Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

EKOSISTEM DARATAN/LIFE ON LAND


(SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS)

ZELVI LAGA
P032171307

MANAJEMEN LINGKUNGAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan

Rahmat, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan

makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah

ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi

pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun

isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang

saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca

untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk

kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 14 Desember 2017

ZELVI LAGA

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Tujuan .................................................................................................... 2
1.3 Manfaat................................................................................................... 2

BAB II EKOSISTEM DARAT.......................................................................... 3


2.1 Defenisi Ekosistem Darat........................................................................ 3
2.2 Ekosistem Darat Penting bagi Indonesia................................................ 4
2.3 Status Global Ekosistem Darat............................................................... 4
2.4 Pengaruh Status Global terhadap Indoneisa.......................................... 5
2.5 Regulasi Indonesia dan Prediksi Pencapaian......................................... 6
2.6 Hubungan Ekosistem Darat dengan Rencana Penelitian ....................... 7

BAB III PENUTUP......................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di alam terdapat organisme hidup (makhluk hidup) dengan lingkungannya


yang hidup saling berinteraksi dan saling pengaruh mempengaruhi satu sama lain
yang merupakan suatu system. Dalam hal ini mahluk hidup lazim disebut dengan
biotik, dari asal kata bi berarti hidup. Lingkungan yang tidak hidup disebut abiotic
dari asal kata a dan bi yang berarti tidak hidup. Didalam system tersebut terdapat
dua aspek penting yaitu arus energy (aliran energi) dan daur materi atau disebut
juga daur mineral atau siklus mineral ataupun siklus bahan disamping adanya
ekosistem.
Aliran energi dapat terlihat pada struktur makanan, keragaman biotik, dan
siklus bahan (yakni pertukaran bahan-bahan antara bagian yang hidup dan tidak
hidup). System tersebut disebut ekosistem. Menurut Undang-Undang Nomor 32
tahun 2009, Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan
kesatuan utuh-menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk
keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup. Perlu diketahui bahwa
di dalam ekosistem terdapat mahluk hidup dan lingkungannya.
Ekosistem terbagi atas dua yaitu ekosistem darat dan ekosistem perairan.
Pada kali ini yang akan dibahas adalah khusus untuk ekosistem darat. Pengenalan
tipe-tipe ekosistem didasari pada ciri-ciri komunitas yang paling menonjol.
Khususnya untuk ekosistem darat yang digunakan adalah komunitas tumbuhan atau
vegetasinya, karena wujud vegetasi merupakan pencerminan fisiognomi atau
penempakan luar interaksi antara tumbuhan, hewan, dan lingkungannya.
Salah satu tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development
Goals (SDGs) pada pilar pembangunan lingkungan hidup yaitu tujuan yang ke 15
yaitu pelestarian dan pemanfaatan berkelanjutan ekosistem darat. Dengan
melindungi, memulihkan, dan meningkatkan pemanfaatan berkelanjutan terhadap
ekosistem daratan, mengelola hutan secara lestari, memerangi disertifikasi,

1
memulihkan degradasi lahan, serta menghentikan kehilangan keanekaragaman
hayati.

1.2 Tujuan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka makalah ini bertujuan untuk


mengupas mengenai tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable
Development Goals (SDGs). Secara khusus, akan dibahas mengenai tujuan
pembangunan berkelanjutan pada poin ke 15 yaitu ekosistem daratan. Pembahasan
mengenai target yang akan dicapai mengenai pelestarian dan pemanfaatan
ekosistem darat yang berkelanjutan. Diharapkan dengan adanya penjelasan
mengenai pelestarian dan pemanfaatan ekosistem darat yang berkelanjutan, maka
akan timbul kesadaran dari kita semua bahwa betapa pentingnya menjaga peran
ekosistem darat untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.

1.3 Manfaat
Makalah ini kiranya dapat bermanfaat dalam memberikan informasi mengenai
pelestrarian dan pemanfaatan ekosistem yang berkelanjutan dalam tujuan ke 15 dari
tujuan pembangunan berkelanjutan, terutama bagi kita semua yang hidup dalam
lingkup ekositem darat.

2
BAB II
EKOSISTEM DARATAN

2.1 Ekosistem darat (SDGs 15)


Ekosistem darat berada di dalam area yang sangat luas atau juga disebut
dengan bioma. Ekosistem darat atau terestrial adalah ekosistem yang faktor
lingkungannya didominasi oleh daratan. Tipe bioma sendiri sangat dipengaruhi oleh
iklim, sedangkan iklim dipengaruhi oleh letak geografis di dalam garis lintang dan
juga dari ketinggian tempat diatas permukaan air laut. Terdapat tujuh macam bioma
yang ada di bumi yaitu hutan hujan tropis, hutan gugur,  padang rumput,  tundra,
savana, gurun, dan juga taiga. Sebagian dari nama bioma yang disesuaikan dengan
vegetasi atau tumbuhan yang dominan.
Bioma yang khusus terdapat di Indonesia yaitu hutan hujan tropis, savana,
tundra (jenis tundra alpin), dan padang rumput. Savana atau sabana terdapat di
Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB), Tundra jenis tundra
alpin terdapat di puncak pegunungan Jayawijaya, Papua dan untuk padang rumput
terdapat di Nusa Tenggara. Negara Indonesia merupakan daerah hutan hujan
tropis. Dimana hutan hujan tropis di Indonesia merupakan hutan yang paling luas
dan dominan di seluruh wilayah Indonesia jika dibandingkan dengan jenis bioma
savana, tundra, dan padang rumput yang hanya sebagian kecil ada di wilayah
Indonesia.
Hutan hujan tropis yang menyimpan beragam jenis flora dan fauna menjadikan
Indonesia sebagai negara denga tingkat keberagaman flora dan fauna yang tinggi di
dunia.Hutan hujan tropis memiliki fungsi yang vital bagi keberlangsungan hidup
semua makhluk yang ada di bumi, dalam hal iklim dunia. Hutan hujan tropis sangat
membantu sekali dalam hal menstabilkan iklim dunia dengan cara menyerap karbon
dioksida yang ada di atmosfer, sehingga mengurangi pula dalam hal efek rumah
kaca. Hutan hujan tropis juga merupakan rumah atau habitat bagi keberlangsungan

3
hidup bagi makhluk hidup yang tinggal didalamnya, termasuk flora dan fauna yang
terancam punah keberlangsungan hidupnya.
Pada saat banyak pihak yang tidak bertanggung jawab melakukan
penebangan hutan secara liar (ilegal logging), hal ini dapat mengakibatkan
kepunahan berbagai spesies yang hidup.Selain fungsi-fungsi tersebut ada pula
fungsi yang sangat vital, yaitu sebagai suatu sistem peredaran hidrologi bagi bumi.
Hal ini menggambarkan pergerakkan yang berkelanjutan dari air dibawah,
dipermukaan, dan diatas bumi. Jadi tidak heran jika hutan hujan tropis yang masih
perawan memiliki sungai-sungai yang lebar serta panjang. Pantas saja Indonesia
memiliki kepentingan pasca KTT Kopenhagen-Denmark yang baru saja berlalu
dengan 5 Usulan Plus 1 yaitu Forest Management dimana dunia harus memberikan
kompensasi atau bantuan dari konservasi yang dilakukan oleh pemerintah dan
swasta yang tentu saja akan berdampak jangka panjang untuk BUMI serta manusia
yang mendiaminya.
2.2 Ekosistem darat (SDGs ke 15) Penting bagi Indonesia
Tujuan ke 15 dari Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu pada pilar
pembangunan lingkungan hidup adalah pelestarian dan pemanfaatan berkelanjutan
ekosistem darat. Dengan melindungi, meretorisasi dan meningkatkan pemanfaatan
berkelanjutan ekosistem daratan, mengelola hutan secara lestari, menghentikan
penggurunan, memulihkan degradasi lahan, serta menghentikan kehilangan
keanekaragaman hayati. Hal tersebut dinyatakan penting bagi Indonesia karena
dilihat dari wilayah, Indonesia yang didominasi oleh hutan hujan tropis.
Hutan di Indonesia berkontribusi terhadap target pembangunan perkelanjutan
(Sustainable Development Goals atau SDGs). Hasil hutan berkontribusi lebih dari
20% pada pendapatan rumah tangga masyarakat setempat (SDGs 1) dan hutan
tropis menjadi rumah bagi sebagian besar keanekaragaman hayati darat di dunia.
Selain itu, sebagai tempat penyimpanan alami yang menyerap dan menyimpan
karbon, hutan semakin diakui sebagai unsur penting dari segala strategi untuk
menstabilkan iklim kita (SDGs 13).
2.3 Status Global Ekosistem Darat (SDGs 15)
Tindakan menurunkan deforestasi dapat selaras dengan peningkatan dalam
hal tata kelola dan keadilan sosial (SDGs 16). Melalui proses kebijakan iklim
nasional dan internasional atau Reducing Emissions from Deforestation and Forest

4
Degradation (REDD+) merupakan langkah-langkah yang didesain untuk
menggunakan insentif keuangan untuk mengurangi emisi dari gas rumah kaca dari
deforestasi dan degradasi hutan. Masyarakat adat yang keberadaannya berkaitan
dengan tingginya kemungkinan terjaganya tutupan hutan dan hutan tropis di
wilayahnya yang menyimpan lebih dari 20 persen karbon, telah berhasil
memperjuangkan pengakuan yang lebih besar terhadap hak mereka. Sebagai
contoh, Pemerintah Indonesia sudah mulai memberikan status hukum kepada
wilayah-wilayah yang sebelumnya tidak diakui.
Keberhasilan Brasil dalam menurunkan deforestasi di Amazon hingga sekitar
80 persen dari 2004-2014 sebagian dilakukan menggunakan basis peningkatan
teknologi pemantauan hutan, yakni dengan memperkuat penegakan upaya hukum
melawan pembalakan liar dan mendukung penuntutan terhadap pejabat pemerintah
yang melanggar hukum. Hal ini menandakan bahwa sudah ada peningkatan dalam
pengelolaan ekosistem darat dan pelestariannya.
2.4 Pengaruh Status Global Ekosistem Darat terhadap Pengembangan
Ekosistem Darat di Indonesia
Tujuan ke 15 dari Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu pelestarian
dan pemanfaatan berkelanjutan ekosistem darat dilihat dari salah satu indikator
nasional adalah luas kawasan konservasi terdegradasi yang dipulihkan kondisi
ekosistemnya. Hutan konservasi adalah hutan dengan ciri khas tertentu, yang
mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta
ekosistemnya (UU No.41/1999 tentang Kehutanan). Kawasan hutan konservasi
dibedakan menjadi kawasan suaka alam (KSA), kawasan pelestarian alam (KPA),
dan taman buru (TB).
Degradasi hutan adalah perubahan yang terjadi pada hutan yang
mengakibatkan kerugian atau dampak negatif pada struktur lahan hutan sehingga
kemampuan lahan hutan untuk memproduksi hasil hutan menjadi menurun. Luas
kawasan konservasi terdegradasi yang dipulihkan kondisi ekosistemnya adalah luas
kawasan hutan konservasi yang dipulihkan ekosistemnya sehingga kemampuan
untuk memproduksi hasil hutan menjadi pulih kembali.
Data yang ditemukan dari perkembangan jumlah Izin Usaha Pemanfaatan
Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam (IUPHHK-HA) yang merupakan izin usaha yang
diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan berupa kayu dal hutan alam pada hutan

5
produksi melalui kegiatan pemanenan atau penebangan, pengayaan, pemeliharaan,
dan pemasaran. Berikut ini dapat dilihat grafik perkembangan luas Izin Usaha
Pemanfaatan Hasil Hutan pada Hutan Alam (Juta Ha) :

Jika dilihat dari perkembangan IUPHHK-HA dari tahun 2012-2015, luasnya


selalu mengalami penurunan setiap tahunnya seiring dengan menurunnya jumlah
unit manajemen pemegang IUPHHK-HA. Pada tahun 2012 tercatat sebanyak 277
unit manajemen pemegang IUPHHK-HA dengan luas lahan 23,7 juta ha. Hingga
tahun 2015 menurut data publikasi statistic Kementrian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan tercatat ada sebanyak 269 unit manajemen pemegang IUPHHK-HA
dengan luas lahan 19,9 juta ha. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat penurunan
deforestasi untuk hutan produksi.
2.5 Regulasi Indonesia terkait Ekosistem Darat (SDGs 15) dan Prediksi
Pencapaiannya
Upaya pencapaian target tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable
Development Goals (SDGs) menjadi prioritas pembangunan nasional, yang
memerlukan sinergi kebijakan perencanaan di tingkat nasional dan di tingkat

6
provinsi maupun kabupaken/kota. Target-target SDGs di tingkat nasional telah
sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2015-2019 dalam bentuk program, kegiatan dan indikator yang terukur serta indikasi
dukungan pembiayaan. Dalam upaya pencapaian target dari setiap tujuan harus
berdasar pada landasan hukum yang ada.
Berikut ini adalah kebijakan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2015-2019 yang sesuai dengan tujuan pembangunan
berkelanjutan atau SDGs yang terkait dengan tujuan ke 15 mengenai ekosistem
daratan :
a. Meningkatkan kapasitas pengelola hutan konservasi dalam melindungi,
mengawetkan ekosistem hutan, sumberdaya jenis, dan sumberdaya genetik.
b. Mempercepat kepastian status hukum kawasan hutan, meningkatkan
keterbukaan data dan informasi sumberdaya hutan, dan meningkatkan kualitas
tata kelola di tingkat tapak.
c. Meningkatkan kualitas air, udara dan lahan/hutan yang didukung oleh kapasitas
pengelolaan lingkungan yang kuat.
Tujuan ke 15 SDGs yaitu melindungi, memulihkan, dan meningkatkan
pemanfaatan berkelanjutan terhadap ekosistem daratan, mengelola hutan secara
lestari, memerangi disertifikasi, memulihkan degradasi lahan, serta menghentikan
kehilangan keanekaragaman hayati. Diharapkan Indonesia mampu mencapai tujuan
untuk penanganan ekosistem daratan. Karena ekosistem daratan merupakan
kesatuan dari suatu komunitas dengan lingkungannya dimana terjadi suatu
hubungan.
Dengan harapan untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan strategi
peningkatan instrument hukum, peningkatan efektivitas penegakan hukum,
peningkatan efektivitas kualitas pengelolaan hukum. Selain itu, program Nawacita
yang disusun oleh pemerintah Jokowi-JK selaras dengan tujuan ke 15 dari SDGs
yaitu Nawacita 7 dengan agenda nasional mewujudkan kemandirian ekonomi
dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik. Prioritas nasional
dalam ekosistem darat yaitu pelestarian hutan dan lahan, pelestarian sumberdaya
alam, rencana aksi dan strategi melindungi keanekaragaman hayati.
2.6 Hubungan Ekosistem Darat (SDGs 15) dengan Rencana Penelitian S2

7
Salah satu tujuan yang ada pada poin 15 SDGs yaitu menghentikan
kehilangan keanekaragaman hayati. Dengan berdasar pada peraturan perundang-
undangan Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati Pasal
1 ayat (2) disebutkan bahwa konservasi sumberdaya alam hayati adalah
pengelolaan sumberdaya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara
bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara
dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya.
Sumberdaya hayati dengan segala keanekaragamannya mempunyai peranan
yang besar dalam menjamin kelestarian ekosistem daratan. Perlunya melestarikan
keanekaragaman hayati karena disebabkan oleh faktor berikut ini :
a. Merupakan bagian dari mata rantai tatanan lingkungan atau ekosistem.
b. Mampu merangkai satu unsur dengan unsur tatanan lingkungan yang lain.
c. Dapat menunjang tatanan lingkungan itu sehingga menjadikan lingkungan alam
ini suatu lingkungan hidup yang mampu memberikan kebutuhan mahluk
hidupnya.
Salah satu upaya pemerintah dalam mencegah kehilangan/kepunahan
keanekaragaman hayati yaitu didirikannya kebun raya di berbagai daerah di
Indonesia. Dengan adanya kebun raya yang memiliki fungsi utama sebagai kawasan
konservasi tumbuhan endemik, maka keanekaragamana flora akan terjaga.
Disamping fungsi utama kebun raya sebagai kawasan konservasi, kebun raya juga
dijadikan sebagai salah satu obyek wisata yang berwawasan lingkungan dan juga
sebagai tempat untuk pengembangan studi penelitian.
Rencana judul penelitian S2 saya yaitu terkait dengan konservasi
keanekaragaman hayati dalam hal tujuan pembangunan berkelanjutan untuk
ekosistem darat yaitu Strategi Pengembangan Ekowisata Kebun Raya
Massenrempulu di Desa Batu Mila, Kecamatan Maiwa, Kabupaten Enrekang. Kebun
Raya Massenrempulu Enrekang merupakan kawasan konservasi tumbuhan
endemik khas Pulau Sulawesi.
Kebun raya tersebut dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)
Kabupaten Enrekang yang bekerja sama dengan Kebun Raya Bogor dan juga
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Kebun Raya Massenrempulu
Enrekang juga mengoleksi tumbuhan khas pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan
juga Papua. Luas lahan kebun raya ini adalah ±300 ha. Luas lahan yang sudah

8
dikelola yaitu 120 ha. Kebun raya ini menjadi salah satu obyek wisata alam yang
ada di Kabupaten Enrekang.

BAB III
PENUTUP

Pembangunan berkelanjutan dibidang ekologi merupakan salah satu cara yang


digunakan oleh negara di dunia untuk mempertahankan keberlangsungan
sumberdaya alam bagi generasi berikutnya dimasa yang akan datang. Selain untuk
keberlangsungan hidup generasi mendatang, pembangunan ekologi secara
berkelanjutan juga dibutuhkan untuk keberlangsungan ekosistem yang ada dibumi.
Pada hakekatnya pembangunan berkelanjutan merupakan aktivitas memanfaatkan
seluruh sumberdaya, guna meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan
masyarakat. Pelaksanaan pembangunan pada dasarnya juga merupakan upaya
memelihara keseimbangan antara lingkungan alami (sumberdaya alam hayati dan
non hayati) dan lingkungan binaan (sumberdaya manusia dan buatan), sehingga
sifat interaksi maupun interdependensi antar keduanya tetap dalam keserasian yang
seimbang.
Untuk mencapai kelanjutan dalam bidang ekologi ini, perlu dilakukan
keseimbangan antara ekonomi sosial budaya serta gaya hidup masyarakat, selain
itu juga diperlukan pemahaman juga pola pikir yang lebih matang mengenai
mengolah, mengkonsumsi serta mengambil keputusan yang akan mempengaruhi

9
ekosistem darat guna keberlangsungannya dimasa yang akan datang. Tujuan
pembangun berkelanjutan atau yang dikenal dengan Sustainable Development
Goals (SDGs) merupakan agenda pembangunan bersama untuk kemaslahatan
manusia dan planet bumi hingga tahun 2030 yang sifatnya berkelanjutan.
SDGs mempunyai 17 tujuan dengan 169 target. Salah satu tujuan
pembangunan berkelanjutan pada pilar pembangunan lingkungan hidup yaitu tujuan
yang ke 15 yaitu pelestarian dan pemanfaatan berkelanjutan ekosistem darat.
Dengan melindungi, memulihkan, dan meningkatkan pemanfaatan berkelanjutan
terhadap ekosistem daratan, mengelola hutan secara lestari, memerangi
disertifikasi, memulihkan degradasi lahan, serta menghentikan kehilangan
keanekaragaman hayati. Menjaga kelestarian ekosistem darat akan melindungi
kepunahan keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna yang hidup dalam
ekosistem darat.

DAFTAR PUSTAKA

Irwan, Zoer’aini Djamal. 2014. Prinsip-Prinsip Ekologi. Jakarta : PT Bumi

Aksara.

Sumarwoto, Otto. 2004. Ekologi, Lingkungan Hidup, dan Pembangunan.

Jakarta : Djambatan.

http://readersblog.mongabay.co.id/rb/2015/06/05/membincang-ekologi-

pembangunan/.

http://sdgcenter.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/Wahyuningsih-

Darajati-Upaya-Pencapaian-Target-SDGs.pdf.

https://www.bps.go.id/publication.html.

10

Anda mungkin juga menyukai