Anda di halaman 1dari 8

TREND DAN ISSUE DALAM KEPERWATAN SERTA

PERAN PERAWAT JIWA

Disusun oleh :

Nama : Marlina samaili

Tingkat : 2A

Tugas : Keperawatan Kesehatan Jiwa 1

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STELLA MARIS


MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2021/2022


 TREN DAN ISSUE DALAM KEPERAWATAN

   Definisi Trend dan Issu Keperawatan


Trend dan Issu Keperawatan adalah sesuatu yang sedang d.bicarakan banyak orang
tentang praktek/mengenai keperawatan baik itu berdasarkan fakta ataupun tidak, trend
dan issu keperawatan tentunya menyangkut tentang aspek legal dan etis keperawatan.
Saat ini trend dan issu keperawatan yang sedang banynak dibicarakan orang adalah
Aborsi, Eutanasia dan Transplantasi organ manusia, tentunya semua issu tersebut
menyangkut keterkaitan dengan aspek legal dalam etis keperawatan

Tingkat Kecanduan Media Sosial pada Remaja


Rizki Aprilia, Aat Sriati, Sri Hendrawati

Aktivitas penggunaan media sosial di Indonesia didominasi oleh kalangan remaja. Media sosial
memberikan dampak negatif pada remaja, salah satunya adalah kecanduan. Hal tersebut dapat
mengganggu berbagai kegiatan, termasuk belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
kecanduan media sosial pada remaja. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi
pada penelitian ini adalah siswa-siswi SMAS Plus Al-Falah kelas X, XI dan XII yang tinggal bersama orang
tua jumlah 72 siswa. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan total sampling. Data yang
dikumpulkan menggunakan instrumen yang dibuat oleh Sahin (2018) dan dianalisis dengan analisis
deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar remaja atau sebanyak 51,4%
mengalami kecanduan media sosial tingkat rendah, hampir setengah dari remaja atau sebanyak 48,6%
mengalami kecanduan media sosial tingkat tinggi. Kecanduan media sosial pada remaja penting untuk
segera diatasi agar tidak semakin mengalami peningkatan. Oleh karena itu, disarankan bagi pihak sekolah
untuk mengetahui tentang jiwa terkait pencegahan kecanduan media sosial yaitu dengan pendidikan
kesehatan penggunaan media sosial yang baik dan dampak negatif kecanduan media sosial. Hasil survei
yang dilakukan Asosiasi

Penyelenggara Jasa Internet Indonesia

(2017) menyatakan bahwa pertumbuhan

pengguna internet di Indonesia dari tahun

ke tahun semakin mengalami peningkatan.

Tahun 2017 merupakan tahun dengan

jumlah pengguna internet tertinggi, yaitu


sebanyak 143,26 juta jiwa dari total populasi

penduduk Indonesia yaitu sekitar 262 juta

orang. Angka tersebut meningkat 10,56 juta

jiwa, jika dibandingkan dengan pengguna

internet pada tahun 2016. Jumlah pengguna

internet tertinggi berada di pulau Jawa,

tepatnya sebanyak 86,3 juta orang atau

sekitar 58,08%. Durasi penggunaan media

sosial per hari yaitu 1-3 jam (43,89%), 4-7

jam (29,63%) dan lebih dari 7 jam (26,48%).

Konten media sosial yang sering dikunjungi

menurut survei Asosiasi Penyelenggara Jasa

Internet Indonesia (2016) yaitu facebook

(54%), instagram (15%), youtube (11%),

google (6%), twitter (5,5%) dan linkedin

(0,6%).

Media sosial dapat diakses oleh berbagai

kalangan masyarakat, salah satunya adalah

remaja yang merupakan pengguna tertinggi

media sosial yaitu dengan persentase

75,50% (Asosiasi Penyelenggara Jasa

Internet Indonesia, 2017). Masa remaja

merupakan masa transisi dari kanakkanak menuju dewasa dengan berbagai

perubahan baik secara biologis, kognitif dan

sosioemosional. Jika dilihat dari perubahan

sosioemosional yang dialami remaja, yaitu

lebih mementingkan teman sebayanya dan

muncul permasalahan pada orang tuanya


(Santrock, 2007). Hal ini menyebabkan

masa remaja relatif bergejolak dibandingkan

dengan masa perkembangan lainnya. Hal

tersebut menyebabkan masa remaja menjadi

sangat penting untuk diperhatikan.

Tahapan yang sangat penting dilalui oleh

remaja yaitu ketika pada masa remaja tengah.

Hal tersebut dikarenakan pada masa ini remaja

berada pada tahap masa pencarian identitas

diri, sangat membutuhkan peran teman

sebaya, berada dalam kondisi kebingungan

karena belum mampu menentukan

aktivitas yang bermanfaat serta memiliki

keingintahuan yang tinggi terhadap berbagai

hal yang belum diketahuinya (Sarwono,

2011). Pada penggunaan media sosial, remaja

usia tengah cenderung menggunakannya

untuk memenuhi keingintahuan terhadap

berbagai hal yang terdapat di media sosial

dan juga remaja menggunakan media sosial

karena media sosial sedang menjadi trend

di kalangan teman sebayanya. Hal tersebut

didukung oleh penelitian Andarwati (2016)

terkait penggunaan media sosial pada siswa

kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta tergolong

tinggi, yaitu sebanyak 76% siswa berada

pada kategori tinggi pemakaian media sosial.

Hasil penelitian lainnya juga menunjukkan


bahwa lebih dari sebagian responden pada

remaja tengah (siswa SMA) yaitu sebanyak

43 orang (50,6%) berada pada kategori tinggi

dalam pemakaian media sosial (Ariani, Elita

& Zulfitri, 2009).

Kebanyakan dari remaja beranggapan

bahwa semakin aktif dirinya di media sosial,

maka mereka akan semakin dianggap keren

dan gaul. Sedangkan, remaja yang tidak

memiliki media sosial biasanya dianggap

kurang gaul atau ketinggalan jaman (Suryani

& Suwarti, 2014). Padahal remaja sebagai

salah satu pengguna media sosial masih belum

mampu memilah aktivitas yang bermanfaat.

Mereka juga cenderung mudah terpengaruh

terhadap kehidupan sosial yang ada di media

sosial, tanpa memikirkan dampak positif dan

negatif yang ditimbulkan dari aktivitasnya

(Ekasari & Dharmawan, 2012). Penggunaan

media sosial membawa dampak positif

yaitu memberikan banyak kemudahan bagi

remaja, seperti sebagai media sosialisasi dan

komunikasi dengan teman, keluarga ataupun

guru, media diskusi terkait tugas di sekolah

dengan teman dan mendapatkan informasi

terkait kesehatan secara online (O’Keeffe

et al., 2011). Sedangkan menurut Oetomo

(2007) media sosial memfasilitas remaja


untuk dapat belajar berbisnis dalam mencari

uang melalui e-commerce.

Media sosial memang memberikan banyak

dampak positif bagi remaja, tetapi juga

memberian dampak negatif bagi kehidupan

remaja. Hal tersebut dikarenakan remaja

tidak mampu dalam mengontrol penggunaan

media sosial (Daviz, 2001). Jika remaja tidak

mampu dalam mengontrolnya, maka waktu

dalam penggunaannya akan meningkat dan

dapat menyebabkan kecanduan terhadap

media sosial (Thakkar, 2006).

 PERAN PERAWAT JIWA


1. Peran perawat kesehatan jiwa dalam pelaksanaan program.  

Perawat kesehatan jiwa memiliki peran sebagai pemberi asuhan keperawatan langsung.
Peran  yang pertama adalah memberikan tindakan keperawatan pada keluargadan
penderita. Perawat kesehatan jiwa menyatakan pernah memberikan tindakan
keperawatan kepada keluarga dan penderita. Namun, tindakan ke- perawatan yang
diberikan tidak setiap hari atau bersifat situasional dikunjungi. Contoh tindakan
keperawatan yang dilakukan perawat adalah mengajak keluarga untuk memandikan
penderita, mengajarkan penderita cara menangani halusinasi, mengarahkan keluarga
agar tidak membiarkan penderita sendirian, memberikan penderita kesibukan serta
memberikan arahan kepada keluarga untuk memberikan obat secara teratur kepada
penderita.

2. Peran perawat sebagai pendidik.  


Sebagai pendidik, peran perawat yang pertama adalah dengan memberikan pendidikan
kesehatan jiwa kepada keluarga. Berdasarkan hasil FGD, perawat kesehatan jiwa
memberikan pendidikan kesehatan jiwa kepada keluarga seperti menyarankan keluarga
agar memperlakukan penderita dengan baik, mengarahkan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan dasar penderita, misalnya mandi, makan, mengajak penderita untuk
berkomunikasi, mengajak penderita bersosialisasi ke lingkungan sekitar penderita,
mengajak penderita untuk berkomunikasi, atau memberikan kesibukan pada penderita

3. Peran perawat sebagai koordinator kegiatan. 

Sebagai koordinator kegiatan, perawat berperan dalam memetakan kasus pasung.


Perawat berperan dalam ikut serta dalam pemberdayaan mantan penderita gangguan
jiwa. Selain melepaskan dan merawat penderita, kegiatan perawat kesehatan jiwa yang
lain adalah bersama-sama tim RSJ Provinsi NTB, Dinas kesehatan Kota Mataram, serta
institusi pendidikan yang berada di Kota Mataram melakukan pemberdayaan terhadap
mantan penderita.

Peran Sebagai Edukator

Peran ini dilakukan untuk:

-Meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan dan kemampuan klien mengatasi kesehatanya.

-Perawat memberi informasi dan meningkatkan perubahan perilaku klien

DAFTAR PUSTAKA

Education:

Konsep, teknologi dan aplikasi internet

pendidikan. Yogyakarta: Andi Offset.

[2/3 23.24] Vithalia Bar2: Muna, R.F., & Astuti, T.P. (2014). Hubungan
antara kontrol diri dengan kecenderungan

kecanduan media sosial pada remaja akhir.

Empati-E Journal UNDIP, 3(4), 1–9.

Retrieved from https://ejournal3.undip.ac.id

Anda mungkin juga menyukai