Anda di halaman 1dari 17

METODOLOGI KEPERAWATAN

REVIEW JURNAL

DOSEN PENGAJAR : Ns. Hermansyah, M.Kep

KELOMPOK 1 :
1. ADITYA TRI KAMILA F.
2. ATHENDI PUTRA PRATAMA
3. RIZKA VELIA
4. SAUM INDAYANA
5. TRY ARMA AYU
6. YULIANA DEWI

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
PRODI SARJANA TERAPAN JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2021/2022

1
PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN
TERHADAP SIKAP REMAJA DALAM MERAWAT ORGAN
REPRODUKSI

Sholaikhah Sulistyoningtyas, Didik Tamtomo, dan Nunuk Suryani


Universitas Aisyiyah Yogyakarta
email: tyaslauzah11@gmail. com

Abstrak: Penyuluhan Kesehatan Pengaruhnyaterhadap Sikap Remaja dalam Merawat


Organ Reproduksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan
kesehatan terhadap sikap merawat organ reproduksi ditinjau dari akses media social pada
remaja putri. Penelitian menggunakan metode eksperimen semu (Quasi Eksperimen) dengan
rancangan post test control group design. Populasi dalam penelitian adalah remaja putri kelas
X SMAN Kerjo Karangnyar sejumlah 60 remaja putri. Kelompok perlakuan 30 remaja putri
dan kelompok kontrol 30 diambil dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data
menggunakan kuesioner dan analisis menggunakan uji beda t-test. Hasil penelitian
menunjukkan nilai p = 0,000, 0,05. Artinya, terdapat perbedaan antara kelompok perlakuan
dan kelompok control yang akses media keduanya tinggi maupun rendah. Ada pengaruh
penyuluhan tentang kesehatan terhadap sikap merawat organ reproduksi ditinjau dari akses
media sosial.

Kata kunci: penyuluhan, sikap,perawatan organ reproduksi, akses media sosial

Abstract:The Effect of Health Awareness on Adolescent Attitude in Treating Reproductive


Organs. This study was aimed at determining the effect of health education on reproductive
organs caring attitude in adolescent girls viewed from the social media. The medtod used in
this study was a quasi-experimental using post test control group design. The population in
the study were 60 girl students from SMAN X Kerjo Karangnyar, in which 30 girls in
treatment group and the others 30 girls were in control group. The sampling were taken
with purposive sampling technique. The data were collected using questionnaires and
analyzed using t-test. The results show the value of p = 0. 000, 0.05. It indicates that there is
a difference between the treatment group and the control group media access both high and
low. The conclusion is there is the in luence of education on the attitudes of health care for
the reproductive organs in terms of social media access.

Keywords: education, attitude, treatment of reproductive organs, social media access

PENDAHULUAN
isik, mental, dan sosial secara utuh, tidak
Masa remaja (usia 11-20 tahun)
semata-mata bebas dari penyakit atau
adalah masa yang khusus dan penting,
kecacatan dalam semua hal yang berkaitan
karena merupakan periode pematangan
dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan
organ reproduksi manusia. Masa remaja
prosesnya.
disebut juga masa pubertas. Kesehatan
masa remaja adalah de inisi kesehatan De inisi ini sejalan dengan yang ada di
reproduksi yaitu suatu keadaan sejahtera Undang-Undang Nomor 36/2009 tentang
Kesehatan yang menyatakan bahwa

2
Pengaruh Penyuluhan Kesehatan...(Sholaikhah S.
dkk.)

kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat perolehan informasi seperti kecakapan


secara isik mental dan sosial secara komunikasi, harga komunikasi, persepsi
utuh tidak semata-mata bebas dari penyakit pihak-pihak yang berkomunikasidan
dan kecacatan yang berkaitan dengan fasilitas tempat mengakses informasi
sistem reproduksi pada laki-laki dan (Kurnia, 2005). Komunikasi bermedia
perempuan. Kesehatan reproduksi adalah internet merupakan konsep dan area
sehat saat hamil, melahirkan dan setelah studi yang relatif masih update.
melahirkan, pengaturan kehamilan, alat Komunikasi bermedia internet adalah
kontrasepsi dan kesehatan seksual serta penggunaan komputer berserta fasilitas dan
sistem reproduksi. Masa transisi yang unik kemampuan untuk didayagunakan sebagai
ditandai dengan berbagai perubahan penyampai pesan baik bersifat massa
isik, emosi, dan psikis. Remaja berada ataupun pribadi (Effendi, 2010). Pada
dalam situasi yang sangat peka terhadap dasarnya, media sosial merupakan
pengaruh nilai baru, terutama bagi mereka perkembangan mutakhir dari teknologi-
yang tidak mempunyai daya tangkal. teknologi web baru berbasis internet, yang
Mereka cenderung lebih mudah melakukan memudahkan semua orang untuk dapat
penyesuaian dengan arus globalisasi dan berkomunikasi, berpartisipasi, saling
arus informasi yang bebas yang dapat berbagi, dan membentuk sebuah jaringan
menyebabkan terjadinya perubahan secara online sehingga dapat
perilaku menyimpang karena adaptasi menyebarluaskan berbagai konten
terhadap nilai nilai yang datang dari luar mereka sendiri. Post di blog, tweeet, atau
(Uripni, Sujianto, & Indrawati, 2003). Arus video youtube dapat diproduksi dan dapat
informasi bisa berasal dari orang tua, dilihat secara langsung oleh jutaan orang
penyuluhan media massa dan sosial. secara gratis (Zarella, 2010).
Septalia (2010) menyatakan bahwa Organ reproduksi merupakan daerah
penyuluhan kesehatan adalah kegiatan tertutup dan berlipat sehingga lebih
pendidikan yang dilakukan dengan cara mudah untuk berkeringat, lembab, dan
menyebarkan pesan atau menanamkan kotor. Sikap dan perilaku yang buruk
kenyakinan sehingga masyarakat tidak saja dalam menjaga kebersihan genitalia,
sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau seperti mencucinya dengan air kotor,
dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada memakai pembilas secara berlebihan,
hubungannya dengan kesehatan. menggunakan celana yang tidak menyerap
Penyuluhan dalam bidang kesehatan keringat, jarang mengganti celana dalam,
biasanya dilakukan dengan cara promosi dan tak sering mengganti pembalut dapat
atau pendidikan kesehatan. menjadi pencetus timbul infeksi. Jadi,
Kurnia (2005) dalam bukunya pengetahuan dan sikap dalam menjaga
Jurnalisme Kontemporer, menyatakan bah- kebersihan genitalia eksternal merupakan
wa internet merupakan sebuah medium faktor penting dalam pencegahan infeksi.
terbaru yang mengkonvergensikan seluruh Berdasarkan latar belakang tersebut perlu
karakteristik media dari bentuk-bentuk dilakukan penelitian mengenai pengaruh
yang terdahulu. Yang membuat bentuk- penyuluhan kesehatan terhadap sikap
bentuk komunikasi berbeda satu sama lain merawat organ reproduksi ditinjau dari
bukanlah penerapaan aktual, namun akses media sosial pada remaja putri di
perubahan dalam proses komunikasi dan SMAN Kerjo.
METODE Pengujian normalitas dengan teknik
Rancangan penelitian ini adalah pre kolmogorov-smirnov dilakukan sebagai
experimental design (rancangan penelitian prasyarat analisis. Analisis skor sikap
pra eksperimen). Penelitian dilakukan di independent t-test apabila data memenuhi
SMAN Kerjo Karanganyar. Populasi yang asumsi normalitas. Mann-whitney test
diteliti adalah semua remaja putri di dilakukan apabila diketahui data tidak
SMAN Kerjo sebanyak 146. Sampel normal.
dipilih dengan teknik purposive sampling
sebanyak 60 siswa. Eksperimen dilakukan HASIL DAN PEMBAHASAN
dalam bentuk quasy experimental dengan Hasil
rancangan post test control group design. Hasil penelitian pengaruh penyuluhan
Sampel dibagi ke dalam dua kelompok tentang kesehatan terhadap sikap merawat
yaitu kelompok eksperimen dan kelompok organ reproduksi ditinjau dari akses media
kontrol. Masing-masing kelompok terdiri sosial pada remaja putri di SMAN Kerjo,
atas 30 siswa. Kelompok eksperimen diberi Karanganyar adalah sebagai berikut.
penyuluhan kelompok kontrol tidak diberi
perlakuan. Hasil dari Akses Media Sosial
Berdasarkan desain eksperimen Berdasarkan hasil analisis data
yang telah ditentukan, berarti variabel mengenai akses pemanfaatan media
independen adalah sikap perawatan organ sosial pada siswa Putri SMAN Kerjo
reproduksi remaja putri. Variabel dependen Karanganyar diperoleh data yang disajikan
adalah penyuluhan tentang kesehatan. pada Gambar 1.
Sikap remaja diukur dengan menggunakan Gambar 1 menunjukkan bahwa
instrumen berupa kuesioner. Variabel sikap remaja putri kelompok penyuluhan yang
dinyatakan secara numerik. mempunyai akses media sosial yang tinggi

Gambar 1. Rekapitulasi Hasil Akses Media Sosial Kelompok Penyuluhan dan


Kelompok Kontrol

121
sebanyak 16 orang dan yang mempunyai normalitasnya dengan uji kolmogorov-
akses media yang rendah sebanyak 14 smirnov. Adapun hasil uji kolmogorov-
orang. Remaja putri kelompok kontrol smirnov dapat dilihat pada Tabel 1.
yang mempunyai akses media yang tinggi
sebanyak 17 orang dan yang mempunyai Tabel 1. One-Sample Kolmogorov-Smirnov
akses media yang rendah sebanyak 13 Test
orang.
Sikap
Hasil dari Rekapitulasi Data Sikap N 30
Kelompok Penyuluhan dan Kontrol Ditinjau Normal Parametersa,b Mean 71.40
dari Akses
Media Sosial Std. 5.544
Berdasarkan hasil analisis data Deviation
mengenai sikap kelompok penyuluhan dan Most Absolute .21
kontrol ditinjau dari akses media sosial
Extreme 4
pada siswa Putri SMAN Kerjo Karanganyar
Differences Positive .117
diperoleh data yang disajikan melalui
Negative -.214
Gambar 2. Kolmogorov-Smirnov Z 1.171
Gambar 2 menampilkan perbedaan Asymp. Sig. (2-tailed) .129
sikap pada kelompok penyuluhan dan
kontrol ditinjau dari akses media sosial Keterangan:
pada remaja putri di SMA N Kerjo. Gra ik a. Test distribution is normal
tersebut menunjukkan adanya perbedaan b. Calculated from data
antara penyuluhan dan kontrol ditinjau dari
akses media sosial. Tabel 1 menunjukkan bahwa data
berdistribusi normal dengan nilai asymp.
Hasil T-test sign (2-tailed lebih besar dari 0,05). Hasil
Uji t–test digunakan untuk mengetahui uji kolmogorov-smirnov menunjukkan
perbedaan nilai rata-rata antara kelompok data berdistribusi normal. Uji t-test
perlakuan dan kelompok kontrol. Sebelum dilakukan dengan hasil yang disajikan pada
dilakukan uji t-test dari seluruh data di uji Tabel 2 sampai dengan Tabel 7.
Gambar 2. Rekapitulasi Sikap Kelompok Penyuluhan dan
Kontrol Ditinjau dari Akses Media Sosial
Tabel 2. Hasil Uji Paired T-Test Kelompok Penyuluhan
Paired T-test
T Sig
Std.
Mean Devias (2-
i Df tailed)
Pair 3,857 5,489 2,629 13 ,021
tinggi 1
rendah

Tabel 3. Hasil Uji Paired T-Test Kelompok Kontrol


Paired T-test
T Sig
Std.
Mean Devias (2-
i Df tailed)
Pair 12,538 5,379 8,404 12 ,000
tinggi 1
rendah

Tabel 4. Hasil Uji Independent T-Test Kelompok dan Kelompok Kontrol yang
Mempunyai Akses Media Tinggi
Levene’s test for
equality of t-test for equality of means
variance

Sig (to
F Sig T Df tailed)
Sikap Equal variance assumed .000 0.987 7.004 31 .000
Equal variances not assumed 7.082 30.036 .000
Tabel 5. Hasil Uji Independent T-Test Kelompok Penyuluhan yang Akses Media Tinggi
dengan Kelompok Kontrol Akses Media Rendah
Levene’s test for
equality of t-test for equality of means
variance

Sig (to
F Sig T Df tailed)
Sikap Equal variance assumed 2.573 0. 120 17,323 27 .000
Tabel 6. Equal variances
Hasil Uji not assumed
Independent 17.973
T-Test Kelompok Penyuluhan yang 26.489
Akses .000
Media Rendah
dengan Kelompok Kontrol Yang Akses Media Tinggi
Levene’s test for
equality of t-test for equality of means
variance
Sig (to
F Sig T Df tailed)
Sikap Equal variance assumed 5.017 0.033 3.104 29 .004
Equal variances not assumed 2.997 22.489 .007
Tabel 7. Hasil Uji Independent T-test Kelompok Penyuluhan dengan Kelompok Kontrol
yang Akses Keduanya Rendah
Levene’s test for
equality of t-test for equality of means
variance

Sig (to
F Sig T Df tailed)
Sikap Equal variance assumed 14.908 0..001 9.475 25 .000
Equal variances not assumed 9.998 18.289 .000

Tabel 2 menunjukkan bahwa dari hasil rata yang signi ikan nilai sikap antara
out put SPSS diketahui bahwa nilai kelompok perlakuan yang akses media
kelompok penyuluhan yang akses media
sosial tinggi dan akses media rendah sama-
sama tinggi tidak ada perbedaan. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai p = 0,021. Nilai p
tersebut (p>0,05 ) maka Ha ditolak dan Ho
diterima. Artinya, tidak ada beda rerata
antara nilai kelompok penyuluhan yang
akses media tinggi dengan akses media
rendah.
Tabel 3 menunjukkan bahwa dari hasil
out put SPSS diketahui bahwa nilai p
= 0,000 dimana nilai p tersebut ( p<0,05 )
maka Ho ditolak. Artinya, ada beda rerata
antara nilai kelompok kontrol yang akses
media tinggi dengan akses media rendah.
Tabel 4 menunjukkan nilai p sebesar
,000 < 0,05 atau nilai thitung sebesar 6. 867
> ttabel sebesar 1,980. Dengan demikian
menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha
diterima. Artinya, ada perbedaan rata- rata
yang signifikan antara kelompok
penyuluhan dan kelompok kontrol
yang mempunyai akses media keduanya
tinggi.
Tabel 5 menunjukkan nilai p sebesar
,000 < 0,05 atau nilai thitung sebesar
17,323
> ttabel sebesar 1,980. Dengan demikian
menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha
diterima. Artinya, ada perbedaan rata-
tinggi dengan kelompok kontrol yang
akses media rendah.
Tabel 6 menunjukkan nilai p sebesar
,004 < 0,05 atau nilai thitung sebesar 3,104
> ttabel sebesar 1,980. Dengan
demikian menunjukkan bahwa Ho
ditolak dan Ha diterima. Artinya, ada
perbedaan rata-
rata yang signi ikan perubahan nilai
sikap antara kelompok perlakuan yang
akses media rendah dengan kelompok
kontrol yang akses media tinggi.
Tabel 7 menunjukkan nilai p sebesar
,000 < 0,05 atau nilai thitung sebesar
9,475> ttabel sebesar 1,980. Dengan
demikian menunjukkan bahwa Ho
ditolak dan Ha diterima. Artinya, ada
perbedaan rata-
rata yang signi ikan perubahan nilai
sikap antara kelompok perlakuan
dengan kelompok kontrol yang akses
keduanya rendah.

Pembahasan
Penelitian diawali dengan membagi
2 kelompok yaitu kelompok perlakuan
dan kelompok kontrol. Pada kelompok
perlakuan remaja putri langsung
diberikan penyuluhan tentang kesehatan
reproduksi. Selanjutnya dilakukan
penilaian dengan menggunakan
kuesioner langsung setelah
penyuluhan. Pada kelompok kontrol
langsung dibagikan kuesioner dan
dilakukan penilaian tanpa diberi
perlakuan apapun. Berdasarkan kedua
skor sikap merawat organ reproduksi maka Penyuluhan dalam bidang kesehatan
dilakukan pengujian analisis data untuk biasanya dilakukan dengan cara promosi
mengetahui pengaruh penyuluhan tentang atau pendidikan kesehatan.
kesehatan terhadap sikap merawat organ Hasil analisis pada kelompok
reproduksi eksternal ditinjau dari akses penyuluhan yang akses media tinggi
media sosial pada remaja putri di SMAN dengan kelompok kontrol yang akses
Kerjo Karanganyar. media tinggi menggunakan independent t-
Hasil pengujian pada kelompok
test diperoleh hasil signi ikan yaitu nilai p
penyuluhandidapatkan hasil ada 16 remaja
sebesar ,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan
putri mempunyai akses media tinggi dan
14 remaja putri mempunyai akses media bahwa ada perbedaan rata-rata yang signi
rendah. Pada kelompok perlakuan/ ikan antara kelompok penyuluhan dan
penyuluhan dari hasil analisis paired t-test kelompok kontrol yang akses media
diperoleh nilai p = 0,012 dimana nilai p keduanya tinggi. Hasil analisis kelompok
tersebut (p>0,05) maka Ha ditolak dan Ho penyuluhan dengan akses media tinggi dan
diterima. Artinya, tidak ada beda rerata kelompok kontrol dengan akses media
antara nilai kelompok penyuluhan yang rendah diperoleh hasil dengan
akses media tinggi dengan akses media nilai p sebesar ,000 < 0,05 atau nilai
rendah. Hal ini terjadi karena penilaian thitung sebesar 17,452 > ttabel sebesar
dilakukan langsung setelah penyuluhan. 1,980. Hal ini menunjukkan bahwa Ho
Pengetahuan atau pemahaman remaja putri ditolak dan Ha diterima. Artinya, ada
tentang kesehatan organ reproduksi masih perbedaan rata-
teringat jelas sehingga pada kelompok rata yang signi ikan nilai sikap antara
remaja putri yang akses media tinggi kelompok perlakuan yang akses media
dengan akses media rendah tidak terdapat tinggi dengan kelompok kontrol yang
perbedaan yang mencolok. Hal ini sesuai akses media rendah.
dengan pendapat Notoatmojo (2007 ) Hasil analisis kelompok penyuluhan
yang menyatakan metode penyuluhan dengan media rendah dengan kelompok
individual berupa ceramah dapat control akses media tinggi diperoleh nilai
digunakan untuk sasaran dengan p sebesar ,004 < 0,05 atau nilai thitung
pendidikan tinggi maupun rendah. Dalam sebesar 3,179 > ttabel sebesar 1,980. Hal
memberikan penyuluhan, peneliti dan ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan
responden terjalin hubungan kekeluargaan Ha diterima. Artinya, ada perbedaan rata-
sehingga responden tidak takut untuk rata yang signi ikan perubahan nilai sikap
bertanya maupun mengemukakan antara kelompok perlakuan yang akses
pendapatnya. media rendah dengan kelompok kontrol
Selain itu juga sesuai dengan pendapat yang akses media tinggi
Septalia (2010) yang menyatakan Hasil analisis kelompok penyuluhan
penyuluhan kesehatan adalah kegiatan dan kelompok kontrol yang akses
pendidikan yang dilakukan dengan cara keduanya rendah diperoleh nilai p sebesar
menyebarkan pesan atau menanamkan ,000 < 0,05 atau nilai thitung sebesar
kenyakinan sehingga masyarakat tidak saja 9,475> ttabel sebesar 1,980. Hal ini
sadar, tahu, dan mengerti tetapi juga mau menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha
dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada diterima. Artinya, ada perbedaan rata-rata
hubungannya dengan kesehatan. yang signi ikan perubahan nilai sikap
antara kelompok perlakuan dengan
kelompok kontrol yang akses keduanya
rendah.
Hasil analisis di atas menunjukkan tempat mengakses informasi (Kurnia,
bahwa dengan penyuluhan dan akses media 2005)
sosial mempengaruhi peningkatan sikap Penyuluhan yang diberikan dengan
pada remaja putri menjadi lebih baik. Hal metode dan media yang tepat merupakan
ini sesuai dengan pendapat Walgito (2003) salah satu faktor yang mempengaruhi
menjelaskan beberapa faktor yang dapat seseorang untuk tertarik dan mau
mempengaruhi sikap seseorang. Salah melakukan anjuran yang diberikan
satunya adalah pengetahuan, saat penyuluhan. Petugas kesehatan
pengetahuan dapat diperoleh melalui sebagai orang yang berperan dalam
penyuluhan. Dalam penelitian ini, memberikan penyuluhan juga sangat
penyuluhan kesehatan yang diberikan pada mempengaruhi keberhasilan penyuluhan ini
masa remaja dapat merubah sikap remaja (Notoatmodjo, 2007).
putri dari belum paham menjadi paham. Pengetahuan merupakan salah satu
Remaja dapat mengevaluasi dengan tepat faktor yang mempengaruhi sikap dalam
cara merawat organ reproduksi eksternal. merawat organ reproduksi. Perubahan
Pengertian dari sikap adalah evaluasi dalam proses komunikasi dan perolehan
umum yang dibuat manusia terhadap informasi dari akses media sosial seperti
dirinya sendiri, orang lain, objek atau kecakapan komunikasi, harga komunikasi,
issue. Selain itu juga sikap adalah kondisi persepsi pihak-pihak yang berkomunikasi
mental yang kompleks yang melibatkan dan fasilitas tempat mengakses informasi
keyakinan, perasaan, dan disposisi untuk (Kurnia, 2005) mempengaruhi sikap
bertindak secara tertentu (Wawan & Dewi, remaja putri.
2011).
Komunikasi dengan media sosial
Adanya penyuluhan yang dilakukan melalui internet mempengaruhi sikap pada
pada remaja putri sikap yang awalnya remaja putri dalam merawat organ
bersifat negatif yaitu terdapat kecen- reproduksi eksterna dan menambah
derungan untuk menjauhi, menghindari, informasi dan kemampuan serta
merawat organ reproduksi eksternal bisa pemahaman bagi pengguna. Ini sesuai
berubah menjadi sikap yang bersifat dengan pendapat Effendi (2010) yang
positif yaitu berupa kecenderungan menyatakankomunikasi bermedia internet
untuk bertindak seperti menyenangi dan merupakan konsep dan area studi yang
merasa tenang dan nyaman sertasiap relatif masih update. Komunikasi bermedia
melakukan perawatan dengan tepat internet adalah penggunaan komputer
dengan lebih baik. Penyuluhan ini berserta fasilitas dan kemampuan untuk
dilakukan kepada remaja putri di SMAN didayagunakan sebagai penyampai pesan
Kerjo Karanganyar, agar remaja putri tahu baik bersifat massa ataupun pribadi
dan mengerti serta merasa nyaman dan siap (Effendi, 2010).
melakukan perawatan dengan tepat dan Penelitian ini juga didukung oleh
benar. penelitian-penelitian terdahulu yaitu:
Selain penyuluhan, denga pertama , Julia, Yuliatun, & Nastiti
n sering mengakses media sosial juga (2013) yang meneliti tentang pengaruh
mempengaruhi sikap karena dengan penyuluhan kesehatan tentang kebersihan
mengakses media sosal juga meningkatkan genetalia terhadap upaya pencegahan
pengetahuan remaja putri secara mandiri. keputihan pada remaja putri di SMPN Dau
Media sosial merupakan fasilitas atau Malang. Didapatkan hasil yang signi ikan
(p=0,000). Dari data tersebut dapat menyatakan tidak pernah mendapatkan
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh informasi dari orang tuanya tentang cara
positif penyuluhan kesehatan tentang perawatan organ genitalia eksternal.
kebersihan genitalia terhadap upaya
pencegahan keputihan pada remaja putri di SIMPULAN
SMPN 1 Dau Malang. Berdasarkan hasil penelitian yang
Kedua, Indrawati (2013) dengan telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
judul Peningkatan Pengetahuan Siswi bahwa pertama, dari hasil analisis data
Kelas VIII SMPN 10 Surabaya tentang menunjukan ada perbedaan sikap remaja
Kebersihan Organ Reproduksi Wanita putri kelompok perlakuan lebih baik dari
melalui Tutor Sebaya yang Dilakukan oleh pada kelompok kontrol meskipun akses
Kader. Hasil prates menunjukkan 58% media sosial keduanya tinggi. Kedua, ada
siswi mendapatkan nilai tidak baik (<56) perbedaan sikap remaja putri kelompok
dan 39% dengan nilai cukup (56- perlakuan yang akses media tinggi lebih
78) kemudian 3% mendapat nilai baik (79- baik dari pada kelompok kontrol yang
100) setelah dilakukan penyuluhan tentang akses media rendah. Ketiga, ada perbedaan
kebersihan organ reproduksi melalui sikap remaja putri kelompok perlakuan
metode tutor sebaya yang dilakukan lebih baik dari pada kelompok kontrol
oleh Kader Kesehatan Remaja (KKR) meskipun akses media sosial keduanya
maka hasil posttest tidak satupun siswi rendah. Keempat, ada perbedaan sikap
yang mendapat nilai tidak baik (0%), siswi remaja putri di SMAN Kerjo kelompok
yang mendapatkan nilai cukup 49%, dan perlakuan yang akses media rendah
53 % mendapat nilai baik. Berdasarkan dengan kelompok kontrol yang akses
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa media sosialnya tingggi
melalui metode tutor sebaya oleh KKR
ternyata dapat meningkatkan DAFTAR PUSTAKA
pengetahuan tentang kebersihan organ Effendi, M. 2010. Peranan Internet sebagai
reproduksi siswi kelas VIII SMPN 10 Media Komunikasi. Jurnal Dakwah
Surabaya. dan Komuniaksi, 4(1).
Ketiga, Puspitaningrum, Suryoputro, Indrawati, K. 2013. "Upaya Meningkatkan
& Widagdo (2012) yang meneliti tentang Pengetahuan tentang Kebersihan
faktor-faktor yang mempengaruhi praktik- Organ Reproduksi Siswi kelas VIII
praktik organ genetalia eksternal pada anak SMPN 10 Surabaya melalui Metode
usia 10-11 tahun yang mengalami Tutor Sebaya". Jurnal Dinas
menarche dini di sekolah dasar. Metode Pendidikan Kota Surabaya, 5.
yang digunakan dalam penelitian ini Julia, A. R., Yuliatun, L., & Nastiti, E. M.
adalah kuantitatif, dengan analisis 2013. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan
multivariat OR=1,213. Artinya, responden tentang Kebersihan Genitalia terhadap
yang menyatakan pernah mendapatkan Upaya Pencegahan Keputihan pada
informasi dari orang tua tentang cara Remaja Putridi SMP N 1 Dau Malang.
perawatan organ genitalia eksternal Kurnia, S. S. 2005. Jurnalisme Kontemporer.
mempunyai kemungkinan 1,2 kali lebih Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
besar untuk melakukan praktik yang baik Notoatmodjo. 2007. Promosi Kesehatan
dalam perawatan organ genitalia eksternal dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka
dibandingkan responden yang Cipta.
Puspitaningrum, D., Suryoputro, A., & Uripni, C. L., Sujianto, U., & Indrawati, T.
Widagdo, L. 2012. "Praktik Perawatan 2003. Komunikasi dalam Kebidanan.
Organ Genitalia Eksternal pada Anak Jakarta: EGC.
Usia 10-11 Tahun yang Mengalami Walgito, B. 2005. Bimbingan dan
Menarche Dini di Sekolah Dasar Kota Konseling (Studi dan Karir).
Semarang". Jurnal Promosi Kesehatan Yogyakarta: Andi.
Indonesia, 7(2), 126-135. Wawan, A., & Dewi, M. 2011. Teori &
Septalia, R. E. 2010. "Penyuluhan Kesehatan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
Masyarakat". Dari http://www. Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha
creasoft.wordpress. com. Diunduh 24 Medika.
Februari 2012. Zarella, D. 2010. The Social Media
Undang-Undang Nomor 36/2009 tentang Marketing Book. Jakarta: PT Serambi
Kesehatan. Ilmu Semesta.
1. Judul Penelitian
Pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap sikap remaja dalam merawat organ reproduksi
2. Variabel bebas dan Variabel Tergantung
 variabel bebas : penyuluhan kesehatan
 Variabel tergantung : sikap remaja dalam merawat organ reproduksi
3. Ringkasan latar belakang :
 Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental dan sosial secara
utuh tidak semata-mata bebas dari penyakit dan kecacatan yang berkaitan dengan
sistem reproduksi pada laki-laki dan perempuan.
 Tujuan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap sikap merawat
organ reproduksi ditinjau dari akses media social pada remaja putri.
 Penelitian menggunakan metode eksperimen semu (Quasi Eksperimen) dengan
rancangan post test control group design.
4. Hipotesis penelitian
 H0: Tidak ada beda rerata antara nilai kelompok penyuluhan yang akses media
tinggi dengan akses media rendah. Tidak ada perbedaan nilai sikap antara
kelompok perilaku dan kelompok kontrol media tinggi dengan akses rendah
 Ha: Ada perbedaan rata-rata yang signi fikan antara kelompok penyuluhan dan
kelompok kontrol yang akses media keduanya tinggi. Ada perbedaan ratarata yang
signifikan nilai sikap antara kelompok perlakuan yang akses media tinggi dengan
kelompok kontrol yang akses media rendah

5. Definisi operasional masing-masing variabel

Variabel Definisi Operasional


PENYULUHAN Pengetahuan dan komunikasi dengan media social
KESEHATAN dapat menambah wawasan kesehatan atau
kebersihan dalam merawat organ reproduksi
dan media akses internet tinggi dan rendah.

SIKAP REMAJA Sikap remaja terhadap informasi yang didapatkan


DALAM melalui media massa yang tinggi dan rendah
MERAWAT memiliki perbedaan.
ORGAN
REPRODUKSI

6. Populasi, sampel, dan teknik sampling yang digunakan


 Populasi yang diteliti adalah semua remaja putri di SMAN Kerjo sebanyak 146.
 Jumlah sampelsebanyak 60 siswa. Sampel dibagi 2 dan Masing-masing kelompok
terdiri atas 30 siswa
 Teknik sampling
Sampel dipilih dengan teknik purposive sampling dan Eksperimen dilakukan
dalam bentuk quasy experimental dengan rancangan post test control group
design.

Anda mungkin juga menyukai