OLEH :
Yulia Fitri
2020112078
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITA S ANDALAS
2020/2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN............................................................................................................. 7
PENUTUP .................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dari segi sosiologi anak diartikan sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, yang
senantiasa berinteraksi dalam lingkungan masyarakat, bangsa dan negara. Dalam hal ini
anak diletakkan sebagai kelompok sosial yang mempunyai status sosial yang lebih
rendah daripada masyarakat dilingkungan tempat ia berinteraksi. Maka anak dari aspek
sosial ini lebih mengarah kepada perlindungan kodrati anak itu sendiri. Ini karena adanya
batasan-batasan yang dimiliki oleh anak sebagai wujud untuk berekspresi sebagaimana
orang dewasa. Sebagai contoh, terbatasnya kemajuan anak karena mereka berada pada
proses pertumbuhan, proses belajar, dan proses sosialisasi sebagai akibat daripada umur
menjelaskan bahwa “ Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas)
tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.” Dengan begitu kriteria anak
dibawah umur ini yaitu anak yang belum menginjak usia 18 tahun, yaitu antara 0 sampai
18 tahun.
Menurut penulis, anak adalah seseorang yang berumur dibawah 18 tahun yang wajib
dilindungi oleh orangtua maupun negara dengan menjamin hak-haknya berupa hak
pendidikan, kesehatan, kebutuhan, hak untuk mendapatkan raa aman maupun hak untuk
1
Abdul Rahman Kanang, Hukum Perlindungan Anak Dari Eksploitasi Seks Komersial Persepektif Hukum
Nasional dan Internasional (Cet. I; Makassar: Alauddin University Press, 2014), h.28.
3
Semakin modern suatu negara, seharusnya semakin besar perhatiannya dalam
aspek kehidupan, yaitu aspek ekonomi, sosial budaya, politik, hankam, maupun aspek
hukum.
Menurut Barda Nawawi Arief, perlindungan hukum bagi anak dapat diartikan sebagai
upaya perlindungan hukum terhadap berbagai kebebasan dan hak asasi anak
utama dari perlindungan hukum. Secara umum, kesejahteraan anak tersebut adalah suatu
tata kehidupan dan penghidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan
Pemerintah telah mengatur sedemikian rupa guna melindungi hak-hak anak, salah
Penyelenggaraan perlindungan ini diadakan dengan tujuan agar setiap anak mampu
program gratis pendidikan anak sampai 9 tahun. Dengan tujuan untuk kesejahteraan anak
2
M. Nasir Djamil, Anak Tidak Untuk Dihukum (Cet. III; Jakarta: Sinar Grafika, 2015), h. 29.
4
Hak atas pendidikan sebagai bagian dari hak asasi manusia di Indonesia, tidak sekedar
hak moral melainkan juga menjadi hak konstitusional. Hal ini sesuai dengan ketentuan
Pasal 28 C ayat (1) UUD 1945 (pasca perubahan), yang menyatakan: “setiap orang
memperoleh pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi,
seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat
manusia”. Pasal 32 ayat (2) UUD 1945 (pasca perubahan) juga merumuskan bahwa
setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar, sedangkan pemerintah wajib
membiayainya. Pasal 31 ayat (3) dan (4) menegaskan bahwa pemerintah memiliki
Layaknya orang dewasa anak-anakpun mempunyai hak, diantaranya hak untuk mendapat
kesehatan serta hak untuk mendapat pendidikan dan pengasuhan yang layak. Hak anak
Pendidikan adalah sebuah hak asasi sekaligus sebuah sarana untuk dapat mengangkat
diri mereka secara sosial maupun ekonomi untuk keluar dari kemiskinan. Berdasarkan
Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa jumlah penduduk miskin di
perkotaan dan perdesaan Indonesia pada 2020 sebesar 26,42 juta atau 9,78 persen.
Namun kesadaran akan hal ini masih banyak yang kurang dikalangan masyarakat,
3
Abdul Rahman, Perlindungan Hukum & Pemenuhan Hak Anak Konstitusional Anak Perspektif Hukum
Internasional, Hukum Positif dan Hukum Islam ( Cet. I; Makassar: Alauddin University Press, 2011), h.11-
12.
5
itu tidak terlalu penting, yang terpenting adalah bagaimana mereka bisa mendapatkan
uang untuk bertahan hidup. Anak malah dijadikan sebagai aktifitas bisnis, tanpa
pekerja anak tersebut. Dari berbagai alasan yang dikemukakan, faktor kemiskinan dan
kondisi ekonomi dianggap sebagai faktor utama yang mendorong keberadaan pekerja
anak.4 Seolah aturan yang dibuat oleh pemerintah tidak mempunyai manfaat.
Sehingga fungsi kemanfaatan hukum tidak tercipta untuk melindungi anak dari
tindakan eksploitasi.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk menulis dan mengkaji mengenai
B. Rumusan Masalah
Apa penyebab eksploitasi anak di Kota Padang dalam kajian sosiologi hukum?
4
Abdussalam dkk, Hukum Perlindungan Anak (Jakarta: PTIK, 2016), h. 108.
6
BAB II
PEMBAHASAN
Hukum
merupakan interaksi dari berbagai faktor di tingkat mikro sampai makro, dari faktor
ekonomi sosial budaya sampai pada masalah politik. Adapun faktor-faktor penyebab
sumber penghasilan yang sangat penting. Bahkan dalam banyak hal, pekerja
kehidupan ekonomi merupakan hal yang fundamental bagi seluruh struktur sosial
dan kultural, dan karenanya menentukan semua urusan dalam struktur tersebut.
7
Kondisi-kondisi dan perubahan-perubahan ekonomi mempunyai pengaruh besar
rendahnya tingkat pendidikan yang didapatkan oleh orang tua mereka. Rata-rata
tingkat pendidikan yang pernah didapatkan oleh orang tua anak jalanan hanya
sampai pada tingkat sekolah dasar (SD) saja. Hal ini menyebabkan orang tua
anak jalanan kesulitan dalam memperoleh pekerjaan yang layak sehingga taraf
dan peran sebagai orang tua serta pemahaman mengenai hak-hak anak.
pemulung, pedagang, tukang parkir, pengemis, dan bahkan ada yang tidak
bekerja. Hasil yang didapatkan dari pekerjaan tersebut tidak cukup untuk
anak-anak mereka dijadikan sebagai alat untuk membantu kedua orang tua
2. Faktor Lingkungan
pengamen dan pedagang bertempat tinggal dikawasan sekitar pantai dan Pasar
Raya.
5
Susanto, Kriminologi, Genta Publishing, Yogyakarta, 2011, hlm 87.
8
Mengamen dengan bacaan ayat pendek alquran adalah salah satu cara
digunakan oleh anak yang berada disekitar pantai. Dan berjualan kantong
kresek di daerah pasar dengan tujuan untuk mendapatkan rasa simpatik dari
pengunjung pasar.
laku kejahatan dipelajari melalui interaksi sosial.6 Selain itu, dalam Teori
tersebut untuk meniru dan ikut serta bekerja menjadi pengemis seperti halnya
terhadap anak.
menegakkan hukum harus ada kompromi antara ketiga unsur tersebut. Ketiga
6
Susanto,op.cit ,hlm 93.
9
dalam prakteknya tidak selalu mudah mengusahakan kompromi secara
sebagian besar kasus yang diangkat terkait kekerasan terhadap anak hanyalah
dan elektronik, dimana pengaruh ”interest groups” dan juga ”public opinion”
sangat kuat disini. Realitas yang ada di negeri kita ini sebenarnya masih ribuan
yang sama sekali tak tersentuh oleh hukum. Untuk itu sangat diperlukan
adanya peran aktif tidak hanya dari masyarakat tapi juga yang utama adalah
perhatian ekstra dari para aparat penegak hukumnya, sehingga akan tercipta
7
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, Liberty, Yogyakarta,2005, hlm. 160-161.
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Faktor penyebab eksploitasi anak di Kota Padang dalam kajian sosiologi hukum
Hukum. Faktor utamanya adalah Faktor ekonomi yang secara tidak langsung juga
B. SARAN
Peran dan perhatian pemerintah seharusnya tidak hanya kepada dampak dari eksploitasi
anak tetapi juga kepada faktor penyebab dilakukan ekploitasi itu sendiri. Salah satunya
adalah faktor kemiskinan. Pendidikan yang rendah dan kurangnya lapangan pekerjaan
adalah hal utama yang menyebabkan para orangtua yang mempekerjakan anak nya demi
pemulung dan buruh. Hal utama yang perlu dilakukan oleh pemerintah adalah
pelatihan keahlian secara gratis guna menciptakan pencari kerja yang lebih berkualitas
11
DAFTAR PUSTAKA
Djamil, M. Nasir. 2015. Anak Tidak Untuk Dihukum. Jakarta: Sinar Grafika.
Gulton, Maidin. 2014. Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dan Perempuan. Bandung:PT
Refika Aditama.
Kanang, Abdul Rahman. 2014. Hukum Perlindungan Anak Dari Eksploitasi Seks Komersial
University Press.
Rahman, Abdul. 2011. Perlindungan Hukum & Pemenuhan Hak Anak Konstitusional Anak
12