Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEBIDANAN PRAKONSEPSI

PADA WANITA USIA SUBUR NY. B DENGAN FLOUR


ALBUSE
DI PMB Ny. P

Dosen Pembimbing : Nana Usnawati, SST., M.Keb

Disusun oleh :
Wulan Purnama Sari
P27824421143

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI ALIH JENJANG DIV
KEBIDANAN KAMPUS MAGETAN
2021
TUGAS INDIVIDU

ASUHAN KEBIDANAN PRAKONSEPSI


PADA WANITA USIA SUBUR NY. B DENGAN FLOUR
ALBUSE
DI PMB Ny. P

Dosen Pembimbing: Nama Usnawati, S.ST, M.Keb

DisusunOleh :

WULAN PURNAMA SARI

P27824421143

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI ALIH JENJANG DIV
KEBIDANAN KAMPUS MAGETAN
2021

ii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas individu
dengan judul “Asuhan Kebidanan Prakonsepsi Pada Wanita Usia Subur Ny. B
Dengan Flour Albuse“

Tugas individu ini disusun dalam rangka memenuhi tugas askeb


prakonsepsi di Prodi Sarjana Terapan Kebidanan Magetan. Dalam penyusunan
laporan ini, penyusun mendapat bantuan, pengarahan, dan bimbingan. Untuk itu,
kami pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Nana Usnawati, S.ST., M.Keb selaku dosen pembimbing pendidikan mata
kuliah Askeb Prakonsepsi Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya Prodi
Sarjana Terapan Kebidanan Magetan
2. Serta teman teman sejawat kami yang telah berkenan bekerja sama sehingga
dalam pembuatan makalah ini dapat berjalan dengan lancar.
Kami menyadari bahwa Asuhan Kebidanan ini masih jauh dari sempurna,untuk
itu kami meminta kepada pembaca memberi saran dan kritikan yang membangun
untuk lebih sempurnanya makalah ini. Kami juga berharap makalah ini dapat
berguna bagi pembaca sekalian.

Magetan, 11 November 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman judul...................................................................................................ii
Kata Pengantar..................................................................................................iii
Daftar Isi...........................................................................................................iv
Bab 1 Konsep Dasar Teori Flour Albuse..........................................................1
1.1 Pengertian...................................................................................................1
1.2 Etologi Flour Albuse...................................................................................1
1.3 Patofisiologi................................................................................................2
1.4 Diagnosis Flour Albuse..............................................................................3
1.5 Penatalaksanaan Flour Albuse....................................................................3
Bab 2 Konsep Dasar Tinjauan Teori Flour Albuse..........................................5
2.1 Pengkajian Data..........................................................................................5
2.2 Diagnosa.....................................................................................................10
2.3 Perencanaan................................................................................................10
2.4 Pelaksanaan.................................................................................................11
2.5 Evaluasi.......................................................................................................11
Bab 3 Tinjaun Kasus.........................................................................................12
3.1 Data Subyektif............................................................................................12
3.2 Data Obyektif..............................................................................................14
3.3 Assasement.................................................................................................14
3.4 Penatalaksanaan..........................................................................................14
Daftar Pustaka...................................................................................................16

iv
BAB 1
KONSEP DASAR TEORI FLOUR ALBUSE

1.1 Pengertian
Pasangan Usia Subur adalah pasangan suami istri yang saat ini hidup
bersama, baik bertempat tinggal resmi ataupun tidak, dimana usia istri antara
20 tahun sampai 45 tahun. Pasangan usia subur batasan usia yang digunakan
disini adalah 20-45 tahun. Pasangan Usia Subur berkisar antara usia 20-45
tahun dimana pasangan (laki-laki dan perempuan) sudah cukup matang
dalam segala hal terlebih organ reproduksinya sudah berfungsi dengan baik.
Ini dibedakan dengan perempuan usia subur yang berstatus janda atau cerai.
Dalam menjalani kehidupan berkeluarga, Pasangan Usia Subur sangat
mudah dalam memperoleh keturunan, dikarenakan keadaan kedua pasangan
tersebut normal. Hal ini lah yang menjadi masalah bagi Pasangan Usia Subur
yaitu perlunya pengaturan tingkat kelahiran, perawatan kehamilan dan
persalinan aman (Kadarisman, 2015).
Flour albuse merupakan pengeluaran cairan pervaginam yang bukan
berupa darah yang kadang merupakan manifestasi sebuah klasifikasi klinis
dari infeksi yang selalu membahsahi dan menmbulkan iritasi, rasa gatal, dan
gagguan rasa tidak nyaman pada penderitanya. (Manuaba, 2010).
Flour albuse adalah semacam siklus yang keluar terlalu banyak warna
putih seperti sagu dan kental agak kekuning-kuningan. (Handayani, 2013).
1.2 Etiologi Flour Albuse
Menurut (Widyastuti, 2010) adapun penyebab flour albuse adalah :
1. Inveksi vagina oleh jamur (candida albican).
Jenis infeksi yang terjadi pada vagina yakni bacterial vaginalis,
incomonas dan candidiasis. Bakteri vaginasis merupakan gangguan vagian
yang sering ditandai dengan keputihan dan bau tidak sedap. Hal ini
disebabkan oleh bakteri patogen (penyebab infeksi) meningkat dan pH
vagina meningkat.

1
2

2. Faktor hygiene yang jelek.


Kebersihan daerah vagina yang jelek dapat menyebabkan
timbulnya keputihan. Hal ini terjad karena kelembapan vagina yang
meningkat sehingga bakteri patogen penyebab infeksi mudah menyebar
3. Pemakaian obat-obatan (antibiotik, kortikosteroid, dan pil KB) dalam
waktu yang lama.
Karena pemakaian obat-obatan khususnya antibiotik yang terlalu
lama dapat menimbulkan siklus imunitas dalam tubuh. Sedangkan
penggunaan pil kb mempengaruhi keseimbangan hormonal wanita.
Biasanya pada wanita yang mengkonsumsi antibiotik timbul keputihan.
4. Stres
Otak mempengaruhi kerja semua organ tubuh, jadi jika reseptor
otak mengalami perubahan keseimbangan dan dapat menyebabkan
timbulnya keputihan.
5. Alergi benda-benda yang dimasukkan secara sengaja atau tidak kedalam
vagina (tampon, obat, kotrasepsi obat, rambut kemaluan) bisa juga luka
(tusukan, berdarah).
1.3 Patofisiologi
Banyak hal yang membuat wanita rawan terkena keputihan patologis.
Biasanya penyebab keputihan patologis ini karena kuman. Di dalam vagina
bukan tempat yang steril, terdapat berbagai macm kuman di dalamnya. Flour
normal normal di dalam vagina membantu menjaga keasaman PH vagina
dalam keadaan yang optimal. PH vagina seharusnya antara 3,5-5,5. Flour
normal ini bisa terganggu misalnya karena antiseptik untuk daerah vagina
bagian dalam ketidakseimbangan ini mengakibatkan timbulnya jamur dan
kuman-kuman lainnya. Padahal adanya flour normal dibutuhkan untuk
menekan pertumbuhan kuman. Jika keasaman vagina berubah maka kuman
lainnya mudah tumbuh sehingga terjadi infeksi yang akhirnya menyebabkan
keputihan yang berbau, gatal, dan menimbulkan ketidaknyamanan.
1.4 Diagnosis Flour Albuse
Diagnosis flour albus ditegakkan berdasarkan gambaran klinik dan
pemeriksaan penunjang :
1. Anamnese
Ditanyakan mengenai keluhan, jumlah, bau dan warna. Masa
inkubasi penyakit yang dideritanya, penggunaan antibiotik atau
kortikosteroid dan keluhan lain.
2. Pemeriksaan fisik genetalia
Inspeksi kulit parut bartolini, rambut pubis, daerah vagina dan
anus. Inspeksi dan palpasi genetalia eksterna. Pemeriksaan spekulum
untuk vagina dan serviks, pemeriksaan bimanual pelvis, palpasi kelenjar
getah bening.
3. Laboratorium
Hasil pengeluaran pH cairan vagina dapat ditentukan dengan kertas
pengukur pH dan pH diatas 4,5 sering disebabkan oleh tricomoniasis
tetapi tidak cukup spesifik.
1.5 Penatalaksanaan Flour albuse
Menurut (Abidin, 2011) penatalakasaan keputihan bergantung penyebab
infeksi seperti jamur. Bakteri atau parasit umumnya diberikan obat-obatan
untuk mengatasi keluhan dan menghentikan proses infeksi sesuai dengan
penyebabnya. Obat-obatan yang digunakan untuk mengatasi keputihan
biasanya berasal dari golongan flukonazol yang mengatasi infeksi kandida
dan golongan metronidazol untuk megatasi infeksi bakteri dan parasit. Untuk
keputihan patologis pengobatannya adalah antibiotik (kortikosteroid). Untuk
keputihan yang ditularkan melalui hunungan seksual selama masih dalam
jangkauan terapi juga diberikan pasangan seksual dan dianjurkan untuk tidak
berhubungan seksual selama masih dalam pengobatan. Selain itu dianjurkan
untuk selalu menjaga kebersihan daerah intim yaitu sebagai tindakan
pencegahan sekaligus mencegah berulangnya keputihan yaitu dengan :
1. Pola hidup sehat yaitu dengan diet seimbang, olahraga rutin istirahat
cukup, hindari rokok dan lakohol serta hindari stres yang berkepanjangan.
2. Setia kepada pasangan, gunkan kondom untuk menghindari penularan
penyakit seksual.
3. Selalu menjaga kebrsihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap
kering dan tidak mudah lembab misal dengan menggunakan celana yang
mudah menyerap keringat.
4. Biasakan mengganti pembalut pada waktunya untuk mencegah bakteri
berkembang.
5. Biasakan cebok dengan benar dan basuh dengan air.
6. Pengunaan cairan yang berlebihan (pembersih vagina) dapat mematika
flour normal.
7. Hindari pengunaan tissue atau sabun pada vagina karena akan
mengakibatkan iritasi.
8. Hindarai barang barang yang mempercepat penularan misalnya alat
mandi.
BAB 2
KONSEP DASAR TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN

2.1 Pengkajian
1. Data subyektif
Data subyektif adalah data yang dicatat mencakup identitas,
keluhan yang diperoleh darihasil wawancara langsung pada pasien atau
klien (anamnesis) atau dari keluarga dan tenaga kesehatan. (Hidayat,
2010).
A. Biodata pasien
1) Nama : untuk mengenal dan mengetahui pasien. (Nursalam dan
Siti Pariani, 2012).
2) Umur : untuk mengetahui adanya faktor resiko seprti kurang dari
20 tahun alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya
belum siap. Gangguan reproduksi flour albuse ini biasanya terjadi
pada wanita menarch sampai masa menapouse (Varney, 2010).
3) Agama : untuk memberikan motivasi dan dorongan moril sesuai
apa yang dialami (Kusmiran, 2011).
4) Suku bangsa : untuk mengetahui faktor bawaan ataupun ras
(Nursalam dan Siti Pariani, 2012).
5) Pendidikan : untuk mengetahui larat belakang tingkat pendidikan
dan pengetahuan (Kusmiran, 2011).
6) Alamat : untuk mengetahui lingkungan, tempat tinggal dan
karakteristik masyarakat.
7) Pekerjaan : untuk mengetahui status sosial ekonomi. (Kusmiran,
2011).
B. Keluhan utama
Alasan wanita tersebut mengunjungi tenaga kesehatan di klinik,
kantor, kamar gawat darurat, pusat pelayanan persalian, rumah sakit
seperti yang diungkapkan dengan menggunakan kata-kata sendiri.
(Kusmiran, 2011). Pada kasus flour albuse keluhan utamanya ibu

5
6

merasa tidak nyaman sehubungan celana dalamnya selalu basah dan


keluar cairan berupa lendir yang gatal dan kental, berwarna kuning
hingga keabu-abuan, gatal dan berbau dari kemaluannya dalam jumlah
yang banyaksampai pada kulit hingga merasa sakit dan panas saat
berkemih (Manuaba, 2010).
C. Riwayat Menstruasi
Riwayat menstruasi meliputi umur menarch frekuensi menstruasi lama
menstruasi banyaknya darah yang keluar, gangguan sewaktu-waktu
menstruasi. (Kusmiran, 2011).
D. Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan, lama perkawinan, berapa kali
menikah dan pernikahan pertama pada usia berapa apakah merupakan
faktor predisposisi. (Lis, 2014).
E. Riwayat keluarga berencana
Untuk mengetahui apakah riwayat kontrasepsi yang pernah digunakan
ibu yang berpengaruh terhadap penyakit. Pada kasus flour albuse ini
biasanya terjadi pada ibu yang menggunkan kontrasepsi pil atau IUD.
(Wiknjosastro, 2009).
F. Riwayat kesehatan menurut (Kusmiran, 2011) yang meliputi :
1) Riwayat kesehatan sekarang
Untuk mengetahui keadaan pasien saat ini apakah menderita
penyakit jantung, gagal ginjal, asma/TBC, hepatitis Dm, hipertensi,
epilepsi serta penyakit sistemik lain seperti penyakit kelamin
diantaranya seperti bakterial vaginalis trimococus dan candidiasis.
(Handayani, 2013).
2) Riwayat penyakit keluarga
Untuk mengetahui apakah dalam keluarga ibu menderita penyakit
jantung gagal ginjal, asma/TBC, hepatitis DM, hipertensi, epilepsi
serta penyakit sistemik lain seperti penyakit kelamin diantaranya
seperti bakterial vaginalis trimococus dan candidiasis.
G. Pola kebiasaan sehari-hari
Untuk mengetahui kebiasaan sehari-hari dalam menjaga kebersihan
dirinya dan pola makan sehari-hari apakah terpenuhi gizinya atau
tidak. (Elmart, 2012).
1. Pola nutrisi : untuk megetahui seberapa banyak asupan nutrisi pada
pasien dengan mengamati apakah ada penurunan berat badan atau
tidak.
2. Pola eliminasi : dikaji untuk mengetahaui berapa kali ibu
BAK,BAB. (Varney, 2010). Pada kasus flour albuse ini terkadang
merasa panas saat kencing.
3. Pola istirahat : untuk mengetahui berapa lama ibu tidur siang dan
berapa lama ibu tidur malam. (Kusmiran, 2011).
4. Aktivitas : mengetahui aktivitas ibu sehari-hari. (Kusmiran, 2011).
5. Personal hygine : untuk mengetahui kebersihan ibu khususnya
tubuh yang meliputi frekuensi mandi, gosok gigi, ganti baju, atau
pakaian dalam, keramas dan cara membersihkan alat genetalianya.
Pafa kasus gangguan reproduksi flour albuse biasanya sering
ditemui pada ibu yang memiliki kebiasaan personal hygine yang
jelek (Kusmiran, 2011)
6. Pola hubungan seksual : untuk mengetahu berapa kali ibu
melakukan hubungan seksual dengan suaminya dan ada tidaknya
ejakulasi. Pada flour albuse biasanya ibu merasa tidak nyaman
dengan keadaannya karena cairan yang keluar.
H. Keadaan Psikologis
Digunakan untuk mengetahui perasaan ibu menghadapi gangguan
reproduksi dengan keputihan sekarang ini (Nursalam dan Siti Pariani,
2012). Pada kasus gangguan reproduksi Flour absuse biasanya
didapatkan data psikologisnya adalah ibu merasa cemas dengan
keadaannya. (Abidin, 2011).
2. Data Obyektif
Data obyektif adalah pendataan yang dilakukan dati hasil pemeriksaan
fisik, pemeriksaan kasus kebidanan dan data penunjangnya. (Hidayat,
2010).
a. Pemeriksaan umum
1. Keadaan umum: untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah
baik, sedang buruk, kemudian tingkat kesadaran dan keadaan
emosional. (Nursalam dan Siti Pariani, 2012).
2. Kesadaran : untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu yang
terdiri dari kesadaran composmentis, kesadaran apatis, kesadaran
samnolen (Varney, 2010)). Pada kasus flour albus di dapat
kesadaran composmentis.
3. Tanda-tanda vital:
a) Tekanan darah: untuk mengetahui faktor resiko (hipertensi
(hipertensi dengan satuan mmHg). Tekanan darah normal
110/80-140/90 mmHg (Saifuddin, 2012).
b) Suhu: untuk mengetahui suhu badan apakah ada peningkatan
atau tidak. Suhu tubuh normal 36,5-37,70C. (Wiknjosastro,
2013).
c) Nadi: untuk mengetahui denyut nadi pasien menghitung delam
1 menit 60-100x/menit. (Varney, 2010).
d) Respirasi: untuk mengetahui pernafasan pasien dalam waktu 1
menit. Normalnya 20-24x/menit (saifuddin,2014)
b. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
Rambut: untuk mengetahui rambut bersih, tidak, berketompe atau
tidak (Kusmiran, 2011).
2. Muka : untuk mengetahui ada oedema atau tidak, anemis atau
tidak, pucat atau tidak (Kusmiran, 2011)
3. Mata: konjungtiva merah muda atau anemis dan sclera putih atau
tidak (Kusmiran, 2011)
4. Leher: pembesaran tyroid, pembesaran kelenjar limfe, getah
bening.
5. Dada: ada retraksi/tidak, bunyi nafas, payudara kanan kiri
simetris.
6. Abdomen: ada jaringan parut atau bekas luka operasi, ada nyeri
tekan (Wiknjosastro, 2013).
7. Anogenital
a) Vulva/ vagina: pada kasus flour albus didapatkan hasil secret
vagina berwarna putih menggumpal, berwarna kuning dengan
putih, keabu-abuan (Abidin, 2011).
b) Inspekulo: untuk mengetahui keadaan portio dan servik serta
pengeluaran pervaginam (Wiknjosastro, 2009).
c) Pemeriksaan dalam: untuk mengetahui keadaan vagina uretra,
dinding vagina, porto orificium, korpus uteri, korpus uteri,
pengeluaran dan discharge (Elmart, 2012).
d) Anus: untuk mengetahui ada hemoroid atau tidak
(Nursalam,2008).
11. Ektremitas
a) Varices: Ada varises atau tidak. (Nursalam dan Siti Pariani,
2012).
b) Oedema: Ada oedema atau tidak, (Nursalam dan Siti Pariani,
2012).
c) Reflek patella: pengetukan tendon patella pada palu reflek.
(Nursalam dan Siti Pariani, 2012).
c) Pemeriksaan Penunjang
Sebagai pendukung diagnosa, apa bila di perlukan missal pemeriksaan
laboratorium. (Varney, 2010).
2.2 Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang di tegakkan bidan dalam
lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnose
(Kusmiran, 2011). Diagnosa kebidanan sendiri di dapat dari dasar yang
terdiri atas data subyektif dan data obyektif. Diagnosa kebidanan yang
dapat ditegakkan adalah “Ny… pasangan usia subur, usia …. Tahun, dengan
flour albuse. Keadaan umum baik/buruk, prognosa baik/buruk.
2.3 Perencanaan
Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi
(Varney, 2010). Rencana asuhan yang diberikan pada gangguan reproduksi
dengan flour Albus diantaranya:
a. Jelaskan pada klien tentang kondisinya
b. Berikan KIE tentang flour albuse
c. Jelaskan bagaimana cara membersikan daerah pribadi atau genetalianya
agar tetap bersih dan kering
d. Jelaskan pemakaian celana dalam dengan baik dan benar
e. Jelaskan untuk tidak sering menggunakan pencuci vagina
f. Berikan terapi pada keputihannya.
2.4 Pelaksanaan
Menurut (Varney, 2010) pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh
seperti yang diarahkan sebelumnya di laksanakan secara efisien dan aman.
1. Menjelaskan pada klien tentang kondisinya.
2. Memberikan KIE tentang flour albus.
3. Menjelaskan bagaimana cara membersikan daerah pribadi atau
genetalianya agar tetap bersih dan kering
4. Jelaskan pemakaian celana dalam dengan baik dan benar.
5. Menjelaskan untuk tidak sering menggunakan pencuci vagina.
6. Memberikan terapi pada keputihannya.
2.5 Evaluasi
Menurut (Abidin, 2011) evaluasi asuhan yang diberikan pada
gangguan reproduksi dengan flour albus diantaranya:
1. Keputihan telah sembuh dan diatasi dengan baik.
2. Klien sudah mengerti bagaimana cara membersikan daerah pribadi atau
genetalianya agar tetap bersih dan kering.
3. Klien sudah mengerti tentang kebersihan saat berhubungan seksual.
4. Ibu bersedia melaksanakan anjuran yang diberikan oleh bidan.
5. Ibu bersedia kembali jika ada keluhan.
BAB 3
TINJAUAN KASUS

Pengkajian data
Tanggal : 11 November 2021, pukul 17.00 WIB.
Tempat : PMB Ny. P
3.1 Data subjektif
a. Biodata
Nama : Ny. B Tn. L
Umur : 26 tahun 28 tahun
Agama : Islam Islam
Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : IRT Wiraswasta
Penghasilan :- ± Rp. 2.000.000,-
Umur menikah : 26 tahun 28 tahun
Berapa kali : 1 kali 1 kali
Lama menikah : 5 bulan 5 bulan
No. hp 0812131710918
Alamat : Jln. Srilangka No. 56

b. Keluhan utama
Ibu mengeluh merasakan gatal di area kemaluannya, sudah sekitar 1
minggu yang lalu. Ibu mengeluh ada keputihan sedikit gatal, tidak berbau
dan tidak berwarna.
c. Riwayat kesehatan
Ibu dan keluarga sehat, tidak pernah dan tidak sedang menderita penyakit
dengan tanda gejala batuk lama lebih dari 1 bulan atau (TBC), mudah
lelah dan jantung berdebar-debar walaupun dalam istirahat (jantung),
sering makan dan sering kencing (DM), mata dan kuku jari terlihat
kuning (hepatitis), keputihan yang bau busuk, nyeri saat berkemih (GO),

12
13

keputihan yang berwarna kuning atau kehijauan berbau gatal (PMS).


Tekanan darah tinggi (hipertensi), mudah sakit dan lama sembuh, BB
turun drastis , diare >3 bulan (HIV/AIDS).
d. Riwayat kebidanan
Ibu haid pertama umur 13 tahun dengan konsistensi encer, lama haid 6-7
hari, siklus ± 28 hari, tidak ada keluhan. HPHT : 25-10-2021. Ibu baru
pertama kali mengalami keputihan.
e. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Nutrisi
Ibu makan 3x1 hari dengan porsi sedang (nasi, lauk dan sayur). Minum
6-7 gelas/hari. Tidak tarak makanan.
2) Eliminasi
BAB 1x/hari warna kuning kecoklatan, BAK 6-7 x perhari warna
kuning jerami tidak ada keluhan.
3) Personal Hygiene
Ibu mandi 2x/ hari, keramas 3 hari sekali, ganti baju setiap selesai
mandi. Ibu tidak mengeringkan area genetalianya bersih dan
membiarkan dalam kondisi lembab ketika sesudah BAB maupun
BAK.
4) Pola hubungan seksual
Ibu dan suami melakukan hubungan seksual 3x seminggu, tidak ada
keluhan.
f. Riwayat penggunaan kontrasepsi
Ibu dan suami belum pernah menggunakan alat kotrasepsi apapun.
g. Riwayat ketergantungan
Ibu dan suami tidak pernah ketergantungan terhadap obat-obatan tertentu,
tidak merokok dan tidak minum minuman beralkohol.
h. Riwayat sosial budaya
Tidak ada adat atau kebiasaan yang merugikan pasangan usia subur.
3.2 Data Objektif
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum baik, kesadaran komposmetis.
b. TTV
TD : 130/98 mmHg
Nadi : 84x/menit (teratur)
Suhu : 36,6ºC
RR : 24x/menit (teratur)
c. Pemeriksaan Fisik
1) Muka : Muka pucat, tidak sembab.
2) Mata : Konjungtiva palpebral merah muda, sklera putih.
3) Payudara : Tidak dilakukan pemeriksaan.
4) Abdomen : Tidak ada pembesaran uterus, luka bekas operasi,
tato, dan nyeri abdomen,
5) Genetalia : Tidak ada pembengkakan kelenjar skane dan
bartolini, tidak ada condiloma akuminata dan
matalata, keluar keputihan berwarna bening tidak
berbau dan tidak berwarna, tidak ada varises
6) Anus : Tidak dilakukan pemeriksaan.
7) Ekstremitas : Tidak varises

3.3 Assasement
Ny. B, usia 26 tahun dengan flour albuse. Keadaan umum baik, prognosa
baik.
3.4 Penatalaksanaan
1. Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu mengalami flour
albuse.
E/ ibu mengerti tentang kondisinya.
2. Menjelaskan tentang faktor-faktor yang memicu terjadinya flour albuse
seperti personal hygiene yang kurang baik.
E/ ibu memahami penjelasan.
3. Menganjurkan ibu untuk lebih menjaga kebersihan diri (personal
hygiene) terutama daerah gentelia. Seperti cebok dari depan ke belakang,
mengerikan daerah genetalia setelah BAB maupun BAK, mengganti
pakaian dalam apabila dirasa sudah lembab dan tidak nyaman.
E/ Ibu memahami penjelasan dan bersedia menerapkan yang telah
dianjurkan.
4. Menganjurkan ibu untuk tidak menggunakan sabun atau ramuan khusus
untuk membersihkan daerah genetalianya.
E/ ibu memahami penjelasan.
5. Memberikan KIE dari dampak flour albuse terhadap prakonsepi
a. Akan dirasakan ketidaknyamanan akibat flour albuse
b. Keadaan flour albuse menyebabkan potensi kehamilan menjadi kecil
c. Oleh karena itu perlu dilakukan pengobatan dan tindak
lanjut. E/ Ibu memahami penjelasan
6. Memberikan terapi oral metronidazole 500 mg 3x1.
E/ ibu bersedia minum sesuai anjuran
7. Menganjurkan kontrol ulang ke dokter apabila obat sudah habis
diminum sesuai anjuran dan keluhan tidak kunjung membaik.
E/ ibu memahami anjuran.
8. Mendokumentasikan asuhan yang diberikan.

Follow up
1. Keluhan flour albuse.
2. Terapi obat diminum sesuai anjuran atau tidak.
3. Perbaikan personal hygine.

WULAN PURNAMA SARI


DAFTAR PUSTAKA

Abidin. (2011). Penanganan Flour Albua/Leukorea. Jakarta: Mediakita.

Andriani, M. d. (2012). Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan. Jakarta: Prenanda


Media.

Elmart. (2012). Mahir Menjaga Organ Intim wanita. Solo: Tinta Medina.

Fatonah, S. (2016). Gizi & Kesehatan Ibu Hamil. Yogyakarta: Penerbit Erlangga.

Handayani, H. (2013). Hubungan Pengetahuan Sikap dan Perilaku Remaja

Putri
Tentang Kebersihan Organ Genetalia Eksterna di Madrasah
Tsanawiyah Pembangunan .

Hidayat. (2010). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta:
Salemba Medika.

Kadarisman, S. M. (2015). Respon Pasangan Usia Subur (PUS) Terhadap


Program Keluarga Berencana (KB) di Desa Tanjung Belit Kecamatan Siak
Kecil Kabupaten Bengkalis. . 53.

Kusmiran, E. (2011). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta:


Salemba Medika.

Lis, J. (2014). Penyakit Ibu Hamil Yang Biasa Terjadi Cara Pencegahan ,
Menangani dan Mengobatinya. Jakarta: Citra Media Pustaka.

Manuaba. (2010). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan KB Untuk Pendidikan


Bidan Edisi 2. Jakarta: EGC.

Manuaba. (2016). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk


Pendidikan Bidan . Jakarta: EGC.

Manuaba, I. A. (2012). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta:


EGC.

Manuaba, I. A. (2014). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta:


Pustaka Pelajar.

Nursalam dan Siti Pariani. (2012). Pendekatan Praktek Metodologi Riset


Keperawatan. Jakarta: CV Agung Cipta.

16
17

Proverawati, A. d. (2011). Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Saifuddin. (2012). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Saifuddin, A. B. (2014). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal . Jakarta: Pustaka Pelajar.

Varney. (2010). Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC.

Varney. (2010). Buku Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta: Egc.

Wasdinar, T. (2010). Buku Saku Anemia pada Ibu Hamil dan Penatalaksanaan.
Jakarta: Trans Media Info.

Widyastuti. (2010). Kesehatan reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya.

Wiknjosastro. (2009). Ilmu Kebidanan . Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono.

Wiknjosastro. (2013). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwono.

Anda mungkin juga menyukai