Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

EKOSISTEM DARATAN/LIFE ON LAND


(SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS)

RYAN RIZKY DHARMA NUSA


F1B02310141

UNIVERSITAS MATARAM
TA.2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan sehingga
saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam
profesi keguruan.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Maataram,12 Maret 2024

RYAN RIZKY DHARMA NUSA

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1


1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Tujuan .................................................................................................. 2
1.3 Manfaat ................................................................................................. 2

BAB II EKOSISTEM DARAT ..................................................................... 3


2.1 Defenisi Ekosistem Darat ....................................................................... 3
2.2 Ekosistem Darat Penting bagi Indonesia................................................. 4
2.3 Status Global Ekosistem Darat ............................................................... 4
2.4 Pengaruh Status Global terhadap Indoneisa ............................................ 5
2.5 Regulasi Indonesia dan Prediksi Pencapaian .......................................... 6
2.6 Hubungan Ekosistem Darat dengan Rencana Penelitian ........................ 7

BAB IIIPENUTUP ....................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di alam terdapat organisme hidup (makhluk hidup) dengan lingkungannya yang


hidup saling berinteraksi dan saling pengaruh mempengaruhi satu sama lain yang
merupakan suatu system. Dalam hal ini mahluk hidup lazim disebut dengan biotik,
dari asal kata bi berarti hidup. Lingkungan yang tidak hidup disebut abiotic dari asal
kata a dan bi yang berarti tidak hidup. Didalam system tersebut terdapat dua aspek
penting yaitu arus energy (aliran energi) dan daur materi atau disebut juga daur
mineral atau siklus mineral ataupun siklus bahan disamping adanya ekosistem.
Aliran energi dapat terlihat pada struktur makanan, keragaman biotik, dan siklus
bahan (yakni pertukaran bahan-bahan antara bagian yang hidup dan tidak hidup).
System tersebut disebut ekosistem. Menurut Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009,
Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh-
menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas,
dan produktivitas lingkungan hidup. Perlu diketahui bahwa di dalam ekosistem
terdapat mahluk hidup dan lingkungannya.
Ekosistem terbagi atas dua yaitu ekosistem darat dan ekosistem perairan. Pada
kali ini yang akan dibahas adalah khusus untuk ekosistem darat. Pengenalan tipe-tipe
ekosistem didasari pada ciri-ciri komunitas yang paling menonjol. Khususnya untuk
ekosistem darat yang digunakan adalah komunitas tumbuhan atau vegetasinya, karena
wujud vegetasi merupakan pencerminan fisiognomi atau penempakan luar interaksi
antara tumbuhan, hewan, dan lingkungannya.
Salah satu tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development
Goals (SDGs) pada pilar pembangunan lingkungan hidup yaitu tujuan yang ke 15
yaitu pelestarian dan pemanfaatan berkelanjutan ekosistem darat. Dengan
melindungi, memulihkan, dan meningkatkan pemanfaatan berkelanjutan terhadap

1
ekosistem daratan, mengelola hutan secara lestari, memerangi disertifikasi,
memulihkan degradasi lahan, serta menghentikan kehilangan keanekaragaman hayati.

1.2 Tujuan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka makalah ini bertujuan untuk


mengupas mengenai tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable
Development Goals (SDGs). Secara khusus, akan dibahas mengenai tujuan
pembangunan berkelanjutan pada poin ke 15 yaitu ekosistem daratan. Pembahasan
mengenai target yang akan dicapai mengenai pelestarian dan pemanfaatan ekosistem
darat yang berkelanjutan. Diharapkan dengan adanya penjelasan mengenai
pelestarian dan pemanfaatan ekosistem darat yang berkelanjutan, maka akan timbul
kesadaran dari kita semua bahwa betapa pentingnya menjaga peran ekosistem darat
untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.

1.3 Manfaat
Makalah ini kiranya dapat bermanfaat dalam memberikan informasi mengenai
pelestrarian dan pemanfaatan ekosistem yang berkelanjutan dalam tujuan ke 15 dari
tujuan pembangunan berkelanjutan, terutama bagi kita semua yang hidup dalam
lingkup ekositem darat.

2
BAB II
EKOSISTEM DARATAN
2.1 Ekosistem darat (SDGs 15)
Ekosistem darat berada didalam area yang sangat luas atau juga disebut dengan
bioma. Ekosistem darat atau terestrial adalah ekosistem yang faktor lingkungannya
didominasi oleh daratan. Tipe bioma sendiri sangat dipengaruhi oleh iklim,
sedangkan iklim dipengaruhi oleh letak geografis didalam garis lintang dan juga dari
ketinggian tempat diatas permukaan air laut. Terdapat tujuh macam bioma yang ada
dibumi yaituhutan hujan tropis, hutan gugur, padang rumput, tundra, savana, gurun,
dan juga taiga. Sebagian dari nama bioma yang disesuaikan dengan vegetasi atau
tumbuhan yang dominan.
Bioma yang khusus terdapat di Indonesia yaitu hutan hujan tropis, savana,
tundra (jenis tundra alpin), dan padang rumput. Savana atau sabana terdapat di Nusa
Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB), Tundra jenis tundra alpin
terdapat di puncak pegunungan Jayawijaya, Papua dan untuk padang rumput terdapat
di Nusa Tenggara. Negara Indonesia merupakan daerah hutan hujan tropis. Dimana
hutan hujan tropis di Indonesia merupakan hutan yang paling luas dan dominan di
seluruh wilayah Indonesia jika dibandingkan dengan jenis bioma savana, tundra, dan
padang rumput yang hanya sebagian kecil ada di wilayah Indonesia.
Hutan hujan tropis yang menyimpan beragam jenis flora dan fauna menjadikan
Indonesia sebagai negara denga tingkat keberagaman flora dan fauna yang tinggi di
dunia.Hutan hujan tropis memiliki fungsi yang vital bagi keberlangsungan hidup
semua makhluk yang ada di bumi, dalam hal iklim dunia. Hutan hujan tropis sangat
membantu sekali dalam hal menstabilkan iklim dunia dengan cara menyerap karbon
dioksida yang ada diatmosfer, sehingga mengurangi pula dalam hal efek rumah kaca.
Hutan hujan tropis juga merupakan rumah atau habitat bagi keberlangsungan hidup
bagi makhluk hidup yang tinggal didalamnya, termasuk flora dan fauna yang
terancam punah keberlangsungan hidupnya.
Pada saat banyak pihak yang tidak bertanggung jawab melakukan penebangan
hutan secara liar (ilegal logging), hal ini dapat mengakibatkan kepunahan berbagai

3
spesies yang hidup.Selain fungsi-fungsi tersebut ada pula fungsi yang sangat vital,
yaitu sebagai suatu sistem peredaran hidrologi bagi bumi. Hal ini menggambarkan
pergerakkan yang berkelanjutan dari air dibawah, dipermukaan, dan diatas bumi. Jadi
tidak heran jika hutan hujan tropis yang masih perawan memiliki sungai-sungai yang
lebar serta panjang. Pantas saja Indonesia memiliki kepentingan pasca KTT
Kopenhagen-Denmark yang baru saja berlalu dengan 5 Usulan Plus 1 yaitu Forest
Management dimana dunia harus memberikan kompensasi atau bantuan dari
konservasi yang dilakukan oleh pemerintah dan swasta yang tentu saja akan
berdampak jangka panjang untuk BUMI serta manusia yang mendiaminya.
2.2 Ekosistem darat (SDGs ke 15) Penting bagi Indonesia
Tujuan ke 15 dari Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu pada pilar
pembangunan lingkungan hidup adalah pelestarian dan pemanfaatan berkelanjutan
ekosistem darat. Dengan melindungi, meretorisasi dan meningkatkan pemanfaatan
berkelanjutan ekosistem daratan, mengelola hutan secara lestari, menghentikan
penggurunan, memulihkan degradasi lahan, serta menghentikan kehilangan
keanekaragaman hayati. Hal tersebut dinyatakan penting bagi Indonesia karena
dilihat dari wilayah, Indonesia yang didominasi oleh hutan hujan tropis.
Hutan di Indonesia berkontribusi terhadap target pembangunan perkelanjutan
(Sustainable Development Goals atau SDGs). Hasil hutan berkontribusi lebih dari
20% pada pendapatan rumah tangga masyarakat setempat (SDGs 1) dan hutan tropis
menjadi rumah bagi sebagian besar keanekaragaman hayati darat di dunia. Selain itu,
sebagai tempat penyimpanan alami yang menyerap dan menyimpan karbon, hutan
semakin diakui sebagai unsur penting dari segala strategi untuk menstabilkan iklim
kita (SDGs 13).
2.3 Status Global Ekosistem Darat (SDGs 15)
Tindakan menurunkan deforestasi dapat selaras dengan peningkatan dalam hal
tata kelola dan keadilan sosial (SDGs 16). Melalui proses kebijakan iklim nasional
dan internasional atau Reducing Emissions from Deforestation and Forest
Degradation (REDD+) merupakan langkah-langkah yang didesain untuk
menggunakan insentif keuangan untuk mengurangi emisi dari gas rumah kaca dari

4
deforestasi dan degradasi hutan. Masyarakat adat yang keberadaannya berkaitan
dengan tingginya kemungkinan terjaganya tutupan hutan dan hutan tropis di
wilayahnya yang menyimpan lebih dari 20 persen karbon, telah berhasil
memperjuangkan pengakuan yang lebih besar terhadap hak mereka. Sebagai contoh,
Pemerintah Indonesia sudah mulai memberikan status hukum kepada wilayah-
wilayah yang sebelumnya tidak diakui.
Keberhasilan Brasil dalam menurunkan deforestasi di Amazon hingga sekitar
80 persen dari 2004-2014 sebagian dilakukan menggunakan basis peningkatan
teknologi pemantauan hutan, yakni dengan memperkuat penegakan upaya hukum
melawan pembalakan liar dan mendukung penuntutan terhadap pejabat pemerintah
yang melanggar hukum. Hal ini menandakan bahwa sudah ada peningkatan dalam
pengelolaan ekosistem darat dan pelestariannya.
2.4 Pengaruh Status Global Ekosistem Darat terhadap Pengembangan
Ekosistem Darat di Indonesia
Tujuan ke 15 dari Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu pelestarian dan
pemanfaatan berkelanjutan ekosistem darat dilihat dari salah satu indikator nasional
adalah luas kawasan konservasi terdegradasi yang dipulihkan kondisi ekosistemnya.
Hutan konservasi adalah hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi
pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya (UU
No.41/1999 tentang Kehutanan). Kawasan hutan konservasi dibedakan menjadi
kawasan suaka alam (KSA), kawasan pelestarian alam (KPA), dan taman buru (TB).
Degradasi hutan adalah perubahan yang terjadi pada hutan yang mengakibatkan
kerugian atau dampak negatif pada struktur lahan hutan sehingga kemampuan lahan
hutan untuk memproduksi hasil hutan menjadi menurun. Luas kawasan konservasi
terdegradasi yang dipulihkan kondisi ekosistemnya adalah luas kawasan hutan
konservasi yang dipulihkan ekosistemnya sehingga kemampuan untuk memproduksi
hasil hutan menjadi pulih kembali.
Data yang ditemukan dari perkembangan jumlah Izin Usaha Pemanfaatan Hasil
Hutan Kayu pada Hutan Alam (IUPHHK-HA) yang merupakan izin usaha yang
diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan berupa kayu dal hutan alam pada hutan

5
produksi melalui kegiatan pemanenan atau penebangan, pengayaan, pemeliharaan,
dan pemasaran. Berikut ini dapat dilihat grafik perkembangan luas Izin Usaha
Pemanfaatan Hasil Hutan pada Hutan Alam (Juta Ha) :

Jika dilihat dari perkembangan IUPHHK-HA dari tahun 2012-2015, luasnya


selalu mengalami penurunan setiap tahunnya seiring dengan menurunnya jumlah unit
manajemen pemegang IUPHHK-HA. Pada tahun 2012 tercatat sebanyak 277 unit
manajemen pemegang IUPHHK-HA dengan luas lahan 23,7 juta ha. Hingga tahun
2015 menurut data publikasi statistic Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
tercatat ada sebanyak 269 unit manajemen pemegang IUPHHK-HA dengan luas
lahan 19,9 juta ha. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat penurunan deforestasi untuk
hutan produksi.
2.5 Regulasi Indonesia terkait Ekosistem Darat (SDGs 15) dan Prediksi
Pencapaiannya
Upaya pencapaian target tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable
Development Goals (SDGs) menjadi prioritas pembangunan nasional, yang
memerlukan sinergi kebijakan perencanaan di tingkat nasional dan di tingkat provinsi
maupun kabupaken/kota. Target-target SDGs di tingkat nasional telah sejalan dengan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 dalam
bentuk program, kegiatan dan indikator yang terukur serta indikasi dukungan

6
pembiayaan. Dalam upaya pencapaian target dari setiap tujuan harus berdasar pada
landasan hukum yang ada.
Berikut ini adalah kebijakan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2015-2019 yang sesuai dengan tujuan pembangunan
berkelanjutan atau SDGs yang terkait dengan tujuan ke 15 mengenai ekosistem
daratan :
a. Meningkatkan kapasitas pengelola hutan konservasi dalam melindungi,
mengawetkan ekosistem hutan, sumberdaya jenis, dan sumberdaya genetik.
b. Mempercepat kepastian status hukum kawasan hutan, meningkatkan keterbukaan
data dan informasi sumberdaya hutan, dan meningkatkan kualitas tata kelola di
tingkat tapak.
c. Meningkatkan kualitas air, udara dan lahan/hutan yang didukung oleh kapasitas
pengelolaan lingkungan yang kuat.
Tujuan ke 15 SDGsyaitu melindungi, memulihkan, dan meningkatkan
pemanfaatan berkelanjutan terhadap ekosistem daratan, mengelola hutan secara
lestari, memerangi disertifikasi, memulihkan degradasi lahan, serta menghentikan
kehilangan keanekaragaman hayati. Diharapkan Indonesia mampu mencapai tujuan
untuk penanganan ekosistem daratan. Karena ekosistem daratan merupakan kesatuan
dari suatu komunitas dengan lingkungannya dimana terjadi suatu hubungan.
Dengan harapan untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan strategi peningkatan
instrument hukum, peningkatan efektivitas penegakan hukum, peningkatan
efektivitas kualitas pengelolaan hukum. Selain itu, program Nawacita yang disusun
oleh pemerintah Jokowi-JK selaras dengan tujuan ke 15 dari SDGsyaitu Nawacita 7
dengan agenda nasional mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan
sektor-sektor strategis ekonomi domestik. Prioritas nasional dalam ekosistem darat
yaitu pelestarian hutan dan lahan, pelestarian sumberdaya alam, rencana aksi dan
strategi melindungi keanekaragaman hayati.
2.6 Hubungan Ekosistem Darat (SDGs 15) dengan Rencana Penelitian S2
Salah satu tujuan yang ada pada poin 15 SDGs yaitu menghentikan kehilangan
keanekaragaman hayati. Dengan berdasar padaperaturan perundang-undangan Nomor

7
5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati Pasal 1 ayat (2)
disebutkan bahwa konservasi sumberdaya alam hayati adalah pengelolaan
sumberdaya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk
menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan
kualitas keanekaragaman dan nilainya.
Sumberdaya hayati dengan segala keanekaragamannya mempunyai peranan
yang besar dalam menjamin kelestarian ekosistem daratan. Perlunya melestarikan
keanekaragaman hayati karena disebabkan oleh faktor berikut ini :
a. Merupakan bagian dari mata rantai tatanan lingkungan atau ekosistem.
b. Mampu merangkai satu unsur dengan unsur tatanan lingkungan yang lain.
c. Dapat menunjang tatanan lingkungan itu sehingga menjadikan lingkungan alam
ini suatu lingkungan hidup yang mampu memberikan kebutuhan mahluk
hidupnya.
Salah satu upaya pemerintah dalam mencegah kehilangan/kepunahan
keanekaragaman hayati yaitu didirikannya kebun raya di berbagai daerah di
Indonesia. Dengan adanya kebun raya yang memiliki fungsi utama sebagai kawasan
konservasi tumbuhan endemik, maka keanekaragamana flora akan terjaga. Disamping
fungsi utama kebun raya sebagai kawasan konservasi, kebun raya juga dijadikan
sebagai salah satu obyek wisata yang berwawasan lingkungan dan juga sebagai
tempat untuk pengembangan studi penelitian.
Rencana judul penelitian S2 saya yaitu terkait dengan konservasi
keanekaragaman hayati dalam hal tujuan pembangunan berkelanjutan untuk
ekosistem darat yaitu Strategi Pengembangan Ekowisata Kebun Raya
Massenrempulu di Desa Batu Mila, Kecamatan Maiwa, Kabupaten Enrekang. Kebun
Raya Massenrempulu Enrekang merupakan kawasan konservasi tumbuhan endemik
khas Pulau Sulawesi.
Kebun raya tersebut dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)
Kabupaten Enrekang yang bekerja sama dengan Kebun Raya Bogor dan juga
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Kebun Raya Massenrempulu Enrekang
juga mengoleksi tumbuhan khas pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan juga Papua.

8
Luas lahan kebun raya ini adalah ±300 ha. Luas lahan yang sudah dikelola yaitu 120
ha. Kebun raya ini menjadi salah satu obyek wisata alam yang ada di Kabupaten
Enrekang.

9
BAB III
PENUTUP

Pembangunan berkelanjutan dibidang ekologi merupakan salah satu cara yang


digunakan oleh negara didunia untuk mempertahankan keberlangsungan sumberdaya
alam bagi generasi berikutnya dimasa yang akan datang.Selain untuk
keberlangsungan hidup generasi mendatang, pembangunan ekologi secara
berkelanjutan juga dibutuhkan untuk keberlangsungan ekosistem yang ada dibumi.
Pada hakekatnya pembangunan berkelanjutan merupakan aktivitas memanfaatkan
seluruh sumberdaya, guna meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan
masyarakat.Pelaksanaan pembangunan pada dasarnya juga merupakan upaya
memelihara keseimbangan antara lingkungan alami (sumberdaya alam hayati dan non
hayati) dan lingkungan binaan (sumberdaya manusia dan buatan), sehingga sifat
interaksi maupun interdependensi antar keduanya tetap dalam keserasian yang
seimbang.
Untuk mencapai kelanjutan dalam bidang ekologi ini, perlu dilakukan
keseimbangan antara ekonomi sosial budaya serta gaya hidup masyarakat, selain itu
juga diperlukan pemahaman juga pola pikir yang lebih matang mengenai mengolah,
mengkonsumsi serta mengambil keputusan yang akan mempengaruhi ekosistem darat
guna keberlangsungannya dimasa yang akan datang.Tujuan pembangun berkelanjutan
atau yang dikenal dengan Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan agenda
pembangunan bersama untuk kemaslahatan manusia dan planet bumi hingga tahun
2030 yang sifatnya berkelanjutan.
SDGs mempunyai 17 tujuan dengan 169 target. Salah satu tujuan pembangunan
berkelanjutan pada pilar pembangunan lingkungan hidup yaitu tujuan yang ke 15
yaitu pelestarian dan pemanfaatan berkelanjutan ekosistem darat. Dengan
melindungi, memulihkan, dan meningkatkan pemanfaatan berkelanjutan terhadap
ekosistem daratan, mengelola hutan secara lestari, memerangi disertifikasi,
memulihkan degradasi lahan, serta menghentikan kehilangan keanekaragaman hayati.

10
Menjaga kelestarian ekosistem darat akan melindungi kepunahan keanekaragaman
hayati baik flora maupun fauna yang hidup dalam ekosistem darat.

11
DAFTAR PUSTAKA
Irwan, Zoer’aini Djamal. 2014. Prinsip-Prinsip Ekologi. Jakarta : PT Bumi
Aksara.
Sumarwoto, Otto. 2004. Ekologi, Lingkungan Hidup, dan Pembangunan.
Jakarta : Djambatan.
http://readersblog.mongabay.co.id/rb/2015/06/05/membincang-ekologi-
pembangunan/.
http://sdgcenter.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/Wahyuningsih-
Darajati-Upaya-Pencapaian-Target-SDGs.pdf.
https://www.bps.go.id/publication.html.

12

Anda mungkin juga menyukai