 pasien
Sp 4 pasien 1. mengetahui pola
1. membuat rencana masa depan yang koping yang bisa
realistis bersama pasien diterapkan pada pasien
2. mengidentifikasi cara mencapai 2. menilai sejauh mana
masa depan yang realistis pola koping yang
3. memberi dorongan pasien dimiliki pasien
melakukan kegitan dalam rangka 3. mengetahui pola kiping
meraih masa depan yang realistis ya ng konstruktif
Sp 1 keluarga 4. membantu pasien
1. mendiskusikan masalah yang dalam memilih pola
dirasakan keluarga dalam merawat koping yang
pasien konstruktif
2. menjelaskan pengartian, tanda dan 5. agar pasien
gejala resiko bunuh diri dan jenis mamasukkan
perilaku bunuh diri serta proses kegiatanyang diajarkan
terjadinya pada pasien dalam kegiatan harian
3. menjalaskan cara merawat pasien sp 4 pasien
dengan resiko bunuh diri 1. membantu pasien
sp 2 keluarga membuat rencana masa
1. melatih keluarga mempraktekkan depan yang realistis
cara merawat pasien dengan resiko 2. mengetahui cara
bunuh diri mencapai masa depan
2. melatih keluarga melakukan cara yang realistis
merawat langsung pada pasien 3. mendukung pasien
dengan resiko bunuh diri untuk meraih masa
Sp 3 keluarga depan yang realistis
1. membantu keluarga membuat jadwal sp 1 keluarga

19
aktivitas dirumah termasuk minum 1. agar perawat
obat mengetahui masalah
2. mendiskusikan sumber rujukan yang yang dirasakan
bisa dijangkau oleh keluarga keluarga dalam
merawat pasien
2. membantu keluarga
dalm mengenali tanda
dan gejala serta proses
terjadinya RBD
3. memantu keluarga
pasien cara merawat
pasien dengan resiko
bunuh diri
sp 2 keluarga
1. agar keluarga pasien
dapat melakukan
perawatan pada pasien
secara benar
2. agar keluarga pasien
terbiasa dan terlatih
merawat keluarganya
dengan RBD
sp 3 keluarga
1. agar keluarga pasien
dapat memberi obat
dengan tepat dan benar
pada pasien
2. mempermudah
keluarga dalam
mencari rujukan yang
tepat pada pasien
30/112018 Defisit Sp 1 pasien Sp 1 pasien

20
perawatan 1. menjelaskan pentingnya kebersihan 1. mengetahui pentingnya
diri diri kebersihan diri
2. menjelaskan cara menjaga 2. Mengetahui cara
kebersihan diri menjaga kebersihan
3. membantu pasien mempraktekkan diri
cara menjaga kebersihan diri 3. Agar pasien
4. menganjurkan pasien memasukkan mengetahui cara
dalam dalam jadwal kegiatan harian menjaga kebersihan
Sp 2 pasien diri
1. mengavaluasi jadwal harian pasien 4. Membantu pasien
2. menjelaskan cara makan yang baik memasukkan dalam
3. membantu pasien mempraktekkan jadwal harian
cara makan yang baik Sp 2 pasien
4. menganjurkan pasien memasukkan 1. untuk mengetahui
dalam jadwal kegiatan harian apakah pasien sudah
Sp 3 pasien melakukan apa yang
1. mengevaluasi jadwal harian pasien sudah diajarkan oleh
2. menjelaskan cara eliminasi yang perawat
baik 2. mengetahui cara makan
3. membantu pasien mempraktikkan yang baik
cara eliminasi yang baik 3. membantu pasien
4. menganjurkan pasien memasukkan mempraktekkan cara
jadwal dalam kegitan harian makan yang baik
Sp 4 pasien 4. agar pasien
1. mengevaluasi jadwal harian pasien memasukkan kegitan
2. menjelaskan cara berdandan yang yang diajarkan oleh
baik perawat dalam kegiatan
3. membantu pasien mempraktekkan harian
cara berdandan yang baik sp 3 pasien
4. menganjurkan pasien memasukkan 1. mengetahui sejauh
dalam jadwal kegiatan harian mana pasien
Sp 1 keluarga memahami apa yang

21
1. mendiskusikan masalah yang diajarkan perawat
dirasakan keluarga dalam merawat 2. mengetahui cara
pasien eliminasi yang baik
2. menjelaskan pengertian, tanda dan 3. agar pasien tahu cara
gejala,dan jenis defisit parawatan eliminasi yang baik
diri 4. agar pasien
3. menjelaskan cara merawat pasien memasukkan kegiatan
dengan DPD yang diajarkan perawat
sp 2 keluarga dalam kegiatan harian
1. melatih keluarga mempraktekkan sp 4 pasien
cara merawat pasien dengan DPD 1. mengetahui sejauh
2. melatih keluarga melakukan cara mana pemahaman
merawat langsung pasien dengan pasien tentang apa
DPD yang diajarkan oleh
Sp 3 keluarga perawat
1. membantu keluarga membuat jadwal 2. mengetahui cara
aktivitas dirumah termasuk minum berdandan yang baik
obat 3. agar pasien tahu cara
2. menjelaskan follow up pasien berdandan yang baik
setelah pulang 4. agar pasien
memasukkan kegiatan
yang diajarkan perawat
dalam kegiatan harian
sp 1 keluarga
1. mengetahui masalah
yang dirasakan
keluarga dalam
merawat pasien
2. membantu keluarga
dalam mengenali tanda
dan gejala DPD
3. membantu keluarga

22
pasien cara merawat
pasien
sp 2 keluarga
1. agar keluarga dapt
melakukan dengan
benar cara merawat
pasien
2. agar keluarga terbiasa
dan terlatih merawat
keluarganya.
Sp 3 keluarga
1. agar keluarga dapat
memberi obat dengan
tepat dan benar
2. agar keluarga dapat
mengingat apa yang
perlu dilakukan pada
pasien.

23
CATATAN PERKEMBANGAN

Tgl Waktu Implementasi Evaluasi TT


D
1/12/ 09.00 Sp 1 pasien S :-
2018 1. Mengidentifikasi benda-benda O : pasien tampak mulai bisa
yang dapat membahayakan mengendalikan keinginan bunuh
pasien dirinya
O : keluarga pasien A : tujuan tercapai
mengetahui benda-benda yang P :intervensi dihentikan
dapat membahayakan pasien
S : Keluarga mengatakan
sudah menjauhkan benda-
benda yang dapat
membahayakan pasien
2. Mengamankan benda-benda
yang dapat membahayakan
pasien
S : keluarga mengetahui
benda-benda yang dapat
membahaykan pasien
O : keluarga menjauhkan
benda-benda yang dapt
membahayakan pasien
3. mengajarkan cara
mengendalikan dorongan
bunuh diri
S :-
O : pasien tampak bisa

24
mengendalikan dorongan
bunuh dirinya
4. melatih cara mengendalikan
dorongan bunuh diri
RS : -
RO : pasien tampak bisa
mengendalikan keinginan
bunuh diri
Sp 2 pasien
1. mengendalikan aspek positif
pasien
RS :-
RO : pasien tampak punya
semangat
2. mendorong pasien untuk
berfikir positif terhadap diri
RS :-
RO :pasien tampak bisa
berfikir positif trehadap
dirinya
3. mendorong pasien untuk
menghargai diri sebagai
individu yang berharga
S:-
O : Pasien tampak bisa
menghargai diri sendiri
Sp 3 pasien
1. mengidentifikasi pola koping
yang bisa diterapkan pasien
S:-
O : Pasien dapat menerapkan
pola koping yang positif

25
2. menilai pola koping yang bisa
dilakukan
S:-
O : Pasien dapat melakukan
koping yang bisa dilakukannya
3. mengidentifikasi pola koping
yang konstruktif
S:-
O: pasien terlihat dapat
mengidentifikasi pola koping
yang konstruktif
4. mendorong pasien memilih
pola koping yang konstruktif
S:-
O : pasien dapat memilih pola
koping yang konstruktif
5. menganjurkan pasien
menerapkan pola koping yang
konstruktif dalam kegiatan
harian pasien
S :-
O : Pasien dapat menerapkan
pola koping yang konstruktif
ke dalam kegiatan harian
Sp 4 pasien
1. membuat rencana masa depan
yang realistis bersama pasien
S:-
O : pasien dapat membuat
rencana masa depan yang
realitis
2. mengidentifikasi cara

26
mencapai masa depan yang
realistis
S:-
O : Pasien dapat
mengidentifikasi cara
mencapai masa depan yang
realitis
3. memberi dorongan pasien
melakukan kegiatan dalam
rangka meraih masa depan
yang realistis
S :-
O : pasien terlihat terdorong
untuk meraih masa depannya.

27
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Keputusasaan merupakan keadaan subjektif seorang individu yang
melihat keterbatasan atau tidak ada alternatif atau pilihan pribadi yang
tersedia dan tidak dapat memobilisasi energy yang dimilikinya (NANDA,
2005).

Keputusasaan mengggambarkan individu yang tidak melihat


adanya kemungkinan untuk memperbaiki hidupnya dan bersih keras
mengatakan bahwa tidak ada seorangpun yang dapat membantunya.
Keputusasaan berbeda dengan ketidakberdayaan , orang yang putus
asa tidak melihat adanya solusi untuk permasalahannya atau tidak
menemukan cara untuk mencapai apa yang diinginkannya. Sebalikkya
orang yang tidak berdaya masih dapat menemukan alternatif atau untuk
masalah tersebut, tetapi tidak mampu melakukan sesuatu untuk
mewujudkannya karena kurangnya kontrol dan sumber yang tersedia.

4.2 Saran
1. Bagi seorang perawat perlu memperhatikan kondisi klien secara
komprehensif, tidak hanya fisik tetapi semua aspek manusia sebagai
satu kesatuan yang utuh yang meliputi biopsikososialkultural.
2. Bagi mahasiswa diharapkan dapat makin memperbanyak pengetahuan
dari berbagai referensi tentang Asuhan keperawatan Pada pasien dengan
keputusasaan.
3. Bagi dunia keperawatan diharapkan berperan serta dalam peningkatan
kualitas perawat dengan cara menyediakan akses yang mudah bagi
perawat untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang sesuai dengan
perkembangan untuk mengatasi masalah pada pasien dengan
keputusasaan.

28
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, N. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan


Pendahuluan Dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP
dan SP). Jakarta: Salemba Medika.

Hawari, D. 2003. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa: Skizofrenia.


Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Riyadi, S. Dan Purwanto, T. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:


Graha Ilmu.

Stuart & Sundden. 1995. Principle & Praktice of Psychiatric Nursing, ed.
Ke-5. St Louis: Mosby Year Book.

Townsed, M. C. 1998. Diagnosa Keperawatan Psikiatri, Edisi 3. Jakarta:


EGC.

Yosep, I. 2009. Keperawatan Jiwa. Jakarta: Refika Aditama.

29

Anda mungkin juga menyukai