ZELVI LAGA
P032171307
MANAJEMEN LINGKUNGAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah
ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca
ZELVI LAGA
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Tujuan .................................................................................................... 2
1.3 Manfaat................................................................................................... 2
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
memulihkan degradasi lahan, serta menghentikan kehilangan keanekaragaman
hayati.
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
Makalah ini kiranya dapat bermanfaat dalam memberikan informasi mengenai
pelestrarian dan pemanfaatan ekosistem yang berkelanjutan dalam tujuan ke 15 dari
tujuan pembangunan berkelanjutan, terutama bagi kita semua yang hidup dalam
lingkup ekositem darat.
2
BAB II
EKOSISTEM DARATAN
3
hidup bagi makhluk hidup yang tinggal didalamnya, termasuk flora dan fauna yang
terancam punah keberlangsungan hidupnya.
Pada saat banyak pihak yang tidak bertanggung jawab melakukan
penebangan hutan secara liar (ilegal logging), hal ini dapat mengakibatkan
kepunahan berbagai spesies yang hidup.Selain fungsi-fungsi tersebut ada pula
fungsi yang sangat vital, yaitu sebagai suatu sistem peredaran hidrologi bagi bumi.
Hal ini menggambarkan pergerakkan yang berkelanjutan dari air dibawah,
dipermukaan, dan diatas bumi. Jadi tidak heran jika hutan hujan tropis yang masih
perawan memiliki sungai-sungai yang lebar serta panjang. Pantas saja Indonesia
memiliki kepentingan pasca KTT Kopenhagen-Denmark yang baru saja berlalu
dengan 5 Usulan Plus 1 yaitu Forest Management dimana dunia harus memberikan
kompensasi atau bantuan dari konservasi yang dilakukan oleh pemerintah dan
swasta yang tentu saja akan berdampak jangka panjang untuk BUMI serta manusia
yang mendiaminya.
2.2 Ekosistem darat (SDGs ke 15) Penting bagi Indonesia
Tujuan ke 15 dari Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu pada pilar
pembangunan lingkungan hidup adalah pelestarian dan pemanfaatan berkelanjutan
ekosistem darat. Dengan melindungi, meretorisasi dan meningkatkan pemanfaatan
berkelanjutan ekosistem daratan, mengelola hutan secara lestari, menghentikan
penggurunan, memulihkan degradasi lahan, serta menghentikan kehilangan
keanekaragaman hayati. Hal tersebut dinyatakan penting bagi Indonesia karena
dilihat dari wilayah, Indonesia yang didominasi oleh hutan hujan tropis.
Hutan di Indonesia berkontribusi terhadap target pembangunan perkelanjutan
(Sustainable Development Goals atau SDGs). Hasil hutan berkontribusi lebih dari
20% pada pendapatan rumah tangga masyarakat setempat (SDGs 1) dan hutan
tropis menjadi rumah bagi sebagian besar keanekaragaman hayati darat di dunia.
Selain itu, sebagai tempat penyimpanan alami yang menyerap dan menyimpan
karbon, hutan semakin diakui sebagai unsur penting dari segala strategi untuk
menstabilkan iklim kita (SDGs 13).
2.3 Status Global Ekosistem Darat (SDGs 15)
Tindakan menurunkan deforestasi dapat selaras dengan peningkatan dalam
hal tata kelola dan keadilan sosial (SDGs 16). Melalui proses kebijakan iklim
nasional dan internasional atau Reducing Emissions from Deforestation and Forest
4
Degradation (REDD+) merupakan langkah-langkah yang didesain untuk
menggunakan insentif keuangan untuk mengurangi emisi dari gas rumah kaca dari
deforestasi dan degradasi hutan. Masyarakat adat yang keberadaannya berkaitan
dengan tingginya kemungkinan terjaganya tutupan hutan dan hutan tropis di
wilayahnya yang menyimpan lebih dari 20 persen karbon, telah berhasil
memperjuangkan pengakuan yang lebih besar terhadap hak mereka. Sebagai
contoh, Pemerintah Indonesia sudah mulai memberikan status hukum kepada
wilayah-wilayah yang sebelumnya tidak diakui.
Keberhasilan Brasil dalam menurunkan deforestasi di Amazon hingga sekitar
80 persen dari 2004-2014 sebagian dilakukan menggunakan basis peningkatan
teknologi pemantauan hutan, yakni dengan memperkuat penegakan upaya hukum
melawan pembalakan liar dan mendukung penuntutan terhadap pejabat pemerintah
yang melanggar hukum. Hal ini menandakan bahwa sudah ada peningkatan dalam
pengelolaan ekosistem darat dan pelestariannya.
2.4 Pengaruh Status Global Ekosistem Darat terhadap Pengembangan
Ekosistem Darat di Indonesia
Tujuan ke 15 dari Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu pelestarian
dan pemanfaatan berkelanjutan ekosistem darat dilihat dari salah satu indikator
nasional adalah luas kawasan konservasi terdegradasi yang dipulihkan kondisi
ekosistemnya. Hutan konservasi adalah hutan dengan ciri khas tertentu, yang
mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta
ekosistemnya (UU No.41/1999 tentang Kehutanan). Kawasan hutan konservasi
dibedakan menjadi kawasan suaka alam (KSA), kawasan pelestarian alam (KPA),
dan taman buru (TB).
Degradasi hutan adalah perubahan yang terjadi pada hutan yang
mengakibatkan kerugian atau dampak negatif pada struktur lahan hutan sehingga
kemampuan lahan hutan untuk memproduksi hasil hutan menjadi menurun. Luas
kawasan konservasi terdegradasi yang dipulihkan kondisi ekosistemnya adalah luas
kawasan hutan konservasi yang dipulihkan ekosistemnya sehingga kemampuan
untuk memproduksi hasil hutan menjadi pulih kembali.
Data yang ditemukan dari perkembangan jumlah Izin Usaha Pemanfaatan
Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam (IUPHHK-HA) yang merupakan izin usaha yang
diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan berupa kayu dal hutan alam pada hutan
5
produksi melalui kegiatan pemanenan atau penebangan, pengayaan, pemeliharaan,
dan pemasaran. Berikut ini dapat dilihat grafik perkembangan luas Izin Usaha
Pemanfaatan Hasil Hutan pada Hutan Alam (Juta Ha) :
6
provinsi maupun kabupaken/kota. Target-target SDGs di tingkat nasional telah
sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2015-2019 dalam bentuk program, kegiatan dan indikator yang terukur serta indikasi
dukungan pembiayaan. Dalam upaya pencapaian target dari setiap tujuan harus
berdasar pada landasan hukum yang ada.
Berikut ini adalah kebijakan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2015-2019 yang sesuai dengan tujuan pembangunan
berkelanjutan atau SDGs yang terkait dengan tujuan ke 15 mengenai ekosistem
daratan :
a. Meningkatkan kapasitas pengelola hutan konservasi dalam melindungi,
mengawetkan ekosistem hutan, sumberdaya jenis, dan sumberdaya genetik.
b. Mempercepat kepastian status hukum kawasan hutan, meningkatkan
keterbukaan data dan informasi sumberdaya hutan, dan meningkatkan kualitas
tata kelola di tingkat tapak.
c. Meningkatkan kualitas air, udara dan lahan/hutan yang didukung oleh kapasitas
pengelolaan lingkungan yang kuat.
Tujuan ke 15 SDGs yaitu melindungi, memulihkan, dan meningkatkan
pemanfaatan berkelanjutan terhadap ekosistem daratan, mengelola hutan secara
lestari, memerangi disertifikasi, memulihkan degradasi lahan, serta menghentikan
kehilangan keanekaragaman hayati. Diharapkan Indonesia mampu mencapai tujuan
untuk penanganan ekosistem daratan. Karena ekosistem daratan merupakan
kesatuan dari suatu komunitas dengan lingkungannya dimana terjadi suatu
hubungan.
Dengan harapan untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan strategi
peningkatan instrument hukum, peningkatan efektivitas penegakan hukum,
peningkatan efektivitas kualitas pengelolaan hukum. Selain itu, program Nawacita
yang disusun oleh pemerintah Jokowi-JK selaras dengan tujuan ke 15 dari SDGs
yaitu Nawacita 7 dengan agenda nasional mewujudkan kemandirian ekonomi
dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik. Prioritas nasional
dalam ekosistem darat yaitu pelestarian hutan dan lahan, pelestarian sumberdaya
alam, rencana aksi dan strategi melindungi keanekaragaman hayati.
2.6 Hubungan Ekosistem Darat (SDGs 15) dengan Rencana Penelitian S2
7
Salah satu tujuan yang ada pada poin 15 SDGs yaitu menghentikan
kehilangan keanekaragaman hayati. Dengan berdasar pada peraturan perundang-
undangan Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati Pasal
1 ayat (2) disebutkan bahwa konservasi sumberdaya alam hayati adalah
pengelolaan sumberdaya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara
bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara
dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya.
Sumberdaya hayati dengan segala keanekaragamannya mempunyai peranan
yang besar dalam menjamin kelestarian ekosistem daratan. Perlunya melestarikan
keanekaragaman hayati karena disebabkan oleh faktor berikut ini :
a. Merupakan bagian dari mata rantai tatanan lingkungan atau ekosistem.
b. Mampu merangkai satu unsur dengan unsur tatanan lingkungan yang lain.
c. Dapat menunjang tatanan lingkungan itu sehingga menjadikan lingkungan alam
ini suatu lingkungan hidup yang mampu memberikan kebutuhan mahluk
hidupnya.
Salah satu upaya pemerintah dalam mencegah kehilangan/kepunahan
keanekaragaman hayati yaitu didirikannya kebun raya di berbagai daerah di
Indonesia. Dengan adanya kebun raya yang memiliki fungsi utama sebagai kawasan
konservasi tumbuhan endemik, maka keanekaragamana flora akan terjaga.
Disamping fungsi utama kebun raya sebagai kawasan konservasi, kebun raya juga
dijadikan sebagai salah satu obyek wisata yang berwawasan lingkungan dan juga
sebagai tempat untuk pengembangan studi penelitian.
Rencana judul penelitian S2 saya yaitu terkait dengan konservasi
keanekaragaman hayati dalam hal tujuan pembangunan berkelanjutan untuk
ekosistem darat yaitu Strategi Pengembangan Ekowisata Kebun Raya
Massenrempulu di Desa Batu Mila, Kecamatan Maiwa, Kabupaten Enrekang. Kebun
Raya Massenrempulu Enrekang merupakan kawasan konservasi tumbuhan
endemik khas Pulau Sulawesi.
Kebun raya tersebut dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)
Kabupaten Enrekang yang bekerja sama dengan Kebun Raya Bogor dan juga
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Kebun Raya Massenrempulu
Enrekang juga mengoleksi tumbuhan khas pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan
juga Papua. Luas lahan kebun raya ini adalah ±300 ha. Luas lahan yang sudah
8
dikelola yaitu 120 ha. Kebun raya ini menjadi salah satu obyek wisata alam yang
ada di Kabupaten Enrekang.
BAB III
PENUTUP
9
ekosistem darat guna keberlangsungannya dimasa yang akan datang. Tujuan
pembangun berkelanjutan atau yang dikenal dengan Sustainable Development
Goals (SDGs) merupakan agenda pembangunan bersama untuk kemaslahatan
manusia dan planet bumi hingga tahun 2030 yang sifatnya berkelanjutan.
SDGs mempunyai 17 tujuan dengan 169 target. Salah satu tujuan
pembangunan berkelanjutan pada pilar pembangunan lingkungan hidup yaitu tujuan
yang ke 15 yaitu pelestarian dan pemanfaatan berkelanjutan ekosistem darat.
Dengan melindungi, memulihkan, dan meningkatkan pemanfaatan berkelanjutan
terhadap ekosistem daratan, mengelola hutan secara lestari, memerangi
disertifikasi, memulihkan degradasi lahan, serta menghentikan kehilangan
keanekaragaman hayati. Menjaga kelestarian ekosistem darat akan melindungi
kepunahan keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna yang hidup dalam
ekosistem darat.
DAFTAR PUSTAKA
Aksara.
Jakarta : Djambatan.
http://readersblog.mongabay.co.id/rb/2015/06/05/membincang-ekologi-
pembangunan/.
http://sdgcenter.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/Wahyuningsih-
Darajati-Upaya-Pencapaian-Target-SDGs.pdf.
https://www.bps.go.id/publication.html.
10