Anda di halaman 1dari 14

ASKEP

DISTRESS
SPIRITUAL

Rahajeng WM,MNS
DEFINISI

– Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan


mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri, orang lain, seni,
musik, literature, alam dan kekuatan yang lebih besr dari dirinya (Nanda, 2005).
– Definisi lain mengatakan bahwa distres spiritual adalah gangguan dalam prinsip
hidup yang meliputi seluruh kehidupan seseorang dan diintegrasikan biologis
dan psikososial (Varcarolis, 2000).
– Dengan kata lain kita dapat katakan bahwa distres spiritual adalah kegagalan
individu dalam menemukan arti kehidupannya.
PATOFISIOLOGI

– Tidak bisa dilepaskan dari stress dan struktur serta fungsi otak.
– Stress adalah realitas kehidupan manusia sehari-hari. Setiap orang tidak dapat dapat
menghindari stres, namun setiap orang diharpakan melakukan penyesuaian terhadap
perubahan akibat stres. Ketika kita mengalami stres, otak kita akan berespon untuk
terjadi.
– Stres akan menyebabkan korteks serebri mengirimkan tanda bahaya ke hipotalamus.
Hipotalamus kemudian akan menstimuli saraf simpatis untuk melakukan perubahan.
Sinyal dari hipotalamus ini kemudian ditangkap oleh sistem limbik dimana salah satu
bagian pentingnya adalah amigdala yang bertangung jawab terhadap status emosional
seseorang. Gangguan pada sistem limbik menyebabkan perubahan emosional, perilaku
dan kepribadian. Gejalanya adalah perubahan status mental, masalah ingatan,
kecemasan dan perubahan kepribadian termasuk halusinasi (Kaplan et all, 1996),
depresi, nyeri dan lama gagguan (Blesch et al, 1991).
– Kegagalan otak untuk melakukan fungsi kompensasi terhadap stresor akan
menyebabkan seseorang mengalami perilaku maladaptif dan sering
dihubungkan dengan munculnya gangguan jiwa. Kegagalan fungsi kompensasi
dapat ditandai dengan munculnya gangguan pada perilaku sehari-hari baik
secara fisik, psikologis, sosial termasuk spiritual.
– Gangguan pada dimensi spritual atau distres spritual dapat dihubungkan
dengan timbulnya depresi.
– Tidak diketahui secara pasti bagaimana mekanisme patofisiologi terjadinya
depresi. Namun ada beberapa faktor yang berperan terhadap terjadinya depresi
antara lain faktor genetik, lingkungan dan neurobiologi.
– Perilaku ini yang diperkirakan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang
dalam memenuhi kebutuhan spiritualnya sehingga terjadi distres spritiual
karena pada kasus depresi seseorang telah kehilangan motivasi dalam
memenuhi kebutuhannya termasuk kebutuhan spritual.
KRITERIA DISTRESS SPIRITUAL

A. Hubungan dengan diri


– Ungkapan kekurangan
– Harapan
– Arti dan tujuan hidup
– Perdamaian/ketenangan
– Penerimaan
– Cinta
– Memaafkan diri sendiri
– Keberanian
B. Marah
C. Kesalahan
D. Koping yang buruk
Hubungan dengan orang lain
– Menolak berhubungan dengan tokoh agama
– Menolak interaksi dengan tujuan dan keluarga
– Mengungkapkan terpisah dari sistem pendukung
– Mengungkapkan pengasingan diri
Hubungan dengan seni, musik, literatur, dan alam
– Ketidakmampuan untuk mengungkapkan kreativitas (bernyanyi, mendengarkan musik,
menulis)
– Tidak tertarik dengan alam
– Tidak tertarik dengan bacaan keagamaan
Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari dirinya
– Ketidakmampuan untuk berdo’a
– Ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan
– Mengungkapkan terbuang oleh atau karena kemarahan Tuhan
– Meminta untuk bertemu dengan tokoh agama
– Tiba-tiba berubah praktik agama
– Ketidakmampuan untuk introspeksi
– Mengungkapkan hidup tanpa harpaan, menderita
PENYEBAB

Menurut Vacarolis (2000) penyebab distres spiritual adalah sebagai berikut :


– Pengkajian Fisik = Abuse
– Pengkajian Psikologis = Status mental, mungkin adanya depresi, marah,
kecemasan, ketakutan, makna nyeri, kehilangan kontrol, harga diri rendah, dan
pemikiran yang bertentangan (Otis-Green, 2002).
– Pengkajian Sosial Budaya = dukungan sosial dalam memahami keyakinan klien
(Spencer, 1998).
FAKTOR PREDISPOSISI

– Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi kognitif seseorang


sehingga akan mengganggu proses interaksi dimana dalam proses interaksi ini
akan terjadi transfer pengalaman yang pentingbagi perkembangan spiritual
seseorang.
– Faktor frediposisi sosiokultural meliputi usia, gender, pendidikan, pendapattan,
okupasi, posisi sosial, latar belakang budaya, keyakinan, politik, pengalaman
sosial, tingkatan sosial.
FAKTOR PRESIPITASI

– Kejadian Stresful
Mempengaruhi perkembangan spiritual seseorang dapat terjadi karena perbedaan
tujuan hidup, kehilangan hubungan dengan orang yang terdekat karena kematian,
kegagalan dalam menjalin hubungan baik dengan diri sendiri, orang lain, lingkungan
dan zat yang maha tinggi.
– Ketegangan Hidup
Beberapa ketegangan hidup yang berkonstribusi terhadap terjadinya distres spiritual
adalah ketegangan dalam menjalankan ritual keagamaan, perbedaan keyakinan dan
ketidakmampuan menjalankan peran spiritual baik dalam keluarga, kelompok
maupun komunitas.
PENGKAJIAN
Salah satu instrumen yang dapat digunakan adalah Puchalski’s FICA Spritiual
History Tool (Pulschalski, 1999) :
– F : Faith atau keyakinan (apa keyakinan saudara?) Apakah saudara memikirkan
diri saudara menjadi sesorang yang spritual ata religius? Apa yang saudara
pikirkan tentang keyakinan saudara dalam pemberian makna hidup?
– I : Impotance dan influence. (apakah hal ini penting dalam kehidupan saudara).
Apa pengaruhnya terhadap bagaimana saudara melakukan perawatan terhadap
diri sendiri? Dapatkah keyakinan saudara mempengaruhi perilaku selama sakit?
– C : Community (Apakah saudara bagian dari sebuah komunitas spiritual atau
religius?) Apakah komunitas tersebut mendukung saudara dan bagaimana?
Apakah ada seseorang didalam kelompok tersebut yang benar-benar saudara
cintai atua begini penting bagi saudara?
– A : Adress bagaimana saudara akan mencintai saya sebagai seorang perawat,
untuk membantu dalam asuhan keperawatan saudara?
Pengkajian aktifitas sehari-hari pasian yang mengkarakteristikan distres spiritual,
mendengarkan berbagai pernyataan penting seperti :
– Perasaan ketika seseorang gagal
– Perasaan tidak stabil
– Perasaan ketidakmmapuan mengontrol diri
– Pertanyaan tentang makna hidup dan hal-hal penting dalam kehidupan
– Perasaan hampa
DIAGNOSA

– Distress Spiritual
INTERVENSI

– Sp. 1-P : Bina hubungan saling percaya dengan pasien, kaji faktor penyebab
distress spiritual pada pasien, bantu pasien mengungkapkan perasaan dan
pikiran terhadap agama yang diyakininya, bantu klien mengembangkan
kemampuan untuk mengatasi perubahan spritual dalam kehidupan.
– Sp. 2-P : Fasilitas klien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinan klien, fasilitas
klien untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain, bantu pasien
untuk ikut serta dalam kegiatan keagamaan.

Anda mungkin juga menyukai