Anda di halaman 1dari 56

PENGARUH EDUKASI MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP

PENGETAHUAN PERSONAL HYIGIENE SAAT


MENSTRUASI PADA REMAJA SISWI
KELAS VIII SMPN 1 SOLOKAN JERUK

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh :

ANNISA SINTYASARI
NIM. 512022072

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN ALIH JENJANG


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS AISYIYAH BANDUNG
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Personal hygiene adalah perawatan diri untuk menjaga kesehatan fisik dan

mental. Jika seseorang tidak mampu merawat dirinya sendiri, pengasuhannya terganggu

(Dartiwen, 2020). Sebaliknya, menurut Riza 201 (Ernawati et al, 2019), personal

hygiene merupakan suatu kegiatan yang dapat dilakukan seseorang dengan tujuan untuk

menjaga kesejahteraan baik jasmani maupun rohani.

Menstruasi adalah salah satu tanda pubertas.pada.remaja putri. Biasanya

mesntruasi pertama terjadi dari usia 10 sampai 16 tahun atau pertengahan masa

pubertas. Menstruasi sendiri adalah perdarahan periodik dari uterus yang dimulai sekitar

14 hari setelah ovulasi yang disebabkan karena terlepasnya lapisan endometrium pada

uterus (Ardiani, 2018)

Menurut (Purnama, 2021) bahwa hygiene saat menstruasi.adalah tindakan.yang

penting.dalam memelihara kesehatan reproduksi remaja putri. Personal hygiene saat

menstruasi yaitu peningkatan kesehatan melalui pelaksanaan tindakan hygiene yang

bisa di lakukan saat menstruasi hal ini bertujuan untuk memelihara kebersihan dan

kesehatan.individu sehingga mendapatkan.kesejahteraan baik fisik maupun psikologis.

Karena jika remaja putri tidak mengetahui tindakan personal hygiene saat menstruasi

dengan baik dan benar maka akan menimbulkan masalah kesehatan yang tidak

diharapkan seperti adanya cairan pada daerah vagina, iritasi, bau yang tidak sedap dan

infeksi pada daerah serta masalah yang fatal yaitu radang saluran reproduksi. Remaja

putri perlu mengetahui bahwa darah pada saat menstruasi salah tempat pertumbuhan

yang ideal bagi jamur seperti candida dan bakteri yang ditandai dengan adanya rasa

gatal pada daerah reproduksi (Maharani, 2017).

1
2

Selain dari itu, penggunaan pembersih pakaian, pewangi pakaian, cairan

pembersih vagina serta penggunaan celana yang ketat dan tidak memiliki daya serap

tinggi dengan baik bisa berdampak buruk bagi alat reproduksi perempuan. Berdasarkan

data yang ada didunia didapatkan bahwa kejadian infeksi saluran reproduksi (ISR)

terbanyak yaitu pada remaja yaitu sekitar 35%-42% serta pada dewasa yaitu sekitar

27%-33%. Sedangkan kejadian Infeksi Saluran Reproduksi yang terjadi di remaja yaitu

trikomoniasis sekitar 5%-15%, kandidiasis sekitar 25% 50% dan vaginosis bacterial

sekitar 20% 40% (Ernawati et al., 2019).

Berdasarkan hasil dari penelitian dari . (Elmowafy et al., 2014) didapatkan

bahwa kelompok perlakuan mengganti pembalut hanya dua kali dalam sehari pada

perilaku remaja putri sebanyak 68% serta pada kelompok kontrol didapatkan sebanyak

43,9% mengganti pembalut hanya 1 kali dalam sehari. Sebanyak 61,5% menyebutkan

meraka menggunakan pembalut dari pakaian bekas dan sebanyak 28,2% mencuci

pembalut mereka menggunakan air kolam dan sabun.

Sejalan dengan penelitian, Penelitian tentang tingkat pengetahuan tentang

personal hygiene remaja putri khususnya di Malaysia di daerah perkotaan berkisar 1,8%

lebih tinggi dibandingkan yang berada didaerah pedesaan (Khatib, et.al., 2019). Hal ini

menunjukan pada daerah pedesaan masih kurang tentang pengetahuan personal

hygiene, dan itu bisa mengakibatkan terjadinya ISR karena disebabkan perilaku dan

tindakan kebersihan yang kurang pada saat menstruasi.

Sejalan dengan penelitian (Ramly et al., 2020) didapatkan bahwa sebanyak

69,84% mengatakan tidak mengganti pembalut 2 kali dalam sehari dan sebanyak

83,71% mengatakan tidak mencukur rambut alat reproduksi yang dimana bertujuan

menghindari rasa lembab yang berlebihan pada vagina.

Pada Negara Asia Tenggara, khususnya di Indonesia bahwa yang lebih rentang

mengalami infeksi saluran reproduksi yaitu terjadi pada remaja, hal ini dipicu karena

kondisi iklim yang lembab serta panas. Di Indoensia terjadinya Infeksi Saluran
3

Reproduksi akibat tidak melakukan tindakan personal hygiene atau merawat kebersihan

organ reproduksi dengan baik dan benar masuk dalam kategori cukup tinggi, dengan

pravelansinya sekitar 90 penduduk setiap tahunnya 100 kasus per seratus ribu

(Nurmaliza, 2019).

Jurmlah remaja putri berusia 10-14 tahun di Indonesia pada tahun 2020 tercatat

sekitar 11.501.707 penduduk. Badan pusat statistik, (2021) melaporkan bahwa jumlah

remaja perempuan usia 10-14 tahun. Pada Provinsi Jawa Barat pada tahun 2020

berjumlah 2.037.503 penduduk, jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun-tahun

sebelumnya. Tingginya pertumbuhan dan perkembangan jumlah remaja membutuhkan

perhatian khusus, salah satunya pada personal hygiene saat menstruasi ini sehingga

remaja dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang dewasa yang sehat.

Salah satu upaya yang bisa dilakukan meningkatkan informasi pengetahuan .

remaja putri tentang personal hygiene pada masa menstruasi yaitu diberikan edukasi

kesehatan. Edukasi sendiri adalah suatu proses perubahan perilaku yang didasari oleh

perasaan dari diri sendiri baik secara individual ataupun kelompok dengan tujuan untuk

meningkatkan derajat kesehatan baik dari sistemik ataupun periodik. Dari edukasi

kesehatan tersebut akan membentuk suatu pengetahuan atau ilmu yang baru sehingga

nantinya akan membentuk perilaku personal hygiene yang bersifat permanen dan tahan

lama jika suatu perilaku didasarkan oleh pengetahuan yang ada maka dapat

menimbulkan kesadaran serta perilaku dan tindakan yang positif (Ummah, 2021).

Media audiovisual memberikan perubahan yang besar dalam perilaku seseorang

dari segi informasi dan persuasi. Media audiovisual adalah media yang memberikan

pesan melalui audio dan visual yang tujuannya yaitu membantu seseorang dalam

memahami suatu materi yang ada dipembelajaran. Audiovisual juga mempunyai dua

elemen penting yang setiap elemennya memiliki kekuatan sendiri sehingga jika

digabungkan akan menjadi kekuatan yang besar dan akan mempengaruhi. Audiovisual

memiliki stimulus pada penglihatan dan pendengaran sehinga diperoleh hasil yang
4

maksimal. Hal itu dapat tercapai karena pancaindera menyalurkan sekitar 75%

pengelihatan dan pendengaran 87% pegetahuan ke otak sedangkan sisanya yaitu sekitar

13%-25% pengetahuan diperoleh dari pancaindera penciuman, rasa dan raba (Ardiani,

2018).

Dari beberapa penelitan yang ada, menunjukan bahwa remaja putri mempunyai

pengetahuan dan perilaku yang kurang terhadap kebersihan diri pada masa menstruasi

hal ini didukung oleh penelitian dari (Lailatul & Mukhoirotin, 2018), bahwa sebesar

88,9% pengetahuan siswi masuk dalam kategori kurang sebelum diberikan intervensi

pendidikan kesehatan tentang personal hygiene. Sedangkan menurut (Syukrianti

Syahda, 2020) saat menstruasi bahwa sebesar 74,4% perilaku siswi masuk dalam

kategori kurang dalam menjaga kesehatan dan kebersihan alat hal ini disebababkan oleh

siswi yang tidak mempunyai waktu dalam mengganti pembalut serta pekerjaan rumah

atau tugas sekolah yang menumpuk.

Salah satu upaya yang bisa dilakukan meningkatkan informasi

pengetahuan.remaja putri tentang personal hygiene pada masa menstruasi yaitu

diberikan edukasi kesehatan. Edukasi sendiri adalah suatu proses perubahan perilaku

yang didasari oleh perasaan dari diri sendiri baik secara individual ataupun kelompok

dengan tujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan, baik dari sistemik ataupun

periodic. Berangkat dari edukasi kesehatan tersebut akan membentuk suatu pengetahuan

atau ilmu yang baru sehingga nantinya akan membentuk perilaku personal hygiene yang

bersifat permanen dan tahan lama. Jika suatu perilaku didasarkan oleh pengetahuan

yang ada maka dapat menimbulkan kesadaran serta perilaku dan tindakan yang positif

(Ummah, 2021).

Media audiovisual memberikan perubahan yang besar dalam perilaku seseorang

dari segi informasi dan persuasi. Media audiovisual adalah media yang memberikan

pesan melalui audio dan visual yang tujuannya yaitu membantu seseorang dalam

memahami suatu materi yang ada pada pembelajaran. Audiovisual juga mempunyai dua
5

elemen penting yang setiap elemennya memiliki kekuatan sendiri sehingga jika

digabungkan akan menjadi kekuatan yang besar dan akan mempengaruhi. Audiovisual

memiliki stimulus pada penglihatan dan pendengaran sehinga diperoleh hasil yang

maksimal. Hal itu dapat tercapai karena pancaindera pengihatan dan pendengaran

menyalurkan sekitar 75%-87% pegetahuan ke otak sedangkan sisanya yaitu sekitar 13%

- 25% pengetahuan diperoleh dari pancaindera penciuman, rasa dan raba (Ardiani,

2018).

Dari beberapa penelitan yang ada, menunjukkan bahwa remaja putri mempunyai

pengetahuan dan perilaku yang yang kurang terhadap kebersihan diri pada masa

menstruasi hal ini didukung oleh penelitian dari (Lailatul & Mukhoirotin, 2018), yang

menyebutkan bahwa sebesar 88,9% pengetahuan siswi masuk dalam kategori kurang

sebelum diberikan intervensi pendidikan kesehatan tentang personal hygiene saat

menstruasi. Sedangkan menurut (Syukrianti Syahda, 2020) bahwa sebesar 74,4%

perilaku siswi masuk dalam kategori kurang dalam menjaga kesehatan dan kebersihan,

hal ini disebababkan oleh siswi yang tidak mempunyai waktu dalam mengganti

pembalut serta pekerjaan rumah atau tugas sekolah yang menumpuk.

Salah satu peran penting bidan adalah sebagai health educator. Seorang bidan

dalam melakukan perannya sebagai educator yaitu mendidik individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat serta tenaga kesehatan. Bidan sebagai educator atau pendidik

adalah membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala

penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dan klien

setelah dilakukan pendidikan kesehatan. Pada penelitian ini tugas bidan adalah memberi

penyuluhan kepada remaja siswi kelas VIII SMPN 1 Solokan Jeruk agar mendapatkan

pengetahuan tentang personal hygiene saat menstruasi.

Survei data awal yang dilakukan melalui wawancara dari salah seorang guru dan

salah seorang siswi kelas VIII SMPN 1 Solokan Jeruk, didapatkan jumlah siswi putri

kelas VIII berjumlah 151 orang dan dengan hampir keseluruhan sudah mengalami fase
6

menstruasi. Dari 7 siswi yang diwawancarai bahwa siswi saat menstruasi sering

mengalami bercak-bercak merah sampai terkena pada rok sekolah pada jam

pembelajaran akibat tidak mengganti pembalut, dan pada saat fase akhir menstruasi

merasa gatal dan panas pada bagian vagina luar bekas pembalut, bahkan terkadang

sampai menimbulkan iritasi akibat bekas garukan.

Informasi yang lain didapatkan juga yaitu siswi malu bertanya kepada orantua

mereka terkait kebersihan diri pada masa menstruasi lebih lanjut sehingga mereka hanya

bertukar informasi kepada teman sesama mereka yang juga mengalami menstruasi,

bahkan siswi mengatakan terkadang lupa membawa pembalut cadangan dan bahkan

mereka malas untuk mengganti pembalut pada saat menstruasi. Siswi juga sering

mengeluhkan pada masa akhir menstruasi terjadinya keluhan panas dan gatal pada

bagian luar alat reproduksi yang disebabkan pemakaian pembalut yang terlalu lama

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Pengaruh Edukasi Media Audiovisual Terhadap Pengetahuan

Personal Hyigiene Saat Menstruasi Pada Remaja Siswi Kelas VIII SMPN 1 Solokan

Jeruk”.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan media audiovisual terhadap

pengetahuan remaja tentang personal hygiene genitalia saat menstruasi pada siswi kelas

VIII SMPN 1 Solokan Jeruk?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan media audiovisual

terhadap pengetahuan remaja tentang personal hygiene genitalia saat

menstruasi pada siswi kelas VIII SMPN 1 Solokan Jeruk.


7

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pengetahuan remaja sebelum diberikan Pendidikan

kesehatan tentang personal hygiene genitalia saat menstruasi pada siswi

kelas VIII SMPN 1 Solokan Jeruk.

b. Mengidentifikasi pengetahuan remaja sesudah diberikan pendidikan

kesehatan tentang personal hygiene genitalia saat menstruasi pada siswi

kelas VIII SMPN 1 Solokan Jeruk tahun 2023.

c. Menganalisa pengaruh pendidikan kesehatan media audiovisual terhadap

pengetahuan remaja tentang personal hygiene genitalia saat menstruasi

pada siswi kelas VIII SMPN 1 Solokan Jeruk.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dapat digunakan untuk menambah wawasan dan menjadikan

informasi tambahan untuk meningkatkan personal hygiene genitalia saat

menstruasi pada siswi kelas VIII SMPN 1 Solokan Jeruk.

2. Manfaat Praktis

1. Bagi Remaja

Diharapkan remaja putri mengetahui tentang personal hygiene

genitalia, sesudah diberikan pendidikan kesehatan terdapat perubahan

atau perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap mengenai menjaga

personal hygiene genitalia saat menstruasi.

2. Bagi Institusi
8

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi Mahasiswa

Universitas ‘Aisyiyah dan dapat menjadi bahan masukan mengenai

personal hygiene saat menstruasi pada remaja.

3. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

personal hygiene saat menstruasi pada remaja.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Berdasarkan penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu mengenai

pengaruh edukasi audiovisual terhadap pengetahuan personal hygiene

saat menstruasi pada remaja dan dapat dijadikan sebagai acuan maupun

bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya serta pengembangan

studi literatur.

E. Sistematika Pembahasan

Sistematika dalam penelitian ini yang berjudul “Pengaruh Edukasi Media

Audiovisual Terhadap pengetahuan Personal Hygiene Saat Menstruasi Pada

Remaja Siswi kelas VIII SMPN 1 Solokanjeruk”

Bab I Pendahuluan

BAB I berisi lima sub pokok bahasan yang telah dirumuskan oleh peneliti.

Lima sub pokok bahasan tersebut yaitu latar belakang, penelitian,

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika

pembahasan.

Bab II Tinjauan Pustaka

BAB II berisi tiga sub pokok bahasan yang telah dirumuskan oleh peneliti. Tiga

sub pokok bahasan tersebut yaitu tinjauan pustaka yang memuat mengenai

konsep remaja, perubahan psikologis, menstruasi, personal hygiene. Sub pokok

bahasan selanjutnya adalah penelitian yang relevan, dan kerangka pemikiran.


9

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III berisi delapan sub pokok bahasan yang telah dirumuskan oleh peneliti.

Adapun delapan sub pokok bahasan tersebut yaitu metode penelitian, variabel

penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, teknik analisis data,

prosedur penelitian, tempat dan waktu penelitian, dan etika penelitian.

F. Materi Skripsi

1. Remaja
Menurut Episentrum (2010) dalam Permata (2019) Masa remaja adalah
suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat, baik
secara fisik, maupun psikologis. Berdasarkan tumbuh kembangnya menuju
dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan seksual, semua remaja akan
melewati sebagai berikut:
1) Masa remaja awal/dini (Early adolescence) umur 11-13 tahun.

2) Masa remaja pertengahan (Middle adolescence) umur 14-16 tahun

3) Masa remaja lanjut (Late adolescence) umur 17-20 tahun.

2. Menstruasi

Menurut Lestari (2015) menstruasi merupakan keluarnya darah dari

dalam uterus yang diakibatkan oleh terlepasnya lapisan dinding rahim disertai

pelepasan endometrium dan terjadi setiap bulan. Menstruasi ini dimulai

berdasarkan tiga hal yaitu yang pertama siklus berkisar antar 21 – 35 hari,

kedua lamanya tidak lebih dari 15 hari, ketiga jumlah darah 20 – 80 ml.

Menurut Villasari (2021) ada beberapa fisiologi yang terdiri dari:

1) Stadium menstruasi

2) Stadium proliferasi

3) Stadium sekresi

4) Stadium pramenstruasi
10

Menurut Price dan Wilson (2012) dalam Harahap (2020) tanda dan gelaja

awal menstruasi yaitu:

1) Pembengkakan dan rasa nyeri pada payudara

2) Timbul jerawat

3) Nafsu makan meningkat

4) Berat badan bertambah

5) Perut terasa mulas dan kembung

6) Konstipasi

7) Sakit kepala

8) Pegal linu, keram

9) Nyeri punggung

10) Lemas dan lesu

11) Mudah lelah

12) Mudah cemas dan tersinggung

13) Sulit berkonsentrasi

14) Gangguan tidur (insomnea)

3. Personal Hygiene

Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani, personal artinya

perorangan dan hygiene berarti sehat. Maka Personal Hygiene merupakan

perawatan diri manusia yang bertujuan untuk pemeliharraan individu baikk

secara fisik maupun psikisnya. Kebersihan individu merupakan hal sangat

penting yang harus diperhatikan oleh individu karena hal tersebut berdampak

pada kondisi kesehatan dan psikis seseorang (Radila, 2022).


11

Menurut Potter dan Perri (dalam Mustikawati, 2013) ada 6 jenis

personal hygiene diantaranya adalah:

1) Kebersihan Kulit

2) Kebersihan Rambut

3) Kebersihan Gigi

4) Kebersihan Telinga, dan

5) Kebersihan Tangan, kaki, serta Kuku

Menurut Depkes (dalam Mustikawati 2013) terdapat 7 faktor yang

mempengaruhi personal hygiene diantaranya adalah

1) Citra Tubuh

2) Praktik Sosial

3) Status Sosio-Ekonomi

4) Pengetahuan

5) Kebudayaan

6) Pilihan Pribadi

4. Pengetahuan

Menurut Sianturi & Fathiyah (2016) Pengetahuan adalah persepsi jelas

yang dipandang menjadi sebuah fakta, informasi atau pelajaran yang perlu

dipelihara dan diteruskan oleh peradaban.

Menurut Riyanto & Budiman (2019) terdapat 6 faktor yang

mempengaruhi pengetahuan yaitu sebagai berikut:

1) Pendidikan

2) Informasi/ Media

3) Sosial, Budaya dan Ekonomi

5. Edukasi
12

Edukasi merupakan segala keadaan, hal, insiden, peristiwa, atau perihal

suatu proses berubahnya sikap juga tata laku seseorang ataupun sekolompok

orang dalam upaya pendewasaan diri melalui sistem pembelajaran dan

pelatihan (Heri Gunawan, 2021).

Audiovisual merupakan media edukasi yang memadukan teknologi

berbasis suara dan gambar. Siswa dapat mendengar dan melihat gambar

secara bersamaan. Dengan ini, keragaman interpretasi pendidik dapat lebih

baik, dan lebih mudah bagi siswa untuk menangkap dan menggali

pengetahuan yang diajarkan oleh pengajar, (Ramen A Purba, dkk., 2021)


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teoritis

1. Definisi Remaja

a) Remaja

Menurut Episentrum (2010) dalam Permata (2019) Masa remaja

adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang

cepat, baik secara fisik, maupun psikologis. Berdasarkan tumbuh

kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan

seksual, semua remaja akan melewati sebagai berikut:

1) Masa remaja awal/dini (Early adolescence) umur 11-13 tahun.

2) Masa remaja pertengahan (Middle adolescence) umur 14-16 tahun

3) Masa remaja lanjut (Late adolescence) umur 17-20 tahun.

b) Perubahan Psikologis Remaja

1. Masa remaja awal/dini

Masa remaja diawali dengan masa pubertas, yaitu masa

terjadinya perubahan-perubahan fisik (meliputi penampilan fisik

seperti bentuk tubuh dan proporsi tubuh) dan fungsi fisiologis

(kematangan organ-organ seksual). Perubahan fisik yang terjadi pada

masa pubertas ini merupakan peristiwa yang paling penting,

berlangsung cepat drastis, tidak berurutan dan terjadi pada sistem

reproduksi. Hormon-hormon mulai diproduksi dan mempengaruhi

organ reproduksi untuk memulai siklus reproduksi serta

mempengaruhi terjadinya perubahan tubuh. Perubahan tubuh ini

disertai dengan perkembangan bertahap dari karakteristik seksual

primer dan karakteristik seksual sekunder. Karakteristik seksual

12
13

primer mencangkup perubahan dalam bentuk tubuh sesuai dengan

jenis kelamin misalnya, pada remaja putrid ditandai dengan

menarche (menstruasi pertama), tumbuhnya rambut-rambut pubes,

pembesaran buah dada, pinggul, dan sekitar dua tahun pertumbuhan

berat dan tinggi badan mengikuti perkembangan kemtangan seksual

remaja. Anak remaja putri mengalami pertumbuhan tubuh pada usia

rata-rata 8-9 tahun dan mengalami menarche rata-rata pada usia 12

tahun (Permata, 2019).

2. Masa remaja pertengahan

Masa Pertengahan (Antara Usia 15 hingga 18 tahun). Dimasa

ini, individu mulai mempunyai pola pikir yang baru. Teman terdekat

masih memiliki peranan pening akan tetapi remaja sudah mampu

selfdirected. Penerimaan dari lawan jenis juga merupakan hal

penting.

3. Masa remaja lanjut

Dimasa ini remaja merupakan akhir dari masa anak-anak dan

mulai memasuki peran menjadi remaja dewasa. Proses ini remaja

mulai meyakinkan identitas diri dan berpikir secara realistik. Dr. H.

Yudo Dwiyono, S.Pd., (2021)

2. Menstruasi

1. Definisi Menstruasi

Menurut Lestari (2015) menstruasi merupakan keluarnya darah

dari dalam uterus yang diakibatkan oleh terlepasnya lapisan dinding

rahim disertai pelepasan endometrium dan terjadi setiap bulan.

Menstruasi ini dimulai berdasarkan tiga hal yaitu yang pertama siklus
14

berkisar antar 21 – 35 hari, kedua lamanya tidak lebih dari 15 hari, ketiga

jumlah darah 20 – 80 ml.

Menstruasi atauapun haid sebenarnya tidak ada perbedaan yang

signifikan. Penyebutan haid lebih populer dalam masyarakat indonesia.

Istilah haid juga populer dengan sebutan “datang bulan”. Datangnya haid

merupakan perubahan fisiologi dalam tubuh wanita yang terjadi secara

berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Sedangkan menstruasi

lebih populer digunakan untuk istilah medis (Lestari, 2015).

2. Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal mulai menstruasi

terakhir dan awal menstruasi berikutnya. Tanggal mulai dan berakhirnya

siklus menstruasi ditentukan oleh hari pertama periode menstruasi yang

tercatat. Untuk memperkirakan panjang siklus menstruasi rata-rata 21

hingga 35 hari (Martha, 2017).

3. Fisiologi Menstruasi

Menurut Villasari (2021) ada beberapa fisiologi yang terdiri dari:

1) Stadium menstruasi

Tahap menstruasi normal terjadi selama 3-7 hari. Terjadinya haid

atau haid pada tahap ini disebabkan keluarnya lapisan rahim

(endometrium). Pada tahap ini, kadar hormon ovarium sangat

rendah.

2) Stadium proliferasi

Tahap proliferasi biasanya terjadi ketika darah menstruasi

berhenti sampai hari ke 14. Awalnya, proliferasi adalah pertumbuhan

kelenjar endometrium yang semakin cepat dan terus menebal dan

antara hari 12 sampai 14 hari terjadi ovulasi atau pengelupasan sel

telur dari ovarium.


15

3) Stadium sekresi

Masa setelah ovulasi dan berlangsung selama 11 hari. Pada fase

ini, hormon progesteron dilepaskan sehingga mempengaruhi

pertumbuhan endometrium untuk membuat rahim siap untuk

implantasi. Sehingga pada fase ini wanita mengalami apa yang

disebut dengan Premenstrual Syndrome (PMS). Setelah beberapa

hari kemudian gejala PMS maka lapisan dinding rahim akan luruh

kembali.

4) Stadium pramenstruasi

Jika pembuahan dan implantasi tidak terjadi, korpus luteum yang

mensekresi estrogen dan progesteron menyusut. Ketika kadar

estrogen dan progesteron menurun dengan cepat, spasme arteri

spiralis, mengakibatkan gangguan suplai darah ke endometrium

fungsional dan nekrosis. Lapisan fungsional terpisah dari lapisan

basal dan perdarahan menstruasi dimulai.

4. Tanda dan Gejala

Menurut Price dan Wilson (2012) dalam Harahap (2020) tanda dan

gelaja awal menstruasi yaitu:

1) Pembengkakan dan rasa nyeri pada payudara

2) Timbul jerawat

3) Nafsu makan meningkat

4) Berat badan bertambah

5) Perut terasa mulas dan kembung

6) Konstipasi

7) Sakit kepala

8) Pegal linu, keram


16

9) Nyeri punggung

10) Lemas dan lesu

11) Mudah lelah

12) Mudah cemas dan tersinggung

13) Sulit berkonsentrasi

14) Gangguan tidur (insomnea)

5. Personal Hygiene

1) Definisi Personal Hygiene

Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani, personal artinya

perorangan dan hygiene berarti sehat. Maka Personal Hygiene

merupakan perawatan diri manusia yang bertujuan untuk

pemeliharraan individu baikk secara fisik maupun psikisnya.

Kebersihan individu merupakan hal sangat penting yang harus

diperhatikan oleh individu karena hal tersebut berdampak pada

kondisi kesehatan dan psikis seseorang (Radila, 2022).

2) Jenis-jenis Personal Hygiene

Menurut Potter dan Perri (dalam Mustikawati, 2013) ada 6

jenis personal hygiene diantaranya adalah :

a. Kebersihan Kulit

Pemeliharaan kesehatan kulit tidak terlepas dari kebersihan

ingkungan, makanan, dan kebiasaan hidup sehari-hari. Adapun

hal-hal yang harus diperhatikan dalam menjaga kebersihan kulit

yaitu :

a) Menggunakan barang-barang keperluan milik sendiri.

b) Mandi minimal 2 kali sehari.

c) Mandi menggunakan sabun.

d) Menjaga kebersihan pakaian.


17

e) Makan makanan yang bergizi seperti sayur-sayuran dan

buah-buahan.

b. Kebersihan Rambut

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menjaga rambut yaitu :

a) Mencuci rambut minimal 2 kali seminggu.

b) Mencuci rambut menggunakan shampo atau bahan pencuci

rambut lainnya.

c) Menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri.

c. Kebersihan Gigi

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menjaga kebersihan gigi

yaitu :

a) Menggosok gigi dengan benar dan tutur.

b) Memakai sikat gigi sendiri.

c) Menggosok gigi minimal 2 kali sehari.

d) Menghindari makanan yang merusak gigi.

e) Memeriksa gigi secara teratur.

d. Kebersihan Mata

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menjaga kebersihan mata

yaitu :

a) Membaca di tempat yang terang.

b) Memakan makanan yang bergizi.

c) Istirahat yang cukup dan teratur.

e. Kebersihan Telinga

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menjaga kebersihan

telinga yaitu:

a) Membersihkan telinga dengan teratur.

b) Jangan mengorek-ngorek telinga dengan benda tajam.


18

f. Kebersihan Tangan, kaki, dan Kuku

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menjaga kebersihan

tangan, kaki, dan kuku yaitu :

a) Mencuci tangan sebelum makan.

b) Memotong kuku dengan teratur.

c) Mencuci kaki sebelum tidur.

3) Faktor-faktor yang mempengaruhi Personal Hygiene

Menurut Depkes (dalam Mustikawati 2013) terdapat 7 faktor

yang mempengaruhi personal hygiene diantaranya adalah :

1) Citra Tubuh

Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang

penampilann fisiknya. Yang dapat mempengaruhi personal

hygiene, misalnya seperti adanya perubahan fisik pada dirinya,

maka ia tidak akan peduli terhadap kebersihannya.

2) Prraktik Sosial

Kelompok sosial seseorang dapat mempengaruhi perilaku

personal hygiene. Annak-anak mendapat praktik personal

hygiene dari lingkungannya, misalnya seperti kebiasaan

keluarga, jumlah orang dirumah, dan ketersediaan air bersih

yang dapat mempengaruhi perrawatan kebersihan.

3) Status Sosio-Ekonomi

Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan

tingkat praktik kebersihan yang digunakan. Personal hygiene

memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,

shampo, alat mandu yang memerlukan uang untuk

menyediakannya.

4) Pengetahuan
19

Pengetahuan pentingnya personal hygiene bagi kesehatan

yang sangat mempengaruhi praktik personal hygiene. Namun,

pengetahuan ini sendiri tidak cukup, seseorang juga harus

termotivasi untuk memelihara perawatan dirinya.

5) Kebudayaan

Kepercayaan, kebudayaan, dan nilai pribadi akan

mempengaruhi personal hygiene. Orang dari latar kebudayaan

yang berdeda melakukan perilaku personal hygiene yang akan

berdea pula.

6) Pilihan Pribadi

Setiap orang memiliki keinginan, kebiasaan, atau pilihan

pribadi untuk menggunakan produk dalam pperawatan dirinya,

seperti alat mandi, dan lain-lain.

7) Kondisi Fisik

Pada saat keadaan sakit, seseorang akan kekurangan

energu fisik atau ketangkasan untuk melakukan personal

hygiene pribadi, sehingga memerlukan bantuan untuk

melakukan personal hygiene. Apabila tidak dapat

melakukannyya secara mandiri, makan tidak akan bisa

melaksanakan personal hygiene.

3. Pengetahuan

1. Definisi

Menurut Sianturi & Fathiyah (2016) Pengetahuan adalah persepsi

jelas yang dipandang menjadi sebuah fakta, informasi atau pelajaran

yang perlu dipelihara dan diteruskan oleh peradaban.


20

Menurut Bloom dan Skinner (dalam Pasanda 2016) mengatakan

bahwa, Pengetahuan merupakan kemampuan seseorang untuk

menjelaskan kembali tentang yang diketahuinya menjadi sebuah bukti

berupa tulisan atau lisan. Hal ini menjadi suatu stimulasi dari sebuah

pertanyaan secara lisan maupun tulisan.

Hasil penelitian Novianti, dkk. (2016) menyatakan bahwa remaja

yang memiliki pengetahuan baik, melakukan tindakan personal hygiene

yang baik sekitar 60% dan remaja yang memiliki pengetahuan buruk,

melakukan tindakan personal hygiene saat menstruasi yang buruk sekitar

84,6%. Pengetahuan yang benar tentang personal hygiene saat

menstruasi akan memberikan pengaruh terhadap remaja putri dalam

merespon personal hygiene saat menstruasi dengan hal-hal atau tindakan

positif.

Pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan ukuran dalam

memulai suatu tindakan. Pengetahuan mempunyai kontribusi yang besar

dalam mengubah 12 perilaku seseorang untuk melakukan sesuatu. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan yang dimiliki responden

dapat menentukan praktik hygiene menstruasinya (Dolang, dkk., 2013).

Hasil penelitian tersebut didukung oleh penelitian Fisseha, dkk. (2017)

menyatakan bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik memiliki

peluang 2,37 kali untuk melakukan tindakan personal hygiene saat

menstruasi yang baik.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Riyanto & Budiman (2019) terdapat 6 faktor yang

mempengaruhi pengetahuan yaitu sebagai berikut:

1) Pendidikan
21

Pendidikan adalah proses pengubahan tingkah laku, sikap dan

usaha untuk mendewasakan individu atau kelompok dalam upaya

pelatihan dan pengajaran. Pendidikan dapat mempengaruhi ketika

proses belajar dilakukan, karena ketika pendidikan seseorang tinggi

akan semakin mudah juga orang tersebut menerima informasi yang

disampaikan.

2) Informasi / Media

Massa Informasi merupakan suatu hal yang dapat diketahui,

tetapi ada beberapa yang menyebutkan bahwa informasi memiliki

arti transfer pengetahuan. Ketika proses penyampaian informasi

biasanya melalui media massa yang didalamnya terkandung pesan-

pesan yang memiliki isi untuk mensugesti pembacanya atau bahkan

dapat mengarahkan opini seseorang. Bahkan terbentuknya suatu

pengetahuan biasanya dilandasi dengan landasan kognitif berupa

informasi terbaru yang berkaitan dengan pengetahuan tersebut.

3) Sosial, budaya dan ekonomi

Kegiatan sosial dan budaya pada masyarakat yang masih

dilakukan akan menambah pengetahuan para pelaku atau

penikmatnya. Dengan adanya kegiatan tersebut maka akan timbul

banyak pengetahuan mengenai hal-hal sosial dan budaya yang

dilakukan tersebut. Selain itu, faktor status sosial dapat menentukan

fasilitas yang digunakan ketika melakukan kegiatan untuk

memperoleh pengetahuan, sehingga faktor status sosial akan

berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang.

4) Lingkungan

Lingkungan merupakan segala sesuatu yang berada disekitar

tempat interaksi individu yang meliputi fisik, biologis bahkan sosial.


22

Peran lingkungan dalam proses masuknya pengetahuan terhadap

individu disebabkan terjadinya interaksi timbal balik antara satu

dengan yang lainnya dan hal ini akan menjadi sebuah pengetahuan

bagi individu tersebut.

5) Pengalaman

Faktor pengalaman dapat menjadi sumber pengetahuan

dikarenakan dengan pengalaman individu akan mengetahui

kebenaran cara memecahkan masalah sesuai dengan yang telah

dihadapinya di masa lampau.

6) Usia

Usia menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan

disebabkan semakin dewasa individu maka akan meningkat pula

daya tangkap dan pola pikirnya. Sehingga akan lebih mudah

menerima informasi baru yang nantinya akan menjadi pengetahuan

baru.

3) Tahapan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (dalam Febriyanto 2016) tahapan

pengetahuan terbagi menjadi 6 tahapan, yaitu sebagai berikut:

1) Tahu (Know)

Tahu merupakan hal yang telah diketahui oleh individu yang

diterima dari hal yang telah dipelajari sebelumnya. Informasi yang

dapat dikatakan menjadi pengetahuan ketika informasi tersebut dapat

dipelajari dan diterima oleh individu tersebut.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami merupakan suatu kemampuan dalam menjelaskan

pengetahuan suatu objek dengan cara yang benar dan dapat juga

menginterpretasikan pengetahuan tersebut dengan benar.


23

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi adalah kemampuan menggunakan pengetahuan yang

dimiliki dalam situasi atau kondisi yang terjadi di lapangan.

Beberapa pengetahuan yang dapat diaplikasikan seperti hukum-

hukum, metode, rumus, prinsip dan sebagainya.

4) Analisis (Analysis)

Analisis merupakan kemampuan individu dalam menjabarkan

suatu materi atau objek ke dalam komponen tertentu, tetapi

penjabaran tertentu masih saling berkaitan. Kemampuan dari analisis

ini dapat dilihat dari tata cara penggunaan kata kerja.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis merupakan kemampuan individu dalam menjelaskan

atau bahkan menghubungkan beberapa bagian pada bentuk lama

menjadi bentuk yang baru. Seperti contohnya dalam menyusun ulang

formasi lama suatu perusahaan menjadi formasi yang lebih baru.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi merupakan suatu kemampuan untuk melakukan

penilaian terhadap suatu materi atau objek untuk diperbaiki menjadi

lebih baik dari sebelumnya.

4. Edukasi

1. Pengertian Edukasi

Edukasi merupakan segala keadaan, hal, insiden, peristiwa, atau

perihal suatu proses berubahnya sikap juga tata laku seseorang ataupun

sekolompok orang dalam upaya pendewasaan diri melalui sistem

pembelajaran dan pelatihan (Heri Gunawan, 2021). Sementara menurut

(Notoatmodjo, 2014) pengertian edukasi yakni kegiatan atau usaha


24

memberikan pesan untuk masyarakat, individu atau kelompok. Dimana,

pesan tersebut bertujuan untuk memberi informasi yang lebih baik.

2. Tujuan Edukasi

Menurut (Heri Gunawan, 2021) edukasi memiliki tujuan untuk

memberikan banyak manfaat kepada manusia sebagai penerima edukasi,

diantaranya:

1) Melalui edukasi, pengetahuan menjadi luas

2) Kepribadian menjadi membaik

3) Menanamkan nilai-nilai positif

4) Melatih diri dalam mengembangkan bakat atau talenta yang ada

3. Beberapa sasaran edukasi menurut (Mubarak, 2017) diantaranya:

1) Edukasi individu, yakni edukasi yang diberikan melalui sasaran

individu

2) Edukasi pada kelompok, yakni edukasi yang diberikan melalui

sasaran kelompok

3) Edukasi masyarakat, yakni edukasi yang diberikan melalui sasaran

masyarakat.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Edukasi

Menurut (Nursalam, 2012) didalam edukasi terdapat beberapa faktor

yang dapat mempengaruhi diantaranya:

1) Faktor Materi

Dalam hal ini seperti hal-hal yang dapat menentukan proses belajar

dan hasil belajar, contohya pengetahuan yang berubah akan

menentukan perbedaan dalam proses belajar.


25

2) Faktor Lingkungan

Dalam hal ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu lingkungan fisik

dengan meliputi suhu, kelembaban dan kondisi daerah penelitian.

Kemudian lingkungan sosial yaitu manusia dan segala interaksinya

serta manifestasinya, seperti keramaian atau kebisingan.

3) Faktor Instrumen

Dalam edukasi meliputi hardware, software, kurikulum dalam

pendidikan formal, fasilitator, serta ketepatan metode pemberian

edukasi.

4) Faktor individu masing-masing sebagai subjek belajar.

5. Metode Edukasi

Metode dalam edukasi atau pembelajaran mencangkup pada

pendidikan kesehatan ataupun promosi kesehatan memiliki kesamaan.

Metode yang digolongkan yaitu berdasarkan teknik komunikasi,

pendekatan dengan sasaran yang dicapai dan indera penerima sebagai

berikut:

1) Berdasarkan Teknik Komunikasi

a) Metode Penyuluhan Langsung

Metode ini penyuluh memberikan penyuluhan secara

berhadapan atau tatap muka dengan sasaran secara lansung.

Misalnya seperti: kunjungan sekolah-sekolah, Focus Group

Discussion , pertemuan di balai desa atau kelurahan, di

puskesmas dan lain-lain.

b) Metode Penyuluhan Tidak Langsung

Metode ini para penyuluh tidak ada berhadapan atau tatap muka

dengan sasaran secara langsung, tapi tetap disampaikan pesan


26

melalui perantara seperti media. Contohnya melalui publikasi

dengan media cetak, dengan pertunjukan seperti film, dan lain

lain.

2) Berdasarkan Pendekatan dari Jumlah Sasaran yang Dicapai

a) Pendekatan Perorangan

Dalam metode ini, edukator kontak langsung atau tidak

langsung terkait dengan sasaran individu. Diantaranya: melalui

kunjungan rumah, melalui telepon dan sebagainya.

b) Dalam metode ini, edukator berinteraksi dengan kelompok

sasaran. Metode konsultasi yang termasuk dalam kategori ini

yaitu: diskusi kelompok, demostrasi, serta pertemuan Focus

Group Discussion.

c) Pendekatan Masal

Edukator memberikan pesannya kepada banyak sasaran secara

bersamaan. Metode-metode yang termasuk dalam kategori ini

diantaranya: Pertunjukan seperti kesenian, pertemuan umum,

pemutaran film, penyebaran media cetak, dan lain lain.

3) Berdasarkan Indera Penerima

a) Metode Pendengaran (Audio)

Dalam metode ini, sasaran menerima pesan melalui panca indera

pendengar, misalnya: penyuluhan melalui penyiaran radio,

ceramah, pidato, dan lain lain

b) Metode Melihat atau Memperhatikan (Visual)

Dalam hal ini, informasi yang diterima oleh sasaran secara

visual, seperti: menempel poster, memasang foto atau gambar,

memasang koran.

c) Metode Kombinasi Suara dan Gambar (Audiovisual)


27

Dalam hal ini diantaranya dengan unsur suara dan gambar.

Setiap manusia belajar dengan panca indera. Berdasarkan

(Departemen Kesehatan RI, 2008), setiap indera seseorang

memiliki perbedaan pengaruh terhadap hasil belajarnya. 1%

pada indera perasa, 2% pada indera sentuhan, 3% pada indera

penciuman, 11% pada indera pendengaran, dan 83% pada indera

penglihatan. Maka dari itu, alangkah lebih baik jika seseorang

mempelajari suatu hal dengan menggunakan lebih dari satu

indera tubuhnya.

5. Audiovisual

1) Pengertian Audiovisual

Audiovisual memadukan teknologi berbasis suara dan gambar.

Siswa dapat mendengar dan melihat gambar secara bersamaan. Dengan

ini, keragaman interpretasi pendidik dapat lebih baik, dan lebih mudah

bagi siswa untuk menangkap dan menggali pengetahuan yang diajarkan

oleh pengajar, (Ramen A Purba, dkk., 2021)

Sedangkan menurut (Ahmad Suryadi, 2020) audiovisual adalah

metode yang mampu menampilkan unsur gambar dan juga suara secara

bersamaan dalam penyampaian pesan ataupun informasi dalam edukasi.

Metode audiovisual berupa media proyektor film, perekam video, dan

proyektor format lebar.

2) Fungsi Metode Audiovisual

Berdasarkan (Muttaqien, 2017) terdapat empat fungsi, diantaranya:

a) Fungsi atensi, untuk menarik dan membimbing siswa agar fokus

pada isi materi.


28

b) Fungsi afektif, yaitu tercermin dari tingkat kenikmatan siswa dalam

belajar. Dikarenakan media semacam ini mampu membangkitkan

emosi dan juga sikap para siswa.

c) Fungsi kognitif, dapat dilihat dari hasil penelitian, yang

menunjukkan bahwa media semacam ini membantu mencapai tujuan

untuk memaha terdapat dalam gambar.

d) Fungsi kompensatoris, dapat dilihat dari hasil yang memberi konteks

kepada siswa yang lambat atau lemah untuk memahami isi dari

pelajaran yang disajikan melalui lisan. Pembelajaran ini akan

merangsang siswa yang akan memberikan dampak pada hasil belajar

yang baik, siswa akan mengingat, mengenali dan menjalin hubungan

antara fakta dan juga konsep.

3) Kelebihan Metode Audiovisual

(Suryani, 2018) berpendapat beberapa kelebihan dari metode

audiovisual diantaranya sebagai berikut:

a) Pembelajaran lebih efektif dikarenakan dapat memberikan pelayanan

melalui auditif juga visual.

b) Pengalaman lebih nyata didapatkan dibandingkan melalui media

audio ataupun visual saja.

c) Dapat memahami informasi lebih cepat saat diberikan, hal ini karena

siswa bukan sekedar mendengarkan dan sekedar membayangkan

akan tetapi melihat langsung.

d) Lebih menarik serta menyenangkan.

4) Kekurangan Metode Audiovisual

(Setiawati, P., Setyawati, E., Palin, 2020) berpendapat beberapa

kelemahan dari media audiovisual diantaranya sebagai berikut:


29

a) Pembuatan tayangan seperti film atau video biasannya membutuhkan

biaya yang mahal dan waktu yang lama.

b) Tidak semuanya siswa dapat memahami informasi yang diajarkan

melalui tayangan tersebut.

c) Tayangan seperti film dan video yang tersedia tidak mesti dapat

memenuhi kebutuhan juga tujuan pembelajaran yang diinginkan,

kecuali jika diproduksi secara khusus untuk kebutuhan mereka

sendiri.

6. Efektivitas Metode Edukasi terhadap Tingkat Pengetahuan

Dengan pengetahuan yang baik tentang menstruasi, remaja akan

merasa tenang dan siap menghadapi dan mengatasi masalah yang terjadi

pada saat menstruasi. Jika ada peristiwa menstruasi yan tidak disertai dengan

pengetahuan dan informasi yang benar, berbagai masalah psikologis bisa

muncul. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin

terbuka remaja perempuan dalam menggali informasi tentang organ

reproduksinya maka akan semakin luas pula pengetahuan dan

pemahamannya tentang kesehatan reproduksi. Jika menstruasi disertai

dengan pengetahuan yang benar, remaja putri akan menanggapi menstruasi

dengan hal atau sikap yang positif (Suci, 2022).


30

B. Hasil Penelitian Sebelumnya Yang Relevan

Beberapa hasil penelitian terdahulu yang dipandang relevan dengan

penelitian ini, diuraikan di bawah ini:

Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
1. Pangesti & Gambaran terdapat 30 Persamaan Perbedaan
Milindasari, Tingkat responden variabel dalam
2021 Pengetahuan menjadi sampel personal penelitian ini
Remaja Putripenelitian. 12 hygiene saat yaitu pada
Usia 10-19
responden 40% menstruasi waktu dan
Tahun masuk dalam terhadap lokus
Tentang kategori baik, 15 remaja putri penelitian,
Personal responden 50% pada
Hygiene Saatmasuk dalam penelitian ini
Menstruasi Di
kategori cukup tidak ada
Rt 15
dan 3 responden tahapan
Sumberejo 10% masuk dalam intervensi
Kemiling kategori kurang.
Bandar 50% responden
Lampung berpendidikan
sma dan 77%
responden bersuku
jawa.
2. Jubaedah et Pendidikan Hasil penelitian Persamaan Perbedaan
al., 2020 Kesehatan diperoleh p=0,000 variable media dalam
Melalui Media artinya adanya video, variable penelitian ini
Video dan perbedaan pengetahuan yaitu pada
Leaflet sebelum dan Personal waktu dan
Terhadap sesudah diberikan Hygiene lokus
Pengetahuan intervensi melalui Menstruasi penelitian.
Personal media video dan Remaja Putri
Hygiene juga terdapat nilai
Menstruasi p=0,000 artinya
Remaja Putri adanya perbedaan
Kelas VII sebelum dan
Tahun 2019 sesudah diberikan
intervensi melalui
leaflet
3. Ningsih et pengaruh Hasil penelitian Persamaan Perbedaan
31

al., 2021 pendidikan yaitu sebesar variable dalam


kesehatan 46,7% edukasi penelitian ini
menggunakan responden berusia menggunakan yaitu pada
media 17-19 tahun, 60% media video waktu dan
video dan alat responden terhadap lokus
peraga berpendidikan remaja putri penelitian,
terhadap sma terkait serta
pengetahuan dan nilai personal responden
dan sikap signifikansi yaitu hygiene pada yang berusia
remaja putri 0,000 yang artinya masa sudah cukup
tentang terdapat menstruasi dewasa untuk
personal perbedaan memahami
hygiene pada sebelum dan personal
masa sesudah diberikan hygiene
menstruasi intervensi melalui
dalam layanan media video
homecare
disusun
kumbung
wilayah kerja
puskesmas
kuripan
kabupaten
lombok barat
2021
4. Laras et al., Pengaruh Hasil penelitian Persamaan Perbedaan
2020 Pendidikan yaitu variable dalam
Kesehatan 34,9% responden edukasi penelitian ini
Terhadap berusia 16 tahun menggunakan yaitu pada
33 dan 46,5% media video waktu dan
Perilaku responden duduk terhadap lokus
Personal dikelas 10. Hasil remaja putri penelitian,
Hygiene Saat uji wilcoxon yaitu terkait metode
Menstruasi p=0,001 artinya personal edukasi yang
Pada Siswi ada pengaruh hygiene pada diberikan
SMP dan pemberian masa kurang efektif,
SMA Di pendkes terhadap menstruasi karena dewasa
Yayasan pengetahuan, ini media
Pasmaran tindakan serta audiovisual
Gurukula sikap dinilai lebih
Bangli personal hygiene. efektif dalam
proses
edukasi.
32

C. Kerangka Pemikiran

Kerangka yang memberikan gambaran antara variabel keseluruhan serta

lengkap dengan bagan dan alur yang mejelaskan hubungan sebab dan akibat dari

sebuah fenomena. Kerangka teori dibuat berdasarkan penjelesan yang didapat saat

dilakukan kajian pada pustaka.(Adiputra, 2021)

Faktor mempengaruhi pengetahuan:


(Notoadmojo, 2010)
1. Pekerjaan
2. Pendidikan
3. Usia
4. Lingkungan
5. Budaya

Pengetahuan Personal Hygiene Saat Tingkat Pengetahuan


Menstruasi meliputi: 1. Baik lebih dari 75%
a. Pengertian 2. Cukup antara 56-74% 3.
Edukasi Metode b. Tujuan Kurang dibawah dari 55%
c. Faktor Yang Mempengaruhi
Audiovisual
d. Pelaksanaan Personal Hygiene
e. Dampak personal hygiene

Perilaku hygiene saat menstruasi : Positif Jika hasil ukur,


skor: 40-60
pelaksanaan
Negatif jika hasil ukur,
skor: <40
Pembentukan Perilaku: Alvin,2020
1. Kebiasaan
2. Pengertian
3. Model
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Keterangan :
33

Dilakukan :

Tidak Dilakukan :

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah pernyataan yang merupakan jawaban sementara dari peneliti

atas pertanyaan penelitian. Hasil hipotesis adalah ada dua kemungkinan, yaitu

terbukti atau tidak terbukti (Dahlan, 2018). Dalam penelitian ini, penulis

mengajukan hipotesis sebagai berikut:

Ho: Tidak Ada Pengaruh Edukasi Personal Hygiene Saat Menstruasi Pada

Remaja Putri.

Ha: Terdapat Pengaruh Edukasi Personal Hygiene Saat Menstruasi Pada

Remaja Putri.
34
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Pre-eksperimental dengan pendekatan teknik One

Group Pretest – Posttest Design. Penelitian Pre-eksperimental merupakan

rancangan penelitian untuk melihat pengaruh variabel independen dan dependen.

Pada jenis penelitian ini tidak terdapat variabel yang dikontrol dan pada kelompok

sampel dilakukan secara acak (Hidayat, 2020).

Pendekatan teknik One Group Pretest-Posttest Design merupakan teknik yang

menghubungkan sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek.

Kelompok subjek ini dilakukan pengukuran pengetahuan sebelum dilakukan

intervensi dan dilakukan pengukuran pengetahuan kembali sesudah diberikan

intervensi (Nursalam, 2020).

B. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut dan sifat atau nilai orang, faktor,

perlakuan terhadap objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Siyoto & Sodik, 2015).

1. Variabel Independen (bebas)

Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain.

Variabel bebas ini biasanya diamati, diukur untuk diketahui hubungan atau

pengaruh dengan variabel lain (Nursalam, 2020). Variabel independen pada

penelitian ini adalah pengaruh pendidikan di sekolah terhadap personal hygiene

siswi pada saat menstruasi.

2. Variabel Dependen (terikat)

48
35

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain.

Variabel terikat adalah aspek tingkah laku yang diamati dari suatu organisme yang

dikenal stimulus (Nursalam, 2020). Variabel dependen pada penelitian ini adalah

pengetahuan siswi remaja putri kelas VIII SMPN 1 Solokanjeruk terhadap personal

hygiene pada saat menstruasi.

3. Variabel Intervening

Menurut Sugiyono (2019:39) variabel intervening (penghubung) adalah

variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antar variabel independen

dan dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan

diukur.Variabel ini merupakan variabel penyela/antara yang terletak di antara

variabel independen dan dependen, sehingga variabel independen tidak langsung

mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel dependen.Variabel intervening

dalam penelitian ini adalah edukasi dengan media audiovisual.

C. Definisi Operasional

1. Definisi Operasional

Defenisi operasional berasal dari seperangkat prosedur atau tindakan

progresif yang dilakukan peneliti untuk menerima kesan sensorik yang

menunjukkan adanya atau tingkat eksistensi suatu variabel (Grove, 2015).

Tabel 3.1 Definisi Operasional Pengaruh Edukasi Media Audiovisual


Terhadap Pengetahuan Personal Hyigiene Saat Menstruasi Pada Remaja
Siswi Kelas VIII SMPN 1 Solokan Jeruk
Variabel Definisi Indikator Alat Ukur Skala Nilai

Independen pengaruh Sikap tentang : Kuesioner Ordinal Baik


pengaruh pendidikan di 1.Definisi dengan (11-15)
pendidikan di sekolah tentang 2.Tujuan jumlah 15 Cukup
sekolah terhadap pemahaman 3.Faktor yang butir (6-10)
pemahaman personal hygiene mempengaruhi pernyataan. Kurang
personal hygiene siswi pada saat 4.Pelaksanaan Dengan (0-5)
siswi pada saat menstruasi personal indikator
menstruasi hygiene pilihan
5.Bahaya atau jawaban:
akibat 1. Benar
2. Salah
36

Intervensi Kegiatan 1. Menarik SAP - -


edukasi dengan memberikan perhatian
media inforamsi kepada dengan
audiovisual siswi kelas VIII adanya
SMPN 1 Solokan gerakan dan
Jeruk terhadap suara
pentingnya 2.Memperindah
Personal Hyigiene tampilan
Saat Menstruasi dengan gambar
bergerak
Dependen : Suatu informasi Pengetahuan Kuesioner Ordinal Baik
Pengetahuan yang diketahui tentang : dengan (11-15)
Remaja siswi kelas VIII 1.Definisi jumlah 15 Cukup
Tentang SMPN 1 Solokan 2.Tujuan butir (6-10)
Personal Jeruk saat 3.Faktor yang petanyaan. Kurang
Hygiene mengalami mempengaruhi Dengan (0-5)
Saat Menstruasi untuk 4.Pelaksanaan indikator
Menstruasi dijadikan ilmu personal pilihan
atau pengetahuan hygiene jawaban:
5.Bahaya atau 1. Benar
akibat 2. Salah

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan kumpulan kasus dimana seorang peneliti

tertarik, populasi tidak terbatas pada subjek manusia. Peneliti menentukan

karakteristik yang membatasi populasi penelitian melalui kriteria kelayakan

(Cresswell, 2009).

Populasi merupakan semua objek atau subjek yang menunjukkan kualitas

dan karakteristik tertentu yanng diidentifikasi oleh peneliti sebelumnya dan

ditarik kesimpulannya (Donsu, 2020). Pada penelitian ini populasi dari

penelitian ini adalah remaja siswi kelas VIII SMPN 1 Solokan Jeruk yang

berjumlah 151 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian jumlah dari total populasi. Sampel ditentukan oleh

sampel kriteria inklusi dan kriteria eksklusi yang dapat digunakan sebagai

subjek penelitian melalui sampling (Donsu, 2020). Sampel pada penelitian ini

menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik yang menentukan sampel


37

terbatas sebanyak dengan orang-orang tertentu atau kriteria pengambilan

sampel tertentu (Notoatmodjo, 2014).

Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan rumus untuk

menentukan besarnya sampel. Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan

menggunakan rumus Slovin. Rumus Slovin ialah rumus untuk menghitung

jumlah minimal sampel ketika perilaku populasi tidak diketahui secara pasti

(Nursalam, 2020). Rumus Slovin untuk menentukan jumlah sampel adalah

sebagai berikut :

N
n= 2
1+(d )

Keterangan:
n = Besar sampel
N = Popilasi sampel
d = Tingkat signifikansi (p) / (d = 0,1) dimana tingkat signifikasi 10%
Berdasarkan perhitungan dengan rumus tersebut, maka:
150
n= 2
1+ 150(0,1)
150
n=
1+ 150(0,01)
150
n=
1+ 1,50
150
n=
2,50
n = 60
Jadi berdasarkan perhitungan sampel yang diperoleh, maka jumlah sampel yang
digunakan sebanyak 60 orang.

E. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunaka metode non probability

sampling. Teknik purposive sampling didasarkan pada sutau pertimbangan tertentu

oleh peneliti (Notoatmodjo, 2014). Kriteria pengambilan sampel pada penelitian

dibedakan menjadi dua yaitu kriteria inklusi dan eksklusi.


38

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik subjek penelitian yang akan diteliti dari

populasi sasaran yang terjangkau (Nursalam, 2020). Kriteria inklusi dalam

penelitian ini adalah :

a. Remaja putri kelas VIII yang sudah menstruasi

b. Usia 13 - 15 tahun

c. Bersedia menjadi responden penelitian

2. Kriteria Ekslusi

Kriteria eksklusi adalah mengecualikan subjek yang memenuhi kriteria

inklusi (Nursalam, 2020). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Tidak bersedia menjadi responden

b. Responden berhalangan hadir karena sakit

F. Teknik Pengumpulan Data

Adapun langkah-langkah yang digunakan peneliti dalam pengumpulan

data sebagai berikut:

1. Pre test

Pada tahap pre test penelitian tentang edukasi kesehatan media

audiovisual terhadap pengetahuan remaja tentang personal hygiene saat

menstruasi siswi kelas VIII SMPN 1 Solokan Jeruk dimulai setelah mendapat

izin penelitian dari Ketua Program Studi. Selanjutnya, peneliti meminta izin

kepada Kepala Sekolah SMPN 1 Solokan Jeruk dan Kesbangpol. Setelah itu

peneliti diberi izin untuk melakukan penelitian di SMPN 1 Solokan Jeruk.

Selanjutnya, peneliti membuat kontrak waktu dengan calon responden dan

memberikan penjelasan kepada responden mengenai tujuan, intervensi dan

manfaat yang diterima oleh responden setelah penelitian. Setelah itu, diberikan

informed consent kepada responden sebagai lembar persetujuan ikut serta dalam

penelitian. Peneliti melakukan pre-test dengan cara pembagian lembar kuesioner


39

kepada responden untuk mengetahui adanya pengaruh edukasi kesehatan media

audiovisual pada tingkat pengetahuan remaja di SMPN 1 Solokan Jeruk.

2. Intervensi

Pada tahap intervensi kelompok perlakuan diberikan pendidikan

kesehatan media audiovisual dengan cara responden menonton video yang

berdurasi 05 menit 42 detik dilakukan selama 3 kali pemutaran dan disertai dari

penjelasan materi dari peneliti. Setelah selesai menonton, responden diberikan

kesempatan untuk memberikan pertanyaan kepada peneliti. Pada saat tanya

jawab terlihat responden antusias untuk memberikan pertanyaan. Selanjutnya

diakhiri dengan penutup dan mengevaluasi kembali kepada responden tentang

materi yang telah disampaikan.

3. Post test

Pada tahap post test dilakukan kembali memberikan kuesioner yang

sama dengan kuesioner pada tahap pre test. Setelah itu, peneliti mengumpulkan

kembali kuesioner yang telah diisi responden dan memeriksanya secara

keseluruhan. Selanjutnya mengukur tingkat pengetahuan setelah intervensi

dilakukan dengan mengolah data menggunakan komputerisasi aplikasi SPSS

versi 25.

G. Instrumen Penelitian

1. Kuesioner Pengetahuan

Berdasarkan Penelitian Wawan (2010) bahwa untuk dapat mengetahui tingkat

pengetahuan responden bisa menggunakan kuesioner, wawancara, dan angket.

Penelitian ini menggunakan kuesioner untuk mengetahui tingkat pengetahuan

responden(sudjana 2002). Pertanyaan pada kuesioner ini berjumlah 15 butir.

Dimana pada setiap soal memberikan pertanyaan tentang personal hygiene

pada saat menstruasi. Setiap jawaban responden yang benar akan diberi nilai 1
40

dan yang salah akan diberi nilai 0. Skala ukur yang digunakan dalam variabel

ini adalah skala ordinal, dimana skor dengan menggunakan rumus statistik

menrut sudjana (2002). Dengan rumus nilai tertinggi dikurangi nilai terendah

di bagi jumlah kelas atau kategori. Pengetahuan seseorang dapat diketahui dan

diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kuantitatif, yakni:

a. Baik, hasil presentase 11-15

b. Cukup, dengan hasil presentsae 6-10

c. Kurang, dengan hasil presentase 0-5

H. Validitas dan Reabilitas

1. Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukut itu benar –

benar mengukur apa yang diukur. Hal ini dimaksudkan untuk mengukur akurasi

yang digunakan dalam penelitian. Pertanyaan yang tidak valid di validasi dengan

mengoreksi pertanyaan yang ambigu dengan membuat kalimat singkat dan jelas

tergantung pada isi atau makna pertanyaan (Notoatmodjo, 2018).

Jumlah subjek uji validitas berjumlah 30 orang yang didapatkan secara

acak. Jumlah soal yang diuji validitas terdapat 15, r tabel pada taraf signifikan

5% adalah 0,361. Jika r hitung lebih besar dari 0,361 maka pernyataan tersebut

dikatakan valid. Tapi jika r hitung lebih kecil daripada 0,361 maka butir soal

tersebut dikatakan tidak valid dan harus dihilangkan atau diganti. Pada

penelitian ini terdapat 15 soal pengetahuan tentang personal hygiene. Ketika

diuji validitas semua butir soal valid karena r hitung lebih besar dari 0,361 maka

semua soal digunakan.

2. Reabilitas

Menurut Notoatmodjo (2018) Reliabilitas merupakan indeks yang

menunjukkan sejauh mana alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan.
41

Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten

atau tetap asas (ajeg) bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap

gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama.

Uji reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan

software computer (SPSS 26) menggunakan model Alpha Cronbach. Instrumen

dikatakan reliabel jika nilai Alpha Cronbach 0,676 > 0,60 (Notoatmodjo, 2018).

Dari jumlah soal 10 yang valid kemudian di uji reliabilitas hasilnya

semua soal reliabel . Uji validitas dan reliabilitas ini dilakukan melalui lembar

keasioner kepada siswi kelas VIII dan telah menstruasi dengan jumlah

responden 30 orang.

I. Teknik Analisis Data

Menurut Notoatmodjo (2014) teknik analisa data adalah cara mengolah

supaya dapat disimpulkan atau di interpretasikan sebagai informasi. Dalam

melakukan analisis data, terlebih dahulu data wajib diolah. Dalam proses

pengolahan data terdapat beberrapa langkang yang ditempuh, antara lain sebagai

berikut :

1. Pengolahan Data

a. Editting

Peneliti akan melakukan editting setelah mengumpulkan data.

Peneliti kembali meneliti responden yang telah selesai. Periksa kembali

jumlah responden yang sudang mengisi. Pada kuesioner penelitian

memberikan tanda wajib diisi yang meyakinkan untuk menghindari jawaban

yang tidak lengkap.

b. Scoring

Scoring adalah memberikan angka pada lembar jawaban angket

untuk setiap subjek skor setiap item atau pertanyaan dalam angket ditentukan
42

setelah dengan perangkat pilihan (option). Penulis akan melihat kuesioner

dan menghitung skor total setiap pertanyaan untuk setiap variabel dan skor

subvariabel.

c. Data Entry

Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang terkumpul ke

dalam tebel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi

sederhana atau membuat tabel kontingensi. Pada penelitian data yang sudah

dikumpulkan akan dimasukkan ke dalam database komputer kemudian

memasukkan data untuk pengolahan data pada SPSS.

d. Tabulating

Data di atas akan diringkas dalam bentuk tabel karena data lebih

mudah dibaca ketika data dihitung menggunakan tabel frekuensi pada

langkah ini.

2. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Menurut Notoadmodjo (2005) dalam Donsu (2020) Analisis univariat

adalah analisis data yang menganalisis satu varivael. Hal ini disebut analisis

univariat karena proses perolehan data awal masih bersifat acak dan abstrak

serta data tersebut diolah mnejadi informasi yang berguna. Analisis univariat

pada penelitian ini adalah tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah di

edukasi.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis data yang menganalisis dua variabel.

Jenis analisis ini sering digunakan untuk mengetahui hubungan antara

pengaruh x dan y antara satu variabel dengan variabel lainnya. Analisis data

ini menggunakan analisis Uji Wilcoxon Signed Rank Test. Peneliti

menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test sebagai uji analisis untuk
43

melihat perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan intervensi

audiovisual. Penelitian ini di anggap ada hubungan atau perbedaan yang

bermakna jika p-value < 0,05.

J. Prosedur Penelitian

Persyaratan penting untuk melakukan penelitian adalah kepatuhan yang

sistematis, terencana, dan ilmiah terhaddap konsep tersebut. Prosedur penelitian

yang diajukan adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Penelitian ini dimulai pada bulan Maret. Langkah pertama adalah

mencari permasalahhan yang diangkat sebagai bahan penelitian. Kemudian,

setelah menentukan topik permasalahan, peneliti melakukan survei pendahuluan

pada remaja putri di SMPN 1 Solokanjeruk.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Sebelum peneliti akan melakukan penelitian, peneliti akan terlebih dahulu

melakukan uji etik oleh tim etik Universitas ‘Aisyiyah Bandung.

b. Peneliti melakukan pengolahan data secara langsung untuk mengumpulkan

responden.

c. Untuk responden dipilih dengan metode purposive sampling dengan

menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi.

d. Peneliti melakukan pengumpulan responden yang sesuai dengan kriteria.


44

e. Peneliti melakukan perkenalan diri pada kelompok inklusi dan menjelaskan

tujuan penelitian, manfaat penelitian dan proses penelitian yang akan

dilakukan.

f. Responden diberikan informed consent dan kuesioner (pretest) dalam

bentuk lembar pretest.

g. Penelitian ini dilakukan secara langsung pada kelas pada pukul 10.00-11.00

WIB.

h. Memberikan edukasi dengan metode media dalam bentuk video. Untuk

pelaksanaan pemberian intervensi pendidikan ini dilaksanakan bersama-

sama. Peneliti menayangkan video ini sebanyak 3 kali pertemuan selama 1

minggu yaitu pada hari senin, rabu dan jum’at selama 60 menit setiap

pertemuannya dan setiap pertemuan diberikan video yang sama. Hal ini

dilakukan agar responden dengan mudah memahami sedikit demi sedikit

agar nantinya mudah diingat dan diterapkan.

i. Memberikan kuesioner posttest dalam lembar kuesioner setelah diberikan

intervensi selama 1 minggu / 3 kali pertemuan.

Tahapan pelaksanaan kegiatan tersebut digambarkan dalam bagan sebagai

berikut:

Waktu

No Tahapan Hari

Senin Rabu Jum’at


Uji etik oleh tim etik
1 Universitas ‘Aisyiyah
Bandung      

Pengumpulan data
2
responden
     
Perkenalan diri dari
peneliti dan
3 menjelaskan tujuan
serta manfaat
penelitian      
45

Memberikan
4
kuesioner (prettest)      

5 Analisis Data pretest

Proses intervensi
6 dengan metode
audiovisual
Memberikan
7
kuesioner (posttest)
Gambar 3.1. Bagan Alur Pelaksanaan Penelitian
Sumber: Penulis, 2023

K. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di SMPN 1 Solokan Jeruk.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada Maret 2023.

L. Etika Penelitian

Menurut Kemenkes RI (2017) penelitian kesehatan memiliki kekuatan moral

sehingga penelitian dapat dipertanggungjawabkan dalam bentuk etika penelitian,

yaitu:

1. Respect for autonomy

Pada tahap awal peneliti mengajukan surat permohonan izin pelaksanaan

penelitian tentang Pengaruh Edukasi Media Audiovisual Terhadap Pengetahuan

Personal Hyigiene Saat Menstruasi Pada Remaja Siswi Kelas VIII SMPN 1

Solokan Jeruk Tahun 2023 kepada kode etik penelitian. Dan setelah dilakukan

ethical clearance dari kode etik. Setelah peneliti mendapatkan surat

permohonan izin pelaksanaan penelitian dan ethical clearance dari kode etik,
46

maka peneliti mengajukan surat permohonan untuk diadakan penelitian kepada

Kepala SMPN 1 Solokan Jeruk. Setelah mendapat persetujuan dari lokasi

penelitian maka peneliti memulai penelitian di Kelas VIII SMPN 1 Solokan

Jeruk kepada 60responden.

Setelah itu, peneliti memberikan penjelasan kepada 60 responden

tersebut tentang penelitian ini ada 3 tahapan yang akan diberikan yaitu pretest,

intervensi dan posttest. Setelah pengambilan sampel dilakukan, maka peneliti

memberikan lembar penjelasan kepada responden dan diberikan lembar

persetujuan dan melakukan pre-test dengan membagikan lembar kuesioner yang

berisi 15 butir pertanyaan untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden

terhadap personal hygiene sebelum dilakukan intervensi.

Setelah dilakukan pre-test, maka selanjutnya dilakukan intervensi

pendidikan kesehatan media audiovisual kepada kelompok intervensi. Media

audiovisual dipilih untuk memberikan edukasi terkait personal hygiene pada

responden. Pemberian edukasi dengan media audiovisual dibagi dalam 3 sesi

selama 1 minggu.

Setelah dilakukan edukasi dengan media audiovisul, responden diberikan

posttest untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pemberian edukasi dengan

media audiovisual terhadap pengetahuan personal hygiene pada responden.

2. Privacy

Kerahasiaan informasi ataupun identitas responden/confidentiality

dijamin oleh peneliti dan kelompok data tertentu saja yang akan digunakan

untuk kepentingan penelitian/hasil riset. Beneficience dilakukan peneliti

dimana peneliti sudah berupaya penelitian ini memiliki prinsip kebaikan

kepada responden untuk meningkatkan pengetahuan responden dalam

pemeliharaan personal hygiene saat menstruasi, dan tidak bersifat non-

maleficience ataupun bersifat merugikan kepada responden.


47

3. Anonymity

Peneliti telah menjelaskan secara jujur/veracity mengenai tujuan,

manfaat, dan apa yang diperoleh responden dari peneliti jika responden

dilibatkan dalam penelitian ini, dan juga telah memperkenalkan diri secara

detail kepada responden. Peneliti juga telah memberikan jaminan dalam

penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar atau alat ukur hanya menuliskan

kode pada lembar pengumpulan dan atau hasil penelitian yang akan disajikan.

4. Nonmaleficence

Prinsip etika keadilan (justice), prinsip ini menekankan setiap orang

layak mendapatkan sesuatu sesuai dengan haknya menyangkut keadilan

distributif dan pembagian yang seimbang (equitable). Tidak dibiarkan

mengambil keuntungan/kesempatan dari ketidakmampuan dan penelitian ini

tidak menimbulkan dampak buruh kepada pihak yang terlibat. Penelitian ini

memberikan dampak positif terhadap personal hygiene siswi pada Kelas VIII

SMPN 1 Solokan Jeruk.


48

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra. I. M. S., dkk. (2021). Metode Penelitian Kesehatan. Medan: Yayasan Kita

Menulis.

Ahmad suryadi. (2020). Teknologi dan Media Pembelajaran Jilid I. Jawa Barat:Cv

Jejak, anggota IKAPI

Ardiani, N. (2018). Hubungan Antara Pengetahuan Dan Motivasi Kader Dengan

Keikutsertaan Dalam Pelatihan Kader Posyandu Di Puskesmas Jatisrono I

Kabupaten Wonogiri. [Skripsi]. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta

Budiman dan Riyanto, A. (2019). Kapita Selekta Kuesioner: Pengetahuan dan Sikap

dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Cresswell, 2009. Research Design. (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed)

Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Dahlan, M. Sopiyudin. (2018) Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta:

Epidemiologi Indonesia

Dartiwen dkk,(2019), Asuhan kebidanan pada Kehamilan, Yogyakarta. CV Andi Offiset

Donsu, T. D. J. (2020). Metodologi Penelitian Keperawatan. PT. Pustaka Baru.


49

Dr. H. Yudo Dwiyono, S.Pd., 2021. Perkembangan Peserta Didik. CV. Budi Utama

ElMowafy, R. Moussa, M. dan ElEzaby, H. (2014). Effect of Health Education Program

on Knowledge and Practices about Menstrual Hygiene among Adolescents Girl at

Orphanage Home. IOSR Journal of Nursing and Health Science ( IOSRJNHS ).

Volume 3, Issue 6 Ver. I.

Ernawati S, Saribanon N, Suprihatin, et al. Manajemen Kesehatan Menstruasi.

Grove, S. K., Burns, N., & Gray, J. R. (2015). Understanding nursing research: Building

an evidence-based practice. Elsevier Health Sciences.

Gunawan, Heri. 2021. Pendidikan Karakter, Konsep dan Implementasi. Bandung:

Alfabeta.

Harahap, D. P. (2020). Hubungan perilaku personal hygiene saat menstruasi dengan

kejadian pruritus vulvae pada siswi di smp negeri 3 batang angkola kabupaten

tapanuli selatan tahun 2020. Skripsi, 71–72.

Hidayat, A. A. (2020). Metodologi Penelitian Keperawatan dan Kesehatan. Salemba

Medika.

Khatib A, Adnani SS, Sahputra RE. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku

Personal Hygiene dengan Gejala Vaginitis pada Siswi SMPN 1 Kota Padang dan

SMPN 23 Padang. J Kesehat Andalas. 2019;8(1):19.

Lailatul, K., & Mukhoirotin. (2018). Potensi Pendidikan Kesehatan Terhadap

Pengetahuan Personal Hygiene Menstruasi. 2(1).

Lestari. (2015). Kumpulan Teori Untuk Kajian Pustaka Penelitian Kesehatan. Nuha

Medika.

Maharani, R. Dan W. Andriyani. 2017. Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku

Personal Hygiene Saat Menstruasi pada Santriwati di MTs Pondok Pesantren Dar
50

El Hikmah Kota Pekanbaru. Jurnal Kesehatan Masyarakat 1(1) : 6977.

Martha, dkk. (2017). Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Bidang Kesehatan. Depok:

Rajawali Pers.

Mubarok, E. S. (2017). Manajemen Sumber Daya Manusia Pengantar Keunggulan

Bersaing. Bogor: Penerbit In Media.

Muttaqin, A. I., & Supraptiningsih, E. (2017). Character Strength pada Atlet

Penyandang Tuna Daksa di NCPI Kota Bandung. SCHEMA - Journal of

Psychological Research, 3(1), 58 - 68.

Mustikawati, I. S. (2013). Perilaku Personal Hygiene Pada Pemulung Di Tpa. Forum

Ilmiah Volume, 10(1), 27–35.

Notoatmodjo, S. (2014). Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta.

Notoadmojo, Soekidjo. 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam. (2020). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika.

Nursalam, (2012). Konsep Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan

Pedoman Skripsi, Tesis Dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jilid I. Jakarta :

Salemba Medika.

Pasanda, A. (2016). Perbedaan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penjamah Makanan

Sesudah Diberikan Penyuluhan Personal Hygiene di Hotel Patra Jasa Semarang.

Permata, D. D. (2019). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Perilaku Vulva

Hygiene Saat Menstruasi Pada Remaja Puteri Di Smp N 01 Pulau Beringin

Sumatera Selatan Tahun 2019. 1–89. http://repository.unas.ac.id/636/

Price, Sylvia. A, & Wilson LM. Patofisiologi: Konsep Klinis ProsesProses Penyakit.

Vol 6 [Internet]. 6th ed. Jakarta:


51

Purba Ramen A, dkk. (2021). Media dan Teknologi Pembelajaran. Medan: Yayasan

Kita Menulis.

Purnama, N.L. 2021. PENGETAHUAN DAN TINDAKAN PERSONAL HYGIENE

SAAT MENSTRUASI PADA REMAJA. Jurnal Keperawatan. 10, 1 (May 2021)

Radila, W. (2022). Hubungan Personal Hygiene Individu Dengan Kejadian Pityriasis

Versicolor : Sebuah Tinjauan Pustaka. Jurnal Medika Hutama, 03(02), 1758–1763.

Ramly, I. Q., Ndoen, H. I., & Ndoen, E. M. (2020). Gambaran Perilaku Kebersihan Diri

Saat Menstruasi pada Siswi Kelas VIII SMP Negeri 13 Kupang Tahun 2019.

Timorese Journal of Public Health, 2(1), 40-50.

RI, K. (2017). Pedoman dan Standar Etik Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Nasional. http://www.depkes.go.id/article/view/17070700004/program-indonesia-

sehat-dengan-pendekatan-keluarga.html

Siyoto, Sandu dan Ali Sodik.2015.Dasar Penelitian.Yogyakarta:Literasi Media

Publishing.

Setiawati, P., Setyawati, E., Palin, Y. (2021). Pengaruh Pendidikan Kesehatan

Menggunakan Media Audiovisual Terhadap Pengetahuan Sikap dan Perilaku Ibu

Nifas di Rs Dr.R.Hardjanto Balikpapan Tahun 2021. Kebidanan Poltekkes

Kemenkes Kaltim.

Suci, B. S. P. (2022). EFEKTIVITAS METODE EDUKASI TERHADAP TINGKAT

PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI KELAS VII TENTANG MENSTRUAL

HYGIENE DI SMPN 25 MAKASSAR. In ‫( הארץ‬Vol. 2, Issue 8.5.2017).

Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito

Sugiyono. (2019). ALFABETA Metode . Jurnal: logi Penelitian Kuantitatif dan

Kualitatif Dan R&D. Bandung:


52

Suryani dan Agung ( dalam Nunuk Suryani, 2018). Media Pembeljaarann Inovatif.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Syukrianti Syahda, E. (2020). Hubungan Pengetahuan Dan Peran Orang Tua (Ibu)

Dengan Perilaku Personal Hygiene Saat Menstruasi Di Smpn 2 Ukui Kabupaten

Pelalawan. 4(1), 1–9.

Ummah. 2019. Pijat Perineum Selama Masa Kehamilan Terhadap Kejadian Ruptur

Perineum Spontan. Jakad Publishing : Surabaya.

Utomo, Muhajir; Sudarsono; Rusman , Bujang; Sabrina, Tengku; Lumranraja, Jamalam;

Wawan. 2016. Ilmu Tanah Dasar- Dasar Pengelolaan. Jakarta: Prenedamedia

Group. 150-156hal.
48

Anda mungkin juga menyukai