Anda di halaman 1dari 34

PROPOSAL

HUBUNGAN PERILAKU KEBERSIHAN DIRI


DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SISWI
KELAS X DAN XI SMA NEGERI 2 CAMBA MAROS

IRMAYANTI
21906127

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR
MAKASSAR
2021

i
DAFTAR ISI

I. JUDUL PENELITIAN ................................................................ 1


II. RUANG LINGKUP ..................................................................... 1
III. PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 3
IV. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 4
A. Tinjauan tentang Keputihan ..................................................... 4
B. Tinjauan tentang Perilaku ........................................................ 9
C. Tabel Sintesa .......................................................................... 18
V. KERANGKA KONSEP ............................................................. 21
A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti ................................. 21
B. Pola Fikir Variabel yang Diteliti .............................................21
C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ............................ 22
VI. METODE PENELITIAN .......................................................... 23
A. Jenis Penelitian ....................................................................... 23
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 23
C. Populasi dan Sampel .............................................................. 24
D. Pengumpulan Data ................................................................. 24
E. Pengolahan Data .................................................................... 25
F. Analisa Data ........................................................................... 26
G. Penyajian Data ....................................................................... 26
H. Etika Penelitian ...................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ii
PROPOSAL PENELITIAN

I. JUDUL PENELITIAN

HUBUNGAN PERILAKU KEBERSIHAN DIRI DENGAN KEJADIAN

KEPUTIHAN PADA SISWI KELAS X DAN XI SMA NEGERI 2

CAMBA MAROS

II. RUANG LINGKUP

KEPERAWATAN KOMUNITAS

III. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu elemen penting yang akan

mempengaruhi kualitas kehidupan seseorang dari segala aspek, salah satu

bagian kesehatan yang perlu diperhatikan yaitu kesehatan reproduksi.

Menjaga kesehatan reproduksi merupakan hal yang sangat penting karena

reproduksi suatu proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan

demi kelestarian hidup (Irmayanti, 2018).

Sikap dan pengetahuan yang kurang dalam melakukan perawatan

kebersihan genetalia eksterna (kemaluan bagian luar), serta perilaku yang

kurang baik menjadi pencetus keputihan (Abrori. dkk., 2017).

1
Secara global data World Health Organization (WHO) pada tahun 2017

yang dikutip oleh (Silaban. dkk., 2020) sekitar 85% perempuan di dunia pasti

mengalami keputihan paling tidak sekali seumur hidup dan sebanyak 45%

akan mengalami dua kali atau lebih, sedangkan wanita Eropa yang

mengalami keputihan sebesar 25%. Dari data WHO pada tahun 2018

penduduk dunia saat ini didefinisikan oleh penduduk usia dibawah 25 tahun

(42%) dan sekitar 1,2 miliar adalah remaja putri berusia 10-19 tahun

(Ramadhanti. dkk., 2019).

Di Indonesia sekitar 90% wanita berpotensi mengalami keputihan karena

negara Indonesia adalah daerah yang beriklim tropis, sehingga jamur mudah

berkembang yang mengakibatkan banyaknya kasus keputihan. Gejala

keputihan juga dialami oleh wanita yang belum kawin atau remaja putri yang

berumur 15-24 tahun yaitu sekitar 31,8%. Hal ini, menunjukkan remaja lebih

berisiko terjadi keputihan (Abrori. dkk., 2017).

Berdasarkan Badan Kependudukan Keluarga Berencana (BKKBN), untuk

wanita Indonesia yang mengalami keputihan sekitar 75%. Angka ini berbeda

tajam di Eropa karena cuaca di Indonesia yang lembab. Bacterial Vaginosisi

(BV) adalah penyebab tersering keputihan patologis (40%-50% kasus infeksi

vagina) (Pangestui. D, 2017 )

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya menyatakan bahwa dari jumlah

populasi 50 orang dan sampel penelitian menggunakan teknik purposive

sampling yaitu sebanyak 33 orang.perilaku vaginal hygiene dikategorikan baik

sebanyak 20 orang (60,61%) dan kejadian keputihan dikategorikan mengalami

2
keputihan fisiologis yaitu sebanyak 21 orang (63,64%). Dimana hasil

spearman rank didapatkan nilai Sig = 0,001 (α≤0,05), artinya ada hubungan

vaginal hygiene dengan kejadian keputihan (HENDIANA ASTUTI)

Remaja umumnya tidak memiliki cukup informasi mengenai kesehatan

reproduksi dan memiliki kesalahan persepsi mengenai kesehatan reproduksi.

Minimnya pemahaman yang dimiliki oleh remaja disebabkan oleh kurangnya

ketersediaan akses untuk mendapatkan informasi mengenai kesehatan

reproduksi. Adapula remaja yang meskipun mereka sudah diberikan

pengetahuan akan tetapi masih tidak merubah perilaku untuk menjaga

kebersihan diri (kebersihan genetalia) Hal ini menjadi pencetus semakin

banyaknya kejadian keputihan pada remaja (Pradnyandari. dkk., 2019).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka rumusan masalah yang dapat

ditemukan yaitu “Bagaimana Hubungan Perilaku Kebersihan Diri dengan

Kejadian Keputihan pada Siswi Kelas X dan XI SMA Negeri 2 Camba

Maros”?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk Mengetahui Hubungan Perilaku Kebersihan Diri dengan Kejadian

Keputihan pada Siswi Kelas X dan XI SMA Negeri 2 Camba Maros.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui kejadian keputihan pada siswi

b. Untuk mengetahui perilaku kebersihan diri pada siswi

3
D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

Hasil pemikiran ini dapat menjadi sumbangan ilmu pengetahuan terutama

dibidang kesehatan khususnya tentang hubungan perilaku kebersihan diri

dengan kejadian keputihan di SMA Negeri 2 Camba Maros, serta dapat

digunakan bahan penelitian selanjutrnya.

2. Manfaat Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber pustaka dan wacana bagi

pembaca yang berada di perpustakaan dan dapat menambah wawasan ilmu

pengetahuan tentang hubungan perilaku kebersihan diri dengan kejadian

keputihan pada siswi di SMA Negeri 2 Camba Maros.

3. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini merupakan pengalaman berharga bagi peneliti dan

bentuk pengabdian dan mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh, serta

memperluas wawasan.

4. Manfaat Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dan dapat menjadi sumber

informasi kepada msayarakat mengenai hubungan perilaku kebersihan diri

dengan kejadian keputihan.

IV. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Keputihan

1. Definisi

4
Keputihan atau yang disebut juga dengan istilah white discharge atau

vaginal discharge atau leukore atau flour albus. Leukorea berasal dari kata

Leuco yang berarti benda putih yang disertai dengan akhiran –rrhea yang

berarti aliran atau cairan yang mengalir. Leukorea merupakan pengeluaran

dari kemaluan yang bukan darah. Keputihan merupakan salah satu tanda dari

proses ovulasi yang terjadi di dalam tubuh. Selain itu, keputihan juga

merupakan salah satu dari suatu penyakit (Marhaeni, 2016).

Keputihan atau flour albus adalah kondisi vagina saat mengeluarkan cairan

atau lendir menyerupai nanah. Keputihan tidak selamanya merupakan

penyakit karena ada juga keputihan yang normal. Oleh karena itu, keputihan

dibagi menjadi dua, yaitu keputihan normal (fisiologi) dan abnormal

(patologis) (Bahari, 2019).

2. Klasifikasi Keputihan

Klasifikasi keputihan menurut (Bahari, 2019)

a. Keputihan normal (fisiologi)

Keputihan normal biasanya terjadi menjelang dan sesudah menstruasi,

mendapatkan rangsangan seksual, mengalami stress berat, sedang hamil, atau

mengalami kelelahan. Adapun cairan yang keluar berwarna jernih atau

kekuningan dan tidak berbau. Selain itu, keputihan jenis ini juga tidak disertai

rasa gatal dan perubahan warna. Keputihan ini merupakan sesuatu yang wajar,

sehingga tidak diperlukan tindakan medis tertentu .

b. Keputihan abnormal (patologis)

5
Berbeda dengan keputihan normal, keputihan abnormal bisa dikategorikan

sebagai penyakit. Keputihan jenis ini ditandai dengan keluarnya lendir dalam

jumlah banyak. Selain itu, lendir tersebut berwarna putih atau kekuningan dan

memiliki bau yang sangat menyengat, vagina yang terinfeksi mengalami

bengkak.

3. Etiologi

Menurut Manuaba (2010) Penyebab terjadinya keputihan dapat

disebabkan kondisi nonpatologis dan kondisi patologis. Penyebab

nonpatologis terjadi pada saat menjelang menstruasi atau setelah menstruasi,

rangsangan seksual, saat wanita hamil, stress baik fisik maupun psikologis.

Sedangkan penyebab patologis terjadi karena infeksi jamur, infeksi bakteri,

infeksi parasite jenis protozoa dan infeksi gonorhoe (Supriyatiningsih, 2015).

4. Patofisiologi

Menurut Sianturi (1996) bila terjadi suatu ketidakseimbangan suasana

flora vagina yang disebabkan oleh beberapa faktor maka terjadi penurunan

fungsi basil Doderlein dengan berkurangnya jumlah glikogen karena fungsi

proteksi basil Doderlein berkurang maka terjadi aktivitas dari mikroorganisme

patologis yang selama ini ditekan oleh flora normal vagina. Progresifitas

mikroorganisme patologis secara klinis akan memberikan suatu reaksi

inflamasi di daerah vagina. Sistem imun tubuh akan bekerja membantu fungsi

dari basil Doderlein sehingga terjadi pengeluaran leukosit PMN maka

terjadilah leukorea (Supriyatiningsih, 2015).

6
Meskipun banyak variasi warna, konsistensi, dan jumlah dari sekret vagina

bisa dikatakan suatu yang normal, tetapi perubahan itu selalu diinterpretasikan

penderita sebagai suatu infeksi, khususnya disebabkan oleh jamur. Beberapa

perempuan pun mempunyai sekret vagina yang banyak sekali. Dalam kondisi

normal, cairan yang keluar dari vagina mengandung sekret vagina, sel-sel

vagina yang terlepas dan mucus serviks, yang akan bervariasi karena umur,

siklus menstruasi, kehamilan, penggunaan pil KB. Lingkungan vagina yang

normal ditandai adanya suatu hubungan yang dinamis antara lactobacillus

acidophilus dengan flora endogen lain, estrogen, glikogen, pH vagina dan

hasil metabolit lain. Lactobacillus acidophilus menghasilkan endogen

peroksida yang toksik terhadap bakteri pathogen. Karena aksi dari estrogen

pada epitel vagina, produksi glikogen, lactobacillus (Doderlein) dan produksi

asam laktat yang menghasilkan pH vagina yang rendah sampai 3,8-4,5 dan

pada level ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain (Supriyatiningsih,

2015).

5. Gejala keputihan

Adapun gejala keputihan menurut (Bahari, 2019).

a. Sesuai dengan faktor penyebabnya, gejala yang timbul akibat keputihan

beraneka ragam. Cairan yang keluar bisa saja sangat banyak, sehingga harus

berkali-kali mengganti celana dalam, bahkan menggunakan pembalut, namun

dapat pula sangat sedikit.

b. Warna cairan yang keluar juga bisa berbeda-beda, seperti berwarna keputih-

putihan (tetapi jernih), keabu-abuan, kehijauan, atau kekuningan. Tingkat

7
kekentalan cairan tersebut juga berbeda-beda, mulai dari encer, berbuih,

kental, hingga menggumpal seperti “kepala” susu. Cairan itu dapat pula

berbau busuk, meskipun ada juga cairan keputihan yang tidak berbau.

c. Sebagian penderita keputihan mengeluhkan rasa gatal pada kemaluan dan

lipatan di sekitar paha, rasa panas di “bibir” vagina, serta rasa nyeri ketika

buang air kecil dan berhubungan seksual. Rasa gatal tersebut bisa jadi terus

menerus atau hanya sesekali, misalnya pada malam hari. Hal ini diperparah

oleh kondisi lembap, karena banyaknya cairan yang keluar disekitar paha,

sehingga kulit di bagian itu mudah mengalami lecet. Lecet-lecet tersebut

semakin banyak karena garukan yang dilakukan ketika merasakan gatal.

d. Keputihan juga berpengaruh besar terhadap kondisi psikologis seseorang

sebagai penderita. Jika keputihan tersebut berlangsung lama (tidak kunjung

sembuh), dapat menimbulkan rasa malu, sedih, rendah diri. Bahkan, kondisi

ini dapat menimbulkan kecemasan yang berlebihan karena takut Karena

penyakit kanker. Akibatnya, seseorang dapat kehilangan rasa percaya diri

mulai menarik diri dari pergaulan, sehingga tidak bisa menjalani aktivitas

sehari-hari dengan tenang.

e. Bagi orang-orang yang sudah berumah tangga, kondisi tersebut sangat

mempengaruhi kehidupan seksual mereka. Boleh jadi, suami tidak lagi

bergairah untuk menggauli istrinya karena adanya bau tidak sedap dari cairan

keputihan atau rasa sakit yang dirasakan istrinya, ketika berhubungan seksual.

6. Dampak keputihan

8
Keputihan fisiologi dan patologis mempunyai dampak pada wanita. Keputihan

sisiologis menyebabkan rasa tidak nyaman pada wanita sehingga dapat

mempengaruhi rasa percaya dirinya. Keputihan patologis yang berlangsung

terus menerus akan mengganggu fungsi organ reproduksi wanita khususnya

pada bagian saluran indung telur yang dapat menyebabkan infertilitas

(Marhaeni, 2016).

7. Pengobatan Keputihan

Menurut (Bahari, 2019) pengobatan keputihan akan diberikan setelah

diketahui penyebabnya. Pengobatan yang dilakukan bisa saja menggunakan

metode-metode modern maupun memanfaatkan ramuan-ramuan yang berasal

dari beragam jenis tanaman obat.

B. Tinjauan tentang Perilaku

1. Definisi

Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu

tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan

tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan berbagai

faktor yang saling berinteraksi. Sering tidak disadari bahwa interaksi tersebut

amat kompleks sehingga kadang-kadang kita tidak sempat memikirkan

penyebab seseorang menerapkan perilaku tertentu. Karena itu amat penting

untuk dapat menelaah alasan dibalik perilaku individu, sebelum ia mampu

mengubah perilaku tersebut (Wawan & Dewi, 2019).

Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap

stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan

9
kesehatan, makanan serta lingkungan. Batasan ini mempunyai 2 unsur pokok,

yakni respon dan stimulus atau perangsangan. Respon atau reaksi manusia,

baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi, dan sikap) maupun bersifat aktif

(tindakan yang nyata atau practice). (Wawan & Dewi, 2019).

2. Domain Perilaku

a. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini dihasilkan setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi

melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan, indra pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau rana kognitif merupakan domain

yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Tingkat

pengetahuan di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan (Nurmala.

dkk., 2018).

1) Mengetahui (Know), merupakan level terendah di domain kognitif, dimana

seseorang mengingat kembali (recall) pengetahuan yang telah dipelajari.

2) Memahami (comprehension), merupakan level yang lebih tinggi dari hanya

sekedar tahu. Pada level ini pengetahuan dipahami dan diinterpretasi secara

benar oleh individu tersebut.

3) Aplikasi (application), merupakan level di mana individu tersebut dapat

menggunakan pengetahuan yang telah dipahami dan diinterpretasi dengan

benar ke dalam situasi yang nyata di kehidupannya.

10
4) Analisis (analysis), merupakan level di mana individu tersebut mampu untuk

menjelaskan keterkaitan materi tersebut dalam komponen yang lebih

kompleks dalam suatu unit tertentu.

5) Sintesis (synthesis), merupakan level di mana kemampuan individu untuk

menyusun formulasi yang baru dari formulasi yang sudah ada.

6) Evaluasi (evaluation), merupakan level di mana individu mampu untuk

melakukan penilian terhadap materi yang diberikan.

b. Sikap (attitude)

Sikap digunakan sebagai predictor dari perilaku yang merupakan respon

seseorang ketika menerima stimulus dari lingkungannya. Sikap lebih bersifat

sebagai reaksi emosional terhadap rangsangan tersebut, yang dibagi dalam

beberapa tingkatan (Nurmala. dkk., 2018).

1) Menerima (receiving), terjadi jika individu tersebut memiliki kemauan untuk

memperhatikan stimulus yang diterima.

2) Merespons (responding), terjadi jika individu telah memberikan reaksi yang

tampak pada perilakunya terhadap stimulus yang diterima.

3) Mengahrgai (valuing), terjadi jika individu mulai memberikan penghargaan

pada stimulus yang diterima dan meneruskan stimulus tersebut pada orang

yang lainnya.

4) Bertanggung jawab (responsible) terjadi jika individu telah menerima segala

konsekuensi dari pilihannya dan bersedia untuk bertanggung jawab.

c. Praktik atau tindakan (pravtice)

11
Menurut (Nurmala. dkk., 2018) Praktik mempunyai beberapa tingkatan,

yaitu :

1) Respon terpimpin (guided response), dilakukan oleh individu dengan

mengikuti panduan yang ada sesuai urutan yang benar dalam panduan

tersebut.

2) Mekanisme (mechanisme), dilakukan oleh invidu tanpa melihat panduan

karena sudah menajdi kebiasaan yang dilakukan.

3) Adopsi (adoption), dilakukan oleh individu yang sudah melakukan dengan

baik sehingga perilaku tersebut dapat dilakukan modifikasi sesuai kondisi atau

situasi yang dihadapi.

3. Unsur Pokok Perilaku Kesehatan

Adapun unsur pokok perilaku kesehatan menurut (Wawan & Dewi, 2019)

yaitu :

a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana manusia

berespon, baik secara pasif (mengetahui, bersikap dan mempersepsi penyakit

atau rasa sakit yang ada pada dirinya dan diluar dirinya, maupun aktif

(tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit atau sakit tersebut.

Perilaku terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai dengan

tingkat-tingkat pencegahan penyakit.

b. Perilaku terhadap system pelayanan kesehatan adalah respon seseorang

terhadap system pelayanan kesehatan baik system pelayanan kesehatan

modern maupun tradisional. Perilaku ini menyangkut respon terhadap fasilitas

pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan dan obat-obatnya, yang

12
terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap dan penggunaan fasilitas,

petugas dan obat-obatan.

c. Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior) yakni respon terhadap

makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. Perilaku ini meliputi

pengetahuan, persepsi, sikap dan praktek kita terhadap makanan serta unsur-

unsur yang terkandung didalamnya (zat gizi), pengeloaan makanan, dan

sebagainya sehubungan dengan tubuh kita.

d. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health behavior)

adalah respon seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan

manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan lingkungan itu sendiri.

4. Pembentukan Perilaku

Proses pembentukan perilaku dapat dipengaruhi oleh faktor yang berasal

dalam diri individu, yaitu susunan saraf pusat. Susunana saraf pusat berperan

dalam meneruskan stimulus yang diterima dari satu saraf ke saraf lainnya

dimana perpindahan tersebut tampak pada perilakunya tingkatan (Nurmala.

dkk., 2018).

5. Faktor yang mempengaruhi perilaku

Menurut (Irwan, 2017) Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia

terdapat 3 faktor yaitu :

a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors)

Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan,

tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan

13
kesehatan, system nilai yang di anut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat

sosial ekonomi dan sebagainya.

b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors)

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sumber daya kesehatan,

keterjangkauan pelayanan kesehatan, keterjangkauan petugas kesehatan, dan

keterpaparan informasi. Informasi yang diterima individu dapat menyebabkan

perubahan sikap maupun perilaku pada diri individu tersebut .

c. Faktor-faktor penguat

Faktor-faktor ini meliputi faktor sikao dan perilaku orang tua, tokoh

masyarakat (toma), tokoh agama (toga), tokoh sikap dan perilaku para patugas

termasuk petugas kesehatan.

6. Perilaku yang Menyebabkan Terjadinya Keputihan

Menurut (Marhaeni, 2016) adapun perilaku yang dapat menyebabkan

keputihan yaitu:

a. Kelelahan Fisik

Kelelahan fisik merupakan kondisi yang dialami oleh seseorang akibat

meningkatnya pengeluaran energy karena terlalu memaksakan tubuh untuk

bekerja berlebihan dan menguras fisik. Meningkatnya pengeluaran energy

menekan sekresi hormon estrogen. Menurunnya sekresi hormon estrogen

menyebabkan penurunan kadar glikogen. Glikogen digunakan oleh

Lactobacillus doderlein untuk metabolism. Sisa dari metabolisme ini adalah

14
asam laktat yang digunakan untuk menjaga keasaman vagina. Jika asam laktat

yang dihasilkan sedikit, bakteri, jamur, dan parasite mudah berkembang.

b. Ketegangan psikis

Ketegangan psikis merupakan kondisi yang dialami seseorang akibat dari

meningkatnya beban pikiran akibat dari kondisi yang tidak menyenangkan

atau sulit diatasi. Meningkatnya beban pikiran memicu peningkatan sekresi

hormon adrenalin. Meningkatnya sekresi hormon adrenalin menyebabkan

penyempitan pembuluh darah dan mengurangi elastisitas pembuluh darah.

Kondisi ini menyebabkan aliran hormone estrogen ke organ-organ tertentu

termasuk vagina terhambat sehingga asam laktat yang dihasilkan berkurang.

Berkurangnya asam laktat menyebabkan keasaman vagina berkurang sehingga

bakteri, jamur, dan parasit penyebab keputihan mudah berkembang.

c. Kebersihan diri

Kebersihan diri merupakan suatu tindakan untuk menjaga kebersihan dan

kesehatan untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Ada beberapa macam

kebersihan diri, salah satunya yaitu perawatan genetalia. Dimana perilaku

perawatan genetalia adalah suatu pemahaman, sikap dan praktik yang

dilakukan oleh seseorang untuk meningkatkan derajat kesehatan, memelihara

kebersihan diri, meningkatkan rasa percaya diri, dan mencegah timbulnya

penyakit.

Kebersihan diri pada alat kelamin perempuan yaitu perawatan kebersihan

diri pada organ eksterna atau dikenal dengan nama vulva hygiene yang terdiri

dari mons veneris, terletak didepan simpisis pubis, labia mayora merupakan

15
dua lipatan besar yang membentuk vulva, labia minora dua lipatan kecil

diantara atas labia mayora, klitoris sebuah jaringan erektil yang serupa dengan

penis laki-laki, kemudian juga bagian yang terkait disekitarnya seperti uretra,

vagina, perineum dan anus (Hidayat & Uliyah, 2015).

Ada beberapa perilaku kebersihan diri yang harus diterapkan agar dapat

terhindar dari keputihan, yaitu : (Bahari, 2019)

a. Jagalah kebersihan alat kelamin

Bersihkan alat kelamin setiap kali mandi. Akan tetapi, perlu diingat bahwa

terlalu sering membilas vagina justru bisa merangsang keluarnya lebih banyak

lender serviks.

b. Mencuci tangan sebelum mencuci alat kelamin

Tangan dapat menjadi perantara dari kuman penyebab infeksi. Mencuci

tangan sebelum menyentuh alat kelamin dapat menghindarkan perpindahan

kuman yang menyebabkan infeksi.

c. Mengindari cuci vagina

Produk cuci vagian dapat membunuh flora normal dalam vagina. Ekosistem

dalam vagina terganggu karena produk pencuci vagina bersifat basa sehingga

menyebabkan kuman dapat berkembang dengan baik. Produk cuci vagina

yang digunakan harus sesuai dengan pH normal vagina., yaitu 3,8 – 4.2 dan

sesuai dengan petunjuk dokter

d. Bilaslah vagina ke arah yang benar

Cara mebilas vagina yang benar adalah dari depan ke belakang, khususnya

setelah buang air besar. Jika sebaliknya, kemungkinan besar bakteri dan jamur

16
yang ada di sekitar anus akan masuk ke dalam vagina. Akibatnya, vagina

mengalami infeksi.

e. Hindari pemakaian bedak pada vagina

Meskipun tujuannya adalah membuat vagina tetap harum dan kering, cara ini

sangat berbahaya. Sebab, bedak memiliki partikel-partikel halus yang mudah

terselip di sana-sini. Selain itu, bedak juga mudah menggumpal. Akibatnya,

gumpalan-gumpalan tersebut menjadi tempat yang nyaman bagi tumbuhnya

jamur dan bakteri

f. Keringkan vagina sebelum menggunakan celana dalam

Hal ini perlu dilakukan untuk menjaga vagina agar tetap kering. Sebab,

kondisi vagina yang lembap dan basah bisa menjadi tempat bersarang bagi

kuman dan bakteri.

g. Kurangi konsumsi makanan manis

Kebiasaan mengonsumsi makanan yang manis bisa meningkatkan kadar gula

dalam air kencing, khususnya bagi penderita diabetes mellitus. Akibatnya,

bakteri tumbuh subur dan meningkatkan risiko terinfeksi bakteri itu.

h. Pilihlah celana dalam yang tidak terlalu ketat dan mudah menyerap keringat

Celana dalam yang terlalu ketat dapat membuat vagina dan area di sekitarnya

menjadi mudah lembap. Kondisi ini tentu saja memudahkan tumbuhnya jamur

dan bakteri yang bisa menyebabkan keputihan. Oleh karena itu, gunakan

celana dalam yang agak longgar, dan terbuat dari bahan kartun, bukan nilon,

karena mudah menyerap keringat.

17
i. Ketika haid, sering-seringlah berganti pembalut

Cara ini akan membuat vagina selalu dalam keadaan bersih dan kering.

Dengan demikian, kemungkinan mengalami infeksi semakin kecil.

C. Tabel Sintesa Penelitian

Tabel 1
Sintesa penelitian sebelumnya

No. Judul penelitian Jenis Sampel dan Hasil penelitian


dan nama jurnal penelitia teknik
n penarikan
sampel

1. Novita, Ita Cross Sampel Dari 75 responden


Herawati, Isna sectional dalam didapatkan bahwa
Nurmaliani, dkk. penelitian ini responden yang
Hubungan seluruh mengalami
pengetahuan dan populasi keputihan fisiologis
perilaku menjaga yang ada sebanyak 19 orang
kebersihan yaitu 75 (25,3%), dan
genetalia eksterna orang responden yang
remaja putri Teknik mengalami
dengan kejadian penarikan keputihan patologis
keputihan (Jurnal sampel sebanyak 56 orang
antara kebidanan. adalah total (74,4%). Responden
Volume 3, No. 2, sampling . yang memiliki
Mei-Agustus pengetahuan kurang
2020 baik sebanyak 45
orang (60%),
responden yang
memiliki
pengetahuan cukup
sebanyak 23 orang
(30,7%) dan
responden yang
memiliki
pengetahuan baik
sebanyak 7 orang
(9,3%). Responden
yang mempunyai
perilaku buruk
sebanyak 61 orang
(81,3%), responden

18
yang mempunyai
perilaku baik
sebanyak 14 orang
(18,7%).

2. Abrori, Andri dwi Cross Sampel 1. terdapat


hermawan dan Sectional minimal hubungan yang
Ermulyadi. yang diambil signifikan anatara
Faktor yang dalam pengetahuan vulva
berhubungan penelitian ini hygiene dengan
dengan kejadian adalah 59 kejadian keputihan
keputihan responden . patologis p = 0,036
patologis siswi Teknik 2. terdapat
SMAN 1 penarikan hubungan yang
Simpang hilir sampelnya signifikan antara
Kabupaten adalah gerakan
Kayong utara proportional membersihkan
(Unnes journal of simple vagina dengan
public health 6 random kejadian keputihan
(1) (2017) sampling. patologis P = 0,025
3. terdapat
hubungan yang
signifikan antara
penggunaan
pembersih vagina
dengan kejadian
keputihan patologis
P = 0,002
4. Terdapat
hubungan yang
signifikan antara
penggunaan celana
dalam ketat dengan
kejadian keputihan
patologis P = 0,007
5. terdapat
hubungan yang
signifikan antara
penggunaan toilet
umum dengan
kejadian keputihan
patologis P = 0,021
6. Tidak terdapat
hubungan yang

19
signifikan antara
kegemukan dengan
kejadian keputihan
patologis P = 0,587

3. Hendiana astuti, Cross Sampel 1. Ada hubungan


Joko wiyono, dan Sectional berjumlah 34 antara pengetahuan
Erlisa candrawati. orang yang mengenai personal
Hubungan yang diambil hygiene dengan
perilaku vaginal dengan kejadian keputihan
hygiene dengan teknik pada remaja putri
kejadian cluster kelas XI SMAN 1
keputihan pada sampling. Anggaberi dengan
mahasiswi di nilai ρ < α
Asrama putri (0.042<0.05), yang
PSIK Unitri berarti Ha diterima
Malang ( Jurnal dan Ho ditolak.
Nursing News. 2. ada hubungan
Volume 3, No. 1, antara sikap
2018) terhadap personal
hygiene dengan
kejadian keputihan
pada remaja putri
kelas IX SMAN 1
Anggaberi dengan
nilai ρ < α (0.020 <
0.05), yang berarti
Ha diterima dan Ho
ditolak.

4. Ida ayu, I gede Cross Jumlah Tingkat


ngurah, dan Made Sectional sampel pengetahuan
bagus. minimum responden mengenai
Gambaran pada vaginal hygiene
pengetahuan, penelitian terhadap kejadian
sikap dan perilaku pada keputihan patologis
tentang vaginal penelitian ini adalah baik yaitu
hygiene terhadap adalah 96 sebesar 99,9%.
kejadian orang. Tingkat sikap
keputihan Teknik responden mengenai
patologis pada pengambilan vaginal hygiene
siswi kelas 1 di dengan terhadap kejadian
SMA Negeri 1 simple keputihan patologis
Denpasar periode random adalah baik yaitu
Juli 2018 sampling sebesar 100%.

20
(Intisari sains Tingkat perilaku
medis 2019, responden mengenai
volume 10, mengenai vaginal
number 1: 88-94) hygiene terhadap
kejadian keputihan
patologis adalah
baik yaitu sebesar
98,2%.

V. KERANGKA KONSEP

A. Dasar pemikiran variabel yang diteliti

Keputihan merupakan salah satu kondisi terkait sistem reproduksi yang

umum dialami oleh wanita. Artinya ada keputihan yang normal (fisiologi) dan

ada keputihan abnormal (patologis). Keputihan yang tidak normal bisa

disebabkan oleh infeksi jamur, bakteri, atau parasit di dalam vagina. Adapun

faktor pencetusnya bisa dikarenakan kebersihan diri dalam hal ini kebersihan

genetalia tidak baik.

Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat apakah ada atau tidak

hubungan antara perilaku kebersihan diri dan kejadian keputihan di SMA

Negeri 2 Camba Maros..

B. Pola fikir variabel yang diteliti

Dasar pemikiran variable yang diteliti :

Perilaku Kebersihan Kejadian


Diri Keputihan

Keterangan :

: Variabel independen

21
: Variabel dependen

: Garis penghubung

C. Definisi operasional dan kriteria objektif

1. Perilaku kebersihan diri

a. Definisi operasional

Perilaku kebersihan diri adalah suatu pemahaman, sikap dan praktik yang

dilakukan oleh seseorang untuk meningkatkan derajat kesehatan, memelihara

kebersihan diri, meningkatkan rasa percaya diri, dan mencegah timbulnya

penyakit.

b. Kriteria objektif

Alat ukur yang digunakan yaitu kuesioner dengan skala data nominal.

Dimana kategori baik jika skor nilai 50%-100%, dan buruk jika skor nilai <

50%. Dengan skor pertanyaan “ya = 1” dan “tidak = 0”

2. Keputihan

a. Definisi operasional

Keputihan adalah kondisi vagina saat mengeluarkan cairan atau lender

menyerupai nanah. Keputihan tidak selamanya merupakan penyakit karena

ada juga keputihan yang normal. Sebab itu, keputihan dibagi menjadi dua,

yaitu keputihan normal dan abnormal.

b. Kriteria objektif

22
Alat ukur menggunakan skala gutman dengan skor jawaban “ya : 1” dan

jawaban “tidak : 0” dengan kriteria terjadi keputihan jika salah satu jawaban

ya dan tidak terjadi keputihan jika semua jawaban tidak.

VI. METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif (analitik), yaitu untuk mengetahui

hubungan antara perilaku kebersihan diri dengan kejadian keputihan pada

siswi kelas X dan XI SMA Negeri 2 Camba Maros. Rancangan penelitian

yang digunakan adalah cross sectional yaitu rancangan penelitian yang

dilakukan pada satu waktu bersamaan antara variabel bebas dan terikat.

B. Lokasi dan waktu penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan di SMA Negeri 2 Camba Maros

2. Waktu penelitian

Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada bulan Juni 2021

C. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswi kelas X dan kelas XI SMA

Negeri 2 Camba Maros tahun ajaran 2021/2022 yang berjumlah 151 siswi.

Dengan perincian jumlah siswi sebagai berikut : kelas X sebanyak 71 siswi

dan untuk kelas XI berjumlah 80 siswi.

2. Sampel

23
Dalam penelitian ini teknik penentuan sampel menggunakan rumus Slovin

sebagai berikut :

N
n=
1+ N e

Keterangan :

n = Ukuran sampel

N = Ukuran populasi

e2 = Batas toleransi kesalahan (error tolerance)

151
n=
1+ 151(0 , 1)

n = 60,15 (60)

Teknik pengambilan sampelnya menggunakan metode proportional stratified

random sampling. Sehingga dari masing-masing tingkatan kelas diambil

beberapa sampel yang dianggap dapat mewakili dalam penelitian.

Tabel 2
Jumlah sampel
No Siswi Sub Populasi Sampel
.
1. Kelas X 71 71/151 x 60 = 28,21
(dibulatkan menjadi 28)
2. Kelas XI 80 80/151 x 60 = 31,78
(dibulatkan menjadi 32)
Total 151 60

D. Pengumpulan data

Metode/teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu menggunakan

kuesioner. Kuesioner adalah cara mengumpulkan data dengan cara

memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan secara tertulis kepada subjek

24
untuk mendapatkan daftar pertanyaan secara tertulis kepada subjek untuk

mendapatkan tanggapan atau jawaban atas pertanyaan tersebut.

E. Pengolahan data

1. Penyuntingan (Editing)

Editing dalam penelitian ini adalah upaya untuk memeriksa kembali

kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan

pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

2. Pengkodean (Coding)

Coding dalam penelitian ini merupakan kegiatan pemberian kode numeric

(angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori.

3. Pentabulasian (Tabulating)

Tabulating mentabulasi data yang diperoleh dalam bentuk tabel menggunakan

teknik komputerisasi.

4. Pemasukan data (Entry Data)

Entry Data pada penelitian ini adalah kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan kedalam master tabel atau data base computer, kemudian

membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel

kontigensi.

5. Pembersihan (Cleaning)

Cleaning dalam penelitian ini yaitu pengecekan kembali kemungkinan

kesalahan seperti kode, kelengkapan.

F. Analisa data

25
Analisa data dibagi menjadi 2 metode analisa univariat dan analisa bivariate

sebagai berikut :

1. Analisa univariat

Untuk mendapatkan gambaran setiap variabel, distribusi frekuensi berbagai

yang diteliti baik variabel yang diteliti dependen maupun variabel independen

dengan melihat frekuensi dapat diketahui deskripsi masing-masing variabel

dalam penelitian atau data demokrafi responden.

2. Analisa bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis untuk mengetahui apakah ada atau

tidaknya hubungan perilaku kebersihan diri dengan kejadian keputihan.

G. Penyajian data

Penyajian data dalam bentuk narasi, tabel (master tabel, table frekuensi, dan

tabel analisis) dan foto.

H. Etika penelitian

1. Informasi untuk responden (Informed consent)

Informed consent merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan

informan dengan memberikan persetujuan melalui informed consent, dengan

memberikan lembar pesetujuan kepada responden sebelum penelitian

dilaksanakan. Setelah calon responden memahamai atas penjelasan peneliti

terkait penelitian ini, selanjutnya peneliti memberikan lembar informed

consent untuk ditandatangani oleh sampel penelitian.

2. Tanpa nama (Anonimity)

26
Merupakan usaha menjaga kerahasiaan tentang hal-hal yang berkaitan dengan

data responden. Pada aspek ini peneliti tidak mencantumkan nama responden

pada kuesioner dan hanya diberikan kode atau nomor responden.

3. Kerahasiaan informasi (Confidentiality)

Semua informasi yang telah dikumpulkan dari responden dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti. Pada aspek ini, data yang sudah terkumpul dari

responden benar-benar bersifat rahasia dan penyimpanan dilakukan di file

khusus yang benar-benar milik pribadi sehingga hanya peneliti dan responden

yang mengetahuinya.

DAFTAR PUSTAKA

Abrori, Hernawan, A. D., & Ermulyadi. (2017). Faktor yang berhubungan dengan
kejadian keputihan patologis siswi SMAN 1 Simpang hilir Kabupaten

27
Kayong utara. Unnes Journal of Public Health, 6(1), 1–11.
Bahari, H. (2019). Cara Mudah Atasi Keputihan. Jogjakarta: BUKU BIRU.
Hidayat, A. A., & Uliyah, M. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia. Surabaya:
Health Books
Irmayanti. (2018). Hubungan pengetahuan dan sikap mengenai personal hygiene
dengan kejadian keputihan pada remaja putri kelas XI SMAN 1 Anggaberi
tahun 2018. Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 12(3), 301–305.
Irwan. (2017). Etika Dan Perilaku Kesehatan. CV. Absolute Media. www.
penerbitabsolutemedia.com
Marhaeni, G. A. (2016). Keputihan pada wanita. Skala Husada, 13(1), 30–38.
Nurmala, I., Rahman, F., Nugroho, A., Erlyani, N., Laily, N., & Anhar, V. Y.
(2018). BukuPromosi Kesehatan. Airlangga University Press.
Pradnyandari, I. A. C., Surya, I. G. N. H. W., & Aryana, M. B. D. (2019).
Gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku tentang vaginal hygiene terhadap
kejadian keputihan patologis pada siswi kelas 1 di SMA Negeri 1 Denpasar
periode Juli 2018. Intisari Sains Medis, 10(1), 88–94.
https://doi.org/10.1556/ism.v10i1.357
Ramadhanti, M., Noor, H. M., & Marsuki. (2019). Knowledge and Attitudes of
Teenage Girl With Pathological Vaginal Discharge Prevention In State High
School Takalar District. Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar,
XIV(2), 122–126. https://doi.org/hhtps://doi.org/10.3282/medkes.v14i2.1046
Silaban, V. F., Silalahi, K. L., Feedia, E., & Saragih, M. (2020). Pemanfaatan
Personal Hygiene Untuk Menurunkan Tingkat Kejadian Keputihan. Ilmu
Keperawatan, 8(1), 1–7.
Supriyatiningsih. (2015). Penggunaan Vaginal Dauching terhadap kejadian
candidiasis pada kasus leukorea. LP3M Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.

Wawan, A., & Dewi, M. (2019). Teori & Pengukuran Pengetahuan Sikap dan Perilaku Manusia. Yo

Lampiran

KUESIONER PENELITIAN

28
Pada kesempatan ini, saya akan mengajukan pertanyaan kepada anda mengenai

perilaku anda sehari-hari mengenai kebersihan alat genital dan keputihan.

Jawaban yang anda berikan tidak akan berdampak negative pada anda. Sebelum

dan sesudahnya saya ucapkan terima kasih.

A. Karakteristik Responden

1. Nama :

2. Umur :

3. Kelas :

4. Sudah menstruasi : ya / tidak

5. Usia :

6. Agama :

B. Perilaku

Pilih salah satu jawaban yang menggambarkan keseharian anda dengan

memberikan tanda (x).

1. Apakah anda selalu menjaga kebersihan vagina ?

a. Ya

b. Tidak

2. Sebelum menyentuh daerah kewanitaan. Apakah anda membiasakan diri

untuk mencuci tangan terlebih dahulu ?

a. Ya

b. Tidak

3. Apakah anda selalu membasuh alat kelamin dari arah depan (vagina) ke

belakang (anus) ?

29
a. Ya

b. Tidak

4. Apakah anda menggunakan air yang tergenang di ember saat membasuh

alat genital ?

a. Ya

b. Tidak

5. Apakah anda sering menggunakan cairan antiseptic khusus vagina untuk

membersihkan daerah kewanitaan ?

a. Ya

b. Tidak

6. Bila tidak ada cairan antiseptic khusus, apakah anda memakai sabun mandi

untuk mencuci alat genital ?

a. Ya

b. Tidak

7. Setelah BAB dan BAK apakah anda selalu mengeringkan daerah

kewanitaan ?

a. Ya

b. Tidak

8. Apakah anda menggunakan celana dalam yang ketat ?

a. Ya

b. Tidak

30
9. Saat menstruasi apakah anda menggunakan pembalut yang lembut dan

menyerap dengan baik ?

a. Ya

b. Tidak

10. Pada saat menstruasi apakah anda mengganti pembalut 4 jam sekali ?

a. Ya

b. Tidak

11. Apakah anda mengganti celana dalam 1 kali sehari ?

a. Ya

b. Tidak

12. Apakah bahan celana dalam yang anda gunakan setiap hari terbuat dari

nylon ?

a. Ya

b. Tidak

13. Apakah anda 1 kali dalam sebulan mencukur rambut kemaluan anda ?

a. Ya

b. Tidak

C. Kejadian Keputihan

Pilih jawaban ya jika anda mengalaminya dan pilih jawaban tidak jika anda

tidak mengalaminya, dengan memberikan tanda (x).

1. Saat saya keputihan di sertai rasa gatal pada vagina

a. Ya

b. Tidak

31
2. Saat saya keputihan mengeluarkan cairan jernih dari vagina

a. Ya

b. Tidak

3. Saat keputihan saya mengalami nyeri buang air besar/kecil

a. Ya

b. Tidak

4. Saat saya mengalami keputihan cairan yang keluar dari vagina saya berbau

tidak sedap

a. Ya

b. Tidak

5. Saat saya mengalami keputihan cairan yang keluar sangat kental

menyerupai susu

a. Ya

b. Tidak

6. Keputihan saya berwarna kuning atau keruh

a. Ya

b. Tidak

32

Anda mungkin juga menyukai