Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KEARIFAN LOKAL

“Kearifan lokal dan pelestarian lingkungan”

Dosen Pengampu:
M.Hidayat, S.Hum, S.Sos, MA

Oleh Kelompok 3:
1. Sherly Yunimar (20058124)
2. Putri Nadya Larasati (20058114)
3. Ranti Erisa Putri (20058116)

PRODI PENDIDIKAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021

1|Page
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya kepada kita semua berupa, ilmu dan amal.
Berkat rahmat dan karunianya pula, kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Kearifan lokal dan pelestarian lingkungan”. Yang inshaAllah tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan


tugas yang diberikan demi tercapainya tujuan pembelajaran yang telah
direncanakan. Isi makalah ini diambil dari berbagai sumber yang ada dan dikemas
serta dikembangkan sedemikian rupa sehingga masalah ini bisa terselesaikan
dengan baik. Dan terima kasih kami ucapkan kepada Bapak dan Ibu dosen mata
kuliah Kearifan Lokal dan juga teman-teman yang telah memberikan arahan
terkait tugas makalah ini. Tanpa bimbingan dari mereka, mungkin kami tidak
akan dapat menyelesaikan sesuai dengan format yang telah ditentukan.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab
itu, kami mengharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan makalah
untuk kedepannya. Mudah-mudahhan makalah ini bermanfaat bagi peneliti dan
pembacanya.

Padang, 1 Maret 2021

Kelompok 3

2|Page
DAFTAR ISI

Cover
KATA PENGANTAR......................................................................................................... 2
DAFTAR ISI........................................................................................................................3
BAB I................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN............................................................................................................... 4
I. Latar Belakang......................................................................................................... 4
II. Rumusan Masalah.................................................................................................... 5
BAB II..................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.................................................................................................................. 6
A. Pengertian Lingkungan............................................................................................ 6
B. Permasalahan Lingkungan....................................................................................... 6
C. Hubungan Manusia dan Lingkungan dalam Upaya Melestarikan Lingkungan.....10
D. Kearifan Lokal dan Konservasi Lingkungan......................................................... 13
KESIMPULAN..................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 17

3|Page
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang terdiri dari banyak suku bangsa.


Tercatat bahwa Indonesia memiliki lebih dari 300 kelompok, tepatnya
1.340 suku bangsa. Setiap suku bangsa memiliki karakter dan budaya
masing-masing. Setiap masyarakat berusaha untuk menjaga dan
melindungi budaya lokal terhadap kehadiran budaya asing yang masuk ke
Indonesia. Kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan
serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan
oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam
pemenuhan kebutuhan mereka.
Lingkungan merupakan suatu sistem kompleks yang berada di luar
individu yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme
(Nasrudin 2008:2). Lingkungan sangat berpengaruh bagi kehidupan
manusia. Lingkungan dapat berubah fungsinya karena berbagai faktor,
salah satunya karena adanya era global. Dampak masalah lingkungan
dapat dirasakan oleh seluruh penduduk bumi dengan adanya gejala-gejala
alam yang menunjukkan ketidakwajarannya. Masalah lingkungan hidup
ternyata berkaitan erat dengan kearifan lokal. Hal ini dapat diketahui
bahwa adanya kearifan lokal justru lebih dahulu berperan dalam menjaga
kelestarian lingkungan sebelum gerakan-gerakan peduli lingkungan
bermunculan. Bahkan dalam hal tertentu kearifan lokal lebih berperan
dalam menjaga ekosistem daripada hukum yang ditetapkan dalam
mengatur pola masyarakat. Adanya mitos, ritual, dan pitutur luhur yang
erat kaitannya dengan alam mampu mengatur masyarakat sedemikian rupa
dalam hubungannya dengan lingkungan sekitar, sehingga masyarakat
diharapkan mampu memelihara kelestarian lingkungan terhadap fenomena
yang kerap terjadi akhir-akhir ini (Wibowo,2012).

4|Page
II. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari lingkungan?


2. Jelaskan masalah-masalah yang ada pada lingkungan?
3. Jelaskan bagaimana hubungan manusia dengan lingkungan?
4. Bagaimana kearifan lokal dapat melakukan konservasi pada
lingkungan

5|Page
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Lingkungan

Lingkungan adalah kesatuan antara abiotik serta biotik. Abiotik


merupakan kumpulankumpulan benda mati. Sedangkan biotik yaitu
kumpulan benda hidup. Di dalam komponen abiotik adalah udara, air,
cahaya matahari, tanah, suhu dan lainnya. Komponen biotik mencakup
dekomposer atau disebut pengurai, konsumen, dan juga produsen. Kedua
komponen tersebut sangatlah erat kaitannya atau tidak dapat dipisahkan
(Rofik,2021).
Lingkungan secara harfiah berarti ruang lingkup atau sekitar atau
alam sekitar atau masyarakat sekitar. Lingkungan juga dapat berarti segala
sesuatu yang mempengaruhi kehidupan makhluk makhluk hidup secara
kolektif atau lingkungan adalah penjumlahan untuk semua yang ada di
sekitar sesuatu atau seseorang atau disekitar makhluk hidup, termasuk
semua makhluk hidup dan kekuatan-kekuatan alaminya. Berdasarkan
pengertian tersebut maka lingkungan diartikan sebagai penjumlahan dan
hubungan satu dengan yang lain antara air, udara, dan tanah dengan
organisme-organisme hidup yaitu, flora dan fauna termasuk di dalamnya
semua ruang lingkup, baik fisik maupun biologis dan interaksinya satu
dengan yang lain (Sembel,2015).

B. Permasalahan Lingkungan

1. Perubahan iklim
Usaha tani padi sawah sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim
karena keberhasilan usaha produksi pangan pokok ini sangat bergantung
kepada daya dukung iklim yang sebelumnya dianggap stabil. Petani
biasanya merujuk pada apa yang dalam bahasa Jawa dikenal sebagai

6|Page
pranåtåmångså (ketentuan musim), yaitu semacam penanggalan yang
dikaitkan dengan kegiatan bercocok tanam. Dalam perkembangannya,
kondisi iklim nyata maupun perkiraan kemudian menggeser ketentuan-
ketentuan seperti itu. Hasil penelitian Syahbuddin et al. (2007)
mengungkapkan bahwa dalam beberapa dekade terakhir usaha tani
tanaman pangan seringkali hanya mengandalkan kebiasaan dan naluri
(instinct) petanui dalam penetapan pola tanam. Akibatnya petani sering
berhadapan dengan kendala kekurangan air, terutama pada saat musim
kering yang berlangsung lebih lama. Oleh karena itu, perlu adanya
penyesuaian pola tanam yang lebih adaptif dengan keragaman dan
perubahan iklim.
Dalam penelitian survey di wilayah Kecamatan Gempol, Purwosari,
dan Prigen di Kabupaten Pasuruan Jawa Timur. Ketiga wilayah secara
berurut mewakili daerah pertanaman padi sawah pada zona agroekosistem
dataran rendah, sedang, dan tinggi. Kecamatan dengan desa-desa yang
memiliki areal pertanaman padi sawah yang lebih luas, terdampak
perubahan iklim, dan termasuk wilayah yang menjadi lokasi percontohan
dari Program Pengembangan Kapasitas untuk Kegiatan Adaptasi
Perubahan Iklim di Sektor Pertanian dan Sektor Lainnya yang Relevan.
Tujuannya untuk pengembangan kegiatan-kegiatan adaptasi perubahan
iklim oleh komunitas petani untuk menurunkan tingkat kerugian akibat
gagal panen yang disebabkan oleh perubahan iklim dan meningkatkan
kesejahteraan petani (Estiningtyas & Syakir,2018).
2. Sampah Plastik

Masalah sampah memang tidak pernah tertinggal untuk kita bahas di


Indonesia. Sampah menjadi persoalan sulit untuk ditangani pada
masyarakat karena ketidakadanya kepekaan terhadap lingkungan (bahasa
sendiri).

Berdasarkan sumber publikasi dari salah satu televisi nasional,


menurut Jambeck tahun 2015 dari University of Georgia dikatakan,

7|Page
Indonesia adalah penyumbang sampah terbesar kedua terutama sampah
plastik dengan volume 187,2 juta ton/tahun, dengan China pada posisi
pertama dengan 262,9 juta ton/tahun dan berikutnya setelah negara kita
diikuti oleh Filipina, Vietnam, dan Sri Lanka. Adanya jumlah tersebut
dapat diasumsikan bahwa Indonesia memproduksi sekitar 175 ribu ton/hari
atau 0,7 kg/orang setiap harinya (News n.d.).

Cara mengolah sampah anorganik dikelola secara sederhana dengan


melakukan prinsip reuse, misal memilih, memilah, dan menggunakan
kembali barang yang dapat dipakai berulang kali. Contoh tindakan ini
seperti memanfaatkan botol atau ember plastik bekas sebagai wadah untuk
metode komposter ataupun kascing. Sedangkan yang berbahan kertas atau
kemasan dapat dimanfaatkan untuk kreatifitas lain yaitu membuat
kerajinan rumah tangga misalnya untuk kertas dapat dikelola menjadi
tempat buah, tempat tissu, dan sebagainya.

Untuk kemasan plastik atau sejenisnya dapat dijadikan kerajinan tas


belanja, wadah media tanam, dan sebagainya. Karena proses daur ulang
pada sampah anorganik yang tidak bisa dikelola pada rumah tangga,
memerlukan dukungan teknologi untuk pengelolaannya serta
membutuhkan infrastruktur serta kompetensi sumber daya yang tepat,
seperti mesin khusus untuk pengolahan lanjutan agar dapat menjadi barang
yang lebih bermanfaat. Contohnya didirikannya bank sampah pada tingkat
desa yang dikelola secara mandiri oleh desa setempat dengan
memberdayakan kreatifitas ibu-ibu PKK. Contoh pada kegiatan ini misal
dalam pemilahan sampah dari rumah dan pada tempat pengelolaan
lanjutan untuk didaur ulang pada bank sampah.

Proses yang dilakukan tersebut selain dapat membuat lingkungan


bersih, dapat pula memberikan penghasilan tambahan pada ibu-ibu PKK.
Selain itu, PKK desa sebagai ujung tombak rumah tangga agar
ditingkatkan produtifitasnya, misalnya dalam pengkaderan yang baik,
memberikan pembekalan, atau pelatihan tentang sampah dan

8|Page
pengolahannya, serta membangun kreativitas dalam mengelolaan sampah
untuk nilai ekonomi. Adanya peningkatan produktivitas dan kualitas dari
organisasi PKK desa, selanjutnya dapat diberdayakan kembali sebagai tim
penyuluh lapangan tentang sampah. Penugasan ini dapat dipilih
berdasarkan yang berprestasi dalam organisasi dan diperlukan pula
apresiasi dari pemerintah atas hal ini (Juniartini,2020).

3. Bencana Banjir

Desa Dayeuhkolot kecamatan Dayeuhkolot kabupaten Bandung


merupakan salah satu wilayah di Cekungan Bandung, Jawa Barat, yang
rentan terhadap bahaya banjir. Kondisi ini dipengaruhi oleh keberadaan
Sungai Citarum sebagai sumber banjir dan pengaruh pengelolaan
pembangunan di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS). Dampak bertambah
besarnya pengaruh faktor-faktor tersebut dari tahun ke tahun, bencana
banjir tidak dapat dihindari oleh masyarakat yang bermukim di sekitar
daerah aliran sungai Citarum. Hingga saat ini, bencana banjir setiap tahun
selalu terjadi di wilayah daerah aliran sungai Citarum, terutama di
kecamatan Dayeuhkolot yang menyebabkan kerugian besar diantaranya
membuat aktivitas masyarakat terganggu, kerusakan bangunan, munculnya
wabah penyakit, terhambatnya kegiatan ekonomi, dan terganggunya
konektivitas antara kota Bandung dengan wilayah Bandung Selatan.

Penanggulangan bencana merupakan tugas dan tanggung jawab


pemerintah yang harus dilakukan secara menyeluruh dan terpadu pada
setiap tahapan melalui Badan Penanggulangan Bencana baik yang berada
di Pusat yaitu Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) maupun
yang berada di daerah yang disebut BPBD. BPBD kabupaten Bandung
dibentuk atas dasar bahwa letak dan kondisi geografis, geologis dan
demografis wilayah kabupaten Bandung rawan terhadap terjadinya
bencana dengan frekuensi yang cukup tinggi. Bencana tersebut disebabkan
baik oleh faktor alam, non alam maupun manusia yang menyebabkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta

9|Page
benda dan dampak psikologis yang dalam keadaan tertentu dapat
menghambat proses pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.

Namun, banjir masih kerap terjadi dikarenakan kegagalan dalam


implementasi kebijakan. Sumber daya merupakan hal yang penting dalam
mengimplementasikan kebijakan dengan baik. Kegagalan tersebut
disebabkan oleh staf/pegawai yang tidak cukup memadai, mencukupi,
ataupun tidak kompeten dalam bidangnya. Penambahan jumlah staf dan
implementor saja tidak cukup menyelesaikan persoalan implementasi
kebijakan, tetapi diperlukan sebuah kecukupan staf dengan keahlian dan
kemampuan yang diperlukan (kompeten dan kapabel) dalam
mengimplementasikan kebijakan.

Menurut Kepala Desa Dayeuhkolot Kecamatan Dayeuhkolot


Kabupaten Bandung yang menyatakan bahwa: “Secara umum Sumber
Daya Manusia desa Dayeuhkolot memang kurang memahami cara
kesiapsiagaan menanggani bencana banjir yang pernah terjadi di desa
Dayeuhkolot ini”. Beberapa persoalan yang menyebabkan pelaksanaan
Mitigasi bencana di BPBD Desa Dayeuhkolot Kecamatan Dayeuhkolot
Kabupaten Bandung terkendala, yaitu salah satunya disebabkan oleh
kurangnya fasilitas kebencanaan dari pihak pemerintah seperti kebutuhan
rescue dan para relawan tanggap bencana dan peralatan yang belum
memadai seperti tenda yang masih kurang perahu karet banyak yang rusak,
sarana dan prasarana sewaktu terjadinya banjir belum sepenuhnya ada
(Muhammad, 2020).

C. Hubungan Manusia dan Lingkungan dalam Upaya Melestarikan


Lingkungan

Manusia merupakan salah satu dari bagian terpenting dalam


lingkungan. Manusia sebagai makhluk hidup yang sangat membutuhkan
lingkungan mempunyai kewajiban dalam menjaga lingkungan, seperti
memeliharanya, menghargai, dan lain sebagainnya. Perilaku manusia

10 | P a g e
terhadap pelestarian lingkungan sangat berpengaruh. Apabila perilaku
negatif yang dicerminkan seseorang terhadap lingkungan itu buruk maka
akan menyebabkan kerusakan lingkungan. Maka dari itu, dibutuhkannya
etika lingkungan dalam membahas hubungan manusia dengan lingkungan.
Etika lingkungan adalah suatu pendekatan terhadap lingkungan yang
saling menopang untuk memahami dari keseluruhan. Sehingga semua
unsur itu mempunyai makna dan arti yang sama. Jadi dapat kita ketahui
etika lingkungan merupakan pengetahuan tentang nilai atau moral yang
dimiliki oleh seseorang atau setiap anggota masyarakat yang berkaitan
dengan lingkungannya.

Seeperti yang kita ketahui bahwa manusia adalah makhluk yang


beretika, karena ia adalah makhluk yang berakal yang mencari nilai
idealnya, yaitu kebaikan tertinggi yang dijadikan sebagai standar
perilakunya, utama atau tercela, baik atau jahat. Jadi, manusia ada sebagai
makhluk utama, ketika ia dengan kehendak bebasnya yang murni mencari
nilai tertinggi yang dipandangnya sebagai kebaikan terbesar sejalan
dengan keberadaanya sebagai makhluk berakal. Dengan kebaikan itu, ia
mewujudkan dirinya sebagai manusia.

Mulanya masalah lingkungan hidup ini merupakan masalah alami,


yakni peristiwa-peristiwa yang terjadi sebagai bagian dari proses natural.
Akan tetapi, pada saat ini masalah lingkungan tidak lagi dapat dikatakan
sebagai masalah yag semata-mata bersifat alami, karena manusia
memberikan faktor penyebab yang sangat signifikan secara variabel bagi
peristiwa-peristiwa lingkungan. Tidak dapat disangkal bahwa masalah-
masalah lingkungan yang lahir dan berkembang disebabkan karena faktor
manusia jauh lebih besar dan rumit dibandingkan dengan faktor alam itu
sendiri. Seperti yang tertuang dalam pasal 22 Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup disebutkan bahwa “setiap usaha dan/atau kegiatan yang
berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib memilki amdal

11 | P a g e
(analisis mengenai dampak lingkungan)”. Pada dasarnya semua usaha dan
kegiatan pembangunan menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup,
perencanaan awal suatu usaha atau kegiatan pembangunan sudah harus
memuat perkiraan dampaknya yang penting terhadap lingkungan hidup,
untuk dijadikan pertimbangan apakah untuk rencana tersebut perlu dibuat
analisi menganai dampak lingkungan.

Contohnya bisa dilihat pada persoalan masa kini yang paling


menonjol dan yang menimbulkan implikasi amat luas terhadap masalah
lingkungan adalah manusia dengan kebanggaan atas ilmu teknologi
modern yang ia pergunakan, padahal alam lingkungan ditaklukan untuk
diperas kemampuan dan kekayaanya, tanpa kita sadari bahwa suatu garis
perkembangan dan pertumbuhan alamiah itu ada batas atau titik hentinya.
Atas dasar itu semua, maka salah satu upaya yang dapat kita lakukan
untuk menghadapi masalah masa kini , pertama-tama kita arahkan kepada
manusianya sendiri. Pemilihan nilai etik perlu kita lakukan, karena
manusia sendirilah yang pada akhirnya akan menentukan untuk apa
lingkungan yang ada dihadapannya itu akan dimamfaatkan, dan pola mana
yang akan diwujudkan dalam hidup dan kehidupannya ini, serta
bagaimana pula akhirnya pengetahuan beserta teknologi yang ada pada
dirinya itu akan dipergunakan.

Manusia merupakan keutuhan atau ketunggalan dari unsurunsurnya


selaku individu dan makhluk sosial, bebas tapi terikat, berjiwa dan ber-
raga dengan cipta rasa dan karsanya, dengan sifat-sifatnya sebagai benda
mati, makhluk vegetatif dan animal, yang mutlak membutuhkan
pemenuhan atas kebutuhan setiap unsur tadi. Untuk memenuhi semua
unsur yang ada pada dirinya itu manusia harus mempunyai keempat nilai
yaitu: bijaksana, adil, teguh, dan sederhana dapat teraktualisasikan secara
utuh atau integral, maka inilah manusia saleh yang ideal, manusia
seutuhnya yang sanggup untuk mengetrapkan keselarasan,keserasian, dan
keseimbangan hidup secara dinamis dan positif (Khusniatin & Isnani).

12 | P a g e
D. Kearifan Lokal dan Konservasi Lingkungan

Konservasi alam adalah filsafat moral dan gerakan konservasi yang


berfokus pada perlindungan spesies dari kepunahan, pemeliharaan dan
pemulihan habitat, peningkatan jasa ekosistem, dan perlindungan
keanekaragaman hayati. Bentuk dari konservasi lingkungan yang mana
hasil dari kearifan local sebagai berikut:
1. Desa Kala Patra
Desa artinya tempat, kala artinya waktu dan patra artinya keadaan. Jadi
dalam pengelolaan lingkungan berdasarkan pada nilai desa kala patra
artinya manusia mampu mengatur dan mengendalikan lingkungannya,
beradaptasi dengan segala keadaan yang ada. Contoh jika masyarakat
tinggal di daerah yang memiliki jenis tanah andosol atau tanah vulkanis
yang berasal dari gunung berapi, maka mereka harus membiarkan daerah
tersebut untuk dijadikan sebagai tanah lindung atau tanaman tahunan agar
tidak terjadinya longsor.

2. Tri Hita Karana


Tri artinya tiga, hita artinya baik, bahagia, sejahtera, karana artinya
sebab. Jadi tri hita karana (THK) artinya tiga penyebab kebaikan,
kebahagiaan atau kesejahteraan. Dalam kaitan dengan ini, manusia
diharapkan bisa melaksanakan kehidupan yang seimbang, selaras dan
harmonis antara tiga komponen yaitu hubungan manusia dengan Tuhan
(yang dikenal dengan bidang parhyangan), antara manusia dengan
manusia lainnya (yang dikenal dengan bidang pawongan) serta antara
manusia dengan lingkungannnya (bidang palemahan) (Rabindra, 2009:
Sudiana dan Sudirgayasa, 2015). Dalam pengelolaan lingkungan yang
berdasarkan pada nilai filosofis tri hita karana (THK) (misal: Dalem et al.,
2007), diharapkan manusia tidak hanya mengejar keuntungan ekonomi
semata namun juga mempertimbangkan nilai nilai ketuhanan atau spiritual
dan nilai-nilai kemasyarakatan atau kemanusiaan. Hal ini ditekankan
karena sering kali manusia hanya mementingkan keuntungan ekonomi dan

13 | P a g e
sering tidak memperhatikan lingkungan serta nilai sosial budaya lokal.
Misalnya kejadian pembangunan ruko (rumah toko) di perkotaan yang
kadang-kadang membeton semua lahan tanpa meninggalkan resapan air
atau tanpa drainase yang memadai dapat menyebabkan bencana banjir,
walaupun hanya ada hujan lebat dalam jangka waktu tidak terlalu lama.

3. Tri Mandala
Tri mandala terdiri dari kata tri dan mandala, yang mana tri artyinya
tiga, mandala artinya tempat atau zone. Jadi tri mandala artinya 3 tempat
atau 3 zone (misal: Suwardani, 2015). Makna tri mandala dari segi
aksesibilitas pada sebuah rumah misalnya, bahwa wilayah disekitar rumah
dibagi ke dalam 3 zone yaitu zone yang bisa diakses oleh umum atau siapa
saja yaitu telajakan rumah, wilayah atau zone yang terbatas untuk siapa
saja dalam keluarga sehari-hari yaitu pekarangan rumah, serta wilayah
yang bisa diakses hanya untuk kepentingan sembahyang yang berupa
merajan/sanggah.
Makna dari tri mandala dari segi konservasi adalah bahwa seseorang
yang membangun tidak boleh memanfaatkannya hanya untuk kepentingan
pemanfaatan manusia saja tetapi juga harus menyediakan ruang untuk
kepentingan kegiatan spiritual/parhyangan serta untuk kepentingan alam,
konservasi. Oleh sebab itu, mereka harus menyediakan satu lahan hanya
sebagai lahan terbuka hijau alami yang mirip dengan "teba" pada
lingkungan pemukiman. Jika "teba" tidak ada lagi maka tidak ada lagi
cukup vegetasi untuk menyerap polusi dari lingkungan sekitar, dan tidak
tersedia lagi habitat bagi fauna, serta tidak tersedia lagi keragaman flora
yang berfungsi sebagai cadangan genetik (plasma nutfah) bagi
kepentingan konservasi alam, yang mungkin berguna buat kita namun
belum tentu semuanya kita ketahui manfaatnya sampai saat ini.

4. Nyepi

14 | P a g e
Nyepi bagi umat Hindu di Bali biasanya dikaitkan dengan
pergantian tahun baru Caka. Nyepi dilalui dengan melakukan amati
karya atau tidak bekerja, amati geni tidak menyalakan api, amati
lelungan atau tidak bepergian, dan amati lelanguan atau tidak
bersenang-senang.
Dalam pemaknaan yang lebih mendalam, misalnya amati geni bisa
dimaknai tidak boleh marah. Dengan nyepi manusia diberikan
kesempatan selama satu hari penuh untuk melakukan evaluasi atas
kehidupannya untuk menyongsong tahun baru yang lebih baik, dan
tidak mengulangi hal-hal yang jelek atau negatif di masa lalu. Kalau
dikaitkan dengan manajemen seperti review manajemen atau evaluasi
menyeluruh atas manajemen usaha atau kehidupan. Jadi bukan hanya
sekedar tidak bekerja saja. Untuk masyarakat tertentu, misalnya
masyarakat Nusa Penida mereka bahkan memiliki nyepi segara. Dalam
kaitan dengan ini, pada hari tertentu nelayan di Nusa Penida tidak
melakukan aktivitas kesehariannya untuk memberikan kesempatan
kepada alam laut untuk berjalan secara alami tanpa intervensi manusia.

5. Awig-Awig dan Pararem


Keberhasilan dalam pengelolaan lingkungan dalam skup desa adat
atau desa pekraman sangat tergantung juga dengan peran penerapan
awig-awig maupun perarem yang ada di desa tersebut (misal:
Suwardani, 2015). Misalnya pelestarian burung jalak Bali di Nusa
Penida didukung oleh desa adat di sana melalui aturan yang ada pada
awig-awig desa. Pelanggaran terhadap ini akan dikenai sangsi oleh
desa adat. Dengan pemberlakuan ini, pelestarian jalak bali di Nusa
Penida kelihatannya cukup sukses dibandingkan di habitat aslinya,
Taman Nasional bali Barat (TNBB) (Wibowo, 2012).

15 | P a g e
KESIMPULAN

Lingkungan merupakan suatu sistem kompleks yang berada di luar


individu yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme
(Nasrudin 2008:2). Lingkungan sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia.
Lingkungan dapat berubah fungsinya karena berbagai faktor, salah satunya karena
adanya era global. Dampak masalah lingkungan dapat dirasakan oleh seluruh
penduduk bumi dengan adanya gejala-gejala alam yang menunjukkan
ketidakwajarannya. Masalah lingkungan hidup ternyata berkaitan erat dengan
kearifan lokal. Hal ini dapat diketahui bahwa adanya kearifan lokal justru lebih
dahulu berperan dalam menjaga kelestarian lingkungan sebelum gerakan-gerakan
peduli lingkungan bermunculan. Bahkan dalam hal tertentu kearifan lokal lebih
berperan dalam menjaga ekosistem daripada hukum yang ditetapkan dalam
mengatur pola masyarakat. Bentuk pemeliharaan lingkungan atau yang
dinamakan den konservasi lingkungan dapat dilihat dari kearifan local yang ada di
Bali seperti adanya Desa Kala Patra, Tri Hira Karana, Tri Mandala, Nyepi, Awig-
Awig Pararem dan sebagainya.

16 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Rofik, M., & Mokhtar, A. (2021, June). PENCEMARAN DALAM


LINGKUNGAN HIDUP. In Seminar Keinsinyuran Program Studi Program
Profesi Insinyur (Vol. 1).

Sembel, D. T. (2015). Toksikologi lingkungan. Penerbit Andi.

Estiningtyas, W., & Syakir, M. (2018). Pengaruh perubahan iklim terhadap


produksi padi di lahan tadah hujan. Jurnal Meteorologi dan Geofisika, 18(2).

Juniartini, N. L. P. (2020). Pengelolaan Sampah Dari Lingkup Terkecil dan


Pemberdayaan Masyarakat sebagai Bentuk Tindakan Peduli Lingkungan. Jurnal
Bali Membangun Bali, 1(1), 27-40.

Muhammad, F. I., & Aziz, Y. M. A. (2020). Implementasi kebijakan dalam


mitigasi bencana banjir di desa Dayeuhkolot. Kebijakan: Jurnal Ilmu
Administrasi, 11(1), 52-61.

Khusniatin, U., & Isnani, U. N. A. HUBUNGAN MANUSIA DAN ETIKA


LINGKUNGAN DALAM MELESTARIKAN LINGKUNGAN.

Wibowo, H. A., Wasino, W., & Setyowati, D. L. (2012). Kearifan lokal dalam
menjaga lingkungan hidup (Studi kasus masyarakat di Desa Colo Kecamatan
Dawe Kabupaten Kudus). Journal of Educational Social Studies, 1(1).

17 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai