ABSTRACT
Based on the results of research on the effect of adolescent reproductive health education on personal hygiene during
menstruation at SMP Negeri 2 Batang Angkola Tapanuli Selatan 2017. It can be concluded as follows:
There is an effect of adolescent reproductive health education on changes in adolescent knowledge about personal
hygiene during menstruation at SMP Negeri 2 Batang Angkola Tapanuli Selatan in 2017, before and after health
education was carried out, using the paired t-test so that the average value of knowledge before education was carried
out. reproductive health is 0.407 and the average value of knowledge after health education is 0.396 with a probability
value (p) = 0.000 where p <0.05.There is an effect of adolescent reproductive health education on changes in
adolescent attitudes about personal hygiene during menstruation at SMP Negeri 2 Batang Angkola Tapanuli Selatan in
2017, before and after health education, using the paired t-test so that the average value of attitudes before education is
carried out. reproductive health is 0.398 and the average attitude value after health education is 0.325 with a probability
value (p) = 0.000 where p <0.05.There is an effect of adolescent reproductive health education on changes in
adolescent actions about personal hygiene during menstruation at SMP Negeri 2 Batang Angkola Tapanuli Selatan in
2017, before and after health education, using the paired t-test so that the average value of the action before education
is carried out. reproductive health is 0.286 and the average value of action after health education is 0.384 with a
probability value (p) = 0.000 where p <0.05.
PENDAHULUAN
Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani, yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat.
Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikis (Wartonah,2010).Personal hygiene saat menstruasi adalah tindakan untuk memelihara
kesehatan dan kebersihan pada daerah kewanitaan pada saat menstruasi (Suslistyo, 2012).
Hygiene pada saat menstruasi merupakan hal yang penting dalam menentukan kesehatan organ reproduksi remaja
putri, khususnya terhindar dari infeksi alat reproduksi. Oleh karena itu pada saat menstruasi seharusnya perempuan
benar-benar dapat membersihkan organ reproduksinya dengan baik terutama pada bagian vagina, akibatnya jika tidak
dijaga kebersihannya akan menimbulkan mikroorganisme seperti bakteri, jamur dan virus yang berlebih sehingga dapat
mengganggu fungsi organ reproduksi, menyebabkan keputihan dan jika keputihan tidak segera diobati dapat
menyebabkan infertilitas. Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tidak berlebihan jika dikatakan masa depan bangsa
yang akan datang ditentukan pada keadaan remaja saat ini, sehingga remaja yang sehat dan berkualitas menjadi
perhatian serius bagi orang tua, praktisi pendidikan, atau remaja itu sendiri. Remaja yang sehat adalah remaja yang
produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Aryani et.al,2010) Remaja adalah anak usia 10-24
tahun yang merupakan usia antara masa kanak-kanak dan masa dewasa dan sebagian titik awal proses reproduksi,
sehingga perlu dipersiapkan sejak dini.(Romauli dan Vindari 2012).Berdasarkan proyeksi penduduk pada tahun 2015
menunjukan bahwa jumlah remaja (usia 10-24 tahun) indonesia mencapai lebih dari 66,0 juta atau 25 % dari jumlah
Penduduk Indonesia 255 juta (Bapenas, BPS, UNFPA 2013). Secara global, jumlah remaja (10-24 tahun) sebesar 25
persen atau 1,8 miliar dari penduduk dunia (CSIS, 2014) hasil sensus penduduk 2010 menunjukan bahwa secara
nasional jumlah remaja mencapai 64 juta atau 27,6 persen dari total penduduk indonesia. (Arsip Perwakilan BKKBN
Provinsi Sumatera Barat tahun 2015).Hasil riset kesehatan dasar (2010) rata-rata usia menarche di indonesia adalah 13
tahun. Menstruasi adalah keluarnya darah dari kemaluan setiap bulan akibat meluruhnya dinding rahim yang
mengandung pembulu darah karena sel telur tidak dibuahi (Pudiastuti,2012).Kejadian yang penting pada remaja adalah
pertumbuhan badan yang cepat, timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, mestruasi dan perubahan psikis ( Prawirohardjo,
2010).
167
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 5 No. 3
ISSN. 2655-4399 September 2020
Sekitas 75 % wanita didunia pasti mengalami keputihan paling tidak sekali seumur hidupnya dan sebanyak 45%
mengalami 2 kali atau lebih. Berdasarkan statistik indonesia tahun 2012 dari 43,3 juta jiwa remaja 14-15 tahun di
indonesia berprilaku tidak sehat, tindakan personal hygiene yang tidak benar beresiko terhadap timbulnya mikroba, larva
serangga sehingga mengakibatkan vagina berbau busuk atau terjadi keputihan (Ali, 2007). Hal ini dapat menyebabkan
timbulnya berbagai penyakit pada organ reproduksi (Fauziah, 2012).Ketidakadekuatan hygiene merupakan salah satu
faktor resiko terjadinya kanker vulva (Davey, 2005).Perempuan indonesia lebih rentan mengalami infeksi saluran
reproduksi yang disebabkan iklim indonesia yang panas dan lembab, bila alat reproduksi lembab dan basa maka
keasaman akan meningkat yang memudahkan tumbuhnya jamur (Kasdu, 2005). Perempuan yang memiliki riwayat IRS
(infeksi salular reproduksi ) mempunyai dampak buruk untuk masa depannya seperti kemandulan, kanker leher rahim,
kecacatan janin, kehamilan diluar kandungan dan keputihan (Depkes RI, 2008) Berdasarkan data WHO tahun 2010
angka prevalensi cadidisialis (25-50%) bacterial vaginosis (20-40%) dan trichomoniasis (3-15%) yang kemungkinan
terjadi akibat personal hygiene saat haid yang tidak baik. Penyebab utama penyakit ISR adalah imunitas lemah 10% ,
perilaku kuranh haygiene pada saat menstruasi 30 % dan lingkungan yang tidak baik bersih serta penggunaan pembalut
yang kurang sehat saat menstruasi 50 % (Rahmatika, 2010)Menurut data pusat STATISTIK dan BAPENAS tahun 2010,
sebagian besar dari 63 juta jiwa remaja di indonesia rentan berprilaku tidak sehat (Aisyaroh, 2010). Perilaku buruk
dalam menjaga hygiene pada saat menstruasi dapat menjadi pencetus timbulnya ISR (Ratna, 2010).Dari penelitian
terdahulu Pengaruh Penyuluhan Tentang Personal Hygiene Terhadap Perilaku Personal Hygiene Saat Menstruasi oleh
Nannyk Widyaningrum, (2015) yaitu terdapat pengaruh penyuluhan tentang personal hygiene terhadap perilaku personal
hygiene saat menstruasi di MTS Negeri Gubuk Rubuh Yogyakarta sebanyak 36 responden diketahui dengan analisis uji
T-test paried. Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan nilai p = 0,001 < α (0,05).Peneliti sebelumnya oleh Ayu,
(2015) berjudul Pengaruh Peer Education Terhadap Perilaku Personal Hygiene Genetalia Dalam Pencegahan Kanker
Serviks Pada Remaja Putri Di SMP Negeri 10 Denpasar. Hasil uji statistik terhadap 3 domain perilaku (pengetahuan,
sikap, dan tindakan) didapatkan nilai pengetahuan (p value = 0,000 < 0,05), sikap (p value = 0,000 < 0,05), dan tindakan
(p value = 0,000 < 0,05), maka H0 ditolak. Hasil analisis ini berarti ada pengaruh peer education terhadap
perilakupersonal hygiene genetalia dalam pencegahan kanker serviks pada remaja putri di SMP Negeri 10 Denpasar.
Penelitian Anggresti, (2015) Perilaku menjaga kebersihan organ genitalia pada siswi MAN 2 Yogyakarta sebelum
dilakukan penyuluhan 26 orang (43,3%) berperilaku baik, 31 orang (51,7%) berperilaku cukup dan 3 orang (5%)
berperilaku kurang. Setelah dilakukan penyuluhan menjadi 60 orang (100%) berperilaku baik. Hasil analisa didapatkan
nilai p <0,05 sehingga ada pengaruh penyuluhan terhadap perubahan perilaku siswi kelas XI MAN 2 Yogyakarta
Penerapan pendidikan kesehatan pada remaja mengenai personal hygiene saat menstruasi secara umum sangat
penting dalam peningkatan pengetahuan dan sikap remaja mengenai kesehatan reproduksinya, untuk mencegah
kemungkinan penyakit yang akan dialami remaja tersebut.Upaya-upaya kesehatan reproduksi remaja yang perlu
dilakukan adalah pemberian informasi kesehatan reproduksi dalam berbagai bentuk sedini mungkinkepada seluruh
segmen remaja, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Pemberian informasi ini bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan yang pada gilirannya mampu memberikan pilihan kepada remaja untuk bertindak secara bertanggung
jawab, baik kepada dirinya maupun keluarga dan masyarakat (Puspitaningrum,2012).Program kesehatan reproduksi
remaja seperti yang tertera dalam program pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap
dan perilaku positif remaja tentang kesehatan reproduksi dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan reproduksinya
dan mempersiapkan kehidupan. Berdasarkan hasil observasi surve awal Februari 2017 di SMP Negeri.2 Batang
Angkola ditemukan data bahwa dari 20 siswa yang diwawancarai 6 orang (30%), siswa sudah mengetahui cara
melakukan personal hygiene saat haid dan 14 orang (70%) siswi lainya tidak tahu tentang personal hygiene pada saat
menstruasi.Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti meneliti tentang pengaruh pendidikan kesehatan
reproduksi remaja terhadap perilaku personal hygiene saat menstruasi di SMP Negeri 2 Batang Angkola Tapanuli
Selatan Tahun 2017.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi rumusan masalah adalah bagaimana Pengaruh Pendidikan
Kesehatan Reproduksi Remaja Terhadap perilaku personal hygiene saat menstruasi Di SMP Negeri 2 Batang Angkola
Tapanuli Selatan Tahun 2017.
Tujuan Penelitian
Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi remaja terhadap perilaku personal hygiene saat menstruasi di
SMP Negeri 2 Batang Angkola Tapanuli Selatan Tahun 2017.
168
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 5 No. 3
ISSN. 2655-4399 September 2020
Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian adalah:
Untuk mengetahui pengaruh pemberian pendidikan kesehatan reproduksi remaja terhadap pengetahuan personal
hygiene saat menstruasi di SMP Negeri 2 Batang Angkola Tapanuli Selatan Tahun 2017.Untuk mengetahui pengaruh
pemberian pendidikan kesehatan reproduksi remaja terhadap sikap personal hygiene saat menstruasi di SMP Negeri 2
Batang Angkola Tapanuli Selatan Tahun 2017.Untuk mengetahui pengaruh pemberian pendidikan kesehatan reproduksi
remaja terhadap tindakan personal hygiene saat menstruasi di SMP Negeri 2 Batang Angkola Tapanuli Selatan Tahun
2017.
Manfaat Penelitian
Bagi SMP Negeri 2 Batang Angkola Tapanuli Selatan tempat penelitian, diharapkan dapat menjadi panduan dalam
memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi remaja khususnya personal hygiene saat menstruasi
Bagi penulis lain diharapkan dapat dijadikan bahan kajian lanjut untuk melaksanakan penelitian dengan topik yang
sama, agar memberikan kontribusi untuk pelaksanaan program pendidikan kesehatan dalam penanganan kesehatan
reproduksi remaja.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Remaja
Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tidak berlebihan jika dikatakan masa depan bangsa yang akan datang
ditentukan pada keadaan remaja saat ini, sehingga remaja yang sehat dan berkualitas menjadi perhatian serius bagi
orang tua, praktisi pendidikan, atau remaja itu sendiri. Remaja yang sehat adalah remaja yang produktif dan kreatif
sesuai dengan tahap perkembangannya (Aryani et.al.2010) Remaja adalah anak usia 10-24 tahun yang merupakan
usia antara masa kanak-kanak dan masa dewasa dan sebagian titik awal proses reproduksi, sehingga perlu
dipersiapkan sejak dini.(Romauli, Vindari 2012).Berdasarkan proyeksi penduduk pada tahun 2015 menunjukan bahwa
jumlah remaja (usia 10-24 tahun) indonesia mencapai lebih dari 66,0 juta atau 25 % dari jumlah Penduduk Indonesia
255 juta (Bapenas, BPS, UNFPA 2013). Secara global, jumlah remaja (10-24 tahun) sebesar 25 persen atau 1,8 miliar
dari penduduk dunia (CSIS, 2014) hasil sensus penduduk 2010 menunjukan bahwa secara nasional jumlah remaja
mencapai 64 juta atau 27,6 persen dari total penduduk indonesia. (Arsip Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Barat
tahun 2015)
169
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 5 No. 3
ISSN. 2655-4399 September 2020
mencakup perubahan dalam bentuk tubuh sesuai dengan jenis kelamin misalnya pada remaja putri ditandai
dengan menarche atau menstruasi pertama (Lubis, 2013)
.
Organ Reproduksi Remaja Putri
Indung Telur (Ovarium), berfungsi mengeluarkan sel telur satu bulan satu kali. Organ ini ada dalam rongga pinggul,
terletak di kiri dan kanan rahim.Saluran indung telur (tuba fallopi), berfungsi untuk menyalurkan sel telur setelah keluar
dari indung telur (proses ovulasi) dan tempat dimana terjadi pembuahan (konsepsi) atau bertemunya sel telur dan
sperma.Rahim (Uterus), berfungsi sebagai tempat calon bayi dibesarkan. Bentuknya seperti buah pir dengan berat
normal 30-50 gram. Pada saat tidak hamil, besar rahim kurang lebih sebesar telur ayam kampung. Dindingnya terdiri
dari lapisan parametrium, lapisan metomtrium dan lapisan endometriumVagina/Liang Kemaluan, adalah lubang tempat
masuknya penis saat bersanggama, vagina juga merupakan jalan keluar darah haid dan bayi yang dilahirkan. Dalam
vagina terdapat mikro oganisme yang sangat bermanfaat kalau keseimbangannya tidak terganggu. Keseimbangannya
terganggu bila perempuan terlalu sering mencuci vagina dengan antiseptik, makan obat antibiotika yang membunuh
kuman, atau terlalu sering berhubungana seks berganti pasangan. Keputihan adalah salah satu akibat dari
terganggunnya keseimbangan organisme tersebut dalam vagina.Selaput dara (Hymen) adalah lapisan tipis yang berada
dalam liang kemaluan, tidak jauh dari mulut vagina. Ada selaput yang sangat tipis dan mudah robek dan ada selaput
dara yang kaku dan tidak mudah robek. Selaput dara yang tipis tidak hanya akan robek karena hubungan seks, tetapi
bisa robek karena hal lain seperti kecelakaan, jatuh, olah raga, dan lain-lain.Bibir kemaluan (Labia), berada di bagian
luar vagina. Ada yang disebut bibir besar dan bibir kecil. Bibir besar adalah bagian yang paling luar yang biasanya
ditumbuhi bulu. Bibir kecil terletak di belakang bibir besar dan banyak mengandung saraf pembuluh darah.
Kelentit (Klitoris), berada di bagian atas di antara bibir kemaluan. Bentuknya seperti kacang. Kelentit mempunyai syaraf
yang sangat banyak.Saluran kemih, berguna untuk mengeluarkan air kencing, terletak di antara kelentit dan mulut
vagina. Menstruasi dan Personal Hygiene
Defenisi Menstruasi
Menstruasi merupakan perdarahan yang teratur dari uterus sebagai tanda bahwa organ kandungan telah berfungsi
matang (Eny Kusmiran,2011)Haid atau menstruasi adalah luruhnya lapisan dinding bagian dalam rahim yang banyak
mengandung pembuluh darah, sehingga haid pada remaja putri ditandai dengan keluarnya darah dari lubang vagina.
Bila sel telur yang dalam perjalanannya menuju rahim tidak bertemu dengan sperma, maka tidak terjadi pembuahan,
dan sel telur bersama – sama dengan dinding rahim bagian dalam akan luruh/gugur dan keluar melalui vagina
(Kementrian kesehatan RI,2012).Menstruasi adalah masa perdarahan yang terjadi pada perempuan secara rutin setiap
bulan selama masa suburnya kecuali terjadi kehamilan. Masa menstruasi bisa juga disebut dengan mens, datang bulan
(Laila, 2014). Masa menstruasi merupakan masa perdarahan yang terjadi pada wanita secara rutin setiap bulan
terkecuali terjadi kehamilan. Pada menstruasi darah yang keluar sebenarnya adalah darah akibat peluruhan dinding
rahim (Endometrium) darah menstruasi tersebut mengalir dari rahim mrnuju keleher rahim yang kemudian keluar melalui
vagina (Pieter dan Lumongga, 2011).Menstruasi atau haid atau datang bulan adalah perubahan fisiologis dalam tubuh
wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi (Manuaba, 2012). Hormon steroid estrogen
dan progesteron mempengaruhi pertumbuhan endometrium, dibawah pengaruh estrogen endometrium memasuki fase
proliferasi, sesudah ovulasi endometrium memasuki fase sekresi. Dengan pengaruh kadar estrogen dan progesterone
pada akhir siklus haid, terjadi regenerasi endometrium kemudian diikuti oleh perdarahan yang dikenal dengan nama
menstruasi. Siklus perdarahan haid lamanya 5 – 7 hari, dan terjadi setiap 22 sampai 35 hari (Yanti, 2011).
170
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 5 No. 3
ISSN. 2655-4399 September 2020
Dampak tidak Tepat dalam Personal Hygiene saat Menstruasi
Dampak yang sering terjadi karena kurangnya kebersihan pada saat menstruasi adalah:
Demam
Radang pada permukaan vagina
Gatal-gatal pada kulit vagina
Keputihan
Rasa panas atau sakit pada bagian bawah perut (Kebidanankita. Blogspot,2010).
Keluhan yang dialami oleh remaja adalah gatal-gatal pada daerah kemaluan saat menstruasi. Gatal-gatal saat
menstruasi ini disebut juga dengan pruritus vulvae. Pruritus vulvae adalah iritasi atau rasa gatal disekitar vulva dan
lubang vagina yang bisa terjadi pada malam hari. Pruritus vulva bisa disebabkan oleh adanya keputihan pada vagina
(Misery, 2010).
Kanker serviks disebabkan oleh infeksi Human Paviloma Virus (HPV), selain itu juga dapat timbul karena personal
hygiene (kebersihan diri) genetalia yang kurang baik (Rahmayanti, 2012).
Banerjee dan Chazal (2006) menyatakan bahwa penyebab umum pruritus vulvaginal adalah infeksi fungi (jamur),
sedangkan Harris (1996) menjelaskan bahwa kebanyakan wanita mengalami keputihan berulang dan iritasi vulva bukan
karena infeksi jamur atau penggunaan pembalut tersebut, namun disebabkan oleh penggunan sabun yang berlebihan
pada vagina. Namun, sebagian besar mereka menginformasikan bahwa hal ini terjadi karena efek sabun, krim, lotion,
panty-liners, pakaian, panas, iritasi dan perawatan iritasi vagina. Hal ini sesuai dengan teori menurut Pribakti (2008)
bahwa salah satu dampak yang bisa terjadi bila tidak menjaga kebersihan tubuh diantaranya muncul bau khas dari
daerah vagina, karena dinding vagina serta leher rahim mengeluarkan cairan. Apabila cairan ini berwarna putih atau
kekuningan adalah sehat dan normal.
b Kebersihan rambut
Menjaga kebersihan rambut sangatlah penting karena pada saat menstruasi kulit kepala lebih berminyak dan
berkeringat sehingga akan memudahkan timbulnya ketombe dan mikroorganisme lainnya.
c.Kebersihan tubuh
Kebersihan tubuh pada saat menstruasi juga sangat penting diperhatikan, dan sebaiknya mandi 2 kali sehari, dengan
sabun mandi biasa, pada saat mandi organ reproduksi luar perlu cermat dibersihkan. Cara membersihkan daerah
kewanitaan yang terbaik ialah membasuhnya dengan air bersih. Satu hal yang harus diperhatikan dalam membasuh
daerah kewanitaan kita, terutama setelah buang air besar (BAB), yaitu dengan membasuhnya dari arah depan ke
belakang (dari vagina ke arah anus), bukan sebaliknya. Karena apabila terbalik arah membasuhnya, maka kuman dari
daerah anus akan terbawa ke depan dan dapat masuk ke dalam vagina.Pada saat membersihkan alat kelamin, tidak
perlu dibersihkan dengan cairan pembersih atau cairan lain dan douche karena cairan tersebut akan semakin
merangsang bakteri yang menyebabkan infeksi. Apabila menggunakan sabun, sebaiknya gunakan sabun yang lunak
(dengan pH 3,5), misalnya sabun bayi yang biasanya ber-pH netral. Setelah memakai sabun, hendaklah dibasuh
dengan air sampai bersih (sampai tidak ada lagi sisa sabun yang tertinggal), sebab bila masih ada sisa sabun yang
171
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 5 No. 3
ISSN. 2655-4399 September 2020
tertinggal malah dapat menimbulkan penyakit. Setelah dibasuh, harus dikeringkan dengan handuk atau tissue, tetapi
jangan digosok-gosok. Dengan menjaga kebersihan tubuh dapat memberikan kesegaran bagi tubuh dan memperlancar
peredaran darah.
e. Penggunaan pembalut
Pada saat menstruasi, pembuluh darah dalam rahim sangat mudah terinfeksi, oleh karena itu kebersihan alat kelamin
harus lebih dijaga karena kuman mudah sekali masuk dan dapat menimbulkan penyakit pada saluran reproduksi.
Pilihlah pembalut yang daya serapnya tinggi, sehingga tetap merasa nyaman selama menggunakannya. Sebaiknya pilih
pembalut yang tidak mengandung gel, sebab gel dalam pembalut kebanyakan dapat menyebabkan iritasi dan
menyebabkan timbulnya rasa gatal. Pembalut selama menstruasi harus diganti secara teratur 4-5 kali atau setiap
setelah mandi dan buang air kecil.Penggantian pembalut yang tepat adalah apabila di permukaan pembalut telah ada
gumpalan darah. Alasannya ialah karena gumpalan darah yang terdapat di permukaan pembalut tersebut merupakan
tempat yang sangat baik untuk perkembangan bakteri dan jamur. Jika menggunakan pembalut sekali pakai sebaiknya
dibersihkan dulu sebelum dibungkus lalu diuang ke tempat sampah. Untuk pembalut lainnya sebaiknya direndam
memakai sabun di tempat tertutup terlebih dahulu sebelum dicuci (Kebidanankita. Blogspot,2010).Perilaku lain yang
kurang dari perawatan hygiene menstruasi adalah malas mengganti pembalut. Beberapa penyakit yang mudah hinggap
pada wanita adalah terjangkitnya infeksi jamur dan bakteri. Kondisi tersebut biasanya terjadi pada saat wanita dalam
masa menstruasi. Salah satu penyebabnya yaitu bakteri yang berkembang pada pembalut (Andira, 2010).
Mulyati (2007), cara membersihkan daerah kewanitaan adalah :
a. Membasuh tangan dengan sabun, sebelum dan sesudah memegang daerah kewanitaan
b. Membasuh daerah kewanitaan dengan air bersih
c. Membasuh dari arah depan ke belakang setelah buang air kecil/buang air besar
d. Untuk mencegah masuknya mikroorganisme dari anus
e. Hindari penggunaan tissue toilet terlalu sering
f. Hindari pembalut yang menyebabkan iritasi
Cara perawatan vaginal dan ginekologi yang baik menurut Sheldon (1986)
adalah:
Mandi setiap hari dengan sabun dan air hangat .jangan pakai sabun yang mengandung zat-zat kimia tertentu .pada
waktu mencuci, renggangkan bibir vagina dan bersihkan baik-baik, jangan lupa membersihkan daerah clitoris, douche
(penyemprotan) .
Sesudah buang air besar, bersihkan daerah dubur dari depan kebelakang. Anus letaknya dekat pembukaan vagina,
maka cara pembersihan yang kurang baik bias memindahkan bakteri dari dubur dan kotoran kedalam vagina atau
saluran kencing, sehingga mengakibatkan infeksi saluran kencing.Dikamar mandi umum, sebaiknya pakai penutup
tempat duduk toilet yang dapat langsung kamu buang sesudah kamu pakai sendiri. Jangan lupa cuci tangan
sesudahnya.Vulva harus cukup mendapatkan udara dan harus selalu kering. Lebih baik pakai celana dalam yang
terbuat dari kain katun, karena nilon tidak menghisap air dan tidak tembus udara yang diperlukan untuk aliran udara
bebas ke bagian luar alat kelamin.Selama haid, gantilah pembalut sesering mungkin. Minimal 2x sehari, meskipun
jumlah darah hanya sedikit.Selama ovulasi ada pengeluaran cairan dari vagina lebih dari biasanya. Kadangkadang ada
pendarahan. Ini disebabkan oleh produksi estrogen yang meningkat disertai perubahan hormon-hormon tertentu.
Mencuci dengan air dan sabun sudah cukup.Jangan pakai deodoran khusus untuk daerah vagina. Ini tambah
merangsang dan sama sekali tidak ada gunanya. Karena deodorant itu sendiri bisa menimbulkan infeksi Jangan lupa
memeriksakan diri secara teratur. Gejala yang lain daripada yang biasa terjadi sehari-hari, misalnya:pengeluaran luaran
172
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 5 No. 3
ISSN. 2655-4399 September 2020
lender dari vagina, bau ataupun tidak bau, haid yang banyak dan berkepanjangan, perdarahan diantara waktu haid
normal, sebaiknya langsung diperiksakan pada dokter
Promosi Kesehatan
Pengertian Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk
dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber
daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan
(Kemenkes,2011)
Promosi Kesehatan dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan terhadap siswi sehingga mereka mau dan mampu
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri.
Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan merupakan serangkaian upaya yang ditujukan untuk mempengaruhi orang lain, mulai dari
individu kelompok, keluarga dan masyarakat agar terlaksananya perilaku hidup sehat (Setiawati dkk,2008)
Konsep dasar pendidikan adalah proses belajar yang berarti di dalam pendidikan itu sendiri terjadi proses pertumbuhan
perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada individu, kelompok atau
masyarakat dari tidak tahu tentang nilai-nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu menjadi mampu mengatasi
masalah-masalah kesehatannya sendiri. (Natoatmodjo, 2004)
pendidikan kesehatan merupakan suatu proses yang dinamis. Tidak dapat disangkal pendidikan bukanlah satu-satunya
cara mengubah perilaku, tetapi pendidikan juga mempunyai peranan yang cukup penting dalam perubahan
pengetahuan setiap individu. Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari promosi kesehatan, dan merupakan suatu
disiplin ilmu pendidikan yang berwawasan luas. (Sarwono, 2004).
Perilaku
Menurut Notoatmodjo (2012) perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung
maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar dan menurut skinner (dalam Notoatmodjo, 2012) perilaku merupakan
respon atau reaksi seseorang (organisme) terhadap rangsangan atau stimulus yang berkaitan dengan sakit dan
penyakit
Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan melalui kelima indaranya,
tetapi sebagian besar memilih suatu proses yaitu proses belajar dan membutuhkan suatu bantuan misalnya bantuan
seseorang yang lebih menguasai suatu hal (Notoatmodjo, 2007)
Notoatmodjo 2003 salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu pendidikan kesehatan.pendidikan
kesehatan adalah salah satu upaya promosi kesehatan dalam memberikan informasi atau nasehat yang ditunjukkan
kepada individu, kelompok ataupun masyarakat.
Hal Hal Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Beberapa hal yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah:
173
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 5 No. 3
ISSN. 2655-4399 September 2020
pendidikan kesehatan adalah suatu proses penyampaian informasi untuk merubah pengetahuan dan sikap seseorang
atau kelompok tentang informasi atau pendidikan yang diberikan.
Keterpaparan Informasi(Bakhtiar,2004) informasi adalah segala sesuatu yang disebut berita atau kepintaran. Informasi
merupakan suatu yang dapat diketahui, informasi sebagai transformasi pengetahuan.
Sikap
Penangan merupakan perilaku atau sikap seseorang manusia terhadap kondisi yang dialaminya . menurut Notoatmodjo
(2012) sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseoarang terhadap stimulus atau obyek sikap
secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuai reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-
hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.Sikap adalah perasaan, pikiran dan
kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai asfek asfek tertentu dalam lingkungannya
sikap merupakan kecondongan evaluatif terhadap suatu stimulus atau objek yang berdampak pada bagaimana
seseorang terhadap objek tersebut. Ini berarti sikap menunjukkan kesetujuan atau ketidak setujuan, suka atau tidak
suka seseorang terhadap sesuatu (Mubarak,2011). Notoatmodjo (2012) sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu:
menerima (receiving) diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
Merespon (responding) yaitu memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang
diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Menghargai (valuing) yang mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah. Bertanggung jawab (responsible) yaitu tanggung jaab atas segala sesuatu yang telah
dipilihnya dengan segala resiko, indikator sikap kesehatan sejalan dengan pengetahuan.Sikap adalah tanggapan atau
pandangan untuk kecenderungan mengadakan tindakan terhadap suatu objek dengan suatu cara yang menyatakan
adanya tanda-tanda untuk menyenangi/tidak menyenangi objek tersebut, sikap adalah hanya sebagian dari sebagian
perilaku manusia karena sikap belum merupakan tindakan atau aktifitas yang dinyatakan dalam bentuk perilaku
(Notoatmodjo, 2007).
Tindakan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan, untuk mewujudkan sikap menjadi perbuatan nyata
diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor
fasilitas, juga diperlukan faktor pendukung dari pihak lain misalnya dari suami atau istri, orang tua atau mertua dan lain-
lain (Notoatmodjo, 2012).
Landasan Teori
Notoatmodjo (2002) mengatakan bahwa pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini menjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni : indra
penglihatan, pengideraan, penciuman, rasa dan raba sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga. Menurut Skiner (1938) yang dikutip Notoatmodjo (2005) proses pembuahan perilaku sama dengan proses
belajar proses perubahan perilaku tersebut sama dengan proses belajar pada individu.teori ini dikenal dengan teori S-O-
R (Stimulus-Organisme-Response) proses perubahan perilaku berdasarkan teori.
Peroses perubahan perilaku berdasarkan teori ini digambarkan sebagai berikut:
RESPON
STIMULUS ORGANISME
TERTUTUP:
-
PENGETAHUA
N
RESPON
TERBUKA:
-PRAKTEK/
TINDAKAN
Hipotesis
Ada pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi remaja terhadap pengetahuan personal hygiene saat menstruasi di
SMP Negeri 2 Batang Angkola Tapanuli Selatan Tahun 2017.Ada pengaruh pemberian pendidikan kesehatan
reproduksi remaja terhadap sikap personal hygiene saat menstruasi di SMP Negeri 2 Batang Angkola Tapanuli Selatan
Tahun 2017.Ada pengaruh pemberian pendidikan kesehatan reproduksi remaja terhadap tindakan personal hygiene
saat menstruasi di SMP Negeri 2 Batang Angkola Tapanuli Selatan Tahun 2017.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen (eksperimen semu), dengan rancangan one group pretest dan postest,
dimana rancangan ini tidak menggunakan kelompok pembanding (kontrol), tetapi sesudah dilakukan observasi pertama
(pretest) yang memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya perlakuan
(Notoatmodjo, 2002). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi remaja
terhadap personal hygiene saat menstruasi di SMP Negeri 2 Batang Angkola Tapanuli Selatan.
Adapun rancangan penelitian ini diwujudkan dalam bentuk sebagai berikut:
O1 X O2
Keterangan:
O1 adalah hasil pre-test tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan siswa pada kelompok yang akan diberi perlakuan
sebelum diberikan pendidikan kesehatan reproduksi.
X adalah perlakuan yang diberikan yaitu pemberian pendidikan kesehatan reproduksi.
O2 adalah post-test tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan siswa sesudah diberikan perlakuan setelah 1 bulan.
175
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 5 No. 3
ISSN. 2655-4399 September 2020
Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini pengambilan sampel menggunakan
rumus Slovin
N= jumlah sampel
N= jumlah popilasi
d= batas toleransi kesalahan 5% (0.05)
68
Sehingga didapat jumlah sampel yang diteliti adalah 68 responden
Teknik pengambilan sampel dengan sampling sistematis yaitu teknik sampel yang menggunakan nomor urut dari
populasi, berdasarkan nomor yang ditetapkan sendiri oleh peneliti, maupun nomor identitas tertentu, urutan yang
diseragamkan.
Populasi berjumlah 82 diurutkan 1-82 peneliti bisa menggunakan sampel yang diambil berdasarkan nomor urut ganjil.
Uji Validitas
Uji validitas instrumen pada penelitian ini dilakukan dengan cara mengukur korelasi antara item dengan skor total item.
Validitas masing-masing butir pertanyaan dapat dilihat pada nilai corrected item total correlation, dengan menggunakan
korelasi pearson product moment correlation (r) dengan ketentuan bila nilai koefisien korelasi (r) >0,361 maka variabel
tersebut dikatakan valid. Uji validitas instrumen pada penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Batang Angkola
dengan besar sampel sebanyak 30 orang siswa SMP Negeri 1 Batang Angkola kelas 2. Alasan pemilihan sampel dan
lokasi uji validitas mempunyai karakteristik yang sama dengan sampel penelitian.
Uji Reabilitas
Reabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukur dapat menunjukkan ketepatan dan
dipercaya dengan menggunakan metode cronbachs alpha, yaitu menganalisis reabilitas alat ukur dari satu kali
pengukuran Kuesioner dikatakan reliabel jika memiliki nilai alpha minimal 0,7 (Supranto, 2010).
Tahapan Persiapan
Di tahap ini peneliti melakukan pengurusan perizinan kelokasi penelitian. Melakukan pengumpulan data awal dengan
diperkirakan dapat memperoleh gambaran dari beberapa siswa yang ditanyakan tentang pendidikan kesehatan
refroduksi. Terakhir mempersiapkan bahan-bahan dan alat bantu yang mendukung dan memperlancar proses
pelaksanaan pendidikan kesehatan refroduksi remaja dengan metode ceramah.
176
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 5 No. 3
ISSN. 2655-4399 September 2020
Tahap Pelaksanaan
Sebelum dilakukan pendidikan kesehatan reproduksi seluruh responden diberi arahan tentang cara kegiatan. Tahap
pelaksanaan terdiri dari empat kegiatan yaitu:
Sebelum dilakukan pendidikan kesehatan responden harus menjawab pertanyaan kuesioner pretest, kuesioner tentang
pengetahuan, sikap dan tindakan setelah kuesioner dijawab, kuesioner dikumpulkan kembali.
Sebelum dilakukan pendidikan kesehatan reproduksi responden dibagikan handouts dari power poin yang akan
disampaikan, Selanjutnya responden diberikan pendidikan kesehatan reproduksi dengan metode ceramah. Berikut
adalah bahan yang akan disampaikan pada saat melakukan pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja putri kelas 2
di SMP Negeri 2 Batang Angkola.
Pendidikan kesehatan refroduksi yang diberikan adalah sebagai berikut:
Pendidikan Kesehatan Refroduksi
Organ Reproduksi Remaja Putri
Organ Reproduksi wanita
Indung Telur (Ovarium), berfungsi mengeluarkan sel telur satu bulan satu kali. Organ ini ada dalam rongga pinggul,
terletak di kiri dan kanan rahim.
Saluran indung telur (tuba fallopi), berfungsi untuk menyalurkan sel telur setelah keluar dari indung telur (proses ovulasi)
dan tempat dimana terjadi pembuahan (konsepsi) atau bertemunya sel telur dan sperma.
Rahim (Uterus), berfungsi sebagai tempat calon bayi dibesarkan. Bentuknya seperti buah pir dengan berat normal 30-50
gram. Pada saat tidak hamil, besar rahim kurang lebih sebesar telur ayam kampung. Dindingnya terdiri dari lapisan
parametrium, lapisan metomtrium dan lapisan endometrium
Vagina/Liang Kemaluan, adalah lubang tempat masuknya penis saat bersanggama, vagina juga merupakan jalan keluar
darah haid dan bayi yang dilahirkan. Dalam vagina terdapat mikro oganisme yang sangat bermanfaat kalau
keseimbangannya tidak terganggu. Keseimbangannya terganggu bila perempuan terlalu sering mencuci vagina dengan
antiseptik, makan obat antibiotika yang membunuh kuman, atau terlalu sering berhubungana seks berganti pasangan.
Keputihan adalah salah satu akibat dari terganggunnya keseimbangan organisme tersebut dalam vagina.
Selaput dara (Hymen) adalah lapisan tipis yang berada dalam liang kemaluan, tidak jauh dari mulut vagina. Ada selaput
yang sangat tipis dan mudah robek dan ada selaput dara yang kaku dan tidak mudah robek. Selaput dara yang tipis
tidak hanya akan robek karena hubungan seks, tetapi bisa robek karena hal lain seperti kecelakaan, jatuh, olah raga,
dan lain-lain.Bibir kemaluan (Labia), berada di bagian luar vagina. Ada yang disebut bibir besar dan bibir kecil. Bibir
besar adalah bagian yang paling luar yang biasanya ditumbuhi bulu. Bibir kecil terletak di belakang bibir besar dan
banyak mengandung saraf pembuluh darah.Kelentit (Klitoris), berada di bagian atas di antara bibir kemaluan. Bentuknya
seperti kacang. Kelentit mempunyai syaraf yang sangat banyak.Saluran kemih, berguna untuk mengeluarkan air
kencing, terletak di antara kelentit dan mulut vagina.
177
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 5 No. 3
ISSN. 2655-4399 September 2020
yang dikenal dengan nama menstruasi. Siklus perdarahan haid lamanya 5 – 7 hari, dan terjadi setiap 22 sampai 35 hari
(Yanti, 2011).
b.Kebersihan rambut
Menjaga kebersihan rambut sangatlah penting karena pada saat menstruasi kulit kepala lebih berminyak dan
berkeringat sehingga akan memudahkan timbulnya ketombe dan mikroorganisme lainnya.
178
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 5 No. 3
ISSN. 2655-4399 September 2020
c.Kebersihan tubuh
Kebersihan tubuh pada saat menstruasi juga sangat penting diperhatikan, dan sebaiknya mandi 2 kali sehari, dengan
sabun mandi biasa, pada saat mandi organ reproduksi luar perlu cermat dibersihkan. Cara membersihkan daerah
kewanitaan yang terbaik ialah membasuhnya dengan air bersih. Satu hal yang harus diperhatikan dalam membasuh
daerah kewanitaan kita, terutama setelah buang air besar (BAB), yaitu dengan membasuhnya dari arah depan ke
belakang (dari vagina ke arah anus), bukan sebaliknya. Karena apabila terbalik arah membasuhnya, maka kuman dari
daerah anus akan terbawa ke depan dan dapat masuk ke dalam vagina.
Pada saat membersihkan alat kelamin, tidak perlu dibersihkan dengan cairan pembersih atau cairan lain dan douche
karena cairan tersebut akan semakin merangsang bakteri yang menyebabkan infeksi. Apabila menggunakan sabun,
sebaiknya gunakan sabun yang lunak (dengan pH 3,5), misalnya sabun bayi yang biasanya ber-pH netral. Setelah
memakai sabun, hendaklah dibasuh dengan air sampai bersih (sampai tidak ada lagi sisa sabun yang tertinggal), sebab
bila masih ada sisa sabun yang tertinggal malah dapat menimbulkan penyakit. Setelah dibasuh, harus dikeringkan
dengan handuk atau tissue, tetapi jangan digosok-gosok. Dengan menjaga kebersihan tubuh dapat memberikan
kesegaran bagi tubuh dan memperlancar peredaran darah.
Mengganti pakaian setiap hari sangatlah penting terutama pakaian dalam, gunakan pakaian dalam yang kering dan
menyerap keringat karena pakaian dalam yang basah akan mempermudah tumbuhnya jamur. Pakaian dalam yang telah
terkena darah sebaiknya direndam terlebih dahulu dan setelah kering disetrika. Pemakaian celana yang terlalu ketat
sebaiknya dihindari, karena hal ini menyebabkan kulit susah bernafas dan akhirnya bisa menyebabkan daerah
kewanitaan menjadi lembab dan teriritasi. Untuk pemilihan bahan, sebaiknya gunakan bahan yang nyaman dan
menyerap keringat, seperti misalnya katun. Pemakaian pantyliner setiap hari secara terus menerus juga tidak
dianjurkan. Pantyliner sebaiknya hanya digunakan pada saat keputihan banyak saja, dan sebaiknya jangan memilih
pantyliner yang berparfum karena dapat menimbulkan iritasi kulit.
e.Penggunaan pembalut
Pada saat menstruasi, pembuluh darah dalam rahim sangat mudah terinfeksi, oleh karena itu kebersihan alat kelamin
harus lebih dijaga karena kuman mudah sekali masuk dan dapat menimbulkan penyakit pada saluran reproduksi.
Pilihlah pembalut yang daya serapnya tinggi, sehingga tetap merasa nyaman selama menggunakannya. Sebaiknya pilih
pembalut yang tidak mengandung gel, sebab gel dalam pembalut kebanyakan dapat menyebabkan iritasi dan
menyebabkan timbulnya rasa gatal. Pembalut selama menstruasi harus diganti secara teratur 4-5 kali atau setiap
setelah mandi dan buang air kecil.Penggantian pembalut yang tepat adalah apabila di permukaan pembalut telah ada
gumpalan darah. Alasannya ialah karena gumpalan darah yang terdapat di permukaan pembalut tersebut merupakan
tempat yang sangat baik untuk perkembangan bakteri dan jamur. Jika menggunakan pembalut sekali pakai sebaiknya
dibersihkan dulu sebelum dibungkus lalu diuang ke tempat sampah. Untuk pembalut lainnya sebaiknya direndam
memakai sabun di tempat tertutup terlebih dahulu sebelum dicuci (Kebidanankita. Blogspot,2010).Perilaku lain yang
kurang dari perawatan hygiene menstruasi adalah malas mengganti pembalut. Beberapa penyakit yang mudah hinggap
pada wanita adalah terjangkitnya infeksi jamur dan bakteri. Kondisi tersebut biasanya terjadi pada saat wanita dalam
masa menstruasi. Salah satu penyebabnya yaitu bakteri yang berkembang pada pembalut (Andira, 2010).Mulyati
(2007), cara membersihkan daerah kewanitaan adalah :
a. Membasuh tangan dengan sabun, sebelum dan sesudah memegang daerah kewanitaan
b. Membasuh daerah kewanitaan dengan air bersih
c. Membasuh dari arah depan ke belakang setelah buang air kecil/buang air besar
d. Untuk mencegah masuknya mikroorganisme dari anus
e. Hindari penggunaan tissue toilet terlalu sering
f. Hindari pembalut yang menyebabkan iritasi
Cara perawatan vaginal dan ginekologi yang baik menurut Sheldon (1986)
adalah:
179
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 5 No. 3
ISSN. 2655-4399 September 2020
Mandi setiap hari dengan sabun dan air hangat .jangan pakai sabun yang mengandung zat-zat kimia tertentu .pada
waktu mencuci, renggangkan bibir vagina dan bersihkan baik-baik, jangan lupa membersihkan daerah clitoris, douche
(penyemprotan) .
Sesudah buang air besar, bersihkan daerah dubur dari depan kebelakang. Anus letaknya dekat pembukaan vagina,
maka cara pembersihan yang kurang baik bias memindahkan bakteri dari dubur dan kotoran kedalam vagina atau
saluran kencing, sehingga mengakibatkan infeksi saluran kencing.
Dikamar mandi umum, sebaiknya pakai penutup tempat duduk toilet yang dapat langsung kamu buang sesudah kamu
pakai sendiri. Jangan lupa cuci tangan sesudahnya.
Vulva harus cukup mendapatkan udara dan harus selalu kering. Lebih baik pakai celana dalam yang terbuat dari kain
katun, karena nilon tidak menghisap air dan tidak tembus udara yang diperlukan untuk aliran udara bebas ke bagian luar
alat kelamin.
Selama haid, gantilah pembalut sesering mungkin. Minimal 2x sehari, meskipun jumlah darah hanya sedikit.
Selama ovulasi ada pengeluaran cairan dari vagina lebih dari biasanya. Kadangkadang ada pendarahan. Ini disebabkan
oleh produksi estrogen yang meningkat disertai perubahan hormon-hormon tertentu. Mencuci dengan air dan sabun
sudah cukup.
Jangan pakai deodoran khusus untuk daerah vagina. Ini tambah merangsang dan sama sekali tidak ada gunanya.
Karena deodorant itu sendiri bisa menimbulkan infeksi
Jangan lupa memeriksakan diri secara teratur. Gejala yang lain daripada yang biasa terjadi sehari-hari,
misalnya:pengeluaran luaran lender dari vagina, bau ataupun tidak bau, haid yang banyak dan berkepanjangan,
perdarahan diantara waktu haid normal, sebaiknya langsung diperiksakan pada dokter Mulyati (2007),
Setelah selesai dalam pemberian pendidikan kesehatan, reponden diminta kembali untuk mengisi kuesioner post test
tentang pendidikan dan sikap. Selanjutnya menjelaskan kepada responden setelah 1 bulan kedepan akan mengisi
kuesioner tindakan. Karena akan menilai apakah responden melakuakn melakukan personal hygiene saat menstruasi
sesuai dengan pendidikan kesehatan yang diberikan. Dan ditaksir perjalanan satu bulan kedepan responden akan
mengalami menstruasi.
Setelah dua minggu dihitung dari hari pelaksanan pemberian pendidikan kesehatan, kuesioner tindakan dibagikan
kepada responden dan diminta untuk menjawab kuesioner dengan sebenar-benarnya.
Secara ringkas pelaksanaan penelitian ini adalah:
Seluruh Siswa Yang
Menjadi Responden
Setelah 1 bulan
Post Test Tindakan Siswa dalam
Melakukan Personal Hygiene Saat
Menstruasi
Gambar 4 Alur Penelitian
Metode Pengukuran
Kuesioner Pengetahuan
Kuesioner pengetahuan ini terdiri dari 10 pertanyaan penilaian kuesioner ini mengunakan skala guttman dengan dua
alternatif jawaban yang terdiri dari pilihan ya dan tidak penilaian kuesioner ini adalah jika jawaban benar diberi skor
1dan jawaban salah di beri skor 0 nilai terendah yang mungkin dicapai adalah 0 dan nilai tertinggi yang akan dicapai
adalah 10. Rentang skor adalah untuk mengetahui panjang kelas menggunakan interval (Hidayat, 2010).
I
I=
181
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 5 No. 3
ISSN. 2655-4399 September 2020
Kuesioner Tindakan Personal Hygiene Pada Saat Menstruasi terdiri dari 10 pertanyaan dimana terdiri atas pilihan
jawaban “dilakukan “ dan “tidak dilakukan”. Pada setiap melakukan personal hygiene saat menstruasi skor 1 jika pilihan
jawaban dilakukan dan jika pilihan jawaban tidak dilakukan akan diberi skor 0. Penilaian selanjutnya dibedakan menjadi
dua kategori yaitu “baik” dan “tidak baik”
pada item pertanyaan dikategorikan.
Nilai terendah yang mungkin dicapai adalah 0 dan nilai tertinggi yang akan dicapai adalah 10. Kategori penilaian
selanjutnya dibedakan menjadi dua kategori
yaitu baik dan tidak baik dengan rentang kelas sebanyak 5
Baik = jika skor 6-10
Tidak baik = jika skor 0-5
Metode Analisa Data
Analisis Univariat.
Analisis univariat pada penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi variabel yang diteliti dalam
bentuk distribusi frekuensi
Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pendidikan kesehatan refroduksi terhadap perilaku
remaja dalam melakukan personal hygiene saat menstruasi sebelum dan sesudah mendapatkan perlakuan dengan
mengunakan adalah paired t-test. Analisa data dilakukan dengan mempergunakan program SPSS.
HASIL PENELITIAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 SMP yang Terletak Di Desa Benteng Huraba Kecamatan Batang Angkola
Kabupaten Tapanuli Selatan Propinsi Sumatera Utara.
Analisis Univariat
Gambaran Karakteristik Responden
Tabel 1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Karakteristik N Persentasi (%)
Umur (tahun)
13 32 47,1
14 28 41,2
15 8 11,8
Jumlah 68 100
Berdasarkan pada tabel 1 menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan usia sebagian besar responden
berusia 13 tahun dengan jumlah 32 orang (65,4%).
Pengetahuan
Pengetahuan Siswa Sebelum Dan Sesudah Pemberian Pendidikan Kesehatan reproduksi.
Pengetahuan siswa tentang personal hygiene saat menstruasi sebelum dan sesudah dilakukannya pendidikan
kesehatan reproduksi adalah sebagai berikut:
Tabel.2 Distribusi Pengetahuan Personal Hygiene Saat Menstruasi Sebelum Diberikan Pendidikan
Kesehatan Reproduksi.
Kategori N Persentasi (%)
Baik 19 27,9
Tidak baik 49 72,1
Jumlah 68 100
182
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 5 No. 3
ISSN. 2655-4399 September 2020
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan personal hygiene saat menstruasi pada
remaja putri kelas 2 sebelum pemberian pendidikan kesehatan reproduksi sebagian besar memiliki pengetahuan tidak
baik yaitu 49 orang (72,1%).
Tabel 3 Distribusi Pengetahuan Personal Hygiene Saat Menstruasi Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan
Reproduksi
Kategori N Persentasi (%)
Baik 52 76,5
Tidak baik 16 23,5
Jumlah 68 100
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan personal hygiene saat menstruasi pada
remaja putri kelas 2 sesudah pemberian pendidikan kesehatan reproduksi sebagian besar memiliki pengetahuan baik
yaitu 52 orang (76,5%).Sikap Siswa Sebelum Dan Sesudah Pemberian Pendidikan Kesehatan Reproduksi
Sikap siswa tentang personal hygiene saat menstruasi sebelum dan sesudah dilakukannya pendidikan kesehatan
reproduksi adalah sebagai berikut:
Tabel 4 Distribusi Sikap Personal Hygiene Saat Menstruasi Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan
Reproduksi
Kategori N Persentasi (%)
Baik 13 19,1
Tidak baik 55 80,9
Jumlah 68 100
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar sikap personal hygiene saat menstruasi pada remaja putri
kelas 2 sebelum pemberian pendidikan kesehatan reproduksi sebagian besar memiliki sikap tidak baik yaitu 55 orang
(80,9%).
Tabel 5 Distribusi Sikap Personal Hygiene Saat Menstruasi Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan
Reproduksi.
Kategori N Persentasi (%)
Baik 60 88,2
Tidak baik 8 11,8
Jumlah 68 100
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebagian besar sikap personal hygiene saat menstruasi pada remaja putri
kelas 2 sesudah pemberian pendidikan kesehatan reproduksi sebagian besar memiliki sikap baik yaitu 60 orang
(88,2%).
Tindakan
Tindakan Siswa Sebelum Dan Sesudah Pemberian Pendidikan Kesehatan Reproduksi
Tindakan siswa tentang personal hygiene saat menstruasi sebelum dan sesudah dilakukannya pendidikan kesehatan
reproduksi adalah sebagai berikut:
Tabel 6 Distribusi Tindakan Personal Hygiene Saat Menstruasi Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan
Kategori N Persentasi (%)
Baik 6 8,8
Tidak baik 62 91,2
Jumlah 68 100
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa sebagian besar tindakan personal hygiene saat menstruasi pada remaja
putri kelas 2 sebelum pemberian pendidikan kesehatan reproduksi sebagian besar memiliki tindakan tidak baik yaitu 62
orang (91,2%).
Tabel 7 Distribusi Tindakan Personal Hygiene Saat Menstruasi Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan
Reproduksi
183
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 5 No. 3
ISSN. 2655-4399 September 2020
Kategori N Persentasi (%)
Baik 56 82,4
Tidak baik 12 17,6
Jumlah 68 100
Berdasarkan tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar tindakan personal hygiene saat menstruasi pada remaja putri
kelas 2 sesudah pemberian pendidikan kesehatan reproduksi sebagian besar memiliki tindakan baik yaitu 56 orang
(82,4%).
Analisis Bivariat
Untuk mengetahui pengaruh satu variabel independen terhadap variabel dependen dilakukan analisis bivariat
menggunakan uji paired sampel t-test bila data berdistribusi normal (p<0,05) dan bila data tidak berdistribusi normal
(p>0,05).
Tabel 8 Perbandingan Rata Rata Skor Sebelum Dan Sesudah Pemberian Pendidikan Kesehatan Reproduksi
Remaja Terhadap Pengetahuan Personal Hygiene Saat Menstruasi
Variabel Mean Std. Dev P T
Pengetahuan
Sebelum 1,79 0,407 0,000 10,087
Sesudah 1,19 0,396 0,000
Berdasarkan analisis statistik dengan menggunakan sampel t-test (paired t-test) diperoleh jumlah rata-rata pengetahuan
responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan reproduksi sebesar 0,407 dan nilai rata-rata responden sesudah
diberikan pendidikan kesehatan reproduksi sebesar 0,398 dengan nilai probabilitas (p) 0,000. Dimana p<0,05 maka
dapat dikatakan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi.
Tabel 9 Perbandingan Rata Rata Skor Sebelum Dan Sesudah Pemberian Pemberian Pendidikan Kesehatan
Reproduksi Remaja Terhadap Sikap Personal Hygiene Saat Menstruasi
Variabel Mean Std. Dev P T
Sikap
Sebelum 1,81 0,398 0,000 12,248
Sesudah 1,12 0,325 0,000
Berdasarkan analisis statistik dengan menggunakan sampel t-test (paired t-test) diperoleh jumlah rata-rata sikap
responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan reproduksi sebesar 0,398 dan nilai rata-rata responden sesudah
diberikan pendidikan kesehatan reproduksi sebesar 0,325 dengan nilai probabilitas (p) 0,000. Dimana p<0,05 maka
dapat dikatakan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi.
Tabel 10 Perbandingan Rata Rata Skor Sebelum Dan Sesudah Pemberian Pemberian Pendidikan Kesehatan
Reproduksi Remaja Terhadap Tindakan Personal Hygiene Saat Menstruasi
Variabel Mean Std. Dev P T
Tindakan
Sebelum 1,91 0,286 0,000 13,642
Sesudah 1,18 0,384 0,000
Berdasarkan analisis statistik dengan menggunakan sampel t-test (paired t-test) diperoleh jumlah rata-rata sikap
responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan reproduksi sebesar 0,286 dan nilai rata-rata responden sesudah
diberikan pendidikan kesehatan reproduksi sebesar 0,384 dengan nilai probabilitas (p) 0,000. Dimana p<0,05 maka
dapat dikatakan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi.
PEMBAHASAN
184
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 5 No. 3
ISSN. 2655-4399 September 2020
Penelitian ini merupakan jenis penelitian yang bertujuan untuk efek dari suatu kegiatan pendidikan kesehatan reproduksi
metode yang digunakan ceramah untuk melihat adanya perubahan pengetahuan, sikap, tindakan siswa dalam personal
hygiene saat menstruasi.
Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi Personal Hygiene Saat Menstruasi
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan melalui kelima indaranya,
tetapi sebagian besar memilih suatu proses yaitu proses belajar dan membutuhkan suatu bantuan misalnya bantuan
seseorang yang lebih menguasai suatu hal (Notoatmodjo, 2007)
Pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja adalah segala sesuatu yang diketahui remaja dan ruang
lingkup kesehatan reproduksi bagi remaja. Masa remaja pada tahap awal memiliki karakteristik masih bingung terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-
perubahan tersebut (Sarwono, 2005).
Hasil analisis dengan menggunakan paired T-Test yang dilakukan ternyata terjadi perbedaan pengetahuan responden
antara sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan reproduksi, dimana diperoleh t-hitung 10,087 dengan nilai
probabilitas (p) = 0,000 < 0,05 atau dengan perkataan lain bahwa ada perbedaan antara pengetahuan responden
sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan reproduksi. Pemberian pendidikan kesehatan reproduksi remaja
ternyata mampu mempengaruhi peningkatan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja, hal ini sejalan
dengan penelitian sebelumnya oleh ayu, (2015)berjudul pengaruh peer education terhadap perilaku personal hygiene
genital dalam pencegahan kanker servik pada remaja putri di smp negeri 10 denpasar. Hasil statistik terdapat 3 domain
perilaku (pengetahuan sikap dan tindakan), didapatkan nilai pengetahuan (p value = 0,000 < 0,05), sikap (p value =
0,000 < 0,05), dan tindakan (p value = 0,000 < 0,05), maka H0 ditolak. Hasil analisis ini berarti ada pengaruh peer
education terhadap perilaku personal hygiene genetalia dalam pencegahan kanker serviks pada remaja putri di SMP
Negeri 10 Denpasar.
Dilihat dari perbedaan jumlah responden yang meningkat pengetahuannya dari pre-test ke post-test. Antaranya adalah
materi pendidikan kesehatan yang digunakan dalam proses pendidikan kesehatan yang lengkap dan menarik, sehingga
responden mudah untuk memahami isi materi pendidikan kesehatan yang disampaikan.
185
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 5 No. 3
ISSN. 2655-4399 September 2020
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan, untuk mewujudkan sikap menjadi perbuatan nyata
diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor
fasilitas, juga diperlukan faktor pendukung dari pihak lain misalnya dari suami atau istri, orang tua atau mertua dan lain-
lain (Notoatmodjo, 2012). Tindakan personal hygiene saat menstruasi yang dilakukan remaja secara tepat penggunaan
pembalut, cara membersihkan, pakian yang baik untuk digunakan pada saat mestruasi, dan menghubungi petugas
kesehatan jika terja gangguan pada saat menstruasi.Hasil analisis dengan menggunakan paired T-Test yang dilakukan
ternyata terjadi perbedaan tindakan responden antara sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan
reproduksi, dimana diperoleh t-hitung 13, 648 dengan nilai probabilitas (p) = 0,000 > 0,05 atau dengan perkataan lain
bahwa ada perbedaan secara signifikan antara tindakan responden sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan
kesehatan reproduksi.
Saran
Diharapkan kepada para remaja agar dapat menambah pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja khususnya
tentang personal hygiene saat menstruasi.Diharapkan kepada para remaja agar dapat mengubah sikap tentang
kesehatan reproduksi remaja khususnya tentang personal hygiene saat menstruasi.Diharapkan kepada para remaja
agar dapat mengubah tindakanya tentang kesehatan reproduksi remaja khususnya tentang personal hygiene saat
menstruasi.Diharapkan kepada tenaga kesehatan khususnya dibidang promosi kesehatan agar lebih selektif dalam
memberikan informasi kepada masyarakat sesuai dengan permasalahan yang ada. Diharapkan SMP Negeri 2 Batang
Angkola Tapanuli Selatan dapat mengadakan pendidikan kesehatan mengenai personal hygiene saat menstruasi untuk
jenjang selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anggresti, (2015). Perilaku menjaga kebersihan organ genital pada siswa MAN 2 yogyakarta.
Arikunto, S 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta : Rineka Cipta
Aryani, R., Tarwono, Nuraini, A., Miradwina, Btauchid, N.S., Aminah, S., Sumiati, 2010. Kesehatan Remaja Problem Dan
Solusinya, Jakarta: Salemba Medika.
Ayu, (2015). Pengaruh Peer Education Terhadap Perilaku Personal Hygiene Genitalia Dalam Pencegahan Kanker
Serviks Pada Remaja Putri Di SMP Negeri 10 Denpasar.
Badan Pusat Statistika, 2013. Proyeksi Penduduk Indonesia Populasion Projection 2010-2035, Publication Number:
04110.1301, Diakses 19 Februari 2017, Jakarta: http://www.bps .go.id E-mail : bpshq@bps.go.id
Baktiar, A., 2004 Pengetahuan Dan Ukuran Kebenaran, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Hidayat, A.A., 2010 Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisis Data, Cetakan Keempat, Jakarta: Salemba
186
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 5 No. 3
ISSN. 2655-4399 September 2020
Kementerian Kesehatan RI. , 2012 Buku Petunjuk Penggunaan Media KIE Persi Pekerja Dan Mahasiswa Aku Bangsa
Aku Tahu, Diakses 19 Februari 2017, Jakarta: www.depkes.go.id/resources/download/promosi-kesehatan/juknis-media-
kie-abat-pelajar.pdf.
Laila, N.N., 2014 Menstruasi, Cetakan Kedua, Yogyakarta: Buku Biru
Lubis, L.N., 2013 Psokologi Kespro Wanita Dan Perkembangan Refroduksinya, Edisi Pertama, Jakarta: Kecana
Predana Media Group.
Mubarak.I.Q., 2011 Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan, Jakarta : Salemba Medika
Notoatmodjo, S., 2012. Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan, Cetakan Pertama, Jakarta: Rineka Cipta .
187
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
ABSTRACT
The poor personal hygiene of menstruation has a major effect on morbidity and
complications. One of the factors that led to the lack of personal hygiene behavior
during menstruation is because of the lack of knowledge and understanding of
menstrual hygiene. More than 50% of young women in India have poor
knowledge of menstrual hygiene. Based on previous research, 59.1% of
adolescent girls in Pondok Pesantren Ulul Albab Sukoharjo have an unfavorable
attitude in personal hygiene during menstruation. The purpose of this study is to
determine the effect of booklet media on the knowledge and attitude of young
women related to menstrual hygiene at Pondok Pesantren Al-Ishlah Demak. This
is a pre-experimental study using a one-pretest-posttest design. The sample in
this research used a population of 55 girls. Data analysis of univariate and
bivariate using Sign Test with α=5%. The average score of knowledge of
menstrual hygiene prior to the giving of booklet media was 8.29 whereas the
mean score of knowledge of menstrual hygiene after giving the booklet was
10.64. The result of the research showed that the influence of media booklet on
the change of knowledge (p=0.0001). The average score of menstrual hygiene
before presentation of the booklet was 35.75 while the mean postmenopausal
hygiene score after giving the booklet was 38.91. The result of this research
indicate the effect of media booklet on attitude change (p=0.0001). Suggestions
that can be given are increasing knowledge and attitude about hygiene during
menstruation by forming small groups with routine mentoring. The conclusion of
this research is giving of booklet media influencing knowledge and attitude of
adolescent girl related to menstrual hygiene.
274
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
275
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
Tabel 1.Uji Perbedaan Pengetahuan Remaja Putri Antara Sebelum dan Sesudah
Pemberian Media Booklet terkaitKebersihan dalamMenstruasidiPondok
Pesantren Al-Ishlah DemakTriwulan II Tahun 2017
Variabel Rata-rata Z Nilai P
Pretest 8,29
Pengetahuan -5,629 0,0001
Posttest 10,64
276
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
277
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
278
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
279
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
280
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
281
PERILAKU PERSONAL HYGIENE REMAJA PUTRI SUKU NUAULU DALAM
TRADISI PINAMU DI KABUPATEN MALUKU TENGAH
ABSTRAK
Masyarakat suku Nuaulu memiliki tradisi untuk mengasingkan wanita menstruasi ke sebuah
2
bangunan berukuran 2x2 m . Bangunan ini akan ditempati oleh wanita yang menstruasi hingga
periode menstruasi berakhir. Adanya norma atau aturan adat dalam tradisi menyebabkan kurangnya
perilaku personal hygiene remaja putri saat menstruasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengeksplorasi dan menggali perilaku personal hygiene remaja putri suku Nuaulu dalam tradisi
pinamou di Maluku Tengah. Jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan rapid etnografi. Teknik
penentuan informan secara purposive sampling dengan jumlah 10 orang informan.
Hasil penelitian ini yaitu adanya tradisi pinamou dilatarbelakangi oleh kepercayaan mistis
didalamnya seperti ketidaksucian darah menstruasi dan dianggap kotor, mengandung banyak
kekuatan gaib, atau gangguan oleh roh jahat. Makna tradisi pinamou menandakan gadis telah
memasuki fase dewasa dan mandiri. Larangan adat dan adanya sanksi alam, makanan yang
dikonsumsi berupa sagu dan ubi kayu. Pengetahuan remaja putri mengenai personal hygiene saat
menstruasi terbatas hanya berdasarkan informasi dari orang tua. Penggunaan arang diyakini dapat
menghilangkan bau badan dan memutihkan atau membersihkan kulit. Aturan adat/tradisi yang
dipercayai, menilai pembalut kain jauh lebih baik dan ekonomis.
Kesimpulan bahwa perilaku personal hygiene remaja putri suku Nuaulu dalam tradisi pinamou
saat mengalami menstruasi, masih sangat rendah. Oleh karena itu, diharapkan ada upaya secara
serius yang dilakukan oleh petugas kesehatan tentang perlunya edukasi yang benar tentang personal
hygiene saat menstruasi, terutama pada sasaran spesifik yakni remaja putri suku Nuaulu Maluku
Tengah.
31
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 14 Nomor 1 Tahun 2019 ● eISSN : 2302-2531
budaya/tradisi pinamou dan remaja yang telah pengetahuannya mengenai personal
mengikuti tradisi pinomau, dan petugas hygiene informan menjelaskan bahwa
kesehatan yang berjumlah 10 orang. mereka memiliki keterbatasan
Selanjutnya informan akan diberikan pengetahuan khususnya personal hygiene
keleluasan untuk menyampaikan pengetahuan saat menstruasi mereka juga menyatakan
dan pengalamannya mengenai tradisi bahwa pengetahuan mengenai kebersihan
pinomau. diri saat menstruasi hanya sebatas
informasi yang diperoleh dari orang tua
Pengumpulan Data mereka terdahulu serta aturan-aturan yang
1. Observasi ada dalam tradisi pinamou.
Observasi yaitu melakukan pengamatan Hal tersebut juga dibenarkan oleh
secara langsung yang berkaitan dengan informan lain yakni ketua PKK Negeri Nua
penelitian. Nea mengenai pengetahuan personal
2. In depth interview hygiene atau kebersihan diri remaja putri
Pewawancara membuat pedoman hanya sebatas apa yang diajarkan oleh
wawancara mendalam mengenai Perilaku orang tua, hasil wawancara sebagai
Personal Hygiene saat menstruasi. berikut:
c. Dokumentasi “......iya ca anak-anak disini seng terlalu
Dokumentasi dalam pengumpulan data paham deng hal itu yang mereka tau
dimaksud sebagai cara mengumpulkan Cuma sebatas apa yang di kasih tau
dokument yang berbentuk gambar, video orang tua saja, ya kalau kasih bersih diri
dan lain-lain Cuma basuh deng air saja dengan
tujuan pake arang juga kan supaya
Pengumpulan Data dong seng babau badan.....”.
1. Data Primer (AM 30, Ketua PKK Negeri Nua Nue)
Data yang diperoleh dari hasil wawancara Keseluruhan informan mengaku
mendalam informan hanya menganti pembalut mereka 2
2. Data Sekuender. sampai 3 kali dalam sehari tergantung dari
Data Sekunder diperoleh dari Instansi banyaknya darah menstruasi, cara
terkait dengan penelitian. membersihkan pembalut hanya
penggunakan air saja. Mereka mengaku
Teknik Analisis Data pernah diajarkan di sekolah mengenai
1. Reduksi Data; merangkum, memilij hal-hal kebersihkan diri saat menstruasi hanya
poko, memfokuskan pada hal-hal yang saja sudah lama sehingga mereka sudah
penting, dicari tema dan polanya. banyak yang lupa.
2. Penyajian data; setelah direduksi , langkah 2. Keyakinan
selanjutnya adalah mendisplay data, Berdasarkan hasil wawancara
merupakan langkah penting menuju dengan informan menyenai keyakinan
tercapainya analisis kualitatif yang valid mengenai personal hygiene saat
dan handal. menstruasi informan menjelaskan bahwa
3. Analisis Data; analisis data dalam mereka tidak memiliki keyakinan apapun
penelitian ini menggunakan pendekatan mereka hanya mengikuti aturan-aturan
kualitaitif dengan teknik tematik (thematic dalam tradisi pinamou yang telah ada
analysis), merupakan teknik yang tanpa bertanya.
digunakan dengan cara mencari tema-tema Selain itu AM menambahkan bahwa
yang muncul dalam data penelitian. selama dalam posune remaja akan dibaluri
4. Tahap Verifikasi; usaha untuk mencari atau arang diseluruh tubuhnya. Arang yang
memahami makna/arti, keteraturan, pola- mereka gunakan dari jenis kayu kakune.
pola, penjelasan, alur sebab akibat atau Hasil pembakaran kayu tersebut kemudian
proposisi. dihaluskan dan dicampur dengan perasan
air daun kapas yang difungsikan sebagai
Keabsahan Data lulur untuk membersihkan kotor pada tubuh
Salah satu cara penting dan mudah mereka serta menghilangkan bau badan.
dalam uji keabsahan data penelitian yaitu Berdasarkan hasil wawancara
melalui pendekatan triangulasi. dengan informan, diperoleh bahwa seluruh
informan menyakini tradisi pinamou ini
HASIL PENELITIAN harus dan wajib dilakukan, hal ini dikarena
1. Pengetahuan tentang Personal Hygiene mereka menyakini bahwa bila tradisi ini
Berdasarkan hasil wawancara yang dilanggar akan menyebabkan remaja yang
dilakukan dengan informan tentang bersangkutan akan sakit dan menderita
32
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 14 Nomor 1 Tahun 2019 ● eISSN : 2302-2531
penyakit kulit. serta larangan mengganti kain. Adanya
3. Norma Kebiasaan keyakinan remaja putri suku Nuaulu
Berdasarkan hasil wawancara yang tentang pentingnya personal hygiene serta
dilakukan dengan informan tentang norma keyakinan penggunaan arang untuk
kebiasaan dalam tradisi pinamou informan menghilangkan bau badan dan
menjelaskan bahwa mereka memiliki memutihkan kulit, serta nilai religius dimana
beberapa aturan-aturan yang ada dalam masyarakat suku Nuaulu percaya
tradisi pinamou yang harus dipatuhi oleh mengenai adanya hukuman alam yang
semua masyarakat suku Nuaulu khususnya akan diterima jika aturan-aturan adat
remaja putri. Beberapa aturan yang dilanggar.
mempengaruhi perilaku personal hygiene
remaja putri yakni larangan mandi dan PEMBAHASAN
mengganti kain selama dalam posune. 1. Pengetahuan
Hal yang sama juga dibenarkan oleh Menurut Kamus Psikologi (Reber &
para informan utama, mengatakan bahwa Reber, 2010), pengetahuan memiliki
selama didalam posune mereka tidak makna kolektif, yaitu kumpulan informasi
mandi dan menganti kain yang digunakan yang dimiliki seseorang atau kelompok
hingga upacara dilaksanakan, hal tersebut atau budaya tertentu. Berdasarkan hasil
sudah merupakan aturan adat yang wajib penelitian diketahui bahwa remaja suku
untuk ditaati. Selama didalam posune Nuaulu memiliki keterbatasan pengetahuan
mereka hanya menggunakan arang untuk khususnya personal hygiene saat
membersihkan tubuh mereka dari kotoran menstruasi mereka juga menyatakan
dan dapat menghilangkan bau badan. bahwa pengetahuan mengenai kebersihan
Informan AM (30 tahun) juga diri saat menstruasi hanya sebatas
menambahkan bahwa kepercayaan yang informasi yang diperoleh dari orang tua
sama dengan larangan mandi dan mereka terdahulu serta aturan-aturan yang
pemakaian pembalut modern, yakni ada dalam tradisi pinamou.
dikhawatirkan apabila di bersihkan darah Hal ini diungkap oleh informan utama
yang menempel pada kain tersebut akan berdasarkan pengetahuan mengenai
mencemari air, sehingga hanya personal hygiene saat menstruasi hanya
diperbolehkan untuk menggunakan 1 kain mereka peroleh berdasarkan pengalaman
hingga upacara pengeluaran pinamou dari dan informasi yang diperoleh dari orang tua
dalam posune dilaksanakan, dan mereka saja mengenai personal hygiene
mengantinya pada saat pelaksanaan saat menstruasi dimana frekuensi mereka
upacara pengeluaran ketika pinamou dalam menganti pembalut 2 sampai 3 kali
dibersihkan menggunakan air yang berasal sehari ada juga dari mereka yang
dari sungai Nua mengakui hanya menganti pembalut ketika
Berdasarkan hasil wawancara hendak mandi saja.
dengan informan diperoleh bahwa norma Pengetahuan tentang kebersihan
atau aturan dalam tradisi pinamou yang mensruasi yang positif berhubungan
berdampak pada perilaku personal hygiene dengan praktek kebersihkan menstruasi,
meliputi larangan mandi selama dalam hal ini sesuai dengan penelitian Marni et.,al
posune, tidak diperbolehkan untuk (2014) di Tanzania menemukan bahwa
mengganti kain. Adanya aturan-aturan pengetahuan menstruasi berhubungan
tersebut kebersihan dan kesehatan tubuh dengan praktek kebersihkan menstruasi.
mereka. kurangnya menjaga kebersihkan Penelitian Meseret et.,al (2017),
tubuh khususnya saat menstruasi menemukan bahwa praktek kebersihkan
menyebabkan tubuh mudah terinfeksi menstruasi gadis sekolah menengah masih
mikroorganisme seperti kuman, bakteri, rendah. pengetahuan yang baik tenang
virus dan jamur yang berbahaya bagi kebersihkan menstruasi dan paparan iklan
kesehatan pembalut merupakan faktor yang berkaitan
Berdasarkan hasil analisis tematik dengan praktek kebersihkan menstruasi di
pada perilaku personal hygiene remaja Kabupaten Wegera Northwest Ethiopia.
putri suku Nuaulu saat menstruasi Penelitian lain yang mendukung
beberapa tema yang muncul pada penelitian ini yakni penelitian yang
pengetahuan yakni sumber informasi yang dilakukan oleh Maulina (2016) menemukan
minim dari orang tua, dan adanya adat bahwa adanya hubungan yang signifikan
yang mengatur, dimana berdasarkan antara pengetahuan remaja putri mengenai
norma yang berlaku seperti adanya personal hygiene saat menstruasi dengan
larangan mandi selama dalam posune, perilaku personal hygiene saat menstruasi
33
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 14 Nomor 1 Tahun 2019 ● eISSN : 2302-2531
di SMP Negeri 1 Lhokseumawe. mempengaruhi perilaku kesehatan dari
2. Keyakinan anggota masyrakat yang mendukung
Praktek atau perilaku menurut norma tersebut. Berdasarkan hasil
Theory of Reasoned Action (TRA) oleh penelitian juga diperoleh bahwa selama
Sheppard et al, 1988, menyatakan bahwa dalam posune mereka hanya diperoleh
perilaku dipengaruhi oleh niat, sedangkan makan makanan yang dimasak sendiri
niat dipengaruhi oleh sikap dan norma menggunakan bambu sebagai wadah
subyektif. Sikap sendiri dipengaruhi oleh mereka dan menggunakan kayu saat
keyakinan akan hasil dari tindakan yang memasak hal ini mengajarkan kepada
telah lalu. remaja putri agar dapat menahan diri dari
Sementara itu keyakinan atau hal-hal modern, jenis makanan yang hanya
kepercayaan masyarakat Suku Nuaulu boleh dimakan seperti sagu, ubi dan jenis
tentang ketidaksucian seseorang yang makanan lain kecuali makanan yang dibeli
menstruasi, kotor. Dimana masyarakat ataupun berasal dari dalam rumah, tidak
suku Nuaulu memandang bahwa tradisi diperoleh memasuki rumah, melewati
pinamou tidak berdampak negatif bagi tengah desa karena masih dianggap kotor
kesehatan, mereka menyakini bahwa sehingga dapat mencemari rumah dan
penggunaan arang pada tubuh hingga desa, berbicara dengan suara yang besar.
wajah sudah cukup untuk menjaga Penelitian yang dilakukan oleh Patil
kebersihkan diri karena dapat pada tahun 2014 di Desa Tirupati,
menghilangkan bau badan dan Chandragiri, Renigunta dan Pakala India
mencerahkan tubuh dikarenakan arang menemukan bahwa nilai rata-rata
tersebut mereka difungsikan sebagai lulur. kebersihan menstruasi tampak remaja
Penggunaan arang yang diyakini yang mengikuti sejumlah kecil pembatasan
oleh masyarakat suku Nuaulu dapat memiliki tingkat kebersihan menstruasi
membantu menghilangkan bau badan dan sedikit lebih rendah di bandingkan dengan
mencerahkan kulit wajah, walaupun mereka yang mengikuti sejumlah besar
mereka tidak mengetahui pasti kandungan pembatasan selama menstruasi.
arang tersebut.
Manfaat arang lainnya berdasarkan KESIMPULAN
hasil penelitian Lempang (2014), Pengetahuan remaja putri mengenai
menemukan bahwa arang aktif bagi personal hygiene saat menstruasi terbatas
ksesehatan berfungsi menyerap racun hanya berdasarkan informasi yang diberikan
dalam saluran cerna dan obat-obatan. dari orang tua mereka yakni cara
Menurut Muthschter (1986) dalam bidang membersihkan dan frekuensi mengganti
kesehatan, arang katif digunakan dalam pembalut. Keyakinan masyarakat bahwa
penanganan keracunan eksternal dan dengan tubuh dilumuri arang dapat
terapi diare sektretonik. menghilangkan bau badan serta memutihkan
Penelitian Santina, et al (2013) kulit. Aturan-aturan adat/tradisi yang yang
menemukan bahwa adanya hubungan dipercayai serta nilai religius dalam tradisi
yang signifikan antara praktek hygiene pinamou menyebabkan mereka memiliki
menstruasi remaja Libanon dengan keterbatasan dalam berperilaku positif
kepercayaan, sosialbudaya, agama, orang terhadap kesehatan.
tua, tingkat pendidikan. Penelitian lain yang
mendukung adalah SARAN
3. Norma 1. Saran Teoritis
Larangan mandi selama dalam Berdasarkan temuan penelitian ini, dapat
posune dilatarbelakangi oleh kepercayaan digunakan sebagai acuan ataupun
masyarakat suku Nuaulu mengenai referensi penelitian lebih lanjut khususnya
ketidaksucian dan kotornya tubuh sang berkaitan dengan tradisi pinamou Suku
pinamou akibat darah yang dianggap najis Nuaulu
sehingga dapat mencemari air yang juga 2. Saran Praktis
digunakan oleh masyarakat suku Nuaulu. Berdasarkan temuan penelitian ini, dapat
Mereka percaya bahwa untuk menetralkan digunakan sebagai referensi bagi
kotoran yang ada dalam tubuh pinamou air pengambil kebijakan dalam hal upaya
yang digunakan haruslah berasal dari peningkatan pengetahuan untuk mengubah
sungai Nua. perilaku budaya yang dianggap negatif
Seperti halnya menurut G.M Foster untuk kesehatan dan merugikan bagi
(1973) menyatakan bahwa norma yang masyarakat pendukung tradisi tersebut,
berlaku di masyarakat sangat serta mempermudah dalam hal akses
34
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 14 Nomor 1 Tahun 2019 ● eISSN : 2302-2531
informasi kesehatan khususnya personal
hygiene saat menstruasi.
DAFTAR PUSTAKA
Badan penelitian dan perkembangan agama departemen agama RI 1999 Tradisi Kepercayaan Lokal Pada
Beberapa Suku Di Indonesia, (Badan Litbang Agama Departemen Agama). Diakses tanggal 30 Agustus
2018
Bujawati, et al. 2016. Faktor-Fakto Yang Berhubungan Dengan Personal Hygiene Selama Menstruasi pada
Santriwati di Pesantren Babul Khaer Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan. Vol 3 No. 1
Januari-April 2017 ISSN: 2541-5301. Diakses tanggal 09 November 2018
Lempang M. 2014. Pembuatan dan Kegunaan Arang Aktif. Balai Penelitian Kesehatan Makassar. Jurnal Info
Teknik EBONI Vol.11 No 2. Desember 2014:65-80. Diakses tanggal 28 November 2018
Marni Sommer, et al. 2014. Perbandingan menstruasi dan pengalaman pendidikan anak perempuan di Tanzania,
Ghana, Kamboja dan Ethiopia. Journal of Comparative dan Pendidikan Internasional,
Maulina, N. 2016. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Dengan Dengan Personal Hygiene Saat
Menstruasi Pada Siswa Kelas IX Di SMP Negeri 1 Lhokseumawe. Jurnal ilmiah Sains, Teknologi
Ekonomi, Sosial dan Budaya Vol 1 No 1 Feb 2017. Diakses tanggal 09 November 2018.
Meseret, et.,al. 2014. Menstrual Hygiene Practice and Associated Factors Among Secondary School Girls in
Wegera District, Northwest Ethiopia; a Cross-Sectional Study. Journal Computational Biology and
Bioinformatics. 2017:5 (1): (Online)
Notoadmojdo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta
Patil S, R. 2014. Knowledge and Practices of Menstrual Hygiene among Married Adolescents and Young Women
in Chittoor District Of Andra Pradesh: India. IOSR Journal of Nursing and Health Science (IOSR-JNHS)
Volume 3, Issue 2 Ver. I (Mar-Apr. 2014), PP 06-15. Diakses tanggal 05 September 2018
Politeknik Kesehatan Depertemen Kesehatan. Kesehatan remaja: problem dan solusinya. Jakarta: Salemba
Medika. 2010
Santina, et al. 2013. Assessment of Beliefs and Practices Relating to Menstrual Hygiene of Adolescent Girls in
Lebanon. Internasional Journal of Health Sciences and Research (IJHSR). ISSN: 2249-9571, Vol 3; Issue:
12, Desember 2013. Diakses tanggal 09 November 2018
Varsharani et al. 2013. A Study On Menstruation And Personal Hygiene Among Adolescent Girls Of Government
Medical College, Solapur. National Journal of Community Medicine Vol 4, Issue 2 April-June 2013. pISSN
0976 3325, eISSN 2229 6816.
35
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 14 Nomor 1 Tahun 2019 ● eISSN : 2302-2531
Efektivitas Pendidikan Kesehatan Metode Peer Group
EFEKTIVITAS PENDIDIKAN
KESEHATAN METODE PEER GROUP
TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN
DAN SIKAP PERSONAL HYGIENE SAAT
MENSTRUASI
Email : nandasheeta@yahoo.com
ABSTRAKS
Tabel. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan dan Sikap Siswi tentang Personal Hygiene Saat
Menstruasi Sebelum dan Sesudah Pendidikan Kesehatan Metode Peer Group
ada perbedaan tingkat pengetahuan sebelum dan Pengetahuan Sindrom Pramenstruasi pada Remaja.
sesudah dilakukan pendidikan kesehatan. Sebelum Perilaku adalah suatu wujud pelaksanaan dari
dilakukan pendidikan kesehatan terdapat beberapa suatu tindakan yang dipengaruhi oleh kehendak,
siswi dengan tingkat pengetahuan kurang. Tingkat kehendak dipengaruhi oleh sikap sedangkan sikap
pengetahuan yang kurang dapat mempengaruhi dipengaruhi oleh keyakinan akan hasil tindakan
perilaku remaja dalam melakukan personal hygiene yang sudah dilaksanakan pada masa lalu18.
saat menstruasi. Remaja perempuan dianjurkan Perilaku dipengaruhi oleh Predisposing Factors,
agar selalu berperilaku sehat karena lebih mudah Reinforcing Factors, dan Enabling Factor19. Salah
terkena infeksi genital. Perilaku yang kurang baik satu faktor predisposing adanya perilaku personal
dalam menjaga organ genitalia akan memberikan hygiene yang sehat saat menstruasi adalah sikap
efek negatif pada kesehatan reproduksinya. Ada yang mendukung terhadap perilaku tersebut.
hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi Peningkatan skor sikap remaja putri tentang
dengan kejadian iritasi vagina saat menstruasi pada personal hygiene saat mentruasi sebelum dan
remaja di SMP Negeri 8 Manado10. Dalam upaya sesudah pemberian pendidikan kesehatan dengan
mencegah kejadian tersebut maka remaja perlu metode peer group adalah 2,23. Hasil analisa
mengetahui cara-cara untuk mengurangi risiko statistik juga menunjukkan bahwa ada perbedaan
iritasi vagina sehingga mampu berperilaku yang sikap remaja putri tentang personal hygiene saat
sehat. mentruasi antara sebelum dan sesudah pemberian
Penelitian Maidartati11 menyebutkan bahwa pendidikan kesehatan dengan metode peer group.
ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan Sikap adalah tanggapan batin terhadap
dengan perilaku vulva hygiene pada saat menstruasi rangsangan dari luar yang menghendaki respon
pada remaja putri. Pengetahuan merupakan hasil individual sehingga timbul perasaan suka atau
dari “tahu” yang terjadi setelah orang melakukan tidak suka. Sikap merupakan reaksi atau respon
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. yang masih tertutup dari seseorang terhadap
Pengetahuan dapat diperoleh dari pendidikan, suatu stimulus atau objek12,13. Manifestasi sikap
pengalaman diri dan orang lain, media massa itu tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat
maupun lingkungan. Pengetahuan atau kognitif ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang
merupakan domain yang sangat penting untuk tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi
terbentuknya tindakan seseorang12,13. adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu
Pendidikan kesehatan metode peer group/ yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan
teman sebaya akan memberikan efek yang lebih reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus
positif. Dengan teman sebaya, remaja akan sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan
lebih terbuka dan lebih mudah berkomunikasi atau aktifitas akan tetapi merupakan predisposisi
dibandingkan dengan orang tua dan guru14. tindakan suatu perilaku. Teori Green menyebutkan
Informasi yang sensitif dan kurang nyaman jika bahwa sikap merupakan faktor predisposisi
disampaikan oleh orang dewasa dapat tersampaikan yang mempengaruhi perilaku seseorang19. Sikap
oleh teman sebaya dengan menggunakan bahasa remaja yang mendukung merupakan perasaan
sesuai usianya. Dengan demikian, informasi lebih memihak terhadap personal hygiene yang sehat
lengkap, mudah dipahami dan pada akhirnya saat menstruasi sehingga akan membentuk
tujuan dapat dicapai. Selain itu, sebagai peer perilaku yang sesuai dengan sikapnya tersebut.
educator teman sebaya tidak hanya memberikan Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Putri3 yang
informasi namun juga sebagai role model dalam menyebutkan bahwa ada hubungan sikap tentang
berperilaku yang sehat15,16. Hal ini sesuai penelitian personal hygiene menstruasi terhadap perilaku
Amelia17 yaitu Pendidikan Sebaya Meningkatkan personal hygiene remaja putri saat menstruasi di
Kelompok. Malang: UN 14. Mellanby AR. Phelps FA. Crichton NJ. And
7. Aisah, Siti. Junaiti Sahar. Sutanto Priyo Trip JH. 1995. School Sex Education : An
Hastono. 2008. Pengaruh Edukasi Kelompok Experimental Programme with Educational
Sebaya terhadap Perubahan Perilaku and Medical Benefit. British Medical Journal.
Pencegahan Anemia Gizi Besi Pada Wanita 15. Backett-Millburn and Wilson S. 2000.
Usia Subur. Jurnal Keperawatan Vol.2 No.1 Understanding Peer Education : Insights
Oktober 2008. from a Process Evaluation. Health Education
8. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Research. Vol.15 No.1
Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta. 16. Green, J. 2001. Peer Education. Global Health
9. Dahlan, Sopiyudin. 2010. Statistik Untuk Promotion
Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Salemba 17. Amelia, Coryna Rizky. 2014. Pendidikan
Medika Sebaya Meningkatkan Pengetahuan Sindrom
10. Winerungan, Ester Maria. Esther Hutagaol. Pramestruasi pada Remaja. Jurnal Kedokteran
Ferdinand Wowiling. 2013. Hubungan Brawijaya Vol.28 No.2 Agustus 2014
Pengetahuan Kesehatan Reproduksi dengan 18. Rakhmat J. 2001. Psikologi Komunikasi.
Kejadian Iritasi Vagina Saat Menstruasi pada Remaja Rosda Karya. Bandung.
Remaja di SMP Negeri 8 Manado. Ejournal 19. Green, LW. Health Promoting Planning :
Keperawatan Vol.1 No.1 Agt 2013 An Education and Environmental Approach.
11. Maidartati. Sri Hayati. Legi Agus Nurhida. University of Texas Health Science Center at
2016. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Houston. 1991
Vulva Hygiene pada Saat Menstruasi Remaja 20. Sriasih, NGK. NW Ariyani. Juliana Mauliku.
Putri. Jurnal Ilmu Keperawatan Vol. IV No.1 AA Istri Dalem Cinthya Riris. 2013. Pengaruh
April 2016. Pendidikan Seksualitas Remaja oleh Pendidik
12. Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Sebaya terhadap Pengetahuan dan Sikap
Kesehatan, Teori dan Aplikasi. Rineka Cipta. Remaja tentang Bahaya Seks Bebas. Jurnal
Jakarta. Skala Husada Vol.1
13. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta.
Jakarta.
Linda Suryani
ABSTRAK
Personal hygiene merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan baik
secara fisik maupun psikologis. Hygiene pada saat menstruasi memegang peranan penting dalam status
kesehatan seseorang, Keputihan yang abnormal bisa disebabkan oleh infeksi/peradangan yang terjadi karena
mencuci vagina dengan air kotor, remaja putri yang mengalami keputihan yaitu (53,8%). Penelitian ini bertujuan
menganalisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Remaja Putri Tentang Personal Hygiene Pada Saat
Menstruasi Di SMP Negeri 12 Kota Pekanbaru. Jenis penelitian ini adalah analitik cross sectional. Dimana
variebel independen yaitu pengetahuan, sikap, informasi, dukungan, dan sarana. serta variabel dependen yaitu
melakukan Personal hygiene. Populasi berjumlah 452 orang dan sampel yang diambil sebanyak 82 responden
dengan teknik Stratified Random Sampling. Instrument yang digunakan yaitu kuesioner. Analisa data dalam
penelitian ini dilakukan menggunakan analisis univariat, bivariat (Chi-Square (X)2) dan multivariat (uji logistik
ganda). Hasil penelitian dihitung menggunakan uji statistic Chi-Square didapatkan hasil pengetahuan (P value
0,000), sikap (P value 0,000), informasi (P value 0,000), dukungan (P value 0,000), dan ketersediaan sarana (P
value 0,000) mempengaruhi perilaku remaja putri tentang personal hygiene pada saat menstruasi di SMP Negeri
12 kota Pekanbaru, sedangkan faktor dominan yang mempengaruhi perilaku remaja putri tentang personal
hygiene pada saat menstruasi di SMP Negeri 12 kota Pekanbaru adalah adalah ketersediaan sarana dengan Ratio
Prevalens (RP) sebesar 14 dan nilai (Pvalue 0,007). Perlunya diadakan promosi kesehatan kepada remaja putri
dengan cara memberikan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi khususnya tentang personal hygiene serta
diperlukan dukungan dari semua pihak khususnya pihak sekolah dan keluarga dalam penerapan personal
hygiene yang baik dan benar sehingga infeksi pada organ reproduksi dapat dicegah.
Kata Kunci : Perilaku, Personal hygiene, remaja putri, menstruasi Pengetahuan, sikap, informasi, dukungan,
sarana
ABSTRACT
Personal hygiene is self-care carried out to maintain health both physically and psychologically. Hygiene
during menstruation plays an important role in a person's health status, abnormal vaginal discharge can be
caused by infection / inflammation that occurs due to vaginal washing with dirty water, adolescent girls who
experience vaginal discharge that is (53.8%). This study aims to analyze the factors that influence behavior of
adolescent girls about Personal Hygiene During Menstruation in Pekanbaru State Junior High School 12. This
type of research is cross sectional analytic. Where are the independent variables, knowledge, attitudes,
information, support, and facilities. and the dependent variable is doing personal hygiene. The population is
452 people and the samples taken are 82 respondents using the Stratified Random Sampling technique. The
instrument used is a questionnaire. Data analysis in this study was carried out using univariate, bivariate (Chi-
Square (X) 2) and multivariate (multiple logistic test). The results of the study were calculated using the Chi-
Square statistical test, the results of knowledge (P value 0,000), attitude (P value 0,000), information (P value
0,000), support (P value 0,000), and availability of facilities (P value 0,000). influence behavior of adolescent
girls about personal hygiene during menstruation in junior high schools 12 the city of pekanbaru , while the
dominant factor that influences the behavior adolescent girls about personal hygiene during menstruation in
junior high schools 12 the city of pekanbaru is the availability of facilities with Prevalence Ratio (RP) of 14 and
value (Pvalue 0.007). The need for held promoting the health to adolescent girls by providing counseling about
reproductive health, especially about personal hygiene and needed support from all parties, especially the
school and family in the application of good and correct personal hygiene so that infections in the reproductive
organs can be prevented.
68
JOMIS (Journal Of Midwifery Science) P-ISSN : 2549-2543
Vol 3. No.2, Juli 2019 E-ISSN : 2579-7077
Keywords: Behavior, Personal hygiene, young women, menstruation, Knowledge, Attitudes, Information,
Support, Facilities
69
JOMIS (Journal Of Midwifery Science) P-ISSN : 2549-2543
Vol 3. No.2, Juli 2019 E-ISSN : 2579-7077
70
JOMIS (Journal Of Midwifery Science) P-ISSN : 2549-2543
Vol 3. No.2, Juli 2019 E-ISSN : 2579-7077
remaja putri di SMP Negeri 12 kota dukungan, 56,1% sarana mendukung, dan
Pekanbaru 61% berpengetahuan tinggi, 50% memiliki perilaku positif dan negatif
57,3% memiliki sikap positif, 51,2% tidak tentang personal hygiene.
mendapatkan informasi, 52,4% mendapat
71
JOMIS (Journal Of Midwifery Science) P-ISSN : 2549-2543
Vol 3. No.2, Juli 2019 E-ISSN : 2579-7077
Dapat 34 83 6 15 40 0,000
Tidak dapat 7 17 35 85 42
Dukungan
Dapat 30 73 13 32 43 0,000
Tidak dapat 11 27 28 68 39
Sarana
Mendukung 37 90 9 22 46 0,000
Tidak mendukung 4 10 32 78 36
Hasil seleksi bivariat menunjukkan itu 5 variabel tersebut yang akan diikutkan
seluruh variabel (5 variabel) dalam analisis multivariate
menghasilkan P value ≤ 0,25, oleh karena
Dari hasil analisis multivariat terlihat saat menstruasi dibandingkan sarana yang
bahwa variabel paling dominan yang tidak lengkap.
mempengaruhi perilaku remaja putri
tentang personal hygiene pada saat 2. Pembahasan
menstruasi di SMP Negeri 12 kota
Pekanbaru adalah sarana dengan nilai Pengaruh Pengetahuan Terhadap
Ratio Prevalens (RP) sebesar 14 dan nilai Perilaku Personal Hygiene Pada Saat
p 0,007. Jadi semakin lengkap sarana yang Menstruasi
tersedia akan berpengaruh 14 kali lebih Hasil penelitian diperoleh bahwa
besar dalam pelaksanaan personal hygiene 61% responden memiliki pengetahuan
tinggi tentang personal hygiene dan 50%
72
JOMIS (Journal Of Midwifery Science) P-ISSN : 2549-2543
Vol 3. No.2, Juli 2019 E-ISSN : 2579-7077
responden memiliki perilaku positif dan dan psikis serta dapat meningkatkan
negatif tentang personal hygiene. Dari uji derajat kesehatan seseorang. Pengetahuan
statistik diperoleh pengetahuan tentang hygiene akan mempengaruhi
mempengaruhi perilaku tentang personal praktik personal hygiene. Pengetahuan
hygiene pada saat menstruasi (P.value yang baik dapat meningkatkan kesehatan
0,000), dimana dari 50 responden yang (Yuni,2015).
memiliki pengetahuan tinggi tentang Menurut Budiman dan Riyanto,
personal hygiene 13 diantaranya memiliki (2013) Pengetahuan dapat dipengaruhi
perilaku negatif tentang personal hygiene, oleh beberapa faktor diantaranya
dan dari 32 responden yang memiliki pendidikan, informasi atau media massa
pengetahuan rendah tentang personal (seperti televisi, radio, surat kabar,
hygiene 28 diantaranya memiliki perilaku majalah), sosial, budaya, dan ekonomi,
negatif tentang personal hygine. lingkungan, pengalaman dan usia.
Menurut Notoatmodjo (2012) Pemberitahuan informasi melalui
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, pendidikan dan penyuluhan akan
dan ini terjadi setelah orang melakukan meningkatkan pengetahuan, yang
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. selanjutnya akan menimbulkan kesadaran
Pengindraan terjadi melalui panca indra dan pada akhirnya remaja akan berperilaku
manusia, yakni indra penglihatan, sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. yang tentunya memerlukan waktu yang
Sebagian besar pengtahuan manusia cukup lama. Sebelum remaja berperilaku
diperoleh melalui mata dan telinga. positif tentang personal hygiene saat
Pengetahuan atau ranah kognitif menstruasi, ia harus terlebih dahulu tahu
merupakan domain yang sangat penting apa arti dan manfaat tindakan tersebut bagi
dalam membentuk tindakan seseorang dirinya, selanjutnya akan menilai atau
(overt behaviour). bersikap.
Menurut Becker dalam Notoatmodjo Hasil penelitian ini sesuai dengan
(2010), Pengetahuan tentang kesehatan hasil penelitian Bujawati, E, Raodhah, S,
mencakup apa yang diketahui oleh dan Indriyanti tahun 2016, tentang
seseorang terhadap cara-cara memelihara “Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan
kesehatan, seperti pengetahuan tentang Personal Hygiene Selama Menstruasi pada
penyakit menular, pengetahuan tentang Santriwati di Pesantren Babul Khaer
faktor ˗ faktor yang mempengaruhi Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi
kesehatan, pengetahuan tentang fasilitas Selatan Tahun 2016” Hasil penelitian
pelayanan kesehatan dan pengetahuan menunjukkan bahwa ada hubungan antara
untuk menghindari kecelakaan. pengetahuan tentang menstruasi dengan
Pengetahuan tentang personal personal hygiene selama menstruasi
hygiene perlu didapatkan guna p=0,000 (p<0,05).
meningkatkan derajat kesehatan seseorang, Menurut asumsi peneliti masih
dengan memelihara kebersihan diri, terdapatnya 39% responden yang memiliki
memperbaiki personal hygiene yang pengetahuan kurang tentang personal
kurang, pencegahan penyakit, hygiene saat menstruasi disebabkan karena
meningkatkan kepercayaan diri dan 51,2% responden tidak pernah
menciptakan keindahan (Isroin & mendapatkan informasi tentang personal
Andarmoyo, 2012 ). hygiene. Informasi dapat meningkatkan
Tujuan dari perawatan selama pengetahuan seseorang. Informasi bisa
menstruasi adalah untuk pemeliharaan didapatkan secara langsung maupun tidak
kebersihan dan kesehatan individu yang langsung. Secara langsung misalnya dari
dilakukan selama masa menstruasi petugas kesehatan, teman sebaya,
sehingga mendapatkan kesejahteraan fisik keluarga, dll. Informasi tidak langsung
73
JOMIS (Journal Of Midwifery Science) P-ISSN : 2549-2543
Vol 3. No.2, Juli 2019 E-ISSN : 2579-7077
misalnya dari media massa, buku, brosur, dianggap penting (significant other), media
iklan, dll. Seseorang yang ingin massa, institusi atau lembaga pendidikan
meningkatkan pengetahuannya akan selalu dan agama, dan faktor emosional.
ingin mencari informasi. Dijaman digital Becker dalam Notoatmodjo (2010),
sekarang ini informasi sangat mudah Sikap terhadap kesehatan merupakan
didapat, seseorang dengan mudah pendapat atau penilaian seseorang terhadap
mendapatkan informasi dari HP, dengan hal-hal yang berkaitan dengan
HP android sekarang ini seseorang dapat pemeliharaan kesehatan seperti, sikap
mencari tahu informasi yang terhadap penyakit menular dan tidak
diinginkannya. Tetapi kesadaran remaja menular, sikap terhadap faktor˗faktor yang
sekarang ini untuk menggunakan HP mempengaruhi kesehatan, sikap tentang
secara efektif sangat kurang, HP hanya fasilitas pelayanan kesehatan dan sikap
digunakan untuk mengakses media sosial untuk menghindari kecelakaan.
(facebook, instagram,dll) sehingga minat Seseorang akan melakukan suatu
remaja untuk mencari ilmu dan informasi perilaku jika orang tersebut memandang
yang bermanfaat menjadi berkurang. perilaku tersebut adalah positif dan
berguna bagi dirinya, akan tetapi apabila
Pengaruh Sikap Terhadap Perilaku individu tersebut memandang perilaku
Personal Hygiene Pada Saat Menstruasi tersebut adalah negatif dengan kata lain
Hasil penelitian diperoleh bahwa tidak bermanfaat atau bahkan merugikan,
57,3% responden memiliki sikap positif maka orang tersebut akan menolak untuk
tentang personal hygiene dan 50% melakukan perilaku tersebut.
responden memiliki perilaku positif dan (Notoatmodjo, 2012)
negatif tentang personal hygiene. Dari uji Hasil penelitian ini sesuai dengan
statistik diperoleh sikap mempengaruhi hasil penelitian Yasnani, N dan Erawan,
perilaku tentang personal hygiene pada P,E,M tahun 2016 tentang hubungan
saat menstruasi (P.value 0,000), dimana pengetahuan, sikap, dan tindakan dengan
dari 47 responden yang memiliki sikap personal hygiene menstruasi pada remaja
positif tentang personal hygiene 12 putri di SMP Negeri satap bukit asri
diantaranya memiliki perilaku negatif kabupaten buton tahun 2016, didapatkan
tentang personal hygiene, dan dari 35 hasil penelitian ada hubungan yang
responden yang memiliki sikap negatif signifikan antara sikap (Value =0,009)
tentang personal hygiene 29 diantaranya siswi dengan personal hygiene selama
memiliki perilaku negatif tentang personal menstruasi.
hygiene Menurut asusmsi penelitian
Menurut Notoatmodjo (2012) sikap mayoritas sikap responden positif dilatar
merupakan reaksi atau respon yang masih belakangi oleh 61% pengetahuan
tertutup dari seseorang terhadap suatu responden tentang personal hygiene
stimulasi atau objek. Seseorang akan berpengetahuan tinggi. Semakin tinggi
memberikan sikap yang positif jika pengetahuan seseorang maka semakin
mempunyai landasan pengetahuan yang positif sikap seseorang terhadap personal
kuat terlebih dahulu. Sikap merupakan hygiene.
kesiapan atau kesediaan untuk bertindak
dan bukan merupakan pelaksana motif Pengaruh Informasi Terhadap Perilaku
tertentu. Sikap bukanlah suatu tindakan Personal Hygiene Pada Saat Menstruasi
atau aktivitas tetapi merupakan Hasil penelitian diperoleh bahwa
predisposisi dari tindakan atau perilaku. 51,2 % responden tidak mendapatkan
Faktor-faktor yang mempengaruhi informasi tentang personal hygiene dan
pembentukan sikap, yaitu pengalaman 50% responden memiliki perilaku positif
pribadi, kebudayaan, pengaruh orang yang dan negatif tentang personal hygiene. Dari
74
JOMIS (Journal Of Midwifery Science) P-ISSN : 2549-2543
Vol 3. No.2, Juli 2019 E-ISSN : 2579-7077
uji statistik diperoleh sikap mempengaruhi berupa artikel, gambar, video, maupun
perilaku tentang personal hygiene pada iklan
saat menstruasi (P.value 0,000), dimana Remaja yang memiliki rasa ingin
dari 40 responden yang mendapatkan tahu yang besar cenderung menerima
informasi 6 diantaranya memiliki perilaku semua informasi yang ada tanpa
negatif tentang personal hygiene, dan dari memperhatikan informasi tersebut negatif
42 responden yang tidak mendapatkan atau positif bahkan sebagian besar remaja
informasi 35 diantaranya memiliki memilih untuk mencoba sehingga
perilaku negatif tentang personal hygiene. diperlukan tindakan preventif agar
Informasi adalah data yang diolah informasi yang diterima remaja dapat
menjadi bentuk lebih berguna dan lebih dipilah dengan baik agar remaja tidak
berarti bagi yang memerlukan. Informasi salah mengadopsi informasi. Keaktifan
juga disebut data yang diproses atau data remaja dalam mengakses sumber informasi
yang memiliki arti. Informasi merupakan terkait perilaku personal hygiene menjadi
data yang telah di proses sedemikian rupa asumsi dasar bahwa semakin aktif
sehingga meningkatkan pengetahuan responden dalam mengakses sumber
seseorang yang menggunakan. Para informasi, semakin baik perilaku personal
pembuat keputusan memahami bahwa hygiene.
informasi menjadi faktor kritis dalam Informasi yang diterima remaja akan
menentukan kesuksesan atau kegagalan mempengaruhi pengetahuan remaja. Hal
dalam suatu bidang usaha. Sistem apapun tersebut dikarenakan pengetahuan
jangan ada informasi tidak akan berguna, merupakan representasi yang dipercayai
karena sistem tersebut akan mengalami seorang individu terhadap suatu objek,
kemacetan dan akhirnya berhenti. sehingga dapat disimpulkan bahwa
Informasi dapat berupa data mentah, dapat kepercayaan merupakan struktur dasar
tersusun, kapasitas sebuah saluran pengetahuan seseorang. Adanya
informasi, dan sebagainya.(Yakub, 2012) pengetahuan akan mempengaruhi sikap
Informasi bisa didapat secara seseorang sehingga pada akhirnya sikap
langsung maupun tidak langsung, tersebut akan turut mempengaruhi perilaku
informasi langsung misalnya dari petugas individu. Perilaku seseorang sangat
kesehatan, teman, lingkungan, keluarga, ditentukan oleh pengetahuan, kepercayaan
dsb, sedangkan informasi tidak langsung dan sikap individu terhadap suatu stimulus
bisa didapatkan dari buku, brosur, iklan, atau objek tertentu
dan media massa lainnya. Saat ini Pengetahuan remaja yang yang
informasi tidak langsung banyak beredar tinggi akan personal hygiene akan
dimasyarakat, karena mudahnya mempengaruhi rasionalitas remaja untuk
masyarakat untuk mengakses internet. melakukan personal hygiene yang baik dan
Informasi yang didapatkan dari internet benar karena didukung dengan informasi
membuat segala informasi dapat menyebar yang tepat tentang kesehatan reproduksi
dengan cepat di seluruh belahan dunia dan khususnya personal hygiene saat
akses informasi yang semakin mudah menstruasi
membuat semua golongan masyarakat Hal tersebut diperkuat dengan
dapat menikmati kecanggihan yang adanya teori health belief yang
ditawarkan oleh internet. Bentuk informasi menyatakan bahwa seseorang akan
dari internet sangat beraneka ragam, salah cenderung mengadopsi perilaku yang lebih
satunya yang saat ini semakin marak yaitu sehat jika orang tersebut percaya bahwa
informasi tentang personal hygiene. perilaku baru yang dilakukan akan
Informasi tentang personal hygiene yang mencegah perkembangan suatu penyakit.
disajikan dalam internet berbeda-beda baik Adanya persepsi tersebut dipengaruhi oleh
pengetahuan, sedangkan pengetahuan
75
JOMIS (Journal Of Midwifery Science) P-ISSN : 2549-2543
Vol 3. No.2, Juli 2019 E-ISSN : 2579-7077
tersebut berkaitan erat dengan informasi uji statistik diperoleh sikap mempengaruhi
yang diperoleh oleh seorang individu perilaku tentang personal hygiene pada
(Glanz, K., Rimer, B., Viswanath, K, saat menstruasi (P.value 0,000), dimana
2008). dari 43 responden yang mendapatkan
Hasil penelitian Puspitasari. S, Fitria dukungan untuk melakukan personal
Y, tahun 2017 tentang pengetahuan, hygiene 13 diantaranya memiliki perilaku
sumber informasi, umur, kepercayaan negatif tentang personal hygiene, dan dari
terhadap perilaku personal hygiene pada 39 responden yang tidak mendapatkan
remaja putri didapatkan hasil antara dukungan untuk melakukan personal
sumber informasi responden dengan hygiene 28 diantaranya memiliki perilaku
perilaku personal hygiene menunjukan negatif tentang personal hygiene.
adanya hubungan yang bermakna. Dukungan petugas kesehatan sangat
Responden secara keseluruhan lebih membantu, dimana dengan adanya
banyak yang tidak mendapatkan informasi dukungan petugas kesehatan sangat besar
mengenai kesehatan reproduksi dengan peranannya bagi guru bimbingan konseling
presentase 52,4% dibandingkan dengan dan pengelola UKS dalam menjalankan
yang mendapatkan informasi sebesar tugasnya sebagai pelaksana PHBS
47,6%. Sehingga perilaku mereka (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) di
cenderung buruk. Kebanyakan dari mereka sekolah. Personal hygiene berkaitan
tidak mendapatkan informasi karena dengan PHBS, karena personal hygiene
mereka cenderung tidak memanfaatkan HP memerlukan lingkungan dan sarana
atau teknologi lainya untuk mencari tahu prasarana yang bersih dan sehat untuk
tentang kebersihan diri sendiri. mewujudkannya. Petugas kesehatan
Menurut asumsi peneliti ada memberikan penyuluhan, bimbingan dan
pengaruhnya perilaku personal hygiene pelatihan kepada guru UKS dalam
pada remaja puteri dengan informasi yang memaksimalkan pelaksanaan PHBS di
didapatkan karena dengan adanya sekolah khususnya berkaitan dengan
informasi maka remaja puteri menjadi tahu personal hygiene.
tentang manfaat dari melakukan personal Pada saat promosi kesehatan
hygiene serta dampak yang ditimbulkan digencarkan aksinya melalui
apabila tidak melakukan personal hygiene pemberdayaan masyarakat bahwa petugas
yang baik dan benar khususnya pada saat kesehatan membekali sasaran kesehatan
menstruasi, sehingga remaja puteri akan (masyarakat) dengan
benar-benar melakukan personal hygiene pengetahuan/informasi yang bermanfaat
guna menghindari terjadinya infeksi pada bagaimana untuk sehat, dan walaupun
organ reproduksi khususnya masalah ketersediaan sarana kesehatan memadai,
keputihan yang akan timbul apabila tidak tetapi tetap diperlukan dukungan dari luar
melakukan personal hygiene yang baik dan diri sendiri seperti dukungan dari Kepala
benar. Semakin banyak informasi yang Sekolah. Ketika perilaku dalam
remaja puteri peroleh semakin banyak pula pelaksanaan PHBS bertentangan atau tidak
remaja puteri yang mau melakukan mendapat dukungan maka akan
personal hygiene secara baik dan benar menciptakan ketidaknyamanan dan akan
mempengaruhi akan pelaksanaan PHBS di
Pengaruh dukungan Terhadap Perilaku sekolah khususnya pelaksanaan personal
Personal Hygiene Pada Saat Menstruasi hygiene pada remaja puteri saat menstruasi
Hasil penelitian diperoleh bahwa Hasi penelitian Zakiudin. A dan
51,2 % responden tidak mendapatkan Shaluhiyah. Z, tahun 2016 tentang
informasi tentang personal hygiene dan Perilaku Kebersihan Diri (Personal
50% responden memiliki perilaku positif Hygiene) Santri Di Pondok Pesantren
dan negatif tentang personal hygiene. Dari Wilayah Kabupaten Brebes didapatkan
76
JOMIS (Journal Of Midwifery Science) P-ISSN : 2549-2543
Vol 3. No.2, Juli 2019 E-ISSN : 2579-7077
hasil bahwa ada hubungan antara fasilitas yang harus dimiliki seperti:
dukungan pengasuh ponpes dan teman toilet/wastafel bersih, air bersih, pakaian
sebaya terhadap kebersihan diri dengan dalam yang bersih dan kering, pembalut
perilaku kebersihan diri santri di Pondok yang bersih dan bebas kuman, handuk dan
Pesantren di Wilayah Kabupaten Brebes. tissue bersih dan kering, sabun pencuci
Menurut peneliti ada hubungan tangan, tempat sampah, dan lain-lain.
antara dukungan sosial dengan perilaku Sumber daya mencakup fasilitas,
remaja puteri di SMP Negeri 12 Pekanbaru dana, waktu, dan tenaga akan
dengan perilaku personal hygiene pada mempengaruhi perilaku seseorang atau
saat menstruasi karena remaja masih masyarakat. Pengaruh ini dapat bersifat
dalam masa transisi, dimana pada masa ini positif ataupun negatif. (Notoatmodjo,
remaja masih membutuhkan dukungan dari 2012)
lingkungan sekitar. Dukungan sosial dari Lawrence Green mengatakan faktor
lingkungan sekitar dapat memberikan pemungkin (enabling factor) yang
informasi kepada remaja terkait dengan digambarkan sebagai faktor- faktor yang
hal-hal yang dialaminya dan apa yang memungkinkan (membuat lebih mudah)
harus dilakukan remaja dalam upaya individu atau populasi untuk merubah
membentuk identitas dirinya. perilaku atau lingkungan mereka. Faktor
ini pada hakikatnya mendukung atau
Pengaruh Sarana Terhadap Perilaku memungkinkan terwujdunya perilaku
Personal Hygiene Pada Saat Menstruasi kesehatan maka faktor- faktor ini disebut
Hasil penelitian diperoleh bahwa faktor pemungkin.
56,1% responden yang memiliki sarana Faktor pemungkin tersebut
mendukung untuk melakukan personal mencakup ketersediaan sarana dan
hygiene dan 50% responden memiliki prasarana atau fasilitas kesehatan,
perilaku positif dan negatif tentang misalnya fasilitas pelayanan kesehatan.
personal hygiene. Dari uji statistik Seperti tersedianya fasilitas-fasilitas atau
diperoleh sarana mempengaruhi perilaku sarana-sarana kesehatan dan
tentang personal hygiene pada saat keterjangkauan berbagai sumber daya baik
menstruasi (P.value 0,000), dimana dari 46 biaya, jarak dan tersedianya transportasi
responden yang memiliki sarana untuk menjangkau sumber daya kesehatan.
mendukung 9 diantaranya memiliki Hasi penelitian Zakiudin. A dan
perilaku negatif tentang personal hygiene Shaluhiyah. Z, tahun 2016 tentang
dan dari 36 responden yang memiliki Perilaku Kebersihan Diri (Personal
sarana tidak mendukung 32 diantaranya Hygiene) Santri Di Pondok Pesantren
memiliki perilaku negatif tentang personal Wilayah Kabupaten Brebes didapatkan
hygiene. hasil bahwa ada hubungan antara
Sarana dan prasarana adalah ketersediaan sarana dan prasarana terhadap
merupakan seperangkat alat yang kebersihan diri dengan perilaku kebersihan
digunakan dalam suatu proses kegiatan diri santri di Pondok Pesantren di Wilayah
baik alat tersebut adalah merupakan Kabupaten Brebes.
peralatan pembantu maupun peralatan Menurut asumsi peneliti
utama, yang keduanya berfungsi untuk berpengaruhnya variabel ketersediaan
mewujudkan tujuan yang hendak dicapai. sarana terhadap perilaku personal hygiene
Ketersediaan sarana dan prasarana pada saat menstruasi karena salah satu
merupakan segala sesuatu yang dibutuhkan faktor pendukung dalam pelayanan adalah
oleh remaja untuk melaksanakan personal faktor sarana atau alat dan setiap tindakan
hygiene saat menstruasi agar dapat yang dilakukan dalam personal hygiene
mencegah terjadinya infeksi pada organ pada saat menstruasi membutuhkan sarana
reproduksi khususnya keputihan misalnya, pendukung. Remaja puteri tidak mungkin
77
JOMIS (Journal Of Midwifery Science) P-ISSN : 2549-2543
Vol 3. No.2, Juli 2019 E-ISSN : 2579-7077
78
JOMIS (Journal Of Midwifery Science) P-ISSN : 2549-2543
Vol 3. No.2, Juli 2019 E-ISSN : 2579-7077
Hidayat, A. A. (2011). Metode penelitian Riduwan. & Akdon. (2013). Rumus dan
keperawatan dan teknik analisis data dalam. Bandung : Alfabeta
data. Jakarta: Salemba medika.
Romauli, S. & Vindari, Anna Vida.
Isroin, L. & Andarmoyo, S. (2012). (2014). Kesehatan Reproduksi Buat
Personal hygiene konsep,proses dan Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta :
aplikasi dalam praktik keperawatan. Nuha Medika
Yogyakarta; Graha Ilmu
Setyaningrum, E. & Zulfa. (2014).
Kumalasari & Andiantoro. Pelayanan keluarga berencana &
(2012).Kesehatan reproduksi untuk kesehatan reproduksi. Jakarta; Trans
mahasiswa kebidanan dan Info Media
keperawatan.Jakarta: Salemba Medika
Tresnawaty, W.& Rachmatullah, F.
Kusmiran,E. (2011). Kesehatan reproduksi (2014). Hubungan personal hygiene
remaja dan wanita. Jakarta Selatan: dengan terjadinya keputihan pada
Salemba Medika remaja putri. Diundu
https://ejurnal.latansamashiro.ac.id/ind
Notoatmodjo, S. (2010). Promosi ex.php/OBS/article/download/173/176
kesehatan teori & aplikasi. Jakarta: . Diakses pada tanggal 2 oktober 2018.
PT Rineka Cipta
Widyastuti, T. et al, (2009). Kesehatan
------------------. (2012). Promosi kesehatan reproduksi.Yogyakarta : Fitramaya
dan perilaku kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta Yuni, N.E. (2015). Buku saku personal
hygiene. Yogyakarta : Nuha Medika
------------------. (2012). Metodologi
penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Yasnani. N dan Erawan. P.E.M, (2016),
Cipta Hubungan Pengetahuan, Sikap, Dan
Tindakan Dengan Personal Hygiene
------------------. (2014). Ilmu Perilaku Menstruasi Pada Remaja Putri Di
Kesehatan. Jakarta: rineka Cipta. SMP Negeri Satap Bukit Asri
Kabupaten Buton Tahun 2016
Pribakti.(2014). Menjaga miis v tetap
sehat sexy siip. Surabaya : Pena Yakub. (2012). Pengantar Sistem
Semesta Informasi. Yogyakarta: Graha Ilmu
79
ISSN (Print) : 2443-1141
ISSN (Online) : 2541-5301
PENELITIAN
Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang diwarnai oleh
perubahan pertumbuhan, munculnya berbagai kesempatan dan seringkali menghadapi risiko-risiko
kesehatan reproduksi. Personal hygiene selama menstruasi merupakan isu kritis sebagai determinan
status kesehatan remaja yang akan berpengaruh dalam kehidupan masa tua. Salah satu upaya men-
gurangi gangguan pada saat menstruasi yaitu membiasakan diri dengan perilaku higienis. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui beberapa faktor yang berhubungan dengan personal hygiene selama
menstruasi, seperti pengetahuan, komunikasi teman sebaya, usia menarche dan kepercayaan ter-
hadap mitos pada santriwati Madrasah Aliyah di Pondok Pesantren Babul Khaer Bulukumba. Jenis
penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional study. Sampel dalam
penelitian ini adalah santriwati Madrasah Aliyah di Pondok Pesantren Babul Khaer Kabupaten
Bulukumba sebanyak 117 santriwati. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode total sampling.
Hasil penelitian menunjukkan sebesar 76,1% responden yang memiliki personal hygiene selama men-
struasi yang cukup dan yang memiliki personal hygiene selama menstruasi yang kurang sebesar
23,9%. Terdapat hubungan antara pengetahuan (p=0,000), komunikasi teman sebaya (p=0,002), dan
kepercaayaan terhadap mitos (p=0,000) dengan personal hygiene selama menstruasi, sedangkan usia
menarche (p=0,473) tidak memiliki hubungan dengan personal hygiene selama menstruasi. Penelitian
ini menyarankan agar para remaja dapat meningkatakan personal hygiene selama menstruasi dengan
cara membekali diri sebanyak-banyaknya dengan pengetahuan yang diperoleh baik dari media massa,
orang tua atau buku. Bagi pihak sekolah dapat menerapkan metode pendidikan kesehatan dalam
meningkatkan personal hygiene selama menstruasi sepetri FGD (Focus Group Discussion).
kesehatan remaja yang akan berpengaruh dalam waktu yang berbeda untuk diperbandingkan (Azrul
kehidupan masa tua. Buruknya Personal hygiene Azwar, 2003: 11-12). Pengumpulan data dilakukan
menstruasi berpengaruh besar terhadap morbiditas sejak tanggal 3 April 2016 sampai dengan 1 Mei
dan komplikasi (Uzochukwu, 2009: 9). Oleh karena 2016 di Madrasah Aliyah Pesantren Babul Khaer,
itu, remaja harus dipersiapkan baik pengetahuan, Kecamatan Ujung Bulu’, Kabupaten Bulukumba.
sikap maupun tindakannya ke arah pencapaian re- Populasi dalam penelitian ini adalah semua santri-
produksi yang sehat. wati Madrasah Aliyah yang telah mengalami men-
Hasil penelitian Ansuree (2014) bahwa ku- struasi yakni sebanyak 124 orang.
rang dari setengah remaja perempuan memiliki Teknik pengambilan sampel dalam penelitian
pengetahuan yang baik tentang kebersihan men- ini adalah teknik non probability sampling dengan
struasi hal ini mengidentifikasi bahwa masih ku- pendekatan purposive sampilng yaitu pengambilan
rangnya pengetahuan yang memadai mengenai sampel yang didasarkan atas pertimbangan dan
kebersihan menstruasi di kalangan remaja per- sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis
empuan. Dengan demikian, perlu program pendidi- yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis
kan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan univariat dan analisis bivariat dengan menggunakan
tentang kebersihan menstruasi. Tempat terbaik un- uji statistik Chi Square
tuk memberikan pendidikan tentang kebersihan
menstruasi untuk remaja perempuan adalah Hasil
sekolah. Analisis Univariat
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pada tabel 1 tentang karakteristik responden
Suryati (2012) bahwa faktor utama yang ber- di Pondok Pesantren Babul Khaer Kabupaten
pengaruh terhadap perilaku kebersihan diri saat Bulukumba tahun 2016 dapat dijelaskan bahwa dari
menstruasi adalah teman sebaya. Hasil SDKI 2012 hasil penelitian pada 117 responden, mayoritas ke-
menunjukkan dari setengah responden wanita las responden yaitu pada kelas X sebanyak 46 orang
membicarakan menstruasi sebelum menarche (39,3%) dan paling sedikit pada kelas XII sebanyak
dengan teman (53%) atau dengan ibunya (41%). 31 orang (26,5%), dengan umur terbanyak 16 tahun
(Kemenkes, 2013) yaitu sebanyak 45 orang (38,5%) dan paling sedikit
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak pada umur 15 tahun yaitu sebanyak 1 orang (0,9%).
Pesantren dan santriwati di Pesantren Babul Khaer Sedangkan untuk usia Menarche terbanyak yakni
diketahui bahwa kegiatan pembinaan terhadap usia 13 tahun sebesar 44,4% dan usia menarche
kesehatan reproduksi belum pernah di lakukan. Ber- paling sedikt yakni usia 10 dan 11 tahun masing-
dasarkan uraian tersebut dan karena belum dil- masing sebesar 3,4%, sehingga kategori usia Menar-
akukannya penelitian tentang personal hygiene che terbanyak yaitu kategori ideal sebesar 65,8%
menstruasi di pesantren tersebut maka peneliti ter- dan kategori usia menarche paling sedikit adalah
tarik untuk mengetahui lebih dalam lagi faktor yang kategori tidak ideal yakni sebesar 34,2%.
berhubungan dengan personal hygiene selama men- Adapun pengetahuan tentang menstruasi
struasi pada santriwati di Pesantren Babul Khaer menunjukkan bahwa dari 117 responden, sebanyak
Kabupaten Bulukumba. 84 (71,8%) responden memiliki pengetahuan cukup
dan sebanyak 33 (28,2%) responden memiliki
Metode Penelitian pengetahuan kurang, dengan komunikasi teman
Penelitian ini merupakan penelitian kuanti- sebaya yaitu sebanyak 104 (88,9%) responden
tatif menggunakan pendekatan cross sectional study memiliki komunikasi cukup dan sebanyak 13 (11,1%)
dimana penelitian yang dilakukan dalam waktu yang responden memiliki komunikasi kurang.
tertentu, dan tidak akan dilakukan penelitian lain di Personal hygiene responden selama men-
V O LU M E 3 , N O. 1, J AN U AR I — A PR I L 2 0 1 7 HIG IEN E 3
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden pada Santriwati di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren
Babul Khaer Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba
Santriwati
Karakteristik Responden
n %
Kelas
X 46 39,3
XI 40 34,2
XII 31 26,5
Total 117 100%
Umur
15 tahun 1 0,9
16 tahun 45 38,5
17 tahun 42 35,9
18 tahun 29 24,8
Total 117 100%
Usia Menarche
10 tahun 4 3,4
11 tahun 4 3,4
12 tahun 21 17,9
13 tahun 52 44,4
14 tahun 30 25,6
15 tahun 6 5,1
Total 117 100
Kategori Usia Menarche
Ideal 77 65,8
Tidak Ideal 40 34,2
Total 117 100
Pengetahuan
Cukup 84 71,8
Kurang 33 28,2
Total 117 100
Komunikasi Teman Sebaya
Cukup 104 88,9
Kurang 13 11,1
Total 117 100
Personal Hygiene
Cukup 89 76,1
Kurang 28 23,9
Total 117 100
Kepercayaan Terhadap Mitos
Tidak Percaya 61 52,1
Percaya 56 47,9
Total 117 100
Sumber : Data Primer, 2016
struasi yaitu sebanyak 89 (76,1%) responden mem- yang percaya terhadap mitos sebanyak 56 (47,9%).
iliki personal hygiene yang cukup dan sebanyak 28 Analisis Bivariat
(23,9%) responden memiliki personal hygiene ku- Pada tabel 2 tentang hubungan antara
rang, sedangkan kepercayaan responden terhadap pengetahuan tentang menstruasi dengan personal
mitos yaitu sebanyak 61 (52,1%) responden tidak hygiene selama menstruasi menunjukkan bahwa
percaya terhadap mitos, sedangkan responden dari 84 responden yang memiliki pengetahuan
4 HIG IEN E V O LU M E 3 , N O. 1, J AN U AR I — A PR I L 2 0 1 7
Tabel 2. Hubungan antara Pengetahuan Tentang Menstruasi dengan Personal Hygiene selama
Menstruasi pada Santriwati di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Babul Khaer Kecamatan
Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba
Tabel 5. Hubungan antara Kepercayaan Terhadap Mitos dengan Personal Hygiene selama Menstruasi
pada Santriwati di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Babul Khaer Kecamatan Ujung Bulu
Kabupaten Bulukumba
Personal Hygiene Selama
Kepercayaan Menstruasi Jumlah Uji Statis-
Terhadap Mitos Cukup Kurang tik
n % n % n %
Tidak Percaya 55 90,2 6 9,8 61 100
Percaya 34 60,7 22 39,3 56 100 P=0,000
Total 89 76,1 28 23,9 117 100
Sumber : Data Primer, 2016
responden yang memiliki usia menarche ideal dan proses yang dipelajari karena individu mengerti
personal hygiene selama menstruasi yang cukup dampak positif atau negatif terhadap perilaku yang
yakni sebesar 74% sedangkan responden yang terkait dengan keadaan menstruasi (Indriastuti,
memiliki usia menarche tidak ideal dan personal 2009). Banyak faktor yang berpengaruh terhadap
hygiene yang kurang sebesar 20% dari 40 respond- personal hygiene selama menstruasi. Diantara
en dengan nilai p=0,473. Karena nilai p>0,05 maka faktor tersebut yakni pengetahuan individu. Hal
dapat diinterpretasikan bahwa tidak ada hubungan tersebut sesuai dengan hasil analisis dalam
antara usia menarche dengan personal hygiene penelitian ini.
selama menstruasi. Berdasarkan hasil analisis hubungan antara
Sedangkan pada tabel 5 menunjukkan bah- pengetahuan tentang menstruasi dengan personal
wa dari 56 responden, sebesar 90,2% diantaranya hygiene selama menstruasi menggunakan analisis
tidak percaya terhadap mitos dan memiliki person- Chi Square di peroleh nilai p=0,000 (p<0,05) yang
al hygiene selama menstruasi yang cukup dari 61 berarti bahwa pengetahuan tentang menstruasi
responden. Sedangkan responden yang percaya memiliki hubungan yang signifikan dengan personal
terhadap mitos dan memiliki personal hygiene yang hygiene selama menstruasi pada santriwati Mad-
kurang sebesar 39,3% dari 56 responden dengan rasah Aliyah di Pondok Pesantren babul Khaer.
nilai p=0,000. Karena nilai p<0,05 maka dapat di- Hal ini sesuai dengan teori Patricia (2005),
interpretasikan bahwa ada hubungan yang bermak- bahwa dalam personal hygiene terdapat faktor
na antara kepercayaan terhadap mitos dengan per- yang berpengaruh diantaranya pengetahuan yang
sonal hygiene responden selama menstruasi. dimiliki oleh individu tersebut. Pengetahuan yang
dimaksudkan merupakan pengetahuan yang ber-
Pembahasan sangkutan dengan personal hygiene diantaranya
Hubungan pengetahuan tentang menstruasi pengetahuan tentang menstruasi, pengetahuan
dengan personal hygiene selama menstruasi kesehatan reproduksi pada wanita dan penge-
Personal hygiene selama menstruasi meru- tahuan mengenai kebersihan diri pada wanita baik
pakan kebersihan perorangan dalam usaha me- saat menstruasi maupun dalam keseharian.
melihara, mempertahankan dan memperbaiki Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kese- Rahmawati (2011) bahwa pengetahuan tentang
jahteraan fisik maupun psikologis melalui imple- menstruasi berpengaruh terhadap perilaku person-
mentasi tindakan hygiene yang dilakukan saat men- al hygiene selama menstruasi pada siswi remaja.
struasi (Tartowo, 2010). Hal yang sama juga diperoleh dari hasil penelitian
Personal hygiene pada saat menstruasi tidak Suryati (2012) yang mengungkapkan terdapat be-
akan terjadi begitu saja, namun merupakan sebuah berapa faktor yang berperan dalam perilaku
6 HIG IEN E V O LU M E 3 , N O. 1, J AN U AR I — A PR I L 2 0 1 7
kebersihan remaja saat menstruasi, diantara faktor Perkembangan kehidupan sosial remaja
tersebut yakni pengetahuan. Hal tersebut juga ditandai dengan meningkatnya pengaruh teman
didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh sebaya. Remaja lebih banyak menghabiskan wak-
Prasetya (2014), bahwa pengetahuan menstruasi tunya untuk berinteraksi sosial dengan teman
memiliki hubungan dengan personal hygiene sela- sebayanya. Teman sebaya memberikan pengaruh
ma menstruasi pada siswa kelas X SMA Negeri 2 yang besar terhadap sikap, minat, penampilan dan
Banguntapan Bantul dengan hasil uji hipotesis prod- perilaku remaja. Hal tersebut dikarenakan komu-
uct moment p=0,001 (p<0,05). nikasi diantara teman sebaya lebih mudah dicerna
Berdasarkan perolehan skor pengetahuan dan diterima daripada komunikasi dengan orang tua
tentang menstruasi pada santriwati Madrasah Ali- atau yang lebih dewasa daripada remaja (Desmita,
yah di Pondok Pesantren Babul Khaer, di dapatkan 2009).
hasil dari 117 santriwati, sebesar 71,8% responden Hasil penelitian ini, terhadap 117 santriwati
memiliki pengetahuan yang cukup dan sebesar Madrasah Aliyah di Pondok Pesantren Babul Khaer
28,2% responden memiliki pengetahuan yang ku- menggunakan uji Chi Square diperoleh p=0,001
rang. (p<0,05) yang berarti terdapat hubungan yang sig-
Berdasarkan hasil analisis, didapatkan pula nifikan antara komunikasi teman sebaya dengan
santriwati di Pondok Pesanten Babul Khaer yang personal hygiene selama menstruasi.
memiliki pengetahuan tentang menstruasi yang Hasil analisis tersebut sesuai dengan teori
cukup tetapi memiliki personal hygiene selama men- Hovland dalam Efendy (2011) bahwa komunikasi
struasi yang kurang yakni sebesar 14,3% dari 84 merupakan sebuah proses dalam mengubah per-
responden. Hal ini disebabkan karena responden ilaku orang lain seperti halnya personal hygiene
tersebut belum memiliki kesadaran untuk merubah selama menstruasi.
perilaku. Sesuai dengan pendapat Notoatmodjo Hal tersebut juga didukung dengan penelitian
(2003) bahwa individu akan merubah perilakunya yang dilakukan oleh Prastya (2014), terhadap 102
dengan melalui beberapa tahap, salah satunya ada- siswi kelas X SMA Negeri 2 Banguntapan bantul bah-
lah tahap kesadaran. Sehingga meskipun responden wa terdapat hubungan komunikasi teman sebaya
memiliki pengetahuan tentang menstruasi yang dengan personal hygiene selama menstruasi dengan
cukup akan tetapi jika belum memiliki kesadaran hasil uji p=0,000 (p<0,05), yang berarti bahwa ter-
untuk mengaplikasikannya maka tidak akan ter- dapat hubungan yang signifikan antar variabel terse-
wujud perilaku personal hygiene yang baik. but.
Ada banyak faktor yang berpengaruh ter- Hasil penelitian yang dilakukan peneliti juga
hadap pengetahuan, menurut Notoatmodjo (2011) didukung oleh penelitaian Suryati (2012) di Jakarta
tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh yang berkaitan dengan perilaku kebersihan remaja
tingkat pendidikan, pengalaman, usia, informasi, saat menstruasi, yang menunjukkan bahwa terdapat
lingkungan budaya dan sosial ekonomi. hubungan yang signifikan antara dukungan teman
Hubungan komunikasi teman sebaya dengan per- sebaya dengan perilaku kebershan siswi pada saat
sonal hygiene selama menstruasi. menstruasi. Dukungan teman sebaya terhadap re-
Faktor lain yang cukup erat berhubungan sponden sebesar 86%, dari hasil analisis bivariat
dengan personal hygiene selama menstruasi yaitu didapatkan hasil p=0,024, hasil analisis multivariat
faktor eksternal. Lingkungan dan sosial sebagai didapatkan ada hubungan antara teman sebaya
faktor eksternal sangat mendukung terhadap peru- dengan perilaku kebersihan saat menstruasi pada
bahan personal hygiene individu, dikarenakan ling- penelitian ini dengan nilai p=0,027 dan nilai
kungan sebagai tempat perkembangan perilaku in- OR=2,963 artinya bahwa dukungan teman sebaya
dividu (Sunaryo, 2013). 2,963 kali kemungkinan teman sebaya mendukung
V O LU M E 3 , N O. 1, J AN U AR I — A PR I L 2 0 1 7 HIG IEN E 7
terhadap perilaku kebersihan siswi pada saat men- menstruasi pada siswi SMA Negeri 1 Sesean Kabu-
struasi dibanding dengan teman sebaya yang tidak paten Toraja Utara, hasil uji bivariat antara usia
mendukung. Dengan demikian dapat disimpulkan menarche dengan praktik hygiene menstruasi
bahwa dukungan dari teman sebaya memberikan dengan nilai p=0,945 atau tidak ada hubungan an-
pengaruh yang besar terhadap personal hygiene tara kedua variabel tersebut.
selama menstruasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari
Penelitian Rahmawati (2011) terhadap siswi 117 responden sebesar 65,8% mempunyai usia
SMP di Jakarta memperoleh hasil bahwa ada hub- menarche yang ideal. Akan tetapi hal tersebut tidak
ungan sumber informasi dengan perilaku personal berhubungan dengan personal hygiene saat men-
hygiene selama menstruasi yang berasal dari teman struasi responden. Karena semakin ideal usia men-
sebaya. Berdasarkan perolehan skor komunikasi arche seseorang tidak menjamin bahwa akan se-
teman sebaya pada santriwati Madrasah Aliyah di makin baik pula personal hygiene yang dimilikinya.
Pondok Pesantren Babul Khaer, di dapatkan hasil Hal tersebut dikarenakan tidak semua re-
dari 117 santriwati, sebesar 88,9% responden sponden mendapatkan informasi yang cukup
memiliki komunikasi dengan teman sebaya yang mengenai praktek hygiene menstruasi yang baik
cukup dan sebesar 11,1% responden memiliki sebelum mereka mendapatkan menarche, hal ini
komunikasi teman sebaya yang kurang. dapat dilihat dari hasil krostabulasi antara usia
Ada banyak hal yang mempengaruhi efek- menarche dengan pengetahuan responden, dari
tivitas komunikasi teman sebaya. Menurut Efendy 117 responden hanya 56 diantaranya yang mempu-
(2013) faktor yang berpengaruh terhadap komu- nyai usia menarche ideal dan memiliki penge-
nikasi antara lain penyampaian pesan, situasi dan tahuan yang cukup.
kondisi, media, tujuan pesan. Demikian pula sebaliknya, yang memilki usia
Hubungan usia menarche dengan personal hy- menarche cepat tidak menutup kemungkinan akan
giene selama menstruasi memiliki personal hygiene selama menstruasi yang
Usia menarche dalam penelitian ini adalah cukup. Hal ini terlihat berdasarkan hasil penelitian
usia responden saat pertama kali mendapatkan didaptkan 4 responden yang memiliki usia menar-
haid atau menstruasi. Menarche adalah siklus haid che yang cepat tetapi memiliki personal hygiene
pertama bagi seorang wanita. Menarche merupa- selama menstruasi yang cukup yakni sebesar 100%
kan hal yang sangat penting bagi seorang wanita dari 4 responden. Hal ini dikarenakan keempat re-
dan perlu mendapat perhatian khusus karena men- sponden tersebut memiliki pengetahuan yang
arche merupakan hal yang menandai awal cukup sehingga akan mempengaruhi personal hy-
kedewasaan biologis seorang wanita. Usia menar- giene yang dimilikinya.
che dapat bervariasi pada setiap individu tergan- Untuk itu, jika individu tahu hal apa saja
tung faktor internal dan eksternal yang yang harus dilakukan pada saat mengalami men-
mempengaruhinya. struasi, misalnya bagaimana cara mengatasi
Adapun hasil analisis yang diperoleh bahwa keluarnya darah menstruasi yang dapat terjadi
tidak ada hubungan antara usia menarche dengan sewaktu-waktu, bagaimana cara memakai dan
personal hygiene selama menstruasi dengan nilai mencuci pembalut, serta bagaimana cara perawa-
p=0,473. Hal ini menunjukkan bahwa usia menar- tan diri pada saat menstruasi, maka dapat diharap-
che seseorang tidak dapat menentukan praktik hy- kan setiap individu berperilaku higienis ketika men-
giene menstruasinya. galami menstruasi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hubungan kepercayaan terhadap mitos dengan
yang dilakukan oleh Mariene (2012) mengenai personal hygiene selama menstruasi.
faktor yang berhubungan dengan praktik hygiene Menurut Notoatmodjo (2010) Kepercayaan
8 HIG IEN E V O LU M E 3 , N O. 1, J AN U AR I — A PR I L 2 0 1 7
atau budaya mempengaruhi pengetahuan dimana Adapun alasan responden percaya terhadap
sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat mitos yakni dari 56 responden, alasan percaya yang
dapat mempengaruhi pengetahuan remaja. Secara terbanyak adalah “tidak ada ruginya mengikuti na-
tidak langsung kepercayaan seseorang juga sihat orang tua” yakni sebesar 62,5% sedangkan
mempengaruhi personal hygiene yang dimiliki. alasan paling sedikit memiliki alasan lainnya sebasar
Berdasarkan tabel 5, menunjukkan bahwa 5,4%.
dari 117 responden yang percaya terhadap mitos Berdasarkan hasil penelitian pada santriwati
sebesar 47,9% sedangkan yang tidak percaya ter- di Pondok Pesantren Babul Khaer, didapatkan pula
hadap mitos yakni sebesar 52,1%. Hasil analisis hub- sebesar 60,7% dari 56 responden yang percaya ter-
ungan antara kepercayaan terhadap mitos dengan hadap mitos namun memilki personal hygiene sela-
personal hygiene selama menstruasi didapatkan ma menstruasi yang cukup. Hal ini dikarenakan ren-
nilai p=0,000 (p<0,05) sehingga dapat diartikan bah- ponden tersebut memilki pengetahuan yang cukup
wa ada hubungan yang bermakna antara kedua vari- sehingga mempengaruhi personal hygiene yang di-
abel tersebut. milikinya. Hal ini terbukti berdasarkan hasil analisis
Hasil penelitian ini mendapatkan hubungan krostabulasi antara variabel kepercayaan terhadap
negatif antara variabel kepercayaan terhadap mitos mitos dengan pengetahuan menstruasi yakni dari 56
dengan personal hygiene selama menstruasi yang responden yang percaya terhadap mitos terdapat
dapat diinterpretasikan bahwa semakin responden 37 santriwati (66,1%) diantaranya yang memiliki
tidak percaya terhadap mitos maka akan semakin pengetahuan tentang menstruasi yang cukup.
baik personal hygiene selama mentruasi yang dimili- Percaya terhadap sesuatu hal yang tidak ter-
kinya. bukti manfaatnya merupakan tindakan yang meru-
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dil- gikan diri sendiri. Demikian pula dijelaskan dalam
akukan oleh Dina Dwi Nuryani (2012) yang Surah Al-Israa’/17 ayat 36.
melakukan penelitian pada remaja putri saat men- Terjemahnya:
struasi di MTs Al-khairiyah Bandar Lampung dengan Dan janganlah kamu mengikuti apa yang
menggunakan uji Chi Square didapatkan nilai kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
p=0,001 yang menunjukkan bahwa tidak ada hub- Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,
ungan kepercayaan terhadap mitos dengan perilaku semuanya itu akan diminta pertanggungan jawab-
hygienis remaja putri saat mentruasi. nya (Kementrian Agama RI, 2012).
Personal hygiene yang baik juga didukung Surah Al-Israa’/17 ayat 36 merupakan tun-
oleh kepercayaan individu terhadap mitos. Jika tunan universal. Ayat ini memerintahkan: lakukan
seseorang tidak mempercayai mitos yang tidak apa yang Allah perintahkan di atas dan hindari apa
benar secara ilmiah maka pengetahuan yang dimiliki yang tidak sejalan dengannya. Jangan berucap apa
juga akan semakin baik, sehingga hal ini juga yang engkau tidak ketahui, jangan mengaku
mempengaruhi personal hygiene yang dimiliki oleh mendengar apa yang engkau tidak dengar.
setiap individu. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati,
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan yang merupakan alat-alat pengetahhuan, semua itu,
alasan responden dalam mempercayai dan tidak yakni alat-alat itu, masing-masing tentangnya akan
mempercayai suatu mitos yakni dari 61 reponden ditanyai tentang bagaimana pemiliknya
yang tidak percaya terhadap mitos, alasan terban- menggunakannya atau pemiliknya akan dituntut
yak yakni “karena tidak terbukti alasannya jika me- untuk mempertanggungjawabkan bagaimana dia
langgar mitos tersebut” sebesar 70,5% sedangkan menggunakannya (Shihab, 2009; 86).
alasan paling sedikit yakni alasan lainnya sebesar Dari satu sisi, tuntunan ayat ini mencegah
6,6%. sekian banyak keburukan, seperti tuduhan, sangka
V O LU M E 3 , N O. 1, J AN U AR I — A PR I L 2 0 1 7 HIG IEN E 9
buruk, kebohongan, dan kesaksian palsu. Di sisi Anusree. (2014). Knowlwdge Regarding menstrual
lain, juga memberi tuntunan untuk menggunakan Hygiene amoong Adolescent Girls in selected
school, Mangalore with a view to Develop an
pendengaran, penglihatan, dan hati nurani sebagai
Information Booklet. IOSR Journal of Nurish-
alat-alat untuk meraih pengetahuan (Shihab, 2009; ing and Health Science (IOSR-JNHS): Volume
86). 3, Issue 1, Ver. IV.
Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan. Ban-
Kesimpulan dung: Remaja Rosdakarya.
Bardasarkan hasil penelitian ini mengenai Effendy. (2011). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik.
faktor-faktor yang berhubungan dengan personal Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
hygiene selama menstruasi pada santriwati Mad- Indriastuti. (2009). Hubungan antara Pengetahuan
rasah Aliyah di Pondok Pesantren Babul Khaer kesehatan Reproduksi dengan Perilaku Hy-
Kecamatan Ujung Bulu kabupaten Bulukumba, gienis Remaja Putri pada saat Menstruasi.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat
Kementerian Agama RI. (2012). Al-Qur’an dan Ter-
hubungan antara pengetahuan tentang menstruasi
jemahannya. Bandung: Diponegoro.
dengan personal hygiene selama menstruasi,
Kemenkes. (2013). Survei Demografi dan Kesehatan
komunikasi teman sebaya dengan personal hygiene
Indonesia 2012 Kesehatan Reproduksi
selama menstruasi, kepercayaan terhadap mitos Remaja. Jakarta: Kemenkes.
dengan personal hygiene selama menstruasi dan
Notoatmodjo. (2011). Kesehatan Masyarakat Ilmu
Tidak ada hubungan antara usia menarche dengan dan Seni . Jakarta: Rineka cipta.
personal hygiene selama menstruasi pada santriwa-
Patricia. (2005). Buku Ajar fundamental Keperawa-
ti Madrasah Aliyah di Pondok Pesantren Babul tan consep Edisi 4. Jakarta: EGC.
Khaer Kecamatan Ujung Bulu kabupaten Bulukum-
Rahmawati T, & Kusmawati. (2011). Hubungan An-
ba. tara Sumber Informasi Dan Pengetahuan
Personal hygiene selama menstruasi pada Tentang Menstruasi Dengan Perilaku Per-
remaja dapat lebih ditingkatkan dengan cara sonal Hygiene Selama Menstruasi Pp : 240-
248. Prosiding Seminar Nasional “Peran
membekali diri sebanyak-banyaknya dengan
Kesehatan Masyarakat Dalam Pencapaian
pengetahuan yang diperoleh baik dari pencarian MDG’s Di Indonesia. FKM UNSIL. Lampung
informasi melalui media massa, teman sebaya,
Shihab, M. Quraish. (2009). Tafsir Al-Misbah: Pe-
orang tua, keluarga dan buku sedangkan komu- san, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an. Jakar-
nikasi teman sebaya dapat dijadikan metode pen- ta: Lentera Hati.
didikan kesehatan dalam meningkatkan personal Sunaryo. (2013). Psikologi Untuk Keperawatan.
hygiene selama menstruasi pada santriwati, salah Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
satu metode yang dapat digunakan yaitu FGD Suryati. (2012). Perilaku Kebersihan Remaja Saat
(Focus Group Discussion). Adapaun harapan peneli- Menstruasi. Jurnal Healt Quality Volume, 3,
ti kepada peneliti selanjutnya yakni untuk mem- No. 1.
fokuskan penelitian pada variabel usia menarche Tartowo dan Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar
serta lebih memilih variabel lain untuk diteliti. Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Artikel Penelitian
1 2 3
Aulia Khatib , Syahredi S Adnani , Roni Eka Sahputra
Abstrak
Ada 75% wanita di dunia menderita vaginitis sekali dalam seumur hidup dan 10% hingga 55% diantaranya
tidak mengetahui bahwa mereka mengalami vaginitis. Pembentukan pengetahuan, sikap, dan perilaku personal
hygiene yang baik dapat mencegah vaginitis. Tujuan penelitian ini adalah menentukan hubungan pengetahuan, sikap
dan perilaku personal hygiene terhadap gejala vaginitis pada siswi SMPN 1 dan SMPN 23 Padang. Penelitian
dilakukan terhadap siswi kelas VII, VIII, dan IX di SMPN tersebut pada bulan September 2018. Desain penelitian
adalah cross sectional dengan teknik pengambilan sampel systematic random sampling. Kuisioner digunakan sebagai
instrumen penelitian untuk mengukur tingkat pengetahuan, sikap, perilaku personal hygiene, dan gejala vaginitis pada
responden. Penelitian menggunakan uji bivariat Chi-square untuk menganalisis data. Jumlah responden yang
dikumpulkan adalah sebanyak 242 orang. Tingkat pengetahuan siswi mayoritas sedang, sedangkan sikap dan perilaku
responden mayoritas baik. Hasil analisis bivariat menunjukkan hubungan antara pengetahuan dengan gejala vaginitis
adalah p=0,011 di SMPN 23 dan p=0,558 di SMPN 1, hubungan sikap dengan gejala adalah p=0,013 di SMPN 23 dan
p=0,458 di SMPN 1, dan hubungan perilaku dengan gejala adalah p=0,615 di SMPN 23 dan p=0,138 di SMPN 1.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap dengan gejala
vaginitis di SMPN 23 namun tidak didapatkan hubungan yang signifikan pengetahuan dan sikap terhadap gejala di
SMPN 1. Tidak didapatkan hubungan yang signifikan antara perilaku dengan gejala vaginitis pada kedua populasi.
Kata kunci: pengetahuan, sikap, perilaku, personal hygiene, vaginitis
Abstract
About 75% of females have experienced vaginitis at least once in their lifetime with 10-55% are not aware for
experiencing this disease. Risk of vaginitis can be prevented by increasing knowledge, attitude and practising personal
hygiene correctly. The objective of this study was to investigate the relationship between knowledge, attitude and
personal hygiene practice with vaginitis symptoms experienced by female students in Junior High School 1 and 23
Padang.Samples were collected from female students who were studying in 7th, 8th, and 9th grades. This study took
place in September 2018 and used cross sectional design with systematic random sampling technique. Questionnaires
were used to measure all the variables needed in this study. The collected data were analyzed by Chi-square.Total
number of respondents for this research were 242 students who met inclusive criteria. Majority of students have
intermediate level of knowledge, positive attitude and good personal hygiene practice in both schools. The results of
bivariate analysis were showing that relationship between knowledge and symptoms in Junior High School 23 and 1
were p=0,011 and p=0,558, attitude and symptoms were p=0,013 and p=0,458, and practice and symptoms were
p=0,615 and p=0,138 respectively, This study concluded there was significant relationship between knowledge and
attitude with vaginitis symptoms experienced by respondents in Junior High School 23, but there was no relation
shown by respondents in Junior High School 1. There was no significant relationship between personal hygiene
practice with vaginitis symptoms by respondents in both schools.
Keywords: knowledge, attitude, practice, personal hygiene, vaginitis
Affiliasi penulis: 1. Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran pinggir kota. Hal ini disebabkan daerah kota memiliki
Universitas Andalas Padang (FK Unand), 2. Bagian Obstetri dan
akses yang lebih mudah untuk mendapatkan sanitary
Ginekologi FK Unand/RSUP Dr. M.Djamil Padang, 3. Bagian Bedah
7
Ortopedi FK Unand pad. Faktor yang memengaruhi personal hygiene
Korespondensi: Aulia Khatib , Email: liakhatib@gmail.com Telp: lainnya adalah ketersediaan sumber informasi
+6281372798757
mengenai manajemen menarche dan menstruasi.
Pendidikan dari ibu memiliki pengaruh yang besar
PENDAHULUAN terhadap praktek personal hygiene dan masalah
Menstruasi merupakan salah satu komponen ginekologi pada remaja perempuan yang baru
seorang perempuan dalam melalui masa pubertas 8
menarche. Hasil penelitian oleh penelitian di India
yang mana perempuan kebanyakannya menghadapi mendapatkan bahwa sebanyak 87,3% perempuan
keterbatasan sosial dan kepercayaan diri sehingga menggunakan kain dan 10,6% menggunakan sanitary
bisa berkontribusi pada kesehatan mental maupun pad. Sebanyak 33,6% disebabkan oleh kurangnya
fisik. Pada saat menstruasi, personal hygiene perlu 9
pengetahuan mengenai manajemen menstruasi.
diperhatikan karena bersangkutan dengan kejadian Bahan celana dalam berperan dalam tingkat risiko
1
infeksi genitalia. Sebanyak 75% wanita di dunia terjadinya infeksi genital. Hasil penelitian terdahulu
menderita vaginitis sekurang-kurangnya sekali dalam mendapatkan sebanyak 38,1% responden masih
seumur hidup dan 10% hingga 55% diantaranya tidak membiarkan genitalia dalam suasana lembab
mengetahui bahwa mereka mengalami vaginitis. walaupun telah dibersihkan dengan air karena area
Vaginitis yang tersering adalah vaginosis bakterialis, yang dibasuh belum sepenuhnya dikeringkan serta
2
trikomoniasis, dan kandidiasis vulvovaginal. masih menggunakan kain yang dipakai ulang sebagai
Peningkatan suseptibilitas seseorang terhadap pengering. Selain itu, terdapat hubungan yang
Reproductive Tract Infections (RTIs) dan Sexually bermakna antara frekuensi mengganti sanitary pad
Transmitted Infections (STIs) berhubungan dengan dan celana dalam dengan infeksi genital. Hal ini akan
tingkat kepedulian dan praktek personal hygiene yang menyebabkan ventilasi di sekitar genitalia semakin
benar. WHO merekomendasikan untuk diadakan buruk sehingga menyebabkan suhu yang lembab dan
3
penelitian yang lebih lanjut mengenai hal ini. kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan
Kesadaran yang kurang terhadap kesehatan alat 10
mikroorganisme. Walaupun sudah banyak teori yang
reproduksi berkaitan dengan pengetahuan yang menjelaskan mengenai hubungan tingkat
rendah mengenai personal hygiene, pengaruh pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap personal
sosiobudaya, faktor ekonomi keluarga, dan kurangnya hygiene dengan gejala vaginitis, namun beberapa
4
fasilitas sanitasi yang disediakan oleh sekolah. Hal ini penelitian seperti yang dilakukan di Tangerang
menarik perhatian banyak peneliti, sehingga dilakukan mendapatkan tidak ada hubungan yang bermakna
penelitian di negara berkembang dengan keterbatasan pada sikap dan perilaku vaginal hygiene remaja putri
fasilitas sanitasi seperti air, tisu, sabun, dan jamban, usia 13-17 tahun di daerah Pondok Cabe Ilir
serta sumber informasi yang dibekalkan kepada Tangerang Selatan dengan kejadian keputihan
5 11
seorang anak perempuan menjelang menarche. patologis. Di Indonesia, penelitian mengenai
Pada tahun 2015, penelitian yang dilakukan pengaruh personal hygiene terhadap timbulnya
pada 486 wanita dengan rentang umur 18-45 tahun di gangguan alat reproduksi seperti vaginitis masih
India menunjukkan bahwa pada wanita yang memakai sangat sedikit. Selain itu, peneliti tidak bisa
kain yang dipakai ulang memiliki risiko terkena infeksi mendapatkan data sekunder dari Dinas Kesehatan
genitalia dua kali lipat berbanding wanita yang Kota Padang karena memang tidak ada program
6
memakai sanitary pad sekali pakai saat menstruasi. pemicuan mengenai kesehatan reproduksi yang
Penelitian terdahulu menyatakan bahwa siswi yang ditargetkan terhadap siswi sekolah di Sumatera Barat.
berdomisili di daerah perkotaan cenderung memakai Data mengenai penderita vaginitis pada populasi
sanitary pad 2,32 kali lipat berbanding yang tinggal di pelajar sekolah di Padang juga sangat terbatas.
Penelitian dilaksanakan pada dua lokasi yang Data yang dikumpulkan adalah data primer
berbeda berdasarkan letak jauhnya dengan pusat kota yang berasal dari kuesioner penelitian terhadap siswi
yaitu SMPN 1 dan SMPN 23 Padang. Berdasarkan di kedua sekolah.
hasil survey awal terhadap SMPN 1 adalah salah satu
sekolah menengah pertama negeri yang beralamatkan HASIL
di Jalan Jendral Sudirman, No.3 Kampung Jao, Penelitian telah dilakukan di kedua sekolah
Padang Barat, Kota Padang. Sekolah ini terletak di terhadap siswi SMPN 1 dan SMPN 23 Padang pada
pusat kota dan wilayah perkantoran dengan berbagai bulan September 2018. Peneliti telah mengambil
fasilitas dan kemudahan yang dapat ditemukan seperti sebanyak 136 siswi di SMPN 1 dan 134 siswi di SMPN
bus Transpadang, bank, restoran, dan tempat 23 Padang untuk dijadikan responden. Dari sampel
berbelanja. Sekolah ini dapat diakses dengan mudah tersebut, peneliti mendapatkan sebanyak 14
oleh kendaraan roda dua dan roda empat. Jumlah responden dari SMPN 1 dan 13 responden dari SMPN
seluruh siswi yang terdaftar di SMPN 1 Padang tahun 23 merupakan drop out karena tidak mengisi
ajaran 2018/2019 di kelas VII adalah sebanyak 105, kuesioner dengan lengkap. Namun, peneliti telah
kelas VIII sebanyak 109 orang dan kelas XI sebanyak memenuhi syarat jumlah pengambilan sampel minimal
115 orang. Majoritas pelajar berasal dari kalangan yaitu 121 sampel dari masing-masing sekolah.
ekonomi menengah ke atas. Sekolah kedua yaitu
SMPN 23 Padang juga merupakan sekolah menengah Tabel 1. Distribusi karakteristik responden di SMPN 1
pertama negeri namun lokasi sekolah ini cukup jauh dan SMPN 23 Padang menurut pendidikan terakhir
dari pusat kota. Sekolah ini beralamatkan di Jalan orang tua
Koto Luar, Kapala Koto, Pauh, Padang. Sekolah ini SMPN 1 SMPN 23
Variabel
dapat diakses dengan kenderaan roda dua maupun f % f %
roda empat, namun jalannya tidak selebar jalan Pendidikan Terakhir
Tabel 2. Distribusi karakteristik responden di SMPN 1 4 dan tertinggi 10 sedangkan di SMPN 23 adalah 5,84
dan SMPN 23 Padang menurut penghasilan orang tua (95% CI: 5,64-6,04), dengan standar deviasi 1,118
SMPN 1 SMPN 23 dan nilai terendah 2 dan tertinggi 8.
Variabel
f % f % Rerata sikap berdasarkan total nilai di SMPN 1
Penghasilan adalah 24,73 (95% CI: 24,18-25,28) dengan standar
Orang Tua (Rp.)
deviasi 3,05, dan nilai terendah 7 dan tertinggi 28
<1.500.000 3 2.5 36 29.8
sedangkan di SMPN 23 adalah 23,19 (95% CI: 22,74-
1.500.000-
19 15.7 42 34.7 23,64), dengan standar deviasi 2,514 dan nilai
2.500.000
2.500.000- terendah 17 dan tertinggi 28.
23 19.0 30 24.8
3.500.000 Nilai rerata perilaku berdasarkan total nilai di
>3.500.000 76 62.8 13 10.7 SMPN 1 adalah 16,55 (95% CI: 16,20-16,89) dengan
standar deviasi 1,897, dan nilai terendah 12 dan
Orang tua responden di SMPN 1 majoritas tertinggi 21 sedangkan di SMPN 23 adalah 16,27
memiliki tingkat penghasilan tinggi (19%), selebihnya (95% CI: 15,96-16,58), dengan standar deviasi 1,713
adalah sangat tinggi (17,4%), sedang (15,7%), dan dan nilai terendah 11 dan tertinggi 20.
rendah (2,5%). Sementara itu, orang tua responden di
SMPN 23 kebanyakan memiliki tingkat penghasilan Tabel 4. Distribusi Responden menurut kejadian
sedang (34,7%), selebihnya rendah (29,8%), tinggi gejala vaginitis di SMPN 1 dan SMPN 23
(24,8%) dan sangat tinggi (10,7%). Gejala vaginitis Jumlah Persentase
berdasarkan Lokasi
Tingkat
Pengetahuan
SMPN 1 6,14 ± 4-10 5,98- Distribusi kejadian gejala vaginitis pada kedua
0,879 6,30 sekolah didapatkan lebih banyak responden di SMPN
SMPN 23 5,84 ± 2-8 5,64-
23 yang memiliki gejala vaginitis yaitu 32 orang
1,118 6,04
(26,4%) berbanding di SMPN 1 sebanyak 23 orang
Sikap Personal
(19%).
Hygiene
SMPN 1 24,73 ± 7-28 24,18-
3,050 25,28
SMPN 23 23,19 ± 17-28 22,74- Tabel 5. Hubungan pengetahuan dengan gejala
2,514 23,64 vaginitis pada siswi SMPN 1 dan SMPN 23 Padang
Perilaku tahun ajaran 2018/2019
Personal Lokasi Tingkat Gejala Vaginitis
Hygiene Pengeta
SMPN 1 16,55 ± 12-21 16,20- huan Tidak ada Ada p
1,897 16,89 f % f %
SMPN 23 16,27 ± 11-20 15,96- Rendah 0 0 0 0 0.558
1,713 16,58 SMPN 1 Sedang 70 82.4 15 17.6
Tinggi 28 77.8 8 22.2
Hasil analisis didapatkan rata-rata nilai tingkat SMPN Rendah 3 100 0 0 0.011
pengetahuan di SMPN 1 adalah 6,14 (95% CI: 5,98- 23 Sedang 52 65 28 35
6,30) dengan standar deviasi 0,879, dan nilai terendah Tinggi 34 83.5 4 10.5
Berdasarkan Tabel 5, tidak ada responden di Tabel 7. Hubungan perilaku personal hygiene dengan
SMPN 1 berada di tingkat pengetahuan rendah. gejala vaginitis pada siswi SMPN 1 dan SMPN 23
Majoritas memiliki pengetahuan sedang yaitu Padang tahun ajaran 2018/2019
sebanyak 85 responden dengan 17,6% diantaranya Lokasi Perilaku Gejala Vaginitis
Gambaran Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Hubungan Pengetahuan Personal Hygiene dengan
Perilaku Personal Hygiene pada Siswi SMPN 1 dan Pengalaman Gejala Vaginitis di SMPN 1 dan SMPN
SMPN 23 Padang 23 Padang
Hasil analisis univariat mendapatkan bahwa Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa
tingkat pengetahuan responden di SMPN 1 lebih tinggi variabel tingkat pengetahuan dengan gejala vaginitis
(rerata=6,14) berbanding responden di SMPN 23 di SMPN 1 Padang menunjukan hubungan yang tidak
(rerata=5,84). Hal ini sejalan dengan penelitian Wan signifikan (p=0,558), artinya tingkat pengetahuan tidak
Muda et al yang dijalankan di Malaysia bahwa tingkat berpengaruh terhadap ada atau tidaknya gejala
pengetahuan responden mengenai kebersihan diri di vaginitis pada populasi tersebut. Namun begitu, hasil
kota lebih tinggi berbanding yang tinggal di pinggir yang berbeda didapatkan terhadap responden di
kota. Hal ini juga sejalan dengan penelitian oleh 36 SMPN 23 Padang dimana hubungan pengetahuan
bahwa penduduk di kota 1,8 kali lebih tinggi tingkat dengan gejala vaginitis di SMPN 1 Padang
pengetahuan mengenai manajemen kebersihan menunjukan kekuatan hubungan yang signifikan
14
menstruasi berbanding di pinggir kota. (p=0,011), artinya tingkat pengetahuan berpengaruh
Faktor lokasi dapat memengaruhi tingkat terhadap ada atau tidaknya gejala vaginitis pada
pengetahuan seseorang terhadap manajemen populasi tersebut. Hasil yang didapatkan Olfa (2016)
kebersihan diri terutama saat menstruasi. Jika dilihat di SMPN 23 Padang sejalan dengan penelitian yang
dari tabel karakteristik responden, terdapat perbedaan dilakukan di Bantul dimana peneliti tersebut
dari jumlah responden yang memiliki orang tua yang mendapatkan adanya keterkaitan antara tingkat
berpendidikan tinggi. Semakin tinggi tingkat pengetahuan dengan keputihan patologis (p=0,01)
15
pendidikan orang tua maka semakin luas ketersediaan yang merupakan salah satu jenis dari vaginitis.
sumber informasi mengenai manajemen menarche Tingkat pendidikan merupakan salah satu
dan menstruasi yang diberikan kepada anak faktor yang memengaruhi pengetahuan. Semakin
perempuannya. Pendidikan dari ibu memiliki pengaruh tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan
yang besar terhadap praktek personal hygiene dan semakin mudah seseorang menerima dan
masalah ginekologi pada remaja perempuan yang menyampaikan informasi tersebut kepada orang lain.
8
baru menarche. Hasil penelitian Verma et al di India Hal ini juga akan meningkatkan inisiatif seseorang
mendapatkan bahwa sebanyak 87,3% perempuan dalam mencari informasi tambahan mengenai suatu
menggunakan kain dan 10,6% menggunakan sanitary hal. Pengetahuan yang kurang mengenai menstruasi
pad. Sebanyak 33,6% disebabkan oleh kurangnya dan siklus menstruasi akan menyebabkan seseorang
9
pengetahuan mengenai manajemen menstruasi. tidak siap ketika menarche sehingga MHM tidak
Sikap responden terhadap personal hygiene terlaksana dengan benar. Orang tua, guru, dan teman
adalah lebih baik di SMPN 1 (mean=24,73) merupakan sumber informasi yang paling banyak dan
berbanding di SMPN 23 (mean=23,19). Hal ini sejalan memiliki peran penting dalam kesediaan seseorang
3
juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Thakre et menghadapi menarche. Pada penelitian ini,
al, 2011 yang mendapatkan bahwa sikap personal perbedaan kemaknaan hubungan pengetahuan
hygiene penduduk kota lebih baik berbanding di personal hygiene dengan gejala vaginitis pada kedua
8
pinggir kota. lokasi bisa disebabkan oleh adanya perbedaan aspek
Berdasarkan tabel tersebut juga didapatkan tingkat pengetahuan ibu dan ayah sebagai sumber
bahwa perilaku personal hygiene responden lebih baik informasi bagi anak perempuan, tingkat ekonomi, dan
di SMPN 1 (mean=16,55) berbanding di SMPN 23 pengalaman manajemen kebersihan diri terutama saat
(mean=16,27). menstruasi pada anak perempuan. Ketiga aspek ini
ini dijelaskan pada penelitian yang dilakukan di yang diukur dari frekuensi penggunaan produk
Malaysia. yang mendapatkan bahwa tingkat ekonomi kebersihan vagina, pemakaian sanitary pad, bahan
(p=0,001), tingkat pendidikan (p=0,001) dan celana dalam dan sebagainya. Perilaku seseorang
pengalaman (p=0,001) memiliki keterkaitan dengan dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu faktor
tingkat pengetahuan personal hygiene sebagai bentuk predisposing, enabling, dan reinforcing. Faktor
14
pencegahan terjadinya vaginitis. predisposing yaitu pengetahuan, sikap, dan
sosioekonomi dapat mengembangkan perilaku
Hubungan Sikap Personal Hygiene dengan seseorang menjadi baik atau buruk. Hal ini bergantung
Pengalaman Gejala Vaginitis di SMPN 1 Padang pada media atau sumber informasi seseorang seperti
dan SMPN 23 Padang orang tua, media massa, guru, kounselor, tenaga
Pada aspek sikap, peneliti mendapatkan kesehatan dan lain-lain. Faktor enabling yaitu
hubungan yang signifikan antara sikap personal ketersediaan sarana dan prasarana di tempat kerja,
hygiene dengan gejala vaginitis yang pernah dialami sekolah, atau pelayanan kesehatan menyebabkan
oleh siswi di SMPN 23 Padang (p=0,013). Hal ini seseorang beradaptasi dan berkembang secara
sejalan dengan penelitian di Universitas Gadjah Mada biologis sehingga berpengaruh terhadap perubahan
bahwa terdapat hubungan antara sikap personal perilaku dan kualitas kesehatan seseorang. Fasilitas
15
hygiene dengan gejala vaginitis (p=0,046). air, sanitasi, dan kebersihan di sekolah yang kurang
Sementara itu, tidak ada hubungan yang signifikan juga merupakan fenomena yang tidak jarang
antara sikap personal hygiene dengan gejala vaginitis ditemukan di beberapa negara berkembang, termasuk
yang pernah dialami oleh siswi di SMPN 1 Padang Indonesia. Sebagian besar siswi mengaku bahwa
(p=0,058). Hasil penelitian yang dilakukan di SMPN 1 kurangnya fasilitas ini menimbulkan rasa tidak nyaman
Padang sejalan dengan penelitian Adawiyah (2015) karena tidak mendapatkan privasi yang cukup. Hal ini
yang dilakukan oleh di Tangerang Selatan yang menyebabkan siswi lebih memilih tidak mengganti
menunjukkan penelitiannya mengenai sikap dengan sanitary pad dan celana dalam selama lebih 8 jam,
keputihan patologis tidak memiliki hubungan yang sehingga menyebabkan iritasi, gatal, dan perih pada
16 1
signifikan (p=0,173). genitalia.
Dalam konteks penelitian ini, hasil yang Pada penelitian ini, walaupun seseorang
berbeda di kedua sekolah bisa disebabkan oleh faktor berperilaku baik tetapi masih terjadi gejala vaginitis itu
pengalaman pribadi, orang lain, kebudayaan, media bisa disebabkan oleh berbagai faktor yang
massa, lembaga pendidikan dan faktor emosional memengaruhi perilaku khususnya faktor enabling dan
diatas memiliki distribusi yang berbeda. faktor reinforcing. Selain itu, peneliti juga berpendapat
bahwa gejala vaginitis yang dialami bisa disebabkan
Hubungan Perilaku Personal Hygiene dengan oleh stres. Pada vaginitis, jumlah lactobacilli di vagina
Pengalaman Gejala Vaginitis di SMPN 1 Padang menurun dan menyebabkan kadar hidrogen peroksida
dan SMPN 23 Padang berkurang sehingga mendorong pertumbuhan
Berdasarkan Tabel 7, tidak terdapat hubungan organisme patogen dan bakteri anaerob lainnya
perilaku personal hygiene dengan gejala vaginitis yang secara berlebihan. Bakteri anaerob akan memproduksi
pernah dialami oleh siswi SMPN 1 (p=0,138) dan asam suksinat yang dapat menyebakan fungsi sel
17
SMPN 23 Padang (p=0,615). Hasil penelitian ini darah putih menurun. Seseorang akan semakin
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Annisa rentan terkena infeksi ketika dipaparkan dengan stres.
Nurhayati, 2013 yang mendapatkan bahwa tidak Hal ini berhubungan dengan produksi hormon
terdapat hubungan antara perilaku personal hygiene glukokortikoid dan katekolamin berlebihan yang
11
dengan gejala vaginitis (p=0,380). dipengaruhi aksis hipotalamus-pituiter-adrenal dan
Gejala vaginitis dipengaruhi oleh berbagai aksis simpatis-adrenal-meduler. Beberapa penelitian
faktor salah satunya adalah perilaku kebersihan diri mendapatkan stres sebagai salah satu faktor pemicu
penurunan imunitas tubuh, seperti pada penurunan 7. Tegegne T, Sisay M, Keerti J, Pravin Y, Adhikari P,
5
respons vaksinasi. Penelitian Nansel et al bahwa Kadel B, et al. Menstrual hygiene management and
wanita yang mengalami stress memiliki risiko terkena school absenteeism among female adolescent
vaginosis bakterialis 1,07-1,24 kali lebih tinggi students in Northeast Ethiopia. BMC Public Health
berbanding wanita yang tidak mengalami stress. [Internet]. 2014;14(1):1118.
18
(p=0,0003). 8. Thakre SB, Thakre SS, Reddy M, Rathi N, Pathak
K, Ughade S. Menstrual hygiene: Knowledge and
SIMPULAN practice among adolescent school girls of Saoner,
Terdapat hubungan pengetahuan personal Nagpur District. J Clin Diagnostic Res.
hygiene dengan gejala vaginitis pada siswi SMPN 23 2011;5(5):1027–33.
Padang namun tidak terdapat hubungan pada siswi 9. Verma P, Pandya C, Ramanuj V, Singh M.
SMPN 1 Padang. Menstrual pattern of adolescent school girls of
Terdapat hubungan sikap personal hygiene Bhavnagar (Gujarat). Natl J Integr Res Med.
dengan gejala vaginitis pada siswi SMPN 23 Padang 2011;2(1):38–40.
namun tidak terdapat hubungan pada siswi SMPN 1 10. Hamed AG. The Impact of genital hygiene
Padang. practices on the occurrence of vaginal infection
Tidak terdapat hubungan perilaku personal and the development of a nursing fact sheet as
hygiene dengan gejala vaginitis baik pada siswi SMPN prevention massage for vulnrable women. IOSR J
1 Padang maupun SMPN 23 Padang Nurs Heal Sci. 2015;4(6).
11. Nurhayati A. Hubungan pengetahuan, sikap, dan
17. Jones AW, Hylén L, Svensson E, Helander A. 18. Nansel TR, Riggs MA, Yu KF, Andrews WW,
Storage of specimens at 4 degrees C or addition of Schwebke JR, et al. The association of
sodium fluoride (1%) prevents formation of ethanol psychosocial stress and bacterial vaginosis in a
in urine inoculated with Candida albicans. J Anal longitudinal cohort. Am J Obstet Gynecol. 2006;
Toxicol. 1999 Sep;23(5):333-6. 194(2): 381–6.