DOSEN PEMBIMBING :
Disusun Oleh :
TAHUN 2022
HALAMAN PERSETUJUAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK
TAHUN 2022
LAPORAN PENYULUHAN
OLEH :
Rati Kristina 526080619005
Tanda Tangan :
Tanda Tangan :
LEMBAR KEASLIAN
Prodi D-III Kebidanan Institut Kesehatan Mitra Bunda Batam, dengan ini
saya menyatakan bahwa ini laporan yang saya buat adalah benar.
Demikianlah surat pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan
dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Batam, 04 April 2022
Mengetahui
Mahasiswi
Rati Kristina
A. Latar Belakang
Pemenuhan gizi merupakan hak dasar anak. Salah satu upaya untuk
meningkatkan kesehatan dan gizi anak sebagaimana diamanatkan oleh
Undang Undang Dasar Tahun 1945 dan Perjanjian Internasional seperti
Konvensi Hak Anak (Komisi Hak Azasi Anak PBB, 1989, Pasal 24), yakni
memberikan makanan yang terbaik bagi anak usia di bawah 2 tahun. Untuk
mencapai hal tersebut, Strategi Nasional Peningkatan Pemberian ASI dan MP-
ASI merekomendasikan pemberian makanan yang baik dan tepat bagi bayi
dan anak 0-24 bulan adalah: inisiasi menyusu dini segera setelah lahir minimal
selama 1 jam , pemberian ASI eksklusif sampai usia 0-6 bulan, memberikan
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) mulai usia 6-24 bulan, meneruskan
pemberian ASI sampai usia 2 tahun (Azrul, 2014).
Data World Health Organization (WHO), menyebutkan terdapat 51%
angka kematian anak balita disebabkan oleh pneumonia, diare, campak, dan
malaria. Lebih dari separuh kematian tersebut erat hubungannya dengan
masalah gizi. Oleh karena itu prioritas utama penanganan utama adalah
memperbaiki pemberian makan kepada bayi dan anak serta perbaikan gizi
ibunya (WHO, 2017).
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia dari 103.876 bayi yang ada,
40,08% sudah diberi Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) dini, dari
17.065 bayi, sebanyak 63,6% bayi telah mendapatkan Makanan Pendamping
ASI (MP-ASI) dini (Profil Kesehatan Indonesia, 2013).
Menurut Profil Kesehatan Kepulauan Riau Data wasting meningkat dari 3
% di Tahun 2016 menjadi 4,4% di tahun 2017. Namun demikian, masuk 10
besar provinsi terbaik dalam capaian penurunan Underweight pada Balita (dari
17,7% turun menjadi 16,4%). Kasus gizi buruk di Provinsi Kepulauan Riau
tahun 2017 sebanyak 262 balita yang tersebar di 7 kab/kota, terbanyak di Kota
Batam (154 balita) dan paling sedikit jumlahnya di Kabupaten Anambas ( 3
balita) (Profil Kesehatan Kepulauan Riau, 2017).
Data Dinas Kesehatan kota Batam pada tahun 2017 dari 17 Puskemas
didapatkan 3 Puskesmas yang angka kejadian gizi kurang tertinggi, angka
kejadia tertinggi didapatkan balita yang mengalami Gizi kurang terbanyak
pertama terdapat di puskesmas Bulang sebesar 11,24%, Puskesmas Kabil
terbanyak kedua sebesar 6,04% dan Puskesmas Sambau terbanyak ketiga
sebesar 5,89% (Dinas Kesehatan kota Batam, 2017).
Dalam mengatasi berbagai permasalahan kesehatan dan gizi tersebut diatas
maka perlu dilakukan kebijakan percepatan perbaikan gizi yang difokuskan
pada periode 1000 hari pertama kehidupan (HPK). kebijakan ini ditujukan
untuk mendukung optimalnya kesehatan ibu saat hamil dan menyusui, serta
menunjang proses tumbuh kembang yang baik pada janin, bayi dan anak
sampai usia 2 tahun. Salah satu upaya dalam percepatan perbaikan gizi pada
1000 (HPK) adalah srategi pemberian makanan bayi dan anak (PMBA), yang
sangat penting untuk tercapainya kondisi gizi dan kesehatan yang baik pada
ibu, bayi dan anak sejak usia dini (Depkes RI, 2017).
Menyusui secara eksklusif selama 6 bulan merupakan salah satu upaya
pemerintah dalam rangka penurunan angka kematian bayi di Indonesia.
Kebutuhan gizi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal
sampai usia 6 bulan cukup dipenuhi hanya dari ASI saja karena ASI
mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk memenuhi
seluruh kebutuhan gizi selama 6 bulan kehidupan.
Pemberian makan yang terlalu dini dan tidak tepat mengakibatkan banyak
anak yang menderita kurang gizi. Untuk itu perlu dilakukan pemantauan
pertumbuhan sejak lahir secara rutin dan berkesinambungan. Fenomena “gagal
tumbuh” atau growth faltering pada anak Indonesia mulai terjadi pada usia 4-6
bulan ketika bayi diberi makanan selain ASI dan terus memburuk hingga usia
18-24 bulan. Hasil Riskesdas 2020 menunjukkan 85% balita di Indonesia yang
menderita gizi kurang (BB/U <-2 Z-Score) dan 85,2% termasuk kategori
pendek (TB/U <- 2 ZScore). Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) bidang Kesehatan 2020 telah ditetapkan indikator sasaran
kegiatan pembinaan gizi masyarakat yaitu menurunkan prevalensi gizi kurang
menjadi kurang dari 45% dan balita pendek kurang dari 15%. Salah satu
upaya untuk mencapai sasaran tersebut adalah mempromosikan pemberian
MP-ASI yang tepat jumlah, kualitas dan tepat waktu (Riskesdas, 2020).
Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan tambahan yang
diberikan kepada bayi setelah bayi berusia 6 bulan sampai bayi berusia 24
bulan. Jadi selain Makanan Pendamping ASI, ASI-pun harus tetap diberikan
kepada bayi, paling tidak sampai usia 24 bulan, peranan makanan pendamping
ASI sama sekali bukan untuk menggantikan ASI melainkan hanya untuk
melengkapi ASI jadi dalam hal ini makanan pendamping ASI berbeda dengan
makanan sapihan diberikan ketika bayi tidak lagi mengkonsumsi ASI (Diah
Krisnatuti, 2018).
B. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu bayi baduta dalam
praktik pemberian makanan pedamping ASI
b. Tujuan khusus :
Setelah mengikuti proses penyuluhan 30 menit peserta penyuluhan
dapat:
1. Menjelaskan pengertian dan prinsip Pemberian makanan
pedamping ASI
2. Menjelaskan variasi makanan
3. Menjelaskan frekuensi pemberian makanan dalam sehari
4. Menjelaskan jumlah pemberiaan porsi makanan sekali makan
5. Menjelaskan tekstur makanan
C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik kegiatan
Melakukan penyuluhan tentang pemberian makanan
pendamping ASI
2. Sasaran
Ibu bayi dan baduta usia 6 – 24 bulan
D. Metode
1. Metode Diskusi
Metode ini digunakan dalam penyampaian materi.
2. Metode demonstrasi
Metode ini digunakan untuk mencapai tujuan agar orang tua/ ibu
balita dapat memahami dan menerapkan apa saja kebutuhan gizi
atau pemberian makanan pada bayi dan anak.
E. Media
- Leaflet
F. Tempat
- Posyandu Mawar 02
G. Waktu
Hari/ Tanggal : 08 April 2022
Jam : 10.00 WIB s/d selesai
H. Struktur
Moderator : Rati Kristina
Penyaji : Rati Kristina
Pembimbing : Srikandi Dewi, S.ST
I. Settingan Tempat
3 10 Menit Penutup :
a. Melakukan evaluasi/menanyakan a. Mendengarkan dan
kembali yang telah dijelaskan memperhatikan
b. Menyimpulkan materi penyuluhan b. Menjawab pertanyaan
c. Menutup dan memberi salam c. Menjawab salam
K. kegiatan penyuluhan
MATERI
A. Pengertian MP-ASI
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) merupakan proses perubahan dari
asupan susu menuju ke makanan semi padat. Hal ini dilakukan karena bayi
membutuhkan lebih banyak gizi. Bayi juga ingin berkembang dari refleks
menghisap menjadi menelan makanan yang berbentuk cairan semi padat dengan
memindahkan makanan dari lidah bagian depan ke belakang (Indiarti and Eka
Sukaca Bertiani, 2015).
B. Prinsip MP-ASI
Global Strategy on Infant and Young Child Feeding (WHO/Unicef, 2003)
pemberian makanan pada bayi dan anak usia 0 – 24 bulan adalah :
“…exclusive breastfeeding for the first six months of life and with nutritionally
adequate and safe complementary feeding through introduction of safe
andadequate amouts of indigenous foodstuffs and local foods while breastfeeding
continues up the age of two years or beyond”
Menurut WHO, standar emas makanan bayi atau Golden Standard Of Infant
Feeding adalah PMBA merupakan kepanjangan dari Pemberian Makanan pada
Bayi dan Anak. Dalam praktik PMBA, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,
yaitu:
1. Usia anak
2. Frekuensi pemberian makanan dalam sehari
3. Jumlah pemberian makanan atau porsi untuk sekali makan
4. Tekstur makanan
5. Variasi makanan
6. Selalu menjaga kebersihan
7. Memberikan makanan secara aktif kepada anak
Pemberian makanan pada bayi dan anak adalah proses berawal ketika
ASI saja tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi dan oleh karena
itu, cairan dan makanan lain diperlukan, seiring dengan ASI. Rentang
sasaran pemberian makanan pendamping ASI biasanya diambil angka 6-24
bulan. BBLR, inisiasi menyusu dini, ASI Eksklusif, pengenalan makanan
lumat, makanan semi padat dan makanan padat (usia 6-24bulan), stunting
(balita pendek), wasting (balita kurus) dan berat badan kurang (Anung
Sugihantoro, 2015 : 16-17).
Inisiasi menyusu dini (IMD) adalah memberi kesempatan pada bayi
baru lahir untuk menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama
kelahirannya. ASI eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa
tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air the, dan air
putih, serta tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur susu,
biscuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin dan mineral dan obat. MP-
ASI adalah makanan tambahan yang diberikan kepada bayi atau anak
disamping ASI untuk memenuhi kebutuhan gizinya. MP-ASI diberikan
mulai umur 6-24 bulan, dan merupakan makanan peralihan dari ASI ke
makanan keluarga.
Masalah gizi yang menjadi perhatian utama dunia saat ini adalah anak
balita pendek (stunting). Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 prevalensi
balita stunting sebesar 37,4% artinya 3-4 diantara 10 balita di Indonesia
mengalami stunting. Anak balita stunting tidak disebabkan oleh keturunan
tetapi umumnya oleh kekurangan gizi dan atau mengalami sakit dalam
waktu yang relatif lama, terutama pada usia seribu hari pertama kehidupan.
Secara umum stunting terutama pada seribu hari pertama kehidupan dapat
menyebabkan daya tahan tubuh rendah, kecerdasan rendah, dan
produktivitas rendah ketika dewasa.
Untuk mengatasi stunting perlu dilakukan perbaikan gizi sejak janin
dalam kandungan, pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan, dan
pemberian MP-ASI yang tepat mulai usia 6 bulan. Upaya peningkatan status
gizi masyarakat tidak hanya cukup dengan meningkatkan peluasan
jangkauan pelayanan saja, tetapi perlu dibarengi dengan peningkatan
pengetahuan dan keterampilan masyarakat. Salah satu upaya untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam membantu
penanggulangan masalah gizi melalui tenaga kesehatan untuk memberikan
pengertian atau panduan tentang Pemberian Makanan Bayi dan Anak
(PMBA), agar mampu mengatasi secara mandiri dalam menangani
masalahnya.
2. ASI Eksklusif
Pemberian ASI secara eksklusif adalah pemberian ASI saja
kepada bayi tanpa diberi makanan dan minuman lain sejak dari
lahir sampai usia 6 bulan, kecuali pemberian obat dan vitamin.
3. Makanan Pendamping ASI (MPASI)
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) merupakan makanan
peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan
pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap pada usia 6-24
bulan baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan
bayi (Winarno. 1987, dalam Mufida, dkk. 2015).
4. ASI diteruskan sampai minimal 2 tahun
Walaupun jumlah kalori diberikan oleh ASI hanya sekitar
30%, namun zat antibodi yang terdapat dlm ASI justru meningkat.
Zat ini berfungsi meningkatkan daya tahan tubuh bayi, sesuai
dengan kebutuhan anak yang aktivitasnya lebih banyak.
1. U = Usia
2. F = Frekuensi
3. J = Jumlah
4. T = Tekstur (kekentalan /konsistensi)
5. V = Variasi
6. P = Pemberian makan aktif/responsif
7. K = Kebersihan
G. Pengetahuan
1. Pengertian
6. Evaluasi (Evaluation)