Pembimbing Akademik :
Disusun oleh :
Pada Tanggal :
30 Januari 2022
TAHUN 2022
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan ini disusun guna untuk memenuhi tugas KK Binaan atau Askeb
Komunitas
Mahasiswa KK Binaan
Pembimbing Institusi
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Studi Kasus ini jauh
dari kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisan. Oleh
karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di
masa mendatang.
Rati Kristina
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keputihan adalah cairan putih yang keluar dari liang senggama
secara berlebihan. Keputihan dapat dibedakan dalam beberapa jenis
diantaranya keputihan normal (fisiologis) dan keputihan abnormal
(patologis). Keputihan normal dapat terjadi pada masa menjelang dan
sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10 sampai hari
ke 16 menstruasi, juga terjadi melalui rangsangan seksual. Keputihan
abnormal dapat terjadi pada semua infeksi alat kelamin (infeksi bibir
kemaluan, liang senggama, mulut rahim, dan jaringan penyangganya dan
pada infeksi penyakit hubungan kelamin) (Manuaba Ida Bagus Gde, 2009:
61).
WHO menyebutkan bahwa remaja di dunia hampir 20% total
seluruh penduduk dunia. Sebanyak 85% remaja di dunia hidup di daerah
berkembang. Populasi remaja yang cenderung meningkat menyebabkan
kebutuhan peningkatan pelayanan kesehatan dan sosial terhadap remaja
semakin menjadi perhatian di seluruh penjuru dunia. BKKBN
menyebutkan pada tahun 2016 penduduk remaja berusia 10-24 tahun
berjumlah 66,3 juta jiwa dari total penduduk sebesar 258,7 juta sehingga
satu di antara empat penduduk adalah remaja. Hasil sensus penduduk
tahun 2016 menunjukkan jumlah remaja berusia 15-24 tahun di DIY
sebanyak 14,2% dari jumlah penduduk DIY yang terbagi atas 48,9%
perempuan dan 51% laki laki. Remaja seringkali kekurangan informasi
dasar mengenai kesehatan reproduksi dan akses terhadap pelayanan
kesehatan reproduksi. Hal ini mengakibatkan timbul bermacam masalah
yang berhubungan dengan alat reproduksi mereka.
WHO menyatakan bahwa 5% remaja di dunia terjangkit Penyakit
Menular Seksual (PMS) dengan gejala keputihan setiap tahunnya.
Keputihan lebih tinggi di usia kelompok yang lebih muda dan perempuan
yang belum menikah. Penelitian di India menunjukkan prevalensi tinggi
keputihan 95% di antara siswa remaja perempuan. Sebanyak 90% wanita
di Indonesia mengalami keputihan dan sebanyak 60% dialami oleh remaja
puteri. Negara Indonesia adalah daerah yang beriklim tropis, sehingga
jamur mudah tumbuh dan berkembang sehingga mengakibatkan banyak
terjadinya keputihan pada wanita di Indonesia.
Jumlah wanita di dunia pada tahun 2016 sebanyak 6,7 milyar jiwa
dan yang pernah mengalami keputihan sekitar 75%, sedangkan wanita
Eropa pada tahun 2013 sebanyak 739.004.470 jiwa dan yang mengalami
keputihan sebesar 25%, dan untuk wanita Indonesia pada tahun 2016
sebanyak 237.641.326 jiwa dan yang mengalami keputihan berjumlah
75%. Penelitian di Jawa Timur jumlah wanita pada tahun 2016 sebanyak
37,4 juta jiwa menunjukkan 75% remaja yang mengalami keputihan, di
Ponorogo jumlah wanita pada 2016 sebanyak 855.281 jiwa dan sebanyak
45% bisa mengalami keputihan yang fisiologis (Novi, 2016).
Keputihan yang normal memang merupakan hal yang wajar,
namun keputihan yang tidak normal dapat menjadi petunjuk adanya
penyakit yang harus diobati (Dini Kasdu, 2016: 37). Keputihan atau yang
sering disebut juga flour albus merupakan sekresi vagina normal pada
wanita, setiap wanita sekali waktu pernah mengalami keputihan dalam
hidupnya bahkan banyak yang sering mengalaminya. Dalam keadaan yang
normal, vagina yang sehat memproduksi cairan untuk membersihkan
vagina dari benda-benda asing yang tidak diinginkan. Sekresi keputihan
fisiologis tersebut bisa cair seperti air atau kadang-kadang agak berlendir.
Umumnya cairan yang keluar sedikit, jernih, tidak berbau, dan tidak gatal.
Sedangkan keputihan yang tidak normal disebabkan oleh infeksi biasanya
disertai dengan rasa gatal di dalam vagina dan di sekitar bibir vagina
bagian luar, kerap pula disertai bau busuk, dan menimbulkan rasa nyeri
sewaktu berkemih atau bersenggama (Mahannad Shadine, 2016: 1).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti dapat membuat rumusan
masalah yaitu “Bagaimanakah Asuhan Kebidanan Pada remaja dengan
kesehatan reproduksi di pulau nguan Tahun 2022”.
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mampu memberikan Asuhan Kebidanan Pada Remaja Nn.L
Dengan Kesehatan Reproduksi dipulau nguan Tahun 2022.
b. Tujuan Khusus
Mampu melakukan pengkajian data Subjektif Pada Remaja Nn.L
Dengan Kesehatan Reproduksi di pulau nguan Tahun 2022.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Flour Albus adalah keluarnya cairan selain darah dari liang vagina
di luar kebiasaan, baik berbau ataupun tidak, serta disertai rasa gatal
setempat (Kusmiran, 2011: 21). Flour albus merupakan semua
pengeluaran dari kemaluan yang bukan darah.Flour albus merupakan salah
satu tanda dari proses ovulasi yang terjadi di dalam tubuh. Selain itu, flour
albus juga merupakan salah satu tanda dari suatu penyakit (Marhaeni,
2016).
Menurut beberapa ahli, ada dua jenis Flour albus, yaitu flour albus
normal (fisiologis) dan flour albus abnormal (patologis).Fisiologis terdiri
atas cairan yang terkadang berupa mucus yang mengandung banyak epitel
dengan leukosit yang jarang, sedangkan yang patologis terdapat banyak
leukosit (Fitasari, 2014).
1) Flour Albus Normal (Fisiologis)
Jenis flour albus ini merupakan respon tubuh normal yang biasa
keluar sebelum, saat, dan sesudah masa siklus haid. Flour albus
fisiologis terjadi karena rangsangan hormon, stress atau akibat
aktivitas seksual dan datang saat masa subur wanita (Yunianti, 20145).
Flour albus normal dapat terjadi pada masa menjelang menstruasi,
pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16 menstruasi (Marhaeni,
2016). Flour albus yang fisiologis terjadi akibat pengaruh hormon
estrogen dan progesteron yang dihasilkan selama proses ovulasi.
Setelah ovulasi, terjadi peningkatan vaskularisasi dari endometrium
yang dapat menyebabkan endometrium menjadi sembab. Kelenjar
endometrium menjadi berliku-liku dipengaruhi oleh hormon estrogen
dan progesteron dari korpus luteum sehingga mensekresikan cairan
jernih yang dikenal dengan flour albus (Marhaeni,2016).
Hormon estrogen dan progesteron juga menyebabkan lendir servik
menjadi lebih cair sehingga timbul flour albus selama proses ovulasi.
Pada servik estrogen menyebabkan mukus menipis dan basa sehingga
dapat meningkatkan hidup serta gerak sperma, sedangkan progesteron
menyebabkan mukus menjadi tebal, kental, dan pada saat ovulasi
menjadi elastis (Marhaeni, 2016).
a.Kemandulan
b. Hamil diluar kandungan
c.Gejala awal dari kanker rahim
d. Infeksi saluran kencing
e.Gangguan haid
f. Depresi
g. Infertil
h. Endometritis
i. Radang panggul dan salpingitis (Barokah, 2017)
2.2 Konsep Dasar Remaja
TINJAUAN KASUS
TAHUN 2022
BIODATA PASIEN
Nama : Nn.L
Umur : 16 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Pulau nguan
I. DATA SUBJEKTIF
1. Kunjugansaatini
[] Kunjungan pertama
[ ] Kunjungan ulang
Keluhan utama : : Nn. L mengatakan sering mengalami keputihan sering
keluar lendir kental yang berlebihan, berwarna putih keruh, berbau dan
merasa gatal pada alat genetalianya , dan pada saat mau menstruasi.
2. Riwayat Menstruasi
Menarche umur : 11 tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 6 hari
Warna : Merah segar
Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut
Keluhan : kadang nyeri saat menstruasi
3. Riwayat Perkawinan
Perkawinan ke : Nn.L mengatakan belum menikah
Umur saat menikah : - tahun
Lama : - tahun
Jumlah anak :-
4. Riwayat kesehatan
a. Penyakit sistemik yang pernah/ sedang diderita keluarga : Tidak ada
b. Penyakit yang pernah /sedang diderita keluarga : Tidak ada
c. Riwayat penyakit ginekologi : Tidak ada
d. Riwayat penyakit sekarang : Tidak ada
c. Keluhan Aktifitas
Kegiatan sehari – hari : Sekolah
Istirahat / tidur : Siang ± 1-2 jam dan malam ± 7-8 jam
d. Pola seksual : -
Keluhan : -
e. Personal hygiene
Kebiasaan mandi : 2 x sehari
Kebiasaan membersihkan alat kelamin : 2 x sehari
Kebiasaan mengganti pakaian dalam : Pada saat setelah
mandi
VI. IMPLEMENTASI
1. Memberitahu Nn. L tentang hasil pemeriksaan, yaitu TTV: TD : 110/80
mmHg, R: 21 x/menit, N : 80 x/menit, S : 36,50 C dan mengalami
keputihan yaitu keluarnya cairan kental yang berlebihan, berwarna putih
keruh, berbau dan gatal didaerah kewanitaan.
2. Memberikan KIE tentang cara menjaga kebersihan daerah kewanitaannya
yaitu cebok dengan benar dari depan kebelakang agar kuman yang ada di
anus tidak berpindah ke vagina, menggunakan celana yang pas, berbahan
katun, selalu mengganti celana dalam minimal 2 kali sehari / celana dalam
basah dan menghindari handuk yang berganti – ganti dengan orang lain
dan membawa tissue saat mau BAK.
3. Memberikan support mental pada Nn. L supaya tidak cemas bahwa
keputihannya akan sembuh.
4. Memberikan penjelasan pada Nn. L agar tidak menggaruk apabila
kewanitaannya terasa gatal, hal ini dimaksudkan untuk menghindari
terjadinya luka agar terhindar dari infeksi.
VII. EVALUASI
1. Nn. L sudah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Nn. L sudah memahami penjelasan yang diberikan
3. Telah dilakukan
4. Nn. L sudah mengetahui dan bersedia melakukannya
DATA PERKEMBANGAN I
KUNJUNGAN ULANG
(01 februari 2022)
S : Subyektif
1. Nn. C mengatakan setelah keputihannya diobati secara teratur
keputihannya sedikit berkurang, tetapi masih terasa gatal dan sedikit
berbau.
2. Nn. C mengatakan sudah cebok dengan benar yaitu cebok dari depan
kebelakang.
3. Nn. C mengatakan sudah menjaga kebersihan kewanitaannya sesuai
anjuran Bidan secara teratur.
O : Obyektif
1. Keadan umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. TTV : TD : 110/80 mmHgN : 80 x/menitR: 20 x/menitS : 36,40 C
4. Pengeluaran pervaginam : masih ada sedikit lendir putih, sedikit
berbaudan masih terasa gatal.
A : Asessment
Nn. L umur 16 tahun dengan gangguan reproduksi Flour Albus.
P : Planning
1. Memberitahu pada Nn. M bahwa keputihannya sejauh ini membaik
2. dilihat dari pemeriksaan yang dilakukan.
3. Memberitahu pada Nn. M untuk tetap menjaga kebersihan daerah
4. kewanitaannya secara rutin dengan cara yang sudah dianjurkan.
EVALUASI
1. Nn. L sudah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Nn. L bersedia untuk menjaga kebersihan kewanitaannya.
3. Nn. L bersedia untuk kontrol ulang 3 hari lagi pada tanggal 05 Februari
2022
DATA PERKEMBANGAN
KUNJUNGAN ULANG KE 2
(05 FEBRUARY 2022)
S : Subyektif
1. Nn. L mengatakan keputihannya sudah berkurang, sedikit berbau dan
gatal sudah mulai berkurang.
2. Nn. L mengatakan sudah membersihkan alat genetalianya dengan benar
dan selalu membawa tissue jika dari toilet
O : Obyektif
1. Keadan umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. TTV : TD : 120/80 mmHg R : 21 x/menitN : 80 x/menit S : 36,40 C
4. Pengeluaran pervaginam : Masih ada sedikit lendir putih, sedikit berbau
dan sedikit gatal.
A : Asessment
Nn. L umur 16 tahun dengan gangguan reproduksi Flour Albus.
P : Planning
1. Memberitahu bahwa keadaan Nn. L saat ini dalam keadaan baik.
2. Mengajurkan pada Nn. L untuk tetap menjaga kebersihan daerah
kewanitaannya.
3. Memberikan support mental pada Nn. L bahwa keadaannya ini akan
sembuh.
4. Mengingatkan Nn. L untuk kontrol ulang pada tanggal 08 February
2022.
EVALUASI
Tanggal 08 february 2022 Pukul 16.15 WIB
1. Nn. L sudah mengetahui keadaannya saat ini.
2. Nn. L bersedia untuk menjaga kebersihan daerah kewanitaannya.
3. Nn. L merasa tenang bahwa keadaannya ini akan Membaik dan sembuh.
4. Nn. L bersedia untuk kontrol ulang pada tanggal 08 february 2022.
BAB IV
PEMBAHASAN
PENUTUP
1. KESIMPULAN
2. SARAN
1. Bagi Pasien
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi dengan banyak membaca dan
mempraktekkan pola hidup yang sehat.
2. Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kebidanan
dan mengembangkan asuhan kebidanan pada kasus gangguan
reproduksi dengan Flour Albus.
LAMPIRAN DOKUMENTASI