Anda di halaman 1dari 9

Rendahnya Peran Dan Tanggung Jawab Negara Dalam Melindungi

Anak Jalanan Terkhusus di Jl. Aksara Kecamatan Medan Tembung


Mychell Tambunan
Nim: 3193311026, Kelas: PPKn B 2019
Mahasiswa Universitas Negeri Medan
mychelltambunan1@gmail.com

Abstrak

Anak adalah salah satu aset yang dimiliki oleh negara yang dimana mereka adalah
calon penerus bangsa pada massa yang akan datang, tetapi ada beberpa anak yang
kurang beruntung dimana mereka tidak mendapatkan hak-haknya sehingga
mereka mengadu nasib dijalanan untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka
agar bisa bertahan hidup. Seperti halnya terjadi di Sumatera Utara tepatnya di Jl.
Akasara Kecamatan Medan Tembung dimana disana masih ada anak-anak
berkeliaran bebas di lampu merah akasara tersebut dalam arti mereka bekerja
membersihkan kaca pengendara sepeda motor atuapun kaca mobil. Terkadang
jika lampu hijau mereka berhenti melakukan pekerjaan tersebut. Maka pada hal
ini perlunya sebuah peran dan tanggung jawab pemerintah dalam menangani dan
melindungi anak jalanan ini agar mereka mendapatkan hak-hak yang dimiliki oleh
mereka. Penelitian yang digunakan adalah metode literatur/kepustakaan dan
menggunakan pendekatan kualitatif dengan mengamati dan menghimpun
informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang menjadi obyek penelitian
informasi diperoleh dari buku, jurnal,internet, yang berhubungan dengan
kelompok rentan terkhususnya anak dan tanggung jawab negara

Kata kunci: Perlindungan Anak, Tanggung Jawab Negara

Abstract

Children are one of the assets owned by the state where they are the future
successors of the nation to the masses to come, but there are some children who
are less fortunate where they do not get their rights so they try their luck on the
streets to meet their daily needs in order to survive. As happened in North
Sumatra, precisely on Jl. Akasara, Medan Tembung Subdistrict, where there are
still children roaming freely at the red lights, which means they work cleaning
motorbike riders' windows or car windows. Sometimes if the green light is on
they stop doing the job. So in this case the need for a role and responsibility of
the government in protecting and protecting these street children so that they get
the rights that are owned by them. The research used is the literature / literature
method and uses a qualitative approach and collects information relevant to the
topic or problem that is the object of research, information from books, journals,
the internet, which relates to vulnerable groups, especially children and state
responsibility.

Keywords:Child Protection, State Responsibility

1
PENDAHULUAN
Anak merupakan salah satu aset negara yang paling berharaga bagi
negara dimana mereka adalah generasi muda yang akan menerima estafet
pembangunan bangsa dan negara, baik dalam kanca regional maupun
internasional dimana dalam hal ini perlunya peran negara dalam memegang
sebuah kendali untuk memajukan sumber daya manusia untuk kedepanya.
Anak merupakan salah satu dari kelompok Rentan sebagaimana yang telah
dikatakan dalam Rencana Aksi Nasional (RANHAM) Indonesia tahun 2015-
2019, ruang lingkup kelompok rentan meliputi: penyandang disabilitas,
kelompok lanjut usia, fakir miskin, perempuan, anak, pengungsi, masyarakat
adat, dan pekerja migran. Hidup menjadi anak jalanan bukanlah pilihan hidup
yang diinginkan oleh siapa pun, melainkan keterpaksaan yang harus diterima
mereka karena adanya sebab tertentu. Anak jalanan bagaimanapun telah
menjadi fenomena yang menuntut perhatian semua pihak. Secara psikologis
mereka adalah anak-anak yang pada taraf tertentu belum mempunyai
bentukan mental emosional yang kokoh, sementara pada saat yang sama
mereka harus bergelut dengan dunia jalanan yang keras dan cenderung
negatif bagi pembentukan kepribadiannya. Seharusnya diumur mereka saat
ini Anak memiliki hak pendidikan, kesehatan dan perkembangan jiwa anak
sebagai kebutuhan mereka dan seharusnya di umur mereka anak bisa bermain
tanpa memikirkan ataupun memangku beban yang berat. Tetapi jika dilihat
pada kenyataan sekarang anak-anak masih banyak yang tidak mendapatkan
hak-haknya seperti hak pendidikan, kesehatan dan perkembangan jiwa anak
sebagai kebutuhan mereka yang dimana seharusnya pada seusia mereka
diceriakan bermain dengan teman- teman sebayanya dan mendapatkan
pendidikan yang layak tetapi kenyataanya yang ditemukan ialah masih
banyak dari mereka yang seusia anak-anak sudah hidup dijalanan demi
mencari rupiah untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka dan adaa juga
segelintir orang yang memanfaatkan mereka untuk kepentingan pribadi
Aktivitas yang dilakukan anak jalanan beraneka ragam, diantaranya
pengamen, pedagang koran, pedagang asongan, pembersih kaca mobil,
pengemis.
2
Adapun penelitian ini ialah mengamati anak-anak jalanan yang
terdapat pada jalan Jl.Aksara Kecamatan Medan Tembung. Hasil pengamatan
yang didapat dari permasalahan yang didapatkan ini adalah anak-anak yang
terdapat di simpang lampu merah Aksara dimana terdapat tiga anak yang
diantaranya dua laki-laki dan satu perempuan. Pada anak yang perempuan
jika dilhat dia adalah kakak dari adik- adiknya, anak perempuan ini jika
dilihat sekitar umur 10 Tahun dan dua adiknya diperkirakan sekitar 7 tahun,
dimana peneliti melihat dari segi berpakaian ketiga anak tersebut layaknya
seperti anak biasanya mereka memakai topi demi melindungi dari sinar
matahari, pada anak perempuan dan satu adiknya laki-laki mereka tidak
memakai sendal dan jika sudah lampu merah mereka membawa kemoceng
untuk membersikan kaca-kaca pengendara mobil serata lampu sepeda motor
jika mereka sudah membersikan mereka melihat kedalam mobil untuk
meminta sebuah uang hasil dari pengerjaan mereka Jika lampu hijau sudah
muncul mereka berhenti melakukan pekerjaan mereka dimana mereka besar
waktunya di jalanan untk bekerja, bermain atau beraktivitas lainnya.

METODE PENELITIAN

Ada pun dalam Mini Riset ini menggunakam metode kepustakaan dan
pendekatan kulaitatif kegiatan untuk menghimpun informasi yang relevan
dengan topik atau masalah yang menjadi obyek penelitian. Informasi tersebut
dapat diperoleh dari buku-buku, jurnal, ensiklopedia, internet, dan sumber-
sumber lain yang berhubungan kelompok rentan terkhususnya anak dan
tanggung jawab negara dengan Menurut M.Nazir dalam bukunya yang
berjudul ‘Metode Penelitian’ mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan :
“Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan
studi penelaahan terhadap buku-buku, litertur-literatur, catatan-catatan, dan
laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan.
Adapun pendekatan kualitatif melalui pengamatan Menurut Meleong
(2011:6) bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena temtang apa yang dialami oleh objek penelitian

3
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik
dengan cara deskrpisi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah

PEMBAHASAN

A. Anak Jalanan

Menurut Departemen Sosial RI, Anak jalanan adalah anak yang


menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup
sehari-haridi jalanan, baik untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalan dan
tempat-tempat umum lainnya. Anak jalanan mempunyai ciri-ciri, berusia
antara 5 sampai dengan 18 tahun, melakukan kegiatan atau berkeliaran di
jalanan, penampilannya kebanyakan kusam dan pakaian tidak terurus,
mobilitasnya tinggi(Departemen Sosial Republik Indonesia, 2004).

Secara umum terdapat dua tujuan dalam penanganan anak jalanan


yaitu yang pertama, adalah penanganan rehabilitatif yakni mengarahkan anak
jalanan untuk dikembalikan kepada keluarga asli, keluarga pengganti,
ataupun panti.Kedua, yakni pembinaan anak dengan memberikan alternatif
pekerjaan dan keterampilan (Novrizal 2009:21).

Dalam Pasal 34 Ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan:


“Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara”.. Hak-hak
asasi anak terlantar, pada hakekatnya sama dengan hak-hak asasi manusia
pada umumnya, seperti halnya tercantum dalam UU Nomor 39 tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia, dan Keputusan Presiden RI Nomor 36 Tahun.
1990 tentang Pengesahan Convention on the Right of the Child (Konvensi
tentang hak-hak Anak). Mereka perlu mendapatkan hak-haknya secara
normal sebagaimana layaknya anak, yaitu hak sipil dan kemerdekaan
lingkungan keluarga dan pilihan pemeliharaan, kesehatan dasar dan
kesejahteraan, pendidikan, rekreasi dan budaya dan perlindungan khusus.
4
Konvensi hak anak-anak yang dicetuskan oleh PBB (Convention on the
Rights of the Child), sebagaimana telah diratifikasi dengan Keppres Nomor
36 Tahun 1990, menyatakan, bahwa karena belum matangnya fisik dan
mental anak-anak, maka mereka memerlukan perhatian dan perlindungan.

B. Perlindungan Anak Dalam Tanggung Jawab Negara


Dalam hal ini jika menyangkut kedalam tanggung jawab negara maka
akan sebuah landasan negara yaitu Pancasila merupakan dasar Negara
Indonesia. Sebagai dasar negara nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
sudah seharusnya terimplementasi dalam berbagai peraturan perundang-
undangan dan juga dalam berbagai kebijakan yang diambil oleh pemerintah,
baik itu pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Salah satu sila dalam
Pancasila adalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sila kelima
Pancasila yang berbunyi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah
keadilan yang berKetuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan
beradab, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan dijabarkan dalam UUD 1945 Pasal 27
ayat (2) menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Ketentuan ini memancarkan asas
kesejahteraan atau asas keadilan sosial dan kerakyatan yang merupakan hak
asasi manusia atas penghidupan yang layak. Pasal 29 ayat (1) menyatakan
negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Menurut Penjelasan
UndangUndang Dasar, ayat (1) pasal 29 ini menegaskan kepercayaan bangsa
Indonesia terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Adapun dalam pasal 29 ayat (2)
ditetapkan bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu. Ketentuan ini jelas merupakan pernyataan tegas tentang
hak asasi manusia atas kemerdekaan beragama. Pasal 31 ayat (1)
menetapkan setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Ketentuan ini
menegaskan bahwa mendapat pendidikan adalah hak asasi manusia.
Selanjutnya pada ayat (2) pasal ini dikemukakan bahwa setiap warga negara
wajib mengikuti pendidikan dasar, dan pemerintah wajib membiayainya.
5
Dari ayat (2) pasal ini diperoleh pemahaman bahwa untuk mengikuti
pendidikan dasar merupakan kewaji-ban asasi manusia. Sebagai upaya
memenuhi kewajiban asasi manusia itu, maka dalam ayat (3) pasal ini diatur
bahwa pemerintah wajib mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta
akhlpp. Dalam UUD 1945, “anak terlantar itu dipelihara oleh negara”
bermakna pemerintah mempunyai tanggung jawab terhadap pemeliharaan
dan pembinaan anakanak terlantar, termasuk anak jalanan. Hak-hak asasi
anak terlantar dan anak jalanan, pada hakekatnya sama dengan hak-hak asasi
manusia pada umumnya. Mereka perlu mendapatkan hak-haknya secara
normal sebagaimana layaknya anak, yaitu hak sipil dan kemerdekaan (civil
rights and freedoms), lingkungan keluarga dan pilihan pemeliharaan (family
envionment and alternative care), kesehatan dasar dan kesejahteraan (basic
health and welfare), pendidikan, rekreasi dan budaya (education, laisure and
culture activites), dan perlindungan khusus (special protection).
Perlindungan anak adalah segala usaha yang dilakukan untuk
menciptakan kondisi agar anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya
demi perkembangan dan pertumbuhan anak secara wajar baik fisik, mental,
dan sosial.Perlindungan anak merupakan perwujudan adanya keadilan
dalam suatu masyarakat, dengan demikian perlindungan anak diusahakan
dalam berbagai bidang bernegara dan bermasyarakat (Gultom, 2010:33).
Menurut Rencana Aksi Nasional (RAN) HAM Indonesia tahun 2015-
2019, ruang lingkup kelompok rentan meliputi: penyandang disabilitas,
kelompok lanjut usia, fakir miskin, perempuan, anak, pengungsi, masyarakat
adat, dan pekerja migran. Pemerintah Indonesia dalam usahanya untuk
menjamin dan mewujudkan perlindungan dan kesejahteraan anak adalah
melalui pembentukan Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak. Perlindungan Anak tersebut adalah segala
kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar
dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai
dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan
dari kekerasan dan diskriminasi. Di dalam dalam Undang-Undang No.23
6
tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa negara dan
pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab menghormati dan
menjamin hak asasi setiap anak tanpa membedakan suku, agama, ras,
golongan, jenis kelamin, etnis, budaya dan bahasa, status hukum anak, urutan
kelahiran anak, dan kondisi fisik dan atau mental. Dalam Pasal 72 Undang
-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak jelas di sebutkan
bahwa kewajiban perlindungan anak merupakan tanggung jawab Negara,
pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orang tua berkewajiban dan
bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak.

Kewajiban untuk menghormati, melindungi dan memenuhi hak anak,


masingmasing mengandung unsur kewajiban negara dan masyarakat untuk
bertindak serta kewajiban untuk berdampak :

a. Kewajiban untuk bertindak mensyaratkan negara melakukan


langkah- langkah tertentu untuk melaksanakan pemenuhan suatu
hak, yaitu melindungi hak anak sesuai dengan peraturan yang
mengaturnya (m Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang No. 23 Tahun 2002)
b. Kewajiban untuk berdampak yaitu mendorong negara untuk
mencapai sasaran tertentu guna memenuhi standar substantif yang
tertentu. Negara memberikan perhatian yang khusus dan terus
menerus tentang perlindungan anak jalanan di semua kehidupan
sehingga pemenuhan, penghormatan dan perlindungan bagi anak
dapat tercapai sesuai dengan standar HAM Internasional
(Konvensi Hak Anak)

Kewajiban dan tanggungjawab Negara dan Pemerintah dalam usaha


perlindungan anak diatur dalam Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 yaitu

a. Negara, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah berkewajiban dan


bertanggung jawab menghormati pemenuhan Hak Anak tanpa
7
membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik, budaya
dan bahasa, status hukum, urutan kelahiran, dan kondisi fisik dan/atau
mental. (Pasal 21 ayat 1)

b. Negara, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah berkewajiban dan


bertanggung jawab menghormati pemenuhan Hak Anak tanpa
membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik,
budaya dan bahasa, status hukum, urutan kelahiran, dan kondisi
fisik dan/atau mental (Pasal 22)
c. Negara, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah menjamin
perlindungan, pemeliharaan, dan kesejahteraan Anak dengan
memperhatikan hak dan kewajiban Orang Tua, Wali, atau orang lain
yang secara hukum bertanggung jawab terhadap Anak. (Pasal 23);
d. Menjamin anak untuk mempergunakan haknya dalam
menyampaikan nendapat sesuai dengan usia dan tingkat
kecerdasan anak (Pasal 24).

KESIMPULAN

Anak adalah salah satu aset yang dimiliki oleh negara dimana setiap
anak negara yang dimana mereka adalah calon penerus bangsa pada massa
yang akan datang, tetapi ada beberpa anak yang kurang beruntung dimana
mereka tidak mendapatkan hak-haknya yang dimana seharusnya mereka
mendapatkan. Anak jalanan adalah salah satunya mereka tidak bisa
merasakan seperti kebanyakan anak lainnya mereka harus berjuang untuk
mempertahankan hidup mereka dengan cara mencari uang di jalan segalah
upaya yang dilakukan oleh mereka seperti hal yang terjadi di Jl. Akasara
Kecamatan Medan Tembung yang dimana ada tiga orang anak yang sedang
berjuang untuk mencari rupiah yang dimana perlunya peran penting dari oleh
negara, pemerintah daerah, dinas sosial dalam pelindungan terhadap anak
jalanan adapun yang bisa digunakan seperti Undang-Undang Nomor
Undang-Undang No. 35 Tahun 2014.

8
REKOMENDASI

Adapun saran saya ialah peran pemerintah harus melalukan pemerataan bagi
anak- anak jalanan yang dimana mereka harus dibina agar mereka mampu
mendapatkan hak-haknya sebagai anak, jika dilihat masih banyak di kawasan
khususnya kota Medan akan anak-anak jalanan dimana ini adalah bukti
kurangnya rasa kepedulian oleh pemerintah daerah dalam menanggulangi
akan hal ini.

DAFTAR PUSTAKA

Sukadi, I. (2013). Tanggung Jawab Negara Terhadap Anak Terlantar Dalam


Operasionalisasi Pemerintah Di Bidang Perlindungan Hak Anak. De Jure:
Jurnal Hukum dan Syar'iah, 5(2).

Maemunah, M. (2019). Perlindungan Hukum Anak Jalanan Dalam Konsep


Ham Pasca Reformasi. Jatiswara, 34(2), 193-211.

Senja, N. A., Rachim, H. A., & Darwis, R. S. (2015). Pemberdayaan Anak


Jalanan Melalui Rumah Perlindungan Anak. Prosiding Penelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat, 2(1).

Ramadhani, M., & Matnuh, S. H. (2016). Peran Dinas Sosial Dalam


Penanggulangan Anak Jalanan di Kota Banjarmasin. Jurnal Pendidikan
Kewarganegaraan, 6(11).

Hoesin, I. (2003, July). Perlindungan terhadap kelompok rentan (wanita,


anak, minoritas, suku terasing, dll) dalam perspektif hak asasi manusia. In
Makalah dalam Seminar Pembangunan Hukum Nasional VIII Tahun.

Anda mungkin juga menyukai