Anda di halaman 1dari 3

Upacara Nahunan (Pemberian Nama) Dalam Adat Suku Dayak

Adam Febri Santoso


Nahunan merupakan upacara ritual yang berkaitan dengan daur hidup
kelahiran yang tujuannya adalah memberikan nama atau pemberian nama kepada bayi
yang sudah berusia 1 tahun atau lebih.
Prosesi pemberian nama oleh masyarakat Dayak sebagai sebuah prosesi
upacara yang sakral, karena upacara ini adalah untuk kehidupan anak ini nanti dalam
mengarungi kehidupan dunia yang penuh dengan iri dan dengki, untuk alasan tersebut
digelarlah upacara ritual Nahunan. Upacara ini juga mengandung makna yang sangat
mendalam karena baik atau buruknya tingkah laku seseorang tidak akan lepas dari
nama yang diberikan. Sehingga pemberian nama tersebut harus berhati-hati dan
syarat-syarat sesuai dengan aturan yang telah ditentukan, karena dengan nama yang
telah diberikan melalui upacara tersebut seseorang dapat mengenal siapa dirinya dan
memudahkan orang lain mengenal namanya dan merupakan do’a orang tua terhadap
anaknya, dan sudah saatnya bayi ini keluar rumah, untuk menginjakkan kaki ke tanah
untuk memperkenalkan dirinya kepada alam semesta bahwa tugas berat untuk yang
dihadapinya dalam hidup di dunia.
Upacara Nahunan ini dilaksanakan oleh bidan kampung atau orang tua yang
berpropesi sebagai bidan, dan oleh seorang Ulama, diikuti oleh orang tua bayi, dan
seluruh keluarga yang turut memberikan doa kepada bayi itu. Kelengkapan alat atau
sesajen yang disiapkan adalah : babi, ayam, telur ayam kampung, ketupat, cucur,
apam, nasi ketan, sirih pinang, rokok, tambak beras, beras tawur, patung, pasak,
tanggui layah/tanggui dare, batu asah. Kemudian dilengkapi dengan ayunan, tunas
kelapa, abu dalam tempurung kelapa, jala, kalakar rinjing, ditambah benda-benda
pusaka lainnya yaitu : tombak, garantung, padadahan, lalancang, mangkok tawur,
sangku diiisi beras.
Upacara ini dilaksanakan di dalam rumah yaitu melaksanakan ritual manawur
kepada leluhur untuk turut serta memberikan doa keselematan bagi bayi, keluaraga,
dan kepada semua yang hadir, selanjutnya bidan menggendong bayi keluar rumah
menuju ke pinggir sungai, kalau tempat tinggal jauh dari sungai maka dilaksanakan di
depan rumah disiapkan sangku besar untuk memandikan bayi ini. Setelah selesai
melaksanakan upacara manawur. Bidan menggendong membawa bayi keluar, dengan
menggunakan tanggui layah, diikuti oleh salah satu keluarga sembari menaburkan abu
dalam bango/batok kelapa dengan hakekat supaya menutup mata dari hal-hal yang
tidak baik yang ingin mengganggu upacara nahunan.
Sesampainya di sungai bidan menabur jerangau, sikur yang telah diracik pada
sebuah tempurung di dalam tampi beras (nyiru) kemudian bidan menebas air sungai
searah arus dan berlawan arus sungai memakai parang yang bermakna Manantilang
Nyalung Je Basial dan melepas Hampatung Pasak berisi sebuah ketupat ayam dan
ketupat sinta dan telur ke dalam sungai. Dengan maksud supaya roh penguasa sungai
tersebut tidak marah dan mengganggu upacara nahunan tersebut. Kemudian bidan
memandikan bayi, membersihkan dari segala hal-hal yang tidak baik, untuk pertama
kali bayi tersebut mandi diluar rumahnya dengan hakekat untuk selanjutnya ia akan
hidup sempurna, sejahtera, panjang umur, tidak sakit-sakitan dan bisa menjadi contoh
tauladan bagi yang lainnya.
Kemudian bidan melepas dan membuang pakaian bayi dan mempersilahkan ayah
bayi itu mencelupkan pangkal pohon sawang tersebut ke air, kemudian
meneteskannya ke atas ubun-ubun bayi sebanyak tujuh kali, dengan diiringi mantra.
Setelah selesai dimandikan di sungai, bayi dibawa pulang ke rumah. Setelah sampai di
depan rumah bidan menginjakan kaki bayi ke tanah dan memegangkan tangan bayi
pada pohon sawang, kayu dan rumput. Kemudian bidan membawa bayi mendekati
tangga rumah dan dari dalam rumah ada kepala keluarga yang menanyakan beberapa
pertanyaan pada bidan yang kemudian langsung dijawab oleh bidan untuk bayi dan
menyebutkan nama dari bayi itu. Pada saat pertanyaan pertama, bidan melangkah
satu langkah untuk melepaskan pengaruh buruk yang datang atau tidak diketahui
selama perjalanan memandikan bayi. Setelah itu bidan melangkah maju perlahan-
lahan sambil menjawab satu persatu pertanyaan tersebut. Selesai tanya jawab, maka
kepala keluarga mempersilahkan bidan yang membawa bayi masuk ke dalam rumah
beserta yang lainnya.
Sesudah itu bidan melepaskan bayi dari gendongannya dan menginjakan kaki bayi
pada semua peralatan (sesajen) yang telah disediakan sedemikian rupa di atas tikar.
Pada setiap kali putaran terakhir, bidan memegang tangan si bayi pada pohon sawang
yang tadi dibawa mandi yang sudah ditempatkan berdiri di tengah-tengah syarat/alat
upacara. Kegiatan ini dilakukan selama tujuh kali putaran, bayi memegang pohon
sawang tersebut dengan posisi tangannya memegang pohon sawang mulai dari bawah
ke atas semakin tinggi. Kemudian setelah bayi mengelilingi sesajen, bidan
menyerahkan bayi kepada ayahnya dan ayah bayi itu langsung menyambut anaknya
langsung membawa anaknya ke depan pintu. Di depan pintu ayah bayi memegang
tangan anaknya pada sisi pintu menghadap ke arah matahari terbit dan melakukan
pakikan tujuh kali berturut-turut hingga tangan anak untuk terakhir kalinya tiba disisi
pintu bagian atas. Setelah selesai ayah bayi menyerahkan anaknya kepada istrinya
dan istri menyambut anaknya dengan beralaskan kain sebanyak tujuh lapis. Disaat
bayi berada dipangkuan ibunya, disitu bidan mengoleskan darah babi dan ayam di atas
kepala bayi dan sekaligus mengikatkan lilis lamiang di tangan bayi tersebut.
Setelah semua rangkaian acara selesai, pada sore harinya ayah bayi membawa
pohon sawang keluar menuju halaman rumah untuk langsung ditanam di bagian kanan
depan rumah. Setelah penanaman pohon sawang tersebut ayah bayi pulang ke rumah
dan setelah itu upacara ritual Nahunan selesai. Dari proses awal sampai selesainya
pelaksanaan upacara Nahunan mengandung nilai-nilai budaya yang sangat religious,
nilai-nilai spiritual dengan menjujung tinggi ajaran agama, cita-cita/pengharapan untuk
kehidupan yang lebih baik selanjutnya, nilai belum bahadat, nilai kebersamaan
solidaritas.

Daftar Pustaka :
http://ceritadayak.blogspot.com/2010/03/upacara-nahunan.html
http://sitianggraini30.blogspot.com/2016/11/adat-istiadat-kebudayaan-suku-
dayak_1.html
http://pustakaborneo.id/artikel/upacara-adat-dayak
informan :
diankartika@students.unnes.ac.id (Mahasiswa FMIPA asal Kalimantan Tengah)

NAMA : ADAM FEBRI SANTOSO


NIM : 4101416137
EMAIL : adam.febri137@gmail.com
NO.HP : 085777438564

Anda mungkin juga menyukai