Anda di halaman 1dari 41

ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI PADA Nn N UMUR

19 TAHUN DENGAN AMENOREA SEKUNDER DI PMB SITI KOMARIAH


KABUPATEN CIANJUR
TAHUN 2021

DISUSUN OLEH :
SITI KOMARIAH
NPM :8121106

FAKULTAS SARJANA KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN


INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang berjudul “Asuhan
Kebidanan Gangguan Reproduksi Pada Nn. N Umur 19 Tahun Dengan Amenorea Sekunder Di
PMB Siti Komariah Kabupaten Cianjur 2021 ” ini tepat pada waktunya. Skripsi ini disusun untuk
memenuhi syarat tugas akhir Institut Kesehatan Rajawali.
Tidak sedikit rintangan yang penulis hadapi dalam penyusunan skripsi ini, baik dalam
teknik penulisan maupun dalam pengumpulan dan pengolahan data. Berkat dorongan dan bantuan
dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat mengatasi kesulitan tersebut, penulis banyak
mendapatkan pengarahan dari berbagai pihak, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada yang terhormat:
1. Tonika Tohri, S.Kp., M.Kes. Selaku Rektor Institut Kesehatan Rajawali;
2. Erni Hernawati, S.S.T., M.M., M.Keb. Selaku Dekan Fakultas Kebidanan Institut Kesehatan
Rajawali;
3. Fathia Rizki, S.S.T., M.Keb. Selaku penanggung Jawab Program Studi Sarjana Kebidanan
Institut Kesehatan Rajawali;
4. Maria A D Barbara, S.S,T., M.Kes. Selaku Koordinator Praktik Kebidanan Klinik;
5. Liawati, S.S.T., M. Kes. Selaku Dosen Pembimbing Praktik Kebidanan Klinik;
6. Eulis Srinurwaningsih S. Tr. Keb. Selaku Pembimbing Lahan Praktik;
7. Nn. N Selaku Responden
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis harapkan kritik dan saran dari semua pihak sebagai pembelajaran untuk
menjadi lebih baik lagi.

Cianjur, Desember 2021

ii
PenulisDAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………… i

KATA PENGANTAR………………………………………………………. ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………….... 1

B. Tujuan

1. Tujuan Umum……………………………………………4

2. Tujuan Khusus…………………………………………...4

C. Manfaat Studi Kasus

1. Bagi Penyusun……………………………………………5

2. Bagi Profesi ………………………………………………6

3. Bagi PMB…………………………………………………6

4. Bagi Instansi Pendidikan………………………………..6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kesehatan Reproduksi

1. Pengertian…………………………………………………7

2. Gangguan dan Masalah Gangguan Reproduksi………..7

3. Infeksi Menular Seksual………………………………….8

4. Gangguan Menstruasi…………………………………….8

B. MENSTRUASI

1. Pengertian…………………………………………………9

2. Siklus………………………………………………………9

3. Gangguan Masalah Menstruasi………………………….10

4. Penyebab Gangguan Menstruasi………………………...12

iii
C. Amenorea Skunder

1. Pengertian………………………………………………….13

2. Etiologi……………………………………………………..14

3. Gejala……………………………………………………....14

4. Diagnosa…………………………………………………....15

5. Pengobatan………………………………………………...16

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Data Subjektif…………………………………………………18

B. Data Objektif………………………………………………….20

C. Analisa…………………………………………………………23

D. Penatalaksanaan………………………………………………23

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………….31

B. Saran……………………………………………………………33

DAFTAR PUSTAKA

iv
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan reproduksi merupakan aspek yang menjadi perhatian setelah

upaya kesehatan pada umumnya tercapai. Kesehatan reproduksi menurut

WHO adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya

bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan

dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya (Yanti, 2011).

Wanita rentan terhadap penyakit yang menyerang organ reproduksinya.

Kebanyakan wanita, sangat malu dan tertutup untuk berkonsultasi secara

langsung mengenai kesehatan pribadinya. Faktor lain pun dikarenakan biaya

untuk pemeriksaan ke dokter spesialis cenderung mahal. Ada juga yang tidak

mempedulikan gejala yang muncul, dan ketika kondisi sudah memburuk dan

memerlukan penanganan yang ekstra, dokter spesialis menjadi tujuan akhir

(Revina dan Susanti, 2014).

Wanita dalam kehidupannya tidak luput dari adanya siklus menstruasi

normal yang terjadi secara periodik. wanita akan merasa terganggu bila

hidupnya mengalami perubahan, terutama bila menstruasi menjadi lebih lama

dan atau banyak, tidak teratur, lebih sering atau tidak menstruasi sama sekali,

bahkan bisa disertai nyeri. Diharapkan semua wanita mengalami siklus

menstruasi yang teratur, namun hampir semua wanita pernah mengalami

gangguan menstruasi selama masa hidupnya. Gangguan ini dapat berupa

kelainan siklus atau perdarahan. Masalah ini dihadapi oleh wanita remaja,

reproduksi dan klimakterium (Sari, 2014).

1
Banyak faktor yang mempengaruhi menstruasi, baik faktor internal

maupun faktor eksternal. Beberapa studi menunjukan bahwa prevalensi pada

populasi wanita usia 18 – 50 tahun mengalami gangguan pada siklus

menstruasinya. Menurut hasil penelitian, pelajar lebih sering mengalami

gangguan siklus menstruasi (Oktavia, 2010).

Menstruasi yang tidak teratur pada masa 3- 5 tahun setelah menarche

dan pramenopause (3-5 tahun menjelang menopause) merupakan keadaan

yang lazim dijumpai. Tetapi pada masa reproduksi (umur 20-40 tahun),

Menstruasi yang tidak teratur bukan merupakan keadaan yang lazim, karena

selalu dihubungkan dengan keadaan abnormal (Sari, 2014).

Gangguan Menstruasi dan siklusnya khususnya dalam masa reproduksi

dapat digolongkan menjadi 4, antara lain: kelainan dalam banyaknya darah

dan lamanya perdarahan pada Menstruasi (hipermenorea atau menoragia dan

hipomenorea), kelainan siklus (polimenorea, oligomenorea, dan amenorea),

perdarahan diluar haid (metroragia), dan gangguan lain yang ada hubungan

dengan haid (premenstrual tension, mittelschmerz, Dismenorea) (Sari, 2014).

Menstruasi normal terjadi setiap 22 – 35 hari selama 2 – 7 hari. Terdapat

gangguan menstruasi yang sering muncul, yaitu dismenore (nyeri menstruasi),

amenore (tidak menstruasi) dan sindrom pra menstruasi (Syafrudin, dkk,

2011). Angka kejadian amenore sekunder berkisar antara 1 – 5%

(Proverawati dan Misaroh, 2009).

Penyebab amenore dapat dikategorikan sebagai berikut yaitu cacat

fungsional atau anatomi hipotalamus atau hipofisis, cacat anatomis atau

fungsional dari uterus atau ovarium atau cacat genetik (Merin dkk, 2012)

1
Amenore primer umumnya mempunyai sebab yang lebih berat dan lebih

sulit untuk diketahui, seperti kelainan-kelainan kongenital dan kelainan-

kelainan genetik. Amenore sekunder lebih menunjuk kepada sebab yang

timbul kemudian dalam kehidupan wanita, seperti gangguan metabolisme,

tumor, penyakit infeksi, stres (di rumah, sekolah, atau tempat kerja), latihan

fisik yang melelahkan, dan gangguan gizi dimana berat badan rendah untuk

tinggi badan (IMT kurang) (Sari, 2014).

Peran Bidan dalam upaya meningkatkan kesehatan reproduksi yaitu

melakukan penyuluhan mengenai cara untuk mengurangi keluhan tersebut

pada remaja, dengan berperilaku hidup sehat, memperbaiki keadaan kesehatan

seperti perbaikan gizi, kehidupan dalam lingkungan yang sehat dan tenang,

mengurangi berat badan pada wanita dengan obesitas, olah raga, dan

konsumsi nutrisi yang seimbang. Selain itu khususnya sebagai remaja juga

harus dapat menerapkan perilaku hidup sehat untuk menjaga kesehatan

reproduksi, karena wanita sebagai tonggak kehidupan yang akan melahirkan

generasi kehidupan (Syafrudin, dkk, 2011).

Beberapapenyebabmenstruasi mengalami penyimpangan yang akibatnya

perempuan bisa menderita anemia hingga kurang subur. Gangguan menstruasi

dapat berdampak serius, menstruasi yang tidak teratur menjadi pertanda

bahwa seseorang kurang subur (infertil) (Arwini, 2013).

Data yang penulis peroleh dari BPM Siti Rodiyah Sukoharjo dari bulan

Oktober 2014 sampai Oktober 2015 terdapat 117 pasien yang mengalami

gangguan reproduksi. Pasien dengan dismenoresebanyak 40 orang (36,4%),

leukorea sebanyak 37 orang (27,3%), amenore sekunder sebanyak 22 orang

2
(20%) dan menoragia sebanyak 18 orang (16,4%). Jika amenore tidak

ditangani dengan baik dapat berdampak serius, menstruasi yang tidak teratur

menjadi pertanda bahwa seseorang kurang subur (infertil).

Berdasarkan latar belakang di atas oleh sebab itu penting untuk

dilakukan studi kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Gangguan

Reproduksi pada Nn. N Umur 19 Tahun dengan Amenore Sekunder di BPM

Siti Komariah Kabupaten Cianjur Tahun 2021”.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk melaksanakan asuhan kebidanan gangguan reproduksi pada Nn. D

umur 21 tahun dengan Amenore Sekunder di BPM Siti Rodiyah Sukoharjo

secara komprehensif.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu :

1) Melaksanakan pengkajian data yang terdiri dari data subjektif dan

objektif secara lengkap yang terkaitan dengan gangguan reproduksi

dengan amenore sekunder.

3
2) Menginterpretasikan data dasar yang meliputi diagnosa kebidanan,

masalah dan kebutuhan pada kasus gangguan reproduksi dengan

amenore sekunder.

3) Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial untuk konsultasi,

kolaborasi dan merujuk pada kasus gangguan reproduksi dengan

amenore sekunder.

4) Menetapkan kebutuhan tindakan segera pada kasus gangguan

reproduksi dengan amenore sekunder.

5) Menyusun asuhan kebidanan secara menyeluruh pada kasus

gangguan reproduksi dengan amenore sekunder.

6) Melaksanakan perencanaan secara efisien dan aman pada kasus

gangguan reproduksi dengan amenore sekunder.

7) Mengevaluasi pada pelaksanaan asuhan kebidanan gangguan

reproduksi dengan amenore sekunder.

b. Mahasiswa mampu menemukan kesenjangan antara teori dan kasus

nyata pada gangguan reproduksi dengan amenore sekunder termasuk

faktor pendukung dan penghambat.

C. Manfaat Studi Kasus

1. Bagi Diri Sendiri

Dapat menambah pengalaman dan pengetahuan dalam menerapkan asuhan

kebidanan pada gangguan reproduksi dengan amenore sekunder

menggunakan manajemen Varney.

4
2. Bagi Profesi

Memberi wawasan bagi profesi atau tenaga kesehatan lainnya dalam

menangani kasus gangguan reproduksi khususnya amenore sekunder

dengan standar asuhan kebidanan.

3. Bagi PMB

Digunakan sebagai masukan fasilitas pelayanan dan meningkatkan kualitas

pelayanan kebidanan pada gangguan reproduksi dengan amenore sekunder.

4. Bagi Instansi Pendidikan

Hasil studi kasus ini dapat menjadi referensi dan sumber bacaan yang

bermanfaat bagi institusi pendidikan.

5
1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Medis

1. Kesehatan Reproduksi

a. Pengertian

Istilah reproduksi berasal dari re yang artinya kembali dan kata

produksi yang artinya membuat atau menghasilkan. Jadi istilah

reproduksi mempunyai arti suatu proses kehidupan manusia dalam

menghasilkan keturunan demi kelestarian hidupnya (Yanti, 2011).

Menurut International Conference on Population and

Development (ICPD) (1994), kesehatan reproduksi adalah sebagai

hasil akhir keadaan sehat sejahtera secara fisik, mental dan sosial dan

tidak hanya bebars dari penyakit atau kecacatan dalam segala hal yang

terkait dengan sistem fungsi serta proses reproduksi (Yanti, 2011)

b. Gangguan dan Masalah Gangguan Reproduksi

Wanita dalam kehidupannya tidak luput dari adanya siklus haid normal

yang terjadi secara periodik. Masalah gangguan pada gangguan

reproduksi, yaitu:

1) Infertilitas

Infertilitas adalah suatu keadaan dimana seseorang wanita

tidak mempunyai kemampuan untuk mengandung sampai

melahirkan bayi hidup setelah setahun melakukan hubungan

seksual yang teratur dan tidak menggunakan alat kontrasepsi


apapun setelah memutuskan untuk mempuyai anak

(Noviana dan Wilujeng, 2014).

2) Infeksi Menular Seksual (IMS)

Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah salah satu masalah

kesehatan, sosial dan ekonomi yang terjadi di banyak negara dan

merupakan salah satu jalan masuknya HIV. Infeksi Menular

Seksual (IMS) memberikan pengaruh besar dalam pengendalian

HIV AIDS (Noviana dan Wilujeng, 2014).

3) Gangguan menstruasi

Menurut Varney (2007), gangguan menstruasi terdiri dari :

a) Amenore

Merupakan perubahan umum yang terjadi pada beberapa titik

dalam sebagian besar siklus menstruasi wanita dewasa.

b) Dismenorhoe

Menstruasi yang sangat menyakitkan, terutama terjadi pada perut

bagian bawah dan punggung serta biasanya terasa seperti kram.

c) Menoragia

Merupakan salah satu dari beberapa keadaan menstruasi yang

pada awalnya berada dibawah label perdarahan uterus

difungsional.

d) Metroragia

Apabila menstruasi terjadi dengan interval tidak teratur, atau jika

terdapat insiden bercak darah atau perdarahan diantara

menstruasi.

1
e) Oligomenore

Aliran menstruasi yang tidak sering atau hanya sedikit.

f)Sindrom pramenstruasi

Perubahan siklik fisik, fisiologi, dan perilaku yang mencerminkan

saat siklus menstruasi terjadi hampir pada semua wanita beberapa

waktu antara menarche dan menopause.

2. Menstruasi

a. Pengertian

Menstruasi adalah perdarahan uterus yang terjadi secara siklik dan

dialami oleh sebagian besar wanita usia reproduktif (Norwitz dan

Schorge, 2008).

b. Siklus Menstruasi

Menurut Proverawati dan Misaroh (2009), siklus menstruasi terdiri

dari 4 fase, yaitu:

1) Fase menstruasi, yaitu peristiwa luruhnya sel ovum matang yang

tidak dibuahi bersamaan dengan dinding endometrium yang robek.

Dapat diakibatkan juga karena berhentinya sekresi hormon

estrogen dan progesteron sehingga kandungan hormon dalam darah

menjadi tidak ada.

2) Fase proliferasi/fase folikuler ditandai dengan menurunnya hormon

progesteron sehingga memicu kelenjar hipofisis untuk

mensekresikan FSH dan merangsang folikel dalam ovarium, serta

dapat membuat hormon estrogen diproduksi kembali. Sel folikel

berkembang menjadi folikel de graff yang masak dan

2
menghasilkan hormon estrogen yang merangsang keluarnya LH

dan hipofisis. Estrogen dapat menghambat sekresi FSH tetapi dapat

memperbaiki dinding endometrium yang robek.

3) Fase ovulasi/fase luteal, ditandai dengan sekresi LH yang memacu

matangnya sel ovum pada hari ke-14 sesudah mesntruasi 1. Sel

ovum yang matang akan meninggalkan folikel dan folikel akan

mengkerut dan berubah menjadi corpus luteum. Corpus luteum

berfungsi untuk menghasilkan hormon progesteron yang berfungsi

untuk mempertebal dinding endometrium yang kaya akan

pembuluh darah.

4) Fase pasca ovulasi/fase sekresi ditandai dengan corpus luteum

yang mengecil dan menghilang dan berubah mejadi corpus

albicans yang berfungsi untuk menghambat sekresi hormon

estrogen dan progesteron sehingga hipofisis aktif mensrekresikan

FSH dan LH. Terhentinya sekresi progesteron maka penebalan

dinding endometrium akan terhenti sehingga menyebabkan

endometrium mengering dan robek dan terjadilah menstruasi.

c. Gangguan dan masalah menstruasi

1) Kelainan siklus menstruasi meliputi:

a) Polimenore atau epimenoragia

Polimenore atau epimenoragia yaitu siklus menstruasi yang

lebih memendek dari biasa yaitu kurang 21 hari, sedangkan

jumlah perdarahan relatif sama atau lebih banyak dari biasa

(Kumalasari dan Andhyantoro, 2012).

3
b) Oligomenore

Oligomenore adalah siklus menstruasi memanjang lebih dari 35

har, sedangkan jumlah perdarahan tetap sama.

c) Amenore

Amenore adalah keadaan tidak datang menstruasi selama tiga

bulan berturut-turut.

2) Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya menstruasi

Menurut Kumalasari dan Andhyantoro (2012), Kelainan dalam

banyaknya darah dan lamanya menstruasi, yaitu:

a. Hipermenore atau menoragia

Hipermenore adalah perdarahan menstruasi lebih banyak dari

normal (lebih dari 80 ml) atau lebih dari normal (lebih dari 8

hari), kadang disertai dengan bekuan darah sewaktu menstruasi.

b. Hipomenore

Hipomenore adalah perdarahan menstruasi yang lebih pendek

dan atau lebih kurang dari biasa

3) Perdarahan di luar haid

Mentroragia adalah perdarahan yang tidak teratur dan tidak ada

hubungannya dengan haid. Pada metroragia haid terjadi dalam

waktu yang lebih singkat dengan darah yang dikeluarkan lebih

sedikit

4) Gangguan lain yang ada hubungannya dengan menstruasi

a) Pre Menstrual Syndrome (PMS)

Pre Menstrual Syndrome (PMS) adalah ketegangan sebelum

menstruasi bahkan sampai menstruasi berlangsung. Terjadi

4
karena ketidak seimbangan hormon estrogen dan progesteron

menjelang menstruasi (Kumalasari dan Andhyantoro, 2012).

b) Mastodinia atau Mastalgia

Mastodinia atau Mastalgia adalah rasa tegang pada payudara

menjelang menstruasi.

c) Dismenorea

Dismenorea adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim

dan terjadi selama menstruasi (Nugroho dan utama, 2014)

d. Penyebab gangguan menstruasi

Menurut Proverawati dan Misaroh (2009), penyebab gangguan

menstruasi, yaitu:

1) Fungsi hormon terganggu

Menstruasi terkait erat dengan sistem hormon yang diatur oleh otak,

tepatnya di kelenjar hipofisa. Sistem hormonal ini akan mengirim

sinyal ke indung telur untuk memproduksi sel telur. Bila sistem

pengaturan ini terganggu, otomatis siklus menstruasi akan

terganggu.

2) Kelainan sistemik

Keadaan seseorang yang tubuhnya sangat gemuk atau kurus. Hal ini

bisa mempengaruhi siklus menstruasi karena sistem metabolisme di

dalam tubuhnya tak bekerja dengan baik atau menderita penyakit

diabetes juga akan mempengaruhi sistem metabolisme sehingga

siklus menstruasi tidak teratur.

5
3) Stress

Stress akan mengganggu sistem metabolisme di dalam tubuh karena

stress tubuh jadi mudah lelah, berat badan turun drastis, bahkan

sakit-sakitan, sehingga metabolismenya terganggu.

4) Kelenjar gondok

Terganggunya fungsi kelenjar gondok/tiroid juga bisa menjadi

penyebab tak teraturnya siklus menstruasi. Gangguan bisa berupa

produksi kelenjar gondok yang terlalu tinggi (hipertiroid) maupun

terlalu rendah (hipotiroid) sehingga sistem hormonal tubuh ikut

terganggu

5) Hormon prolaktin berlebihan

Produksi hormon prolaktin ini sering kali membuat menstruasi tak

kunjung datang karena memang hormon ini menekan tingkat

kesuburan.

3. Amenore Sekunder

a. Pengertian

Amenorea sekunder yaitu pernah mengalami menstruasi dan

selanjutnya berhenti lebih dari tiga bulan (Manuaba, 2007).

Amenore sekunder atau Jing-Bi adalah keadaan tidak haid untuk

sedikitnya 3 bulan berturut-turut (Fansia, 2011).

Amenore sekunder ( SA ) secara klinis didefinisikan sebagai

tidak adanya menstruasi selama lebih dari 3 interval siklus atau 6 bulan

berturut-turut pada wanita yang sebelumnya mengalami menstruasi

(Merin dkk, 2012).

6
b. Etiologi

Menurut Fansia (2011), penyebab amenore dapat fisiologik,

endokrinologik, atau organik, atau akibat gangguan perkembangan.

Amenore dalam ilmu TCM (Traditional Chinese Medicine) disebut

sebagai Jing-Bi disebabkan karena malnutrisi, keadaan emosional

(stress), perubahan lingkungan, dan beberapa penyakit organ reproduksi

lainnya

Sedangkan menurut Manuaba (2007), penyebabnya

kemungkinan gangguan gizi dan metabolisme, gangguan hormonal,

terdapat tumor alat kelamin atau terdapat penyakit menahun.

Menurut Syafrudin dkk (2011), penyebab amenore diakibatkan

oleh beberapa keadaan seperti hipotensi, anemia, infeksi, atau

kelemahan kondisi tubuh secara umum. Selain itu bisa juga disebabkan

oleh stres psikologis.

c. Gejala

Menurut Nugroho dan Utama (2014), gejala amenore bervariasi

tergantung kepada penyebabnya. Jika penyebabnya adalah kegagalan

mengalami pubertas, maka tidak akan ditemukan tanda-tanda pubertas

seperti pembesaran payudara, pertumbuhan rambut ketiak serta

perubahan bentuk tubuh. Jika penyebabnya adalah kehamilan akan

ditemukan morning sickness dan pembesaran perut. Jika penyebabnya

adalah kadar hormon tiroid yang tinggi maka gejalanya adalah denyut

jantung yang cepat, kecemasan, kulit yang hangat dan lembab.

Sindroma cushing menyebabkan wajah bulat (moon face), perut buncit

7
dan lengan serta tungkai yang kurus. Gejala lain yang mungkin

ditemukan, yaitu:

1) Sakit kepala

2) Galaktore (pembekuan air susu pada wanita yang tidak hamil dan

tidak sedang menyusui.

3) Gangguan penglihatan (pada tumor hipofisa)

4) Penurunan atau penambahan berat badan yang berarti

5) Vagina yang kering

6) Hirsutisme (pertumbuhan rambut yang berlebihan yang mengikuti

pola pria), perubahan suara dan perubahan ukuran payuara.

d. Diagnosa

Menurut Nugroho dan Utama (2014), diagnosis ditegakkan berdasarkan

gejala, hasil pemeriksaan fisik dan usia penderita. Pemeriksaan yang

biasa dilakukan yaitu:

1) Biopsi endometrium

2) Progestin withdrawal

3) Kadar prolaktin

4) Kadar hormon

5) Tes fungsi tiroid

6) Tes kehamilan

7) Kadar FSH (Folicle Stimulatin Hormon), LH (Luteinzing Hormone)

dan TSH (Thyroid Stimulating Hormone).

8) Kariotipe untuk mengetahui adanya kelainan kromosom.

9) CT Scan kepala (jika diduga ada tumor hipofisa)

8
e. Pengobatan

Menurut Nugroho dan Utama (2014), pengobatan tergantung kepada

penyebabnya.

1) Jika penyebabnya adalah penurunan berat badan yang drastis atau

obesitas, penderita dianjurkan untuk menjalani diet yang tepat.

2) Jika penyebannya adalah olah raga yang berlebihan, penderita

dianjurkan untuk menguranginya.

3) Jika seorang anak perempuan belum pernah mengalami menstruasi

dan semua hasil pemeriksaan normal, maka dilakukan pemeriksaan

setiap 3 – 6 bulan untuk memantau perkembangan pubertasnya.

Untuk merangsang menstruasi bisa diberikan progesteron. Untuk

merangsan perubahan pubertas pada anak perempuan yang

payudaranya belum membesar atau rambut kemaluan dan ketiaknya

belum tumbuh bisa diberikan estrogen.

4) Jika penyebabnya adalah tumor, maka dilakukan pembedahan untuk

mengangkat tumor tersebut. Tumor hipofisa yang terletak di dalam

otak biasanya diobati dengan bromokriptin untuk mencegah

pelepasan prolaktin yang berlebihan oleh tumor. Bila perlu bisa

dilakukan pengangkatan tumor. Terapi penyinaran biasanya baru

dilakukan jika pemberian obat ataupun pembedahan tidak berhasil.

Menurut Fansia (2011), amenore sekunder tersebut dapat

ditangani dengan:

1) Kombinasi terapi akupunktur dengan prinsip meningkatkan

sirkulasi Qi, menghilangkan stasis darah, dan memulihkan siklus

menstruasi. Terapi akupunktur dilakukan dalam 5 kali perawatan

9
dengan merangsang titik-titik akupunktur yaitu Zhongji (CV 3), Diji

(SP 8), Hegu (LI 4), Sanyinjiao (SP 6), Taichong (LV 3), Fenglong

(ST 40), dan Guanyuan (CV 4).

2) Selain itu, pasien juga mendapat terapi herbal yaitu kunyit yang

memiliki efek estrogenik. Dalam pemberian herbal kunyit

ditambahkan asam kawak yang kemungkinan dapat memperkuat

efek peluruh haid, dan madu yang memiliki kandungan vitamin dan

mineral. Pemberian herbal kunyit diberikan dalam bentuk dekokta

(rebusan) kunyit asam dengan dosis kunyit sebanyak 21 gr, asam

kawak 5 gr, madu 3 sdm, dan garam secukupnya, kemudian direbus

dalam 750 mL air, lalu dijadikan 600 mL. Rebusan tersebut

diminum 3 kali sehari @ 200 mL.

3) Pada pasien juga dilakukan upaya perbaikan gizi dengan pemberian

susu kedelai sebanyak 30 gr yang dicampur dengan air hangat

sebanyak 240 mL dan pemberian rebusan air kacang hijau dengan

dosis kacang hijau sebanyak 30 gr dalam 300 mL air, lalu dijadikan

240 mL. Kedelai dan kacang hijau memiliki efek estrogenik.

Menurut Proverawati dan Misaroh (2009), meliputi :

1) Observasi keadaan umum

2) Perbaikan asupan gizi

3) Pengurangan berat badan pada wanita obesitas

4) Pemberian tiroid pada wanita dengan hipotiroid

5) Pemberian kortikosteroid pada gangguan glandula suprarenais

6) Pemberian estrogen dan progesteron

10
11

BAB III

TINJAUAN KASUS

Tanggal Pengkajian : 16 Desember 2021 Pukul 17.00 WIB

Tempat Pengkajian : PMB Siti Komariah

Oleh : Siti Komariah

I. DATA SUBJEKTIF

1. Identitas Pasien

Nama : Nn. N

Umur : 19 tahun

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Pelajar

Alamat : Kp Joglo RT 03 RW 03 Ds. Sindangsari Ciranjang Cianjur

2. Alasan Berkunjung

Nn. N mengatakan sudah 3 bulan lebih belum mendapatkan

menstruasi dan merasa cemas dengan keadaannya.

3. Riwayat Menstruasi

a. Menarche : Nn. N mengatakan haid pertama menstruasi

umur 13 tahun

b. Siklus : Nn. N mengatakan siklus menstruasinya ± 30

hari.
c. Teratur/tidak : Nn. N mengatakan menstruasinya teratur

d. Lama : Nn. N mengatakan menstruasinya 5 – 6 hari

e. Banyaknya : Nn. N mengatakan ganti pembalut 2 -3/hari

f. Sifat darah : Nn. N mengatakan sifat darahnya merah segar

dan ada gumpalan

g. Dismenorhoe : Nn. N mengatakan tidak pernah nyeri perut

bagian bawah saat menstruasi

4. Riwayat Kesehatan Pasen

Dada

Membesar : normal

Tumor : tidak ada

Simetris : simetris

Putting susu : menonjol

Kolostrum : tidak keluar

Axilla

Benjolan : tidak ada

Nyeri : tidak Genital

Varices : tidak dilakukan

12
Luka : tidak dilakukan

Kemerahan : tidak dilakukan

Nyeri : tidak dilakukan

Pengeluaran pervaginam: tidak dilakukan

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Nn. N mengatakan dari keluarga tidak ada yang mempunyai

riwayat penyakit menurun seperti hipertensi, jantung, asma dan

riwayat penyakit menular seperti TBC, hepatitis.

6. Pola Fungsional Remaja

a. Nutrisi : Makan 2X Sehari

b. Eliminasi : BAB 1X Sehari

BAK 5-6X Sehari

c. Istirahat : Malam 7-8 jam

Siang 1 jam
d. Aktivitas : Sekolah dan kegiatan sehari hari yang ringan

e. Olahraga : Tidak pernah

f. Hygiene : Mandi 2X Senari

II. DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Berat Badan : 62 kg

Tinggi Badan : 157 cm

IMT : 51,3 kg/m2

13
TTV : TD : 110/70 mmHg R: 20x/menit

N : 78 x/menit S : 36,40 C

2. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala

1) Rambut : Bersih tidak berketombe dan tidak rontok

2) Muka :Tidak pucat, tidak oedem

3) Mata

a) Oedema : Tidak oedema

b) Conjungtiva : Merah muda

c) Sklera : Putih

4) Hidung : Simetris, tidak ada benjolan

5) Telinga : Simetris, tidak ada serumen

6) Mulut/gigi/gusi : tidak stomatitis, tidak berdarah, tidak ada

caries.

b. Leher

1) Kelenjar gondok : tidak ada pembesaran

2) Tumor : tidak ada benjolan

3) Pembesaran Kelenjar Limfe : tidak ada pembesaran

c. Dada dan Axilla

1) Dada

a) Membesar : normal

b) Tumor : tidak ada

c) Simetris : simetris

d) Putting susu : menonjol

e) Kolostrum : tidak keluar

14
2) Axilla

a) Benjolan : tidak ada

b) Nyeri : tidak ada

d. Abdomen

1) Pembesaran hati : tidak ada

2) Benjolan / Tumor :tidak ada

3) Nyeri Tekan : tidak ada

4) Luka Bekas Operasi : tidak ada

e. Genitalia

1) Vulva vagina

a) Varices : tidak dilakukan

b) Luka : tidak dilakukan

c) Kemerahan : tidak dilakukan

d) Nyeri : tidak dilakukan

e) Pengeluaran pervaginam: tidak dilakukan

2) Inspeculo

Portio / Serviks : tidak dilakukan

3) Pemeriksaan dalam

a) Portio / servik : tidak dilakukan

b) Tumor / Benjolan : tidak dilakukan

c) Nyeri : tidak dilakukan

4) Anus

a) Haemoroid : tidak ada haemoroid

b) Lain-lain : tidak ada

5) Ekstremitas

a) Varices : tidak dilakukan

15
b) Oedema : tidak dilakukan

c) Reflek patella : tidak dilakukan

1. Pemeriksaan Penunjang

f. Pemeriksaan Laboratorium : tidak dilakukan

g. Pemeriksaan Penunjang lain : Pemeriksaan PP test Negatif

III. ASSESMENT / ANALISA

Remaja usia 19 tahun dengan gangguan siklus ( Amenorea skunder )

IV. PENATALAKSANAAN

1. Menjelaskan pada pasien tentang hasil pemeriksaan

2. Memberikan KIE pada pasien mengenaiamenore sekunder, yaitu:

Amenore sekunder secara klinis didefinisikan sebagai tidak adanya

menstruasi selama lebih dari 3 interval siklus atau 6 bulan berturut-

turut pada wanita yang sebelumnya mengalami menstruasi.

Amenorea sekunder disebabkan karena malnutrisi, keadaan

emosional (stress), perubahan lingkungan, dan beberapa penyakit

organ reproduksi lainnya, gangguan hormonal, terdapat tumor alat

kelamin atau terdapat penyakit menahun.

3. Menganjurkan pasien untuk istirahat yang cukup

4. Memberikan support mental pada pasien untuk mengurangi

kecemasan.

5. Menganjurkan pada pasien untuk meminum terapi obat sesuai

anjuran bidan, yaitu terapi obat pil KB progesteron (minipil) 1x1 75

mg selama 3 siklus.

6. Menganjurkan pasien untuk kunjungan ulang 10 hari lagi atau jika

ada keluhan

16
17

BAB IV

PEMBAHASAN

Pembahasan pada Karya Tulis Ilmiah ini yaitu membandingkan

kesenjangan antara teori dan praktek berkaitan dengan Asuhan Kebidanan

Gangguan Reproduksi pada Nn. N Umur 19 Tahun dengan Amenore

Sekunder di PMB Siti Komariah Kabupaten Cianjur Tahun 2021.

Kesenjangan-kesenjangan yang diberikan juga memerlukan

pemecahan masalah, adapun pemecahan masalahnya dilakukan dengan

melaksanakan asuhan kebidanan sebagai salah satu cara yang dilakukan oleh

bidan dalam menangani masalah kebidanan. Setelah penulis melaksanakan

asuhan kebidanan ternyata tidak ditemukan beberapa perbedaannya dari segi

diagnosa atau masalah yang timbul pada tinjauan pustaka dan kasus.

Sehingga dapat diuraikan pembahasan dengan menggunakan Metode

pendokumentasian SOAP yang dirumuskan sebagai berikut :

Langkah pertama dikumpulkan semua informasi (data) yang akurat

dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara anamnesa dan pemeriksaan

fisik (Soepardan, 2008).

1. Data subjektif

Data subjektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai

suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Pada kasus yang

amenore sekunder, maka pengkajian ditujukan pada pemeriksaan

ginekologi (Nursalam, 2009).


Dikaji untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan

dengan gejala-gejala amenore sekunder, yaitu pernah mengalami

menstruasi dan selanjutnya berhenti lebih dari tiga bulan (Manuaba,

2007). Pada kasus amenore sekunder bisa terjadi penurunan atau

peningkatan berat badan dan merasakan pusing (Nugroho dan Utama,

2014).

Pada kasus didapatkan data nama pasien Nn. DUmur 21 tahun.

Keluhan utama Nn. N mengatakan sudah 3 bulan lebih belum

mendapatkan menstruasi dan Nn. N tidak mengalami penurunan berat

badan dan tidak mengalami pusing.

Sehingga dapat disimpulkan ada kesenjangan antara teori dan

kasus yaitu tidak adanya keluhan pusing.

2. Data objektif

Data objektif adalah data yang sesungguhnya dapat diobservasi

dan dilihat oleh tenaga kesehatan (Nursalam, 2008).Data objektif pada

kasus amenore sekunder yaitu:

a. Denyut jantung yang cepat

b. Kulit yang hangat dan lembab

c. Pada kasus amenore bisa terjadi penurunan atau kenaikan

berat badan (Nugroho dan Utama, 2014).

d. Abdomen pada kasus amenore sekunder adanya

nyeri tekan pada sympisis (Ambarwati dan Wulandari,

2010).

18
e. Genetalia pada kasus amenore sekunderdidapatkan

vagina kering (Nugroho dan Utama, 2014).

f. Pemeriksaan dalam pada kasus amenore

sekunderadannya masa dalam ovarium dan uterus serta

adanya nyeri (Varney, 2007)

Pada kasus Nn. N tidak didapat adanya penurunan berat badan

yaitu berat badan sekarang 59 dan tidak ada pengeluaran pervaginam.

Sehingga pada data objektif ini dapat disimpulkan terjadi

kesenjangan antara teori dan praktik yaitu tidak ada denyut jantung

yang cepat, kulit yang hangat dan lembab, abdomen adanya nyeri tekan,

pemeriksaan dalam pada kasus amenore sekunder adannya masa dalam

ovarium dan uterus serta adanya nyeri.

Interpretasi data

3. Assessment

19
a. Assessment / Interpretasi data merupakan indentifikasi diagnosa kebidanan

dan masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah

dikumpulkan. Dalam langkah ini data yang telah dikumpulkan

diinterpretasikan menjadi diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan.

Ketiganya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti

diagnosa tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana

asuhan terhadap pasien (Soepardan, 2008 Diagnosa Kebidanan adalah

diagnosa yang ditegakkan dalam lingkungan praktik kebidanan dan

memenuhi standar nomenklatur Diagnosa kebidanan yang

dikemukakan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa

(Varney, 2007).Diagnosa kebidanan yang ditegakkan adalah : Nn. X

umur ... tahun dengan amenore sekunder.

Pada kasus didapatkan data Nn. N Umur 19 tahun dengan amenore

sekunder.

b. Masalah

Masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang

telah dikumpulkan. Menurut Nugroho dan Utama, 2014), amenore

sekunder masalah yang dihadapi pasien yaitu cemas.

Masalahpada kasus Nn. N mengatakan merasa cemas dengan

keadaannya.

c. Kebutuhan

Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan pasien sebelum

teridentifikasi dalam diagnosa atau masalah yang didapatkan dengan

melakukan analisis data (Varney, 2007),

Menurut Manuaba (2007), kebutuhan yang diberikan yaitu

dorongan moril dan kebutuhan konseling informasi education

(KIE).Pada kasus Nn. N kebutuhan yaitu KIE tentang gangguan

menstruasi.

20
Sehingga langkah ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan

praktik.

d. Diagnosa Potensial

Pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial

berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan

antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan menunggu mengamati dan

bersiap-siap apabila hal tersebut benar-benar terjadi (Soepardan, 2008).

Menurut Arwini (2013), diagnosa potensial yang muncul pada kasus

amenore sekunderyaitu dapat menyebabkan gangguan kesuburan atau

infertil.

Pada kasus Nn. N diagnosa potensial yang terjadi yaitugangguan

kesuburan atau infertilitas, sehingga langkah ini tidak terjadi kesenjangan

antara teori dan praktek di lahan.

e. Antisipasi

Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen

kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh

bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama

dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien

(Soepardan, 2008).

Menurut Nugroho dan Utama (2014), pada kasus amenore

sekunderantisipasi yang diberikan yaitu pemberian terapi yang

mengandung progesteron.

Pada kasus asuhan pada Nn. N dengan amenore sekunder yaitu

Pemberian terapi hormonal yaitu terapi obat pil KB progesteron (mini pil)

1x1 75 mg selama 3 siklus.Sehingga pada langkah antisipasi tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktik.

4. Planning / Rencana Tindakan


21
a. Perencanaan

Menurut Soepardan (2008), langkah ini ditentukan oleh langkah

sebelumnya yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang

22
telah diidenfikasi atau diantisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak

hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap

masalah yang berkaitan.

Perencanaan yang akan diberikan menurut Proverawati dan

Misaroh (2009), meliputi : observasi keadaan umum, perbaikan asupan

gizi, Pengurangan berat badan pada wanita obesitas, pemberian tiroid pada

wanita dengan hipotiroid, pemberian kortikosteroid pada gangguan

glandula suprarenais, pemberian estrogen dan progesteron.

Pada kasus rencana tindakan yang dibuat tanggal 16 Desember

2021 pukul 17.00 WIB,yaitu:

1). Jelaskan pada pasien tentang hasil pemeriksaan.

2) Berikan KIE pada pasien mengenai amenore sekunder.

3). Anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup.

4). Berikan support mental pada pasien untuk mengurangi kecemasan.

5). Anjurkan pada pasien untuk meminum terapi obat sesuai anjuran

bidan.

6). Anjurkan pasien untuk kunjungan ulang 10 hari lagi atau jika ada

keluhan.

Sehingga pada langkah rencana tindakan ditemukan kesenjangan

antara teori dan praktikyaitu pada pemberian KIE tentang amenore

sekunderagar klien mengerti keadaan yang sedang dialami dan pemberian

terapi progesteron. Karena estrogen dapat menghambat sekresi FSH tetapi

dapat memperbaiki endometrium yang robek. Progesteron berfungsi untuk

23
menyebabkan endometrium mengering dan robek sehingga menyebabkan

terjadinya menstruasi.

b. Pelaksanaan

Menurut Soepardan (2008), padalangkah ini merencanakan asuhan

yang menyeluruh ditentukan dengan langkah-langkah sebelumnya. Semua

keputusan yang dikembalikan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional

dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan, serta sesuai dengan

asumsi tentang apa yang dilakukan pasien. Sehingga setiap rencana asuhan

haruslah disetujui oleh ke dua belah pihak yaitu bidan dan pasien, agar

dapat dilaksanakan dengan efektif karena pasien juga akan melaksanakan

rencana tersebut.

Tanggal 16 Desember 2021 pada kasus amenore sekunder

pelaksanaan dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.

Sehingga pada langkah pelaksanaan tidak ditemukan kesenjangan

antara teori dan praktik.

c. Evaluasi

Menurut Varney (2007), langkah ini merupakan evaluasi rencana

tindakan yang meliputi kebutuhan pada pasien telah terpenuhi secara

efektif dengan melakukan kolaborasi dengan petugas kesehatan lainnya.

24
25

Pada

kasus

didapatka

n keadaan

umum ibu

baik,

kecemasan

berkurang

, asupan

nutrisi

terpenuhi,

terjadi

perdaraha

menstruasi

Nn. N

mengataka

n merasa

senang

dan tidak

cemas

karena

sudah

mendapat

kan

penjelasan
26

dari

Bidannya.

BAB V

PENUTUP

Setelah dilakukan asuhan kebidanan gangguan reproduksi pada Nn. N

Umur 19 Tahun dengan amenore sekunder di PMB Siti Komariah Kabupaten

Cianjur Tahun 2021, maka kesimpulan dan saran sebagai berikut:

A. Kesimpulan

1. Pengkajian pada tanggal 16 Desember 2021 langkah pertama dikumpulkan

semua informasi (data) yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang

berkaitan dengan kondisi klien pada kasus didapatkan data nama pasien

Nn. N Umur 19 tahun. Keluhan utama Nn. N mengatakan sudah 3 bulan

lebih belum mendapatkan menstruasi dan merasa cemas dengan

keadaannya. data objektif didapatkan pemeriksaan anogenital didapatkan

tidak ada pengeluaran pervaginam dan pemeriksaan PP test negatif

2. Analisa data meliputi diagnosa kebidanan yaitu didapatkan data Nn. N

Umur 19 tahun dengan amenore sekunder. Masalah Nn. N mengatakan

merasa cemas dengan keadaannya. Pada kasus Nn. N kebutuhan yaitu KIE

tentang gangguan menstruasi.

3. Diagnosa Potensial tidak terjadi dikarenakan segera dilakukan penanganan

yang tepat.

4. Antisipasi pada Nn. N dengan amenore sekunder yaitu Pemberian terapi

hormonal yaitu terapi obat pil KB progesteron (mini pil) 1x1 75 mg

selama 3 siklus
5. Rencana Tindakan Pada kasus rencana tindakan yang dibuat tanggal 16

Desember 2021 pukul 17.00 WIB, Jelaskan pada pasien tentang hasil

pemeriksaan, berikan KIE pada pasien mengenai gangguan, berikan KIE

pada pasien mengenai amenore sekunder, anjurkan pasien untuk istirahat

yang cukup, berikan support mental pada pasien untuk mengurangi

kecemasan, anjurkan pada pasien untuk meminum terapi obat sesuai

anjuran bidan, anjurkan pasien untuk kunjungan ulang 10 hari lagi atau

jika ada keluhan.

6. Pelaksanaan Tanggal 16 Desember 2021 Pada kasus amenore sekunder

pelaksanaan dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.

27
B. Saran

1. Pasien

Diharapkan dapat mengurangi stress dan mengkonsumsi makanan yang

bergizi sehingga dapat mengurangi kejadian gangguan reproduksi

khususnya amenorea sekunder

2. Bagi PMB

Digunakan sebagai masukan fasilitas pelayanan dan meningkatkan kualitas

pelayanan kebidanan pada gangguan reproduksi dengan amenore sekunder

dan memberi wawasan bagi profesi atau tenaga kesehatan lainnya dalam

menangani kasus gangguan reproduksi khususnya amenore sekunder

dengan standar asuhan kebidanan.

3. Bagi Instansi Pendidikan

Diharapkan dapat menambah referensi tentang gangguan reproduksi dan

dapat menjadi referensi yang bermanfaat bagi institusi pendidikan.

28
DAFTAR PUSTAKA

Arwini, A.E, 2013. Hubungan Konsumsi Fitoestrogen Dengan Siklus Menstruasi


Pada Siswi Di Smk Negeri 3 Pare-Pare.
repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/5516/Jurnal.pdf. diakses
tanggal 24 November 2014

Fansia, 2011. Penanganan Amenore Sekunder Sindrom Stagnasi Qi Dan Stasis


Darah Dengan Terapi Akupunktur Dan Herbal Kunyit (Curcuma Domestica
Val.)adln.lib.unair.ac.id/.../gdlhub-gdl-s1-2012-maslihahla-24203-fk-pt16
diakese tanggal 3 November 2015

Kumalasari dan Andhyantoro, 2012. Kesehatan Reproduksi untuk Mahasiswa


Kebidanan dan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Manuaba, I.B.G. 2008. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : EGC

Merin, 2012. Amenorrhea: Cytogenetic Studies and Beyond.


core.ac.uk/download/pdf/12348799.pdf. diakses 24 November 2015

Nugroho dan utama, 2014. Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta:


Medical Book.

Oktavia, F. 2010. Hubungan Anxietas dengan Kejadian Amenore Sekunder pada


Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas.download.portalgaruda.org/article.php?...Hubungan%20Anxietas%
2010. Diakses tanggal 24 November 2015

29
Porverawati, A dan Misaroh, S, 2009. Menarche Menstruasi Pertama Penuh
Makna. Yogyakarta: Medical Book

Prihardjo, R. 2007. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta: EGC

Prita Y. I, 2013. Asuhan Kebidanan Gangguan Sistem Reproduksi pada Ny.T umur
32 Tahun dengan Amenore Sekunder di RSUD Surakarta. Karya Tulis
Ilmiah. Surakarta: Universitas Sebelas Maret

Revina dan Susanti, 2014. Sistem Pakar Diagnosa Gangguan Kesehatan Pada
Organ Reproduksi Wanita Berbasis Web Dengan Metode Forward Chaining.
Jurnal LPKIA, Vol.1 No.1, September 2014 dengan e-
journal.lpkia.ac.id/files/students/essays/journals/211.pdf. diakses tanggal 24
November 2015

Sari, E.J, 2014. Gambaran IMT dengan Gangguan Menstruasi (Dysmenorhoe,


Amenore, Oligomenore) Pada Mahasiswa Tingkat 1. jurnal-
griyahusada.com/awal/images/files/Penelitian%202.pdf. diakses tanggal 24
November 2015

Sulistyawati, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba


Medika

Syafrudin dkk, 2011. Penyuluhan Kesehatan pada Remaja, Keluarga, Lansia dan
Masyarakat. Jakarta: Trans Info Media

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta

Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4. Vol.1. Jakarta : EGC

Yanti, 2011. Buku Ajar Ksesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama

30

Anda mungkin juga menyukai