Anda di halaman 1dari 7

Hubungan perilaku kebersihan diri Irmayanti

Hubungan Perilaku Kebersihan Diri dengan Kejadian Keputihan pada Siswi Kelas XI
dan XII SMA Negeri 2 Maros

Irmayanti1
1
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar

ABSTRAK
Perilaku kebersihan genetalia adalah suatu pemahaman, sikap dan praktik yang dilakukan oleh
seseorang untuk meningkatkan derajat kesehatan, memelihara kebersihan diri, meningkatkan rasa
percaya diri, dan mencegah timbulnya penyakit. Keputihan merupakan pengeluaran dari kemaluan
yang bukan darah.. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku kebersihan diri
dengan kejadian keputihan pada siswi kelas XI dan XII SMA Negeri 2 Maros.
Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan rancangan penelitian cross sectional.
Populasi dalam penelitian adalah siswi kelas XI dan kelas XII SMA Negeri 2 Maros tahun ajaran
2021 yang berjumlah 151 siswi. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode proportional
stratified random sampling sebanyak 60 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 60 responden terdapat 10 (16.7%) responden yang
memiliki perilaku positif dan tidak mengalami keputihan. 17 (28.3%) responden yang memiliki
perilaku positif dan mengalami keputihan. 1 (1.7%) responden yang berperilaku negatif dan tidak
mengalami keputihan. Dan terdapat 32 (53.3%) responden yang berperilaku negatif dan mengalami
keputihan. Hasil nilai Chi-square p value (0,001<0,005).
Kesimpulan Penelitian ini adalah ada hubungan yang signifikan antara perilaku kebersihan diri
dengan kejadian keputihan di SMA Negeri 2 Maros. Diharapkan siswi dapat meningkatkan
pengetahuan dan perilaku yang benar dalam menjaga kebersihan organ genitalia terhadap kejadian
keputihan, misalnya cara membersihkan vagina dan penggunaan air bersih saat membasuh vagina,
dan untuk penelitian selanjutnya diharapkan menambahkan variabel lain seperti aktivitas fisik dan
ketegangan psikis (stres).

Kata Kunci : Keputihan, Perilaku kebersihan diri.

ABSTRACT
Genital hygiene behavior is an understanding, attitude and practice carried out by a person to
improve health status, maintain personal hygiene, increase self-confidence, and prevent disease.
Vaginal discharge is discharge from the genitals that is not blood. This study aims to determine the
relationship between personal hygiene behavior and the incidence of vaginal discharge in class XI
and XII students of SMA Negeri 2 Maros.
The type of research used is quantitative with a cross sectional research design. The population
in the study were students of class XI and class XII of SMA Negeri 2 Maros in the 2021 academic
year, totaling 151 students. Sampling was done by proportional stratified random sampling method
with 60 respondents. The instrument used is a questionnaire.
The results showed that from 60 respondents there were 10 (16.7%) respondents who had
positive behavior and did not experience vaginal discharge. 17 (28.3%) respondents who have
positive behavior and experience vaginal discharge. 1 (1.7%) respondents who behaved negatively
and did not experience vaginal discharge. And there are 32 (53.3%) respondents who behave
negatively and experience vaginal discharge. Results Chi-square p value (0.001<0.005)
The conclusion of this study is that there is a significant relationship between personal hygiene
behavior and the incidence of vaginal discharge in SMA Negeri 2 Maros. It is hoped that students can
increase knowledge and correct behavior in maintaining the cleanliness of the genital organs against
the occurrence of vaginal discharge, for example how to clean the vagina and use clean water when
washing the vagina, and for further research it is expected to add other variables such as physical
activity and psychological tension (stress).

Keywords: Leucorrhoea, Personal hygiene behavior.


Hubungan perilaku kebersihan diri Irmayanti

PENDAHULUAN serta perilaku yang kurang baik menjadi


Secara global data World Health pencetus keputihan (Abrori. dkk., 2017).
Organization (WHO) pada tahun 2017 Keputihan menjadi persoalan yang
yang dikutip oleh (Silaban, dkk., 2020) sangat mengganggu kenyamanan bagi
sekitar 85% perempuan di dunia pasti wanita. Rasa tidak nyaman akibat
mengalami keputihan paling tidak sekali keputihan mengakibatkan berkurangnya
seumur hidup dan sebanyak 45% akan rasa tidak percaya diri karena disertai
mengalami dua kali atau lebih, sedangkan dengan bau yang tidak sedap, rasa basah
wanita Eropa yang mengalami keputihan pada pakaian dalam dan kadang sampai
sebesar 25%. Dari data WHO pada tahun ada rasa gatal yang sangat mengganggu.
2018 penduduk dunia saat ini didefinisikan Keputihan tidak bisa dianggap remeh
oleh penduduk usia dibawah 25 tahun karena akibatnya bisa fatal bila tidak
(42%) dan sekitar 1,2 miliar adalah remaja segera ditangani dengan cepat. Keputihan
putri berusia 10-19 tahun (Ramadhanti dapat mengakibatkan kemandulan dan
dkk., 2019). merupakan salah satu gejala yang
Di Indonesia sekitar 90% wanita ditimbulkan oleh kanker leher rahim
berpotensi mengalami keputihan karena (Silaban. dkk., 2020).
negara Indonesia adalah daerah yang Perilaku buruk dalam menjaga
beriklim tropis, sehingga jamur mudah kebersihan genitalia, seperti mencucinya
berkembang yang mengakibatkan dengan air kotor, memakai pembilas
banyaknya kasus keputihan. Gejala vagina secara berlebihan, menggunakan
keputihan juga dialami oleh wanita yang celana dalam yang tidak menyerap
belum kawin atau remaja putri yang keringat, tidak sering mengganti celana
berumur 15-24 tahun yaitu sekitar 31,8%. dalam, menggunakan pembalut yang
Hal ini, menunjukkan remaja lebih terlalu lama lebih dari 6 jam dapat menjadi
berisiko terjadi keputihan (Abrori dkk., pencetus timbulnya infeksi yang
2017). menyebabakan keputihan tersebut.
Berdasarkan Badan Kependudukan Pemahaman remaja akan kesehatan
Keluarga Berencana (BKKBN), untuk reproduksi menjadi bekal remaja dalam
wanita Indonesia yang mengalami berperilaku sehat dan tanggung jawab,
keputihan sekitar 75%. Angka ini berbeda namun tidak semua remaja memperoleh
tajam di Eropa karena cuaca di Indonesia informasi yang cukup dan benar tentang
yang lembab. Bacterial Vaginosisi (BV) kesehatan reproduksi. Jadi, perilaku dalam
adalah penyebab tersering keputihan menjaga kebersihan genitalia ekstrena
patologis (40%-50% kasus infeksi vagina) merupakan faktor penting dalam
(Pangestui. D, 2017 ). pencegahan keputihan (Novita. dkk.,
Kesehatan merupakan salah satu 2020).
elemen penting yang akan mempengaruhi Berdasarkan hasil penelitian
kualitas kehidupan seseorang dari segala sebelumnya menyatakan bahwa dari
aspek, salah satu bagian kesehatan yang jumlah populasi 50 orang dan sampel
perlu diperhatikan yaitu kesehatan penelitian menggunakan teknik purposive
reproduksi. Menjaga kesehatan reproduksi sampling yaitu sebanyak 33 orang.
merupakan hal yang sangat penting karena Perilaku vaginal hygiene dikategorikan
reproduksi suatu proses kehidupan baik sebanyak 20 orang (60,61%) dan
manusia dalam menghasilkan keturunan kejadian keputihan dikategorikan
demi kelestarian hidup (Irmayanti, 2018). mengalami keputihan fisiologis yaitu
Sikap dan pengetahuan yang kurang sebanyak 21 orang (63,64%). Dimana hasil
dalam melakukan perawatan kebersihan spearman rank didapatkan nilai Sig =
genetalia eksterna (kemaluan bagian luar), 0,001 (α≤0,05), artinya ada hubungan
Hubungan Perilaku Kebersihan Diri Irmayanti

vaginal hygiene dengan kejadian Kebersihan diri merupakan suatu


keputihan (Astuti. dkk., 2018). tindakan untuk menjaga kebersihan dan
Remaja umumnya tidak memiliki kesehatan untuk kesejahteraan fisik dan
cukup informasi mengenai kesehatan psikis. Ada beberapa macam kebersihan
reproduksi dan memiliki kesalahan diri, salah satunya yaitu perawatan
persepsi mengenai kesehatan reproduksi. genetalia. Dimana perilaku perawatan
Minimnya pemahaman yang dimiliki oleh genetalia adalah suatu pemahaman, sikap
remaja disebabkan oleh kurangnya dan praktik yang dilakukan oleh seseorang
ketersediaan akses untuk mendapatkan untuk meningkatkan derajat kesehatan,
informasi mengenai kesehatan reproduksi. memelihara kebersihan diri, meningkatkan
Adapula remaja yang meskipun mereka rasa percaya diri, dan mencegah timbulnya
sudah diberikan pengetahuan akan tetapi penyakit (Marhaeni, 2016).
masih tidak merubah perilaku untuk Bahan dan Metode
menjaga kebersihan diri (kebersihan Lokasi dan rancangan penelitian
genetalia) hal ini menjadi pencetus Penelitian ini telah dilaksanakan di
semakin banyaknya kejadian keputihan SMA Negeri 2 Maros. Rancangan
pada remaja (Pradnyandari. dkk., 2019). penelitian yang digunakan adalah cross
Berdasarkan hasil prasurvey saya, saya sectional.
melakukan wawancara dan pengataman Populasi dan sampel
terhadap beberapa siswi SMA Negeri 2 Populasi dalam penelitian adalah siswi
Camba Maros. Dari hasil wawancara kelas XI dan kelas XII SMA Negeri 2
didapatkan data bahwa sebagian besar Maros tahun ajaran 2021 yang berjumlah
siswi mengalami keputihan, baik 151 siswi. Pengambilan sampel dilakukan
keputihan fisiologi maupun patologis. Dari dengan metode proportional stratified
hasil pengamatan didapatkan bahwa kamar random sampling sebanyak 60 responden.
mandi di sekolah tersebut kurang bersih. Instrumen yang digunakan adalah
Keputihan atau flour albus adalah kuesioner
kondisi vagina saat mengeluarkan cairan Metode pengumpulan data
atau lendir menyerupai nanah. Keputihan Prosedur pengumpulan data yang
tidak selamanya merupakan penyakit digunakan oleh peneliti adalah dengan
karena ada juga keputihan yang normal. memberikan kuesioner melalui Google
Oleh karena itu, keputihan dibagi menjadi Form. Sebelum diberikan kuesioner
dua, yaitu keputihan normal (fisiologi) dan peneliti terlebih dahulu melakukan
abnormal (patologis) (Bahari, 2019). perkenalan diri melalui zoom meeting agar
Perilaku adalah respon individu peneliti terjalin hubungan saling percaya
terhadap suatu stimulus atau suatu terhadap responden nantinya. Oleh karena
tindakan yang dapat diamati dan itu tempat perencanaan penelitian belum
mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan dapat dilakukan tatap muka lansung
tujuan baik disadari maupun tidak. kepada responden yang disebabkan adanya
Perilaku merupakan kumpulan berbagai pandemi COVID-19. Didalam pertemuan
faktor yang saling berinteraksi. Sering melalui zoom meeting peneliti akan
tidak disadari bahwa interaksi tersebut menyampaikan maksud dan tujuan untuk
amat kompleks sehingga kadang-kadang melakukan penelitian, dan untuk langkah-
kita tidak sempat memikirkan penyebab langkah pengumpulan data dilakukan
seseorang menerapkan perilaku tertentu. kepada responden setelah itu memberikan
Karena itu amat penting untuk dapat kuesioner penelitian kepada responden.
menelaah alasan dibalik perilaku individu, Analisis data
sebelum ia mampu mengubah perilaku Analisa univariat adalah Untuk
tersebut (Wawan & Dewi, 2019). mendapatkan gambaran setiap variabel,
distribusi frekuensi berbagai yang diteliti
Hubungan Perilaku Kebersihan Diri Irmayanti

baik variabel yang diteliti dependen patologis yaitu sebanyak 34 responden


maupun variabel independen dengan (69.4%), dan yang mengalami keputihan
melihat frekuensi dapat diketahui deskripsi fisiologi sebanyak 15 responden (30.6%).
masing-masing variabel dalam penelitian
atau data demokrafi responden. Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 60
Analisis bivariat merupakan analisis responden terdapat 10 (16.7%) responden
untuk mengetahui apakah ada atau yang memiliki perilaku positif dan tidak
tidaknya hubungan perilaku kebersihan mengalami keputihan, responden yang
diri dengan kejadian keputihan. memiliki perilaku positif dan mengalami
keputihan sebanyak 17 (28.3%) responden.
HASIL PENELITIAN Responden yang berperilaku negatif dan
tidak mengalami keputihan sebanyak 1
Karakteristik sampel (1.7%), sedangkan yang berperilaku
Berdasarkan tabel 3 di peroleh data negatif dan mengalami keputihan
bahwa dari 60 responden yang di teliti sebanyak 32 (53.3%) responden. Hasil
berdasarkan kelompok umur terbanyak nilai Chi-square p value (0,001<0,005)
adalah 16 dan 17 sebanyak 29 responden maka dapat disimpulkan ha diterima hal
(48.3%) dan kelompok umur sedikit yaitu ini menunjukkan ada hubungan yang
15 dan 18 sebanyak 1 responden (1.7%). signifikan antara perilaku kebersihan diri
Pada karakteristik kelas menunjukkan dengan kejadian keputihan di SMA Negeri
bahwa kelas XI MIPA 2 dengan responden 2 Maros.
terbanyak yaitu 14 responden (23.3%),
kelas XII MIPA 2 sebanyak 12 responden PEMBAHASAN
(20.0%), kelas XII MIPA 1 DAN XII
1. Kejadian Keputihan
MIPA 3 sebanyak 7 responden (11.7%),
dan paling sedikit pada kelas XI MIPA 1
Hasil penelitian menunjukkan
dan XI MIPA 3 sebanyak 7 responden
bahwa responden lebih banyak
(11.7%). Berdasarkan umur pertama kali
mengalami keputihan yaitu sebanyak
haid, umur 13 tahun paling banyak yaitu
49 responden (81.7%) dibandingkan
25 responden (41.7%), umur 14 tahun
yang tidak mengalami keputihan yaitu
sebanyak 22 responden (36.7%), umur 12
sebanyak 11 responden (18.3%). Pada
tahun seabanyak 7 responden (11.7%),
penelitian ini peneliti mengkategorikan
umur 11 tahun sebanyak 4 responden
keputihan yaitu keputihan fisiologi dan
(6.7%) dan yang paling sedikit yaitu umur
keputihan patologis. Adapun hasilnya
15 tahun sebanyak 2 responden (3.3%).
yaitu lebih banyak yang mengalami
Tabel 4 menunjukkan berdasarkan keputihan patologis dibanding
kejadian keputihan, paling banyak keputihan fisiologi. Dimana siswi yang
mengalami keputihan yaitu sebanyak 49 mengalami keputihan patologis yaitu
responden (81.7%) dan yang tidak ada sebanyak 34 responden (69.4%), dan
kejadian keputihan yaitu sebanyak 11 yang mengalami keputihan fisiologi
responden (18.3%). sebanyak 15 responden (30.6%).
Penelitian ini sejalan dengan
Tabel 5 menunjukkan bahwa Silaban. dkk., tahun 2020 dari 50
berdasarkan perilaku kebersihan diri remaja putri lebih banyak yang
terbanyak yaitu perilaku negatif sebanyak mengalami keputihan yaitu sebanyak
33 responden (55%), sedangkan yang 36 (72,0%) responden sedangkan yang
berperilaku positif sebanyak 27 responden tidak mengalami keputihan sebanyak
(45%). 14 (28,0%) responden. Hal ini
Tabel 6 menunjukkan bahwa siswi menunjukkan bahwa kurangnya
lebih banyak mengalami keputihan perhatian ramaja putri terhadap
Hubungan Perilaku Kebersihan Diri Irmayanti

kebersihan diri sendiri, terutama pada serta pengaruh lingkungan.


daerah genetalia sehingga akan hal Pematangan fungsi hormonal wanita
tersebut akan sangat merugikan bagi akan mengalami ovulasi dan
remaja putri dan akan sangat menstruasi. Pada masa menjelang
berdampak bagi kesehatan terutama menstruasi pertama, organ reproduksi
pada daerah genitalia remaja putri. sangat sensitif, sehingga apabila
Hasil Penelitian mengenai personal hygiene organ reproduksi
keputihan fisiologis dan patologis tidak terjaga, maka akan menyebabkan
sesuai dengan penelitian yang keputihan yang memberi dampak
dilakukan oleh Novita. dkk., tahun negatif pada kesehatan organ
2020 sesuai dengan dari 50 responden reproduksi (Irmayanti, 2018).
terbanyak mengalami keputihan 2. Gambaran Perilaku Kebersihan Diri
patologis yaitu sebanyak 31 (62,0%)
Hasil penelitian menunjukkan
responden, dan remaja putri yang
bahwa perilaku kebersihan diri
mengalami kejadian keputihan
khusunya vaginal hygiene sebagian
fisiologi yaitu sebanyak 19 (38,9%)
besar responden berperilaku negatif
responden.
yaitu sebanyak 51 (85.0%) responden
Adapun faktor yang menyebabkan
dibandingkan perilaku positif sebanyak
terjadinya keputihan pada penelitian
46 (76.7%) responden.
ini yaitu karena faktor lingkungan,
Hasil penelitian menunjukkan
berdasarkan data dari hasil pra survey
banyak siswi yang memiliki vaginal
kamar mandi di sekolah tersebut
hygiene yang kurang baik dilihat dari
kurang bersih dan data dari hasil
42 (70.0%) responden menggunaka air
wawancara lewat aplikasi zoom
tergenang di ember pada saat
dengan siswi SMA Negeri 2 Maros,
membasuh alat genital. Disamping itu
beberapa siswi mengatakan bahwa
terdapat 40 (66.7%) responden
mereka kurang mendapatkan informasi
menggunakan sabun mandi untuk
mengenai kebersihan genetalia di
membersihkan alat genital.
sekolah, adapun informasi mengenai
Berdasarkan penelitian sebelumnya
keputihan hanya di dapatkan dari
yang dilakukan oleh (Cahyaningtyas,
media sosial. Hal ini selaras dengan
2019) yaitu berdasarkan hasil
penelitian Pradnyandari. dkk., tahun
pengujian, Candida krusei ditemukan
2019 bahwa faktor lingkungan yang
pada 2 sampel air yang tergenang.
menyebabkan keputihan adalah
Candida ini adalah jenis Candida non-
lingkungan rumah dan lingkungan
albicans yang memiliki peluang untuk
social. Dimana Informasi terkait
menimbulkan kejadian KVV dengan
vaginal hygiene umumnya juga dapat
gejala keputihan, yakni sebesar 1%.
diberikan oleh orang tua, saudara,
Meskipun peluangnya kecil, Candida
maupun kerabat terdekat. Lingkungan
crusei memiliki peran signifikan dalam
sosial juga berperan dalam
menyebabkan timbulnya kejadian
memberikan informasi pada remaja.
keputihan, terutama keputihan yang
Pada usia remaja awal pengetahuan
menyertai kejadian KVVR, karena
masih kurang mengenai personal
Candida krusei resistensi terhadap obat
hygiene sehingga remaja masih sulit
anti jamur.
untuk menjalankan peran baru
Berdasarkan teori
berkaitan dengan perubahan-perubahan
(Supriyatiningsih, 2015) bahwa busa
yang terjadi pada fisiknya. Proses
dari sabun mandi dapat mematikan
tumbuh kembang remaja ditandai
banteri alamiah dalam vagina dengan
dengan pertumbuhan fisik dan
cara yang mirip dengan antibiotik. Hal
pematangan fungsi organ hormonal
ini juga sebanding dengan hasil
Hubungan Perilaku Kebersihan Diri Irmayanti

penelitian (Abrori. dkk., 2017) siswa MA Al-Hikmah memiliki


penggunaan pembersih vagina sangat personal hygiene yang kurang yaitu
mempengaruhi kejadian keputihan sebesar 95% dan seluruhnya pernah
patologis pada siswi di SMAN 1 mengalami keputihan. Setelah
Simpang Hilir Kabupaten Kayong dilakukan analisis data dengan
Utara. Dimana dampak penggunaan menggunakan koefisien kontingensi
pembersih vagina berlebihan dapat maka didapatkan ada hubungan antara
menyebabkan mikroflora normal pada personal hygiene dengan kejadian
vagina terbunuh dan menimbulkan keputihan. Dan sebesar 5% siswa yang
iritasi pada vagina. Iritasi pada pernah mengalami keputihan ternyata
permukaan mukosa vagina memiliki personal hygiene yang baik.
menyebabkan mudah terjadi terinfeksi Ini juga sesuai dengan penelitian
oleh kuman, bakteri, jamur, dan virus yang dilakukan oleh Novita. dkk.,
penyebab keputihan patologis. tahun 2020 memiliki sedikit perbedaan
Perilaku manusia yang pada jumlah responden dimana
mempengaruhi kesehatan dapat terdapat 50 responden, namun
digolongkan dalam dua kategori yaitu : memiliki kesesuaian pada hasilnya.
perilaku yang terwujud sengaja atau Dari 50 responden yang diteliti,
sadar membawa manfaat kesehatan terdapat 34 responden yang
baik bagi diri individu yang melakukan berperilaku buruk, dan 16 responden
perilaku tersebut maupun masyarakat. yang berperilaku baik. Hasil cross
Dan sebaliknya ada perilaku yang tabulation menunjukkan adanya
disengaja atau tidak disengaja hubungan yang bermakna antara
merugikan kesehatan baik bagi diri perilaku dengan kejadian keputihan
individu yang melakukan maupun SMP Islam Asyafiyah 06. Dibuktikan
masyarakat (Astuti. dkk., 2018). dengan hasil uji statistic Chi-Square
3. Hubungan perilaku kebersihan diri sebesar p = 0,027 (p value < 0,05)
dengan kejadian keputihan yang berarti Ho ditolak Ha diterima
Hasil penelitian menunjukkan artinya ada hubungan antara perilaku
bahwa dari 60 responden terdapat 10 dengan kejadian keputihan
(16.7%) responden yang memiliki Hasil penelitian yang dilakukan
perilaku positif dan tidak mengalami memiliki sedikit perbedaan dengan
keputihan, responden yang memiliki penelitian yang dilakukan oleh Astuti.
perilaku positif dan mengalami dkk., tahun 2018 bahwa dari 50 orang
keputihan sebanyak 17 (28.3%) sampel dengan menggunakan analisis
responden. Responden yang spearman rank didapatkan hasil bahwa
berperilaku negatif dan tidak perilaku vaginal hygiene sebagian
mengalami keputihan sebanyak 1 besar responden dikategorikan baik
(1.7%), sedangkan yang berperilaku yaitu sebanyak 20 orang (60,61%) dan
negatif dan mengalami keputihan kejadian keputihan sebagian besar
sebanyak 32 (53.3%) responden. Hasil responden dikategorikan
nilai Chi-square p value (0,001<0,005) mengalindriyaniami keputihan
maka dapat disimpulkan ada hubungan fisiologi yaitu sebanyak 21 orang
yang signifikan antara perilaku (63,64). Nilai Sig = 0,001 (α ≤ 0,05),
kebersihan diri dengan kejadian artinya ada hubungan vaginal hygiene
keputihan di SMA Negeri 2 Maros. dengan kejadian keputihan pada
Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswi di asrama putri PSIK
(Indriyani, R., Indriyawati, Y., & UNITRI Malang dengan nilai korelasi
Pratiwi, I.G., 2012) dari 63 responden -0,760.
didapatkan hasil bahwa sebagian besar
Hubungan Perilaku Kebersihan Diri Irmayanti

Penelitian yang dilakukan oleh Lactobacillus doderlein untuk


(Indriyani, R., Indriyawati, Y., & metabolisme. Sisa dari metabolisme ini
Pratiwi, I.G., 2012) dari siswi yang adalah asam laktat yang digunakan
diteliti yang memiliki personal hygiene untuk menjaga keasaman vagina. Jika
yang baik mengalami keputihan yang asam laktat yang dihasilkan sedikit,
masih dalam batas normal. Keputihan bakteri, jamur, dan parasit mudah
yang mereka alami biasanya terjadi berkembang.
sebelum haid. Jadi meskipun mereka Ketegangan psikis merupakan
mengalami keputihan belum tentu kondisi yang dialami seseorang akibat
mereka memiliki personal hygiene dari meningkatnya beban pikiran
yang jelek, karena keputihan pasti akibat dari kondisi yang tidak
terjadi pada setiap wanita, tetapi menyenangkan atau sulit diatasi.
tingkat keparahan keputihan yang Meningkatnya beban pikiran memicu
mereka alami berbeda-beda. Keputihan peningkatan sekresi hormon adrenalin.
juga terjadi karena kurangnya upaya Meningkatnya sekresi hormon
kebersihan diri terutama kebersihan adrenalin menyebabkan penyempitan
genetalia. pembuluh darah dan mengurangi
Perilaku negatif dan banyak elastisitas pembuluh darah. Kondisi ini
mengalami keputihan yaitu perilaku menyebabkan aliran hormone estrogen
menggunakan air yang tergenang di ke organ-organ tertentu termasuk
ember saat membasuh alat genital vagina terhambat sehingga asam laktat
sebanyak 42 (70.0%) responden, yang dihasilkan berkurang.
perilaku menggunakan sabun mandi Berkurangnya asam laktat
untuk mencuci alat genital bila tidak menyebabkan keasaman vagina
ada cairan antiseptik khusus vagina berkurang sehingga bakteri, jamur, dan
sebanyak 40 (66.7%) reponden, parasit penyebab keputihan mudah
perilaku tidak mengganti pembalut 4 berkembang.
jam sekali pada saat menstruasi KESIMPULAN DAN SARAN
sebanyak 36 (60.0%) responden dan Kesimpulan Penelitian ini adalah ada
perilaku tidak mengeringkan daerah hubungan yang signifikan antara perilaku
kewanitaan setelah BAB dan BAK kebersihan diri dengan kejadian keputihan
sebanyak 30 (50.0%) responden. di SMA Negeri 2 Maros. Diharapkan siswi
Responden yang berperilaku positif dapat meningkatkan pengetahuan dan
dan mengalami keputihan dapat perilaku yang benar dalam menjaga
disebabkan oleh faktor lain seperti kebersihan organ genitalia terhadap
kelelahan fisik dan ketegangan psikis kejadian keputihan, misalnya cara
(stress). Menurut (Marhaeni, 2016) membersihkan vagina dan penggunaan air
adapun perilaku yang dapat bersih saat membasuh vagina, dan untuk
menyebabkan keputihan yaitu penelitian selanjutnya diharapkan
kelelahan fisik. Dimana kelelahan menambahkan variabel lain seperti
fisik merupakan kondisi yang dialami aktivitas fisik dan ketegangan psikis
oleh seseorang akibat meningkatnya (stres).
pengeluaran energy karena terlalu
memaksakan tubuh untuk bekerja
berlebihan dan menguras fisik.
Meningkatnya pengeluaran energy
menekan sekresi hormon estrogen.
Menurunnya sekresi hormon estrogen
menyebabkan penurunan kadar
glikogen. Glikogen digunakan oleh

Anda mungkin juga menyukai