Anda di halaman 1dari 74

PROPOSAL PENELITIAN

TINGKAT KESADARAN PERSONAL HYGIENE REMAJA PUTRI PADA


SAAT MENSTRUASI DI PARAK KARAKAH PADANG TIMUR

SARI NADHIFA AFDHAL


1811312007

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2021
LATAR BELAKANG

Remaja (Adolescence) menurut World Health Organization (WHO) adalah


periode usia antara 10 sampai 19 tahun. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
25 Tahun 2014 menjelaskan remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10
sampai 18 tahun. Sedangkan menurut BKKBN, 10 sampai 24 tahun tergolong usia
remaja dengan status belum melakukan pernikahan. Setyaningrum dan Zulfa
(2014) mengatakan masa remaja adalah masa transisi antara masa anak-anak
menuju kedewasa, dimana terjadi perubahan tubuh (growth spurt), timbul ciri-ciri
seks sekunder, tercapainya fertilitas dan terjadinya perubahanperubahan psikologi
serta kognitif .
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa 5% remaja di
dunia terjangkit penyakit menular seksual (PMS) dengan gejala keputihan setiap
tahunnya, dan sebesar 75% wanita di seluruh dunia setidaknya mengalami
candidiasis atau keputihan sebanyak satu kali dalam seumur hidupnya, (Politeknik
Kesehatan Depertemen Kesehatan, 2010). Walaupun sudah banyak teori yang
menjelaskan mengenai hubungan tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku
terhadap personal hygiene dengan gejala vaginitis, namun beberapa penelitian
seperti yang dilakukan di Tangerang mendapatkan tidak ada hubungan yang
bermakna pada sikap dan perilaku personal hygiene remaja putri usia 13-17 tahun
di daerah Pondok Cabe Ilir Tangerang Selatan dengan kejadian keputihan
patologis. Di Indonesia, penelitian mengenai pengaruh personal hygiene terhadap
timbulnya gangguan alat reproduksi seperti vaginitis masih sangat sedikit. Selain
itu, peneliti tidak bisa mendapatkan data sekunder dari Dinas Kesehatan Kota
Padang karena memang tidak ada program pemicuan mengenai kesehatan
reproduksi yang ditargetkan terhadap siswi sekolah di Sumatera Barat. Data
mengenai penderita vaginitis pada populasi pelajar sekolah di Padang juga sangat
terbatas.
Penyebab infeksi antara lain adalah imunitas yang lemah (10%), perilaku
hygiene yang kurang ketika menstruasi (30%), dan lingkungan tidak bersih serta
penggunaan pembalut yang kurang sehat ketika menstruasi (50%).
Misery (2010) mengatakan dampak yang sering terjadi karena kurangnya
kebersihan pada saat menstruasi adalah Terasa gatal pada daerah kemaluan saat
menstruasi. Rasa gatal saat menstruasi ini disebut juga dengan pruritus vulvae.
Pruritus vulvae adalah iritasi atau rasa gatal disekitar vulva dan lubang vagina
yang bisa terjadi pada malam hari. Pruritus vulva bisa disebabkan oleh adanya
keputihan pada vagina.
Pencegahan masalah keputihan salah satunya dengan personal hygiene
yaitu perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan
baik secara fisik maupun psikologis. Hygiene pada saat menstruasi memegang
peranan penting dalam status kesehatan seseorang, termasuk menghindari adanya
gangguan pada fungsi alat reproduksi, dan menghindari infeksi saluran reproduksi.
Pada saat menstruasi, pembuluh darah dalam rahim sangat mudah terinfeksi, oleh
karena itu kebersihan alat kelamin harus lebih dijaga karena kuman mudah sekali
masuk dan dapat menimbulkan penyakit pada saluran reproduksi (Yuni, 2015).
Perilaku yang sangat ditekankan bagi perempuan yang mengalami
menstruasi adalah pemeliharaan kebersihan diri terutama dalam penggunaan
pembalut. Untuk menjaga kebersihan dan kesehatan, idealnya penggunaan
pembalut selama menstruasi harus diganti secara teratur 2 setiap 4 jam sekali,
apabila jika sedang banyak-banyaknya. Setelah mandi atau buang air, vagina
harus dikeringkan dengan tissu atau handuk agar tidak lembab. Selain itu
pemakaian celana dalam hendaknya bahan yang terbuat dari yang mudah
menyerap keringat, sedangkan hygiene adalah pengetahuan, sikap dan tindakan
proaktif untuk memelihara dan mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi
diri dari ancaman penyakit (Indriastuti, 2009).
Karena masih tingginya persentase lingkungan tidak bersih serta
penggunaan pembalut yang kurang sehat ketika menstruasi pada remaja putri dan
akibat kurangnya kesadaran hygiene saat menstruasi peneliti tertarik untuk
meneliti tingkat kesadaran remaja putri pada saat menstruasi di Parak Karakah
Padang Timur.
REFERENSI

Khatib, A., Adnani, S. S., & Sahputra, R. E. (2019). Hubungan Pengetahuan,


Sikap, Dan Perilaku Personal Hygiene Dengan Gejala Vaginitis Pada Siswi Smpn
1 Kota Padang Dan Smpn 23 Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 8(1), 19-27.

Batubara, S. K. (2020). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja


Terhadap Perilaku Personal Hygiene Saat Menstruasi Di Smp Negeri 2 Batang
Angkola Tapanuli Selatan Tahun 2017. Jurnal Ilmiah Maksitek, 5(3), 167-187.
Ety, D. (2019). Perilaku Personal Hygiene Remaja Putri Suku Nuaulu Dalam
Tradisi Pinamu Di Kabupaten Maluku Tengah. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Diagnosis, 14(1), 31-35.

Puspitaningrum, W., Agusyahbana, F., Mawarni, A., & Nugroho, D. (2017).


Pengaruh Media Booklet Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terkait
Kebersihan Dalam Menstruasi Di Pondok Pesantren Al-Ishlah Demak Triwulan Ii
Tahun 2017. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip), 5(4), 274-281.

Suryani, L. (2019). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Remaja Putri


Tentang Personal Hygiene Pada Saat Menstruasi Di Smp Negeri 12 Kota
Pekanbaru. Jomis (Journal Of Midwifery Science), 3(2), 68-79.

Bujawati, E., Raodhah, S., & Indriyanti, I. (2017). Faktor-Faktor Yang


Berhubungan Dengan Personal Hygiene Selama Menstruasi Pada Santriwati Di
Pesantren Babul Khaer Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan Tahun
2016. Higiene: Jurnal Kesehatan Lingkungan, 3(1), 1-9.
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 5 No. 3
ISSN. 2655-4399 September 2020
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA TERHADAP PERILAKU PERSONAL HYGIENE
SAAT MENSTRUASI DI SMP NEGERI 2 BATANG ANGKOLA TAPANULI SELATAN
TAHUN 2017

SITI KHADIJAH BATUBARA


AKADEMI KEBIDANAN MADINA HUSADA

ABSTRACT
Based on the results of research on the effect of adolescent reproductive health education on personal hygiene during
menstruation at SMP Negeri 2 Batang Angkola Tapanuli Selatan 2017. It can be concluded as follows:
There is an effect of adolescent reproductive health education on changes in adolescent knowledge about personal
hygiene during menstruation at SMP Negeri 2 Batang Angkola Tapanuli Selatan in 2017, before and after health
education was carried out, using the paired t-test so that the average value of knowledge before education was carried
out. reproductive health is 0.407 and the average value of knowledge after health education is 0.396 with a probability
value (p) = 0.000 where p <0.05.There is an effect of adolescent reproductive health education on changes in
adolescent attitudes about personal hygiene during menstruation at SMP Negeri 2 Batang Angkola Tapanuli Selatan in
2017, before and after health education, using the paired t-test so that the average value of attitudes before education is
carried out. reproductive health is 0.398 and the average attitude value after health education is 0.325 with a probability
value (p) = 0.000 where p <0.05.There is an effect of adolescent reproductive health education on changes in
adolescent actions about personal hygiene during menstruation at SMP Negeri 2 Batang Angkola Tapanuli Selatan in
2017, before and after health education, using the paired t-test so that the average value of the action before education
is carried out. reproductive health is 0.286 and the average value of action after health education is 0.384 with a
probability value (p) = 0.000 where p <0.05.

Keywords: Reproduction,Personal Hygiene Behaviour

PENDAHULUAN
Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani, yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat.
Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikis (Wartonah,2010).Personal hygiene saat menstruasi adalah tindakan untuk memelihara
kesehatan dan kebersihan pada daerah kewanitaan pada saat menstruasi (Suslistyo, 2012).
Hygiene pada saat menstruasi merupakan hal yang penting dalam menentukan kesehatan organ reproduksi remaja
putri, khususnya terhindar dari infeksi alat reproduksi. Oleh karena itu pada saat menstruasi seharusnya perempuan
benar-benar dapat membersihkan organ reproduksinya dengan baik terutama pada bagian vagina, akibatnya jika tidak
dijaga kebersihannya akan menimbulkan mikroorganisme seperti bakteri, jamur dan virus yang berlebih sehingga dapat
mengganggu fungsi organ reproduksi, menyebabkan keputihan dan jika keputihan tidak segera diobati dapat
menyebabkan infertilitas. Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tidak berlebihan jika dikatakan masa depan bangsa
yang akan datang ditentukan pada keadaan remaja saat ini, sehingga remaja yang sehat dan berkualitas menjadi
perhatian serius bagi orang tua, praktisi pendidikan, atau remaja itu sendiri. Remaja yang sehat adalah remaja yang
produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Aryani et.al,2010) Remaja adalah anak usia 10-24
tahun yang merupakan usia antara masa kanak-kanak dan masa dewasa dan sebagian titik awal proses reproduksi,
sehingga perlu dipersiapkan sejak dini.(Romauli dan Vindari 2012).Berdasarkan proyeksi penduduk pada tahun 2015
menunjukan bahwa jumlah remaja (usia 10-24 tahun) indonesia mencapai lebih dari 66,0 juta atau 25 % dari jumlah
Penduduk Indonesia 255 juta (Bapenas, BPS, UNFPA 2013). Secara global, jumlah remaja (10-24 tahun) sebesar 25
persen atau 1,8 miliar dari penduduk dunia (CSIS, 2014) hasil sensus penduduk 2010 menunjukan bahwa secara
nasional jumlah remaja mencapai 64 juta atau 27,6 persen dari total penduduk indonesia. (Arsip Perwakilan BKKBN
Provinsi Sumatera Barat tahun 2015).Hasil riset kesehatan dasar (2010) rata-rata usia menarche di indonesia adalah 13
tahun. Menstruasi adalah keluarnya darah dari kemaluan setiap bulan akibat meluruhnya dinding rahim yang
mengandung pembulu darah karena sel telur tidak dibuahi (Pudiastuti,2012).Kejadian yang penting pada remaja adalah
pertumbuhan badan yang cepat, timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, mestruasi dan perubahan psikis ( Prawirohardjo,
2010).

167
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 5 No. 3
ISSN. 2655-4399 September 2020
Sekitas 75 % wanita didunia pasti mengalami keputihan paling tidak sekali seumur hidupnya dan sebanyak 45%
mengalami 2 kali atau lebih. Berdasarkan statistik indonesia tahun 2012 dari 43,3 juta jiwa remaja 14-15 tahun di
indonesia berprilaku tidak sehat, tindakan personal hygiene yang tidak benar beresiko terhadap timbulnya mikroba, larva
serangga sehingga mengakibatkan vagina berbau busuk atau terjadi keputihan (Ali, 2007). Hal ini dapat menyebabkan
timbulnya berbagai penyakit pada organ reproduksi (Fauziah, 2012).Ketidakadekuatan hygiene merupakan salah satu
faktor resiko terjadinya kanker vulva (Davey, 2005).Perempuan indonesia lebih rentan mengalami infeksi saluran
reproduksi yang disebabkan iklim indonesia yang panas dan lembab, bila alat reproduksi lembab dan basa maka
keasaman akan meningkat yang memudahkan tumbuhnya jamur (Kasdu, 2005). Perempuan yang memiliki riwayat IRS
(infeksi salular reproduksi ) mempunyai dampak buruk untuk masa depannya seperti kemandulan, kanker leher rahim,
kecacatan janin, kehamilan diluar kandungan dan keputihan (Depkes RI, 2008) Berdasarkan data WHO tahun 2010
angka prevalensi cadidisialis (25-50%) bacterial vaginosis (20-40%) dan trichomoniasis (3-15%) yang kemungkinan
terjadi akibat personal hygiene saat haid yang tidak baik. Penyebab utama penyakit ISR adalah imunitas lemah 10% ,
perilaku kuranh haygiene pada saat menstruasi 30 % dan lingkungan yang tidak baik bersih serta penggunaan pembalut
yang kurang sehat saat menstruasi 50 % (Rahmatika, 2010)Menurut data pusat STATISTIK dan BAPENAS tahun 2010,
sebagian besar dari 63 juta jiwa remaja di indonesia rentan berprilaku tidak sehat (Aisyaroh, 2010). Perilaku buruk
dalam menjaga hygiene pada saat menstruasi dapat menjadi pencetus timbulnya ISR (Ratna, 2010).Dari penelitian
terdahulu Pengaruh Penyuluhan Tentang Personal Hygiene Terhadap Perilaku Personal Hygiene Saat Menstruasi oleh
Nannyk Widyaningrum, (2015) yaitu terdapat pengaruh penyuluhan tentang personal hygiene terhadap perilaku personal
hygiene saat menstruasi di MTS Negeri Gubuk Rubuh Yogyakarta sebanyak 36 responden diketahui dengan analisis uji
T-test paried. Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan nilai p = 0,001 < α (0,05).Peneliti sebelumnya oleh Ayu,
(2015) berjudul Pengaruh Peer Education Terhadap Perilaku Personal Hygiene Genetalia Dalam Pencegahan Kanker
Serviks Pada Remaja Putri Di SMP Negeri 10 Denpasar. Hasil uji statistik terhadap 3 domain perilaku (pengetahuan,
sikap, dan tindakan) didapatkan nilai pengetahuan (p value = 0,000 < 0,05), sikap (p value = 0,000 < 0,05), dan tindakan
(p value = 0,000 < 0,05), maka H0 ditolak. Hasil analisis ini berarti ada pengaruh peer education terhadap
perilakupersonal hygiene genetalia dalam pencegahan kanker serviks pada remaja putri di SMP Negeri 10 Denpasar.
Penelitian Anggresti, (2015) Perilaku menjaga kebersihan organ genitalia pada siswi MAN 2 Yogyakarta sebelum
dilakukan penyuluhan 26 orang (43,3%) berperilaku baik, 31 orang (51,7%) berperilaku cukup dan 3 orang (5%)
berperilaku kurang. Setelah dilakukan penyuluhan menjadi 60 orang (100%) berperilaku baik. Hasil analisa didapatkan
nilai p <0,05 sehingga ada pengaruh penyuluhan terhadap perubahan perilaku siswi kelas XI MAN 2 Yogyakarta
Penerapan pendidikan kesehatan pada remaja mengenai personal hygiene saat menstruasi secara umum sangat
penting dalam peningkatan pengetahuan dan sikap remaja mengenai kesehatan reproduksinya, untuk mencegah
kemungkinan penyakit yang akan dialami remaja tersebut.Upaya-upaya kesehatan reproduksi remaja yang perlu
dilakukan adalah pemberian informasi kesehatan reproduksi dalam berbagai bentuk sedini mungkinkepada seluruh
segmen remaja, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Pemberian informasi ini bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan yang pada gilirannya mampu memberikan pilihan kepada remaja untuk bertindak secara bertanggung
jawab, baik kepada dirinya maupun keluarga dan masyarakat (Puspitaningrum,2012).Program kesehatan reproduksi
remaja seperti yang tertera dalam program pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap
dan perilaku positif remaja tentang kesehatan reproduksi dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan reproduksinya
dan mempersiapkan kehidupan. Berdasarkan hasil observasi surve awal Februari 2017 di SMP Negeri.2 Batang
Angkola ditemukan data bahwa dari 20 siswa yang diwawancarai 6 orang (30%), siswa sudah mengetahui cara
melakukan personal hygiene saat haid dan 14 orang (70%) siswi lainya tidak tahu tentang personal hygiene pada saat
menstruasi.Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti meneliti tentang pengaruh pendidikan kesehatan
reproduksi remaja terhadap perilaku personal hygiene saat menstruasi di SMP Negeri 2 Batang Angkola Tapanuli
Selatan Tahun 2017.

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi rumusan masalah adalah bagaimana Pengaruh Pendidikan
Kesehatan Reproduksi Remaja Terhadap perilaku personal hygiene saat menstruasi Di SMP Negeri 2 Batang Angkola
Tapanuli Selatan Tahun 2017.

Tujuan Penelitian
Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi remaja terhadap perilaku personal hygiene saat menstruasi di
SMP Negeri 2 Batang Angkola Tapanuli Selatan Tahun 2017.
168
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 5 No. 3
ISSN. 2655-4399 September 2020
Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian adalah:
Untuk mengetahui pengaruh pemberian pendidikan kesehatan reproduksi remaja terhadap pengetahuan personal
hygiene saat menstruasi di SMP Negeri 2 Batang Angkola Tapanuli Selatan Tahun 2017.Untuk mengetahui pengaruh
pemberian pendidikan kesehatan reproduksi remaja terhadap sikap personal hygiene saat menstruasi di SMP Negeri 2
Batang Angkola Tapanuli Selatan Tahun 2017.Untuk mengetahui pengaruh pemberian pendidikan kesehatan reproduksi
remaja terhadap tindakan personal hygiene saat menstruasi di SMP Negeri 2 Batang Angkola Tapanuli Selatan Tahun
2017.

Manfaat Penelitian
Bagi SMP Negeri 2 Batang Angkola Tapanuli Selatan tempat penelitian, diharapkan dapat menjadi panduan dalam
memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi remaja khususnya personal hygiene saat menstruasi
Bagi penulis lain diharapkan dapat dijadikan bahan kajian lanjut untuk melaksanakan penelitian dengan topik yang
sama, agar memberikan kontribusi untuk pelaksanaan program pendidikan kesehatan dalam penanganan kesehatan
reproduksi remaja.

TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Remaja
Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tidak berlebihan jika dikatakan masa depan bangsa yang akan datang
ditentukan pada keadaan remaja saat ini, sehingga remaja yang sehat dan berkualitas menjadi perhatian serius bagi
orang tua, praktisi pendidikan, atau remaja itu sendiri. Remaja yang sehat adalah remaja yang produktif dan kreatif
sesuai dengan tahap perkembangannya (Aryani et.al.2010) Remaja adalah anak usia 10-24 tahun yang merupakan
usia antara masa kanak-kanak dan masa dewasa dan sebagian titik awal proses reproduksi, sehingga perlu
dipersiapkan sejak dini.(Romauli, Vindari 2012).Berdasarkan proyeksi penduduk pada tahun 2015 menunjukan bahwa
jumlah remaja (usia 10-24 tahun) indonesia mencapai lebih dari 66,0 juta atau 25 % dari jumlah Penduduk Indonesia
255 juta (Bapenas, BPS, UNFPA 2013). Secara global, jumlah remaja (10-24 tahun) sebesar 25 persen atau 1,8 miliar
dari penduduk dunia (CSIS, 2014) hasil sensus penduduk 2010 menunjukan bahwa secara nasional jumlah remaja
mencapai 64 juta atau 27,6 persen dari total penduduk indonesia. (Arsip Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Barat
tahun 2015)

Tahap- Tahap Masa Remaja


Menurut WHO, yang dikatakan remaja adalah 10-18 tahun. Tetapi berdasarkan penggolongan umur masa remaja
terbagi atas: masa remaja awal (10-13 tahun), masa remaja tengah (14-16 tahun), masa remaja akhir (17-19 tahun)
(Aryani et.al,. 2010)
A. Remaja Awal
Pada tahap ini remaja mulai berfokus pada pengambilan keputusan, baik didalam rumah maupun disekolah.
Remaja mulai menunjukkan cara berpikir logis, sehingga sering menanyakan kewenangan dan standar di
masyarakat maupun disekolah. Remaja juga mulai menggunakan istilah-istilah sendiri dan mempunyai
pandangan, seperti olahraga yang lebih baik untuk bermain, memilih kelompok bergaul, pribadi seperti apa
yang diinginkan, dan mengenal cara untuk berpenampilan menarik
B. Remaja Menengah
Pada tahap ini terjadi peningkatan interaksi dengan kelompok, sehingga tidak selalu tergantung pada keluarga
dan terjadi eksplorasi seksual. Dengan menggunakan pengalaman dan pemikiran yang lebih kompleks, remaja
sering mengajukan pertanyaan, menganalisis secara lebih menyeluruh dan berpikir tentang bagaimana cara
mengembangkan identitas “siapa saya”?. Remaja juga mulai mempertimbangkan kemungkinan masa depan,
tujuan, dan membuat rencana sendiri.
C. Remaja Akhir
Remaja lebih berkonsentrasi pada rencana yang akan datang dan meningkatkan pergaulan. Selama masa
remaja akhir, proses berpikir secara kompleks digunakan untuk memfokuskan diri masalah-masalah idealisme
toleransi, keputusan untuk karir dan pekerjaan, serta peran orang dewasa dalam masyarakat (Aryani
ei.al.2010) Pertumbuhan dan perkembangan bertahap dari karakteristik seksual primer dan karakteristik
sekunder. Karakteristik perimer mencakup perkembangan organ organ reproduksi, sedangkan karakteristik

169
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 5 No. 3
ISSN. 2655-4399 September 2020
mencakup perubahan dalam bentuk tubuh sesuai dengan jenis kelamin misalnya pada remaja putri ditandai
dengan menarche atau menstruasi pertama (Lubis, 2013)
.
Organ Reproduksi Remaja Putri
Indung Telur (Ovarium), berfungsi mengeluarkan sel telur satu bulan satu kali. Organ ini ada dalam rongga pinggul,
terletak di kiri dan kanan rahim.Saluran indung telur (tuba fallopi), berfungsi untuk menyalurkan sel telur setelah keluar
dari indung telur (proses ovulasi) dan tempat dimana terjadi pembuahan (konsepsi) atau bertemunya sel telur dan
sperma.Rahim (Uterus), berfungsi sebagai tempat calon bayi dibesarkan. Bentuknya seperti buah pir dengan berat
normal 30-50 gram. Pada saat tidak hamil, besar rahim kurang lebih sebesar telur ayam kampung. Dindingnya terdiri
dari lapisan parametrium, lapisan metomtrium dan lapisan endometriumVagina/Liang Kemaluan, adalah lubang tempat
masuknya penis saat bersanggama, vagina juga merupakan jalan keluar darah haid dan bayi yang dilahirkan. Dalam
vagina terdapat mikro oganisme yang sangat bermanfaat kalau keseimbangannya tidak terganggu. Keseimbangannya
terganggu bila perempuan terlalu sering mencuci vagina dengan antiseptik, makan obat antibiotika yang membunuh
kuman, atau terlalu sering berhubungana seks berganti pasangan. Keputihan adalah salah satu akibat dari
terganggunnya keseimbangan organisme tersebut dalam vagina.Selaput dara (Hymen) adalah lapisan tipis yang berada
dalam liang kemaluan, tidak jauh dari mulut vagina. Ada selaput yang sangat tipis dan mudah robek dan ada selaput
dara yang kaku dan tidak mudah robek. Selaput dara yang tipis tidak hanya akan robek karena hubungan seks, tetapi
bisa robek karena hal lain seperti kecelakaan, jatuh, olah raga, dan lain-lain.Bibir kemaluan (Labia), berada di bagian
luar vagina. Ada yang disebut bibir besar dan bibir kecil. Bibir besar adalah bagian yang paling luar yang biasanya
ditumbuhi bulu. Bibir kecil terletak di belakang bibir besar dan banyak mengandung saraf pembuluh darah.
Kelentit (Klitoris), berada di bagian atas di antara bibir kemaluan. Bentuknya seperti kacang. Kelentit mempunyai syaraf
yang sangat banyak.Saluran kemih, berguna untuk mengeluarkan air kencing, terletak di antara kelentit dan mulut
vagina. Menstruasi dan Personal Hygiene

Defenisi Menstruasi
Menstruasi merupakan perdarahan yang teratur dari uterus sebagai tanda bahwa organ kandungan telah berfungsi
matang (Eny Kusmiran,2011)Haid atau menstruasi adalah luruhnya lapisan dinding bagian dalam rahim yang banyak
mengandung pembuluh darah, sehingga haid pada remaja putri ditandai dengan keluarnya darah dari lubang vagina.
Bila sel telur yang dalam perjalanannya menuju rahim tidak bertemu dengan sperma, maka tidak terjadi pembuahan,
dan sel telur bersama – sama dengan dinding rahim bagian dalam akan luruh/gugur dan keluar melalui vagina
(Kementrian kesehatan RI,2012).Menstruasi adalah masa perdarahan yang terjadi pada perempuan secara rutin setiap
bulan selama masa suburnya kecuali terjadi kehamilan. Masa menstruasi bisa juga disebut dengan mens, datang bulan
(Laila, 2014). Masa menstruasi merupakan masa perdarahan yang terjadi pada wanita secara rutin setiap bulan
terkecuali terjadi kehamilan. Pada menstruasi darah yang keluar sebenarnya adalah darah akibat peluruhan dinding
rahim (Endometrium) darah menstruasi tersebut mengalir dari rahim mrnuju keleher rahim yang kemudian keluar melalui
vagina (Pieter dan Lumongga, 2011).Menstruasi atau haid atau datang bulan adalah perubahan fisiologis dalam tubuh
wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi (Manuaba, 2012). Hormon steroid estrogen
dan progesteron mempengaruhi pertumbuhan endometrium, dibawah pengaruh estrogen endometrium memasuki fase
proliferasi, sesudah ovulasi endometrium memasuki fase sekresi. Dengan pengaruh kadar estrogen dan progesterone
pada akhir siklus haid, terjadi regenerasi endometrium kemudian diikuti oleh perdarahan yang dikenal dengan nama
menstruasi. Siklus perdarahan haid lamanya 5 – 7 hari, dan terjadi setiap 22 sampai 35 hari (Yanti, 2011).

Defenisi Personal Hygiene


Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat.
Kebersihan seseorang adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikis. Personal hygiene saat menstruasi adalah tindakan untuk memelihara kesehatan dan
kebersihan pada daerah kewanitaan pada saat menstruasi (Pribakti, 2008).Hygiene menstruasi merupakan komponen
hygiene perorangan yang memegang peran penting dalam menentukan status kesehatan, khususnya terhindar dari
infeksi alat reproduksi. Oleh karena itu pada saat menstruasi seharusnya perempuan benar-benar dapat menjaga
kebersihan organ reproduksi secara “ekstra” terutama pada bagian vagina, karena apabila tidak dijaga kebersihannya,
akan menimbulkan mikroorganisme seperti bakteri, jamur dan virus yang berlebih sehingga dapat mengganggu fungsi
organ reproduksi (Indriastuti, 2009).

170
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 5 No. 3
ISSN. 2655-4399 September 2020
Dampak tidak Tepat dalam Personal Hygiene saat Menstruasi
Dampak yang sering terjadi karena kurangnya kebersihan pada saat menstruasi adalah:
Demam
Radang pada permukaan vagina
Gatal-gatal pada kulit vagina
Keputihan
Rasa panas atau sakit pada bagian bawah perut (Kebidanankita. Blogspot,2010).
Keluhan yang dialami oleh remaja adalah gatal-gatal pada daerah kemaluan saat menstruasi. Gatal-gatal saat
menstruasi ini disebut juga dengan pruritus vulvae. Pruritus vulvae adalah iritasi atau rasa gatal disekitar vulva dan
lubang vagina yang bisa terjadi pada malam hari. Pruritus vulva bisa disebabkan oleh adanya keputihan pada vagina
(Misery, 2010).
Kanker serviks disebabkan oleh infeksi Human Paviloma Virus (HPV), selain itu juga dapat timbul karena personal
hygiene (kebersihan diri) genetalia yang kurang baik (Rahmayanti, 2012).
Banerjee dan Chazal (2006) menyatakan bahwa penyebab umum pruritus vulvaginal adalah infeksi fungi (jamur),
sedangkan Harris (1996) menjelaskan bahwa kebanyakan wanita mengalami keputihan berulang dan iritasi vulva bukan
karena infeksi jamur atau penggunaan pembalut tersebut, namun disebabkan oleh penggunan sabun yang berlebihan
pada vagina. Namun, sebagian besar mereka menginformasikan bahwa hal ini terjadi karena efek sabun, krim, lotion,
panty-liners, pakaian, panas, iritasi dan perawatan iritasi vagina. Hal ini sesuai dengan teori menurut Pribakti (2008)
bahwa salah satu dampak yang bisa terjadi bila tidak menjaga kebersihan tubuh diantaranya muncul bau khas dari
daerah vagina, karena dinding vagina serta leher rahim mengeluarkan cairan. Apabila cairan ini berwarna putih atau
kekuningan adalah sehat dan normal.

Tindakan Personal Hygiene Saat Menstruasi


Salah satu perilaku yang sangat ditekankan bagi perempuan yang tengah mengalami menstruasi adalah pemeliharaan
kebersihan diri. Untuk menjaga kebersihan dan kesehatan, idealnya penggunaan pembalut selama menstruasi harus
diganti secara teratur 2 sampai 3 kali sehari atau setiap 4 jam sekali, apabila jika sedang banyak-banyaknya. Setelah
mandi atau buang air, vagina harus dikeringkan dengan tissu atau handuk agar tidak lembab. Selain itu pemakaian
celana dalam hendaknya bahan yang terbuat dari yang mudah menyerap keringat, sedangkan hygiene adalah
pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif untuk memelihara dan mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri
dari ancaman penyakit (Indriastuti, 2009).
Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh remaja putri pada saat menstruasi, yaitu:

a.Perawatan kulit dan wajah


Wajah merupakan bagian yang paling sensitive bagi seorang remaja terutama remaja putri. Masalah jerawat pada
remaja terkait dengan penampilan mereka. Pada saat menstruasi kerja dari kelenjar sebaseus akan meningkat sehingga
produksi keringat meningkat. Pada saat menstruasi sangat bermanfaat untuk membersihkan muka dua sampai tiga kali
sehari guna membantu mencegah timbulnya jerawat.

b Kebersihan rambut
Menjaga kebersihan rambut sangatlah penting karena pada saat menstruasi kulit kepala lebih berminyak dan
berkeringat sehingga akan memudahkan timbulnya ketombe dan mikroorganisme lainnya.

c.Kebersihan tubuh
Kebersihan tubuh pada saat menstruasi juga sangat penting diperhatikan, dan sebaiknya mandi 2 kali sehari, dengan
sabun mandi biasa, pada saat mandi organ reproduksi luar perlu cermat dibersihkan. Cara membersihkan daerah
kewanitaan yang terbaik ialah membasuhnya dengan air bersih. Satu hal yang harus diperhatikan dalam membasuh
daerah kewanitaan kita, terutama setelah buang air besar (BAB), yaitu dengan membasuhnya dari arah depan ke
belakang (dari vagina ke arah anus), bukan sebaliknya. Karena apabila terbalik arah membasuhnya, maka kuman dari
daerah anus akan terbawa ke depan dan dapat masuk ke dalam vagina.Pada saat membersihkan alat kelamin, tidak
perlu dibersihkan dengan cairan pembersih atau cairan lain dan douche karena cairan tersebut akan semakin
merangsang bakteri yang menyebabkan infeksi. Apabila menggunakan sabun, sebaiknya gunakan sabun yang lunak
(dengan pH 3,5), misalnya sabun bayi yang biasanya ber-pH netral. Setelah memakai sabun, hendaklah dibasuh
dengan air sampai bersih (sampai tidak ada lagi sisa sabun yang tertinggal), sebab bila masih ada sisa sabun yang

171
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 5 No. 3
ISSN. 2655-4399 September 2020
tertinggal malah dapat menimbulkan penyakit. Setelah dibasuh, harus dikeringkan dengan handuk atau tissue, tetapi
jangan digosok-gosok. Dengan menjaga kebersihan tubuh dapat memberikan kesegaran bagi tubuh dan memperlancar
peredaran darah.

d. Kebersihan pakaian sehari-hari


Mengganti pakaian setiap hari sangatlah penting terutama pakaian dalam, gunakan pakaian dalam yang kering ringat
karena pakaian dalam yang basah akan mempermudah tumbuhnya jamur. Pakaian dalam yang telah terkena darah
sebaiknya direndam terlebih dahulu dan setelah kering disetrika. Pemakaian celana yang terlalu ketat sebaiknya
dihindari, karena hal ini menyebabkan kulit susah bernafas dan akhirnya bisa menyebabkan daerah kewanitaan menjadi
lembab dan teriritasi. Untuk pemilihan bahan, sebaiknya gunakan bahan yang nyaman dan menyerap keringat, seperti
misalnya katun. Pemakaian pantyliner setiap hari secara terus menerus juga tidak dianjurkan. Pantyliner sebaiknya
hanya digunakan pada saat keputihan banyak saja, dan sebaiknya jangan memilih pantyliner yang berparfum karena
dapat menimbulkan iritasi kulit.

e. Penggunaan pembalut
Pada saat menstruasi, pembuluh darah dalam rahim sangat mudah terinfeksi, oleh karena itu kebersihan alat kelamin
harus lebih dijaga karena kuman mudah sekali masuk dan dapat menimbulkan penyakit pada saluran reproduksi.
Pilihlah pembalut yang daya serapnya tinggi, sehingga tetap merasa nyaman selama menggunakannya. Sebaiknya pilih
pembalut yang tidak mengandung gel, sebab gel dalam pembalut kebanyakan dapat menyebabkan iritasi dan
menyebabkan timbulnya rasa gatal. Pembalut selama menstruasi harus diganti secara teratur 4-5 kali atau setiap
setelah mandi dan buang air kecil.Penggantian pembalut yang tepat adalah apabila di permukaan pembalut telah ada
gumpalan darah. Alasannya ialah karena gumpalan darah yang terdapat di permukaan pembalut tersebut merupakan
tempat yang sangat baik untuk perkembangan bakteri dan jamur. Jika menggunakan pembalut sekali pakai sebaiknya
dibersihkan dulu sebelum dibungkus lalu diuang ke tempat sampah. Untuk pembalut lainnya sebaiknya direndam
memakai sabun di tempat tertutup terlebih dahulu sebelum dicuci (Kebidanankita. Blogspot,2010).Perilaku lain yang
kurang dari perawatan hygiene menstruasi adalah malas mengganti pembalut. Beberapa penyakit yang mudah hinggap
pada wanita adalah terjangkitnya infeksi jamur dan bakteri. Kondisi tersebut biasanya terjadi pada saat wanita dalam
masa menstruasi. Salah satu penyebabnya yaitu bakteri yang berkembang pada pembalut (Andira, 2010).
Mulyati (2007), cara membersihkan daerah kewanitaan adalah :
a. Membasuh tangan dengan sabun, sebelum dan sesudah memegang daerah kewanitaan
b. Membasuh daerah kewanitaan dengan air bersih
c. Membasuh dari arah depan ke belakang setelah buang air kecil/buang air besar
d. Untuk mencegah masuknya mikroorganisme dari anus
e. Hindari penggunaan tissue toilet terlalu sering
f. Hindari pembalut yang menyebabkan iritasi
Cara perawatan vaginal dan ginekologi yang baik menurut Sheldon (1986)
adalah:
Mandi setiap hari dengan sabun dan air hangat .jangan pakai sabun yang mengandung zat-zat kimia tertentu .pada
waktu mencuci, renggangkan bibir vagina dan bersihkan baik-baik, jangan lupa membersihkan daerah clitoris, douche
(penyemprotan) .
Sesudah buang air besar, bersihkan daerah dubur dari depan kebelakang. Anus letaknya dekat pembukaan vagina,
maka cara pembersihan yang kurang baik bias memindahkan bakteri dari dubur dan kotoran kedalam vagina atau
saluran kencing, sehingga mengakibatkan infeksi saluran kencing.Dikamar mandi umum, sebaiknya pakai penutup
tempat duduk toilet yang dapat langsung kamu buang sesudah kamu pakai sendiri. Jangan lupa cuci tangan
sesudahnya.Vulva harus cukup mendapatkan udara dan harus selalu kering. Lebih baik pakai celana dalam yang
terbuat dari kain katun, karena nilon tidak menghisap air dan tidak tembus udara yang diperlukan untuk aliran udara
bebas ke bagian luar alat kelamin.Selama haid, gantilah pembalut sesering mungkin. Minimal 2x sehari, meskipun
jumlah darah hanya sedikit.Selama ovulasi ada pengeluaran cairan dari vagina lebih dari biasanya. Kadangkadang ada
pendarahan. Ini disebabkan oleh produksi estrogen yang meningkat disertai perubahan hormon-hormon tertentu.
Mencuci dengan air dan sabun sudah cukup.Jangan pakai deodoran khusus untuk daerah vagina. Ini tambah
merangsang dan sama sekali tidak ada gunanya. Karena deodorant itu sendiri bisa menimbulkan infeksi Jangan lupa
memeriksakan diri secara teratur. Gejala yang lain daripada yang biasa terjadi sehari-hari, misalnya:pengeluaran luaran

172
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 5 No. 3
ISSN. 2655-4399 September 2020
lender dari vagina, bau ataupun tidak bau, haid yang banyak dan berkepanjangan, perdarahan diantara waktu haid
normal, sebaiknya langsung diperiksakan pada dokter

Promosi Kesehatan
Pengertian Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk
dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber
daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan
(Kemenkes,2011)
Promosi Kesehatan dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan terhadap siswi sehingga mereka mau dan mampu
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri.
Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan merupakan serangkaian upaya yang ditujukan untuk mempengaruhi orang lain, mulai dari
individu kelompok, keluarga dan masyarakat agar terlaksananya perilaku hidup sehat (Setiawati dkk,2008)
Konsep dasar pendidikan adalah proses belajar yang berarti di dalam pendidikan itu sendiri terjadi proses pertumbuhan
perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada individu, kelompok atau
masyarakat dari tidak tahu tentang nilai-nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu menjadi mampu mengatasi
masalah-masalah kesehatannya sendiri. (Natoatmodjo, 2004)
pendidikan kesehatan merupakan suatu proses yang dinamis. Tidak dapat disangkal pendidikan bukanlah satu-satunya
cara mengubah perilaku, tetapi pendidikan juga mempunyai peranan yang cukup penting dalam perubahan
pengetahuan setiap individu. Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari promosi kesehatan, dan merupakan suatu
disiplin ilmu pendidikan yang berwawasan luas. (Sarwono, 2004).

Metode Pendidikan Kesehatan


Dalam suatu proses pendidikan kesehatan untuk mencapai tujuan yakni perubahan perilaku, yang dipengaruhi
beberapa faktor yaitu faktor metode, materi dan pesan faktor pendidik dan petugas yang melakukannya juga alat bantu
atau media yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Metode atau tehnik dalam pemberian pendidikan kesehatan
adalah cara dan alat bantu apa yang digunkan untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan untuk mentransformasikan
perilaku kesehatan kepada sasaran atau masyarakat (Notoatmodjo, 2007) . Metode pendidikan kesehatan yang
digunakan adalah metode ceramah, karena metode ceramah merupakan metode yang paling sering digunakan dalam
proses pendidikan kesehatan, metode ceramah cocok pada sasaran yang berpendidikan tinggi dan berpendidikan
rendah (Notoatmodjo, 2007) Beberapa keuntungan menggunakan metode ceramah adalah murah dari segi biaya,
mudah mengulang kembali jika ada materi yang kurang jelas dipahami oleh peserta dari pada proses membaca sendiri
lebih dapat dipastikan tercapainya informasi yang telah disusun dan disiapkan. Dan jika waktu yang tersedia sangat
minim maka metode ini lah yang tepat untuk digunakan dimana dapat menyampaikan banyak pesan dalam waktu yang
relatif singkat (Lunandi 1993).

Perilaku
Menurut Notoatmodjo (2012) perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung
maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar dan menurut skinner (dalam Notoatmodjo, 2012) perilaku merupakan
respon atau reaksi seseorang (organisme) terhadap rangsangan atau stimulus yang berkaitan dengan sakit dan
penyakit

Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan melalui kelima indaranya,
tetapi sebagian besar memilih suatu proses yaitu proses belajar dan membutuhkan suatu bantuan misalnya bantuan
seseorang yang lebih menguasai suatu hal (Notoatmodjo, 2007)
Notoatmodjo 2003 salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu pendidikan kesehatan.pendidikan
kesehatan adalah salah satu upaya promosi kesehatan dalam memberikan informasi atau nasehat yang ditunjukkan
kepada individu, kelompok ataupun masyarakat.
Hal Hal Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Beberapa hal yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah:

173
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 5 No. 3
ISSN. 2655-4399 September 2020
pendidikan kesehatan adalah suatu proses penyampaian informasi untuk merubah pengetahuan dan sikap seseorang
atau kelompok tentang informasi atau pendidikan yang diberikan.
Keterpaparan Informasi(Bakhtiar,2004) informasi adalah segala sesuatu yang disebut berita atau kepintaran. Informasi
merupakan suatu yang dapat diketahui, informasi sebagai transformasi pengetahuan.

Sikap
Penangan merupakan perilaku atau sikap seseorang manusia terhadap kondisi yang dialaminya . menurut Notoatmodjo
(2012) sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseoarang terhadap stimulus atau obyek sikap
secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuai reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-
hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.Sikap adalah perasaan, pikiran dan
kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai asfek asfek tertentu dalam lingkungannya
sikap merupakan kecondongan evaluatif terhadap suatu stimulus atau objek yang berdampak pada bagaimana
seseorang terhadap objek tersebut. Ini berarti sikap menunjukkan kesetujuan atau ketidak setujuan, suka atau tidak
suka seseorang terhadap sesuatu (Mubarak,2011). Notoatmodjo (2012) sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu:
menerima (receiving) diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
Merespon (responding) yaitu memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang
diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Menghargai (valuing) yang mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah. Bertanggung jawab (responsible) yaitu tanggung jaab atas segala sesuatu yang telah
dipilihnya dengan segala resiko, indikator sikap kesehatan sejalan dengan pengetahuan.Sikap adalah tanggapan atau
pandangan untuk kecenderungan mengadakan tindakan terhadap suatu objek dengan suatu cara yang menyatakan
adanya tanda-tanda untuk menyenangi/tidak menyenangi objek tersebut, sikap adalah hanya sebagian dari sebagian
perilaku manusia karena sikap belum merupakan tindakan atau aktifitas yang dinyatakan dalam bentuk perilaku
(Notoatmodjo, 2007).

Tindakan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan, untuk mewujudkan sikap menjadi perbuatan nyata
diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor
fasilitas, juga diperlukan faktor pendukung dari pihak lain misalnya dari suami atau istri, orang tua atau mertua dan lain-
lain (Notoatmodjo, 2012).

Landasan Teori
Notoatmodjo (2002) mengatakan bahwa pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini menjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni : indra
penglihatan, pengideraan, penciuman, rasa dan raba sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga. Menurut Skiner (1938) yang dikutip Notoatmodjo (2005) proses pembuahan perilaku sama dengan proses
belajar proses perubahan perilaku tersebut sama dengan proses belajar pada individu.teori ini dikenal dengan teori S-O-
R (Stimulus-Organisme-Response) proses perubahan perilaku berdasarkan teori.
Peroses perubahan perilaku berdasarkan teori ini digambarkan sebagai berikut:
RESPON
STIMULUS ORGANISME
TERTUTUP:

-
PENGETAHUA
N

RESPON
TERBUKA:

-PRAKTEK/
TINDAKAN

Gambar 1. Pembentukan Perilaku Menurut Teori Skiner


174
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 5 No. 3
ISSN. 2655-4399 September 2020
Berdasarkan teori ini pendidikan kesehatan reproduksi rangsangan atau stimulus yang diberikan kepada siswi kelas 2
SMP Negeri 2 Batang Angkola dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, tindakan responden dalam
melakukan personal hygiene saat menstruasi.
Kerangka Konsep.Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan hubungan atau kaitan antara konsep yang satu
dengan konsep yang lain, atau variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti.
Kerangka konsep dalam penelitian ini menggambarkan tentang pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi remaja
terhadap perilaku personal hygiene saat menstruasi.
Berdasarkan studi kepustakaan dapat disusun kerangka konsep penelitian sebagai berikut:
Variabel Independen Variabel Dependen
- Pengetahuan, Pendidikan Kesehatan
- Sikap Reproduksi Remaja
Personal Hygiene Saat
- Tindakan Menstruasi

Gambar 2 Kerangka Konsep Penelitian

Hipotesis
Ada pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi remaja terhadap pengetahuan personal hygiene saat menstruasi di
SMP Negeri 2 Batang Angkola Tapanuli Selatan Tahun 2017.Ada pengaruh pemberian pendidikan kesehatan
reproduksi remaja terhadap sikap personal hygiene saat menstruasi di SMP Negeri 2 Batang Angkola Tapanuli Selatan
Tahun 2017.Ada pengaruh pemberian pendidikan kesehatan reproduksi remaja terhadap tindakan personal hygiene
saat menstruasi di SMP Negeri 2 Batang Angkola Tapanuli Selatan Tahun 2017.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen (eksperimen semu), dengan rancangan one group pretest dan postest,
dimana rancangan ini tidak menggunakan kelompok pembanding (kontrol), tetapi sesudah dilakukan observasi pertama
(pretest) yang memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya perlakuan
(Notoatmodjo, 2002). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi remaja
terhadap personal hygiene saat menstruasi di SMP Negeri 2 Batang Angkola Tapanuli Selatan.
Adapun rancangan penelitian ini diwujudkan dalam bentuk sebagai berikut:

O1 X O2

Gambar 3 Rancangan Penelitian

Keterangan:
O1 adalah hasil pre-test tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan siswa pada kelompok yang akan diberi perlakuan
sebelum diberikan pendidikan kesehatan reproduksi.
X adalah perlakuan yang diberikan yaitu pemberian pendidikan kesehatan reproduksi.
O2 adalah post-test tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan siswa sesudah diberikan perlakuan setelah 1 bulan.

Lokasi Dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Batang Angkola Tapanuli Selatan dan Penelitian ini dilakukan pada
bulan februari – juni 2017

Populasi Dan Sampel


Populasi adalah sekumpulan orang atau objek yang memiliki karakteristik yang secara umum dapat diamati (Hermanto,
2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi putri kelas 2 yang ada di SMP Negeri 2 Batang Angkola
Tapanuli Selatan yang berjumlah 82 orang.

175
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 5 No. 3
ISSN. 2655-4399 September 2020
Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini pengambilan sampel menggunakan
rumus Slovin

N= jumlah sampel
N= jumlah popilasi
d= batas toleransi kesalahan 5% (0.05)

68
Sehingga didapat jumlah sampel yang diteliti adalah 68 responden
Teknik pengambilan sampel dengan sampling sistematis yaitu teknik sampel yang menggunakan nomor urut dari
populasi, berdasarkan nomor yang ditetapkan sendiri oleh peneliti, maupun nomor identitas tertentu, urutan yang
diseragamkan.
Populasi berjumlah 82 diurutkan 1-82 peneliti bisa menggunakan sampel yang diambil berdasarkan nomor urut ganjil.

Metode Pengumpulan Data


Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden melalui pengisian kuesioner yang diisi langsung oleh
responden.
Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari SMP Negeri 2 Batang Angkola Tapanuli Selatan meliputi jumlah remaja
putri kelas 2.
Validitas dan Reabilitas
Instrumen penelitian ini adalah kuesioner. Pada penyusunan Kuesioner salah satu kriteria kuesioner yang baik adalah
validitas dan reabilitas kuesioner

Uji Validitas
Uji validitas instrumen pada penelitian ini dilakukan dengan cara mengukur korelasi antara item dengan skor total item.
Validitas masing-masing butir pertanyaan dapat dilihat pada nilai corrected item total correlation, dengan menggunakan
korelasi pearson product moment correlation (r) dengan ketentuan bila nilai koefisien korelasi (r) >0,361 maka variabel
tersebut dikatakan valid. Uji validitas instrumen pada penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Batang Angkola
dengan besar sampel sebanyak 30 orang siswa SMP Negeri 1 Batang Angkola kelas 2. Alasan pemilihan sampel dan
lokasi uji validitas mempunyai karakteristik yang sama dengan sampel penelitian.

Uji Reabilitas
Reabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukur dapat menunjukkan ketepatan dan
dipercaya dengan menggunakan metode cronbachs alpha, yaitu menganalisis reabilitas alat ukur dari satu kali
pengukuran Kuesioner dikatakan reliabel jika memiliki nilai alpha minimal 0,7 (Supranto, 2010).

Prosedur Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data dalam penelitian ini mencakup data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang
langsung diperoleh dari responden melalui wawancara langsung menggunakan kuesioner mengenai pendidikan
kesehatan. Data sekunder, yaitu data yang mendukung data primer yang diperoleh dari catatan dari SMP Negeri 2
Batang Angkola.
Prosedur kegiatan penelitian yang dilakukan meliputi beberapa tahapan yaitu:

Tahapan Persiapan
Di tahap ini peneliti melakukan pengurusan perizinan kelokasi penelitian. Melakukan pengumpulan data awal dengan
diperkirakan dapat memperoleh gambaran dari beberapa siswa yang ditanyakan tentang pendidikan kesehatan
refroduksi. Terakhir mempersiapkan bahan-bahan dan alat bantu yang mendukung dan memperlancar proses
pelaksanaan pendidikan kesehatan refroduksi remaja dengan metode ceramah.
176
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 5 No. 3
ISSN. 2655-4399 September 2020

Tahap Pelaksanaan
Sebelum dilakukan pendidikan kesehatan reproduksi seluruh responden diberi arahan tentang cara kegiatan. Tahap
pelaksanaan terdiri dari empat kegiatan yaitu:
Sebelum dilakukan pendidikan kesehatan responden harus menjawab pertanyaan kuesioner pretest, kuesioner tentang
pengetahuan, sikap dan tindakan setelah kuesioner dijawab, kuesioner dikumpulkan kembali.
Sebelum dilakukan pendidikan kesehatan reproduksi responden dibagikan handouts dari power poin yang akan
disampaikan, Selanjutnya responden diberikan pendidikan kesehatan reproduksi dengan metode ceramah. Berikut
adalah bahan yang akan disampaikan pada saat melakukan pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja putri kelas 2
di SMP Negeri 2 Batang Angkola.
Pendidikan kesehatan refroduksi yang diberikan adalah sebagai berikut:
Pendidikan Kesehatan Refroduksi
Organ Reproduksi Remaja Putri
Organ Reproduksi wanita
Indung Telur (Ovarium), berfungsi mengeluarkan sel telur satu bulan satu kali. Organ ini ada dalam rongga pinggul,
terletak di kiri dan kanan rahim.
Saluran indung telur (tuba fallopi), berfungsi untuk menyalurkan sel telur setelah keluar dari indung telur (proses ovulasi)
dan tempat dimana terjadi pembuahan (konsepsi) atau bertemunya sel telur dan sperma.
Rahim (Uterus), berfungsi sebagai tempat calon bayi dibesarkan. Bentuknya seperti buah pir dengan berat normal 30-50
gram. Pada saat tidak hamil, besar rahim kurang lebih sebesar telur ayam kampung. Dindingnya terdiri dari lapisan
parametrium, lapisan metomtrium dan lapisan endometrium
Vagina/Liang Kemaluan, adalah lubang tempat masuknya penis saat bersanggama, vagina juga merupakan jalan keluar
darah haid dan bayi yang dilahirkan. Dalam vagina terdapat mikro oganisme yang sangat bermanfaat kalau
keseimbangannya tidak terganggu. Keseimbangannya terganggu bila perempuan terlalu sering mencuci vagina dengan
antiseptik, makan obat antibiotika yang membunuh kuman, atau terlalu sering berhubungana seks berganti pasangan.
Keputihan adalah salah satu akibat dari terganggunnya keseimbangan organisme tersebut dalam vagina.
Selaput dara (Hymen) adalah lapisan tipis yang berada dalam liang kemaluan, tidak jauh dari mulut vagina. Ada selaput
yang sangat tipis dan mudah robek dan ada selaput dara yang kaku dan tidak mudah robek. Selaput dara yang tipis
tidak hanya akan robek karena hubungan seks, tetapi bisa robek karena hal lain seperti kecelakaan, jatuh, olah raga,
dan lain-lain.Bibir kemaluan (Labia), berada di bagian luar vagina. Ada yang disebut bibir besar dan bibir kecil. Bibir
besar adalah bagian yang paling luar yang biasanya ditumbuhi bulu. Bibir kecil terletak di belakang bibir besar dan
banyak mengandung saraf pembuluh darah.Kelentit (Klitoris), berada di bagian atas di antara bibir kemaluan. Bentuknya
seperti kacang. Kelentit mempunyai syaraf yang sangat banyak.Saluran kemih, berguna untuk mengeluarkan air
kencing, terletak di antara kelentit dan mulut vagina.

Menstruasi dan Personal Hygiene


Menstruasi merupakan perdarahan yang teratur dari uterus sebagai tanda bahwa organ kandungan telah berfungsi
matang (Eny Kusmiran,2011)
Haid atau menstruasi adalah luruhnya lapisan dinding bagian dalam rahim yang banyak mengandung pembuluh darah,
sehingga haid pada remaja putri ditandai dengan keluarnya darah dari lubang vagina. Bila sel telur yang dalam
perjalanannya menuju rahim tidak bertemu dengan sperma, maka tidak terjadi pembuahan, dan sel telur bersama –
sama dengan dinding rahim bagian dalam akan luruh/gugur dan keluar melalui vagina (Kementrian kesehatan RI,2012).
Menstruasi adalah masa perdarahan yang terjadi pada perempuan secara rutin setiap bulan selama masa suburnya
kecuali terjadi kehamilan. Masa menstruasi bisa juga disebut dengan mens, datang bulan (Laila, 2014).
Masa menstruasi merupakan masa perdarahan yang terjadi pada wanita secara rutin setiap bulan terkecuali terjadi
kehamilan. Pada menstruasi darah yang keluar sebenarnya adalah darah akibat peluruhan dinding rahim (Endometrium)
darah menstruasi tersebut mengalir dari rahim mrnuju keleher rahim yang kemudian keluar melalui vagina (Pieter dan
Lumongga, 2011).
Menstruasi atau haid atau datang bulan adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi secara berkala dan
dipengaruhi oleh hormon reproduksi (Manuaba, 2012).
Hormon steroid estrogen dan progesteron mempengaruhi pertumbuhan endometrium, dibawah pengaruh estrogen
endometrium memasuki fase proliferasi, sesudah ovulasi endometrium memasuki fase sekresi. Dengan pengaruh kadar
estrogen dan progesterone pada akhir siklus haid, terjadi regenerasi endometrium kemudian diikuti oleh perdarahan

177
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 5 No. 3
ISSN. 2655-4399 September 2020
yang dikenal dengan nama menstruasi. Siklus perdarahan haid lamanya 5 – 7 hari, dan terjadi setiap 22 sampai 35 hari
(Yanti, 2011).

Defenisi Personal Hygiene


Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat.
Kebersihan seseorang adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikis. Personal hygiene saat menstruasi adalah tindakan untuk memelihara kesehatan dan
kebersihan pada daerah kewanitaan pada saat menstruasi (Pribakti, 2008).
Hygiene menstruasi merupakan komponen hygiene perorangan yang memegang peran penting dalam menentukan
status kesehatan, khususnya terhindar dari infeksi alat reproduksi. Oleh karena itu pada saat menstruasi seharusnya
perempuan benar-benar dapat menjaga kebersihan organ reproduksi secara “ekstra” terutama pada bagian vagina,
karena apabila tidak dijaga kebersihannya, akan menimbulkan mikroorganisme seperti bakteri, jamur dan virus yang
berlebih sehingga dapat mengganggu fungsi organ reproduksi (Indriastuti, 2009).
Dampak tidak Tepat dalam Personal Hygiene saat Menstruasi
Dampak yang sering terjadi karena kurangnya kebersihan pada saat menstruasi adalah:
a. Demam
b. Radang pada permukaan vagina
c. Gatal-gatal pada kulit vagina
d. Keputihan
Rasa panas atau sakit pada bagian bawah perut (Kebidanankita. Blogspot,2010).
Keluhan yang dialami oleh remaja adalah gatal-gatal pada daerah kemaluan saat menstruasi. Gatal-gatal saat
menstruasi ini disebut juga dengan pruritus vulvae. Pruritus vulvae adalah iritasi atau rasa gatal disekitar vulva dan
lubang vagina yang bisa terjadi pada malam hari. Pruritus vulva bisa disebabkan oleh adanya keputihan pada vagina
(Misery, 2010). Kanker serviks disebabkan oleh infeksi Human Paviloma Virus (HPV), selain itu juga dapat timbul karena
personal hygiene (kebersihan diri) genetalia yang kurang baik (Rahmayanti, 2012).
Banerjee dan Chazal (2006) menyatakan bahwa penyebab umum pruritus vulvaginal adalah infeksi fungi (jamur),
sedangkan Harris (1996) menjelaskan bahwa kebanyakan wanita mengalami keputihan berulang dan iritasi vulva bukan
karena infeksi jamur atau penggunaan pembalut tersebut, namun disebabkan oleh penggunan sabun yang berlebihan
pada vagina. Namun, sebagian besar mereka menginformasikan bahwa hal ini terjadi karena efek sabun, krim, lotion,
panty-liners, pakaian, panas, iritasi dan perawatan iritasi vagina. Hal ini sesuai dengan teori menurut Pribakti (2008)
bahwa salah satu dampak yang bisa terjadi bila tidak menjaga kebersihan tubuh diantaranya muncul bau khas dari
daerah vagina, karena dinding vagina serta leher rahim mengeluarkan cairan. Apabila cairan ini berwarna putih atau
kekuningan adalah sehat dan normal.

Tindakan Personal Hygiene Saat Menstruasi


Salah satu perilaku yang sangat ditekankan bagi perempuan yang tengah mengalami menstruasi adalah pemeliharaan
kebersihan diri. Untuk menjaga kebersihan dan kesehatan, idealnya penggunaan pembalut selama menstruasi harus
diganti secara teratur 2 sampai 3 kali sehari atau setiap 4 jam sekali, apabila jika sedang banyak-banyaknya. Setelah
mandi atau buang air, vagina harus dikeringkan dengan tissu atau handuk agar tidak lembab. Selain itu pemakaian
celana dalam hendaknya bahan yang terbuat dari yang mudah menyerap keringat, sedangkan hygiene adalah
pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif untuk memelihara dan mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri
dari ancaman penyakit (Indriastuti, 2009).Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh remaja putri pada saat menstruasi, yaitu:

a.Perawatan kulit dan wajah


Wajah merupakan bagian yang paling sensitive bagi seorang remaja terutama remaja putri. Masalah jerawat pada
remaja terkait dengan penampilan mereka. Pada saat menstruasi kerja dari kelenjar sebaseus akan meningkat sehingga
produksi keringat meningkat. Pada saat menstruasi sangat bermanfaat untuk membersihkan muka dua sampai tiga kali
sehari guna membantu mencegah timbulnya jerawat.

b.Kebersihan rambut
Menjaga kebersihan rambut sangatlah penting karena pada saat menstruasi kulit kepala lebih berminyak dan
berkeringat sehingga akan memudahkan timbulnya ketombe dan mikroorganisme lainnya.

178
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 5 No. 3
ISSN. 2655-4399 September 2020

c.Kebersihan tubuh
Kebersihan tubuh pada saat menstruasi juga sangat penting diperhatikan, dan sebaiknya mandi 2 kali sehari, dengan
sabun mandi biasa, pada saat mandi organ reproduksi luar perlu cermat dibersihkan. Cara membersihkan daerah
kewanitaan yang terbaik ialah membasuhnya dengan air bersih. Satu hal yang harus diperhatikan dalam membasuh
daerah kewanitaan kita, terutama setelah buang air besar (BAB), yaitu dengan membasuhnya dari arah depan ke
belakang (dari vagina ke arah anus), bukan sebaliknya. Karena apabila terbalik arah membasuhnya, maka kuman dari
daerah anus akan terbawa ke depan dan dapat masuk ke dalam vagina.
Pada saat membersihkan alat kelamin, tidak perlu dibersihkan dengan cairan pembersih atau cairan lain dan douche
karena cairan tersebut akan semakin merangsang bakteri yang menyebabkan infeksi. Apabila menggunakan sabun,
sebaiknya gunakan sabun yang lunak (dengan pH 3,5), misalnya sabun bayi yang biasanya ber-pH netral. Setelah
memakai sabun, hendaklah dibasuh dengan air sampai bersih (sampai tidak ada lagi sisa sabun yang tertinggal), sebab
bila masih ada sisa sabun yang tertinggal malah dapat menimbulkan penyakit. Setelah dibasuh, harus dikeringkan
dengan handuk atau tissue, tetapi jangan digosok-gosok. Dengan menjaga kebersihan tubuh dapat memberikan
kesegaran bagi tubuh dan memperlancar peredaran darah.

d.Kebersihan pakaian sehari-hari

Mengganti pakaian setiap hari sangatlah penting terutama pakaian dalam, gunakan pakaian dalam yang kering dan
menyerap keringat karena pakaian dalam yang basah akan mempermudah tumbuhnya jamur. Pakaian dalam yang telah
terkena darah sebaiknya direndam terlebih dahulu dan setelah kering disetrika. Pemakaian celana yang terlalu ketat
sebaiknya dihindari, karena hal ini menyebabkan kulit susah bernafas dan akhirnya bisa menyebabkan daerah
kewanitaan menjadi lembab dan teriritasi. Untuk pemilihan bahan, sebaiknya gunakan bahan yang nyaman dan
menyerap keringat, seperti misalnya katun. Pemakaian pantyliner setiap hari secara terus menerus juga tidak
dianjurkan. Pantyliner sebaiknya hanya digunakan pada saat keputihan banyak saja, dan sebaiknya jangan memilih
pantyliner yang berparfum karena dapat menimbulkan iritasi kulit.

e.Penggunaan pembalut
Pada saat menstruasi, pembuluh darah dalam rahim sangat mudah terinfeksi, oleh karena itu kebersihan alat kelamin
harus lebih dijaga karena kuman mudah sekali masuk dan dapat menimbulkan penyakit pada saluran reproduksi.
Pilihlah pembalut yang daya serapnya tinggi, sehingga tetap merasa nyaman selama menggunakannya. Sebaiknya pilih
pembalut yang tidak mengandung gel, sebab gel dalam pembalut kebanyakan dapat menyebabkan iritasi dan
menyebabkan timbulnya rasa gatal. Pembalut selama menstruasi harus diganti secara teratur 4-5 kali atau setiap
setelah mandi dan buang air kecil.Penggantian pembalut yang tepat adalah apabila di permukaan pembalut telah ada
gumpalan darah. Alasannya ialah karena gumpalan darah yang terdapat di permukaan pembalut tersebut merupakan
tempat yang sangat baik untuk perkembangan bakteri dan jamur. Jika menggunakan pembalut sekali pakai sebaiknya
dibersihkan dulu sebelum dibungkus lalu diuang ke tempat sampah. Untuk pembalut lainnya sebaiknya direndam
memakai sabun di tempat tertutup terlebih dahulu sebelum dicuci (Kebidanankita. Blogspot,2010).Perilaku lain yang
kurang dari perawatan hygiene menstruasi adalah malas mengganti pembalut. Beberapa penyakit yang mudah hinggap
pada wanita adalah terjangkitnya infeksi jamur dan bakteri. Kondisi tersebut biasanya terjadi pada saat wanita dalam
masa menstruasi. Salah satu penyebabnya yaitu bakteri yang berkembang pada pembalut (Andira, 2010).Mulyati
(2007), cara membersihkan daerah kewanitaan adalah :

a. Membasuh tangan dengan sabun, sebelum dan sesudah memegang daerah kewanitaan
b. Membasuh daerah kewanitaan dengan air bersih
c. Membasuh dari arah depan ke belakang setelah buang air kecil/buang air besar
d. Untuk mencegah masuknya mikroorganisme dari anus
e. Hindari penggunaan tissue toilet terlalu sering
f. Hindari pembalut yang menyebabkan iritasi
Cara perawatan vaginal dan ginekologi yang baik menurut Sheldon (1986)
adalah:

179
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 5 No. 3
ISSN. 2655-4399 September 2020
Mandi setiap hari dengan sabun dan air hangat .jangan pakai sabun yang mengandung zat-zat kimia tertentu .pada
waktu mencuci, renggangkan bibir vagina dan bersihkan baik-baik, jangan lupa membersihkan daerah clitoris, douche
(penyemprotan) .
Sesudah buang air besar, bersihkan daerah dubur dari depan kebelakang. Anus letaknya dekat pembukaan vagina,
maka cara pembersihan yang kurang baik bias memindahkan bakteri dari dubur dan kotoran kedalam vagina atau
saluran kencing, sehingga mengakibatkan infeksi saluran kencing.
Dikamar mandi umum, sebaiknya pakai penutup tempat duduk toilet yang dapat langsung kamu buang sesudah kamu
pakai sendiri. Jangan lupa cuci tangan sesudahnya.
Vulva harus cukup mendapatkan udara dan harus selalu kering. Lebih baik pakai celana dalam yang terbuat dari kain
katun, karena nilon tidak menghisap air dan tidak tembus udara yang diperlukan untuk aliran udara bebas ke bagian luar
alat kelamin.
Selama haid, gantilah pembalut sesering mungkin. Minimal 2x sehari, meskipun jumlah darah hanya sedikit.
Selama ovulasi ada pengeluaran cairan dari vagina lebih dari biasanya. Kadangkadang ada pendarahan. Ini disebabkan
oleh produksi estrogen yang meningkat disertai perubahan hormon-hormon tertentu. Mencuci dengan air dan sabun
sudah cukup.
Jangan pakai deodoran khusus untuk daerah vagina. Ini tambah merangsang dan sama sekali tidak ada gunanya.
Karena deodorant itu sendiri bisa menimbulkan infeksi
Jangan lupa memeriksakan diri secara teratur. Gejala yang lain daripada yang biasa terjadi sehari-hari,
misalnya:pengeluaran luaran lender dari vagina, bau ataupun tidak bau, haid yang banyak dan berkepanjangan,
perdarahan diantara waktu haid normal, sebaiknya langsung diperiksakan pada dokter Mulyati (2007),
Setelah selesai dalam pemberian pendidikan kesehatan, reponden diminta kembali untuk mengisi kuesioner post test
tentang pendidikan dan sikap. Selanjutnya menjelaskan kepada responden setelah 1 bulan kedepan akan mengisi
kuesioner tindakan. Karena akan menilai apakah responden melakuakn melakukan personal hygiene saat menstruasi
sesuai dengan pendidikan kesehatan yang diberikan. Dan ditaksir perjalanan satu bulan kedepan responden akan
mengalami menstruasi.
Setelah dua minggu dihitung dari hari pelaksanan pemberian pendidikan kesehatan, kuesioner tindakan dibagikan
kepada responden dan diminta untuk menjawab kuesioner dengan sebenar-benarnya.
Secara ringkas pelaksanaan penelitian ini adalah:
Seluruh Siswa Yang
Menjadi Responden

Pre Test Pengetahuan,


Sikap Dalam Melakukan
Personal Hygiene Saat
Pendidikan Kesehatan
Dengan Metode
Post Test Pengetahuan,
Sikap Siswa dalam
Melakukan Personal
Hygiene Saat Menstruasi

Setelah 1 bulan
Post Test Tindakan Siswa dalam
Melakukan Personal Hygiene Saat
Menstruasi
Gambar 4 Alur Penelitian

Variabel dan Defenisi Operasional


180
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 5 No. 3
ISSN. 2655-4399 September 2020
Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Dependen
Pendidikan Merupakan upaya dilakukan 1.dilakukan Nominal
kesehatan mempengaruhi manusia agar 2.tidak
terlaksananya perilaku hidup dilakukan
sehat
Independen
Pengetahuan Segala sesuatu yang diketahui Kuesioner 1.Baik (6-10) Ordinal
oleh responden mengenai 2.tidak baik (0-
dismenoria 5)

Sikap Reaksi respon tertutup dari Kuesioner 1.baik(21-40) Ordinal


responden dalam melakukan 2.tidak baik(10-
personal hygiene saat 20)
menstruasi Reaksi respon
Tindakan terbuka dari responden dalam Kuesioner 1.Baik 6-10 Ordinal
melakukan personal hygiene 2.tidak baik 0-5
saat menstruasi

Metode Pengukuran
Kuesioner Pengetahuan
Kuesioner pengetahuan ini terdiri dari 10 pertanyaan penilaian kuesioner ini mengunakan skala guttman dengan dua
alternatif jawaban yang terdiri dari pilihan ya dan tidak penilaian kuesioner ini adalah jika jawaban benar diberi skor
1dan jawaban salah di beri skor 0 nilai terendah yang mungkin dicapai adalah 0 dan nilai tertinggi yang akan dicapai
adalah 10. Rentang skor adalah untuk mengetahui panjang kelas menggunakan interval (Hidayat, 2010).
I

I=

Selanjutnya dikategorikan menjadi


Baik = jika skornya 6-10
Tidak baik = jika skor 0-5
Kuesioner Sikap
Kuesioner sikap ini terdiri dari 10 pertanyaan penilaian kuesioner ini menggunakan skala likert yaitu dalam bentuk
pernyataan dan diikuti dengan 5 respon yang terdiri dari SS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju), STS (sangat
tidak setuju ).
Penilaian pernyataan positif akan diberikan skor 4 sampai 1 dan pernyataan negatif akan diberikan skor 1 sampai 4

Skor jawaban positif Skor jawaban negatif


4 jika jawaban sangat setuju diberi skor 1
3 jika jawaban setuju diberi skor 2
2 jika jawaban tidak setuju diberi skor 3
1 jika jawaban sangat tidak setuju diberi skor 4
Nilai terendah yang mungkin dicapai adalah 10 dan nilai tertinggi yang akan dicapai adalah 40. Kategori
penilaian selanjutnya dibedakan menjadi dua kategori yaitu baik dan tidak baik
Baik = jika skor 21-40
Tidak baik = jika skor 10- 20
Kuesioner Tindakan

181
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 5 No. 3
ISSN. 2655-4399 September 2020
Kuesioner Tindakan Personal Hygiene Pada Saat Menstruasi terdiri dari 10 pertanyaan dimana terdiri atas pilihan
jawaban “dilakukan “ dan “tidak dilakukan”. Pada setiap melakukan personal hygiene saat menstruasi skor 1 jika pilihan
jawaban dilakukan dan jika pilihan jawaban tidak dilakukan akan diberi skor 0. Penilaian selanjutnya dibedakan menjadi
dua kategori yaitu “baik” dan “tidak baik”
pada item pertanyaan dikategorikan.
Nilai terendah yang mungkin dicapai adalah 0 dan nilai tertinggi yang akan dicapai adalah 10. Kategori penilaian
selanjutnya dibedakan menjadi dua kategori
yaitu baik dan tidak baik dengan rentang kelas sebanyak 5
Baik = jika skor 6-10
Tidak baik = jika skor 0-5
Metode Analisa Data
Analisis Univariat.
Analisis univariat pada penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi variabel yang diteliti dalam
bentuk distribusi frekuensi
Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pendidikan kesehatan refroduksi terhadap perilaku
remaja dalam melakukan personal hygiene saat menstruasi sebelum dan sesudah mendapatkan perlakuan dengan
mengunakan adalah paired t-test. Analisa data dilakukan dengan mempergunakan program SPSS.

HASIL PENELITIAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 SMP yang Terletak Di Desa Benteng Huraba Kecamatan Batang Angkola
Kabupaten Tapanuli Selatan Propinsi Sumatera Utara.
Analisis Univariat
Gambaran Karakteristik Responden
Tabel 1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Karakteristik N Persentasi (%)

Umur (tahun)

13 32 47,1

14 28 41,2

15 8 11,8

Jumlah 68 100

Berdasarkan pada tabel 1 menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan usia sebagian besar responden
berusia 13 tahun dengan jumlah 32 orang (65,4%).

Pengetahuan
Pengetahuan Siswa Sebelum Dan Sesudah Pemberian Pendidikan Kesehatan reproduksi.
Pengetahuan siswa tentang personal hygiene saat menstruasi sebelum dan sesudah dilakukannya pendidikan
kesehatan reproduksi adalah sebagai berikut:
Tabel.2 Distribusi Pengetahuan Personal Hygiene Saat Menstruasi Sebelum Diberikan Pendidikan
Kesehatan Reproduksi.
Kategori N Persentasi (%)
Baik 19 27,9
Tidak baik 49 72,1
Jumlah 68 100

182
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 5 No. 3
ISSN. 2655-4399 September 2020
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan personal hygiene saat menstruasi pada
remaja putri kelas 2 sebelum pemberian pendidikan kesehatan reproduksi sebagian besar memiliki pengetahuan tidak
baik yaitu 49 orang (72,1%).
Tabel 3 Distribusi Pengetahuan Personal Hygiene Saat Menstruasi Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan
Reproduksi
Kategori N Persentasi (%)
Baik 52 76,5
Tidak baik 16 23,5
Jumlah 68 100
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan personal hygiene saat menstruasi pada
remaja putri kelas 2 sesudah pemberian pendidikan kesehatan reproduksi sebagian besar memiliki pengetahuan baik
yaitu 52 orang (76,5%).Sikap Siswa Sebelum Dan Sesudah Pemberian Pendidikan Kesehatan Reproduksi
Sikap siswa tentang personal hygiene saat menstruasi sebelum dan sesudah dilakukannya pendidikan kesehatan
reproduksi adalah sebagai berikut:
Tabel 4 Distribusi Sikap Personal Hygiene Saat Menstruasi Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan
Reproduksi
Kategori N Persentasi (%)
Baik 13 19,1
Tidak baik 55 80,9
Jumlah 68 100
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar sikap personal hygiene saat menstruasi pada remaja putri
kelas 2 sebelum pemberian pendidikan kesehatan reproduksi sebagian besar memiliki sikap tidak baik yaitu 55 orang
(80,9%).

Tabel 5 Distribusi Sikap Personal Hygiene Saat Menstruasi Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan
Reproduksi.
Kategori N Persentasi (%)
Baik 60 88,2
Tidak baik 8 11,8
Jumlah 68 100
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebagian besar sikap personal hygiene saat menstruasi pada remaja putri
kelas 2 sesudah pemberian pendidikan kesehatan reproduksi sebagian besar memiliki sikap baik yaitu 60 orang
(88,2%).

Tindakan
Tindakan Siswa Sebelum Dan Sesudah Pemberian Pendidikan Kesehatan Reproduksi
Tindakan siswa tentang personal hygiene saat menstruasi sebelum dan sesudah dilakukannya pendidikan kesehatan
reproduksi adalah sebagai berikut:

Tabel 6 Distribusi Tindakan Personal Hygiene Saat Menstruasi Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan
Kategori N Persentasi (%)
Baik 6 8,8
Tidak baik 62 91,2
Jumlah 68 100
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa sebagian besar tindakan personal hygiene saat menstruasi pada remaja
putri kelas 2 sebelum pemberian pendidikan kesehatan reproduksi sebagian besar memiliki tindakan tidak baik yaitu 62
orang (91,2%).

Tabel 7 Distribusi Tindakan Personal Hygiene Saat Menstruasi Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan
Reproduksi
183
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 5 No. 3
ISSN. 2655-4399 September 2020
Kategori N Persentasi (%)
Baik 56 82,4
Tidak baik 12 17,6
Jumlah 68 100
Berdasarkan tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar tindakan personal hygiene saat menstruasi pada remaja putri
kelas 2 sesudah pemberian pendidikan kesehatan reproduksi sebagian besar memiliki tindakan baik yaitu 56 orang
(82,4%).

Analisis Bivariat
Untuk mengetahui pengaruh satu variabel independen terhadap variabel dependen dilakukan analisis bivariat
menggunakan uji paired sampel t-test bila data berdistribusi normal (p<0,05) dan bila data tidak berdistribusi normal
(p>0,05).

Tabel 8 Perbandingan Rata Rata Skor Sebelum Dan Sesudah Pemberian Pendidikan Kesehatan Reproduksi
Remaja Terhadap Pengetahuan Personal Hygiene Saat Menstruasi
Variabel Mean Std. Dev P T
Pengetahuan
Sebelum 1,79 0,407 0,000 10,087
Sesudah 1,19 0,396 0,000
Berdasarkan analisis statistik dengan menggunakan sampel t-test (paired t-test) diperoleh jumlah rata-rata pengetahuan
responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan reproduksi sebesar 0,407 dan nilai rata-rata responden sesudah
diberikan pendidikan kesehatan reproduksi sebesar 0,398 dengan nilai probabilitas (p) 0,000. Dimana p<0,05 maka
dapat dikatakan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi.

Tabel 9 Perbandingan Rata Rata Skor Sebelum Dan Sesudah Pemberian Pemberian Pendidikan Kesehatan
Reproduksi Remaja Terhadap Sikap Personal Hygiene Saat Menstruasi
Variabel Mean Std. Dev P T
Sikap
Sebelum 1,81 0,398 0,000 12,248
Sesudah 1,12 0,325 0,000
Berdasarkan analisis statistik dengan menggunakan sampel t-test (paired t-test) diperoleh jumlah rata-rata sikap
responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan reproduksi sebesar 0,398 dan nilai rata-rata responden sesudah
diberikan pendidikan kesehatan reproduksi sebesar 0,325 dengan nilai probabilitas (p) 0,000. Dimana p<0,05 maka
dapat dikatakan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi.

Tabel 10 Perbandingan Rata Rata Skor Sebelum Dan Sesudah Pemberian Pemberian Pendidikan Kesehatan
Reproduksi Remaja Terhadap Tindakan Personal Hygiene Saat Menstruasi
Variabel Mean Std. Dev P T
Tindakan
Sebelum 1,91 0,286 0,000 13,642
Sesudah 1,18 0,384 0,000
Berdasarkan analisis statistik dengan menggunakan sampel t-test (paired t-test) diperoleh jumlah rata-rata sikap
responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan reproduksi sebesar 0,286 dan nilai rata-rata responden sesudah
diberikan pendidikan kesehatan reproduksi sebesar 0,384 dengan nilai probabilitas (p) 0,000. Dimana p<0,05 maka
dapat dikatakan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi.

Pembahasan Analisis Statistik


Berdasarkan analisis statistik dengan menggunakan dependen sampel t-test (paired t-test) diperoleh jumlah nilai
probabilitas (p) 0,000. Dimana p< 0,05 maka dapat dikatakan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi
remaja terhadap perilaku personal hygiene saat menstruasi.

PEMBAHASAN

184
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 5 No. 3
ISSN. 2655-4399 September 2020
Penelitian ini merupakan jenis penelitian yang bertujuan untuk efek dari suatu kegiatan pendidikan kesehatan reproduksi
metode yang digunakan ceramah untuk melihat adanya perubahan pengetahuan, sikap, tindakan siswa dalam personal
hygiene saat menstruasi.
Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi Personal Hygiene Saat Menstruasi
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan melalui kelima indaranya,
tetapi sebagian besar memilih suatu proses yaitu proses belajar dan membutuhkan suatu bantuan misalnya bantuan
seseorang yang lebih menguasai suatu hal (Notoatmodjo, 2007)
Pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja adalah segala sesuatu yang diketahui remaja dan ruang
lingkup kesehatan reproduksi bagi remaja. Masa remaja pada tahap awal memiliki karakteristik masih bingung terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-
perubahan tersebut (Sarwono, 2005).
Hasil analisis dengan menggunakan paired T-Test yang dilakukan ternyata terjadi perbedaan pengetahuan responden
antara sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan reproduksi, dimana diperoleh t-hitung 10,087 dengan nilai
probabilitas (p) = 0,000 < 0,05 atau dengan perkataan lain bahwa ada perbedaan antara pengetahuan responden
sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan reproduksi. Pemberian pendidikan kesehatan reproduksi remaja
ternyata mampu mempengaruhi peningkatan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja, hal ini sejalan
dengan penelitian sebelumnya oleh ayu, (2015)berjudul pengaruh peer education terhadap perilaku personal hygiene
genital dalam pencegahan kanker servik pada remaja putri di smp negeri 10 denpasar. Hasil statistik terdapat 3 domain
perilaku (pengetahuan sikap dan tindakan), didapatkan nilai pengetahuan (p value = 0,000 < 0,05), sikap (p value =
0,000 < 0,05), dan tindakan (p value = 0,000 < 0,05), maka H0 ditolak. Hasil analisis ini berarti ada pengaruh peer
education terhadap perilaku personal hygiene genetalia dalam pencegahan kanker serviks pada remaja putri di SMP
Negeri 10 Denpasar.
Dilihat dari perbedaan jumlah responden yang meningkat pengetahuannya dari pre-test ke post-test. Antaranya adalah
materi pendidikan kesehatan yang digunakan dalam proses pendidikan kesehatan yang lengkap dan menarik, sehingga
responden mudah untuk memahami isi materi pendidikan kesehatan yang disampaikan.

Sikap Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi Personal Hygiene Saat Menstruasi


Notoatmodjo (2012) sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu: menerima (receiving) diartikan bahwa orang (subjek) mau
dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Merespon (responding) yaitu memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Menghargai (valuing) yang
mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. Bertanggung jawab (responsible) yaitu
tanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko, indikator sikap kesehatan sejalan
dengan pengetahuan.Sikap remaja tentang kesehatan reproduksi remaja adalah segala sesuatu yang diketahui remaja
dan ruang lingkup kesehatan reproduksi bagi remaja. Masa remaja pada tahap awal memiliki karakteristik masih
bingung terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai
perubahan-perubahan tersebut (Sarwono, 2005).Hasil analisis dengan menggunakan paired T-Test yang dilakukan
ternyata terjadi perbedaan sikap responden antara sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan reproduksi,
dimana diperoleh t-hitung 12,246 dengan nilai probabilitas (p) = 0,000 > 0,05 atau dengan perkataan lain bahwa ada
perbedaan secara signifikan antara sikap responden sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan reproduksi.
Sikap yang terbentuk pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa komponen di antaranya adalah komponen kognitif
yang berhubungan dengan kepercayaan terhadap suatu objek. Kepercayaan remaja terhadap kesehatan reproduksi
dapat dipengaruhi oleh remaja itu sendiri ataupun sumber informasi yang tepat yang dapat diakses oleh remaja,
sehingga remaja akan memiliki kecenderungan untuk memunculkan sikap. Pendidikan kesehatan merupakan salah satu
sarana untuk menyampaikan informasi tentang kesehatan reproduksi yang tepat kepada remaja. Unsur yang harus
terpenuhi untuk menyampaikan pendidikan kesehatan di antaranya penggunaan media dan fasilitator yang
menyampaikan informasi tersebut, karena keberhasilan pendidikan kesehatan tergantung dari persiapan
perencanaannya (Devy dkk., 2001). Kemungkinan yang dapat mempengaruhi sikap remaja di antaranya karena
pendidikan kesehatan reproduksi merupakan informasi yang pertama kali didapatkan oleh responden dan tidak
diberikan secara berulang. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Azwar (2003), bahwa tingkatan
sikap yang dimiliki oleh remaja baru berada pada tingkatan menerima.

Tindakan Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi Personal Hygiene Saat Menstruasi

185
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 5 No. 3
ISSN. 2655-4399 September 2020
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan, untuk mewujudkan sikap menjadi perbuatan nyata
diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor
fasilitas, juga diperlukan faktor pendukung dari pihak lain misalnya dari suami atau istri, orang tua atau mertua dan lain-
lain (Notoatmodjo, 2012). Tindakan personal hygiene saat menstruasi yang dilakukan remaja secara tepat penggunaan
pembalut, cara membersihkan, pakian yang baik untuk digunakan pada saat mestruasi, dan menghubungi petugas
kesehatan jika terja gangguan pada saat menstruasi.Hasil analisis dengan menggunakan paired T-Test yang dilakukan
ternyata terjadi perbedaan tindakan responden antara sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan
reproduksi, dimana diperoleh t-hitung 13, 648 dengan nilai probabilitas (p) = 0,000 > 0,05 atau dengan perkataan lain
bahwa ada perbedaan secara signifikan antara tindakan responden sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan
kesehatan reproduksi.

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi remaja terhadap personal hygiene saat
menstruasi di SMP Negeri 2 Batang Angkola Tapanuli Selatan 2017. Dapat disimpulkan sebagai berikut: Ada pengaruh
pendidikan kesehatan reproduksi remaja terhadap perubahan pengetahuan remaja tentang personal hygiene saat
menstruasi di SMP Negeri 2 Batang Angkola Tapanuli Selatan Tahun 2017, sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan
kesehatan, dengan menggunakan uji paired t-test sehingga didapatkan nilai rata-rata pengetahuan sebelum dilakukan
pendidikan kesehatan reproduksi sebesar 0,407 dan nilai rata-rata pengetahuan sesudah dilakukan pendidikan
kesehatan sebesar 0,396 dengan nilai probabilitas (p)= 0,000 dimana p< 0,05.Ada pengaruh pendidikan kesehatan
reproduksi remaja terhadap perubahan sikap remaja tentang personal hygiene saat menstruasi di SMP Negeri 2 Batang
Angkola Tapanuli Selatan Tahun 2017, sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan, dengan menggunakan
uji paired t-test sehingga didapatkan nilai rata-rata sikap sebelum dilakukan pendidikan kesehatan reproduksi sebesar
0,398 dan nilai rata-rata sikap sesudah dilakukan pendidikan kesehatan sebesar 0,325 dengan nilai probabilitas (p)=
0,000 dimana p< 0,05.Ada pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi remaja terhadap perubahan tindakan remaja
tentang personal hygiene saat menstruasi di SMP Negeri 2 Batang Angkola Tapanuli Selatan Tahun 2017, sebelum dan
sesudah dilakukan pendidikan kesehatan, dengan menggunakan uji paired t-test sehingga didapatkan nilai rata-rata
tindakan sebelum dilakukan pendidikan kesehatan reproduksi sebesar 0,286 dan nilai rata-rata tindakan sesudah
dilakukan pendidikan kesehatan sebesar 0,384 dengan nilai probabilitas (p)= 0,000 dimana p< 0,05.

Saran
Diharapkan kepada para remaja agar dapat menambah pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja khususnya
tentang personal hygiene saat menstruasi.Diharapkan kepada para remaja agar dapat mengubah sikap tentang
kesehatan reproduksi remaja khususnya tentang personal hygiene saat menstruasi.Diharapkan kepada para remaja
agar dapat mengubah tindakanya tentang kesehatan reproduksi remaja khususnya tentang personal hygiene saat
menstruasi.Diharapkan kepada tenaga kesehatan khususnya dibidang promosi kesehatan agar lebih selektif dalam
memberikan informasi kepada masyarakat sesuai dengan permasalahan yang ada. Diharapkan SMP Negeri 2 Batang
Angkola Tapanuli Selatan dapat mengadakan pendidikan kesehatan mengenai personal hygiene saat menstruasi untuk
jenjang selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Anggresti, (2015). Perilaku menjaga kebersihan organ genital pada siswa MAN 2 yogyakarta.
Arikunto, S 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta : Rineka Cipta
Aryani, R., Tarwono, Nuraini, A., Miradwina, Btauchid, N.S., Aminah, S., Sumiati, 2010. Kesehatan Remaja Problem Dan
Solusinya, Jakarta: Salemba Medika.
Ayu, (2015). Pengaruh Peer Education Terhadap Perilaku Personal Hygiene Genitalia Dalam Pencegahan Kanker
Serviks Pada Remaja Putri Di SMP Negeri 10 Denpasar.
Badan Pusat Statistika, 2013. Proyeksi Penduduk Indonesia Populasion Projection 2010-2035, Publication Number:
04110.1301, Diakses 19 Februari 2017, Jakarta: http://www.bps .go.id E-mail : bpshq@bps.go.id
Baktiar, A., 2004 Pengetahuan Dan Ukuran Kebenaran, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Hidayat, A.A., 2010 Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisis Data, Cetakan Keempat, Jakarta: Salemba

186
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 5 No. 3
ISSN. 2655-4399 September 2020
Kementerian Kesehatan RI. , 2012 Buku Petunjuk Penggunaan Media KIE Persi Pekerja Dan Mahasiswa Aku Bangsa
Aku Tahu, Diakses 19 Februari 2017, Jakarta: www.depkes.go.id/resources/download/promosi-kesehatan/juknis-media-
kie-abat-pelajar.pdf.
Laila, N.N., 2014 Menstruasi, Cetakan Kedua, Yogyakarta: Buku Biru
Lubis, L.N., 2013 Psokologi Kespro Wanita Dan Perkembangan Refroduksinya, Edisi Pertama, Jakarta: Kecana
Predana Media Group.
Mubarak.I.Q., 2011 Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan, Jakarta : Salemba Medika
Notoatmodjo, S., 2012. Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan, Cetakan Pertama, Jakarta: Rineka Cipta .

187
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

PENGARUH MEDIA BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN


SIKAP REMAJA PUTRI TERKAIT KEBERSIHAN DALAM
MENSTRUASI DI PONDOK PESANTREN AL-ISHLAH DEMAK
TRIWULAN II TAHUN 2017

Wanodya Puspitaningrum, Farid Agushybana, Atik Mawarni, Djoko


Nugroho
Bagian Biostatistika dan Kependudukan, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Email: wanopuspita@gmail.com

ABSTRACT

The poor personal hygiene of menstruation has a major effect on morbidity and
complications. One of the factors that led to the lack of personal hygiene behavior
during menstruation is because of the lack of knowledge and understanding of
menstrual hygiene. More than 50% of young women in India have poor
knowledge of menstrual hygiene. Based on previous research, 59.1% of
adolescent girls in Pondok Pesantren Ulul Albab Sukoharjo have an unfavorable
attitude in personal hygiene during menstruation. The purpose of this study is to
determine the effect of booklet media on the knowledge and attitude of young
women related to menstrual hygiene at Pondok Pesantren Al-Ishlah Demak. This
is a pre-experimental study using a one-pretest-posttest design. The sample in
this research used a population of 55 girls. Data analysis of univariate and
bivariate using Sign Test with α=5%. The average score of knowledge of
menstrual hygiene prior to the giving of booklet media was 8.29 whereas the
mean score of knowledge of menstrual hygiene after giving the booklet was
10.64. The result of the research showed that the influence of media booklet on
the change of knowledge (p=0.0001). The average score of menstrual hygiene
before presentation of the booklet was 35.75 while the mean postmenopausal
hygiene score after giving the booklet was 38.91. The result of this research
indicate the effect of media booklet on attitude change (p=0.0001). Suggestions
that can be given are increasing knowledge and attitude about hygiene during
menstruation by forming small groups with routine mentoring. The conclusion of
this research is giving of booklet media influencing knowledge and attitude of
adolescent girl related to menstrual hygiene.

Keywords: menstrual hygiene, adolescent girl, attitude, knowledge, booklet

PENDAHULUAN adalah masa transisi yang ditandai


Salah satu dalam isu oleh adanya perubahan fisik, emosi
pembangunan yang penting pada serta psikis dan masa ini merupakan
saat ini adalah masalah kesehatan suatu periode pematangan
reproduksi, khususnya kesehatan organreproduksi manusia, dan
reproduksi remaja yang menjadi sering disebut sebagai masa
perhatian utama. Masa remaja pubertas.1

274
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Remaja putri yang sudah penggunaan pembalut yang kurang


matang alat reproduksinya maupun sehat ketika menstruasi (50%).8
hormon-hormon dalam tubuhnya Dari hasil penelitian yang
akan mengalami menstruasi. dilakukan Anusree pada tahun 2014
Menstruasi merupakan perdarahan mengenai pengetahuan menstrual
secara periodik dari uterus disertai hygiene di India, lebih dari 50%
pelepasan endometrium yang remaja putri memiliki pengetahuan
dimulai kurang lebih 14 hari setelah yang buruk terkait kebersihan
ovulasi.2 menstruasi.9Penelitian oleh Khusna
Personal hygiene menstruasi tahun 2016 menunjukkan bahwa
pada remaja merupakan isu kritis sebanyak 59,1% remaja putri di
sebagai determinan status pondok pesantren Ulul Albab
kesehatan remaja yang akan Sukoharjo memiliki sikap yang
berpengaruh besar terhadap kurang baik dalam personal hygiene
morbiditas dan saat menstruasi.10
komplikasi.3Kebersihan dalam Pendidikan kesehatan
menstruasi memegang peran merupakan salah satu metode yang
penting dalam menentukan status tepat untuk memberikan informasi
kesehatan, khususnya supaya kepada remaja.Perilaku yang
terhindar dari infeksi alat reproduksi, didasari dengan pengetahuan, lebih
oleh karena itu pada saat menstruasi tahan lama dibandingkan perilaku
perempuan harus benar-benar yang tidak didasari pengetahuan.
menjaga kebersihan terutama pada Pendidikan kesehatan merupakan
bagian vagina apabila tidak dijaga bagian dari hak reproduksi remaja
akan menimbulkan mikroorganisme untuk memiliki pengetahuan,
seperti jamur, bakteri virus dan kesadaran, sikap dan perilaku
parasite yang berlebihan sehingga kesehatan reproduksi yang
menganggu fungsi organ bertanggungjawab.11
reproduksi.4 Remaja putri dengan
Wanitadalam kelompok usia pengetahuan yang lebih baik
reproduksi berisiko terhadap infeksi mengenai kebersihan menstruasi
saluran reproduksi (ISR) selama dan praktek yang aman, bisa
kehidupan mereka contohnyaketika mengurangi kerentanan terhadap
mengalami menstruasi, kehamilan, infeksi saluran reproduksi (ISR) dan
dan persalinan.5 Prevalensi ISR konsekuensinya.12
pada remaja di dunia tahun 2006 Peranan pondok pesantren
antara lain adalah kandidiasis sebagai sebuah lembaga pendidikan
sebanyak 25%-50%, vaginosis yang membahas masalah agama
bakterial sebesar 20%-40%, dan Islam yang berguna bagi masyarakat
trikomoniasis sebesar 5%-15%.6 luas sudah semestinya membahas
Diantara negara-negara di Asia seksualitas melalui pendidikan
Tenggara, wanita Indonesia lebih kesehatan reproduksi.Akan tetapi
berisiko mengalami ISR yang dipicu pada kenyataannya, bahasan
iklim Indonesia yang panas dan kesehatan reproduksi masih
lembab.7 tergolong tema yang sangat jarang
Penyebab utama ISR antara dan sensitif di kalangan pondok
lain adalah imunitas yang lemah pesantren. Masalah kesehatan
(10%), perilaku hygiene yang kurang reproduksi remaja khususnya
ketika menstruasi (30%), dan mengenai menstruasi sangat penting
lingkungan tidak bersih serta

275
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

untuk diinformasikan kepada remaja sasaran pendidikan tertarik dan ingin


putri di pondok pesantren.13 tahu lebih dalam untuk meneruskan
Hasil penelitian Awaliya tahun pesan-pesan yang diterima kepada
2013 menunjukkan bahwa perilaku orang lain, mempermudah
personal hygiene genetalia remaja penemuan informasi oleh sasaran
putri di pondok pesantren saat pendidikan serta mendorong
menstruasi sebesar 41% berperilaku keinginan orang untuk mengetahui
buruk. Hal ini dipengaruhi oleh usia, lalu mendalami dan akhirnya
tingkat pendidikan, kelas, informasi mendapatkan pengertian yang lebih
tentang cara melakukan personal baik.15
hygiene genetalia saat menstruasi,
sumber informasi, dan usia METODE PENELITIAN
menarche.14 Jenis penelitian adalah pre-
Keadaan tersebut experimental research dengan one
menunjukkan bahwa remaja putri di group pretest-posttest
pondok pesantren membutuhkan design.Populasi dalam penelitian ini
informasi tambahan mengenai adalah seluruh remaja putri Pondok
kesehatan reproduksi.Salah satu Pesantren Al-Ishlah
upaya yang dilakukan untuk Demak.Sedangkan sampel dalam
memperoleh informasi adalah penelitian ini adalah sebagian
melalui pendidikan kesehatan yang populasi remaja putri Pondok
disesuaikan dengan kondisi di Pesantren Al-Ishlah Demak yang
pondok pesantren yang membatasi berjumlah 55 remaja putri yang
penggunaan media elektronik yaitu berusia 12-21 tahun dan sudah
dengan menggunakan media mengalami pubertas
cetak.Salah satu media cetak yang (menstruasi).Analisis datayang
dapat digunakan adalah booklet, dilakukan yaitu analisis univariat
yaitu suatu media untuk danbivariat dengan menggunakan
menyampaikan pesan-pesan Uji Tanda.
kesehatan dalam bentuk tulisan dan
gambar. Manfaat booklet sebagai HASIL DAN PEMBAHASAN
media komunikasi pendidikan Pengaruh Pemberian Media
kesehatan antara lain membantu Booklet terhadap Pengetahuan
sasaran pendidikan untuk belajar Remaja Putri terkaitKebersihan
lebih banyak dan cepat, membuat dalamMenstruasi

Tabel 1.Uji Perbedaan Pengetahuan Remaja Putri Antara Sebelum dan Sesudah
Pemberian Media Booklet terkaitKebersihan dalamMenstruasidiPondok
Pesantren Al-Ishlah DemakTriwulan II Tahun 2017
Variabel Rata-rata Z Nilai P
Pretest 8,29
Pengetahuan -5,629 0,0001
Posttest 10,64

Berdasarkan Tabel 1, terdapat menjadi10,64. Hasil Uji Tanda


perbedaanpengetahuan remaja putri diperoleh nilai Z sebesar -5,629 dan
sebelum dan sesudah pemberian nilai p=0,0001 yang artinya secara
media booklet terkaitkebersihan statistik menunjukkan terdapat
dalammenstruasiyang ditunjukkan perbedaan pengetahuan remaja
oleh perbedaan rata-rata putri sebelum dan sesudah
pretestsebesar 8,29 meningkat pemberian media booklet. Sehingga

276
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

dapat disimpulkan bahwa pendidikan edukasi dengan booklet sebesar


kesehatan dengan media booklet 4,93 (p=0,022).19
memberikan pengaruh yang Pengetahuan dapat diterima
signifikan terhadap peningkatan seseorang melalui indera dan paling
pengetahuan remaja putri. banyak disalurkan ke dalam otak
Faktor yang mempengaruhi melalui indera pandang. Kurang
peningkatan pengetahuan remaja lebih 75% sampai 87% dari
putri dipengaruhi oleh jarak antara pengetahuan manusia diperoleh
waktu intervensi dengan posttest melalui indera pandang, 13% melalui
karena berhubungan dengan ingatan indera pendengaran, dan 12%
dalam menyimpan informasi lainnya tersalur melalui indera yang
(retensi). Hasil penelitian Keeley lain.20
dalam Sprenger menunjukkan Menurut Maryoto dalam Ranti,
bahwa lama interval akan dampak utama media pendidikan
mempengaruhi kekuatan retensi. adalah menimbulkan minat sasaran
Keeley menyatakan 54% materi pendidikan, membantu didalam
diingat setelah 1 hari, 35% materi mengatasi banyaknya hambatan,
diingat setelah 7 hari, 21% materi membantu sarana kesehatan untuk
diingat setelah 14 hari, dan 8% belajar lebih banyak dan cepat,
materi diingat setelah 21 hari. Hal ini merangsang sarana pendidikan
berarti bahwa setelah 14 hari, siswa untuk meneruskan pesan-pesan
lupa hampir 90% dari informasi yang yang diterima kepada orang lain,
telah didapat.16 mempermudah penyampaian
Dengan menggunakan media bahasa pendidikan, mempermudah
cetak remaja putri cenderung lebih menemukan informasi oleh sasaran
mudah untuk memahami tentang pendidikan, mendorong keinginan
muatan informasi karena informasi orang untuk mengetahui lebih dalam
yang tercantum di dalam booklet dan akhirnya mendapatkan
ringan dan dapat dipelajari sendiri pengertian yang lebih baik. Orang
oleh remaja putri.17 yang melihat sesuatu yang di
Hasil penelitian ini sejalan perlukan tentu akan menarik
dengan penelitian Nur’aini tahun perhatiannya, dan apa yang dilihat
2016 menunjukkan bahwa booklet dengan penuh perhatian akan
mempengaruhi perbedaan skor nilai memberikan pengertian yang baru
rata-rata pretest dan posttest sehingga itu akan mendorong untuk
pengetahuan menstrual hygiene melakukan hal yang baru tersebut,
siswi SDI Al-Falah I Jakarta membantu menegakan pengertian
(p=0,001).18 Penelitian Safitri pada yang di peroleh.21
tahun 2016 juga menyatakan Pengaruh Pemberian Media
bahwaedukasi melalui booklet Booklet terhadap Sikap Remaja
meningkatan skor pengetahuan saat Putri terkaitKebersihan
posttest.Terdapat perbedaan rerata dalamMenstruasi
pengetahuan sebelum dan setelah

Tabel 2.Uji PerbedaanSikap Remaja Putri Antara Sebelum dan Sesudah


Pemberian Media Booklet terkaitKebersihan dalamMenstruasidiPondok
Pesantren Al-Ishlah DemakTriwulan II Tahun 2017
Variabel Rata-rata Z Nilai P
Pretest 35,75
Sikap -3,897 0,0001
Posttest 38,91

277
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Berdasarkan Tabel 2, merupakan salah satu alat untuk


diketahui bahwa terdapat perbedaan menghasilkan perubahan pada diri
sikap remaja putri sebelum dan manusia, karena melalui pendidikan
sesudah pemberian media booklet manusia akan dapat mengetahui
terkaitkebersihan segala sesuatu yang tidak atau
dalammenstruasiyang ditunjukkan belum diketahui sebelumnya.
oleh perbedaan rata-rata pretest Pendidikan diartikan sebagai sebuah
sebesar 35,75meningkat menjadi proses dengan metode-metode
38,91. Hasil Uji Tanda diperoleh nilai tertentu sehingga orang memperoleh
nilai Z sebesar -3,897 danp=0,0001 pengetahuan, pemahaman dan cara
yang artinya secara statistik bertingkah laku yang sesuai dengan
menunjukkan terdapat perbedaan kebutuhan.23
sikap remaja putri sebelum dan Media juga merupakan salah
sesudah pemberian media booklet. satu faktor yang mempengaruhi
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sikap seseorang. Media bermanfaat
pendidikan kesehatan dengan media menimbulkan minat sasaran,
booklet memberikan pengaruh yang merangsang sasaran untuk
signifikan terhadap peningkatan meneruskan pesan pada orang lain,
sikap remaja putri. dan memudahkan penyampaian
Hasil penelitian ini sejalan informasi.24 Media berfungsi untuk
dengan penelitian Nur’aini tahun memudahkan seseorang dalam
2016 menunjukkan bahwa booklet memahami informasi yang dianggap
mempengaruhi perbedaan skor nilai rumit.25
rata-rata pretest dan posttest sikap Selain itu, peningkatan sikap
menstrual hygiene siswi SDI Al- juga dikarenakan oleh peningkatan
Falah I Jakarta (p=0,039).18 pengetahuan. Peningkatan
Penelitian Dharmastuti tahun pengetahuan dan sikap ini diperoleh
2017 menyebutkan bahwa ada dari proses belajar dengan
perbedaan sikap tentang bahaya memanfaatkan semua alat indera,
merokok antara pretest dan posttest. dimana 13% dari pengetahuan
Peningkatan nilai rata-rata sikap diperoleh melalui indera dengar dan
antara sebelum dan sesudah 35-55% melalui indera pendengaran
diberikan perlakuan dengan media dan penglihatan.25,26 Hal ini sesuai
booklet yakni 40,43 menjadi 52,99. dengan tujuan pemberian media
Terdapat peningkatan nilai rata-rata booklet yaitu menghasilkan
sikap antara sebelum dan sesudah peningkatan pengetahuan yang
diberikan perlakuan dengan media akan mempengaruhi perubahan
booklet sebesar 12,57. Hasil uji sikap dan perilaku.
statistikkelompok media booklet
didapatkan nilai p=0,0001, sehingga KESIMPULAN
dapat disimpulkan bahwa ada 1. Hasil penelitian menunjukkan
perbedaan sikap siswa tentang adanya perbedaan rata-rata skor
bahaya merokok antara sebelum pengetahuan kebersihan
dan sesudah diberi pendidikan dalammenstruasi remaja putri
kesehatan dengan media booklet.22 sebelum dan sesudah
Sikap menurut Marisa pemberian booklet dengan rata-
dipengaruhi oleh berbagai macam rata pretest 8,29 dan rata-rata
faktor salah satunya adalah posttest 10,64. Sesudah
pendidikan atau edukasi. Pendidikan diberikan media

278
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

bookletterkaitkebersihan dalam pengasuh pondok pesantren


menstruasi masih ada remaja yaitu ustadzah.Membuat media
putri yang belum mengetahui pendukung sebagai sumber
lama siklus menstruasi (43,6%), informasi berupa kalender yang
bagaimana cara membersihkan berisikan materi terkait
alat kelamin (54,5%) dan kebersihan dalammenstruasi
dampak praktik kebersihan meliputi definisi menstruasi, cara
dalam menstruasi buruk (54,5%). merawat dan membersihkan
2. Hasil penelitian menunjukkan organ reproduksi, mengganti
adanya perbedaan rata-rata skor pembalut, hal yang perlu
sikap kebersihan diperhatikan selama menstruasi
dalammenstruasi remaja putri serta dampak jika tidak menjaga
sebelum dan sesudah kebersihan selama menstruasi.
pemberian booklet dengan rata- Kegiatan mentoring yang rutin
rata pretest 35,75 dan rata-rata dilakukan dan adanya media
posttest 38,91. Sesudah pendukung berupa kalender
diberikan media sebagai sumber informasi maka
bookletterkaitkebersihan dalam pengetahuan dan sikap remaja
menstruasi masih ada remaja putri di pondok pesantren terkait
putri yang memiliki sikap negatif kebersihan dalammenstruasi
mengenai frekuensi mengganti dapat meningkat.
pembalut ketika menstruasi 2. Bagi Dinas Pemberdayaan
dalam sehari (34,5%) dan Masyarakat dan Desa,
bagaimana cara membersihkan Pengendalian Penduduk dan
alat kelamin (38,2%). Keluarga Berencana
3. Ada perbedaan pengetahuan (Dinpermades P2KB) Kabupaten
remaja putri terkait kebersihan Demak
dalam menstruasi sebelum dan Dinpermades P2KB
sesudah diberikan media booklet mengoptimalkan kegiatan KIE
di pondok pesantren Al-Ishlah mengenai kesehatan reproduksi
Demak (p=0,0001). dalam meningkatkan
4. Ada perbedaan sikap remaja pengetahuan pengasuh pondok
putri terkait kebersihan dalam pesantren sebagai sumber
menstruasi sebelum dan informasi dalam menjaga
sesudah diberikan media booklet kebersihan selama menstruasi
di pondok pesantren Al-Ishlah dengan mengadakan pelatihan
Demak (p=0,0001). TOT (Training of
Trainer).Dengan adanya
SARAN pelatihan ini, pengasuh pondok
1. Bagi Remaja Putri di Pondok pesantren dapat meneruskan
Pesantren pesan atau materi yang telah
Remaja putri di pondok didapatkan selama pelatihan
pesantren dapat meningkatkan kepada remaja putri yang ada di
pengetahuan dan sikap pondok pesantren sehingga
mengenai kebersihan dalam kasus infeksi saluran reproduksi
menstruasi dengan cara seperti keputihan dan gatal-gatal
membentuk kelompok-kelompok yang ada di kalangan remaja
kecil untuk dijadikan sumber putri di pondok pesantren dapat
informasi dengan cara dicegah.
melakukan mentoring oleh

279
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

DAFTAR PUSTAKA Knowledge Regarding


1. Widyastuti Y, Rahmawati A, Menstrual Hygiene among
Purnamaningrum Y. Kesehatan Adolescent Girls in selected
Reproduksi. Yogyakarta: school, Mangalore with a View
Fitramaya; 2009. to Develop an Information
Booklet. IOSR J Nurs Heal Sci.
2. Proverawati A, Misaroh S. 2014;3(1):55-60.
Menarche: Menstruasi Pertama
Penuh Makna. Yogyakarta: 10. Khusna N. Hubungan antara
Nuha Medika; 2009. Pengetahuan tentang
Menstruasi pada Remaja di
3. Aniebue UU, Aniebue PN, Pondok Pesantren Ulul Albab
Nwankwo TO. The impact of Sukoharjo. 2016.
pre-menarcheal training on
menstrual practices and 11. Sarwono S. Sosiologi
hygiene of Nigerian school girls. Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah
Pan Afr Med J. 2009;2:9. Mada University Press; 2004.

4. Indriastuti DP. Hubungan 12. Bobhate P, Shrivastava S. A


Antara Pengetahuan Kesehatan Cross Sectional Study of
Reproduksi dengan Perilaku Knowledge and Practices about
Higienis Remaja Putri Pada Reproductive Health among
Saat Menstruasi. 2009. Female Adolescents in an
Urban Slum of Mumbai. J Fam
5. Mani G. Prevalence of Reprod Heal. 2011;5(4):117-
reproductive tract infections 124.
among rural married women in
Tamil Nadu, India: A community 13. Ariyani I. Aspek Biopsikososial
based study. Int Secur. Higiene Menstruasi Pada
2014;38(3):2014. Remaja Di Pesantren Putri As-
Syafi’iyah Bekasi Tahun 2009.
6. World Health Organization. The 2009.
World Health Report 2007: A
Safer Future.; 2007. 14. Awaliya NK. Analisis Perilaku
Personal Hygeine Genetalia
7. Puspitaningrum D. Praktik Remaja Putri Saat Menstruasi di
Perawatan Organ Genitalia Pondok Pesantren Thoriqul
Eksternal Pada Anak Usia 10- Huda Kedondong Kebonsari
11 Tahun yang Mengalami Madiun. 2013.
Menarche Dini di Sekolah Dasar
Kota Semarang. 2010. 15. Setiana L. Teknik Penyuluhan &
Pemberdayaan Masyarakat.
8. Sari IP. Pengaruh Pendidikan Jakarta: Ghalia Indonesia;
Kesehatan Tentang Menstruasi 2005.
Terhadap Perubahan Perilaku
Menstrual Hygiene Remaja 16. Sprenger M. Cara Mengajar
Putri untuk Pencegahan Infeksi Agar Siswa Tetap Ingat.
Saluran Reproduksi (ISR). Jakarta: Erlangga; 2011.
Bimiki I. 2013;2(1):11-18.
17. Veronica J. Pengaruh Metode
9. Anusree PC, Roy A, Sara AB, Simulasi Terhadap
Vcm F, Babu GP, Tamrakar A. Pengetahuan Dan Sikap Guru

280
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Tentang Pendidikan Kesehatan 312.


Reproduksi Remaja Di Sekolah
Menengah Umum Dan Sekolah 22. Dharmastuti SP. Pengaruh
Menengah Kejuruan Swasta Pendidikan Kesehatan Tentang
Pencawan Medan Tahun 2009. Bahaya Merokok Melalui Media
2009. Booklet Dan Poster Terhadap
Pengetahuan Dan Sikap Siswa
18. Nur’aini. Pengaruh Pendidikan SMP N 2 Tasikmadu. 2017.
Kesehatan dengan Booklet
Terhadap Pengetahuan dan 23. Marisa N. Pengaruh Pendidikan
Sikap Menstrual Hygiene Pada Gizi Melalui Komik Gizi
Siswi di SDI Al-Falah I Jakarta. Seimbang Terhadap
2016. Pengetahuan dan Sikap Pada
Siswa SDN Bendungan di
19. Safitri NRD. Pengaruh Edukasi Semarang. 2014;3(4):925-932.
Gizi Dengan Ceramah Dan
Booklet Terhadap Peningkatan 24. Suiraoka IP, Supariasa IDN.
Pengetahuan Dan Sikap Gizi Media Pendidikan Kesehatan.
Remaja Overweight. 2016. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2012.

20. Rahmawati I, Sudargo T, 25. Ma’munah M. Pengaruh


Paramastri I. Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan
Penyuluhan Dengan Media Booklet Terhadap Pengetahuan
Audio Visual Terhadap Nutrisi Ibu Laktasi Di Wilayah
Peningkatan Pengetahuan, Kerja Puskesmas Ciputat Timur.
Sikap Dan Perilaku Ibu Balita 2015.
Gizi Kurang Dan Buruk Di
Kabupaten Kotawaringin Barat 26. Bertalina. Pengaruh Promosi
Propinsi Kalimantan Tengah. Kesehatan Terhadap
Gizi Klin Indones. 2007;4(2):69- Peningkatan Pengetahuan
77. Tentang Gizi Seimbang Pada
Siswa Sekolah Dasar Negeri Di
21. Ranti IN. Pengaruh Pemberian Kecamatan Rajabasa Kota
Buku Saku Gouty Arthritis Bandar Lampung. J Kesehat.
Pasien Gouty Arthritis Rawat 2015;6(1):56-63.
Jalan. GIZIDO. 2012;4(1):305-

281
PERILAKU PERSONAL HYGIENE REMAJA PUTRI SUKU NUAULU DALAM
TRADISI PINAMU DI KABUPATEN MALUKU TENGAH

Dusra Ety1, Suriah2, Fairus3


1
Pascasarjana UniversitasMuslim Indonesia Makassar
2
Universitas Hasanuddin Makassar
3
Universiitas Muslim Indonesia Makassar

Alamat korespondensi : (ethydusra@gmail.com/082177379663)

ABSTRAK

Masyarakat suku Nuaulu memiliki tradisi untuk mengasingkan wanita menstruasi ke sebuah
2
bangunan berukuran 2x2 m . Bangunan ini akan ditempati oleh wanita yang menstruasi hingga
periode menstruasi berakhir. Adanya norma atau aturan adat dalam tradisi menyebabkan kurangnya
perilaku personal hygiene remaja putri saat menstruasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengeksplorasi dan menggali perilaku personal hygiene remaja putri suku Nuaulu dalam tradisi
pinamou di Maluku Tengah. Jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan rapid etnografi. Teknik
penentuan informan secara purposive sampling dengan jumlah 10 orang informan.
Hasil penelitian ini yaitu adanya tradisi pinamou dilatarbelakangi oleh kepercayaan mistis
didalamnya seperti ketidaksucian darah menstruasi dan dianggap kotor, mengandung banyak
kekuatan gaib, atau gangguan oleh roh jahat. Makna tradisi pinamou menandakan gadis telah
memasuki fase dewasa dan mandiri. Larangan adat dan adanya sanksi alam, makanan yang
dikonsumsi berupa sagu dan ubi kayu. Pengetahuan remaja putri mengenai personal hygiene saat
menstruasi terbatas hanya berdasarkan informasi dari orang tua. Penggunaan arang diyakini dapat
menghilangkan bau badan dan memutihkan atau membersihkan kulit. Aturan adat/tradisi yang
dipercayai, menilai pembalut kain jauh lebih baik dan ekonomis.
Kesimpulan bahwa perilaku personal hygiene remaja putri suku Nuaulu dalam tradisi pinamou
saat mengalami menstruasi, masih sangat rendah. Oleh karena itu, diharapkan ada upaya secara
serius yang dilakukan oleh petugas kesehatan tentang perlunya edukasi yang benar tentang personal
hygiene saat menstruasi, terutama pada sasaran spesifik yakni remaja putri suku Nuaulu Maluku
Tengah.

Kata kunci: Tradisi Pinamou, Personal Hygiene, Menstruasi, Remaja Putri

PENDAHULUAN Satu hal yang membuat peneliti tertarik


Kebupaten Maluku Tengah dengan untuk melakukan penelitian pada suku Nuaulu
ibukotanya Masohi ternyata juga memiliki dikarenakan adanya salah satu kepercayaan
kekayaan alam yang indah serta memiliki masyarakat suku Nuaulu dimana mereka
kebudayaan yang unik dari suku-suku terasing memiliki kebiasaan atau tradisi untuk
di wilayah Maluku Tengah. Suku Nuaulu salah mengasingkan wanita yang menstruasi ke
2
satunya bermukim di 2 (dua) Desa yakni Desa sebuah bangunan yang berukuran 2x2 m
Nua Nea dan Desa Sepa. Upacara masa yang ditempatkan di belakang rumah
puber (pinamou) pada anak gadis yang penduduk. Bangunan ini akan ditempati oleh
pertama kali mengalami menstruasi akan wanita yang menstruasi hingga periode
diasingkan dalam rumah posune. menstruasi berakhir. Berdasarkan uraian
Pengasingan wanita/remaja putri saat sebelumnya maka peneliti tertarik untuk
menstruasi sudah menjadi kebiasaan bagi melakukan penelitian pada Suku Nuaulu
mereka dan akan senantiasa mengasingkan dengan Judul “Perilaku Personal Hygiene
diri setiap bulan ketika masa menstruasi tiba. Remaja Putri Suku Nuaulu Dalam Tradisi
World Health Organization (WHO) Pinamou Di Maluku Tengah Tahun 2018”
menyatakan bahwa 5% remaja di dunia
terjangkit penyakit menular seksual (PMS) BAHAN DAN METODE
dengan gejala keputihan setiap tahunnya, dan Lokasi, Informan
sebesar 75% wanita di seluruh dunia Penelitian ini dilaksanakan di Negeri
setidaknya mengalami candidiasis atau Administratif Nua Nea Kabupaten Maluku
keputihan sebanyak satu kali dalam seumur Tengah. Pada bulan Oktober s/d November
hidupnya, (Politeknik Kesehatan Depertemen 2018. Informan dalam penelitian ini adalah
Kesehatan, 2010). para pemangku adat, masyarakat pendukung

31
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 14 Nomor 1 Tahun 2019 ● eISSN : 2302-2531
budaya/tradisi pinamou dan remaja yang telah pengetahuannya mengenai personal
mengikuti tradisi pinomau, dan petugas hygiene informan menjelaskan bahwa
kesehatan yang berjumlah 10 orang. mereka memiliki keterbatasan
Selanjutnya informan akan diberikan pengetahuan khususnya personal hygiene
keleluasan untuk menyampaikan pengetahuan saat menstruasi mereka juga menyatakan
dan pengalamannya mengenai tradisi bahwa pengetahuan mengenai kebersihan
pinomau. diri saat menstruasi hanya sebatas
informasi yang diperoleh dari orang tua
Pengumpulan Data mereka terdahulu serta aturan-aturan yang
1. Observasi ada dalam tradisi pinamou.
Observasi yaitu melakukan pengamatan Hal tersebut juga dibenarkan oleh
secara langsung yang berkaitan dengan informan lain yakni ketua PKK Negeri Nua
penelitian. Nea mengenai pengetahuan personal
2. In depth interview hygiene atau kebersihan diri remaja putri
Pewawancara membuat pedoman hanya sebatas apa yang diajarkan oleh
wawancara mendalam mengenai Perilaku orang tua, hasil wawancara sebagai
Personal Hygiene saat menstruasi. berikut:
c. Dokumentasi “......iya ca anak-anak disini seng terlalu
Dokumentasi dalam pengumpulan data paham deng hal itu yang mereka tau
dimaksud sebagai cara mengumpulkan Cuma sebatas apa yang di kasih tau
dokument yang berbentuk gambar, video orang tua saja, ya kalau kasih bersih diri
dan lain-lain Cuma basuh deng air saja dengan
tujuan pake arang juga kan supaya
Pengumpulan Data dong seng babau badan.....”.
1. Data Primer (AM 30, Ketua PKK Negeri Nua Nue)
Data yang diperoleh dari hasil wawancara Keseluruhan informan mengaku
mendalam informan hanya menganti pembalut mereka 2
2. Data Sekuender. sampai 3 kali dalam sehari tergantung dari
Data Sekunder diperoleh dari Instansi banyaknya darah menstruasi, cara
terkait dengan penelitian. membersihkan pembalut hanya
penggunakan air saja. Mereka mengaku
Teknik Analisis Data pernah diajarkan di sekolah mengenai
1. Reduksi Data; merangkum, memilij hal-hal kebersihkan diri saat menstruasi hanya
poko, memfokuskan pada hal-hal yang saja sudah lama sehingga mereka sudah
penting, dicari tema dan polanya. banyak yang lupa.
2. Penyajian data; setelah direduksi , langkah 2. Keyakinan
selanjutnya adalah mendisplay data, Berdasarkan hasil wawancara
merupakan langkah penting menuju dengan informan menyenai keyakinan
tercapainya analisis kualitatif yang valid mengenai personal hygiene saat
dan handal. menstruasi informan menjelaskan bahwa
3. Analisis Data; analisis data dalam mereka tidak memiliki keyakinan apapun
penelitian ini menggunakan pendekatan mereka hanya mengikuti aturan-aturan
kualitaitif dengan teknik tematik (thematic dalam tradisi pinamou yang telah ada
analysis), merupakan teknik yang tanpa bertanya.
digunakan dengan cara mencari tema-tema Selain itu AM menambahkan bahwa
yang muncul dalam data penelitian. selama dalam posune remaja akan dibaluri
4. Tahap Verifikasi; usaha untuk mencari atau arang diseluruh tubuhnya. Arang yang
memahami makna/arti, keteraturan, pola- mereka gunakan dari jenis kayu kakune.
pola, penjelasan, alur sebab akibat atau Hasil pembakaran kayu tersebut kemudian
proposisi. dihaluskan dan dicampur dengan perasan
air daun kapas yang difungsikan sebagai
Keabsahan Data lulur untuk membersihkan kotor pada tubuh
Salah satu cara penting dan mudah mereka serta menghilangkan bau badan.
dalam uji keabsahan data penelitian yaitu Berdasarkan hasil wawancara
melalui pendekatan triangulasi. dengan informan, diperoleh bahwa seluruh
informan menyakini tradisi pinamou ini
HASIL PENELITIAN harus dan wajib dilakukan, hal ini dikarena
1. Pengetahuan tentang Personal Hygiene mereka menyakini bahwa bila tradisi ini
Berdasarkan hasil wawancara yang dilanggar akan menyebabkan remaja yang
dilakukan dengan informan tentang bersangkutan akan sakit dan menderita

32
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 14 Nomor 1 Tahun 2019 ● eISSN : 2302-2531
penyakit kulit. serta larangan mengganti kain. Adanya
3. Norma Kebiasaan keyakinan remaja putri suku Nuaulu
Berdasarkan hasil wawancara yang tentang pentingnya personal hygiene serta
dilakukan dengan informan tentang norma keyakinan penggunaan arang untuk
kebiasaan dalam tradisi pinamou informan menghilangkan bau badan dan
menjelaskan bahwa mereka memiliki memutihkan kulit, serta nilai religius dimana
beberapa aturan-aturan yang ada dalam masyarakat suku Nuaulu percaya
tradisi pinamou yang harus dipatuhi oleh mengenai adanya hukuman alam yang
semua masyarakat suku Nuaulu khususnya akan diterima jika aturan-aturan adat
remaja putri. Beberapa aturan yang dilanggar.
mempengaruhi perilaku personal hygiene
remaja putri yakni larangan mandi dan PEMBAHASAN
mengganti kain selama dalam posune. 1. Pengetahuan
Hal yang sama juga dibenarkan oleh Menurut Kamus Psikologi (Reber &
para informan utama, mengatakan bahwa Reber, 2010), pengetahuan memiliki
selama didalam posune mereka tidak makna kolektif, yaitu kumpulan informasi
mandi dan menganti kain yang digunakan yang dimiliki seseorang atau kelompok
hingga upacara dilaksanakan, hal tersebut atau budaya tertentu. Berdasarkan hasil
sudah merupakan aturan adat yang wajib penelitian diketahui bahwa remaja suku
untuk ditaati. Selama didalam posune Nuaulu memiliki keterbatasan pengetahuan
mereka hanya menggunakan arang untuk khususnya personal hygiene saat
membersihkan tubuh mereka dari kotoran menstruasi mereka juga menyatakan
dan dapat menghilangkan bau badan. bahwa pengetahuan mengenai kebersihan
Informan AM (30 tahun) juga diri saat menstruasi hanya sebatas
menambahkan bahwa kepercayaan yang informasi yang diperoleh dari orang tua
sama dengan larangan mandi dan mereka terdahulu serta aturan-aturan yang
pemakaian pembalut modern, yakni ada dalam tradisi pinamou.
dikhawatirkan apabila di bersihkan darah Hal ini diungkap oleh informan utama
yang menempel pada kain tersebut akan berdasarkan pengetahuan mengenai
mencemari air, sehingga hanya personal hygiene saat menstruasi hanya
diperbolehkan untuk menggunakan 1 kain mereka peroleh berdasarkan pengalaman
hingga upacara pengeluaran pinamou dari dan informasi yang diperoleh dari orang tua
dalam posune dilaksanakan, dan mereka saja mengenai personal hygiene
mengantinya pada saat pelaksanaan saat menstruasi dimana frekuensi mereka
upacara pengeluaran ketika pinamou dalam menganti pembalut 2 sampai 3 kali
dibersihkan menggunakan air yang berasal sehari ada juga dari mereka yang
dari sungai Nua mengakui hanya menganti pembalut ketika
Berdasarkan hasil wawancara hendak mandi saja.
dengan informan diperoleh bahwa norma Pengetahuan tentang kebersihan
atau aturan dalam tradisi pinamou yang mensruasi yang positif berhubungan
berdampak pada perilaku personal hygiene dengan praktek kebersihkan menstruasi,
meliputi larangan mandi selama dalam hal ini sesuai dengan penelitian Marni et.,al
posune, tidak diperbolehkan untuk (2014) di Tanzania menemukan bahwa
mengganti kain. Adanya aturan-aturan pengetahuan menstruasi berhubungan
tersebut kebersihan dan kesehatan tubuh dengan praktek kebersihkan menstruasi.
mereka. kurangnya menjaga kebersihkan Penelitian Meseret et.,al (2017),
tubuh khususnya saat menstruasi menemukan bahwa praktek kebersihkan
menyebabkan tubuh mudah terinfeksi menstruasi gadis sekolah menengah masih
mikroorganisme seperti kuman, bakteri, rendah. pengetahuan yang baik tenang
virus dan jamur yang berbahaya bagi kebersihkan menstruasi dan paparan iklan
kesehatan pembalut merupakan faktor yang berkaitan
Berdasarkan hasil analisis tematik dengan praktek kebersihkan menstruasi di
pada perilaku personal hygiene remaja Kabupaten Wegera Northwest Ethiopia.
putri suku Nuaulu saat menstruasi Penelitian lain yang mendukung
beberapa tema yang muncul pada penelitian ini yakni penelitian yang
pengetahuan yakni sumber informasi yang dilakukan oleh Maulina (2016) menemukan
minim dari orang tua, dan adanya adat bahwa adanya hubungan yang signifikan
yang mengatur, dimana berdasarkan antara pengetahuan remaja putri mengenai
norma yang berlaku seperti adanya personal hygiene saat menstruasi dengan
larangan mandi selama dalam posune, perilaku personal hygiene saat menstruasi

33
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 14 Nomor 1 Tahun 2019 ● eISSN : 2302-2531
di SMP Negeri 1 Lhokseumawe. mempengaruhi perilaku kesehatan dari
2. Keyakinan anggota masyrakat yang mendukung
Praktek atau perilaku menurut norma tersebut. Berdasarkan hasil
Theory of Reasoned Action (TRA) oleh penelitian juga diperoleh bahwa selama
Sheppard et al, 1988, menyatakan bahwa dalam posune mereka hanya diperoleh
perilaku dipengaruhi oleh niat, sedangkan makan makanan yang dimasak sendiri
niat dipengaruhi oleh sikap dan norma menggunakan bambu sebagai wadah
subyektif. Sikap sendiri dipengaruhi oleh mereka dan menggunakan kayu saat
keyakinan akan hasil dari tindakan yang memasak hal ini mengajarkan kepada
telah lalu. remaja putri agar dapat menahan diri dari
Sementara itu keyakinan atau hal-hal modern, jenis makanan yang hanya
kepercayaan masyarakat Suku Nuaulu boleh dimakan seperti sagu, ubi dan jenis
tentang ketidaksucian seseorang yang makanan lain kecuali makanan yang dibeli
menstruasi, kotor. Dimana masyarakat ataupun berasal dari dalam rumah, tidak
suku Nuaulu memandang bahwa tradisi diperoleh memasuki rumah, melewati
pinamou tidak berdampak negatif bagi tengah desa karena masih dianggap kotor
kesehatan, mereka menyakini bahwa sehingga dapat mencemari rumah dan
penggunaan arang pada tubuh hingga desa, berbicara dengan suara yang besar.
wajah sudah cukup untuk menjaga Penelitian yang dilakukan oleh Patil
kebersihkan diri karena dapat pada tahun 2014 di Desa Tirupati,
menghilangkan bau badan dan Chandragiri, Renigunta dan Pakala India
mencerahkan tubuh dikarenakan arang menemukan bahwa nilai rata-rata
tersebut mereka difungsikan sebagai lulur. kebersihan menstruasi tampak remaja
Penggunaan arang yang diyakini yang mengikuti sejumlah kecil pembatasan
oleh masyarakat suku Nuaulu dapat memiliki tingkat kebersihan menstruasi
membantu menghilangkan bau badan dan sedikit lebih rendah di bandingkan dengan
mencerahkan kulit wajah, walaupun mereka yang mengikuti sejumlah besar
mereka tidak mengetahui pasti kandungan pembatasan selama menstruasi.
arang tersebut.
Manfaat arang lainnya berdasarkan KESIMPULAN
hasil penelitian Lempang (2014), Pengetahuan remaja putri mengenai
menemukan bahwa arang aktif bagi personal hygiene saat menstruasi terbatas
ksesehatan berfungsi menyerap racun hanya berdasarkan informasi yang diberikan
dalam saluran cerna dan obat-obatan. dari orang tua mereka yakni cara
Menurut Muthschter (1986) dalam bidang membersihkan dan frekuensi mengganti
kesehatan, arang katif digunakan dalam pembalut. Keyakinan masyarakat bahwa
penanganan keracunan eksternal dan dengan tubuh dilumuri arang dapat
terapi diare sektretonik. menghilangkan bau badan serta memutihkan
Penelitian Santina, et al (2013) kulit. Aturan-aturan adat/tradisi yang yang
menemukan bahwa adanya hubungan dipercayai serta nilai religius dalam tradisi
yang signifikan antara praktek hygiene pinamou menyebabkan mereka memiliki
menstruasi remaja Libanon dengan keterbatasan dalam berperilaku positif
kepercayaan, sosialbudaya, agama, orang terhadap kesehatan.
tua, tingkat pendidikan. Penelitian lain yang
mendukung adalah SARAN
3. Norma 1. Saran Teoritis
Larangan mandi selama dalam Berdasarkan temuan penelitian ini, dapat
posune dilatarbelakangi oleh kepercayaan digunakan sebagai acuan ataupun
masyarakat suku Nuaulu mengenai referensi penelitian lebih lanjut khususnya
ketidaksucian dan kotornya tubuh sang berkaitan dengan tradisi pinamou Suku
pinamou akibat darah yang dianggap najis Nuaulu
sehingga dapat mencemari air yang juga 2. Saran Praktis
digunakan oleh masyarakat suku Nuaulu. Berdasarkan temuan penelitian ini, dapat
Mereka percaya bahwa untuk menetralkan digunakan sebagai referensi bagi
kotoran yang ada dalam tubuh pinamou air pengambil kebijakan dalam hal upaya
yang digunakan haruslah berasal dari peningkatan pengetahuan untuk mengubah
sungai Nua. perilaku budaya yang dianggap negatif
Seperti halnya menurut G.M Foster untuk kesehatan dan merugikan bagi
(1973) menyatakan bahwa norma yang masyarakat pendukung tradisi tersebut,
berlaku di masyarakat sangat serta mempermudah dalam hal akses

34
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 14 Nomor 1 Tahun 2019 ● eISSN : 2302-2531
informasi kesehatan khususnya personal
hygiene saat menstruasi.

DAFTAR PUSTAKA
Badan penelitian dan perkembangan agama departemen agama RI 1999 Tradisi Kepercayaan Lokal Pada
Beberapa Suku Di Indonesia, (Badan Litbang Agama Departemen Agama). Diakses tanggal 30 Agustus
2018

Bujawati, et al. 2016. Faktor-Fakto Yang Berhubungan Dengan Personal Hygiene Selama Menstruasi pada
Santriwati di Pesantren Babul Khaer Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan. Vol 3 No. 1
Januari-April 2017 ISSN: 2541-5301. Diakses tanggal 09 November 2018

Lempang M. 2014. Pembuatan dan Kegunaan Arang Aktif. Balai Penelitian Kesehatan Makassar. Jurnal Info
Teknik EBONI Vol.11 No 2. Desember 2014:65-80. Diakses tanggal 28 November 2018

Marni Sommer, et al. 2014. Perbandingan menstruasi dan pengalaman pendidikan anak perempuan di Tanzania,
Ghana, Kamboja dan Ethiopia. Journal of Comparative dan Pendidikan Internasional,

Maulina, N. 2016. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Dengan Dengan Personal Hygiene Saat
Menstruasi Pada Siswa Kelas IX Di SMP Negeri 1 Lhokseumawe. Jurnal ilmiah Sains, Teknologi
Ekonomi, Sosial dan Budaya Vol 1 No 1 Feb 2017. Diakses tanggal 09 November 2018.

Meseret, et.,al. 2014. Menstrual Hygiene Practice and Associated Factors Among Secondary School Girls in
Wegera District, Northwest Ethiopia; a Cross-Sectional Study. Journal Computational Biology and
Bioinformatics. 2017:5 (1): (Online)
Notoadmojdo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta

Patil S, R. 2014. Knowledge and Practices of Menstrual Hygiene among Married Adolescents and Young Women
in Chittoor District Of Andra Pradesh: India. IOSR Journal of Nursing and Health Science (IOSR-JNHS)
Volume 3, Issue 2 Ver. I (Mar-Apr. 2014), PP 06-15. Diakses tanggal 05 September 2018

Politeknik Kesehatan Depertemen Kesehatan. Kesehatan remaja: problem dan solusinya. Jakarta: Salemba
Medika. 2010

Reber, S. A & Reber, S. E. 2010. Kamus Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Santina, et al. 2013. Assessment of Beliefs and Practices Relating to Menstrual Hygiene of Adolescent Girls in
Lebanon. Internasional Journal of Health Sciences and Research (IJHSR). ISSN: 2249-9571, Vol 3; Issue:
12, Desember 2013. Diakses tanggal 09 November 2018

Varsharani et al. 2013. A Study On Menstruation And Personal Hygiene Among Adolescent Girls Of Government
Medical College, Solapur. National Journal of Community Medicine Vol 4, Issue 2 April-June 2013. pISSN
0976 3325, eISSN 2229 6816.

35
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 14 Nomor 1 Tahun 2019 ● eISSN : 2302-2531
Efektivitas Pendidikan Kesehatan Metode Peer Group

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN
KESEHATAN METODE PEER GROUP
TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN
DAN SIKAP PERSONAL HYGIENE SAAT
MENSTRUASI

Siti Rofi’ah, Sri Widatiningsih, Dessy Vitaningrum


Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi Kebidanan Magelang

Email : nandasheeta@yahoo.com

ABSTRAKS

Kata Kunci : Peer Group, Personal Hygiene saat menstruasi

JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.II, NO.2, 2017 31


Efektivitas Pendidikan Kesehatan Metode Peer Group

LATAR BELAKANG Informasi tentang personal hygiene


dapat diperoleh dari teman sebaya atau peer
Remaja adalah masa transisi dari masa group. Pendidikan oleh kelompok sebaya (peer
anak-anak ke masa remaja, individu mulai education) adalah suatu proses komunikasi,
mengembangkan ciri-ciri abstrak dan konsep diri informasi dan edukasi (KIE) yang dilakukan oleh
menjadi lebih berbeda. Batasan usia remaja adalah dan untuk kalangan sebaya. Edukasi peer group
10-24 tahun, ditandai adanya perubahan fisik, merupakan upaya perubahan perilaku kesehatan
emosi dan psikis. Masa remaja merupakan suatu melalui kelompok sebaya yang menekankan
periode pematangan organ reproduksi manusia pada perubahan perilaku6. Pada metode ini terjadi
dan sering disebut masa pubertas1. Masa remaja interaksi dalam kelompok, individu akan merasa
merupakan persiapan menjadi orang tua, untuk ada kesamaan satu dengan lain, dan individu
itu perlu memiliki kesehatan reproduksi prima akan mengembangkan rasa sosial sesuai dengan
sehingga dapat mencetak generasi yang sehat2. perkembangan kepribadian.
Salah satu penyebab masalah kesehatan Pengetahuan dapat membentuk sikap
yang sering timbul pada remaja adalah personal yang mendukung dan akan mempengaruhi
hygiene yang buruk. Personal hygiene yang sehat motivasi remaja untuk berperilaku sehat terutama
saat menstruasi sangat penting dilakukan dalam dalam menjaga kebersihan diri saat menstruasi.
upaya mencegah gangguan pada saat menstruasi. Pengetahuan dapat ditingkatkan dengan proses
Dalam upaya melakukan personal hygiene yang pembelajaran berkelompok bersama teman
sehat diperlukan pengetahuan yang baik tentang sebaya (peer group). Aisah7 menyebutkan bahwa
personal hygiene saat menstruasi. Pengetahuan ada perbedaan yang signifikan rata-rata nilai
diperlukan untuk mendorong seseorang secara pengetahuan, sikap, ketrampilan dalam pencegahan
psikis dalam menumbuhkan rasa percaya diri. anemia gizi besi pada kelompok yang diberikan
Selain itu pengetahuan akan memberikan motivasi edukasi dengan peer group.
kepada seseorang untuk bersikap dan melakukan Survey pendahuluan yang dilakukan oleh
perilaku yang sesuai dengan pengetahuan yang peneliti pada tanggal 16 Januari 2016 dengan
dimiliki. Putri3 dalam penelitiannya menyebutkan membagikan kuesioner pada 35 siswi SMP IT
bahwa ada hubungan antara pengetahuan dan sikap Ihsanul Fikri diperoleh tingkat pengetahuan siswi
terhadap perilaku personal hygiene menstruasi. tentang personal hygiene saat menstruasi 28 (80%)
Pendidikan tentang kesehatan reproduksi perlu sudah cukup baik, namun sikap terhadap personal
mendapatkan perhatian terutama tenaga kesehatan. hygiene saat menstruasi 24 (65,5%) masih kurang
Tidak tersedianya informasi yang akurat dan benar mendukung. Sebagian besar 31 (88,7%) remaja
tentang kesehatan reproduksi memaksa remaja juga belum pernah mendapatkan informasi tentang
untuk mencari akses dan melakukan eksplorasi personal hygiene yang sehat. Hasil wawancara
sendiri. Hal ini dapat menyebabkan remaja mencari dengan guru Bimbingan Konseling (BK) SMP
informasi yang belum tentu benar keakuratannya, IT Ihsanul Fikri menyatakan bahwa belum ada
akhirnya remaja dapat terjerumus pada kesehatan kegiatan untuk meningkatkan kemampuan siswi
reproduksi yang tidak sehat4. Remaja perlu dalam melakukan personal hygiene sehat saat
pendampingan agar tidak menerima informasi yang menstruasi.
kurang tepat sehingga berdampak pada kesehatan Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti
seksual dan reproduksinya, terutama infeksi tertarik melakukan penelitian tentang “Efektifitas
saluran reproduksi pada remaja perempuan karena Pendidikan Kesehatan Metode Peer Group
perempuan cenderung lebih rentan dibandingkan terhadap Tingkat Pengetahuan dan Sikap Personal
dengan pria5. Hygiene Saat Menstruasi”.

32 JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.II, NO.2, 2017


Efektivitas Pendidikan Kesehatan Metode Peer Group

TUJUAN penelitian ini telah diuji validitas dan reliabilitas


pada siswi SMP Negeri I Mungkid. Pengolahan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui data menggunakan uji Wilcoxon9.
efektifitas pendidikan kesehatan metode peer
group terhadap tingkat pengetahuan dan sikap HASIL
personal hygiene saat menstruasi.
Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap
RANCANGAN/ METODE Siswi tentang Personal Hygiene Saat Menstruasi
Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan
Jenis penelitian ini Pre Experimental Kesehatan Metode Peer Group.

Tabel. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan dan Sikap Siswi tentang Personal Hygiene Saat
Menstruasi Sebelum dan Sesudah Pendidikan Kesehatan Metode Peer Group

Personal Hygiene Saat Mnstruasi


Pend Kes Tingkat Pengetahuan Sikap
Metode Baik Kurang Baik Jumlah Mendukung Kurang Jumlah
Peer
Group Frek % Frek % Frek % Frek % Frek % Frek %

Sebelum 45 66.2 23 33.8 68 100 34 50 34 50 68 100
Sesudah 67 98.5 1 1.5 68 100 64 94.1 4 5.9 68 100

p value : 0.0001 p value : 0.0001

dengan rancangan One Group pretest-postest Hasil penelitian menunjukkan sebelum


Design8. Penelitian dilakukan bulan Februari- diberikan pendidikan kesehatan dengan metode
Juni 2016 di SMP IT Ihsanul Fikri, Mungkid, peer group sebanyak 33,8% siswi memiliki
Magelang. Populasi dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan tentang personal hygiene
seluruh siswi kelas VII tahun ajaran 2015/2016 saat menstruasi pada kategori kurang baik dan
sebanyak 107 siswi. Pengambilan sampel dengan 50% sikap kurang mendukung. Namun, setelah
teknik Purposive Sampling8 berdasarkan kriteria diberikan pendidikan kesehatan dengan metode
inklusi yaitu siswi yang sudah menstruasi, peer group terjadi peningkatan baik pada tingkat
mengikuti keseluruhan proses kegiatan peer pengetahuan dan sikap yaitu sebanyak 98,5% siswi
group dan bersedia menjadi responden, sedangkan memiliki tingkat pengetahuan tentang personal
kriteria eksklusinya adalah tidak berada di tempat hygiene saat menstruasi pada kategori baik dan
saat pengambilan data. Berdasarkan kriteria 94,1 % memiliki sikap mendukung.
tersebut diperoleh sampel sejumlah 68 responden. Peningkatan tingkat pengetahuan remaja
Penelitian ini dilakukan dengan mengukur putri tentang personal hygiene saat mentruasi
perubahan tingkat pengetahuan dan sikap personal sebelum dan sesudah pemberian pendidikan
hygiene saat mestruasi antara sebelum dan kesehatan dengan selisih rata-rata 3,4. Hal ini
sesudah dilakukan kegiatan peer group. Instrumen didukung analisa statistik yang menyebutkan bahwa

JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.II, NO.2, 2017 33


Efektivitas Pendidikan Kesehatan Metode Peer Group

ada perbedaan tingkat pengetahuan sebelum dan Pengetahuan Sindrom Pramenstruasi pada Remaja.
sesudah dilakukan pendidikan kesehatan. Sebelum Perilaku adalah suatu wujud pelaksanaan dari
dilakukan pendidikan kesehatan terdapat beberapa suatu tindakan yang dipengaruhi oleh kehendak,
siswi dengan tingkat pengetahuan kurang. Tingkat kehendak dipengaruhi oleh sikap sedangkan sikap
pengetahuan yang kurang dapat mempengaruhi dipengaruhi oleh keyakinan akan hasil tindakan
perilaku remaja dalam melakukan personal hygiene yang sudah dilaksanakan pada masa lalu18.
saat menstruasi. Remaja perempuan dianjurkan Perilaku dipengaruhi oleh Predisposing Factors,
agar selalu berperilaku sehat karena lebih mudah Reinforcing Factors, dan Enabling Factor19. Salah
terkena infeksi genital. Perilaku yang kurang baik satu faktor predisposing adanya perilaku personal
dalam menjaga organ genitalia akan memberikan hygiene yang sehat saat menstruasi adalah sikap
efek negatif pada kesehatan reproduksinya. Ada yang mendukung terhadap perilaku tersebut.
hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi Peningkatan skor sikap remaja putri tentang
dengan kejadian iritasi vagina saat menstruasi pada personal hygiene saat mentruasi sebelum dan
remaja di SMP Negeri 8 Manado10. Dalam upaya sesudah pemberian pendidikan kesehatan dengan
mencegah kejadian tersebut maka remaja perlu metode peer group adalah 2,23. Hasil analisa
mengetahui cara-cara untuk mengurangi risiko statistik juga menunjukkan bahwa ada perbedaan
iritasi vagina sehingga mampu berperilaku yang sikap remaja putri tentang personal hygiene saat
sehat. mentruasi antara sebelum dan sesudah pemberian
Penelitian Maidartati11 menyebutkan bahwa pendidikan kesehatan dengan metode peer group.
ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan Sikap adalah tanggapan batin terhadap
dengan perilaku vulva hygiene pada saat menstruasi rangsangan dari luar yang menghendaki respon
pada remaja putri. Pengetahuan merupakan hasil individual sehingga timbul perasaan suka atau
dari “tahu” yang terjadi setelah orang melakukan tidak suka. Sikap merupakan reaksi atau respon
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. yang masih tertutup dari seseorang terhadap
Pengetahuan dapat diperoleh dari pendidikan, suatu stimulus atau objek12,13. Manifestasi sikap
pengalaman diri dan orang lain, media massa itu tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat
maupun lingkungan. Pengetahuan atau kognitif ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang
merupakan domain yang sangat penting untuk tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi
terbentuknya tindakan seseorang12,13. adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu
Pendidikan kesehatan metode peer group/ yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan
teman sebaya akan memberikan efek yang lebih reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus
positif. Dengan teman sebaya, remaja akan sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan
lebih terbuka dan lebih mudah berkomunikasi atau aktifitas akan tetapi merupakan predisposisi
dibandingkan dengan orang tua dan guru14. tindakan suatu perilaku. Teori Green menyebutkan
Informasi yang sensitif dan kurang nyaman jika bahwa sikap merupakan faktor predisposisi
disampaikan oleh orang dewasa dapat tersampaikan yang mempengaruhi perilaku seseorang19. Sikap
oleh teman sebaya dengan menggunakan bahasa remaja yang mendukung merupakan perasaan
sesuai usianya. Dengan demikian, informasi lebih memihak terhadap personal hygiene yang sehat
lengkap, mudah dipahami dan pada akhirnya saat menstruasi sehingga akan membentuk
tujuan dapat dicapai. Selain itu, sebagai peer perilaku yang sesuai dengan sikapnya tersebut.
educator teman sebaya tidak hanya memberikan Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Putri3 yang
informasi namun juga sebagai role model dalam menyebutkan bahwa ada hubungan sikap tentang
berperilaku yang sehat15,16. Hal ini sesuai penelitian personal hygiene menstruasi terhadap perilaku
Amelia17 yaitu Pendidikan Sebaya Meningkatkan personal hygiene remaja putri saat menstruasi di

34 JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.II, NO.2, 2017


Efektivitas Pendidikan Kesehatan Metode Peer Group

SMP Patriot Kranji. peer group, 33,8% tingkat pengetahuan remaja


Sikap dalam kaitannya dengan pendidikan putri tentang personal hygiene saat menstruasi
adalah tanggapan peserta didik dalam hal ini siswi pada kategori kurang baik dan 50% sikap kurang
SMP IT Ihsanul Fikri terhadap materi pendidikan mendukung. Setelah diberikan pendidikan
kesehatan yang diberikan. Pendidikan kesehatan kesehatan dengan metode peer group, 98,5%
adalah semua kegiatan untuk memberikan dan atau tingkat pengetahuan remaja putri tentang personal
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktek hygiene saat menstruasi pada kategori baik dan
baik individu, kelompok atau masyarakat dalam 94,1 % memiliki sikap mendukung. Pendidikan
memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka kesehatan dengan metode peer group efektif
sendiri12. Pendidikan kesehatan menggunakan terhadap tingkat pengetahuan (p value 0,0001) dan
metode peer group dapat membentuk sikap sikap (p value 0,0001) tentang personal hygiene
remaja dalam melakukan personal hygiene saat menstruasi. Disarankan pada guru BK SMP
saat menstruasi. Sriasih20 menyebutkan bahwa IT Ihsanul Fikri dan petugas kesehatan yang
pendidikan seksualitas remaja oleh pendidik bertugas dalam promosi kesehatan reproduksi di
sebaya berpengaruh secara signifikan terhadap sekolah agar menggunakan metode peer group
pengetahuan dan sikap remaja terhadap bahaya untuk meningkatkan tingkat pengetahuan dan sikap
seks bebas. Dengan adanya perilaku personal personal hygiene remaja putri saat menstruasi.
hygiene remaja saat menstruasi yang sehat setelah
adanya pendidikan kesehatan metode peer group DAFTAR PUSTAKA
merupakan indikasi bahwa responden memiliki
pengetahuan dan kesadaran yang baik untuk 1. Ramauli, S, dan Vindari, A. V. 2011. Kesehatan
menghindari dampak negatif dari perilaku personal Reproduksi Buat Mahasiswi Kebidanan.
hygiene yang kurang baik. Cetakan I. Yogyakarta: Penerbit Nuha Medika.
Pendidikan kesehatan metode peer group 2. Proverawati. 2010. Menarche Menstruasi
dapat memperbaiki pengetahuan remaja tentang Pertama Penuh Makna. Yogyakarta. Nuha
personal hygiene saat menstruasi sehingga dapat Medika
memperbaiki antusiame remaja untuk melakukan 3. Putri, Nicky Antika. Ajeng Setianingsih. 2014.
personal hygiene saat menstruasi setelah terjadi Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap
perubahan sikap. Hal ini memerlukan kegiatan Perilaku Personal Hygiene Menstruasi. Artikel
yang baik dari pihak sekolah khususnya guru BK Penelitian. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat
untuk mendukung terbentuknya sikap mendukung Vol.5 No. 01 Maret 2016.
remaja putri dalam melakukan personal hygiene 4. Irawati, Nyorong. Riskiyani, 2013. Studi Akses
saat menstruasi. Oleh karena itu, guru BK di Terhadap Media Kesehatan Reproduksi Pada
SMP IT Ihsanul Fikri Kecamatan Mungkid dan Kalangan Remaja Di Sma Negeri 9 Bulukumba
petugas kesehatan yang bertugas dalam promosi Kabupaten Bulukumba. Diakses tanggal 11
kesehatan reproduksi di sekolah, berupaya untuk September 2016 on ://repository.unhas.ac.id/
meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja bitstream/handle/=1
terhadap personal hygiene saat menstruasi, salah 5. Rahayu, Aminoto, Madkhan. 2011. Efektivitas
satunya metode peer group. Penyuluhan Peer Group Dengan Penyuluhan
Oleh Petugas Kesehatan Terhadap Tingkat
KESIMPULAN Pengetahuan Tentang Menarche. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Keperawatan. Volume 7. Gombong:
Hasil penelitian menunjukkan sebelum STIKES Muhammadiyah
diberikan pendidikan kesehatan dengan metode 6. Romlah, T. 2001. Teori dan Praktek Bimbingan

JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.II, NO.2, 2017 35


Efektivitas Pendidikan Kesehatan Metode Peer Group

Kelompok. Malang: UN 14. Mellanby AR. Phelps FA. Crichton NJ. And
7. Aisah, Siti. Junaiti Sahar. Sutanto Priyo Trip JH. 1995. School Sex Education : An
Hastono. 2008. Pengaruh Edukasi Kelompok Experimental Programme with Educational
Sebaya terhadap Perubahan Perilaku and Medical Benefit. British Medical Journal.
Pencegahan Anemia Gizi Besi Pada Wanita 15. Backett-Millburn and Wilson S. 2000.
Usia Subur. Jurnal Keperawatan Vol.2 No.1 Understanding Peer Education : Insights
Oktober 2008. from a Process Evaluation. Health Education
8. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Research. Vol.15 No.1
Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta. 16. Green, J. 2001. Peer Education. Global Health
9. Dahlan, Sopiyudin. 2010. Statistik Untuk Promotion
Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Salemba 17. Amelia, Coryna Rizky. 2014. Pendidikan
Medika Sebaya Meningkatkan Pengetahuan Sindrom
10. Winerungan, Ester Maria. Esther Hutagaol. Pramestruasi pada Remaja. Jurnal Kedokteran
Ferdinand Wowiling. 2013. Hubungan Brawijaya Vol.28 No.2 Agustus 2014
Pengetahuan Kesehatan Reproduksi dengan 18. Rakhmat J. 2001. Psikologi Komunikasi.
Kejadian Iritasi Vagina Saat Menstruasi pada Remaja Rosda Karya. Bandung.
Remaja di SMP Negeri 8 Manado. Ejournal 19. Green, LW. Health Promoting Planning :
Keperawatan Vol.1 No.1 Agt 2013 An Education and Environmental Approach.
11. Maidartati. Sri Hayati. Legi Agus Nurhida. University of Texas Health Science Center at
2016. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Houston. 1991
Vulva Hygiene pada Saat Menstruasi Remaja 20. Sriasih, NGK. NW Ariyani. Juliana Mauliku.
Putri. Jurnal Ilmu Keperawatan Vol. IV No.1 AA Istri Dalem Cinthya Riris. 2013. Pengaruh
April 2016. Pendidikan Seksualitas Remaja oleh Pendidik
12. Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Sebaya terhadap Pengetahuan dan Sikap
Kesehatan, Teori dan Aplikasi. Rineka Cipta. Remaja tentang Bahaya Seks Bebas. Jurnal
Jakarta. Skala Husada Vol.1
13. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta.
Jakarta.

36 JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.II, NO.2, 2017


JOMIS (Journal Of Midwifery Science) P-ISSN : 2549-2543
Vol 3. No.2, Juli 2019 E-ISSN : 2579-7077

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU REMAJA


PUTRI TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI
DI SMP NEGERI 12 KOTA PEKANBARU

Linda Suryani

STIKes Payung Negeri Pekanbaru


Jl. Tamtama No 6, Labuh Baru. Pekanbaru
Email: linda.suryani@payungnegeri.ac.id

ABSTRAK
Personal hygiene merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan baik
secara fisik maupun psikologis. Hygiene pada saat menstruasi memegang peranan penting dalam status
kesehatan seseorang, Keputihan yang abnormal bisa disebabkan oleh infeksi/peradangan yang terjadi karena
mencuci vagina dengan air kotor, remaja putri yang mengalami keputihan yaitu (53,8%). Penelitian ini bertujuan
menganalisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Remaja Putri Tentang Personal Hygiene Pada Saat
Menstruasi Di SMP Negeri 12 Kota Pekanbaru. Jenis penelitian ini adalah analitik cross sectional. Dimana
variebel independen yaitu pengetahuan, sikap, informasi, dukungan, dan sarana. serta variabel dependen yaitu
melakukan Personal hygiene. Populasi berjumlah 452 orang dan sampel yang diambil sebanyak 82 responden
dengan teknik Stratified Random Sampling. Instrument yang digunakan yaitu kuesioner. Analisa data dalam
penelitian ini dilakukan menggunakan analisis univariat, bivariat (Chi-Square (X)2) dan multivariat (uji logistik
ganda). Hasil penelitian dihitung menggunakan uji statistic Chi-Square didapatkan hasil pengetahuan (P value
0,000), sikap (P value 0,000), informasi (P value 0,000), dukungan (P value 0,000), dan ketersediaan sarana (P
value 0,000) mempengaruhi perilaku remaja putri tentang personal hygiene pada saat menstruasi di SMP Negeri
12 kota Pekanbaru, sedangkan faktor dominan yang mempengaruhi perilaku remaja putri tentang personal
hygiene pada saat menstruasi di SMP Negeri 12 kota Pekanbaru adalah adalah ketersediaan sarana dengan Ratio
Prevalens (RP) sebesar 14 dan nilai (Pvalue 0,007). Perlunya diadakan promosi kesehatan kepada remaja putri
dengan cara memberikan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi khususnya tentang personal hygiene serta
diperlukan dukungan dari semua pihak khususnya pihak sekolah dan keluarga dalam penerapan personal
hygiene yang baik dan benar sehingga infeksi pada organ reproduksi dapat dicegah.

Kata Kunci : Perilaku, Personal hygiene, remaja putri, menstruasi Pengetahuan, sikap, informasi, dukungan,
sarana

ABSTRACT
Personal hygiene is self-care carried out to maintain health both physically and psychologically. Hygiene
during menstruation plays an important role in a person's health status, abnormal vaginal discharge can be
caused by infection / inflammation that occurs due to vaginal washing with dirty water, adolescent girls who
experience vaginal discharge that is (53.8%). This study aims to analyze the factors that influence behavior of
adolescent girls about Personal Hygiene During Menstruation in Pekanbaru State Junior High School 12. This
type of research is cross sectional analytic. Where are the independent variables, knowledge, attitudes,
information, support, and facilities. and the dependent variable is doing personal hygiene. The population is
452 people and the samples taken are 82 respondents using the Stratified Random Sampling technique. The
instrument used is a questionnaire. Data analysis in this study was carried out using univariate, bivariate (Chi-
Square (X) 2) and multivariate (multiple logistic test). The results of the study were calculated using the Chi-
Square statistical test, the results of knowledge (P value 0,000), attitude (P value 0,000), information (P value
0,000), support (P value 0,000), and availability of facilities (P value 0,000). influence behavior of adolescent
girls about personal hygiene during menstruation in junior high schools 12 the city of pekanbaru , while the
dominant factor that influences the behavior adolescent girls about personal hygiene during menstruation in
junior high schools 12 the city of pekanbaru is the availability of facilities with Prevalence Ratio (RP) of 14 and
value (Pvalue 0.007). The need for held promoting the health to adolescent girls by providing counseling about
reproductive health, especially about personal hygiene and needed support from all parties, especially the
school and family in the application of good and correct personal hygiene so that infections in the reproductive
organs can be prevented.

68
JOMIS (Journal Of Midwifery Science) P-ISSN : 2549-2543
Vol 3. No.2, Juli 2019 E-ISSN : 2579-7077

Keywords: Behavior, Personal hygiene, young women, menstruation, Knowledge, Attitudes, Information,
Support, Facilities

PENDAHULUAN merupakan perdarahan yang teratur dari


Remaja (Adolescence) menurut World uterus sebagai tanda bahwa organ
Health Organization (WHO) adalah kandungan telah berfungsi matang dan
periode usia antara 10 sampai 19 tahun. keputihan adalah keluarnya cairan selain
Masa remaja adalah masa transisi antara darah dari liang vagina di luar kebiasaan,
masa anak-anak menuju kedewasa, dimana baik berbau atau tidak, serta disertai rasa
terjadi perubahan tubuh (growth spurt), gatal setempat. Keputihan yang abnormal
timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya bisa disebabkan oleh infeksi/peradangan
fertilitas dan terjadinya perubahan- yang terjadi karena mencuci vagina
perubahan psikologi serta kognitif dengan air kotor, pemeriksaan dalam yang
(Setyaningrum dan Zulfa, 2014). tidak benar, pemakaian pembilas vagina
Perubahan fisik pada wanita remaja yang berlebihan, pemeriksaan yang tidak
seperti tinggi badan, payudara membesar, higienis dan adanya benda asing dalam
panggul membesar, menstruasi, kulit vagina. (Kusmiran, 2011).
berminyak, tumbuh bulu pada alat kelamin Berdasarkan hasil penelitian
dan ketiak. Perubahan psikologi seperti Tresnawati dan Rachmatullah (2014),
tertarik pada lawan jenis, cemas, mudah tentang tentang “Hubungan Personal
sedih, lebih perasa, menarik diri, pemalu Hygiene Dengan Terjadinya Keputihan
dan pemarah. (Romauli dan Vindari, 2012) Pada Remaja Putri” menunjukkan bahwa
Perubahan-perubahan diatas terjadi masih banyak remaja putri yang
karena adanya perubahan yang mengalami keputihan yaitu (53,8%), masih
dipengaruhi oleh hormon estrogen dan ada remaja putri yang memiliki personal
progesteron. Hormon-hormon yang hygiene buruk sebanyak (44,6%), Dan
Perubahan fisik yang cukup terlihat ketika terjadinya keputihan lebih banyak
remaja memasuki usia antara 9-15 tahun, terjadinya pada remaja putri yang personal
pada saat itu mereka tidak hanya tumbuh hygienenya buruk (93,1%), dibandingkan
menjadi lebih tinggi dan lebih besar saja, dengan remaja putri yang memiliki
tetapi terjadi juga perubahan-perubahan di personal hygiene baik (22,2%).
dalam tubuh yang memungkinkan untuk Pencegahan masalah keputihan salah
berproduksi atau berketurunan. Perubahan satunya dengan personal hygiene,
dari masa kanak-kanak menuju masa Personal hygiene merupakan perawatan
dewasa atau sering dikenal dengan istilah diri sendiri yang dilakukan untuk
masa pubertas ditandai dengan datangnya mempertahankan kesehatan baik secara
menstruasi pada perempuan. fisik maupun psikologis. Hygiene pada
(Setiyaningrum dan Zulfa, 2014) saat menstruasi memegang peranan
Remaja putri yang sudah matang alat penting dalam status kesehatan seseorang,
reproduksi maupun hormon- hormon termasuk menghindari adanya gangguan
dalam tubuhnya akan mengalami pada fungsi alat reproduksi. Pada saat
menstruasi. Pengetahuan tentang menstruasi, pembuluh darah dalam rahim
menstruasi sangat dibutuhkan oleh remaja sangat mudah terinfeksi, oleh karena itu
putri. Pada umumnya menstruasi pertama kebersihan alat kelamin harus lebih dijaga
pada remaja putri terjadi pada usia 11 karena kuman mudah sekali masuk dan
tahun, namun tidak menutup kemungkinan dapat menimbulkan penyakit pada saluran
terjadi pada sebelum atau sesudah usia 11 reproduksi (Yuni, 2015).
tahun. (Haryono, 2016). Perilaku personal hygiene merupakan
Menstruasi adalah proses alamiah faktor yang sangat penting dalam
yang terjadi pada perempuan. Menstruasi pencegahan masalah keputihan. Menurut

69
JOMIS (Journal Of Midwifery Science) P-ISSN : 2549-2543
Vol 3. No.2, Juli 2019 E-ISSN : 2579-7077

Notoatmodjo dikutip dari Green, perilaku Mempengaruhi Perilaku Remaja Putri


individu dipengaruhi oleh faktor Tentang Personal Hygiene Pada Saat
predisposing, enabling, dan reinforcing. Menstruasi Di SMP Negeri 12 Kota
Tiga faktor tersebut pada dasarnya dapat Pekanbaru”
dikelompokkan menjadi faktor internal dan METODE PENELITIAN
eksternal. (Notoatmodjo, 2012) Jenis penelitian ini adalah analitik
Berdasarkan hasil penelitian Yasnani, cros sectional yang bertujuan untuk
N dan Erawan, P,E,M tahun 2016 tentang mengetahui Faktor-faktor Yang
hubungan pengetahuan, sikap, dan Mempengaruhi Perilaku Remaja Putri
tindakan dengan personal hygiene Tentang Personal Hygiene Pada Saat
menstruasi pada remaja putri di SMP Menstruasi Di SMP Negeri 12 Kota
Negeri satap bukit asri kabupaten buton Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan
tahun 2016, didapatkan hasil penelitian pada Bulan Mei 2019 di SMP Negeri 12
menunjukkan ada hubungan yang Kota Pekanbaru.
signifikan antara pengetahuan ( Value Populasi dalam penelitian ini adalah
=0,030), sikap ( Value =0,009), dan seluruh siswi SMP Negeri 12 Kota
tindakan ( Value =0,003) siswi dengan Pekanbaru tahun 2018 dengan jumlah 452
personal hygiene selama menstruasi. orang. Sampel dalam penelitian ini siswi
Hasil penelitian Zakiudin, A dan SMP Negeri 12 Kota Pekanbaru kelas VII,
Shaluhiyah, Z tahun 2016 tentang perilaku VIII dan IX berjumlah 82 orang.
kebersihan diri (personal hygiene) santri di Pengambilan sampel dilakukan dengan
pondok pesantren wilayah kabupaten cara secara acak stratifikasi (Stratified
brebes akan terwujud jika didukung Random Sampling) yaitu dilakukan dengan
dengan ketersediaan sarana prasarana, cara mengidentifikasi karakteristik umum
didapatkan hasil ada sembilan variabel dari anggota populasi kemudian
yang berhubungan secara signifikan yaitu menentukan strata atau lapisan dari jenis
jenis kelamin responden, pengetahuan karakteristik unit tersebut. Intrumen
responden, ketersediaan peraturan tentang penelitian menggunakan kuesioner untuk
kebersihan diri responden, ketersediaan mengetahui faktor-faktor yang
peraturan tentang kebersihan diri mempengaruhi perilaku remaja putri
responden, pemberian sosialisasi atau tentang personal hygiene pada saat
informasi tentang kebersihan diri menstruasi di SMP Negeri 12 kota
responden, dukungan pengasuh pondok Pekanbaru, adapun faktor-faktor tersebut
pesantren, dukungan teman, dukungan antara lain: pengetahuan, sikap, informasi,
tenaga kesehatan dan dukungan depag. dukungan dan sarana. Analisa data dalam
Variabel yang paling dominan penelitian ini dilakukan menggunakan
berpengaruh adalah ketersediaan sarana analisis univariat, bivariat dan multivariat,
dan prasarana kebersihan diri untuk analisis bivariat pengujian hipotesis
(OR=10,335) dilakukan dengan uji statistik Chi-Square
Data yang diperoleh dari Dinas (X)2 dengan tingkat kemaknaan α = 0,05,
Pendidikan Kota Pekanbaru Tahun 2018, dan multivariat dengan menggunakan uji
SMP Negeri yang ada di Kecamatan logistik ganda.
Senapelan Kota Pekanbaru berjumlah 3
SMP Negeri. Dari 3 SMP Negeri yang ada HASIL DAN PEMBAHASAN
SMP yang memiliki jumlah siswi 1. Hasil Penelitian
terbanyak berada di SMP Negeri 12 Kota Hasil uji univariat diperoleh
Pekanbaru berjumlah 452 orang. karakteristik responden pada penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas meliputi pengetahuan, sikap, informasi,
maka peneliti tertarik melakukan dukungan, sarana dan perilaku personal
penelitian tentang “Faktor-faktor Yang hygiene pada saat menstruasi . Mayoritas

70
JOMIS (Journal Of Midwifery Science) P-ISSN : 2549-2543
Vol 3. No.2, Juli 2019 E-ISSN : 2579-7077

remaja putri di SMP Negeri 12 kota dukungan, 56,1% sarana mendukung, dan
Pekanbaru 61% berpengetahuan tinggi, 50% memiliki perilaku positif dan negatif
57,3% memiliki sikap positif, 51,2% tidak tentang personal hygiene.
mendapatkan informasi, 52,4% mendapat

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden


Kategori N %
Pengetahuan
Tinggi 50 61
Rendah 32 39
Sikap
Positif 47 57,3
Negatif 35 42,7
Informasi
Dapat 40 48,8
Tidak dapat 42 51,2
Dukungan
Dapat 43 52,4
Tidak dapat 39 47,6
Sarana
Mendukung 46 56,1
Tidak mendukung 36 43,9
Perilaku personal hygiene
Positif 41 50
Negatif 41 50

Hasil Uji Bivariat dengan mempengaruhi perilaku remaja putri


menggunakan uji chi Square untuk melihat tentang personal hygiene pada saat
pengaruh variabel independen perilaku menstruasi di SMP Negeri 12 kota
remaja putri tentang personal hygiene pada Pekanbaru, pengaruh dari 5 variabel
saat menstruasi di SMP Negeri 12 kota tersebut memperlihatkan kemaknaan
Pekanbaru terhadap variabel dependen secara statistik yaitu pengatahuan (P value
yang meliputi pengetahuan, sikap, 0,000), sikap (P value 0,000), informasi (P
informasi, dukungan, dan sarana diperoleh value 0,000), dukungan (P value 0,000),
hasil bahwa seluruh variabel tersebut dan sarana (P value 0,000)

Tabel 2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku


Remaja Putri Tentang Personal Hygiene Pada Saat Menstruasi
Di SMP Negeri 12 Kota Pekanbaru
Perilaku Personal Hygiene
Independen Positif Negatif N P.Value
N % n %
Pengetahuan
Tinggi 37 90 13 32 50 0,000
Rendah 4 10 28 68 32
Sikap
Positif 35 85 12 29 47 0,000
Negatif 6 15 29 71 35
Informasi

71
JOMIS (Journal Of Midwifery Science) P-ISSN : 2549-2543
Vol 3. No.2, Juli 2019 E-ISSN : 2579-7077

Dapat 34 83 6 15 40 0,000
Tidak dapat 7 17 35 85 42
Dukungan
Dapat 30 73 13 32 43 0,000
Tidak dapat 11 27 28 68 39
Sarana
Mendukung 37 90 9 22 46 0,000
Tidak mendukung 4 10 32 78 36

Setelah dilakukan analisis bivariat analisis multivariat adalah penentuan


selanjutnya dilakukan analisis multivariat variabel independen potensial (variabel
yang bertujuan untuk mengetahui faktor kandidat multivariat) yang akan masuk
yang paling dominan mempengaruhi dalam analisis mutivariat yaitu variabel
perilaku remaja putri tentang personal dari analisis bivariat yang mempunyai nilai
hygiene pada saat menstruasi di SMP p≤0,25. Analisis multivariat yang
Negeri 12 kota Pekanbaru. Tahap awal digunakan adalah regresi logistik ganda

Tabel 3 Hasil Seleksi Bivariat


Variabel P Value Keterangan
Pengetahuan 0,000 Kandidat
Sikap 0,000 Kandidat
Informasi 0,000 Kandidat
Dukungan 0,000 Kandidat
Sarana 0,001 Kandidat

Hasil seleksi bivariat menunjukkan itu 5 variabel tersebut yang akan diikutkan
seluruh variabel (5 variabel) dalam analisis multivariate
menghasilkan P value ≤ 0,25, oleh karena

Tabel 4 Pemodelan Multivariat


Variabel Koef B SE (β) Nilai p RP (95 CI)
Pengetahuan 2.665 1.418 0.060 14.368
Sikap 1.358 1.100 0.217 3.888
Informasi 1.383 0.987 0.161 3.986
Sarana 2.677 0.999 0.007 14.543
Dukungan 1.493 1.405 0.288 4.448
Konstanta -15.018 3.743
Akurasi model = 54,8%

Dari hasil analisis multivariat terlihat saat menstruasi dibandingkan sarana yang
bahwa variabel paling dominan yang tidak lengkap.
mempengaruhi perilaku remaja putri
tentang personal hygiene pada saat 2. Pembahasan
menstruasi di SMP Negeri 12 kota
Pekanbaru adalah sarana dengan nilai Pengaruh Pengetahuan Terhadap
Ratio Prevalens (RP) sebesar 14 dan nilai Perilaku Personal Hygiene Pada Saat
p 0,007. Jadi semakin lengkap sarana yang Menstruasi
tersedia akan berpengaruh 14 kali lebih Hasil penelitian diperoleh bahwa
besar dalam pelaksanaan personal hygiene 61% responden memiliki pengetahuan
tinggi tentang personal hygiene dan 50%

72
JOMIS (Journal Of Midwifery Science) P-ISSN : 2549-2543
Vol 3. No.2, Juli 2019 E-ISSN : 2579-7077

responden memiliki perilaku positif dan dan psikis serta dapat meningkatkan
negatif tentang personal hygiene. Dari uji derajat kesehatan seseorang. Pengetahuan
statistik diperoleh pengetahuan tentang hygiene akan mempengaruhi
mempengaruhi perilaku tentang personal praktik personal hygiene. Pengetahuan
hygiene pada saat menstruasi (P.value yang baik dapat meningkatkan kesehatan
0,000), dimana dari 50 responden yang (Yuni,2015).
memiliki pengetahuan tinggi tentang Menurut Budiman dan Riyanto,
personal hygiene 13 diantaranya memiliki (2013) Pengetahuan dapat dipengaruhi
perilaku negatif tentang personal hygiene, oleh beberapa faktor diantaranya
dan dari 32 responden yang memiliki pendidikan, informasi atau media massa
pengetahuan rendah tentang personal (seperti televisi, radio, surat kabar,
hygiene 28 diantaranya memiliki perilaku majalah), sosial, budaya, dan ekonomi,
negatif tentang personal hygine. lingkungan, pengalaman dan usia.
Menurut Notoatmodjo (2012) Pemberitahuan informasi melalui
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, pendidikan dan penyuluhan akan
dan ini terjadi setelah orang melakukan meningkatkan pengetahuan, yang
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. selanjutnya akan menimbulkan kesadaran
Pengindraan terjadi melalui panca indra dan pada akhirnya remaja akan berperilaku
manusia, yakni indra penglihatan, sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. yang tentunya memerlukan waktu yang
Sebagian besar pengtahuan manusia cukup lama. Sebelum remaja berperilaku
diperoleh melalui mata dan telinga. positif tentang personal hygiene saat
Pengetahuan atau ranah kognitif menstruasi, ia harus terlebih dahulu tahu
merupakan domain yang sangat penting apa arti dan manfaat tindakan tersebut bagi
dalam membentuk tindakan seseorang dirinya, selanjutnya akan menilai atau
(overt behaviour). bersikap.
Menurut Becker dalam Notoatmodjo Hasil penelitian ini sesuai dengan
(2010), Pengetahuan tentang kesehatan hasil penelitian Bujawati, E, Raodhah, S,
mencakup apa yang diketahui oleh dan Indriyanti tahun 2016, tentang
seseorang terhadap cara-cara memelihara “Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan
kesehatan, seperti pengetahuan tentang Personal Hygiene Selama Menstruasi pada
penyakit menular, pengetahuan tentang Santriwati di Pesantren Babul Khaer
faktor ˗ faktor yang mempengaruhi Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi
kesehatan, pengetahuan tentang fasilitas Selatan Tahun 2016” Hasil penelitian
pelayanan kesehatan dan pengetahuan menunjukkan bahwa ada hubungan antara
untuk menghindari kecelakaan. pengetahuan tentang menstruasi dengan
Pengetahuan tentang personal personal hygiene selama menstruasi
hygiene perlu didapatkan guna p=0,000 (p<0,05).
meningkatkan derajat kesehatan seseorang, Menurut asumsi peneliti masih
dengan memelihara kebersihan diri, terdapatnya 39% responden yang memiliki
memperbaiki personal hygiene yang pengetahuan kurang tentang personal
kurang, pencegahan penyakit, hygiene saat menstruasi disebabkan karena
meningkatkan kepercayaan diri dan 51,2% responden tidak pernah
menciptakan keindahan (Isroin & mendapatkan informasi tentang personal
Andarmoyo, 2012 ). hygiene. Informasi dapat meningkatkan
Tujuan dari perawatan selama pengetahuan seseorang. Informasi bisa
menstruasi adalah untuk pemeliharaan didapatkan secara langsung maupun tidak
kebersihan dan kesehatan individu yang langsung. Secara langsung misalnya dari
dilakukan selama masa menstruasi petugas kesehatan, teman sebaya,
sehingga mendapatkan kesejahteraan fisik keluarga, dll. Informasi tidak langsung

73
JOMIS (Journal Of Midwifery Science) P-ISSN : 2549-2543
Vol 3. No.2, Juli 2019 E-ISSN : 2579-7077

misalnya dari media massa, buku, brosur, dianggap penting (significant other), media
iklan, dll. Seseorang yang ingin massa, institusi atau lembaga pendidikan
meningkatkan pengetahuannya akan selalu dan agama, dan faktor emosional.
ingin mencari informasi. Dijaman digital Becker dalam Notoatmodjo (2010),
sekarang ini informasi sangat mudah Sikap terhadap kesehatan merupakan
didapat, seseorang dengan mudah pendapat atau penilaian seseorang terhadap
mendapatkan informasi dari HP, dengan hal-hal yang berkaitan dengan
HP android sekarang ini seseorang dapat pemeliharaan kesehatan seperti, sikap
mencari tahu informasi yang terhadap penyakit menular dan tidak
diinginkannya. Tetapi kesadaran remaja menular, sikap terhadap faktor˗faktor yang
sekarang ini untuk menggunakan HP mempengaruhi kesehatan, sikap tentang
secara efektif sangat kurang, HP hanya fasilitas pelayanan kesehatan dan sikap
digunakan untuk mengakses media sosial untuk menghindari kecelakaan.
(facebook, instagram,dll) sehingga minat Seseorang akan melakukan suatu
remaja untuk mencari ilmu dan informasi perilaku jika orang tersebut memandang
yang bermanfaat menjadi berkurang. perilaku tersebut adalah positif dan
berguna bagi dirinya, akan tetapi apabila
Pengaruh Sikap Terhadap Perilaku individu tersebut memandang perilaku
Personal Hygiene Pada Saat Menstruasi tersebut adalah negatif dengan kata lain
Hasil penelitian diperoleh bahwa tidak bermanfaat atau bahkan merugikan,
57,3% responden memiliki sikap positif maka orang tersebut akan menolak untuk
tentang personal hygiene dan 50% melakukan perilaku tersebut.
responden memiliki perilaku positif dan (Notoatmodjo, 2012)
negatif tentang personal hygiene. Dari uji Hasil penelitian ini sesuai dengan
statistik diperoleh sikap mempengaruhi hasil penelitian Yasnani, N dan Erawan,
perilaku tentang personal hygiene pada P,E,M tahun 2016 tentang hubungan
saat menstruasi (P.value 0,000), dimana pengetahuan, sikap, dan tindakan dengan
dari 47 responden yang memiliki sikap personal hygiene menstruasi pada remaja
positif tentang personal hygiene 12 putri di SMP Negeri satap bukit asri
diantaranya memiliki perilaku negatif kabupaten buton tahun 2016, didapatkan
tentang personal hygiene, dan dari 35 hasil penelitian ada hubungan yang
responden yang memiliki sikap negatif signifikan antara sikap (Value =0,009)
tentang personal hygiene 29 diantaranya siswi dengan personal hygiene selama
memiliki perilaku negatif tentang personal menstruasi.
hygiene Menurut asusmsi penelitian
Menurut Notoatmodjo (2012) sikap mayoritas sikap responden positif dilatar
merupakan reaksi atau respon yang masih belakangi oleh 61% pengetahuan
tertutup dari seseorang terhadap suatu responden tentang personal hygiene
stimulasi atau objek. Seseorang akan berpengetahuan tinggi. Semakin tinggi
memberikan sikap yang positif jika pengetahuan seseorang maka semakin
mempunyai landasan pengetahuan yang positif sikap seseorang terhadap personal
kuat terlebih dahulu. Sikap merupakan hygiene.
kesiapan atau kesediaan untuk bertindak
dan bukan merupakan pelaksana motif Pengaruh Informasi Terhadap Perilaku
tertentu. Sikap bukanlah suatu tindakan Personal Hygiene Pada Saat Menstruasi
atau aktivitas tetapi merupakan Hasil penelitian diperoleh bahwa
predisposisi dari tindakan atau perilaku. 51,2 % responden tidak mendapatkan
Faktor-faktor yang mempengaruhi informasi tentang personal hygiene dan
pembentukan sikap, yaitu pengalaman 50% responden memiliki perilaku positif
pribadi, kebudayaan, pengaruh orang yang dan negatif tentang personal hygiene. Dari

74
JOMIS (Journal Of Midwifery Science) P-ISSN : 2549-2543
Vol 3. No.2, Juli 2019 E-ISSN : 2579-7077

uji statistik diperoleh sikap mempengaruhi berupa artikel, gambar, video, maupun
perilaku tentang personal hygiene pada iklan
saat menstruasi (P.value 0,000), dimana Remaja yang memiliki rasa ingin
dari 40 responden yang mendapatkan tahu yang besar cenderung menerima
informasi 6 diantaranya memiliki perilaku semua informasi yang ada tanpa
negatif tentang personal hygiene, dan dari memperhatikan informasi tersebut negatif
42 responden yang tidak mendapatkan atau positif bahkan sebagian besar remaja
informasi 35 diantaranya memiliki memilih untuk mencoba sehingga
perilaku negatif tentang personal hygiene. diperlukan tindakan preventif agar
Informasi adalah data yang diolah informasi yang diterima remaja dapat
menjadi bentuk lebih berguna dan lebih dipilah dengan baik agar remaja tidak
berarti bagi yang memerlukan. Informasi salah mengadopsi informasi. Keaktifan
juga disebut data yang diproses atau data remaja dalam mengakses sumber informasi
yang memiliki arti. Informasi merupakan terkait perilaku personal hygiene menjadi
data yang telah di proses sedemikian rupa asumsi dasar bahwa semakin aktif
sehingga meningkatkan pengetahuan responden dalam mengakses sumber
seseorang yang menggunakan. Para informasi, semakin baik perilaku personal
pembuat keputusan memahami bahwa hygiene.
informasi menjadi faktor kritis dalam Informasi yang diterima remaja akan
menentukan kesuksesan atau kegagalan mempengaruhi pengetahuan remaja. Hal
dalam suatu bidang usaha. Sistem apapun tersebut dikarenakan pengetahuan
jangan ada informasi tidak akan berguna, merupakan representasi yang dipercayai
karena sistem tersebut akan mengalami seorang individu terhadap suatu objek,
kemacetan dan akhirnya berhenti. sehingga dapat disimpulkan bahwa
Informasi dapat berupa data mentah, dapat kepercayaan merupakan struktur dasar
tersusun, kapasitas sebuah saluran pengetahuan seseorang. Adanya
informasi, dan sebagainya.(Yakub, 2012) pengetahuan akan mempengaruhi sikap
Informasi bisa didapat secara seseorang sehingga pada akhirnya sikap
langsung maupun tidak langsung, tersebut akan turut mempengaruhi perilaku
informasi langsung misalnya dari petugas individu. Perilaku seseorang sangat
kesehatan, teman, lingkungan, keluarga, ditentukan oleh pengetahuan, kepercayaan
dsb, sedangkan informasi tidak langsung dan sikap individu terhadap suatu stimulus
bisa didapatkan dari buku, brosur, iklan, atau objek tertentu
dan media massa lainnya. Saat ini Pengetahuan remaja yang yang
informasi tidak langsung banyak beredar tinggi akan personal hygiene akan
dimasyarakat, karena mudahnya mempengaruhi rasionalitas remaja untuk
masyarakat untuk mengakses internet. melakukan personal hygiene yang baik dan
Informasi yang didapatkan dari internet benar karena didukung dengan informasi
membuat segala informasi dapat menyebar yang tepat tentang kesehatan reproduksi
dengan cepat di seluruh belahan dunia dan khususnya personal hygiene saat
akses informasi yang semakin mudah menstruasi
membuat semua golongan masyarakat Hal tersebut diperkuat dengan
dapat menikmati kecanggihan yang adanya teori health belief yang
ditawarkan oleh internet. Bentuk informasi menyatakan bahwa seseorang akan
dari internet sangat beraneka ragam, salah cenderung mengadopsi perilaku yang lebih
satunya yang saat ini semakin marak yaitu sehat jika orang tersebut percaya bahwa
informasi tentang personal hygiene. perilaku baru yang dilakukan akan
Informasi tentang personal hygiene yang mencegah perkembangan suatu penyakit.
disajikan dalam internet berbeda-beda baik Adanya persepsi tersebut dipengaruhi oleh
pengetahuan, sedangkan pengetahuan

75
JOMIS (Journal Of Midwifery Science) P-ISSN : 2549-2543
Vol 3. No.2, Juli 2019 E-ISSN : 2579-7077

tersebut berkaitan erat dengan informasi uji statistik diperoleh sikap mempengaruhi
yang diperoleh oleh seorang individu perilaku tentang personal hygiene pada
(Glanz, K., Rimer, B., Viswanath, K, saat menstruasi (P.value 0,000), dimana
2008). dari 43 responden yang mendapatkan
Hasil penelitian Puspitasari. S, Fitria dukungan untuk melakukan personal
Y, tahun 2017 tentang pengetahuan, hygiene 13 diantaranya memiliki perilaku
sumber informasi, umur, kepercayaan negatif tentang personal hygiene, dan dari
terhadap perilaku personal hygiene pada 39 responden yang tidak mendapatkan
remaja putri didapatkan hasil antara dukungan untuk melakukan personal
sumber informasi responden dengan hygiene 28 diantaranya memiliki perilaku
perilaku personal hygiene menunjukan negatif tentang personal hygiene.
adanya hubungan yang bermakna. Dukungan petugas kesehatan sangat
Responden secara keseluruhan lebih membantu, dimana dengan adanya
banyak yang tidak mendapatkan informasi dukungan petugas kesehatan sangat besar
mengenai kesehatan reproduksi dengan peranannya bagi guru bimbingan konseling
presentase 52,4% dibandingkan dengan dan pengelola UKS dalam menjalankan
yang mendapatkan informasi sebesar tugasnya sebagai pelaksana PHBS
47,6%. Sehingga perilaku mereka (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) di
cenderung buruk. Kebanyakan dari mereka sekolah. Personal hygiene berkaitan
tidak mendapatkan informasi karena dengan PHBS, karena personal hygiene
mereka cenderung tidak memanfaatkan HP memerlukan lingkungan dan sarana
atau teknologi lainya untuk mencari tahu prasarana yang bersih dan sehat untuk
tentang kebersihan diri sendiri. mewujudkannya. Petugas kesehatan
Menurut asumsi peneliti ada memberikan penyuluhan, bimbingan dan
pengaruhnya perilaku personal hygiene pelatihan kepada guru UKS dalam
pada remaja puteri dengan informasi yang memaksimalkan pelaksanaan PHBS di
didapatkan karena dengan adanya sekolah khususnya berkaitan dengan
informasi maka remaja puteri menjadi tahu personal hygiene.
tentang manfaat dari melakukan personal Pada saat promosi kesehatan
hygiene serta dampak yang ditimbulkan digencarkan aksinya melalui
apabila tidak melakukan personal hygiene pemberdayaan masyarakat bahwa petugas
yang baik dan benar khususnya pada saat kesehatan membekali sasaran kesehatan
menstruasi, sehingga remaja puteri akan (masyarakat) dengan
benar-benar melakukan personal hygiene pengetahuan/informasi yang bermanfaat
guna menghindari terjadinya infeksi pada bagaimana untuk sehat, dan walaupun
organ reproduksi khususnya masalah ketersediaan sarana kesehatan memadai,
keputihan yang akan timbul apabila tidak tetapi tetap diperlukan dukungan dari luar
melakukan personal hygiene yang baik dan diri sendiri seperti dukungan dari Kepala
benar. Semakin banyak informasi yang Sekolah. Ketika perilaku dalam
remaja puteri peroleh semakin banyak pula pelaksanaan PHBS bertentangan atau tidak
remaja puteri yang mau melakukan mendapat dukungan maka akan
personal hygiene secara baik dan benar menciptakan ketidaknyamanan dan akan
mempengaruhi akan pelaksanaan PHBS di
Pengaruh dukungan Terhadap Perilaku sekolah khususnya pelaksanaan personal
Personal Hygiene Pada Saat Menstruasi hygiene pada remaja puteri saat menstruasi
Hasil penelitian diperoleh bahwa Hasi penelitian Zakiudin. A dan
51,2 % responden tidak mendapatkan Shaluhiyah. Z, tahun 2016 tentang
informasi tentang personal hygiene dan Perilaku Kebersihan Diri (Personal
50% responden memiliki perilaku positif Hygiene) Santri Di Pondok Pesantren
dan negatif tentang personal hygiene. Dari Wilayah Kabupaten Brebes didapatkan

76
JOMIS (Journal Of Midwifery Science) P-ISSN : 2549-2543
Vol 3. No.2, Juli 2019 E-ISSN : 2579-7077

hasil bahwa ada hubungan antara fasilitas yang harus dimiliki seperti:
dukungan pengasuh ponpes dan teman toilet/wastafel bersih, air bersih, pakaian
sebaya terhadap kebersihan diri dengan dalam yang bersih dan kering, pembalut
perilaku kebersihan diri santri di Pondok yang bersih dan bebas kuman, handuk dan
Pesantren di Wilayah Kabupaten Brebes. tissue bersih dan kering, sabun pencuci
Menurut peneliti ada hubungan tangan, tempat sampah, dan lain-lain.
antara dukungan sosial dengan perilaku Sumber daya mencakup fasilitas,
remaja puteri di SMP Negeri 12 Pekanbaru dana, waktu, dan tenaga akan
dengan perilaku personal hygiene pada mempengaruhi perilaku seseorang atau
saat menstruasi karena remaja masih masyarakat. Pengaruh ini dapat bersifat
dalam masa transisi, dimana pada masa ini positif ataupun negatif. (Notoatmodjo,
remaja masih membutuhkan dukungan dari 2012)
lingkungan sekitar. Dukungan sosial dari Lawrence Green mengatakan faktor
lingkungan sekitar dapat memberikan pemungkin (enabling factor) yang
informasi kepada remaja terkait dengan digambarkan sebagai faktor- faktor yang
hal-hal yang dialaminya dan apa yang memungkinkan (membuat lebih mudah)
harus dilakukan remaja dalam upaya individu atau populasi untuk merubah
membentuk identitas dirinya. perilaku atau lingkungan mereka. Faktor
ini pada hakikatnya mendukung atau
Pengaruh Sarana Terhadap Perilaku memungkinkan terwujdunya perilaku
Personal Hygiene Pada Saat Menstruasi kesehatan maka faktor- faktor ini disebut
Hasil penelitian diperoleh bahwa faktor pemungkin.
56,1% responden yang memiliki sarana Faktor pemungkin tersebut
mendukung untuk melakukan personal mencakup ketersediaan sarana dan
hygiene dan 50% responden memiliki prasarana atau fasilitas kesehatan,
perilaku positif dan negatif tentang misalnya fasilitas pelayanan kesehatan.
personal hygiene. Dari uji statistik Seperti tersedianya fasilitas-fasilitas atau
diperoleh sarana mempengaruhi perilaku sarana-sarana kesehatan dan
tentang personal hygiene pada saat keterjangkauan berbagai sumber daya baik
menstruasi (P.value 0,000), dimana dari 46 biaya, jarak dan tersedianya transportasi
responden yang memiliki sarana untuk menjangkau sumber daya kesehatan.
mendukung 9 diantaranya memiliki Hasi penelitian Zakiudin. A dan
perilaku negatif tentang personal hygiene Shaluhiyah. Z, tahun 2016 tentang
dan dari 36 responden yang memiliki Perilaku Kebersihan Diri (Personal
sarana tidak mendukung 32 diantaranya Hygiene) Santri Di Pondok Pesantren
memiliki perilaku negatif tentang personal Wilayah Kabupaten Brebes didapatkan
hygiene. hasil bahwa ada hubungan antara
Sarana dan prasarana adalah ketersediaan sarana dan prasarana terhadap
merupakan seperangkat alat yang kebersihan diri dengan perilaku kebersihan
digunakan dalam suatu proses kegiatan diri santri di Pondok Pesantren di Wilayah
baik alat tersebut adalah merupakan Kabupaten Brebes.
peralatan pembantu maupun peralatan Menurut asumsi peneliti
utama, yang keduanya berfungsi untuk berpengaruhnya variabel ketersediaan
mewujudkan tujuan yang hendak dicapai. sarana terhadap perilaku personal hygiene
Ketersediaan sarana dan prasarana pada saat menstruasi karena salah satu
merupakan segala sesuatu yang dibutuhkan faktor pendukung dalam pelayanan adalah
oleh remaja untuk melaksanakan personal faktor sarana atau alat dan setiap tindakan
hygiene saat menstruasi agar dapat yang dilakukan dalam personal hygiene
mencegah terjadinya infeksi pada organ pada saat menstruasi membutuhkan sarana
reproduksi khususnya keputihan misalnya, pendukung. Remaja puteri tidak mungkin

77
JOMIS (Journal Of Midwifery Science) P-ISSN : 2549-2543
Vol 3. No.2, Juli 2019 E-ISSN : 2579-7077

bisa melakukan personal hygiene yang fasilitas kesehatan memudahkan untuk


baik dan benar pada saat menstruasi mencapai perilaku kesehatan individu
apabila tidak tersedia sarana, misalnya dalam bertindak.
apabila tidak tersedia toilet/wastafel yang
bersih, air yang bersih, dll. SIMPULAN
a. Faktor internal yang mempengaruhi
Faktor dominan yang mempengaruhi perilaku remaja putri tentang personal
Perilaku Personal Hygiene Remaja hygiene pada saat menstruasi antara lain
Puteri Di SMP Negeri 12 Pekanbaru pengetahuan (Pvalue 0,000), sikap
Pada Saat Menstruasi (Pvalue 0,000) dan informasi (Pvalue
Dari hasil analisis multivariat terlihat 0,000)
bahwa semua variabel menghasilkan p b. Faktor eksternal yang mempengaruhi
value ≤ 0,05 sehingga semua variabel perilaku remaja putri tentang personal
berpengaruh terhadap perilaku remaja putri hygiene pada saat menstruasi antara lain
tentang personal hygiene pada saat dukungan (Pvalue 0,000) dan Sarana
menstruasi di SMP Negeri 12 kota (Pvalue 0,000)
Pekanbaru, adapun variabel tersebut antara c. Faktor dominan paling mempengaruhi
lain pengetahuan, sikap, informasi, perilaku remaja putri tentang personal
dukungan dan sarana. Variabel paling hygiene pada saat menstruasi adalah
dominan yang mempengaruhi perilaku ketersediaan sarana Ratio Prevalens
remaja putri tentang personal hygiene pada (RP) sebesar 14 dan nilai Pvalue 0,007
saat menstruasi di SMP Negeri 12 kota
Pekanbaru adalah sarana dengan nilai TERIMAKASIH
Ratio Prevalens (RP) sebesar 14 dan nilai Peneliti mengucapkan terimakasih
p 0,007. Jadi semakin lengkap sarana yang kepada Ketua STIKes, Ketua LPPM,
tersedia akan berpengaruh 14 kali lebih Ketua PSD III Kebidanan Payung Negeri
besar dalam pelaksanaan personal hygiene Pekanbaru, Kepala Sekolah SMP Negeri
saat menstruasi dibandingkan sarana yang 12 Pekanbaru dan seluruh pihak yang
tidak lengkap. membantu dalam penyelesaian penelitian
Ketersediaan sarana menjadi faktor ini.
dominan dalam penelitian ini, karena
sarana dan prasarana merupakan salah satu DAFTAR PUSTAKA
alat penunjang bagi remaja puteri dalam Arikunto, S. (2013). Prosedur penelitian
melakukan personal hygiene pada saat suatu pendekatan praktik. Jakarta :
menstruasi. Tanpa sarana dan prasarana Rineka Cipta
yang baik remaja puteri tidak bisa
melakukan personal hygiene pada saat Budiman & Riyanto, A. (2013). Kapita
menstruasi secara maksimal. Kelengkapan selekta kuesioner pengetahuan dan
sarana dan prasarana dapat mendukung sikap dalam penelitian kesehatan.
perilaku remaja puteri menjadi lebih baik, Jakarta Selatan; Salemba Medika.
sehingga perilaku remaja puteri dalam
melakukan personal hygiene saat Haryono, R. (2016). Siap menghadapi
menstruasi menjadi lebih baik dan infeksi menstruasi & menoupause..
pada organ reproduksi wanita khususnya Yogyakarta: Gosyen Publishing
masalah keputihan dapat dicegah.
Menurut Notoatmodjo (2012) Glanz, K., Rimer, B., Viswanath, K., 2008.
dikutip dari Green, faktor yang Health Behavior and Health
mempengaruhi perilaku sehat yaitu faktor Education: Theory, Research, and
pendukung yang mencakup tersedianya Practice. 4th Edition. USA:
fasilitas kesehatan, tersedianya prasarana JosseyBass

78
JOMIS (Journal Of Midwifery Science) P-ISSN : 2549-2543
Vol 3. No.2, Juli 2019 E-ISSN : 2579-7077

Hidayat, A. A. (2011). Metode penelitian Riduwan. & Akdon. (2013). Rumus dan
keperawatan dan teknik analisis data dalam. Bandung : Alfabeta
data. Jakarta: Salemba medika.
Romauli, S. & Vindari, Anna Vida.
Isroin, L. & Andarmoyo, S. (2012). (2014). Kesehatan Reproduksi Buat
Personal hygiene konsep,proses dan Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta :
aplikasi dalam praktik keperawatan. Nuha Medika
Yogyakarta; Graha Ilmu
Setyaningrum, E. & Zulfa. (2014).
Kumalasari & Andiantoro. Pelayanan keluarga berencana &
(2012).Kesehatan reproduksi untuk kesehatan reproduksi. Jakarta; Trans
mahasiswa kebidanan dan Info Media
keperawatan.Jakarta: Salemba Medika
Tresnawaty, W.& Rachmatullah, F.
Kusmiran,E. (2011). Kesehatan reproduksi (2014). Hubungan personal hygiene
remaja dan wanita. Jakarta Selatan: dengan terjadinya keputihan pada
Salemba Medika remaja putri. Diundu
https://ejurnal.latansamashiro.ac.id/ind
Notoatmodjo, S. (2010). Promosi ex.php/OBS/article/download/173/176
kesehatan teori & aplikasi. Jakarta: . Diakses pada tanggal 2 oktober 2018.
PT Rineka Cipta
Widyastuti, T. et al, (2009). Kesehatan
------------------. (2012). Promosi kesehatan reproduksi.Yogyakarta : Fitramaya
dan perilaku kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta Yuni, N.E. (2015). Buku saku personal
hygiene. Yogyakarta : Nuha Medika
------------------. (2012). Metodologi
penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Yasnani. N dan Erawan. P.E.M, (2016),
Cipta Hubungan Pengetahuan, Sikap, Dan
Tindakan Dengan Personal Hygiene
------------------. (2014). Ilmu Perilaku Menstruasi Pada Remaja Putri Di
Kesehatan. Jakarta: rineka Cipta. SMP Negeri Satap Bukit Asri
Kabupaten Buton Tahun 2016
Pribakti.(2014). Menjaga miis v tetap
sehat sexy siip. Surabaya : Pena Yakub. (2012). Pengantar Sistem
Semesta Informasi. Yogyakarta: Graha Ilmu

Puspitasari. S, Fitria Y. (2017). Zakiudin. A dan Shaluhiyah. Z, (2016),


Pengetahuan, Sumber Informasi, Perilaku Kebersihan Diri (Personal
Umur, Kepercayaan Terhadap Hygiene) Santri Di Pondok Pesantren
Perilaku Personal Hygiene Pada Wilayah Kabupaten Brebes. Jurnal
Remaja Putri SMAN 1 Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 11
Megamendung. Jurnal Ilmu Kesehatan / No. 2 / Agustus 2016
Masyarakat Vol. 06, No. 04,
Desember 2017

79
ISSN (Print) : 2443-1141
ISSN (Online) : 2541-5301
PENELITIAN

Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan


Personal Hygiene Selama Menstruasi pada
Santriwati di Pesantren Babul Khaer
Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi
Selatan Tahun 2016
Emmi Bujawati1*, Sitti Raodhah2, Indriyanti3
Abstrak

Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang diwarnai oleh
perubahan pertumbuhan, munculnya berbagai kesempatan dan seringkali menghadapi risiko-risiko
kesehatan reproduksi. Personal hygiene selama menstruasi merupakan isu kritis sebagai determinan
status kesehatan remaja yang akan berpengaruh dalam kehidupan masa tua. Salah satu upaya men-
gurangi gangguan pada saat menstruasi yaitu membiasakan diri dengan perilaku higienis. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui beberapa faktor yang berhubungan dengan personal hygiene selama
menstruasi, seperti pengetahuan, komunikasi teman sebaya, usia menarche dan kepercayaan ter-
hadap mitos pada santriwati Madrasah Aliyah di Pondok Pesantren Babul Khaer Bulukumba. Jenis
penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional study. Sampel dalam
penelitian ini adalah santriwati Madrasah Aliyah di Pondok Pesantren Babul Khaer Kabupaten
Bulukumba sebanyak 117 santriwati. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode total sampling.
Hasil penelitian menunjukkan sebesar 76,1% responden yang memiliki personal hygiene selama men-
struasi yang cukup dan yang memiliki personal hygiene selama menstruasi yang kurang sebesar
23,9%. Terdapat hubungan antara pengetahuan (p=0,000), komunikasi teman sebaya (p=0,002), dan
kepercaayaan terhadap mitos (p=0,000) dengan personal hygiene selama menstruasi, sedangkan usia
menarche (p=0,473) tidak memiliki hubungan dengan personal hygiene selama menstruasi. Penelitian
ini menyarankan agar para remaja dapat meningkatakan personal hygiene selama menstruasi dengan
cara membekali diri sebanyak-banyaknya dengan pengetahuan yang diperoleh baik dari media massa,
orang tua atau buku. Bagi pihak sekolah dapat menerapkan metode pendidikan kesehatan dalam
meningkatkan personal hygiene selama menstruasi sepetri FGD (Focus Group Discussion).

Kata Kunci : Personal Hygiene, Menstruasi, Santriwati.

Pendahuluan mengatasi masalah kesehatan masyarakat tidak


Masalah kesehatan sangat kompleks dan hanya dilihat dari segi kesehatan itu sendiri tapi
saling berkaitan dengan masalah-masalah di luar harus dari seluruh segi yang ada pengaruhnya ter-
masalah kesehatan itu sendiri demikian pula untuk hadap kesehatan tersebut (Notoatmodjo, 2010).
Personal hygiene menstruasi pada remaja
* Korespondensi : emmy.uin@gmail.com merupakan isu kritis sebagai determinan status
1 ,2, 3
Jurusan Kesehatan Masyarakat UIN Alauddin, Makassar
2 HIG IEN E V O LU M E 3 , N O. 1, J AN U AR I — A PR I L 2 0 1 7

kesehatan remaja yang akan berpengaruh dalam waktu yang berbeda untuk diperbandingkan (Azrul
kehidupan masa tua. Buruknya Personal hygiene Azwar, 2003: 11-12). Pengumpulan data dilakukan
menstruasi berpengaruh besar terhadap morbiditas sejak tanggal 3 April 2016 sampai dengan 1 Mei
dan komplikasi (Uzochukwu, 2009: 9). Oleh karena 2016 di Madrasah Aliyah Pesantren Babul Khaer,
itu, remaja harus dipersiapkan baik pengetahuan, Kecamatan Ujung Bulu’, Kabupaten Bulukumba.
sikap maupun tindakannya ke arah pencapaian re- Populasi dalam penelitian ini adalah semua santri-
produksi yang sehat. wati Madrasah Aliyah yang telah mengalami men-
Hasil penelitian Ansuree (2014) bahwa ku- struasi yakni sebanyak 124 orang.
rang dari setengah remaja perempuan memiliki Teknik pengambilan sampel dalam penelitian
pengetahuan yang baik tentang kebersihan men- ini adalah teknik non probability sampling dengan
struasi hal ini mengidentifikasi bahwa masih ku- pendekatan purposive sampilng yaitu pengambilan
rangnya pengetahuan yang memadai mengenai sampel yang didasarkan atas pertimbangan dan
kebersihan menstruasi di kalangan remaja per- sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis
empuan. Dengan demikian, perlu program pendidi- yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis
kan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan univariat dan analisis bivariat dengan menggunakan
tentang kebersihan menstruasi. Tempat terbaik un- uji statistik Chi Square
tuk memberikan pendidikan tentang kebersihan
menstruasi untuk remaja perempuan adalah Hasil
sekolah. Analisis Univariat
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pada tabel 1 tentang karakteristik responden
Suryati (2012) bahwa faktor utama yang ber- di Pondok Pesantren Babul Khaer Kabupaten
pengaruh terhadap perilaku kebersihan diri saat Bulukumba tahun 2016 dapat dijelaskan bahwa dari
menstruasi adalah teman sebaya. Hasil SDKI 2012 hasil penelitian pada 117 responden, mayoritas ke-
menunjukkan dari setengah responden wanita las responden yaitu pada kelas X sebanyak 46 orang
membicarakan menstruasi sebelum menarche (39,3%) dan paling sedikit pada kelas XII sebanyak
dengan teman (53%) atau dengan ibunya (41%). 31 orang (26,5%), dengan umur terbanyak 16 tahun
(Kemenkes, 2013) yaitu sebanyak 45 orang (38,5%) dan paling sedikit
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak pada umur 15 tahun yaitu sebanyak 1 orang (0,9%).
Pesantren dan santriwati di Pesantren Babul Khaer Sedangkan untuk usia Menarche terbanyak yakni
diketahui bahwa kegiatan pembinaan terhadap usia 13 tahun sebesar 44,4% dan usia menarche
kesehatan reproduksi belum pernah di lakukan. Ber- paling sedikt yakni usia 10 dan 11 tahun masing-
dasarkan uraian tersebut dan karena belum dil- masing sebesar 3,4%, sehingga kategori usia Menar-
akukannya penelitian tentang personal hygiene che terbanyak yaitu kategori ideal sebesar 65,8%
menstruasi di pesantren tersebut maka peneliti ter- dan kategori usia menarche paling sedikit adalah
tarik untuk mengetahui lebih dalam lagi faktor yang kategori tidak ideal yakni sebesar 34,2%.
berhubungan dengan personal hygiene selama men- Adapun pengetahuan tentang menstruasi
struasi pada santriwati di Pesantren Babul Khaer menunjukkan bahwa dari 117 responden, sebanyak
Kabupaten Bulukumba. 84 (71,8%) responden memiliki pengetahuan cukup
dan sebanyak 33 (28,2%) responden memiliki
Metode Penelitian pengetahuan kurang, dengan komunikasi teman
Penelitian ini merupakan penelitian kuanti- sebaya yaitu sebanyak 104 (88,9%) responden
tatif menggunakan pendekatan cross sectional study memiliki komunikasi cukup dan sebanyak 13 (11,1%)
dimana penelitian yang dilakukan dalam waktu yang responden memiliki komunikasi kurang.
tertentu, dan tidak akan dilakukan penelitian lain di Personal hygiene responden selama men-
V O LU M E 3 , N O. 1, J AN U AR I — A PR I L 2 0 1 7 HIG IEN E 3

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden pada Santriwati di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren
Babul Khaer Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba

Santriwati
Karakteristik Responden
n %
Kelas
X 46 39,3
XI 40 34,2
XII 31 26,5
Total 117 100%
Umur
15 tahun 1 0,9
16 tahun 45 38,5
17 tahun 42 35,9
18 tahun 29 24,8
Total 117 100%
Usia Menarche
10 tahun 4 3,4
11 tahun 4 3,4
12 tahun 21 17,9
13 tahun 52 44,4
14 tahun 30 25,6
15 tahun 6 5,1
Total 117 100
Kategori Usia Menarche
Ideal 77 65,8
Tidak Ideal 40 34,2
Total 117 100
Pengetahuan
Cukup 84 71,8
Kurang 33 28,2
Total 117 100
Komunikasi Teman Sebaya
Cukup 104 88,9
Kurang 13 11,1
Total 117 100
Personal Hygiene
Cukup 89 76,1
Kurang 28 23,9
Total 117 100
Kepercayaan Terhadap Mitos
Tidak Percaya 61 52,1
Percaya 56 47,9
Total 117 100
Sumber : Data Primer, 2016

struasi yaitu sebanyak 89 (76,1%) responden mem- yang percaya terhadap mitos sebanyak 56 (47,9%).
iliki personal hygiene yang cukup dan sebanyak 28 Analisis Bivariat
(23,9%) responden memiliki personal hygiene ku- Pada tabel 2 tentang hubungan antara
rang, sedangkan kepercayaan responden terhadap pengetahuan tentang menstruasi dengan personal
mitos yaitu sebanyak 61 (52,1%) responden tidak hygiene selama menstruasi menunjukkan bahwa
percaya terhadap mitos, sedangkan responden dari 84 responden yang memiliki pengetahuan
4 HIG IEN E V O LU M E 3 , N O. 1, J AN U AR I — A PR I L 2 0 1 7

Tabel 2. Hubungan antara Pengetahuan Tentang Menstruasi dengan Personal Hygiene selama
Menstruasi pada Santriwati di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Babul Khaer Kecamatan
Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba

Pengetahuan Personal Hygiene Selama Menstruasi


Jumlah Uji
Tentang Cukup Kurang
Statistik
Menstruasi n % n % n %
Cukup 72 85,7 12 14,3 84 100
Kurang 17 51,5 16 48,5 33 100 P=0,000
Total 89 76,1 26 23,8 117 100
Sumber : Data Primer, 2016
Tabel 3. Hubungan antara Komunikasi Teman Sebaya dengan Personal Hygiene selama Menstruasi
pada Santriwati di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Babul Khaer Kecamatan Ujung Bulu
Kabupaten Bulukumba

Personal Hygiene Selama


Komunikasi
Menstruasi Jumlah
Teman Uji Statistik
Cukup Kurang
Sebaya
n % n % n %
Cukup 84 80,8 20 19,2 104 100
Kurang 5 38,5 8 61,5 13 100 P=0,002
Total 89 76,1 28 23,9 117 100

Sumber : Data Primer, 2016


cukup dan personal hygiene selama menstruasi yang dengan teman sebaya yang cukup dan personal hy-
cukup yakni sebesar 85,7% sedangkan responden giene selama menstruasi yang cukup yakni sebesar
yang memiliki pengetahuan kurang dan personal 80,8% sedangkan responden yang memiliki komu-
hygiene yang kurang sebesar 48,5% dari 33 respond- nikasi dengan teman sebaya yang kurang dan per-
en dengan nilai p=0,000. Karena nilai p<0,05 maka sonal hygiene yang kurang sebesar 38,5% dari 13
dapat diinterpretasikan bahwa ada hubungan yang responden dengan nilai p=0,002. Karena nilai p<0,05
bermakna antara pengetahuan responden tentang maka dapat diinterpretasikan bahwa ada hubungan
menstruasi dengan personal hygiene responden yang bermakna antara komunikasi teman sebaya
selama menstruasi. dengan personal hygiene responden selama men-
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa struasi.
dari 104 responden yang memiliki Komunikasi Pada tabel 4 menunjukkan bahwa dari 77
Tabel 4. Hubungan antara Usia Menarche dengan Personal Hygiene selama Menstruasi pada Santri-
wati di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Babul Khaer Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten
Bulukumba
Personal Hygiene Selama
Menstruasi Jumlah Uji
Usia Menarche
Cukup Kurang Statistik
n % n % n %
Ideal 57 74 20 26 77 100
Tidak Ideal 32 80 8 20 40 100 P=0,473
Total 89 76,1 28 23,9 117 100
Sumber : Data Primer, 2016
V O LU M E 3 , N O. 1, J AN U AR I — A PR I L 2 0 1 7 HIG IEN E 5

Tabel 5. Hubungan antara Kepercayaan Terhadap Mitos dengan Personal Hygiene selama Menstruasi
pada Santriwati di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Babul Khaer Kecamatan Ujung Bulu
Kabupaten Bulukumba
Personal Hygiene Selama
Kepercayaan Menstruasi Jumlah Uji Statis-
Terhadap Mitos Cukup Kurang tik
n % n % n %
Tidak Percaya 55 90,2 6 9,8 61 100
Percaya 34 60,7 22 39,3 56 100 P=0,000
Total 89 76,1 28 23,9 117 100
Sumber : Data Primer, 2016
responden yang memiliki usia menarche ideal dan proses yang dipelajari karena individu mengerti
personal hygiene selama menstruasi yang cukup dampak positif atau negatif terhadap perilaku yang
yakni sebesar 74% sedangkan responden yang terkait dengan keadaan menstruasi (Indriastuti,
memiliki usia menarche tidak ideal dan personal 2009). Banyak faktor yang berpengaruh terhadap
hygiene yang kurang sebesar 20% dari 40 respond- personal hygiene selama menstruasi. Diantara
en dengan nilai p=0,473. Karena nilai p>0,05 maka faktor tersebut yakni pengetahuan individu. Hal
dapat diinterpretasikan bahwa tidak ada hubungan tersebut sesuai dengan hasil analisis dalam
antara usia menarche dengan personal hygiene penelitian ini.
selama menstruasi. Berdasarkan hasil analisis hubungan antara
Sedangkan pada tabel 5 menunjukkan bah- pengetahuan tentang menstruasi dengan personal
wa dari 56 responden, sebesar 90,2% diantaranya hygiene selama menstruasi menggunakan analisis
tidak percaya terhadap mitos dan memiliki person- Chi Square di peroleh nilai p=0,000 (p<0,05) yang
al hygiene selama menstruasi yang cukup dari 61 berarti bahwa pengetahuan tentang menstruasi
responden. Sedangkan responden yang percaya memiliki hubungan yang signifikan dengan personal
terhadap mitos dan memiliki personal hygiene yang hygiene selama menstruasi pada santriwati Mad-
kurang sebesar 39,3% dari 56 responden dengan rasah Aliyah di Pondok Pesantren babul Khaer.
nilai p=0,000. Karena nilai p<0,05 maka dapat di- Hal ini sesuai dengan teori Patricia (2005),
interpretasikan bahwa ada hubungan yang bermak- bahwa dalam personal hygiene terdapat faktor
na antara kepercayaan terhadap mitos dengan per- yang berpengaruh diantaranya pengetahuan yang
sonal hygiene responden selama menstruasi. dimiliki oleh individu tersebut. Pengetahuan yang
dimaksudkan merupakan pengetahuan yang ber-
Pembahasan sangkutan dengan personal hygiene diantaranya
Hubungan pengetahuan tentang menstruasi pengetahuan tentang menstruasi, pengetahuan
dengan personal hygiene selama menstruasi kesehatan reproduksi pada wanita dan penge-
Personal hygiene selama menstruasi meru- tahuan mengenai kebersihan diri pada wanita baik
pakan kebersihan perorangan dalam usaha me- saat menstruasi maupun dalam keseharian.
melihara, mempertahankan dan memperbaiki Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kese- Rahmawati (2011) bahwa pengetahuan tentang
jahteraan fisik maupun psikologis melalui imple- menstruasi berpengaruh terhadap perilaku person-
mentasi tindakan hygiene yang dilakukan saat men- al hygiene selama menstruasi pada siswi remaja.
struasi (Tartowo, 2010). Hal yang sama juga diperoleh dari hasil penelitian
Personal hygiene pada saat menstruasi tidak Suryati (2012) yang mengungkapkan terdapat be-
akan terjadi begitu saja, namun merupakan sebuah berapa faktor yang berperan dalam perilaku
6 HIG IEN E V O LU M E 3 , N O. 1, J AN U AR I — A PR I L 2 0 1 7

kebersihan remaja saat menstruasi, diantara faktor Perkembangan kehidupan sosial remaja
tersebut yakni pengetahuan. Hal tersebut juga ditandai dengan meningkatnya pengaruh teman
didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh sebaya. Remaja lebih banyak menghabiskan wak-
Prasetya (2014), bahwa pengetahuan menstruasi tunya untuk berinteraksi sosial dengan teman
memiliki hubungan dengan personal hygiene sela- sebayanya. Teman sebaya memberikan pengaruh
ma menstruasi pada siswa kelas X SMA Negeri 2 yang besar terhadap sikap, minat, penampilan dan
Banguntapan Bantul dengan hasil uji hipotesis prod- perilaku remaja. Hal tersebut dikarenakan komu-
uct moment p=0,001 (p<0,05). nikasi diantara teman sebaya lebih mudah dicerna
Berdasarkan perolehan skor pengetahuan dan diterima daripada komunikasi dengan orang tua
tentang menstruasi pada santriwati Madrasah Ali- atau yang lebih dewasa daripada remaja (Desmita,
yah di Pondok Pesantren Babul Khaer, di dapatkan 2009).
hasil dari 117 santriwati, sebesar 71,8% responden Hasil penelitian ini, terhadap 117 santriwati
memiliki pengetahuan yang cukup dan sebesar Madrasah Aliyah di Pondok Pesantren Babul Khaer
28,2% responden memiliki pengetahuan yang ku- menggunakan uji Chi Square diperoleh p=0,001
rang. (p<0,05) yang berarti terdapat hubungan yang sig-
Berdasarkan hasil analisis, didapatkan pula nifikan antara komunikasi teman sebaya dengan
santriwati di Pondok Pesanten Babul Khaer yang personal hygiene selama menstruasi.
memiliki pengetahuan tentang menstruasi yang Hasil analisis tersebut sesuai dengan teori
cukup tetapi memiliki personal hygiene selama men- Hovland dalam Efendy (2011) bahwa komunikasi
struasi yang kurang yakni sebesar 14,3% dari 84 merupakan sebuah proses dalam mengubah per-
responden. Hal ini disebabkan karena responden ilaku orang lain seperti halnya personal hygiene
tersebut belum memiliki kesadaran untuk merubah selama menstruasi.
perilaku. Sesuai dengan pendapat Notoatmodjo Hal tersebut juga didukung dengan penelitian
(2003) bahwa individu akan merubah perilakunya yang dilakukan oleh Prastya (2014), terhadap 102
dengan melalui beberapa tahap, salah satunya ada- siswi kelas X SMA Negeri 2 Banguntapan bantul bah-
lah tahap kesadaran. Sehingga meskipun responden wa terdapat hubungan komunikasi teman sebaya
memiliki pengetahuan tentang menstruasi yang dengan personal hygiene selama menstruasi dengan
cukup akan tetapi jika belum memiliki kesadaran hasil uji p=0,000 (p<0,05), yang berarti bahwa ter-
untuk mengaplikasikannya maka tidak akan ter- dapat hubungan yang signifikan antar variabel terse-
wujud perilaku personal hygiene yang baik. but.
Ada banyak faktor yang berpengaruh ter- Hasil penelitian yang dilakukan peneliti juga
hadap pengetahuan, menurut Notoatmodjo (2011) didukung oleh penelitaian Suryati (2012) di Jakarta
tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh yang berkaitan dengan perilaku kebersihan remaja
tingkat pendidikan, pengalaman, usia, informasi, saat menstruasi, yang menunjukkan bahwa terdapat
lingkungan budaya dan sosial ekonomi. hubungan yang signifikan antara dukungan teman
Hubungan komunikasi teman sebaya dengan per- sebaya dengan perilaku kebershan siswi pada saat
sonal hygiene selama menstruasi. menstruasi. Dukungan teman sebaya terhadap re-
Faktor lain yang cukup erat berhubungan sponden sebesar 86%, dari hasil analisis bivariat
dengan personal hygiene selama menstruasi yaitu didapatkan hasil p=0,024, hasil analisis multivariat
faktor eksternal. Lingkungan dan sosial sebagai didapatkan ada hubungan antara teman sebaya
faktor eksternal sangat mendukung terhadap peru- dengan perilaku kebersihan saat menstruasi pada
bahan personal hygiene individu, dikarenakan ling- penelitian ini dengan nilai p=0,027 dan nilai
kungan sebagai tempat perkembangan perilaku in- OR=2,963 artinya bahwa dukungan teman sebaya
dividu (Sunaryo, 2013). 2,963 kali kemungkinan teman sebaya mendukung
V O LU M E 3 , N O. 1, J AN U AR I — A PR I L 2 0 1 7 HIG IEN E 7

terhadap perilaku kebersihan siswi pada saat men- menstruasi pada siswi SMA Negeri 1 Sesean Kabu-
struasi dibanding dengan teman sebaya yang tidak paten Toraja Utara, hasil uji bivariat antara usia
mendukung. Dengan demikian dapat disimpulkan menarche dengan praktik hygiene menstruasi
bahwa dukungan dari teman sebaya memberikan dengan nilai p=0,945 atau tidak ada hubungan an-
pengaruh yang besar terhadap personal hygiene tara kedua variabel tersebut.
selama menstruasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari
Penelitian Rahmawati (2011) terhadap siswi 117 responden sebesar 65,8% mempunyai usia
SMP di Jakarta memperoleh hasil bahwa ada hub- menarche yang ideal. Akan tetapi hal tersebut tidak
ungan sumber informasi dengan perilaku personal berhubungan dengan personal hygiene saat men-
hygiene selama menstruasi yang berasal dari teman struasi responden. Karena semakin ideal usia men-
sebaya. Berdasarkan perolehan skor komunikasi arche seseorang tidak menjamin bahwa akan se-
teman sebaya pada santriwati Madrasah Aliyah di makin baik pula personal hygiene yang dimilikinya.
Pondok Pesantren Babul Khaer, di dapatkan hasil Hal tersebut dikarenakan tidak semua re-
dari 117 santriwati, sebesar 88,9% responden sponden mendapatkan informasi yang cukup
memiliki komunikasi dengan teman sebaya yang mengenai praktek hygiene menstruasi yang baik
cukup dan sebesar 11,1% responden memiliki sebelum mereka mendapatkan menarche, hal ini
komunikasi teman sebaya yang kurang. dapat dilihat dari hasil krostabulasi antara usia
Ada banyak hal yang mempengaruhi efek- menarche dengan pengetahuan responden, dari
tivitas komunikasi teman sebaya. Menurut Efendy 117 responden hanya 56 diantaranya yang mempu-
(2013) faktor yang berpengaruh terhadap komu- nyai usia menarche ideal dan memiliki penge-
nikasi antara lain penyampaian pesan, situasi dan tahuan yang cukup.
kondisi, media, tujuan pesan. Demikian pula sebaliknya, yang memilki usia
Hubungan usia menarche dengan personal hy- menarche cepat tidak menutup kemungkinan akan
giene selama menstruasi memiliki personal hygiene selama menstruasi yang
Usia menarche dalam penelitian ini adalah cukup. Hal ini terlihat berdasarkan hasil penelitian
usia responden saat pertama kali mendapatkan didaptkan 4 responden yang memiliki usia menar-
haid atau menstruasi. Menarche adalah siklus haid che yang cepat tetapi memiliki personal hygiene
pertama bagi seorang wanita. Menarche merupa- selama menstruasi yang cukup yakni sebesar 100%
kan hal yang sangat penting bagi seorang wanita dari 4 responden. Hal ini dikarenakan keempat re-
dan perlu mendapat perhatian khusus karena men- sponden tersebut memiliki pengetahuan yang
arche merupakan hal yang menandai awal cukup sehingga akan mempengaruhi personal hy-
kedewasaan biologis seorang wanita. Usia menar- giene yang dimilikinya.
che dapat bervariasi pada setiap individu tergan- Untuk itu, jika individu tahu hal apa saja
tung faktor internal dan eksternal yang yang harus dilakukan pada saat mengalami men-
mempengaruhinya. struasi, misalnya bagaimana cara mengatasi
Adapun hasil analisis yang diperoleh bahwa keluarnya darah menstruasi yang dapat terjadi
tidak ada hubungan antara usia menarche dengan sewaktu-waktu, bagaimana cara memakai dan
personal hygiene selama menstruasi dengan nilai mencuci pembalut, serta bagaimana cara perawa-
p=0,473. Hal ini menunjukkan bahwa usia menar- tan diri pada saat menstruasi, maka dapat diharap-
che seseorang tidak dapat menentukan praktik hy- kan setiap individu berperilaku higienis ketika men-
giene menstruasinya. galami menstruasi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hubungan kepercayaan terhadap mitos dengan
yang dilakukan oleh Mariene (2012) mengenai personal hygiene selama menstruasi.
faktor yang berhubungan dengan praktik hygiene Menurut Notoatmodjo (2010) Kepercayaan
8 HIG IEN E V O LU M E 3 , N O. 1, J AN U AR I — A PR I L 2 0 1 7

atau budaya mempengaruhi pengetahuan dimana Adapun alasan responden percaya terhadap
sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat mitos yakni dari 56 responden, alasan percaya yang
dapat mempengaruhi pengetahuan remaja. Secara terbanyak adalah “tidak ada ruginya mengikuti na-
tidak langsung kepercayaan seseorang juga sihat orang tua” yakni sebesar 62,5% sedangkan
mempengaruhi personal hygiene yang dimiliki. alasan paling sedikit memiliki alasan lainnya sebasar
Berdasarkan tabel 5, menunjukkan bahwa 5,4%.
dari 117 responden yang percaya terhadap mitos Berdasarkan hasil penelitian pada santriwati
sebesar 47,9% sedangkan yang tidak percaya ter- di Pondok Pesantren Babul Khaer, didapatkan pula
hadap mitos yakni sebesar 52,1%. Hasil analisis hub- sebesar 60,7% dari 56 responden yang percaya ter-
ungan antara kepercayaan terhadap mitos dengan hadap mitos namun memilki personal hygiene sela-
personal hygiene selama menstruasi didapatkan ma menstruasi yang cukup. Hal ini dikarenakan ren-
nilai p=0,000 (p<0,05) sehingga dapat diartikan bah- ponden tersebut memilki pengetahuan yang cukup
wa ada hubungan yang bermakna antara kedua vari- sehingga mempengaruhi personal hygiene yang di-
abel tersebut. milikinya. Hal ini terbukti berdasarkan hasil analisis
Hasil penelitian ini mendapatkan hubungan krostabulasi antara variabel kepercayaan terhadap
negatif antara variabel kepercayaan terhadap mitos mitos dengan pengetahuan menstruasi yakni dari 56
dengan personal hygiene selama menstruasi yang responden yang percaya terhadap mitos terdapat
dapat diinterpretasikan bahwa semakin responden 37 santriwati (66,1%) diantaranya yang memiliki
tidak percaya terhadap mitos maka akan semakin pengetahuan tentang menstruasi yang cukup.
baik personal hygiene selama mentruasi yang dimili- Percaya terhadap sesuatu hal yang tidak ter-
kinya. bukti manfaatnya merupakan tindakan yang meru-
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dil- gikan diri sendiri. Demikian pula dijelaskan dalam
akukan oleh Dina Dwi Nuryani (2012) yang Surah Al-Israa’/17 ayat 36.
melakukan penelitian pada remaja putri saat men- Terjemahnya:
struasi di MTs Al-khairiyah Bandar Lampung dengan Dan janganlah kamu mengikuti apa yang
menggunakan uji Chi Square didapatkan nilai kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
p=0,001 yang menunjukkan bahwa tidak ada hub- Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,
ungan kepercayaan terhadap mitos dengan perilaku semuanya itu akan diminta pertanggungan jawab-
hygienis remaja putri saat mentruasi. nya (Kementrian Agama RI, 2012).
Personal hygiene yang baik juga didukung Surah Al-Israa’/17 ayat 36 merupakan tun-
oleh kepercayaan individu terhadap mitos. Jika tunan universal. Ayat ini memerintahkan: lakukan
seseorang tidak mempercayai mitos yang tidak apa yang Allah perintahkan di atas dan hindari apa
benar secara ilmiah maka pengetahuan yang dimiliki yang tidak sejalan dengannya. Jangan berucap apa
juga akan semakin baik, sehingga hal ini juga yang engkau tidak ketahui, jangan mengaku
mempengaruhi personal hygiene yang dimiliki oleh mendengar apa yang engkau tidak dengar.
setiap individu. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati,
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan yang merupakan alat-alat pengetahhuan, semua itu,
alasan responden dalam mempercayai dan tidak yakni alat-alat itu, masing-masing tentangnya akan
mempercayai suatu mitos yakni dari 61 reponden ditanyai tentang bagaimana pemiliknya
yang tidak percaya terhadap mitos, alasan terban- menggunakannya atau pemiliknya akan dituntut
yak yakni “karena tidak terbukti alasannya jika me- untuk mempertanggungjawabkan bagaimana dia
langgar mitos tersebut” sebesar 70,5% sedangkan menggunakannya (Shihab, 2009; 86).
alasan paling sedikit yakni alasan lainnya sebesar Dari satu sisi, tuntunan ayat ini mencegah
6,6%. sekian banyak keburukan, seperti tuduhan, sangka
V O LU M E 3 , N O. 1, J AN U AR I — A PR I L 2 0 1 7 HIG IEN E 9

buruk, kebohongan, dan kesaksian palsu. Di sisi Anusree. (2014). Knowlwdge Regarding menstrual
lain, juga memberi tuntunan untuk menggunakan Hygiene amoong Adolescent Girls in selected
school, Mangalore with a view to Develop an
pendengaran, penglihatan, dan hati nurani sebagai
Information Booklet. IOSR Journal of Nurish-
alat-alat untuk meraih pengetahuan (Shihab, 2009; ing and Health Science (IOSR-JNHS): Volume
86). 3, Issue 1, Ver. IV.
Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan. Ban-
Kesimpulan dung: Remaja Rosdakarya.
Bardasarkan hasil penelitian ini mengenai Effendy. (2011). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik.
faktor-faktor yang berhubungan dengan personal Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
hygiene selama menstruasi pada santriwati Mad- Indriastuti. (2009). Hubungan antara Pengetahuan
rasah Aliyah di Pondok Pesantren Babul Khaer kesehatan Reproduksi dengan Perilaku Hy-
Kecamatan Ujung Bulu kabupaten Bulukumba, gienis Remaja Putri pada saat Menstruasi.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat
Kementerian Agama RI. (2012). Al-Qur’an dan Ter-
hubungan antara pengetahuan tentang menstruasi
jemahannya. Bandung: Diponegoro.
dengan personal hygiene selama menstruasi,
Kemenkes. (2013). Survei Demografi dan Kesehatan
komunikasi teman sebaya dengan personal hygiene
Indonesia 2012 Kesehatan Reproduksi
selama menstruasi, kepercayaan terhadap mitos Remaja. Jakarta: Kemenkes.
dengan personal hygiene selama menstruasi dan
Notoatmodjo. (2011). Kesehatan Masyarakat Ilmu
Tidak ada hubungan antara usia menarche dengan dan Seni . Jakarta: Rineka cipta.
personal hygiene selama menstruasi pada santriwa-
Patricia. (2005). Buku Ajar fundamental Keperawa-
ti Madrasah Aliyah di Pondok Pesantren Babul tan consep Edisi 4. Jakarta: EGC.
Khaer Kecamatan Ujung Bulu kabupaten Bulukum-
Rahmawati T, & Kusmawati. (2011). Hubungan An-
ba. tara Sumber Informasi Dan Pengetahuan
Personal hygiene selama menstruasi pada Tentang Menstruasi Dengan Perilaku Per-
remaja dapat lebih ditingkatkan dengan cara sonal Hygiene Selama Menstruasi Pp : 240-
248. Prosiding Seminar Nasional “Peran
membekali diri sebanyak-banyaknya dengan
Kesehatan Masyarakat Dalam Pencapaian
pengetahuan yang diperoleh baik dari pencarian MDG’s Di Indonesia. FKM UNSIL. Lampung
informasi melalui media massa, teman sebaya,
Shihab, M. Quraish. (2009). Tafsir Al-Misbah: Pe-
orang tua, keluarga dan buku sedangkan komu- san, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an. Jakar-
nikasi teman sebaya dapat dijadikan metode pen- ta: Lentera Hati.
didikan kesehatan dalam meningkatkan personal Sunaryo. (2013). Psikologi Untuk Keperawatan.
hygiene selama menstruasi pada santriwati, salah Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
satu metode yang dapat digunakan yaitu FGD Suryati. (2012). Perilaku Kebersihan Remaja Saat
(Focus Group Discussion). Adapaun harapan peneli- Menstruasi. Jurnal Healt Quality Volume, 3,
ti kepada peneliti selanjutnya yakni untuk mem- No. 1.
fokuskan penelitian pada variabel usia menarche Tartowo dan Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar
serta lebih memilih variabel lain untuk diteliti. Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.

Daftar Pustaka Uzochukwu. (2009). The Impact Of Premenarcheal


Training On Menstrual Practice And Hygiene
Ardani. (2010). Perilaku remaja putri dalam Of Nigerian School Girls. Pan Afr. Med. J. 22.
perawatan kebersihan alat kelamin pada
saat menstruasi di SMP 3 Pulau Rakyat. Me-
dan: Universitas Sumatera Utara.
http://jurnal.fk.unand.ac.id 19

Artikel Penelitian

Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Personal


Hygiene dengan Gejala Vaginitis pada Siswi SMPN 1 Kota
Padang dan SMPN 23 Padang

1 2 3
Aulia Khatib , Syahredi S Adnani , Roni Eka Sahputra

Abstrak
Ada 75% wanita di dunia menderita vaginitis sekali dalam seumur hidup dan 10% hingga 55% diantaranya
tidak mengetahui bahwa mereka mengalami vaginitis. Pembentukan pengetahuan, sikap, dan perilaku personal
hygiene yang baik dapat mencegah vaginitis. Tujuan penelitian ini adalah menentukan hubungan pengetahuan, sikap
dan perilaku personal hygiene terhadap gejala vaginitis pada siswi SMPN 1 dan SMPN 23 Padang. Penelitian
dilakukan terhadap siswi kelas VII, VIII, dan IX di SMPN tersebut pada bulan September 2018. Desain penelitian
adalah cross sectional dengan teknik pengambilan sampel systematic random sampling. Kuisioner digunakan sebagai
instrumen penelitian untuk mengukur tingkat pengetahuan, sikap, perilaku personal hygiene, dan gejala vaginitis pada
responden. Penelitian menggunakan uji bivariat Chi-square untuk menganalisis data. Jumlah responden yang
dikumpulkan adalah sebanyak 242 orang. Tingkat pengetahuan siswi mayoritas sedang, sedangkan sikap dan perilaku
responden mayoritas baik. Hasil analisis bivariat menunjukkan hubungan antara pengetahuan dengan gejala vaginitis
adalah p=0,011 di SMPN 23 dan p=0,558 di SMPN 1, hubungan sikap dengan gejala adalah p=0,013 di SMPN 23 dan
p=0,458 di SMPN 1, dan hubungan perilaku dengan gejala adalah p=0,615 di SMPN 23 dan p=0,138 di SMPN 1.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap dengan gejala
vaginitis di SMPN 23 namun tidak didapatkan hubungan yang signifikan pengetahuan dan sikap terhadap gejala di
SMPN 1. Tidak didapatkan hubungan yang signifikan antara perilaku dengan gejala vaginitis pada kedua populasi.
Kata kunci: pengetahuan, sikap, perilaku, personal hygiene, vaginitis

Abstract
About 75% of females have experienced vaginitis at least once in their lifetime with 10-55% are not aware for
experiencing this disease. Risk of vaginitis can be prevented by increasing knowledge, attitude and practising personal
hygiene correctly. The objective of this study was to investigate the relationship between knowledge, attitude and
personal hygiene practice with vaginitis symptoms experienced by female students in Junior High School 1 and 23
Padang.Samples were collected from female students who were studying in 7th, 8th, and 9th grades. This study took
place in September 2018 and used cross sectional design with systematic random sampling technique. Questionnaires
were used to measure all the variables needed in this study. The collected data were analyzed by Chi-square.Total
number of respondents for this research were 242 students who met inclusive criteria. Majority of students have
intermediate level of knowledge, positive attitude and good personal hygiene practice in both schools. The results of
bivariate analysis were showing that relationship between knowledge and symptoms in Junior High School 23 and 1
were p=0,011 and p=0,558, attitude and symptoms were p=0,013 and p=0,458, and practice and symptoms were
p=0,615 and p=0,138 respectively, This study concluded there was significant relationship between knowledge and
attitude with vaginitis symptoms experienced by respondents in Junior High School 23, but there was no relation
shown by respondents in Junior High School 1. There was no significant relationship between personal hygiene
practice with vaginitis symptoms by respondents in both schools.
Keywords: knowledge, attitude, practice, personal hygiene, vaginitis

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 8(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 20

Affiliasi penulis: 1. Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran pinggir kota. Hal ini disebabkan daerah kota memiliki
Universitas Andalas Padang (FK Unand), 2. Bagian Obstetri dan
akses yang lebih mudah untuk mendapatkan sanitary
Ginekologi FK Unand/RSUP Dr. M.Djamil Padang, 3. Bagian Bedah
7
Ortopedi FK Unand pad. Faktor yang memengaruhi personal hygiene
Korespondensi: Aulia Khatib , Email: liakhatib@gmail.com Telp: lainnya adalah ketersediaan sumber informasi
+6281372798757
mengenai manajemen menarche dan menstruasi.
Pendidikan dari ibu memiliki pengaruh yang besar
PENDAHULUAN terhadap praktek personal hygiene dan masalah
Menstruasi merupakan salah satu komponen ginekologi pada remaja perempuan yang baru
seorang perempuan dalam melalui masa pubertas 8
menarche. Hasil penelitian oleh penelitian di India
yang mana perempuan kebanyakannya menghadapi mendapatkan bahwa sebanyak 87,3% perempuan
keterbatasan sosial dan kepercayaan diri sehingga menggunakan kain dan 10,6% menggunakan sanitary
bisa berkontribusi pada kesehatan mental maupun pad. Sebanyak 33,6% disebabkan oleh kurangnya
fisik. Pada saat menstruasi, personal hygiene perlu 9
pengetahuan mengenai manajemen menstruasi.
diperhatikan karena bersangkutan dengan kejadian Bahan celana dalam berperan dalam tingkat risiko
1
infeksi genitalia. Sebanyak 75% wanita di dunia terjadinya infeksi genital. Hasil penelitian terdahulu
menderita vaginitis sekurang-kurangnya sekali dalam mendapatkan sebanyak 38,1% responden masih
seumur hidup dan 10% hingga 55% diantaranya tidak membiarkan genitalia dalam suasana lembab
mengetahui bahwa mereka mengalami vaginitis. walaupun telah dibersihkan dengan air karena area
Vaginitis yang tersering adalah vaginosis bakterialis, yang dibasuh belum sepenuhnya dikeringkan serta
2
trikomoniasis, dan kandidiasis vulvovaginal. masih menggunakan kain yang dipakai ulang sebagai
Peningkatan suseptibilitas seseorang terhadap pengering. Selain itu, terdapat hubungan yang
Reproductive Tract Infections (RTIs) dan Sexually bermakna antara frekuensi mengganti sanitary pad
Transmitted Infections (STIs) berhubungan dengan dan celana dalam dengan infeksi genital. Hal ini akan
tingkat kepedulian dan praktek personal hygiene yang menyebabkan ventilasi di sekitar genitalia semakin
benar. WHO merekomendasikan untuk diadakan buruk sehingga menyebabkan suhu yang lembab dan
3
penelitian yang lebih lanjut mengenai hal ini. kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan
Kesadaran yang kurang terhadap kesehatan alat 10
mikroorganisme. Walaupun sudah banyak teori yang
reproduksi berkaitan dengan pengetahuan yang menjelaskan mengenai hubungan tingkat
rendah mengenai personal hygiene, pengaruh pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap personal
sosiobudaya, faktor ekonomi keluarga, dan kurangnya hygiene dengan gejala vaginitis, namun beberapa
4
fasilitas sanitasi yang disediakan oleh sekolah. Hal ini penelitian seperti yang dilakukan di Tangerang
menarik perhatian banyak peneliti, sehingga dilakukan mendapatkan tidak ada hubungan yang bermakna
penelitian di negara berkembang dengan keterbatasan pada sikap dan perilaku vaginal hygiene remaja putri
fasilitas sanitasi seperti air, tisu, sabun, dan jamban, usia 13-17 tahun di daerah Pondok Cabe Ilir
serta sumber informasi yang dibekalkan kepada Tangerang Selatan dengan kejadian keputihan
5 11
seorang anak perempuan menjelang menarche. patologis. Di Indonesia, penelitian mengenai
Pada tahun 2015, penelitian yang dilakukan pengaruh personal hygiene terhadap timbulnya
pada 486 wanita dengan rentang umur 18-45 tahun di gangguan alat reproduksi seperti vaginitis masih
India menunjukkan bahwa pada wanita yang memakai sangat sedikit. Selain itu, peneliti tidak bisa
kain yang dipakai ulang memiliki risiko terkena infeksi mendapatkan data sekunder dari Dinas Kesehatan
genitalia dua kali lipat berbanding wanita yang Kota Padang karena memang tidak ada program
6
memakai sanitary pad sekali pakai saat menstruasi. pemicuan mengenai kesehatan reproduksi yang
Penelitian terdahulu menyatakan bahwa siswi yang ditargetkan terhadap siswi sekolah di Sumatera Barat.
berdomisili di daerah perkotaan cenderung memakai Data mengenai penderita vaginitis pada populasi
sanitary pad 2,32 kali lipat berbanding yang tinggal di pelajar sekolah di Padang juga sangat terbatas.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 8(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 21

Penelitian dilaksanakan pada dua lokasi yang Data yang dikumpulkan adalah data primer
berbeda berdasarkan letak jauhnya dengan pusat kota yang berasal dari kuesioner penelitian terhadap siswi
yaitu SMPN 1 dan SMPN 23 Padang. Berdasarkan di kedua sekolah.
hasil survey awal terhadap SMPN 1 adalah salah satu
sekolah menengah pertama negeri yang beralamatkan HASIL
di Jalan Jendral Sudirman, No.3 Kampung Jao, Penelitian telah dilakukan di kedua sekolah
Padang Barat, Kota Padang. Sekolah ini terletak di terhadap siswi SMPN 1 dan SMPN 23 Padang pada
pusat kota dan wilayah perkantoran dengan berbagai bulan September 2018. Peneliti telah mengambil
fasilitas dan kemudahan yang dapat ditemukan seperti sebanyak 136 siswi di SMPN 1 dan 134 siswi di SMPN
bus Transpadang, bank, restoran, dan tempat 23 Padang untuk dijadikan responden. Dari sampel
berbelanja. Sekolah ini dapat diakses dengan mudah tersebut, peneliti mendapatkan sebanyak 14
oleh kendaraan roda dua dan roda empat. Jumlah responden dari SMPN 1 dan 13 responden dari SMPN
seluruh siswi yang terdaftar di SMPN 1 Padang tahun 23 merupakan drop out karena tidak mengisi
ajaran 2018/2019 di kelas VII adalah sebanyak 105, kuesioner dengan lengkap. Namun, peneliti telah
kelas VIII sebanyak 109 orang dan kelas XI sebanyak memenuhi syarat jumlah pengambilan sampel minimal
115 orang. Majoritas pelajar berasal dari kalangan yaitu 121 sampel dari masing-masing sekolah.
ekonomi menengah ke atas. Sekolah kedua yaitu
SMPN 23 Padang juga merupakan sekolah menengah Tabel 1. Distribusi karakteristik responden di SMPN 1
pertama negeri namun lokasi sekolah ini cukup jauh dan SMPN 23 Padang menurut pendidikan terakhir
dari pusat kota. Sekolah ini beralamatkan di Jalan orang tua
Koto Luar, Kapala Koto, Pauh, Padang. Sekolah ini SMPN 1 SMPN 23
Variabel
dapat diakses dengan kenderaan roda dua maupun f % f %
roda empat, namun jalannya tidak selebar jalan Pendidikan Terakhir

menuju SMPN 1 Padang. Di sekitarnya, terdapat Ibu


SD 0 0 11 9.1
perumahan warga dan banyak dipenuhi sawah.
SMP 2 1.7 32 26.4
Jumlah siswi yang terdaftar di SMPN 23 Padang di
SMA 31 25.6 66 54.5
kelas VII adalah sebanyak 101 siswi, kelas VIII
S1 64 52.9 10 8.3
sebanyak 94 siswi dan kelas XI sebanyak 117 siswi S2 22 18.2 2 1.7
pada tahun ajaran 2018/2019, sehingga total siswi S3 2 1.7 11 9.1
adalah sebanyak 312 siswi. Pendidikan Terakhir
Berdasarkan yang demikian, peneliti tertarik Ayah

untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan, SD 2 1.7 18 14.9


SMP 38 31.4 28 23.1
sikap dan perilaku personal hygiene terhadap gejala
SMA 55 45.5 63 52.1
vaginitis pada siswi SMPN 1 dan SMPN 23 Padang.
S1 21 17.4 11 9.1
S2 5 4.1 1 0.8
METODE S3 2 1.7 0 0
Jenis penelitian ini adalah studi analitik dengan
metode potong lintang (cross-sectional) yang Berdasarkan hasil penyajian data pada Tabel 1,
dilakukan di SMPN 1 dan SMPN 23 Padang dalam didapatkan tingkat pendidikan terakhir ibu responden
periode bulan Mei hingga Oktober 2018. paling banyak di SMPN 1 yaitu S1 (52,9%), diikuti
Populasi pada penelitian ini adalah siswi kelas dengan SMA/SLTA/SMK (25,6%), S2 (18,2%), SMP
VII,VIII, dan IX SMPN 1 dan SMPN 23 Padang kelas (1,7%), dan S3 (1,7%). Sedangkan, tingkat pendidikan
VII, VIII, dan XI. Peneliti juga akan menjadikan 120 terakhir ibu di SMPN 23 majoritas adalah SMA
siswi dari SMPN 23 Padang sebagai sampel dengan (54,5%), kemudian SMP (26,4%), SD (9,1%), S3
rincian yang sama. (9,1%), S1 (8,3%), dan akhir sekali adalah S2 (1,7%).

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 8(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 22

Tabel 2. Distribusi karakteristik responden di SMPN 1 4 dan tertinggi 10 sedangkan di SMPN 23 adalah 5,84
dan SMPN 23 Padang menurut penghasilan orang tua (95% CI: 5,64-6,04), dengan standar deviasi 1,118
SMPN 1 SMPN 23 dan nilai terendah 2 dan tertinggi 8.
Variabel
f % f % Rerata sikap berdasarkan total nilai di SMPN 1
Penghasilan adalah 24,73 (95% CI: 24,18-25,28) dengan standar
Orang Tua (Rp.)
deviasi 3,05, dan nilai terendah 7 dan tertinggi 28
<1.500.000 3 2.5 36 29.8
sedangkan di SMPN 23 adalah 23,19 (95% CI: 22,74-
1.500.000-
19 15.7 42 34.7 23,64), dengan standar deviasi 2,514 dan nilai
2.500.000
2.500.000- terendah 17 dan tertinggi 28.
23 19.0 30 24.8
3.500.000 Nilai rerata perilaku berdasarkan total nilai di
>3.500.000 76 62.8 13 10.7 SMPN 1 adalah 16,55 (95% CI: 16,20-16,89) dengan
standar deviasi 1,897, dan nilai terendah 12 dan
Orang tua responden di SMPN 1 majoritas tertinggi 21 sedangkan di SMPN 23 adalah 16,27
memiliki tingkat penghasilan tinggi (19%), selebihnya (95% CI: 15,96-16,58), dengan standar deviasi 1,713
adalah sangat tinggi (17,4%), sedang (15,7%), dan dan nilai terendah 11 dan tertinggi 20.
rendah (2,5%). Sementara itu, orang tua responden di
SMPN 23 kebanyakan memiliki tingkat penghasilan Tabel 4. Distribusi Responden menurut kejadian
sedang (34,7%), selebihnya rendah (29,8%), tinggi gejala vaginitis di SMPN 1 dan SMPN 23
(24,8%) dan sangat tinggi (10,7%). Gejala vaginitis Jumlah Persentase
berdasarkan Lokasi

Tabel 3. Gambaran tingkat pengetahuan pada siswi SMPN 1


Ada 23 19
SMPN 1 dan SMPN 23 Padang tahun ajaran
Tidak ada 98 81
2018/2019
SMPN 23
Variabel Rerata ± Minimal- 95% CI
Ada 32 26.4
SD Maksimal
Tidak ada 89 73.6

Tingkat
Pengetahuan
SMPN 1 6,14 ± 4-10 5,98- Distribusi kejadian gejala vaginitis pada kedua
0,879 6,30 sekolah didapatkan lebih banyak responden di SMPN
SMPN 23 5,84 ± 2-8 5,64-
23 yang memiliki gejala vaginitis yaitu 32 orang
1,118 6,04
(26,4%) berbanding di SMPN 1 sebanyak 23 orang
Sikap Personal
(19%).
Hygiene
SMPN 1 24,73 ± 7-28 24,18-
3,050 25,28
SMPN 23 23,19 ± 17-28 22,74- Tabel 5. Hubungan pengetahuan dengan gejala
2,514 23,64 vaginitis pada siswi SMPN 1 dan SMPN 23 Padang
Perilaku tahun ajaran 2018/2019
Personal Lokasi Tingkat Gejala Vaginitis
Hygiene Pengeta
SMPN 1 16,55 ± 12-21 16,20- huan Tidak ada Ada p
1,897 16,89 f % f %
SMPN 23 16,27 ± 11-20 15,96- Rendah 0 0 0 0 0.558
1,713 16,58 SMPN 1 Sedang 70 82.4 15 17.6
Tinggi 28 77.8 8 22.2
Hasil analisis didapatkan rata-rata nilai tingkat SMPN Rendah 3 100 0 0 0.011
pengetahuan di SMPN 1 adalah 6,14 (95% CI: 5,98- 23 Sedang 52 65 28 35

6,30) dengan standar deviasi 0,879, dan nilai terendah Tinggi 34 83.5 4 10.5

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 8(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 23

Berdasarkan Tabel 5, tidak ada responden di Tabel 7. Hubungan perilaku personal hygiene dengan
SMPN 1 berada di tingkat pengetahuan rendah. gejala vaginitis pada siswi SMPN 1 dan SMPN 23
Majoritas memiliki pengetahuan sedang yaitu Padang tahun ajaran 2018/2019
sebanyak 85 responden dengan 17,6% diantaranya Lokasi Perilaku Gejala Vaginitis

memiliki gejala vaginitis. Sementara itu, majoritas Personal


Hygiene Tidak ada Ada p
responden di SMPN 23 memiliki tingkat pengetahuan
f % f %
mengenai personal hygiene yang sedang yaitu
SMPN Buruk 29 72.5 11 27.5 0.138
sebanyak 80 siswi dan 35% diantaranya pernah
1 Baik 69 85.2 12 14.8
mengalami gejala vaginitis.
SMPN Buruk 28 77.8 8 22.2 0.615
Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
23 Baik 61 61 24 28.2
pengetahuan dengan gejala vaginitis yang pernah
dialami oleh responden di SMPN 1 dengan p=0,558
(p>0,05). Namun, terdapat hubungan yang signifikan Pada responden di kedua sekolah majoritas
antara pengetahuan dengan gejala vaginitis pada memiliki perilaku personal hygiene yang baik. Namun
responden di SMPN 23 dengan p=0,011 (p<0,05).
begitu, masih ada diantaranya yang mengalami gejala
vaginitis dengan persentase di SMPN 1 yaitu 14,8%
dan di SMPN 23 yaitu 28,2%.
Tabel 6. Hubungan sikap personal hygiene dengan
Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
gejala vaginitis pada siswi SMPN 1 dan SMPN 23 perilaku personal hygiene dengan gejala vaginitis yang
Padang tahun ajaran 2018/2019
pernah dialami oleh responden di SMPN 1 dengan
Lokasi Sikap Gejala Vaginitis
p=0,138 (p>0,05) dan di SMPN 23 dengan p=0,615
Personal
(p>0,05).
Hygiene Tidak Ada p
ada
f % f %
SMPN Negatif 12 92.3 1 7.7 0.458 PEMBAHASAN
1 Positif 86 79.6 22 20.4 Karakteristik Responden
SMPN Negatif 20 57.1 15 42.9 0.013 Tingkatan pendidikan orang tua terutama ibu
23 Positif 69 80.2 17 19.8
karena pengetahuan, sikap, dan perilaku dibentuk
sejak usia dini dimulai dari keluarga. Dalam konteks
Responden di SMPN 1 paling banyak memiliki
pembentukan perilaku personal hygiene, ibu
sikap yang positif mengenai personal hygiene namun
terutamanya memiliki peran yang penting dengan
20,4% diantaranya masih memiliki gejala vaginitis.
mengajarkan anak perempuannya mengenai
Sementara itu, responden di SMPN 23 juga lebih
kebersihan diri yang baik agar infeksi genitalia seperti
banyak menunjukkan sikap yang positif mengenai 12
vaginitis dapat dicegah.
personal hygiene, dengan 19,8% diantaranya masih
Tingkat keadaan ekonomi keluarga yang
memiliki gejala vaginitis.
direpresentasikan melalui penghasilan orang tua juga
Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
berperan sebagai prasarana atau wahana anak
sikap personal hygiene dengan gejala vaginitis oleh
perempuan dalam mendapatkan informasi tambahan
responden di SMPN 1 dengan p=0,458 (p>0,05).
mengenai personal hygiene dan memengaruhi dalam
Namun, terdapat hubungan yang signifikan antara
pemenuhan kebutuhan akses air, sabun, dan sanitary
pengetahuan dengan gejala vaginitis pada responden
pad sehingga perilaku personal hygiene yang baik
di SMPN 23 dengan p=0,013 (p<0,05). 13
dapat terbentuk.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 8(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 24

Gambaran Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Hubungan Pengetahuan Personal Hygiene dengan
Perilaku Personal Hygiene pada Siswi SMPN 1 dan Pengalaman Gejala Vaginitis di SMPN 1 dan SMPN
SMPN 23 Padang 23 Padang
Hasil analisis univariat mendapatkan bahwa Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa
tingkat pengetahuan responden di SMPN 1 lebih tinggi variabel tingkat pengetahuan dengan gejala vaginitis
(rerata=6,14) berbanding responden di SMPN 23 di SMPN 1 Padang menunjukan hubungan yang tidak
(rerata=5,84). Hal ini sejalan dengan penelitian Wan signifikan (p=0,558), artinya tingkat pengetahuan tidak
Muda et al yang dijalankan di Malaysia bahwa tingkat berpengaruh terhadap ada atau tidaknya gejala
pengetahuan responden mengenai kebersihan diri di vaginitis pada populasi tersebut. Namun begitu, hasil
kota lebih tinggi berbanding yang tinggal di pinggir yang berbeda didapatkan terhadap responden di
kota. Hal ini juga sejalan dengan penelitian oleh 36 SMPN 23 Padang dimana hubungan pengetahuan
bahwa penduduk di kota 1,8 kali lebih tinggi tingkat dengan gejala vaginitis di SMPN 1 Padang
pengetahuan mengenai manajemen kebersihan menunjukan kekuatan hubungan yang signifikan
14
menstruasi berbanding di pinggir kota. (p=0,011), artinya tingkat pengetahuan berpengaruh
Faktor lokasi dapat memengaruhi tingkat terhadap ada atau tidaknya gejala vaginitis pada
pengetahuan seseorang terhadap manajemen populasi tersebut. Hasil yang didapatkan Olfa (2016)
kebersihan diri terutama saat menstruasi. Jika dilihat di SMPN 23 Padang sejalan dengan penelitian yang
dari tabel karakteristik responden, terdapat perbedaan dilakukan di Bantul dimana peneliti tersebut
dari jumlah responden yang memiliki orang tua yang mendapatkan adanya keterkaitan antara tingkat
berpendidikan tinggi. Semakin tinggi tingkat pengetahuan dengan keputihan patologis (p=0,01)
15
pendidikan orang tua maka semakin luas ketersediaan yang merupakan salah satu jenis dari vaginitis.
sumber informasi mengenai manajemen menarche Tingkat pendidikan merupakan salah satu
dan menstruasi yang diberikan kepada anak faktor yang memengaruhi pengetahuan. Semakin
perempuannya. Pendidikan dari ibu memiliki pengaruh tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan
yang besar terhadap praktek personal hygiene dan semakin mudah seseorang menerima dan
masalah ginekologi pada remaja perempuan yang menyampaikan informasi tersebut kepada orang lain.
8
baru menarche. Hasil penelitian Verma et al di India Hal ini juga akan meningkatkan inisiatif seseorang
mendapatkan bahwa sebanyak 87,3% perempuan dalam mencari informasi tambahan mengenai suatu
menggunakan kain dan 10,6% menggunakan sanitary hal. Pengetahuan yang kurang mengenai menstruasi
pad. Sebanyak 33,6% disebabkan oleh kurangnya dan siklus menstruasi akan menyebabkan seseorang
9
pengetahuan mengenai manajemen menstruasi. tidak siap ketika menarche sehingga MHM tidak
Sikap responden terhadap personal hygiene terlaksana dengan benar. Orang tua, guru, dan teman
adalah lebih baik di SMPN 1 (mean=24,73) merupakan sumber informasi yang paling banyak dan
berbanding di SMPN 23 (mean=23,19). Hal ini sejalan memiliki peran penting dalam kesediaan seseorang
3
juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Thakre et menghadapi menarche. Pada penelitian ini,
al, 2011 yang mendapatkan bahwa sikap personal perbedaan kemaknaan hubungan pengetahuan
hygiene penduduk kota lebih baik berbanding di personal hygiene dengan gejala vaginitis pada kedua
8
pinggir kota. lokasi bisa disebabkan oleh adanya perbedaan aspek
Berdasarkan tabel tersebut juga didapatkan tingkat pengetahuan ibu dan ayah sebagai sumber
bahwa perilaku personal hygiene responden lebih baik informasi bagi anak perempuan, tingkat ekonomi, dan
di SMPN 1 (mean=16,55) berbanding di SMPN 23 pengalaman manajemen kebersihan diri terutama saat
(mean=16,27). menstruasi pada anak perempuan. Ketiga aspek ini

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 8(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 25

ini dijelaskan pada penelitian yang dilakukan di yang diukur dari frekuensi penggunaan produk
Malaysia. yang mendapatkan bahwa tingkat ekonomi kebersihan vagina, pemakaian sanitary pad, bahan
(p=0,001), tingkat pendidikan (p=0,001) dan celana dalam dan sebagainya. Perilaku seseorang
pengalaman (p=0,001) memiliki keterkaitan dengan dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu faktor
tingkat pengetahuan personal hygiene sebagai bentuk predisposing, enabling, dan reinforcing. Faktor
14
pencegahan terjadinya vaginitis. predisposing yaitu pengetahuan, sikap, dan
sosioekonomi dapat mengembangkan perilaku
Hubungan Sikap Personal Hygiene dengan seseorang menjadi baik atau buruk. Hal ini bergantung
Pengalaman Gejala Vaginitis di SMPN 1 Padang pada media atau sumber informasi seseorang seperti
dan SMPN 23 Padang orang tua, media massa, guru, kounselor, tenaga
Pada aspek sikap, peneliti mendapatkan kesehatan dan lain-lain. Faktor enabling yaitu
hubungan yang signifikan antara sikap personal ketersediaan sarana dan prasarana di tempat kerja,
hygiene dengan gejala vaginitis yang pernah dialami sekolah, atau pelayanan kesehatan menyebabkan
oleh siswi di SMPN 23 Padang (p=0,013). Hal ini seseorang beradaptasi dan berkembang secara
sejalan dengan penelitian di Universitas Gadjah Mada biologis sehingga berpengaruh terhadap perubahan
bahwa terdapat hubungan antara sikap personal perilaku dan kualitas kesehatan seseorang. Fasilitas
15
hygiene dengan gejala vaginitis (p=0,046). air, sanitasi, dan kebersihan di sekolah yang kurang
Sementara itu, tidak ada hubungan yang signifikan juga merupakan fenomena yang tidak jarang
antara sikap personal hygiene dengan gejala vaginitis ditemukan di beberapa negara berkembang, termasuk
yang pernah dialami oleh siswi di SMPN 1 Padang Indonesia. Sebagian besar siswi mengaku bahwa
(p=0,058). Hasil penelitian yang dilakukan di SMPN 1 kurangnya fasilitas ini menimbulkan rasa tidak nyaman
Padang sejalan dengan penelitian Adawiyah (2015) karena tidak mendapatkan privasi yang cukup. Hal ini
yang dilakukan oleh di Tangerang Selatan yang menyebabkan siswi lebih memilih tidak mengganti
menunjukkan penelitiannya mengenai sikap dengan sanitary pad dan celana dalam selama lebih 8 jam,
keputihan patologis tidak memiliki hubungan yang sehingga menyebabkan iritasi, gatal, dan perih pada
16 1
signifikan (p=0,173). genitalia.
Dalam konteks penelitian ini, hasil yang Pada penelitian ini, walaupun seseorang
berbeda di kedua sekolah bisa disebabkan oleh faktor berperilaku baik tetapi masih terjadi gejala vaginitis itu
pengalaman pribadi, orang lain, kebudayaan, media bisa disebabkan oleh berbagai faktor yang
massa, lembaga pendidikan dan faktor emosional memengaruhi perilaku khususnya faktor enabling dan
diatas memiliki distribusi yang berbeda. faktor reinforcing. Selain itu, peneliti juga berpendapat
bahwa gejala vaginitis yang dialami bisa disebabkan
Hubungan Perilaku Personal Hygiene dengan oleh stres. Pada vaginitis, jumlah lactobacilli di vagina
Pengalaman Gejala Vaginitis di SMPN 1 Padang menurun dan menyebabkan kadar hidrogen peroksida
dan SMPN 23 Padang berkurang sehingga mendorong pertumbuhan
Berdasarkan Tabel 7, tidak terdapat hubungan organisme patogen dan bakteri anaerob lainnya
perilaku personal hygiene dengan gejala vaginitis yang secara berlebihan. Bakteri anaerob akan memproduksi
pernah dialami oleh siswi SMPN 1 (p=0,138) dan asam suksinat yang dapat menyebakan fungsi sel
17
SMPN 23 Padang (p=0,615). Hasil penelitian ini darah putih menurun. Seseorang akan semakin
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Annisa rentan terkena infeksi ketika dipaparkan dengan stres.
Nurhayati, 2013 yang mendapatkan bahwa tidak Hal ini berhubungan dengan produksi hormon
terdapat hubungan antara perilaku personal hygiene glukokortikoid dan katekolamin berlebihan yang
11
dengan gejala vaginitis (p=0,380). dipengaruhi aksis hipotalamus-pituiter-adrenal dan
Gejala vaginitis dipengaruhi oleh berbagai aksis simpatis-adrenal-meduler. Beberapa penelitian
faktor salah satunya adalah perilaku kebersihan diri mendapatkan stres sebagai salah satu faktor pemicu

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 8(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 26

penurunan imunitas tubuh, seperti pada penurunan 7. Tegegne T, Sisay M, Keerti J, Pravin Y, Adhikari P,
5
respons vaksinasi. Penelitian Nansel et al bahwa Kadel B, et al. Menstrual hygiene management and
wanita yang mengalami stress memiliki risiko terkena school absenteeism among female adolescent
vaginosis bakterialis 1,07-1,24 kali lebih tinggi students in Northeast Ethiopia. BMC Public Health
berbanding wanita yang tidak mengalami stress. [Internet]. 2014;14(1):1118.
18
(p=0,0003). 8. Thakre SB, Thakre SS, Reddy M, Rathi N, Pathak
K, Ughade S. Menstrual hygiene: Knowledge and
SIMPULAN practice among adolescent school girls of Saoner,
Terdapat hubungan pengetahuan personal Nagpur District. J Clin Diagnostic Res.
hygiene dengan gejala vaginitis pada siswi SMPN 23 2011;5(5):1027–33.
Padang namun tidak terdapat hubungan pada siswi 9. Verma P, Pandya C, Ramanuj V, Singh M.
SMPN 1 Padang. Menstrual pattern of adolescent school girls of
Terdapat hubungan sikap personal hygiene Bhavnagar (Gujarat). Natl J Integr Res Med.
dengan gejala vaginitis pada siswi SMPN 23 Padang 2011;2(1):38–40.
namun tidak terdapat hubungan pada siswi SMPN 1 10. Hamed AG. The Impact of genital hygiene
Padang. practices on the occurrence of vaginal infection
Tidak terdapat hubungan perilaku personal and the development of a nursing fact sheet as
hygiene dengan gejala vaginitis baik pada siswi SMPN prevention massage for vulnrable women. IOSR J
1 Padang maupun SMPN 23 Padang Nurs Heal Sci. 2015;4(6).
11. Nurhayati A. Hubungan pengetahuan, sikap, dan

DAFTAR PUSTAKA perilaku vaginal hygiene terhadap kejadian


keputihan patologis pada remaja putri usia 13-17
1. Haver J, Long JL, Lee S. Menstrual hygiene
tahun di daerah Pondok Cabe Ilir (skripsi).
management operational guidelines. United States
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah; 2013.
of America: Save The Children International.
12. Dhara P, Janmesh S, Geeta K. Menstrual hygiene:
2014;1 (246):8-25
knowledge and practice among adolescent girls of
2. Hainer BL, Gibson MV. Vaginitis: Diagnosis and
rural Kheda district. Natl J Community Med.
treatment. Am Fam Physician. 2011;83(7):807–15.
2015;6(3):349–53.
3. World Health Organization (WHO). A multi-country
13. Nagar S, Aimol KR. Knowledge of adolescent girls
study on gender, sexuality and vaginal practices:
regarding menstruation in tribal areas of
implications for sexual health. WHO.
Meghalaya. Stud Tribes Tribals. 2010;8(1):27–30.
2012;1(3610):1–4.
14. Wan Muda WM, Wong LP, Tay ST. Prevention
4. Sommer M, Sahin M. Advancing the global agenda
practices of vaginitis among Malaysian women and
for menstrual hygiene management for schoolgirls.
its associated factors. J Obstet Gynaecol (Lahore).
Am J Public Health. 2013;103(9):1556–9.
2018;38(5):708–15.
5. Lufiati DE. Faktor-faktor yang berhubungan
15. Olfa PA. Hubungan pengetahuan, sikap, dan
dengan perilaku personal hygiene organ genitalia
perilaku personal hygiene dengan kejadian
pada pelajar putri di SMK N 7 Surakarta (skripsi).
keputihan patologis pada remaja putri kelas IX di
Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta;
MTSN Wonokromo Bantul (skripsi). Yogyakarta.
2015.
Universitas Gadjah Mada; 2016.
6. Das P, Baker KK, Dutta A, Swain T, Sahoo S, Das
16. Adawiyah KD. Hubungan pengetahuan, sikap dan
BS, et al. Menstrual hygiene practices, WASH
perilaku kesehatan reproduksi dengan kejadian
access and the risk of urogenital infection in
keputihan (fluor albus) pada siswi SMA se-derajat
women from Odisha, India. PLoS One.
di wilayah Tangerang Selatn (skripsi). Universitas
2015;10(6):1–17.
Islam Negeri Syarif Hidayatullah; 2015.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 8(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 27

17. Jones AW, Hylén L, Svensson E, Helander A. 18. Nansel TR, Riggs MA, Yu KF, Andrews WW,
Storage of specimens at 4 degrees C or addition of Schwebke JR, et al. The association of
sodium fluoride (1%) prevents formation of ethanol psychosocial stress and bacterial vaginosis in a
in urine inoculated with Candida albicans. J Anal longitudinal cohort. Am J Obstet Gynecol. 2006;
Toxicol. 1999 Sep;23(5):333-6. 194(2): 381–6.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 8(1)

Anda mungkin juga menyukai