Anda di halaman 1dari 6

TUGAS KESENIAN PAPUA

Mengenal Adat Moskona Teluk Bintuni Papua Barat

Dampak Adat Terhadap Pemekaran Moskona


Suku Moskona merupakan salah satu suku besar Pegunungan Arfak, sebelumnya, suku ini
mendiami wilayah administrasi Kabupaten Manokwari, namun seiring perkembangan
wilayah yakni pemekaran Kabupaten Teluk Bintuni dari kabupaten Manokwari tahun 2003,
suku Moskona masuk ke dalam wilayah administrasi Pemerintahan Kabupaten Teluk Bintuni.
Kabupaten Teluk Bintuni memiliki 7 (tujuh) suku besar yang mendiami wilayahnya di
antaranya, Moskona, Irarutu, Sumuri, Sebyar, Sougb, Wamesa, dan Kuri serta terdapat juga
suku pelengkap Nusantara lainnya.
Suku Moskona memiliki 8 (delapan) distrik yaitu, Distrik Merdey (Distrik tertua sejak jaman
Belanda), Distrik Moskona Utara, Moskona Selatan, Distrik Mayado, Distrik Moskona
Timur, Distrik Masyeta, Distrik Moskona Barat dan Distrik Biscoop di kabupaten Teluk
Bintuni, Papua barat.
Dengan demikian gencarnya pemekaran daerah, Moskona yang telah diusulkan ke pusat
sebagai daerah DOB baru, dan sementara di ambang pintu (telah penetapan RUU pada
paripurna DPR RI , salah satu dari 33 calon DOB di Papua).
Budaya Adat Suanggi.
Salah satu budaya adat suku Moskona yang bersifat negatip adalah Adat Suanggi yang dalam
bahasa Moskona di sebut “Merej ”.
Pada umumnya adat merej / suanggi adalah adat istiadat yang berkembang di masyarakat
suku besar Arfak secara umum untuk saling membunuh antar sesama manusia sejak jaman
dahulu hingga sekarang, dengan mengunakan obat racun yang berasal dari alam, dan yang
dapat di ketahui oleh masyarakat adat tertentu.
Adat ini berkembang dan tumbuh subur di daerah pegunungan Suku besar Arfak yang
mendiami kabupaten Manokwari, Manokwari Selatan, kabupaten Pegunungan Arfak dan
Kabupaten Teluk Bintuni (Moskona & Sougb). Ironisnya di era berlakunya undang undang
Otsus no 21 tahun 2001 di Papua, yang memberikan kebebasan kepada masing masing daerah
untuk membangun daerahnya sendiri hanyalah isapan jempol.
Mengapa hal itu bisa terjadi? Karena kebebasan tersebut tidak di manfaatkan dengan baik
oleh seluruh elemen masyarakat dan kaum intelek suku besar Arfak, khususnya suku
Moskona yang wilayahnya sedang diusulkan dimekarkan ini. Dana Otsus hanya digunakan
oleh penguasa untuk mensponsori oknum oknum yang bermain di bawah adat adat negatip
ini.
Beberapa tahun terakhir hingga sekarang ini banyak peristiwa pembunuhan yang dilakukan
oleh oknum-oknum tertentu dalam lingkaran adat negatip ini, untuk merusak kader-kader
Moskona yang terdidik secara formal dan informal dalam pendidikan maupun organisasi.
Pembunuhan sistematis ini bersifat umum, dalam arti kelompok yang kuat menguasai adat
negatip ini, mereka selalu melakukan pembunuhan kepada kelompok yang tidak tahu atau
tidak tergolong dalam adat negative itu, dan melakukan pembunuhan secara umum kepada
orang orang yang tidak bersalah di antaranya masyarakat, pelajar, mahasiswa, pegawai negeri
sipil (PNS), serta yang menjadi target utama adalah kaum intelektual Moskona yang terdidik.
(bukan yang beli ijazah SD-S2).

Tidak heran jika pada 27 April 2013 lalu, kota sebesar Bintuni menjadi hening, duka
mencekam bagi masyarakat suku besar Arfak, lebih khusus masyarakat Moskona yang tidak
tergolong dalam adat negatip, dikejutkan dengan pembunuhan sistematis terhadap Kletus
Yekohok, SH (Kepala bidang Sarana dan Prasarana Sosial Dinas Sosial Dan Budaya
Kabupaten Teluk Bintuni), yang merupakan salah satu putra terbaik asal Suku Moskona,
yang pertama kali sepanjang sejarah menduduki beberapa jabatan penting di pemerintahan
dan juga pejuang / pelopor pemekaran kabupaten Moskona. Sangat mengharukan, dalam
praktek kehidupannya tidak pernah bergabung dalam masalah adat istiadat, namun karena
kecumburuan sosial, tidak mampu bersaing, dan primitifnya, oknum melakukan
pembunuhan ini.
Dengan demikian rentetan kejahatan adat terus berlanjut, yang menjadi pelaku dari adat
istiadat negatip ini berasal dari masyarakat adat, pemda, pelajar, mahasiswa dan bahkan
kaum intelektual moskona itu sendiri. Entah alasannya apa, namun yang pasti oknum
tersebut memiliki kemampuan IPTEK yang tidak mumpuni dan di kategorikan kelompok/
orang orang primitif.
Pemekaran Moskona dan Prospeknya
Sejak suku Moskono bergabung dengan kabupaten Teluk Bintuni, perkembangan dan
kerinduan generasi suku ini bisa bersaing dengan suku-suku lain dalam penguasaan iptek
sangat berkembang pesat, terbukti dengan banyaknya generasi Moskona yang dikirim oleh
masing masing orangtua untuk mengenyam pendidikan di perguruan tinggi negeri maupun
swasta se Indonesia, bahkan keluar negeri (tanpa batuan LNG Taguh dan pemda setempat).

Di bidang eksekutif dan legislatif pemda Bintuni, ditemui banyak intelektual suku Moskona
yang menduduki jabatan penting serta di dinas lainnya. Begitu pula di bangku legislatif,
terhitung 5 (lima) kursi emas diduduki oleh kaum intelektual asal suku Moskona, termasuk
pemegang palu sidang / ketua DPRD (hasil pemiluleg 2009-2014). Namun kesempatan yang
di peroleh kaum intelek yang duduk di kursi emas ini tidak pernah berpikir baik demi
Moskona ke depan. Tidak ada “kaderisasi”.
Ancaman adat negatip selalu menghambat eksistensi sumber daya manusia (SDM) Moskona,
mematikan perkembangan kehidupan masyarakat Moskona ke depan. Namun yang aneh
juga, oknum tertentu yang duduk di kursi emas (legislative dan eksekutif) tersebut turut serta
campur tangan mendukung dan bermain di bawah adat negatip ini.
Di latarbelakangi tidak mampu bersaing, serta ijazah yang peroleh dari sekolah dasar hingga
perguruan tinggi semuanya dibeli atau biasa disebut kuliah jauh, sehingga kurang mampu
mengimplementasikan ilmunya kepada publik, serta kurang berkembangnya berorganisasi,
maka hal ini harus dicegah, agar agar generasi berikutnya tidak mewarisi adat seperti ini.
Perlu diperhatikan kaum intelektual dan pemda setempat, adat negatif yang dilakukan oleh
oknum tertentu ini sudah termasuk dalam pemusnahan etnis, dalam arti bahwa orang
Moskona baku bunuh sendiri hingga habis dari pulau Papua ini, dan orang non Papua yang
akan kerja di pemekaran Moskona dan Papua ini. Harus diingat jumlah penduduk suku
Moskona kurang lebih 9.000 jiwa, itu sangat sedikit, dan juga praktek yang dilakukan dalam
adat negatip ini sudah tergolong primitif. Yang berhak mengambil nyawa manusia adalah
Tuhan bukan manusia. Yang pasti adat negatip ini harus dihilangkan, sebab sangat merusak
generasi Moskona pada khususnya dan orang asli papua (OAP) pada umumnya.
Dari ulasan di atas perlu di ketahui perkembangan adat istiadat negatif ini sangat mematikan
sumber daya manusia (SDM) moskona dan eksistensi manusia Moskona. Untuk itu sangat di
butuhkan kerja sama seluruh masyarakat dan pemerintah daerah setempat agar bisa
menghilangkan salah satu adat yang mematikan suku Moskona, sebab jika tidak di antisipasi
dari sekarang sudah barang tentu jika pemekaran moskona terlealisasi nanti akan tinggal
kenangan nama kabupaten moskona namun orang aslinya entah dimana.
Saya menuliskan semua ini sesuai dengan apa yang saya rasakan selama ini, sehingga ini
sebagai refleksi singkat untuk kaum intelektual Moskona yang sedang memperjuangkan
pemekaran Moskona maupun kaum intelektual Moskona lain. Kita agar mencari solusi
menyelesaikan masalah adat ini demi menyelamatkan generasi Moskona maupun Papua pada
umumnya ke depan, sehingga perkembangan pembangunan di Moskona berjalan dengan
baik dan dapat mensejahterakan masyarakatnya tanpa ada permusuhan.
Jangan dijadikan pemekaran ini untuk kepentingan kelompok tertentu, jangan jadikan
pemekaran Moskona sebagai terbukanya peluang orang non papua, tetapi jadikanlah
pemekaran bisa mengangkat harkat dan martabat untuk mensejahterakan rakyat Moskona di
berbagai bidang.
Orang asli Moskona harus bersatu bergandeng tangan satu sama lain, agar menjadi tuan di
tanahnya sendiri. Sesuai dengan motto yang digagas oleh salah satu tokoh masyarakat
Moskona Bapak Petrus Ogoney di distrik Merdey yaitu “inn miss ergens” (bahasa
Moskona) yang berarti “Mari kita bersatu untuk membangun moskona yang satu dan utuh”.
TUGAS KESENIAN PAPUA

“ADAT TRADISIONAL SUKU MOSKONA”

DIBUAT OLEH :
FEBRIA DWI S. KABANGA

SD INPRES 17 REMU
KOTA SORONG

Anda mungkin juga menyukai