NIM : 30901700093
SEMARANG
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan tahapan perkembangan yang dinamis dalam
kehidupan seorang individu. Ini adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke
dewasa. Remaja dimulai dari usia 12 hingga 21 tahun (Djama, 2017).
Pada masa remaja akan terjadi pematangan pada organ-organ reproduksi yang
sering disebut sebagai masa pubertas. Masa pubertas yang terjadi pada remaja putri
biasanya ditandai dengan datangnya haid pertama kali yang disebut Menarche
(Citrawathi, 2013). Remaja putri rentan terhadap infeksi saluran reproduksi yang
disebabkan oleh iklim Indonesia yang panas dan lembab. Jika organ reproduksi nya
basah dan lembab, maka keasamannya meningkat, yang mendorong tumbuhnya
jamur(Yulistasari et al., 2016).
Pengetahuan remaja mengenai personal hygiene untuk menjaga kesehatan
organ reproduksi masih rendah sehingga memiliki perilaku yang tidak sehat dalam
menjaga kesehatan reproduksi. Pada remaja, kurangnya pengetahuan dan informasi
tentang kebersihan alat reproduksi juga akan mempengaruhi perilaku remaja dalam
menjaga kebersihan organ reproduksinya, karena pengetahuan dan perawatan yang
tepat merupakan faktor penting dalam menjaga kebersihan organ reproduksinya
(Nanlessy et al., 2013). Dampak yang akan ditimbulkan apabila remaja putri tidak
menjaga kesehatatan pada daerah kewanitaannya antara lain dapat menyebabkan bau
tidak sedap, keputihan, dan berkembangnya bakteri yang dapat menimbulkan Infeksi
Saluran Kemih (ISK).
Data WHO tahun 2016 menyatakan dibeberapa negara, remaja putri usia 10-
14 tahun mengalami gangguan reproduksi, salah satunya gatal-gatal pada vulva, di
Mesir ditemukan bahwa diantara wanita yang menikah, 15,3% menggunakan
pembalut sekali pakai, 42,1% menggunakan kapas dan 39,4% digunakan kembali kain
sebagai penyerap setelah dicuci. Sebaliknya, 25,2% wanita yang belum menikah
menggunakan 50,5% pembalut wanita besar dan 21% menggunakan kembali jaringan
penyerap yang telah dicuci. Hanya 3,2% wanita di kedua kelompok menggunakan
sisa jaringan dan dibuang setelah digunakan (Pemiliana, 2019).
Iklim Indonesia yang panas dan lembab membuat wanita Indonesia lebih
rentan terhadap infeksi saluran reproduksi. Berdasarkan statistik Indonesia, 43,4%
remaja perempuan usia 10-14 tahun memiliki perilaku kebersihan yang sangat buruk,
dari hasil penelitian Rohidah di Jawa Tengah remaja putri memiliki personal hygiene
yang buruk yaitu sebanyak 86,5% (Rohidah & Nurmaliza, 2019). Oleh karena itu,
pemahaman dan mengetahui cara membersihkan organ vagina dengan benar sangat
penting untuk menjaga kesehatan reproduksi.
Intervensi untuk meningkatkan pengetahuan remaja putri dengan memberikan
pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan upaya atau kegiatan yang
menghasilkan perilaku manusia yang mengarah pada kesehatan yang baik. Artinya,
pendidikan kesehatan berupaya untuk memastikan bahwa masyarakat mengetahui dan
menyadari bagaimana cara menjaga kesehatannya, bagaimana mencegah atau
menghindari hal-hal yang membahayakan kesehatannya dan kesehatan orang lain,
kapan harus berobat ketika sakit, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012).
Metode pendidikan kesehatan dibagi menjadi dua kelompok: kelompok besar
dan kelompok kecil. Metode pengajaran kelompok kecil meliputi diskusi kelompok,
brainstroming, bola salju, diskusi kelompok, bermain peran, dan simulasi (simulation
game) (Anis, 2016). Upaya peningkatan pengetahuan dapat dilakukan dengan
beberapa metode tersebut. Salah satu diantaranya adalah buzz group. Buzz group
adalah kelompok besar yang dibagi menjadi kelompok kecil beranggotakan 3-6 orang
yang berkumpul untuk mendiskusikan suatu topik permasalahan tertentu dan
melaporkannya kepada kelompok besar diakhir diskusi (Anis, 2016).
Pendidikan kesehatan menggunakan metode diskusi Buzz Group memiliki
beberapa keunggulan antara lain dapat membantu repsonden untuk menyampaikan ide
atau pendapat dalam kelompok, menciptakan suasana yang bersahabat dan
menyenangkan, serta mendorong setiap anggota untuk berpartisipasi dalam diskusi.
Dengan metode ini, memungkinkan semua peserta untuk mengaktifkan selama diskusi
sehingga peserta akan tertarik dengan materi yang dibahas di kelompoknya, dapat
dilihat dari antusias peserta selama mengikuti pendidikan kesehatan (HK Wardani,
2018).
Untuk menambah pengetahuan dan mengurangi dampak-dampak yang
ditimbulkan anak remaja putri salah satunya adalah memberikan pendidikan
kesehatan melalui metode buzz group tentang personal hygiene kepada remaja putri.
Berdasarkan hal diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “Efektifitas Pendidikan Kesehatan Menggunakan Bruzz Group Discuccion
Terhadap Tingkat Pengetahuan Personal Hygiene Pada Remaja Putri di SMP N 2
Sayung Demak”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
“Apakah pendidikan kesehatan menggunakan metode Bruzz Group Discussion efektif
terhadap tingkat pengetahuan personal hygiene pada remaja putri?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian bertujuan untuk mengetahui keefektifan pendidikan kesehatan
dengan menggunakan metode Buzz Group Discussion terhadap tingkat
pengetahuan personal hygiene pada remaja putri di SMP N 2 Sayung Demak.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan personal hygiene sebelum diberikan
pendidikan kesehatan metode buzz group personal hygiene pada remaja putri
di SMP N 2 Sayung.
b. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan personal hygiene sesudah diberikan
pendidikan kesehatan metode buzz group personal hygiene pada remaja putri
di SMP N 2 Sayung.
c. Menganalisis efektifitas pemberian pendidikan kesehatan dengan metode buzz
group personal hygiene pada remaja putri di SMP N 2 Sayung.
D. Manfaat Penelitian
a. Peneliti
Menambah wawasan, pengetahuan, pengalaman tentang efektifitas pendidikan
kesehatan dengan metode buzz group terhadap tingkat pengetahuan personal
hygiene dan sebagai penerapan ilmu yang sudah didapat selama study.
b. Institusi Pendidikan
Diharapkan dengan hasil penelitian ini menambah informasi literature dan
sumber yang dapat menambah pengetahuan tentang efektifitas metode buzz group
dalam pengetahuan remaja putri tentang personal hygiene.
c. Institusi Pelayanan kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan terbaru dalam
mengatasi dampak-dampak masalah reproduksi di masyarakat dalam bentuk
pelayanan di Puskesmas.
d. Remaja Putri
Diharapakna metode ini mampu meningkatkan pengetahuan remaja putri
khususnya tentang personal hygiene, diharapkan anak remaja putri mampu
meningkatkan perilaku personal hygiene di kehidupan sehari-hari, dan diharapkan
juga kepada remaja putri yang berada di SMP N 2 Sayung Kota Demak mampu
meningkatkan kesehatan reproduksinya.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi. Jakarta:
Rineka Cipta. Jurnal Ilmiah Farmasi Farmasyifa.
https://doi.org/10.29313/jiff.v1i1.2873
Kartono, K., Mangkunegara, A. P., Thoha, M., Adisasmito, W., Lestari, D., Siagian, S. P.,
Purwoastuti, E., Walyani, E. S., Sutrisno, E., Farida, U., & Kusumastuti, N. E. (2015).
Mutu Pelayanan Kesehatan & Kebidanan. In PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL-HASIL PENELITIAN 2016 : BIDANG AGAMA ISLAM, BUDAYA, EKONOMI,
SOSIAL HUMANIORA, TEKNOLOGI, KESEHATAN, DAN PENDIDIKAN.
Nofalia, I. (2018). Pengaruh Metode Brainstorming, Buzz Group, and Simulation (BBS)
terhadap Pengatahuan, Sikap, dan Tindakan Merokok pada Remaja. Surabaya :
Universitas Airlangga, 1–285, 2018.
Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. In Jakarta: Rineka Cipta.
Pemiliana Putri, Agustina Winda, V. D. (2019). Perilaku Remaja Putri Dengan Personal
Hygiene Saat Menstruasi Di Sma Etidlandia Medan Tahun 2018. Gaster : Jurnal
Kesehatan, 17(1), 62–76. https://doi.org/10.30787/gaster.v17i1.341
Phytagoras, K. (2017). Personal Hygiene Remaja Putri Ketika Menstruasi. Jurnal Promkes.
Rohidah, S., & Nurmaliza. (2019). Hubungan tingkat pengetahuan remaja putri terhadap
personal hygiene saat menstruasi di SMA Negeri 3 Pekanbaru tahun 2018. Jomis
(Journal of Midwifery Science).
Saputro, K. Z. (2018). Memahami Ciri dan Tugas Perkembangan Masa Remaja. Aplikasia:
Jurnal Aplikasi Ilmu-Ilmu Agama, 17(1), 25.
https://doi.org/10.14421/aplikasia.v17i1.1362
Yulistasari, Y., Pristiana Dewi, A., & Studi Ilmu Keperawatan, P. (2016). Efektivitas
Pendidikan Kesehatan Menggunakan Media Audiovisual Terhadap Perilaku Personal
Hygiene (Genitalia) Remaja Putri Dalam Mencegah Keputihan. 1–7.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Remaja Putri
1. Pengertian Remaja
Remaja adalah individu yang berada dalam masa transisi dari masa kanak-
kanak hingga dewasa yang ditandai dengan perkembangan fisik, psikologis, dan
sosial yang sangat pesat. Masa remaja adalah masa upaya untuk menjelaskan siapa
dirinya dan apa perannya dalam masyarakat, serta pencarian sensasi
keseimbangan dan kesetaraan baru para remaja harus melawan, dan seseorang
akan siap untuk menempatkan idola dan cita-citanya pada tempatnya, seperti
dalam mencapao jati diri yang hakiki (Saputro, 2018). Menurut WHO batasan usia
remaja adalah 12-24 tahun, dan menurut Depkes RI batasan usianya adalah antara
10-19 tahun dan belum kawin. Masa pubertas atau alat reproduksi yang
berhubungan dengan sistem reproduksi merupakan bagian penting dalam
kehidupan remaja dan oleh karena itu memerlukan perhatian khusus.
Menurut Mappiare masa remaja berlangsung dari 12 hingga 21 tahun untuk
wanita dan 13 hingga 22 tahun untuk pria. Remaja yang pada awalnya disebut
adolescence, berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya “tumbuh untuk
mencapai kematangan”. Perkembangan selanjutnya, istilah adolescence
sebenarnya memiliki arti yang luas, antara lain kematangan mental, emosional,
sosial, dan fisik (Nofalia, 2018).
2. Faktor – faktor yang mempengaruhi Perkembangan Remaja Putri
Tiga faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja antara lain:
perkembangan fisik, kognitif, emosional, sosial, moral, pribadi, dan agama.
Namun penelitian ini lebih menyoroti aspek-aspek berikut:
1. Perkembangan kognitif (intelektual)
Menurut Piaget (2010) ini merupakan perkembangan kognitif, masa
remaja mencapai tahap operasional formal, yaitu remaja mampu
mengembangkan keterampilan berpikir abstrak. Remaja pada tahap
perkembangan ini secara mental mampu mencapai daya fikir secara logis
tentang berbagai macam hal yang tidak dapat didefinisikan. Remaja tidak
lagi dibatasi oleh pengalaman yang telah dialami secara nyata sebagai titik
tolak pemikirannya. Remaja mampu berpikir idealis. Pada tahap ini
remaja memiliki pemikiran secara luas yang tidak dimiliki di tahap
operasioal konkret.
Ginsbrug & Opper menyatakan bahwa, ketika anak menginjak masa
dewasa dia menyukai sebuah kebebasan dan membenci aturan-aturan yang
berlebihan, kemungkinan melibatkan cita-cita yang ingin dicapai sehingga
dapat menyinggung bagi pikiran dan perasaan (Nofalia, 2018).
2. Perkembangan emosi
Pada masa remaja ini perkembangan emosi sangat tinggi. Pertumbuhan
dan perkembangan fisik yang dialami remaja mempengaruhi
perkembangan emosi atau perasaan-perasaan dan dorongan-dorongan baru
yang dialami sebelumnya, seperti perasaan cinta, rindu, dan keinginan
untuk berkenalan lebih intim dengan lawan jenis. Pada masa remaja awal
dinyatakan sebagai masa badai emosional, masa dimana remaja memliki
emosi yang tidak stabil berlangsung lebih sering.
Steinberg & Levine menyatakan bahwa, remaja muda merupakan
orang yang merasa paling bahagia dikeadaan tertentu dan disaat itu bisa
menjadi orang yang merasa berada dalam keadaan yang paling terpuruk.
Masa remaja awal merupakan masa dimana akan mengalami pubertas,
pada masa ini terjadi perubahan hormonal yang signifikan, sehingga
remaja memiliki fluktuasi emosional yang berkaitan dengan penyesuaian
terhadap kadar hormon pada masa ini. Perubahan pubertas akan
memungkinkan terjadinya peningkatan emosional yang negatif. Faktor
yang berperan besar terhadap emosi remaja ialah pengalaman dari
lingkungan, sehingga memberikan dampak seperti stress, hubungan sosial
yang buruk, pola makan tidak teratur, dan aktivitas seksual (Nofalia,
2018).
3. Perkembangan sosial
Pada masa ini memiliki perkembangan sikap comformity, yaitu
kecendurungan untuk menyerah atau mengikuti opini sehingga dapat
mengubah sifat dan tingkah laku seseorang. Sikap komformitas pada
remaja dapat memberikan dampak yang positif maupun negatif bagi
dirinya. Remaja diharuskan memiliki kemampuan penyesuaian
perkembangan sosial, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat
maupun sekolah (Nofalia, 2018).
B. Pengetahuan Remaja Tentang Personal Hygiene
1. Pengertian Pengetahuan
Menurut (Notoatmodjo, 2012), pengetahuan adalah hasil belajar dari
seseorang yang hanya menjawab pertanyaan “what”. Pengetahuan adalah hasil
dari mengetahui, yang terjadi setelah seseorang membuat penglihatan terhadap
objek tertentu. Persepsi, penciuman, rasa, sentuhan. Pengetahuan atau kognitif
merupakan bidang yang sangat penting dalam membentuk perilaku seseorang.
Pengetahuan yang diberikan diamksudkan untuk menambah informasi
tentang menstruasi. Materi ini perlu disampaikan kepada remaja putri.
Menurut Sukarni (dalam Phytagoras, 2017) menjelaskan, remaja putri sangat
membutuhkan pengetahuan tentang menstruasi, dan konsekuensi dari
rendahnya pengetahuan mereka adalah mereka tidak mendapatkan informasi
mengenai personal hygiene, terutama pada saat menstruasi. Tingkat
ketidaktahuan pada remaja yang sedang menstruasi seringkali dianggap
kesehatan reproduksi menjadi hal yang tabu untuk dibahas secara mendetail
dan mendalam.
Kurangnya pengetahuan mengenai menejemen kebersihan menstruasi
juga menjadi masalah pokok, kementrian kesehatan mengupayakan kebersihan
menstruasi dengan memberlakukan tiga Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
yang meliputi pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan lingkungan
sekolah yang sehat (Kemenkes, 2017).
Upaya tersebut guna untuk menjaga kebersihan saat menstruasi,
pendidikan kesehatan merupakan upaya agar seseorang dapat berperilaku
sehat, pendidikan kesehatan ini dilakukan dengan cara persuasi, imbauan, dan
memberi informasi (Kemenkes, 2017).
2. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Setiap orang memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda, meskipun
berasal dari objek yang sama. Menurut (Pemiliana Putri, Agustina Winda,
2019) hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Pendidikan : proses perubahan sikap dan perilaku remaja putri tentang
pengetahuan dapat diperoleh informasi yang disampaikan orangtua, dan
pengajaran dari guru. Maka akan lebih mudah bagi remaja putri untuk
menerima dan mengembangkan pengetahuan.
b. Informasi atau media massa : informasi yang diperoleh baik dalam
pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengetahuan
yang akan membawa pada perubahan dan perluasan pengetahuan.
Kemajuan teknologi menyediakan berbagai media yang dapat
mempengaruhi informasi baru. Media komunikasi seperti internet,
televisi, majalah, dan penyuluhuan.
c. Usia : pertambahan usia pada remaja putri akan mempengaruhi aspek
psikologis dan tingkat berfikir seseorang sehingga menjadi semakin
matang dan lebih dewasa, maka remaja putri akan semakin memiliki
kesadaran, tanggung jawab dan menambah pengetahuan.
d. Pengalaman : cara remaja putri memecahkan masalah dari pengalaman
sebelumnya yang telah dialami sehingga pengalaman yang di dapat
menjadi pembelajaran dan pengetahuan baru.
e. Kebudayaan : kebiasaan dan tradisi di masyarakat yang berlaku untuk
remaja putri tanpa menjelaskan apakah mereka baik atau tidak.
Kebudayaan di suatu tempat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
pembentukan sikap untuk memperoleh pengetahuan baru.
f. Sosial ekonomi : keadaan sosial ekonomi keluarga dapat mempengaruhi
sikap remaja putri terhadap informasi baru. Seperti halnya untuk
mengakses internet yang menggunakan paket data, jadi pengetahuan
seseorang tergantung pada status sosial ekonomi.
3. Pengetahuan personal hygiene untuk menjaga kesehatan reproduksi wanita
Untuk menjaga kebersihan kesehatan rerproduksi seseorang harus memiliki
pengetahuan tentang kebersihan organ reproduksi. Pengetahuan itu sendiri adalah
hasil dari persepsi manusia, atau hasil dari mengetahui suatu objek melalui indera
yang dimilikinya (Notoatmodjo, 2012).
Menurut (Kartono et al., 2015), menjaga kebersihan diri dan kebersihan
vagina dapat dilakukan untuk mencegah infeksi atau kuman masuk ke saluran
reproduksi. Salah satu cara merawat vagina menurut (Kusmiran, 2014) adalah
sebagai berikut :
1) Menjaga area kemaluan dan selangkangan tetap kering. Suasana lembab
akan menarik munculnya jamur yang dapat menyebabkan gangguan pada
sistem reproduksi.
2) Membilas vagina untuk menjaga kebersihan reproduksi, membilasnya
dengan banyak air bersih. Mencuci ulang dengan larutan khusus hanya
diperlukan jika ada infeksi di area kemaluan. Membilas area reproduksi
terutama setelah buang air kecil maupun besar dengan sabun dan air.
Siram bagian kewanitaan dari aah depan ke belakang. Bukan sebaliknya,
ini dilakukan untuk mencegah masuknya kuman dari dubur ke vagina.
3) Menjaga pakaian dalam tetap bersih sebaiknya harus mengganti pakaian
dalam minimal 2 kali dalam sehari. Selain itu, pilih pakaian dalam dari
bahan yang dapat menyerap keringat (katun). Hal tersebut dapat mencegah
menempelnya jamur pada alat kemaluan, hindari tukar menukar pakaian
dalam dengan orang lain meskipun dengan anggota keluarga sendiri.
4) Merawat rambut yang tumbuh di alat kelamin, hindari membersihkan
rambut yang tumbuh didaerah kemaluan dengan cara mencabut karena
akan menimbulkan lubang bekas bulu kemaluan tersebut. Lubang tersebut
dapat menjadi jalan masuk bakteri, kuman dan jamur yang selanjutnya
dapat menyebabkan iritasi dan penyakit kulit.
5) Ganti pembalut secara menyeluruh selama menstruasi. Saat menstruasi,
lebih banyak kuman yang masuk ke organ reproduksi. Pembalut yang
mengandung banyak gumpalan darah merupakan tempat yang baik bagi
pertumbuhan dan perkembangan jamur dan bakteri, oleh karena itu
sebaiknya pada saat menstruasi mengganti pembalut 4 jam sekali atau 3-4
kali sehari atau setiap saat sudah merasa tidak nyaman, jangan lupa
bersihkan vagina terlebih dahulu.
6) Pada masa menstruasi perempuan dominan sering berkeringat
dibandingkan hari-hari biasanya. Oleh karena itu agar tubuh tetap segar
dan bebas dari bau badan dan haus rajin merawat tubuh dengan mandi
yang bersih dan mecuci rambut minimal dua hari sekali. Sebagaimana
Yusuf (2017), menyatakan bahwa mereka menambah frekuensi mandi saat
menstruasi 2-3 per hari.
7) Secara teratur bersihkan bekas keringat disekitar alat kelamin dengan air
bersih, lebih baik menggunakan air hangat, dan sabun lembut dengan
kadar soda rendah terutama setelah buang air besar (BAB) dan buang air
kecil (BAK). Cara membasuh alat kelamin perempuan yang benar adalah
dari depan (vagina) ke belakang (anus, tidak terbalik karena bakteri yang
ada disekitar anus bisa terbawa ke dalam vagina dan bisa beresiko
menimbulkan infeksi.
8) Pada saat membilas vagina dengan air bersih, tidak perlu menggunakan
sabun khusus, karena dapat memberikan dampak iritasi pada vagina.
9) Konsultasi ke dokter jika ada keluhan yang tidak normal pada organ
reproduksi.
C. Pendidikan Kesehatan Metode Buzz Group
1. Pendidikan Kesehatan
a. Pengertian Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan dalam pengertian pendidikan secara umum
adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik
individu, kelompok, atau masyarakat, untuk melakukan apa yang diharapkan
oleh para praktisi pendidikan atau promosi kesehatan. Dan batasan ini
menyiratkan elemen masukan (tujuan dan pendidik dari pendidikan), proses
(upaya terencana untuk mempengaruhi orang lain), output (melakukan apa
yang diharapkan). Hasil yang diharapkan dari promosi kesehatan atau
pendidikan kesehatan adalah perilaku kesehatan atau perilaku pemeliharaan
dan promosi kesehatan yang berkontribusi terhadap pencapaian tujuan
promosi kesehatan (Notoatmodjo, 2012).
Pendidikan kesehatan sebagai proses yang mencakup pengukuran dan
aktivitas intelektual, psikologi dan sosial yang diperlukan untuk meningkatkan
kemampuan orang untuk membuat keputusan yang tepat dan mempengaruhi
kesejahteraan diri, keluarga, dan masyarakat (Induniasih, 2018).
b. Tujuan Pendidikan Kesehatan
(Induniasih, 2018) menyebutkan tiga tujuan pendidikan kesehatan, yaitu:
1) Untuk membuat kesehatan dimasyarakat menjadi sesuatu yang berharga.
Oleh karena itu penyuluh kesehatan harus bertanggungjawab untuk
menjalankan pola hidup sehat agar menjadi kebiasaan hidup masyarakat
sehari-hari.
2) Membantu individu atau kelompok untuk melaksanakan kegiatan untuk
mencapai tujuan gaya hidup sehat.
3) Pelayanan kesehatan yang telah ada mendorong pengembangan dan
penggunaan secara tepat sarana. terkadang pelayanan yang ada digunakan
secara berlebihan atau malah sebaliknya, misalnya saat kondisi sakit tidak
untuk menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan.
c. Metode Pendidikan Kesehatan
Menurut (Notoatmodjo, 2012) metode pendidikan kesehatan dibedakan
berdasarkan pendekatan tujuan yang ingin dicapai, dan metode tersebut
terdapat 3 (tiga) kategori:
1. Metode individual
Metode individu digunakan untuk memelihara perilaku baru atau
mengembangkan minat dalam perubahan dan inovasi perilaku. Digunakan
berdasarkan pendekatan yang dipersonalisasi ini karena setiap orang
memiliki masalah dan berbagai alasan terkait penerimaan dan perilaku
baru.
Bentuk pendekatan individu dibagi menjadi 2 (dua):
a. Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and counceling)
b. Wawancara (Interview)
2. Metode kelompok
Pelaksanaan promosi kesehatan atau pendidikan kesehatan dengan cara
ini harus memperhatikan besar kecilnya kelompok sasaran dan tingkat
pendidikan dari sasaran tersebut. Ada dua jenis, tergantung besar kecilnya
kelompok, yaitu:
(1) Kelompok besar, yang terdiri dari ceramah dan seminar
(2) Kelompok Kecil terdiri dari diskusi kelompok, brainstorming, snow
ball, buzz group, role playing, dan permainan simulasi.
3. Metode massa
Pendekatan ini biasanya dilakukan secara tidak langsung atau melalui
media.
d. Proses Pendidikan Kesehatan
Menurut (Notoatmodjo, 2012) pendidikan kesehatan memiliki tiga komponen
masalah utama: masukan (input), proses dan keluaran (output).
(1) Masukan (input) pendidikan kesehatan dengan tujuan pembelajaran:
individu, kelompok dan masyarakat dengan latar belakang berbeda.
(2) Proses ini merupakan interaksi kemampuan peserta didik dengan
perubahan tingkah laku, dimana pendidikan kesehatan memberikan
feedback atau umpan balik dari berbagai faktor seperti guru, ketrampilan
belajar dan bahan ajar.
(3) Sedangkan keluaran atau output adalah hasil perubahan, yaitu perilaku
sehat peserta didik atau seseorang yang telah menempuh pendidikan
kesehatan.
2. Buzz Group
a. Pengertian Buz Group
Menurut Sunaryo, seperti dikutip oleh Budiman metode Buzz Group
adalah suatu kelompok besar yang dibagi menjadi beberapa kelompok kecil
beranggotakan 3-4 orang yang berkumpul untuk membahas suatu topik yang
sebelumnya telah dibahas secara klasik. Disisi lain, kegiatan diskusi buzz
group dapat memberikan pelajaran kepada siswa agar bersikap objektif, berani
mengemukan pendapat, melatih bermusyawarah, dan terutama menghargai
pendapat peserta lain dalam diskusi (Anis sulistyani, 2016).
Menurut Al-Tabany (2014), menyebut buzz group merupakan
kelompok aktif, dalam kelompok aktif pendidik meminta siswa membentuk
kelompok yang beranggotakan 3-6 siswa untuk berdiskusi tentang masalah
yang dikemukakan oleh pendidik. Setiap kelompok mendiskusikan masalah
dalam kelompok. Selanjutnya, pendidik meminta setiap kelompok untuk aktif
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya kepada kelas.
b. Tujuan Metode Buzz Group
Tujuan dari model buzz group menurut (Nofalia, 2018) yaitu :
a. Memupuk kolaborasi
b. Meningkatkan partisipasi semua anggota kelompok.
c. Mengaktifkan pengetahuan siswa sebelumnya.
d. Berfungsi sebagai metode pemecahan masalah.
e. Mendorong pemikiran kelompok.
c. Aturan dalam melakukan buzz group
Menggunakan metode buzz group untuk keberhasilan yang efektif, maka
perlu menjelaskan tugas pokok dan fungsi masing-masing komponen dalam
kelompok, yaitu :
1) Pemimpin
(1) Membantu dalam memutuskan topik atau masalah.
(2) Membagi kelompok besar kedalam kelompok-kelompok kecil
beranggotakan 3-6 orang.
(3) Memberikan penjelasan kepada kelompok kecil yang meliputi, tentang
tugas, tentang batas waktu yang diberikan (5-15 menit) untuk
menyelesaikan tugas, menganjurkan kelompok agar setiap kelompok
kecil tersebut memilih seorang pemimpin diskusi dan sekretaris,
meminta saran untuk memecahkan masalah menjelaskan masalah atau
menjawab pertanyaan, mengunjungi kelompok untuk melihat apakah
ada kelompok yang membutuhkan bantuan dalam melaksanakan tugas,
mengingatkan kepada kelompok dua menit sebelumnya bahwa tugas
mereka hampir usai, mengajak sebuah kelompok kecil untuk
berkumpul kembali, memperizinkan setiap kelompok untuk
menyampaikan laporan melalui sekretaris/penulisnya, dan mengajak
setiap kelompok untuk menambahkan komentar pada laporan tersebut,
meringkas hasil diskusi kelompok atau menugaskannya kepada satu
orang menyarankan tindakan atau studi tambahan, dan menilai manfaat
dan kekurangan pembelajaran.
2) Anggota-anggota kelompok
(1) Membantu mereka mengatasi masalah/persoalan yang di hadapi.
(2) Berpartisipasi dalam pemilihan pemimpin kelompok kecil dan
sekretaris.
(3) Memperjelas/meringkaskan suatu isu/masalah
(4) Menunjukkan saran untuk membahas isu/masalah
(5) Mendengarkan baik-baik dan menghargai tanggapan orang lain
(6) Mengembangkan pendapat berdasarkan pendapat anggota-anggota
orang lain.
(7) Merumuskan bagaimana informasi akan digunakan dan
diimplementasikan
(8) Berartisipasi dalam melakukan evalusi terhadap penilaian pengalaman
belajar.
3) Penulis
(1) Mencatat semua pendapat anggota kelompok.
(2) Meringkas pendapat kelompok
(3) Melaporkan hasil diskusi kelompok dengan lengkap
d. Langkah-langkah Metode Buzz Group
Pendidik melakukan suatu proses pembelajaran yang harus di
perhatikan yaitu langkah-langkah untuk melaksanaan pembelajaran, agar
membantu proses pembelajaran mencapai tujuannya. Ini juga membutuhkan
persiapan prosedur penyampaian pembelajaran yang tepat dan sesuai.
Menurut Callahan & Clark langkah-langkah untuk melakukan diskusi
kelompok kecil (buzz group discussion) adalah:
1) Bentuklah kelompok dengan cara berhitung, kartu bergambar, atau hanya
menunjukkan peseta didik.
2) Pilih pemimpin dan sekretaris untuk setiap kelompok.
3) Jelaskan apa yang akan mereka lakukan, dan pastikan mereka mengerti
4) Biarkanlah mereka berdiskusi selama 5-15 menit, sebaiknya jika diskusi
berlangsung dalam waktu yang lebih singkat.
5) Lanjutkan dengan laporan perwakilan dari masing-masing kelompok dan
lainnya (Al-Tabany, 2014)
1) Metode ini mungkin tidak akan berhasil jika anggota kelompok cuek dan
diskusi mungkin akan berputar-putar
2) Metode ini akan membuang-buang waktu, apalagi jika terjadi masalah.
3) Siswa harus belajar terlebih dahulu untuk mendapatkan hasil terbaik.
4) Pemilihan pemimpin bisa mendapatkan pemimpin yang lemah.
5) Penulisan hasil laporan hasil diskusi mungkin tidak terstruktur dengan
baik.
6) Kelompok diskusi hanya ada didalam kelas.
7) Waktu diskusi terlalu singkat, sehingga diskusi tidak efektif
D. Efektifitas Pendidikan Kesehatan Metode Buzz Group Terhadap Pengetahuan
Personal Hygiene
Metode pembelajaran buzz group ini membantu siswa untuk bekerja sama
dengan orang lain. Siswa berpartisipasi secara efektif dan berkolaborasi dengan orang
lain untuk membawa perubahan perilaku yang konstruktif pada setiap anggota
kelompok. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, setiap anggota kelompok
menyelesaikan tugas bersama dan saling membantu untuk memahami bagian-bagian
dari materi pelajaran yang ditugaskan. Untuk mempelajari dan mengetahui lebih
lanjut tentang keefektifan pendidikan kesehatan metode buzz group terhadap personal
hygiene pada remaja putri.
Metode diskusi buzz group merupakan metode yang tepat dalam permainan
memberikan pendidikan kesehatan karena memberikan siswa yang aktif. Permainan
tersebut menuntut siswa untuk secara aktif belajar dan kreatif dalam mengemukan
pendapatnya. Hasil yang diharapkan dari metode diskusi buzz group ini adalah
peningkatan pengetahuan tentang personal hygiene di kalangan remaja putri.
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesa dalam penelitian ini adalah adanya pendidikan kesehatan
menggunakan metode Buzz Group efektif terhadap tingkat pengetahuan personal
hygiene pada remaja putri di SMP N 2 Sayung Demak.
F. Kerangka Teori
Remaja
Pengetahuan Tentang
Personal Hygiene
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi. Jakarta:
Rineka Cipta. Jurnal Ilmiah Farmasi Farmasyifa.
https://doi.org/10.29313/jiff.v1i1.2873
Kartono, K., Mangkunegara, A. P., Thoha, M., Adisasmito, W., Lestari, D., Siagian, S. P.,
Purwoastuti, E., Walyani, E. S., Sutrisno, E., Farida, U., & Kusumastuti, N. E. (2015).
Mutu Pelayanan Kesehatan & Kebidanan. In PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL-HASIL PENELITIAN 2016 : BIDANG AGAMA ISLAM, BUDAYA, EKONOMI,
SOSIAL HUMANIORA, TEKNOLOGI, KESEHATAN, DAN PENDIDIKAN.
Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. In Jakarta: Rineka Cipta.
Pemiliana Putri, Agustina Winda, V. D. (2019). Perilaku Remaja Putri Dengan Personal
Hygiene Saat Menstruasi Di Sma Etidlandia Medan Tahun 2018. Gaster : Jurnal
Kesehatan, 17(1), 62–76. https://doi.org/10.30787/gaster.v17i1.341
Phytagoras, K. (2017). Personal Hygiene Remaja Putri Ketika Menstruasi. Jurnal Promkes.
Rohidah, S., & Nurmaliza. (2019). Hubungan tingkat pengetahuan remaja putri terhadap
personal hygiene saat menstruasi di SMA Negeri 3 Pekanbaru tahun 2018. Jomis
(Journal of Midwifery Science).
Saputro, K. Z. (2018). Memahami Ciri dan Tugas Perkembangan Masa Remaja. Aplikasia:
Jurnal Aplikasi Ilmu-Ilmu Agama, 17(1), 25.
https://doi.org/10.14421/aplikasia.v17i1.1362
Yulistasari, Y., Pristiana Dewi, A., & Studi Ilmu Keperawatan, P. (2016). Efektivitas
Pendidikan Kesehatan Menggunakan Media Audiovisual Terhadap Perilaku Personal
Hygiene (Genitalia) Remaja Putri Dalam Mencegah Keputihan. 1–7.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori yang dikemukakan diatas, maka kerangka konsep
penelitian tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut : Variabel Dependen dalam
penelitian ini adalah Tingkat Pengetahuan personal Hygiene remaja putri, sedangkan
Variabel Independen dari penelitian ini adalah pendidikan kesehatan metode buzz
group. Kerangka konsep dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini terdiri dari variabel X (variabel independen) sebagai
variabel bebas dan variabel Y (variabel dependen) sebagai variabel terikat. Berikut
variabel yang ada didalam penelitian ini :
1. Variabel independen dari penelitian ini adalah pendidikan kesehatan metode buzz
group
2. Variabel dependen dari penelitian ini adalah tingkat pengetahuan pesonal hygiene
remaja putri
C. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis kuantitatif dengan metode pra-eksperimen.
Desain penelitian ini bertujuan untuk melihat sebera efektif perlakuan yang diberikan
oleh variabel bebas yaitu pendidikan kesehatan menggunakan metode buzz group
terhadap variabel terikat yaitu tingkat pengetahuan personal hygiene remaja putri.
Sebelum diberikan perlakuan, desain penelitian ini menggunakan pretest dan posttest
dalam satu kelompok dengan desain One-Group-Pretest-Posttest-Design. Pada
pretest digunakan untuk melihat pengetahuan anak sebelum diberikan perlakuan
dengan metode Buzz Group, sedangkan posttest digunakan untuk melihat
pengetahuan anak setelah diberikan perlakuan dengan metode Buzz Group.
Desain tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut (Sugiyono, 2016).
O₁ X O₂
Keterangan :
O₁ : Nilai Pre-test
O₂ : Nilai Post-test
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi. Jakarta:
Rineka Cipta. Jurnal Ilmiah Farmasi Farmasyifa.
https://doi.org/10.29313/jiff.v1i1.2873
Kartono, K., Mangkunegara, A. P., Thoha, M., Adisasmito, W., Lestari, D., Siagian, S. P.,
Purwoastuti, E., Walyani, E. S., Sutrisno, E., Farida, U., & Kusumastuti, N. E. (2015).
Mutu Pelayanan Kesehatan & Kebidanan. In PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL-HASIL PENELITIAN 2016 : BIDANG AGAMA ISLAM, BUDAYA, EKONOMI,
SOSIAL HUMANIORA, TEKNOLOGI, KESEHATAN, DAN PENDIDIKAN.
Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. In Jakarta: Rineka Cipta.
Pemiliana Putri, Agustina Winda, V. D. (2019). Perilaku Remaja Putri Dengan Personal
Hygiene Saat Menstruasi Di Sma Etidlandia Medan Tahun 2018. Gaster : Jurnal
Kesehatan, 17(1), 62–76. https://doi.org/10.30787/gaster.v17i1.341
Phytagoras, K. (2017). Personal Hygiene Remaja Putri Ketika Menstruasi. Jurnal Promkes.
Rohidah, S., & Nurmaliza. (2019). Hubungan tingkat pengetahuan remaja putri terhadap
personal hygiene saat menstruasi di SMA Negeri 3 Pekanbaru tahun 2018. Jomis
(Journal of Midwifery Science).
Saputro, K. Z. (2018). Memahami Ciri dan Tugas Perkembangan Masa Remaja. Aplikasia:
Jurnal Aplikasi Ilmu-Ilmu Agama, 17(1), 25.
https://doi.org/10.14421/aplikasia.v17i1.1362
Yulistasari, Y., Pristiana Dewi, A., & Studi Ilmu Keperawatan, P. (2016). Efektivitas
Pendidikan Kesehatan Menggunakan Media Audiovisual Terhadap Perilaku Personal
Hygiene (Genitalia) Remaja Putri Dalam Mencegah Keputihan. 1–7.