Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN REKAYASA IDE

Upaya Mengatasi Kerusakan Lingkungan Akibat Pengalihan Fungsi Lahan


Perbukitan Menjadi Lahan Perkebunan

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Lingkungan pada Jurusan
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Falkutas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Medan
Dosen Pengampu : Dra.Yusna Melianti,MH.

Disusun Oleh :
Kelompok 2 PPKn Reguler B 2019
 Dwi Chaya Laudra 3191111003

 Henny Sari 3193311015

 Meutia Anggraini 3192411008

 Mychel Tambunan 3193311026

 Nova Uli Siburian 3193311018

 Wahyu Sabtiya Darma 3191111001

Mata Kuliah : Hukum Lingkungan

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
APRIL 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas izin, rahmat,
dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan rekayasa ide ini dengan tepat waktu. Rekayasa
ide dengan judul “Upaya Mengatasi Kerusakan Lingkungan Akibat Pengalihan Fungsi Lahan
Perbukitan Menjadi Lahan Perkebunan” ini disusun dengan tujuan untuk melengkapi tugas
untuk mata kuliah Hukum Lingkungan. Melalui rekayasa ide ini, kami berharap agar para
pembaca mampu mengenal lebih jauh mengenai upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi
kerusakan lingkungan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam proses penyusunan rekayasa ide ini, khususnya kepada dosen pengampu kami, yaitu
Dra. Yusna Melianti, MH yang bersedia membimbing dan mengarahkan kami dalam
penyusunan rekayasa ide ini.

Kami berharap agar rekayasa ide yang telah kami susun ini dapat memberikan
inspirasi bagi pembaca dan penulis yang lain. Kami juga berharap agar rekayasa ide ini
menjadi acuan yang baik dan berkualitas.

Kami pun menyadari begitu banyak kekurangan dari rekayasa ide ini, sehingga kami
sangat berharap mendapatkan kritik dan saran dari pembaca agar kedepannya, kami dapat
melakukan rekayasa ide yang lebih baik lagi.

Medan, 05 Mei 2021

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii

BAB I. PENDAHULUAN..........................................................................................................1

A. Rasionalisasi permasalahan/isu yang di bahas dalam TRI..............................................1


B. Tujuan penulisan TRI......................................................................................................2
C. Manfaat TRI....................................................................................................................2
BAB II. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN HUKUM TATA NEGARA.............................3
A. Permasalahan Umum Hukum Lingkungan.....................................................................3
B. Identifikasi permasalahan Hukum Lingkungan..............................................................4
BAB III. SOLUSI DAN PEMBAHASAN.................................................................................7
BAB IV. PENUTUP...................................................................................................................10
A. Kesimpulan.....................................................................................................................10
B. Rekomendasi...................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi permasalahan/ isu yang di bahas dalam TRI


Manusia dalam hidupnya memerlukan lingkungan hidup yang sehat dan
kondusif. Lingkungan yang sehat bebas polusi merupakan dambaan setiap manusia.
Perubahan lingkungan sangat ditentukan oleh sikap maupun perlindungan manusia
pada lingkungannya. Dalam pendayagunaan sumber daya alam, baik hayati maupun
non-hayati, sangat mempengaruhi kondisi lingkungan hidup bahkan dapat merombak
system kehidupan yang sudah berimbang antara kehidupan itu sendiri dengan
lingkungannya. Manusia dalam memanfaatkan sumber daya ala ini harus
memperhatikan tujuannya, dan pengaruh yang ditimbulkan akibat pemakaiannya.
Terjadinya kerusakan lingkungan dimana mana yang pada akhirnya
menimbulkan bencana alam. Tatanan hutan yang rusak akan menimbulkan banjir,
erosi, tanah longsor maupun kekeringan dimusim kemarau. Kerusakan hutan juga akan
berujung pada berkurangnya titik mata air, di mana air merupakan sumber kehidupan
bagi semua makhluk hidup dimuka bumi ini. Tanpa air manusia tidak dapat hidup
dengan baik, bahkan kehidupan manusia di muka bumi ini akan punah bila tidak
didukung oleh ketersediaan air yang cukup.
Pencemaran dan kerusakan lingkungan, sebagai akibat samping (dampak
negatif) dari penggunaan teknologi dalam kegiatan industri, maupun dari rendahnya
mutu perilaku (sebagian warga) masyarakat, niscaya menimbulkan masalah dalam
kehidupan dan menjadi kendala bagi terwujudnya pembangunan berkesinambungan
untuk peningkatan kesejahteraan manusia, yang menjadi tujuan dalam pengelolaan
lingkungan, karenannya perlu dicegah dan ditanggulangi.
Kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun telah mengancam
kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya, serta

1
pemanasan global yang semakin meningkat yang mengakibatkan perubahan iklim dan
hal ini akan memperparah penurunan kualitas lingkungan hidup. Untuk itu perlu
dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang sungguh-sungguh dan
konsisten oleh semua pemangku kepentingan.
B. Tujuan TRI
Melihat dan mencari permasalahan yang ada dalam konteks Hukum
Lingkungan. Setelah kita dengan teliti mencari tahu permasalahannya dalam
pendidikan, kita mencari solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Oleh karena itu, dalam hal ini penulis tugas rekayasa ide mengangkat permasalahan
tentang “Upaya Mengatasi Kerusakan Lingkungan Akibat Pengalihan Fungsi Lahan
Perbukitan Menjadi Lahan Perkebunan”. Kemudian penulis tugas rekayasa ide akan
mencari tahu permasalahan tentang bagaimana cara mengatasi kerusakan lingkungan
akibat pengalihan fungsi lahan perbukitan menjadi lahan perkebunan

C. Manfaat TRI
Adapun manfaat dari pembahasan ini yaitu, selain sebagai salah satu tugas
mata kuliah, saya juga berharap agar pembahasan ini dapat dikembangkan oleh para
pembaca seterusnya.
BAB II

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN HUKUM LINGKUNGAN

A. Permasalahan Umum Hukum Lingkungan


Lingkungan hidup adalah suatu wadah bagi manusia atau mahkluk hidup lain
untuk hidup, tinggal, melakukan segala bentuk aktivitas dan melakukan interaksi,
dimana dari interaksi tersebut akan memunculkan hubungan timbal balik dengan
keberadaan makhluk hidup yang menempatinya, terutama manusia yang memiliki
peran nyata dalam satuan kehidupan. Dapat dikatakan lingkungan adalah suatu media
dari seluruh makhluk hidup hidup dan tinggal serta melakukan segala bentuk
kehidupan yang akan menimbulkan hubungan timbal balik.
Kerusakan lingkungan akan selalu dibarengi dengan tercemarnya suatu
lingkungan. Kerusakan lingkungan sendiri adalah bentuk tindakan yang dilakukan oleh
manusia yang menimbulkan perubahan fisik, hilangnya karakteristik baik secara
langsung maupun tidak langsung terhadap sifat yang dimiliki, sehingga terlampauinya
kriteria baku mutu kerusakan lingkungan hidup.
Rusaknya suatu kondisi lingkungan memiliki makna bahwa menurunnya
tingkat kegunaan untuk pemanfaatam tertentu bahkan bisa tidak digunakan sama
sekali. Faktor yang menyebabkan rusaknya lingkungan ini disebabkan oleh dua hal,
yaitu manusia dan alam.
Kerusakan lingkungan bisa menimbulkan suatu bencana seperti longsor, banjir.
Hal ini terjadi karena adanya alih fungsi lahan yang berakibat pada rusaknya
lingkungan, yang dimana tidak dilakukannya upaya reboisasi atau revegetasi.
Perusakan lingkungan apabila dilihat dari peristiwa terjadinya, yaitu: (a) Disebabkan
oleh alam atau perbuatan manusia; (b) Disebabkan oleh pencemaran, baik air, udara
maupun tanah.
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup tidak akan berjalan maksimal
tanpa adanya perangkat hukum yang memadai yang secara khusus mengatur tentang
perlindungan terhadap lingkungan. Lingkungan hidup akan mengalami pengrusakan
yang luar biasa tanpa adanya upaya pencegahan dan memberikan hukum terhadap para
pihak yang melanggarnya. Hukum memiliki peran penting untuk memberikan erfek
jera kepada orang-orang yang melanggar hukum lingkungan. Bila hukum tidak ada
yang mengatur mengenai lingkungan hidup, maka akan menimbulkan keruskana yang
luar biasa pada lingkungan. Orang dengan seenaknya memanfaatkan hutan lindung
demi kepentingan pribadi tanpa peduli dengan orang lain. dengan adanya hukum
lingkungan yang disertai dengan tegas kepada pelanggarnya, maka akan
meminimalisasikan kerusakan lingkungan. Hal ini dikarenakan, hukuman yang
diberikan oleh UU kepada pelanggarnya sangat berat.
Dalam penegakan hukum lingkungan telah diatur segala bentuk pelanggaran
maupun kejahatan, bagi pelaku baik yang dilakukan oleh perorangan maupun badan
dengan upaya pencegahan (preventif) maupun penindakan (represif). Hukum
lingkungan adalah sebuah bidang atau cabang hukum yang memiliki kekhasan yang
oleh Drupsteen disebut sebagai bidang hukum fungsional (functioneel rechtsgebeid),
yaiti di dalamnya terdapat unsure-unsur hukum administrasi, hukum pidana dan hukum
perdata. Oleh sebab itu, penegakan hukum lingkungan dapat dimaknai sebagai
penggunaan atau penerapan instrument-instrumen dan sanks-sanksi dalam lapangan
hukum administrasi, hukum pidana dan hukum perdata.
B. Identifikasi Permasalahan Hukum Lingkungan
Dampak kerusakan terhadap lingkungan yang diakibatkan dari alih fungsi lahan
perbukitan menjadi lahan perkebunan:
1. Potensi terjadinya longsor secara terus menerus
Lahan perbukitan yang beralih fungsi menjadi lahan perkebunan sangat rentan
mengalami bencana longsor. Hal ini dikarenakan jenis tanah yang ditanami di
lahan ini tidak memiliki bebatuan seperti tanah dipegunungan.
Longsor sering terjadi pada lahan tersebut pada saat kondisi musim kemarau, pada
saat musim hujan terlebih lagi akan sangat berbahaya bagi masyarakat yang
bertempat tinggal di kawasan lereng dan sekitarnya karena pada saat musim
tersebut tingkat terjadinya longsor semakin meningkat.
2. Sulitnya mendapatkan air bersih
Wilayah perbukitan selalu mendapatkan akses mudah terkait air bersih. Tetapi
karena perubahan lahan yang terjadi sehingga menyebabkan longsor, maka
berakibat juga pada terkuburnya sumber mata air tersebut, sehingga memutus aliran
air bersih. Hal ini sangat dikhawatirkan, karena air sebagai kebutuhan utama
kehidupan sehari-hari seperti untuk makan dan minum.
3. Sulitnya melakukan reboisasi
Perbukitan yang sudah mengalami longsor akan menyebabkan tanah menjadi
turun dan menjadi tanah datar, sehingga sulit untuk dilakukan reboisasi karena
selain menyangkut jenis dan kontur tanah, tetapi juga menyangkut hak kepemilikan
tanah. Tanah yang semula berada dibukit yang cocok ditanami dengan tanaman
berakar tunggang, jika mengalami longsor akan menjadi jenih tanah yang tidak
rapat atau terlepas. Hal ini yang menyebabkan kerusakan lingkungan menjadi
semakin parah dan juga menurunkan produktivitas serta kesejahteraan masyarakat.
4. Hilangnya karakteristik lahan
Alih fungsi lahan yang tidak mengindahkan peraturan dana tata ruang memiliki
resiko untuk menyebabkan kerusakan berupa hilangnya karakteristik lahan. Lahan
yang sudah kehilangan karakteristik akan lebih mudah mengalami kerusakan yang
berdampak pada lingkungan baik jangka pendek, menengah maupun jangka
panjang. Akibatnya dengan curah hujan yang tinggi akan membuat tanah menjadi
jenuh atau kondisi dimana pori- pori tanah sudah tidak mampu lagi menampung
air, sehingga sangat mudah
mengalami longsor. Hal ini yang akan membahayakan bagi lingkungan desa
sekitarnya
5. Upaya pengembalian fungsi lahan yang sulit dilakukan
Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukkannya, hanya akan
membawa masalah serius bagi lingkungan. Lahan yang sudah mengalami
longsoran akibat alih fungsi akan sulit dilakukan upaya pengembalian ciri fisik
lahan menjadi seperti semula. Sulitnya mengembalikan fungsi lahan akan
menjadikan daerah tersebut tidak layak untuk dijadikan sebagai daerah/ladang
produktif seperti perkebunan, atau daerah aman pemukiman, Sehingga penetapan
kawasan rawan bencana pada daerah tersebut saat ini sudah dilakukan.
BAB III

SOLUSI DAN PEMBAHASAN

A. Wahyu

Analisis Masalah

Potensi terjadinya longsor secara terus menerus Lahan perbukitan yang beralih fungsi menjadi
lahan perkebunan sangat rentan mengalami bencana longsor. Hal ini dikarenakan jenis tanah
yang ditanami di lahan ini tidak memiliki bebatuan seperti tanah dipegunungan. Longsor
sering terjadi pada lahan tersebut pada saat kondisi musim kemarau, pada saat musim hujan
terlebih lagi akan sangat berbahaya bagi masyarakat yang bertempat tinggal di kawasan lereng
dan sekitarnya karena pada saat musim tersebut tingkat terjadinya longsor semakin
meningkat.

Solusi

Penetapan metode penanaman bersilang atau tumpangsari Untuk sisa lahan yang berdampak
longsor, pemerintah daerah dapat bekerja sama dengan PERHUTANI dan Dinas Pertanian
menerapkan metode penanaman tumpangsari dengan jenis tanaman pohon sengon dan
mangga. Akan tetapi pemerintah tidak serta merta menjadikan lahan keseluruhan untuk
tanaman berakar tunggang, tetapi masih mengedepankan dan mempertahankan aspek
kesejahteraan masyarakat.

B. Nova

Analisis Masalah

Rusaknya suatu kondisi lingkungan memiliki makna bahwa menurunnya tingkat kegunaan
untuk pemanfaatam tertentu bahkan bisa tidak digunakan sama sekali. Faktor yang
menyebabkan rusaknya lingkungan ini disebabkan oleh dua hal, yaitu manusia dan alam.
Kerusakan lingkungan bisa menimbulkan suatu bencana seperti longsor, banjir. Hal ini terjadi
karena adanya alih fungsi lahan yang berakibat pada rusaknya lingkungan, yang dimana tidak
dilakukannya upaya reboisasi atau revegetasi. Perusakan lingkungan apabila dilihat dari
peristiwa terjadinya, yaitu: (a) Disebabkan oleh alam atau perbuatan manusia; (b)
Disebabkan oleh pencemaran, baik air, udara maupun tanah.

Solusi

Rusaknya lingkungan karena alih fungsi lahan, maka perlu dilakukan pengelolaan yang
memadai melalui lembaga khusus/tim penataan yangmenangani kegiatan pertanian dan
pemberlakuan zonasi pengelolaan lahan di wilayah. Meningkatkan koordinasi dengan
berbagai pihakdalam hal pengawasan dan pengelolaaan kawasan agar lebih efektif dan
optimalsehingga pemda dapat mengabil kebiajakan-kebijakan strategis dalam permasalahan
ini.Pihak-pihak yang dimaksud antara lain adalah Dinas Lingkungan Hidup, DinasPertanian,
Akademisi/universitas di bidang Lingkungan Hidup dan Hukum SumberDaya Alam,
Akademisi/universitas pada bidang ilmu Geografi atau ilmu Tanah, dan Wahana Lingkungan
Hidup(LSM)

C. Meutia

Analisis Masalah

Lahan merupakan salah satu unsur penting untuk menunjang kelangsungan hidup manusia
guna mempertahankan eksistensinya. Seiring dengan pertumbuhan populasi dan
perkembangan peradaban manusia, penggunaan lahan mulai terusik yang mengakibatkan
terjadinya alih fungsi lahan. Alih fungsi lahan sendiri dapat menimbulkan dampak yang
sangat merugikan bagi ketahanan pangan, lingkungan, kesempatan kerja, dan masalah sosial
lainnya. Oleh karena itu, kebijakan pemerintah untuk mengatasinya sebaiknya lebih diarahkan
dengan meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan.

Solusi

Implementasi alih fungsi lahan masih dapat dilakukan selama tidak merugikan dan dapat
ditekan serta dinetralisasi. Ada tiga strategi dapat ditempuh dan harus dilaksanakan secara
serentak, yaitu: (1) memperkecil peluang terjadinya alih fungsi lahan dengan mengurangi
intensitas faktor yang dapat mendorong terjadinya; (2) mengendalikan kegiatan alih fungsi
lahan dalam menekan potensi dampak negatif yang ditimbulkan; dan (3) menanggulangi atau
menetralisasi dampak negatif alih fungsi lahan.
Memperkecil peluang terjadinya alih fungsi lahan dengan mengurangi intensitas faktor yang
dapat mendorong terjadinya alih fungsi lahan, dapat diwujudkan dengan beberapa upaya,
anatara lain: (a) menekan laju pertumbuhan penduduk; (b) relokasi atau penempatan ulang
penduduk untuk mengurangi tekanan terhadap lahan pertanian terutama di kawasan pertanian
produktif; (c) mengembangkan pajak progresif pada lahan nonpertanian untuk mengurangi
permintaan lahan yang berlebihan dan tidak efisien; dan (d) menerapkan prinsip "hemat
lahan" dalam mengembangkan kegiatan nonpertanian. Pada prinsip “hemat lahan”, dapat
diterapkan pengubahan tata letak suatu bangunan. Cara ini berupa membangun bangunan
bertingkat. Cara ini sangat efektif untuk mengurangi penggunaan lahan. Dengan
menggunakan cara ini, lahan yang digunakan untuk bangunan lebih sedikit karena letaknya
yang sejajar secara vertikal bukan horisontal. Bangunan yang disusun secara vertikal
memberikan peluang untuk pencegahan pengurangan lahan serta memperluas penyerapan air
sehingga dapat mengurangi potensi banjir. Dengan cara ini, lahan yang seharusnya digunakan
untuk bangunan, bisa dikurangi penggunaannya

D. Dwi Chaya Laudra

Analisi Masalah

Terjadinya kerusakan lingkungan dimana mana yang pada akhirnya menimbulkan bencana
alam. Tatanan hutan yang rusak akan menimbulkan banjir, erosi, tanah longsor maupun
kekeringan dimusim kemarau. Kerusakan hutan juga akan berujung pada berkurangnya titik
mata air, di mana air merupakan sumber kehidupan bagi semua makhluk hidup dimuka bumi
ini. Tanpa air manusia tidak dapat hidup dengan baik, bahkan kehidupan manusia di muka
bumi ini akan punah bila tidak didukung oleh ketersediaan air yang cukup.

Solusi

 Perencanaan tata guna lahan dan tata ruang Perencanaan penatagunaan tanah dan
lahan, khususnya dilakukan di wilayah perbukitan atau dataran tinggi yang merupakan
bagian dari kegiatan penataan ruang Pemerintah Daerah, karena tanah merupakan
bagian dari ruang yang sangat penting. Dalam perencanaan dan pelaksanaannya pun
harus mengacu pada tata ruang wilayah, tata ruang wilayah Nasional, tata ruang
wilayah Provinsi, dan tata ruang wilayah Kabupaten/Kota serta berprospek jangka
panjang untuk kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat
 Melakukan penanaman ulang secara terus menerus Terkait tata guna lahan yang tidak
berdampak langsung terhadap longsor, Pemerintah Daerah dapat bekerjasama dengan
PERHUTANI. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir semakin parahnya kerusakan
lingkungan, dan mengoptimalkan kesejahtaraan sosial serta mencakup jaminan
keamanan masyarakat.

E. Mychell Tambunan

Analisis Masalah

Alih fungsi lahan mengakibatkan rusak sistem ekosistem lingkungan yang ada, yang dimana
Kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun telah mengancam kelangsungan
perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya, serta 2 pemanasan global yang semakin
meningkat yang mengakibatkan perubahan iklim dan hal ini akan memperparah penurunan
kualitas lingkungan hidup.

Solusi
Penyuluhan lingkungan
Penyuluhan lingkungan dilakukan agar masyarakat sekitar lebih sadar dan peka terkait hal
negatif dan positif lingkungan, tetapi tidak mengesampingkan perekonomian mereka dalam
berkebun. Adapun hal-hal yang disampaikan dalam penyuluhan antara lain:
a. Membangun kesadaran masyarakat terkait lingkungan melalui penanaman jenis tanaman
yang harus ditanam di wilayah perbukitan.
b. Metode tanam silang di perkebunan milik pribadi. Hal ini dilakukan agar kesejahteraan
masyarakat berlangsung lama, sehingga kehidupan dalam berlingkungan layak dan
mencapai kesejahteraan social sebagai perwujudan Negara Kesejahteraan.
c. Penyampaian kepada masyarakat agar mematuhi aturan hukum terkait tata guna lahan
agar sesuai dengan peruntukkannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Seperti Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 Tentang Perkebunan
Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukkannya, hanya akan membawa
masalah serius bagi lingkungan. Lahan yang sudah mengalami longsoran akibat alih
fungsi akan sulit dilakukan upaya pengembalian ciri fisik lahan menjadi seperti semula.
Sulitnya mengembalikan fungsi lahan akan menjadikan daerah tersebut tidak layak untuk
dijadikan sebagai daerah/ladang produktif seperti perkebunan, atau daerah aman
pemukiman, Sehingga penetapan kawasan rawan bencana pada daerah tersebut saat ini
sudah dilakukan.

Solusi
1. Pemanfaatan dan Pengendalian Tata Ruang
Penggunaan lahan yang sesuai dengan peruntukkannya adalah tantangan tersendiri di masa
yang akan datang untuk mengatasi krisis tata ruang yang telah terjadi diperlukan penataan
ruang yang baik dan berada dalam satu sistem yang menjamin konsistensi.

2. Pengurangan Kesenjangan Pembangunan Antar Wilayah


Sama halnya dengan konsep Welfare State Vilhem Lundsted mengenai pandangan social
welfare, upaya mengatasi kerusakan dengan pembangunan antar wilayah yang berjangka
panjang, bertujuan untuk kehidupan yang layak untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, bukan hanya untuk memeratakan pembangunan fisik tetapi juga untuk
mengurangi kesenjangan kualitas hidup dan kualitas masyarakat itu sendiri.

3. Melakukan penanaman ulang secara terus menerus


Hal ini bertujuan untuk meminimalisir semakin parahnya kerusakan lingkungan, dan
mengoptimalkan kesejahtaraan sosial serta mencakup jaminan keamanan masyarakat.

4. Penyuluhan Lingkungan
Bertujuan agar masyarakat sekitar lebih sadar dan peka terkait hal negatif dan positif
lingkungan, tetapi tidak mengesampingkan perekonomian mereka dalam berkebun.
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dampak yang ditimbulkan akibat alih fungsi lahan yang terjadi adalah potensi
terjadinya longsor secara kontinu, sulitnya mendapatkan air bersih, reboisasi yang sulit
dilakukan, hilangnya karakteristik lahan dan upaya pemulihan lahan yang mustahil
dilakukan karena mengingat kawasan sudah menjadi lahan datar. Sehingga lahan
tersebut ditetapkan menjadi Kawasan Rawan Bencana (KRB), yang dalam arti lain
tidak layak dijadikan ladang produktivitas dan tempat tinggal.
Terkait upaya Pemerintah Daerah mengatasi kerusakan lingkungan harus
berdasarkan konsep Negara Kesejahteraan. Dengan melalui beberapa upaya, yaitu
perencanaan tata guna ruang dan tata guna lahan, penetapan metode tanam silang
(tumpangsari), melakukan penanaman ulang sesuai dengan karakteristik lahan secara
terus menerus, dan penyuluhan lingkungan kepada masyarakat.
Hal ini dilakukan untuk meminimalisir terjadinya kerusakan lingkungan yang
berujung pada munculnya bencana alam dan juga sebagai wujud komitmen pemerintah
daerah untuk mensejahterakan masyarakatnya dari segi pembangunan, ekonomi dan
sosial tetapi tidak mengesampingkan keberlangsungan lingkungan guna terciptanya
hubungan yang harmonis antara masyarakat dan lingkungan hidup.
B. REKOMENDASI
Adapun yang menjadi Rekomendasi dalam penulisan Tugas Rekayasa Ide ini
adalah sebagai berikut:
1) Bagi reviewer: untuk hendaknya memberikan komentar dan saran maupun
kritik yang membangun guna menyempunakan pembuatan Tugas Rekayasa Ide
berikutnya
2) Bagi penulis: dapat sebagai rujukan untuk memperbaiki isi jurnal dalam
pencetakan selanjutnya, untuk memberitahukan kepada penulis apa yang
menjadi kekurangan dalam jurnal tersebut dan apa yang sebaiknya penulis
lakukan terhadap isi jurnal tersebut.
3) Bagi pembaca: sebagai penambah wawasan dan pengetahuan pembaca tentang
tahap strategi belajar mengajar alangkah baiknya diberikan suatu masukan yang
membangun guna penyempurnaan serta perbaikan yang harus dilakukan dimasa
dewasa ini, dan untuk menambah wawasan dan pengetahuan pembaca dimasa
yang akan datang dalam pembuatan Tugas Rekayasa Ide yang baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA

 Dinda Riskanita (2019). Upaya Pemerintah Daerah Mengatasi Kerusakan Lingkungan


Akibat Alih Fungsi Lahan Berdasarkan Konsep Negara Kesejahteraan. Jurnal
Penelitian Hukum. Vol. 28, No. 2, 128-134
 Laurensius Arliman S (2018). Eksistensi Hukum Lingkungan Dalam Membangun
Lingkungan Sehat di Indonesia. Jurnal Ilmu Hukum. Vol. 5, No. 1, 761-770.
http://www.lexlibrum.id
 Shira Thani (2017). Peranan Hukum dalam Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup. Jurnal Warta

Anda mungkin juga menyukai