Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA DENGAN


KEPUTIHAN DI PUSKESMAS SELAPARANG

OLEH:

HELEN AMELIA PUTRI FALENSYA

P07124122022

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MATARAM

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

JURUSAN KEBIDANAN

2024
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA DENGAN


KEPUTIHAN DI PUSKESMAS SELAPARANG

Disusun Oleh

Helen Amelia Putri Falensya

P07124122022

Pembimbing Lahan Pembimbing Pendidikan

(Ely Ayuning Utami,Amd.Keb) (Baiq Yuni Fitri Hamidiyanti,SSiT,M.Keb)


NIP: 198606052010012016 NIP:198606152008122005
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat dankarunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Kasus yang berjudul “ Asuhan Kebidanan Pada Remaja Dengan
Keputihan di Puskesmas Selaparang”

Dalam penyusunan Laporan ini, penulis banyak mendapatkan dukungan


dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. dr. Yopi Harwinda Ardesa, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan


Mataram.
2. Selaku kepala Puskesmas Selaparang yaitu bapak Zaroan
Supriadi,S.Kep.Ns.M.Kep yang telah memberikan kesempatan kepada kami
untuk melakukan kegiatan praktikum.
3. DR.Sudarmi,SST.,M.BIOMED selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Mataram.
4. Imtihanatun Najahah,SST,M.Kes selaku Ketua Program Sarjana Terapan
Kebidanan Poltekkes Mataram.
5. selaku Pembimbing Pendidikan yaitu ibu Baiq Yuni Fitri Hamidiyanti yang telah
banyak memberikan bimbingan, petunjuk, koreksi serta saran yang sangat
bermanfaat dalam penyusunan laporan ini.
6. selaku Pembimbing Klinik yaitu ibu Ely Ayuning Utami,Amd.Keb yang telah
banyak memberikan bimbingan, petunjuk, koreksi serta saran yang sangat
bermanfaat dalam penyusunan laporan ini.

7. Seluruh dosen Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram


yang banyak memberikan bekal pengetahuan dan wawasan kepada penulis..

Dalam penulisan laporan,penulis mengharapkan kritik dan saran yang


bersifat membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Penulis
berharap semoga laporan kasusini dapat berguna bagi pembaca umumnya dan
profesi kebidanan khususnya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat
dan hidayah-Nya kepada kita semua.

Mataram,13 April 2024

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... i

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1

A. Latar Belakang......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................................... 2

C.Tujuan....................................................................................................... 2

D. Manfaat.................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 3

A. Pengertian................................................................................................ 3

B. Klasifikasi Keputihan................................................................................ 4

C. Penyebabterjadinya Keputihan ..................................................................5

D. Patofisiologi Keputihan...............................................................................5

E. Penatalaksanaan Keputihan.......................................................................5

BAB III TINJAUAN KASUS............................................................................7

A. Laporan Kasus dengan Metode SOAP.......................................................7

B. Laporan kasus dengan Metode Pathway...................................................12

BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................13

BAB V PENUTUP.........................................................................................14

A. Kesimpulan............................................................................................... 14

B. Saran........................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 15

LAMPIRAN................................................................................................... 16
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah kesehatan reproduksi menjadi perhatian bersama dan bukan hanya


individu yang bersangkutan, karena dampaknya luas menyangkut berbagai
aspek kehidupan dan menjadi parameter kemampuan negara dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Dengan
demikian kesehatan alat reproduksi sangat erat hubungannya dengan angka
kematian ibu (AKI) dan angka kematian anak (AKA).

Sebagai ketetapan yang dimaksudkan dengan kesehatan reproduksi adalah


kemampuan seorang wanita untuk memanfaatkan alat reproduksi dan mengatur
kesuburannya (fertilitas) dapat menjalani kehamilan dan persalinan secara
aman serta mendapatkan bayi tanpa resiko apapun atau well health mother dan
well born baby dan selanjutnya mengembalikan kesehatan dalam batas normal
(Manuaba, 2019).

Data penelitian tentang kesehatan reproduksi wanita menunjukkan 75%


wanita di dunia pasti menderita keputihan / Flour Albus paling tidak sekali
seumur hidup dan 45% diantaranya bisa mengalaminya sebanyak dua kali atau
lebih. Pada dasarnya dalam keadaan normal, organ vagina memproduksi cairan
yang berwarna bening, tidak berbau, tidak berwarna dan jumlah tidak
berlebihan. Cairan ini berfungsi sebagai sistem perlindungan alami, mengurangi
gesekan di dinding vagina saat berjalan dan saat melakukan hubungan seksual.

Sedang yang dimaksud dengan keputihan adalah gejala penyakit yang


ditandai oleh keluarnya cairan dari organ reproduksi dan bukan berupa darah.
Keputihan yang berbahaya adalah keputihan yang tidak normal. Ini karena
terjadi infeksi yang disebabkan kuman, bakteri, jamur atau infeksi campuran.

Keputihan bisa juga disebabkan adanya rangsangan mekanis oleh alat – alat
kontrasepsi sehingga menimbulkan cairan yang berlebihan. Pada tipe keputihan
ini, cairan yang keluar berwarna kuning kehijauan. Biasanya diiringi rasa gatal
dan bau tidak sedap (Shadine, 2021).

Biasanya komplikasi yang mungkin terjadi pada Flour Albus yaitu infeksi
vagina seperti jamur Kandida Albican, parasit Tricommonas, E Coli, Staphy
lococcus, Treponema Pallidum, Kondiloma aquiminata dan Herpes serta luka
daerah vagina, benda asing yang tidak sengaja atau sengaja masuk ke vagina
dan kelainan serviks (Sibagariang dkk, 2020)

Berdasarkan data statistik Indonesia 2008 dari 43,3 juta jiwa remaja berusia
15 – 24 tahun di Indonesia berperilaku tidak sehat. Remaja putri Indonesia dari
23 juta jiwa berusia 15 – 24 tahun 83,3% pernah berhubungan seksual yang
merupakan salah satu terjadinya Flour Albus (BBKN, 2009)
B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan dari latar belakang diatas maka mahasiswa tertarik untuk


Mengetahui bagaimana “ Asuhan Kebidanan pada Remaja dengan Keputihan di
PUSKESMAS SELAPARANG “

C. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu menganalisa kasus, melakukan pengkajian,


mendiagnosa, dan mampu melakukan Asuhan Kebidanan pada Remaja dengan
Keputihan di PMB Yuliana

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian dari kasus Remaja dengan Keputihan di


Puskesmas Selaparang

b. Mampu menganalisa dari Kasus Remaja dengan Keputihan di


Puskesmas Selaparang

c. Mampu memberikan Asuhan ,membuat rasionalisasi dan


mengevaluasi kasus Remaja dengan Keputihan di Puskesmas
Selaparang.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Keputihan adalah keluarnya cairan selain darah dari liang vagina di luar
kebiasaan, baik berbau ataupun tidak, serta disertai rasa gatal setempat. Cairannya
berwarna putih, tidak berbau, dan jika dilakukan pemeriksaan laboratorium tidak
menunjukkan ada kelainan. Penyebab keputihan dapat secara normal yang
dipengaruhi oleh hormon tertentu (Kusmiran, 2019).

Keputihan atau Flour albus (white discharge, leukorrhea) adalah suatu gejala
berupa cairan yang tidak berupa darah yang keluar dari organ genetalia
(Wiknjosastro, 2007). Keputihan bukan merupakan golongan penyakit tersendiri,
tetapi merupakan salah satu tanda dan gejala dari suatu penyakit organ reproduksi
wanita yang harus diobati (Manuaba, 2019).

B. Kalsifikasi Flour Albus

.Menurut Manuaba (2019) keputihan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

a. Keputihan normal (fisiologis) Cairan yang mengandung banyak epitel dan


sedikit leukosit, dalam keadaan normal berfungsi untuk mempertahankan
kelembaban vagina. Cairan berwarna jernih, tidak terlalu kental, tidak disertai
dengan rasa nyeri atau gatal, dan jumlah keluar tidak berlebih. Keputihan
normal dapat terjadi pada masa menjelang dan sesudah menstruasi, pada
sekitar fase sekresi antara hari ke 10 – 16 menstruasi.

Flour Albus yang fisiologis dapat disebabkan oleh :

a) Pengaruh sisa estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin
sehingga bayi baru lahir sampai umur 10 hari mengeluarkan Flour Albus.

b) Pengaruh estrogen yang meningkat pada saat menarche.

c) Rangsangan saat koitus sehingga menjelang persetubuhan seksual


menghasilkan sekret, yang merupakan akibat adanya pelebaran pembuluh
darah, divagina atau vulva, sekresi kelenjar serviks yang bertambah
sehingga terjadi pengeluaran transudasi dari dinding vagina. Hal ini
diperlukan untuk melancarkan persetubuhan atau koitus.

d) Adanya peningkatan produksi kelenjar – kelenjar pada mulut rahim saat


masa ovulasi.

b. Keputihan abnormal (patologis) Cairan yang keluar mengandung banyak


leukosit, ditandai dengan cairan berwarna kuning kehijauan, abu atau
menyerupai susu, teksturnya kental, adanya keluhan nyeri atau gatal, dan
jumlahnya berlebihan. Keputihan abnormal dapat terjadi pada semua infeksi alat

1
kelamin (infeksi bibir kemaluan, liangsenggama, mulut rahim, jaringan
penyangga, dan pada infeksi karena penyakit menular seksual).

Flour Albus patologis terjadi karena disebabkan oleh :

a) Infeksi Adanya jamur dan bakteri seperti Gonokokus, Klamidia Trakomatis,


Grandnerella, Treponema Pallidum, Parasit dan Virus.

b) Kelainan alat kelamin didapat atau bawaan Adanya fistel vesikovaginalis atau
rektovaginalis akibat cacat bawaan. Cedera persalinan dan radiasi kanker
genetalia atau kanker itu sendiri.

c) Benda asing Kondom yang tertinggal dan pesarium untuk penderita hernia
atau prolaps uteri dapat merangsang secret vagina berlebihan.

d) Kanker Flour Albus ditemukan pada neoplasma jinak maupun ganas, apabila
tumor itu dengan permukaannya untuk sebagian atau seluruhnya memasuki
lumen saluran alat – alat genetalia. Sel akan tumbuh sangat cepat secara
abnormal dan mudah rusak, akibat dari pembusukan dan perdarahan akibat
pemecahan pembuluh darah pada hiper vaskularisasi. Gejala yang ditimbulkan
ialah cairan yang banyak, berbau busuk disertai darah tak segar.

e) Menopause Pada menopause sel – sel dan vagina mengalami hambatan dan
dalam pematangan sel akibat tidak adanya hormon estrogen sehingga vagina
kering, sering timbul gatal karena tipisnya lapisan sel sehingga mudah luka dan
timbul infeksi penyerta.

C. Gejala Flour Albus

Menurut Sibagariang dkk (2010), ada beberapa gejala Flour Albus, anatara lain :

1) Sekret yang berlebihan seperti susu dan dapat menyebabkan labia menjadi
terasa gatal, umumnya disebabkan oleh infeksi jamur kandida dan biasa
terjadi pada kehamilan, penderita diabetes dan akseptor pil KB. 2

2) ) Sekret yang berlebihan berwarna putih kehijauan atau kekuningan dan


berbau tak sedap, kemungkinan disebabkan oleh infeksi trikomonas atau ada
benda asing di vagina.

3) Keputihan / Flour Albus yang disertai nyeri perut di bagian bawah atau nyeri
panggul belakang, kemungkinan terinfeksi sampai pada organ dalam rongga
panggul.

D. Pencegahan Flour Albus

Menurut Shadine (2012), ada beberapa cara untuk menghindari terjadinya Flour
Albus, antara lain :

1) Selalu menjaga kebersihan diri, terutama kebersihan alat kelamin. Rambut


vaginaatau pubis yang terlampau tebal dapat menjadi tempat sembunyi kuman.

2
2) Biasanya untuk membasuh vagina dengan cara yang benar, yaitu dengan
gerakan dari depan ke belakang. Cuci dengan air bersih setiap buang air dan
mandi. Jangan lupa untuk tetap menjaga vagina dalam keadaan kering.

3) Hindari suasana vagina yang lembab berkepanjangan karena pemakaian


celana dalam yang basah, jarang diganti dan tidak menyerap keringat.
Usahakan menggunakan celana dalam yang terbuat dari bahan katun yang
menyerap keringat. Pemakaian celana jeans terlalu ketat juga meningkatkan
kelembaban daerah vagina. Ganti tampon atau panty liner pada waktunya.

4) Hindari terlalu sering memakai bedak talk disekitar vagina, tisu harum atau
tisu toilet. Ini akan membuat vagina kerap teriritasi.

5) Perhatikan kebersihan lingkungan. Keputihan / Flour Albus juga bisa muncul


lewat air yang tidak bersih. Jadi, bersih bak mandi, ember, ciduk, water torn dan
bibir kloset dengan antiseptik untuk menghindari menjamurkan kuman.

6) Setia kepada pasangan merupakan langkah awal untuk menghindari


Keputihan / Flour Albus yang disebabkan oleh infeksi yang menular melalui
hubungan seks.

E. Patofisiologi Flour Albus

Organ yang paling sensitive dan rawan pada tubuh Wanita adalah organ
reproduksi dan merupakan organ yang paling rawan dibanding organ tubuh yang
lainnya. Keputihan ( Flour Albus )yang termasuk fisiologis disebabkan karena
pengaruh hormon estrogen dan progesterone padav saat menjelang menstruasi.
Pada proses poliferasi ovarium memproduksi hormon estrogen yang dapat
menyebabkan pengeluaran secret yang berbentuk seperti benang, tipis dan elastis.
Gejala keputihan normal dengan karakteristik yaitu, tidak berbau, jernih, tidak gatal
dan tidak perih (Manuaba dkk, 2019)

Keputihan juga bisa disebabkan oleh infeksi jamur karena lembab . Didalam
alat genital wanita terdapat mekanisme pertahanan tubuh berupa bakteri yang
menjaga kadar keasaman pH vagina. Normalnya angka keasaman pada vagina
berkisar antara 3,8 – 4,2. Sebagian besar, hingga 95% adalah bakteri laktobasilus
dan selebihnya adalah bakteri pathogen (yang menimbulkan penyakit).

Biasanya ketika ekosistem didalam keadaan seimbang bakteri patogen tidak


akan mengganggu. Masalah baru ketika kondisi asam ini turun alias lebih besar dari
4,2. Bakteri – bakteri laktobasilus gagal menandingi bakteri patogen. Ujungnya,
jamur akan berjaya dan terjadilah keputihan.

Data penelitian tentang kesehatan reproduksi wanita menunjukkan 75%


wanita di dunia pasti menderita keputihan paling tidak sekali seumur hidup dan 45%
diantaranya bisa mengalaminya sebanyak dua kali atau lebih (Shadine, 2020).

3
F. Penatalaksanaan Flour Albus

Penatalaksanaan Flour Albus tergantung dari penyebab infeksi


seperti jamur, bakteri atau parasit. Umumnya diberikan obat – obatan untuk
mengatasi keluhan dan menghentikan proses infeksi sesuai dengan
penyebabnya. Obat – obatan yang digunakan dalam mengatasi keputihan
biasanya berasal dari golongan flukonazol untuk mengatasi infeksi candida
dan golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri dan parasit.
Sediaan obat dapat berupa sediaan oral (tablet, kapsul), topikal seperti krem
yang dioleskan dan vulva yang dimasukkan langsung ke dalam liang vagina.

Untuk keputihan yang ditularkan melalui hubungan seksual, terapi


juga diberikan kepada pasangan seksual dan dianjurkan untuk tidak
berhubungan seksual selama masih dalam pengobatan. Selain itu,
dianjurkan untuk menjaga kebersihan daerah intim sebagai tindakan
pencegahan sekaligus mencegah berulangnya keputihan yaitu dengan :

1) Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga ringan, istirahat
cukup, hindari rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.

2) Setia kepada pasangan untuk mencegah penularan penyakit menular


seksual.

3) Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap


kering dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan
bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat.
Biasanya untuk mengganti pembalut, panty liner pada waktunya untuk
mencegah bakteri berkembang biak.

4) Biasanya membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari
arah depan ke belakang.

5) Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena


dapat mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis
dahulu sebelum menggunakan cairan pembersih vagina.

6) Hindari penggunaan bedak talk, tisu atau sabun dengan pewangi pada
daearah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.

7) Hindari pemakaian barang – barang yang memudahkan penularan seperti


meminjam perlengkapan mandi. Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset
di WC umum atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum
menggunakannya.

4
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA DENGAN

KEPUTIHAN

No Reg :
Nama Pengkaji : Helen Amelia
Hari dan tanggal Pengkajian : 2 April 2024
Waktu Pengkajian : 09.00 wita
Tempat Pengkajian : Puskesmas Selaparang

DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Nama : Nn.T
Umur : 17 tahun
Agama : Islam

Suku/Bangsa : Sasak
Pendidikan : SMA
Alamat : Gegutu Timur
No.Telp :-

2. Keluhan saat ini :


Nn. T mengatakan mengalami keputihan sejak 1 minggu yang lalu sering
keluar cairan berwarna jernih, tidak terlalu kental, tidak terasa nyeri atau
gatal, dan jumlah keluar tidak berlebih, perut terasa keram seperti mau
menstruasi

3. ) Riwayat Menstruasi
a) Menarche : Nn. T mengatakan haid pertama menstruasi umur 13 tahun
b) Siklus : Nn. T mengatakan siklus menstruasinya ± 28 hari.
c) Teratur/tidak : Nn. T mengatakan menstruasinya teratur
d) Lama : Nn. T mengatakan menstruasinya 7 hari.
e) Banyaknya : Nn. T mengatakan ganti pembalut 3 – 4 per hari
f) Sifat darah : Nn. T mengatakan sifat darahnya haidnya encer
g) Dismenorhoe : Nn. T mengatakan kadang nyeri pada saat menstruasi

4) Riwayat Perkawinan
Nn. T mengatakan belum menikah.

5
5.) Riwayat Penyakit

Nn T mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit


sistemik maupun keturunan

6.) Pola Pemenuhan KebutuhanSehari-hari


Pola kebiasaan sehari – hari
a) Nutrisi : Makan sehari 3 kali porsi sedang dengan menu nasi, lauk dan
minum 7-8 gelas sehari dan tidak ada perubahan sebelum dan saat ini.
b) Eliminasi : BAK 3-4 kali sehari warna kuning jernih dan BAB 1 kali sehari
konsistensi lunak, serta tidak ada keluhan apapun sebelum dan saat ini.
c) Istirahat : tidur siang kadang – kadang dan tidur malam ± 8 jam.
d) Personal Hygiene : Mandi 2x sehari, gosok gigi 3x sehari, ganti baju 2x
sehari dan keramas 3x seminggu.
Nn. R mengatakan jarang celana dalam atau hanya 1x dalam sehari, serta
membersihkan genetalianya setiap habis BAB dan BAK ceboknya hanya
dengan air tanpa sabun pencuci vagina, dan belum mengetahui cara cebok
yang benar.
7.) Riwayat Imunisasi
a. Imunisasi TT
- Dalam sehari-hari Nn A menjalani aktivitasnya di pondok sebagai santri
- Nn A mengatakan di dalam pondok nya masih sulit untuk akses air atau
menggunakan banyak air sehingga tidak bisa mencuci pakaian setiap hari
- Nn A mengatakan dalam keseharian nya jarang melakukan kegiatan
olahraga
- Sehari-hari Nn A jarang mengonsumsi buah dan sayur serta lebih banyak
jajan makan dan minuman yang mengandung gula tinggi
Belum pernah imunisasi TT
8.) Kebiasaan yang mengganggukesehatan
a. Konsumsi alkohol : Tidak
b. Merokok : Tidak
c. Penggunaan Napza : Tidak
d. Seks Bebas : Tidak
9.) RIWAYAT SOSIAL

B.) DATA OBJEKTIF


1. PemeriksaanUmum
a. Keadaanumum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Status emosional : Baik

6
d. Tanda vital
Tekanan darah : 115/70
Nadi : 82x/mn
Pernafasan : 22 x/mnt
Suhu : 36,5
e. BB/TB : 41 kg/148 cm

2. Pemeriksaan Fisik
f. Kepala
1) Rambut : Bersih
2) Kepala : tak ada kelainan
g. Wajah
1) Pucat : tidak
2) Edema : tidak
h. Mata
1) Sklera : Tidak ikterik
2) Konjungtiva : Tidak anemis
i. Hidung
1) Kebersihan : Bersih
2) Polip : tidak
3) Serumen : tidak
j. Telinga
1) Kebersihan : Bersih
2) Serumen : tidak ada
3) Nyeritekan : tidak
k. Mulut
1) Stomatitis : tidak
2) Gusi : tidak berdarah
3) Gigi : tidak ada caries
l. Leher
1) Kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran
2) Kelenjar Limfe : tidak ada pembesaran
3) Vena jogularis : tidak ada pembesaran:
m. Dada : tidak dilakukan
n. Abdomen
1) Bentuk : simetris
2) Bekas luka : tidak ada
3) Massa/Tumor : tidak ada
4) Turgorkulit : tidak ada
5) Nyeritekan : terdapat nyeri tekan pada perut bagian bawah
o. Genetalia
(a) Vulva vagina

7
1. Varices : Tidak dilakukan
2. Luka : Tidak dilakukan
3. Kemerahan : Tidak dilakukan
4. Nyeri : Tidak dilakukan
5. Pengeluaran pervaginam : Ada cairan putih keruh, tidak berlebihan
p. Ekstremitas
1) Telapak tangan : tidak pucat
2) Oedema : tidak ada
3) Varices : tidak ada
4) Reflekpatella : kanan (+) kiri (+)

3. PemeriksaanPenunjang
5) Hb : tidak dilakukan
6) Hepatitis : tidak dilakukan

7) HIV/AIDS : tidak dilakukan

8) Sifilis : tidak dilakukan

ANALISA
Nn T umur 15 tahun dengan Keputihan fisiologis

PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan ( Nn T sudah Mengetahui hasil
pemeriksaan )
2. Memberitahu pada pasien tanda-tanda keputihan patologis
3. Memberikan KIE tentang cara menjaga kebersihan daerah kewanitaannya
yaitu cebok dengan benar dari depan kebelakang agar kuman yang ada di
anus tidak berpindah ke vagina.( Nn. T mengerti dan paham cara menjaga
kebersihan kewanitaannya )
4. Memberitahu pasien untuk mengganti celana dalam minimal 2 kali sehari
( Nn T mengerti )
5. Memberitahu pasien untuk melakukan olahraga seperti yoga ( Nn T bersedia
melakukan anjuran bidan )
6. Memberikan KIE tentang makanan yang bernutrisi dan sehat serta baik untuk
mengurangi keputihan ( Nn T mengerti )
7.Memberikan penjelasan untuk kunjungan ulang 3 hari lagi atau jika ada
keluhan ( Nn T mengerti dan bersedia untuk kunjungan ulang sesuai anjuran
bidan

8
BAB IV

PEMBAHASAN

Pengkajian pada kasus dilakukan pada tanggal 2 April 2024. Berdasarkan


data subyektif yang didapat yaitu Nn. T umur 17 tahun didapatkan keluhan bahwa
Nn. T mengatakan mengalami keputihan sejak 1 minggu yang lalu sering keluar
cairan berwarna jernih, tidak terlalu kental, tidak terasa nyeri atau gatal, dan jumlah
keluar tidak berlebih perut terasa keram seperti mau menstruasi. Berdasarkan
pengkajian yang dilakukan didapatkan hasil bahwa keputihan yang Nn T alami
termasuk keputihan fisiologis sesuai dengan teori (Kusmiran, 2019) yaitu Keputihan
fisologis adalah keluarnya cairan selain darah dari liang vagina di luar kebiasaan,
baik berbau ataupun tidak, serta disertai rasa gatal setempat. Cairannya berwarna
putih, tidak berbau, dan jika dilakukan pemeriksaan laboratorium tidak menunjukkan
ada kelainan. Penyebab keputihan dapat secara normal yang dipengaruhi oleh
hormon tertentu

Berdasarkan data pengkajian yang didapat Nn T mengatakan cukup menjaga


kebersihan organ kewanitaan nya dan cebok setiap habis BAK/BAB akan tetapi
masih dengan cara cebok yang salah yaitu dari dibelakang ke depan sedangkan
penyebab terjadinya keputihan juga dapat disebabkan karena kurang terjaganya
kebersihan pada organ kewanitaan atau karena kondisi vagina yang lembab
sehingga terinfeksi oleh jamur atau bakteri . Hal ini sesuai dengan teori ( Shadine
2020 ) yaitu Selalu menjaga kebersihan diri, terutama kebersihan alat kelamin ,
membiasakan untuk membasuh vagina dengan cara yang benar, yaitu dengan
gerakan dari depan ke belakang. Cuci dengan air bersih setiap buang air dan mandi.
Jangan lupa untuk tetap menjaga vagina dalam keadaan kering.

Adapun penatalaksanaan yang di berikan pada Nn. T pada keputihan yaitu dengan
memberitahu pasien bahwa keputihan yang dialami nya adalah keputihan fisiologis
sesuai dengan tanda-tanda yang dialami oleh pasien ,memberikan konseling tentang
cara menjaga kebersihan pada organ kewanitaan dengan mengajarkan Teknik
cebok yang benar dan memberitahu pasien untuk mengganti celana dalam minimal
2 kali sehari untuk mencegah kelembaban pada vagina dan mencegah terjadinya
infkesi bakteri yang dapat menyebabkan terjadinya keputihan abnormal.

9
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mahasiswa mampu melakuklan analisa kasus dari pengkajian,dapat menegakan


diagnosa, dapat memberikan asuhan kebidanan dan memberikan rasionalisasi serta
melakukan evaluasi dari kasus remaja pada Nn T remaja dengan keputihan di
puskesmas Selaparang.

B. Saran

1. Bagi lahan praktek

Diharapkan lahan praktek dapat melakukan atau menerapkan Asuhan


Kebidanan Remaja dengan keputihan sesuai standart

2. Bagi Institusi Pendidikan

Disarankan kepada instansi Pendidikan agar meningkatkan sarana dan


prasarana untuk menunjang kelancaran perkuliahan mahasiswa

10
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E. R. dan Wulandari, D. 2020. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta :


Nuha Medika.

Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT


RINEKA CIPTA.

Astuti, H. P. 2019. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu I (Kehamilan). Yogyakarta :


Rohima Press.

Irianto, K. 2019. Kesehatan Reproduksi (Reproductive Health) Teori dan Praktikum.


Bandung : Alfabeta.

Manuaba, I. A. C, Manuaba, I. B. G. F, Manuaba, I. B. G. 2019. Memahami


Kesehatan Reproduksi Wanita. Edisi 2. Jakarta : EGC.

MENKES. 2021. Peraturan Mentri Kesehatan Republik IndonesiaNomor


1464/MENKES/PER/X/2010. Jakarta.

Shadine, M. 2020. Penyakit Wanita. Yogyakarta : Citra Pustaka

11
12

Anda mungkin juga menyukai