Anda di halaman 1dari 23

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK

DOSEN PEMBIMBING :

Renny Adelia Tarigan., SST, MKM

Disusun Oleh :

Rati Kristina 526080619005

INSTITUT KESEHATAN MITRA BUNDA BATAM

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

TAHUN 2022
HALAMAN PERSETUJUAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK
TAHUN 2022

LAPORAN PENYULUHAN
OLEH :
Rati Kristina 526080619005

Telah Memenuhi Persyaratan dan Disetujui Untuk Melakukan Penyuluhan


Mengenai pemberian makanan pada bayi dan anak oleh :

1. Pembimbing Klinik : Srikandi Dewi, S.ST

Tanda Tangan :

2. Dosen Pembimbing : Renny Adelia Tarigan., SST, MKM

Tanda Tangan :
LEMBAR KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswi :


Nama : Rati Kristina
NIM : 526080619005
Tingkat/Semester : III/VI

Prodi D-III Kebidanan Institut Kesehatan Mitra Bunda Batam, dengan ini
saya menyatakan bahwa ini laporan yang saya buat adalah benar.
Demikianlah surat pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan
dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Batam, 04 April 2022

Mengetahui

Mahasiswi

Rati Kristina

Pembimbing Lahan Pembimbing Akademik

Srikandi Dewi, S.ST Renny Adelia Tarigan., SST, MKM


SATUAN ACARA
PENYULUHAN
Pokok bahasan : Pemberian makanan pedamping ASI
Sasaran : Ibu bayi dan baduta Usia 6 – 24 bulan
Hari/tanggal : 08 April 2022
Tempat : Posyandu Mawar 02
Waktu : 10.00 WIB
Penyuluh : Rati Kristina

A. Latar Belakang
Pemenuhan gizi merupakan hak dasar anak. Salah satu upaya untuk
meningkatkan kesehatan dan gizi anak sebagaimana diamanatkan oleh
Undang Undang Dasar Tahun 1945 dan Perjanjian Internasional seperti
Konvensi Hak Anak (Komisi Hak Azasi Anak PBB, 1989, Pasal 24), yakni
memberikan makanan yang terbaik bagi anak usia di bawah 2 tahun. Untuk
mencapai hal tersebut, Strategi Nasional Peningkatan Pemberian ASI dan MP-
ASI merekomendasikan pemberian makanan yang baik dan tepat bagi bayi
dan anak 0-24 bulan adalah: inisiasi menyusu dini segera setelah lahir minimal
selama 1 jam , pemberian ASI eksklusif sampai usia 0-6 bulan, memberikan
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) mulai usia 6-24 bulan, meneruskan
pemberian ASI sampai usia 2 tahun (Azrul, 2014).
Data World Health Organization (WHO), menyebutkan terdapat 51%
angka kematian anak balita disebabkan oleh pneumonia, diare, campak, dan
malaria. Lebih dari separuh kematian tersebut erat hubungannya dengan
masalah gizi. Oleh karena itu prioritas utama penanganan utama adalah
memperbaiki pemberian makan kepada bayi dan anak serta perbaikan gizi
ibunya (WHO, 2017).
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia dari 103.876 bayi yang ada,
40,08% sudah diberi Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) dini, dari
17.065 bayi, sebanyak 63,6% bayi telah mendapatkan Makanan Pendamping
ASI (MP-ASI) dini (Profil Kesehatan Indonesia, 2013).
Menurut Profil Kesehatan Kepulauan Riau Data wasting meningkat dari 3
% di Tahun 2016 menjadi 4,4% di tahun 2017. Namun demikian, masuk 10
besar provinsi terbaik dalam capaian penurunan Underweight pada Balita (dari
17,7% turun menjadi 16,4%). Kasus gizi buruk di Provinsi Kepulauan Riau
tahun 2017 sebanyak 262 balita yang tersebar di 7 kab/kota, terbanyak di Kota
Batam (154 balita) dan paling sedikit jumlahnya di Kabupaten Anambas ( 3
balita) (Profil Kesehatan Kepulauan Riau, 2017).
Data Dinas Kesehatan kota Batam pada tahun 2017 dari 17 Puskemas
didapatkan 3 Puskesmas yang angka kejadian gizi kurang tertinggi, angka
kejadia tertinggi didapatkan balita yang mengalami Gizi kurang terbanyak
pertama terdapat di puskesmas Bulang sebesar 11,24%, Puskesmas Kabil
terbanyak kedua sebesar 6,04% dan Puskesmas Sambau terbanyak ketiga
sebesar 5,89% (Dinas Kesehatan kota Batam, 2017).
Dalam mengatasi berbagai permasalahan kesehatan dan gizi tersebut diatas
maka perlu dilakukan kebijakan percepatan perbaikan gizi yang difokuskan
pada periode 1000 hari pertama kehidupan (HPK). kebijakan ini ditujukan
untuk mendukung optimalnya kesehatan ibu saat hamil dan menyusui, serta
menunjang proses tumbuh kembang yang baik pada janin, bayi dan anak
sampai usia 2 tahun. Salah satu upaya dalam percepatan perbaikan gizi pada
1000 (HPK) adalah srategi pemberian makanan bayi dan anak (PMBA), yang
sangat penting untuk tercapainya kondisi gizi dan kesehatan yang baik pada
ibu, bayi dan anak sejak usia dini (Depkes RI, 2017).
Menyusui secara eksklusif selama 6 bulan merupakan salah satu upaya
pemerintah dalam rangka penurunan angka kematian bayi di Indonesia.
Kebutuhan gizi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal
sampai usia 6 bulan cukup dipenuhi hanya dari ASI saja karena ASI
mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk memenuhi
seluruh kebutuhan gizi selama 6 bulan kehidupan.
Pemberian makan yang terlalu dini dan tidak tepat mengakibatkan banyak
anak yang menderita kurang gizi. Untuk itu perlu dilakukan pemantauan
pertumbuhan sejak lahir secara rutin dan berkesinambungan. Fenomena “gagal
tumbuh” atau growth faltering pada anak Indonesia mulai terjadi pada usia 4-6
bulan ketika bayi diberi makanan selain ASI dan terus memburuk hingga usia
18-24 bulan. Hasil Riskesdas 2020 menunjukkan 85% balita di Indonesia yang
menderita gizi kurang (BB/U <-2 Z-Score) dan 85,2% termasuk kategori
pendek (TB/U <- 2 ZScore). Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) bidang Kesehatan 2020 telah ditetapkan indikator sasaran
kegiatan pembinaan gizi masyarakat yaitu menurunkan prevalensi gizi kurang
menjadi kurang dari 45% dan balita pendek kurang dari 15%. Salah satu
upaya untuk mencapai sasaran tersebut adalah mempromosikan pemberian
MP-ASI yang tepat jumlah, kualitas dan tepat waktu (Riskesdas, 2020).
Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan tambahan yang
diberikan kepada bayi setelah bayi berusia 6 bulan sampai bayi berusia 24
bulan. Jadi selain Makanan Pendamping ASI, ASI-pun harus tetap diberikan
kepada bayi, paling tidak sampai usia 24 bulan, peranan makanan pendamping
ASI sama sekali bukan untuk menggantikan ASI melainkan hanya untuk
melengkapi ASI jadi dalam hal ini makanan pendamping ASI berbeda dengan
makanan sapihan diberikan ketika bayi tidak lagi mengkonsumsi ASI (Diah
Krisnatuti, 2018).

B. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu bayi baduta dalam
praktik pemberian makanan pedamping ASI
b. Tujuan khusus :
Setelah mengikuti proses penyuluhan 30 menit peserta penyuluhan
dapat:
1. Menjelaskan pengertian dan prinsip Pemberian makanan
pedamping ASI
2. Menjelaskan variasi makanan
3. Menjelaskan frekuensi pemberian makanan dalam sehari
4. Menjelaskan jumlah pemberiaan porsi makanan sekali makan
5. Menjelaskan tekstur makanan
C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik kegiatan
Melakukan penyuluhan tentang pemberian makanan
pendamping ASI
2. Sasaran
Ibu bayi dan baduta usia 6 – 24 bulan
D. Metode
1. Metode Diskusi
Metode ini digunakan dalam penyampaian materi.
2. Metode demonstrasi
Metode ini digunakan untuk mencapai tujuan agar orang tua/ ibu
balita dapat memahami dan menerapkan apa saja kebutuhan gizi
atau pemberian makanan pada bayi dan anak.
E. Media
- Leaflet
F. Tempat
- Posyandu Mawar 02
G. Waktu
Hari/ Tanggal : 08 April 2022
Jam : 10.00 WIB s/d selesai
H. Struktur
Moderator : Rati Kristina
Penyaji : Rati Kristina
Pembimbing : Srikandi Dewi, S.ST

I. Settingan Tempat

Pembimbing Penyaji dan moderator

Audiens Audiens Audiens


Audiens Audiens Audiens
Audiens Audiens Audiens
Audiens Audiens Audiens
Audiens Audiens Audiens
J. Uraian Tugas
1) Membuka acara
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan dan topic
4) Menjelaskan kontrak waktu
5) Meminta peserta untuk memberikan pertanyaan atau penjelasan yang
tidak dipahami
6) Memberikan kesempatan pada penyaji untuk menjawab pertayaan
dan audiens.

NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA


1 5 Menit Pembukaan :
a. Memberi salam a. Menjawab salam
b. Memperkenalkan diri b. Mendengarkan
c. Memperjelas topik, waktu dan c. Menyetujui
tujuan penyuluhan
2 30 Menit Pelaksanaan :
a. Menjelaskan tentang pengertian dan a. Menjawab sesuai dengan
prinsip MP-ASI kemampuan
b. Menjelaskan Frekuensi pemberian b. Mendengarkan dan
makanan dalam sehari memperhatikan
c. Menjelaskan jumlah pemberian c. Mendengarkan dan
makanan atau porsi untuk sekali memperhatikan
makan d. Mendengarkan dan
d. Menjelaskan Variasi makanan memperhatikan
e. Mendengarkan dan menjelaskan

3 10 Menit Penutup :
a. Melakukan evaluasi/menanyakan a. Mendengarkan dan
kembali yang telah dijelaskan memperhatikan
b. Menyimpulkan materi penyuluhan b. Menjawab pertanyaan
c. Menutup dan memberi salam c. Menjawab salam
K. kegiatan penyuluhan
MATERI

A. Pengertian MP-ASI
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) merupakan proses perubahan dari
asupan susu menuju ke makanan semi padat. Hal ini dilakukan karena bayi
membutuhkan lebih banyak gizi. Bayi juga ingin berkembang dari refleks
menghisap menjadi menelan makanan yang berbentuk cairan semi padat dengan
memindahkan makanan dari lidah bagian depan ke belakang (Indiarti and Eka
Sukaca Bertiani, 2015).
B. Prinsip MP-ASI
Global Strategy on Infant and Young Child Feeding (WHO/Unicef, 2003)
pemberian makanan pada bayi dan anak usia 0 – 24 bulan adalah :
“…exclusive breastfeeding for the first six months of life and with nutritionally
adequate and safe complementary feeding through introduction of safe
andadequate amouts of indigenous foodstuffs and local foods while breastfeeding
continues up the age of two years or beyond”
Menurut WHO, standar emas makanan bayi atau Golden Standard Of Infant
Feeding adalah PMBA merupakan kepanjangan dari Pemberian Makanan pada
Bayi dan Anak. Dalam praktik PMBA, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,
yaitu:
1. Usia anak
2. Frekuensi pemberian makanan dalam sehari
3. Jumlah pemberian makanan atau porsi untuk sekali makan
4. Tekstur makanan
5. Variasi makanan
6. Selalu menjaga kebersihan
7. Memberikan makanan secara aktif kepada anak

Pemberian makanan pada bayi dan anak adalah proses berawal ketika
ASI saja tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi dan oleh karena
itu, cairan dan makanan lain diperlukan, seiring dengan ASI. Rentang
sasaran pemberian makanan pendamping ASI biasanya diambil angka 6-24
bulan. BBLR, inisiasi menyusu dini, ASI Eksklusif, pengenalan makanan
lumat, makanan semi padat dan makanan padat (usia 6-24bulan), stunting
(balita pendek), wasting (balita kurus) dan berat badan kurang (Anung
Sugihantoro, 2015 : 16-17).
Inisiasi menyusu dini (IMD) adalah memberi kesempatan pada bayi
baru lahir untuk menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama
kelahirannya. ASI eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa
tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air the, dan air
putih, serta tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur susu,
biscuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin dan mineral dan obat. MP-
ASI adalah makanan tambahan yang diberikan kepada bayi atau anak
disamping ASI untuk memenuhi kebutuhan gizinya. MP-ASI diberikan
mulai umur 6-24 bulan, dan merupakan makanan peralihan dari ASI ke
makanan keluarga.
Masalah gizi yang menjadi perhatian utama dunia saat ini adalah anak
balita pendek (stunting). Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 prevalensi
balita stunting sebesar 37,4% artinya 3-4 diantara 10 balita di Indonesia
mengalami stunting. Anak balita stunting tidak disebabkan oleh keturunan
tetapi umumnya oleh kekurangan gizi dan atau mengalami sakit dalam
waktu yang relatif lama, terutama pada usia seribu hari pertama kehidupan.
Secara umum stunting terutama pada seribu hari pertama kehidupan dapat
menyebabkan daya tahan tubuh rendah, kecerdasan rendah, dan
produktivitas rendah ketika dewasa.
Untuk mengatasi stunting perlu dilakukan perbaikan gizi sejak janin
dalam kandungan, pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan, dan
pemberian MP-ASI yang tepat mulai usia 6 bulan. Upaya peningkatan status
gizi masyarakat tidak hanya cukup dengan meningkatkan peluasan
jangkauan pelayanan saja, tetapi perlu dibarengi dengan peningkatan
pengetahuan dan keterampilan masyarakat. Salah satu upaya untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam membantu
penanggulangan masalah gizi melalui tenaga kesehatan untuk memberikan
pengertian atau panduan tentang Pemberian Makanan Bayi dan Anak
(PMBA), agar mampu mengatasi secara mandiri dalam menangani
masalahnya.

C. Tujuan Pemberian Makan Bayi dan Anak


Menurut World  Health Organization (WHO)/United Nations
Children’s Fund (UNICEF), lebih dari 50 %  kematian anak balita terkait
dengan keadaan kurang gizi, dan dua pertiga diantara kematian tersebut
terkait dengan praktik pemberian makan yang kurang tepat pada bayi dan
anak, seperti tidak dilakukan inisiasi menyusu dini dalam satu jam pertama
setelah lahir dan pemberian MP-ASI yang terlalu cepat atau terlambat
diberikan.Keadaan ini akan membuat daya tahan tubuh lemah, sering sakit
dan gagal tumbuh.  Oleh karena itu upaya mengatasi masalah kekurangan
gizi pada bayi dan anak balita melalui pemberian makanan bayi dan anak
yang baik dan benar, menjadi agenda penting demi menyelamatkan generasi
masa depan. Tujuan dari PMBA ini adalah sebagai panduan untuk Ibu
tentang bagaimana mengatasi hal-hal yang terkait dengan resiko yang
ditimbulkan jika dalam praktik pemberian makan bayi dan anak kurang
tepat.
Pemberian makanan pada bayi (PMBA) dan anak adalah proses
berawal ketika ASI saja tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi
dan oleh karena itu, cairan dan makanan lain diperlukan, seiring dengan
ASI. Konsep pemberian makanan pendamping ASI seperti inisiasi menyusu
dini (IMD), ASI eksklusif, dan makanan pendamping (MP-ASI) sebagai
berikut :
1. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
dilanjutkan dengan Rawat Gabung. IMD dilakukan dengan
cara kontak kulit bayi-ibu (skin to skin). Bayi diletakkan di dada
ibu lalu bayi secara spontan akan mencari sendiri puting ibu untuk
menyusui. Dari proses IMD, bayi mendapatkan manfaat dari
kontak kulit pertama dengan ibu, yaitu terpapar bakteri baik dari
ibu. Rawat gabung penuh selama 24 jam sehari diperlukan untuk
memastikan proses menyusui dimulai secara optimal. Dengan
rawat gabung, ibu bisa istirahat sambil tetap menyusui sesuai
keinginan bayi.

2. ASI Eksklusif 
Pemberian ASI secara eksklusif adalah pemberian ASI saja
kepada bayi tanpa diberi makanan dan minuman lain sejak dari
lahir sampai usia 6 bulan, kecuali pemberian obat dan vitamin.
3. Makanan Pendamping ASI (MPASI)
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) merupakan makanan
peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan
pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap pada usia 6-24
bulan baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan
bayi (Winarno. 1987, dalam Mufida, dkk. 2015).
4. ASI diteruskan sampai minimal 2 tahun
Walaupun jumlah kalori diberikan oleh ASI hanya sekitar
30%, namun zat antibodi yang terdapat dlm ASI justru meningkat.
Zat ini berfungsi meningkatkan daya tahan tubuh bayi, sesuai
dengan kebutuhan anak yang aktivitasnya lebih banyak.

D. Manfaat Pemberian Makan Bayi dan Anak


Anak merupakan potensi dan penerus untuk mewujudkan kualitas dan
keberlangsunganbangsa. Sebagai manusia anak berhak untuk mendapatkan
pemenuhan, perlindungan serta penghargaan akan hak asasinya. Sebagai
generasi penerus bangsa, anak harus dipersiapkan sejak dini dengan upaya
yang tepat,terencana, intensif dan berkesinambungan agar tercapai kualitas
tumbuh kembang fisik, mental, sosial, dan spiritual tertinggi. Salah satu
upaya mendasar untuk menjamin pencapaian tertinggi kualitas tumbuh
kembangnya sekaligus memenuhi hak anak adalah pemberian makan yang
terbaik sejak lahir hingga usia dua tahun.Makanan yang tepat bagi bayi dan
anak usia dini (0 – 24 bulan) adalah Air Susu Ibu (ASI) eksklusif yakni
pemberian ASI saja segera setelah lahir sampai usia 6 bulan yang diberikan
sesering mungkin. Setelah usia 6 bulan, selain ASI bayi diberi makanan
pendamping ASI (MPASI). Selanjutnya pada usia 1 tahun anak sudah diberi
makanan keluarga dan ASI masih tetap diberikan sampai anak usia 2 tahun
atau lebih.
Pola pemberian makan tersebut mendukung pertumbuhan optimal
bagi anak. Pada usia 0 – 24 bulan terjadi pertumbuhan otak hingga
mencapai sekitar 75%, masa ini disebut periode emas atau golden periode.
Pemberian makan yang optimal pada usia 0 – 24 bulan memberikan
kontribusi bermakna pada pertumbuhan otak anak. Pemberian ASI saja
sejak bayi lahir hingga usia 6 bulan (ASI eksklusif enam bulan) dapat
memenuhi seluruh kebutuhan gizi bayi, serta melindungi bayi dari berbagai
penyakit seperti diare dan infeksi saluran pernafasan akut yang merupakan
penyebab utama kematian balita di Indonesia. Kajian global telah
membuktikan bahwa pemberian ASI eksklusif merupakan intervensi
kesehatan yang memiliki dampak terbesar terhadap keselamatan balita,
yakni 13% kematian balita dapat dicegah dengan pemberian ASI eksklusif 6
bulan. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dapat mencegah 22% kematian
neonatal (neonatus adalah bayi usia 0 sampai 28 hari).
ASI yang tepat waktu dan berkualitas juga dapat menurunkan angka
kematian balita sebesar 6 %.Pemberian makan yang tidak tepat
mengakibatkan masih cukup banyak anak yang menderita kurang gizi.
Fenomena “gagal tumbuh” atau growth faltering pada anak Indonesia mulai
terjadi pada usia 4-6 bulan ketika bayi diberi makanan tambahan dan terus
memburuk hingga usia 18-24 bulan. Kekurangan gizi memberi kontribusi
2/3 kematian balita. Dua pertiga kematian tersebut terkait dengan praktek
pemberian makan yang tidak tepat pada bayi dan anak usia dini.
(WHO/UNICEF 2015).
Praktek pemberian makan yang tepat pada bayi dan anak juga dapat
mempengaruhi ekonomi keluarga. Pemberian ASI ekslusif akan mengurangi
beban keluarga untuk membeli susu formula dan perawatan bayi sakit yang
saat ini cukup mahal. Dana untuk membeli susu formula 4-5 kali lebih besar
dari pada dana untuk membeli suplemen makanan untuk ibu menyusui.
Apabila 4,5 juta bayi yang lahir di Indonesia mendapat ASI eksklusif
sampai 6 bulan, dapat menghemat devisa negara minimal Rp. 7,92 trilyun.
E. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian MP-ASI adalah :

1. U = Usia
2. F = Frekuensi
3. J = Jumlah
4. T = Tekstur (kekentalan /konsistensi)
5. V = Variasi
6. P = Pemberian makan aktif/responsif
7. K = Kebersihan

MP-ASI 4 bintang kepada anak dibuat dengan memasukkan makanan-


makanan dari kategori berikut:

1. Karbohidrat, dapat berupa nasi, roti, ubi, singkong, kentang,


jagung, talas, kombucha, dan lain-lain.
2. Protein Nabati, seperti kacang-kacangan, tahu, tempe, sampai
jamur.
3. Protein Hewani, dapat menggunakan telur, ayam, ikan, sapi, hati,
dan lain sebagainya.
4. Sayur dan buah, seperti sawi, bayam, kangkung, wortel, jeruk,
pisang, pepaya, alpukat, dan lain sebagainya.

F. Cara pemberian makan bayi dan anak adalah sebagai berikut :


a. Usia 6 bulan
Frekuensi : 2-3 kali makan
Jumlah : 2-3 sendok makan, mulai dengan pengenalan rasa
Tekstur : bubur kental
Variasi : ASI
b. Usia 6-9 bulan
Frekuensi : 2-3 kali makan + 1-2 kali makanan selingan
Jumlah : 2-3 sendok makan, tingkatkan hingga isi mangkuk ukuran
250 ml
Tekstur : bubur kental /makanan keluarga yang dilumatkan
Variasi : makanan pokok
c. Usia 9-12 bulan
Frekuensi : 3-4 kali makan + 1-2 kali makanan selingan
Jumlah : 1/2 sampai 3/4 mangkuk berukuran 250 ml
Tekstur : makanan keluarga. Makanan dengan potongan kecil yang
dapat dipegang
Varasi : makanan hewani
d. Usia 12-24 bulan
Frekuensi : 3-4 kali makan + 1-2 kali makanan selingan
Jumlah : ¾ (tiga perempat) sampai satu mangkuk berukuran 250 ml
Tekstur : makanan yang diris-iris dan makanan keluarga
Variasi : kacang – kacangan, buah, dan sayuran
e. Pemberian makan aktif/responsive
1. Bersabarlah dan dorong terus bayi untuk makan lebih banyak
2. Jika bayi menolak untuk makan, terus dorong untuk makan, pankulah
bayi sewaktu ia diberi makan.
3. Tawarkan makanan baru berkali-kali, anak-anak mungkin tidak suka
(tidak mau menerima) makanan baru pada awalnya
4. Waktu pemberian makan adalah masa-masa bagi anak untuk belajar
dan mencintai atau berinteraksi dengannya kurangi gangguan waktu ia
diberi makan
5. Jangan paksa anak untuk makan
6. Bantu anak yang lebih tua untuk makan
f. Kebersihan
1. Berikan makan kepada bayi dalam mangkuk/piring yang bersih, jangan
gunakan botol karena susah dibersihkan dan dapat menyebabkan bayi
mengalami diare.
2. Cuci tangan dengan sabun sebelum menyiapkan makanan,sebelum
makan dan sebelum memberi makan anak
3. Cuci tangan anak dengan sabun sebelum ia makan

G. Pengetahuan
1. Pengertian

Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’ dari manusia, baik dari


pengalaman sendiri maupun orang lain dan pengetahuan juga terjadi
setelah manusia melakukan pengindraan terhadap suatu obyek
tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni :
indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour)
(Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan (knowledge) adalah kesan dalam
pikiran manusia sebagai hasil dari penginderaan yang sangat berbeda
dengan takhayul (superstitions, informas-informasi yang keliru (mis-
informations) dan kepercayaan-kepercayaan (beliefs) (Sukanto,
2002).
2. Proses terjadinya pengetahuan

Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum


seseorang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) dalam diri
orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:
1. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam
arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
2. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut.
Disini sikap subjek adalah mulai timbul.
3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya
stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden
sudah lebih baik lagi.

4. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai


dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
5. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Untuk mengubah pengetahuan diperlukan kondisi belajar
tertentu (Notoatmodjo, 1989), antara lain :
1. Peserta didik harus disajikan data atau fakta atau informasi
dengan sedemikian rupa sehingga mereka mengerti.
2. Peserta didik mampu menyimpan data, fakta atau informasi
dalam ingatannya, sehingga jika diperlukan mampu diingatnya
kembali.
3. Peserta didik mampu menyajikan informasi yang disajikan
sehingga mampu menggunakan informasi tersebut untuk
melaksanakan tugas atau pemecahan masalah di lapangan
nantinya.
Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman, orang tua, guru,
teman, media massa dan buku. Pengetahuan ini akan dapat
membentuk keyakinan tertentu sehingga seseorang berperilaku
sesuai dengan keyakinannya tersebut (World Health
Organization, 1993).
3. Tingkatan pengetahuan

Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif


mempunyai 6 tingkat, yakni:
1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah


dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat
ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Oleh sebab itu, ‘tahu’ ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur
bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain:
menyatakan, menguraikan, menyebutkan, mendefinisikan dan
sebagainya.
2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan


secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan
sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan


materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil
(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi
penggunaan rumus, metode, hukum-hukum, prinsip dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya :
dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan hasil
penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus
pemecahan masalah (problem solving cycle) dalam pemecahan
masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi


atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih
dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada
kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat
dari penggunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan
(membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainya.
5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan


atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang ada. Misalnya : dapat menyusun, dapat
merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan dan
sebagainya, terhadap suatu teori atau rumusan- rumusan yang
telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan


justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian- penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada. Misalnya : dapat membandingkan antara anak-anak yang
cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi, dapat
menanggapi terjadinya wabah diare disuatu tempat, dapat
menafsirkan sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB dan lain-lain.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian PMBA atau Pemberian Makanan Bayi dan Anak yaitu
Melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD), melakukan ASI Ekslusif,
memberikan MP ASI mulai usia 6 bulan dan melanjutkan menyusu sampai
2 tahun. Setelah menjelaskan pengertian PMBA, audiens mengerti dan
dapat menjelaskan kembali pengertian PMBA
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses meletakkan bayi baru
lahir pada dada atau perut ibu agar bayi secara alami dapat mencari sendiri
sumber air susu ibu atau ASI dan mulai menyusu. Bayi akan mendapatkan
kekebalan tubuh. Setelah menjelaskan inisiasi menyusu dini (IMD),
audiens mengerti dan dapat memahami manfaat inisiasi menyusu dini
(IMD).
Pemberian ASI secara eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada
bayi tanpa diberi makanan dan minuman lain sejak dari lahir sampai usia 6
bulan, kecuali pemberian obat dan vitamin. Setelah menjelaskan
pengertian ASI eksklusif, audiens mengerti dan dapat menjelaskan
kembali pengertian ASI eksklusif.
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan
atau minuman yang mengandung zat gizi yang diberikan pada bayi atau
anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain ASI. Setelah
menjelaskan pengertian MP-ASI, audiens mengerti dan dapat memahami
manfaat MP-ASI.
B. Saran
1. Saran untuk Orang tua bayi dan anak
Karena PMBA sangat penting, maka diharapkan :
a. Ibu, bapak atau pengasuh bayi mendapatkan informasi yang benar
dan lengkap tentang PMBA dan bebas dari pengaruh pemasaran
susu formula.
b. Ibu mendapatkan akses dukungan untuk menyusui, mencegah dan
menyelesaikan masalah dalam PMBA baik dari petugas kesehatan,
kelompok ibu menyusu maupun masyarakat sekitar.
c. Bagi ibu bekerja, menyusui ekslusif dapat dilakukan bila ibu
mendapatkan cuti melahirkan dan mendapatkan kesempatan serta
fasilitas istirahat menyusui atau memerah ASI ketika sudah kembali
bekerja.
2. Untuk Petugas Kesehatan :
Sebelum atau pada saat kehamilan sebaiknya penolong persalinan
memberikan informasi mengenai pentingnya IMD dan ASI Ekslusif.
Selain itu untuk tenaga kesehatan lain seperti tenaga gizi juga lebih
terpacu lagi untuk melakukan penyuluhan untuk memberikan edukasi
mengenai PMBA.
DAFTAR PUSTAKA

Albar, Husein., 2004. Makanan Pendamping ASI. Cermin Dunia Kedokteran.


145 : 52-5.
Fikawati, Sandra, Ahmad Syafiq., 2010. Kajian Implementasi dan Kebijakan Air
Susu Ibu Eksklusif dan Inisiasi Menyusui Dini di Indonesia. Makara
Kesehatan. 14:17-24.
Kementrian Kesehatan RI., 2010. Pedoman Pekan ASI Sedunia (PAS). Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI.
Kementrian Kesehatan RI., 2010. Strategi Peningkatan Makanan Bayi dan Anak
(PMBA). Jakarta : Kementrian Kesehatan pp. 1
Panduan Penyelenggaraan Pelatihan Konseling Pemberian Makanan Pada BAyi
dan Anak ( Direktorat Jendral Bina Gizi dan KIA, 2014)
BERITA ACARA PENYULUHAN MAHASISWA
PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEBIDANAN
INSTITUT KESEHATAN MITRA BUNDA
TAHUN 2022

Pada hari ini tanggal 08 April 2022


Pukul 10:00 wib telah dilaksanakan penyuluhan mahasiswa praktik klinik
kebidanan tahun 2022 semester VI di Puskesmas Tanjung Buntung

Pembimbing Akademik : Renny Adelia Tarigan., SST, MKM


Jumlah mahasiswi : Satu (1)
Jumlah peserta :-

Demikianlah berita acara penyuluhan mahasiswa kebidanan ini dibuat untuk


dipergunakan sebagaimana mestinya.

Batam, 08 April 2022

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Renny Adelia Tarigan., SST, MKM Srikandi Dewi, S.ST

Anda mungkin juga menyukai