Anda di halaman 1dari 12

Makalah Sosiologi Hukum

ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM TERHADAP TINDAKAN


EKSPLOITASI ANAK DI KOTA PADANG

OLEH :

Yulia Fitri

2020112078

MAGISTER ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITA S ANDALAS

2020/2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. ......................... 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 6

BAB II

PEMBAHASAN............................................................................................................. 7

A. Faktor Penyebab Eksploitasi Anak dalam Kajian Sosiologi Hukum


1. Faktor Ekonomi ................................................................................................ 7
2. Faktor Lingkungan ............................................................................................ 8
3. Faktor Lemahnya Penegakan Hukum ............................................................... 9
BAB III

PENUTUP .................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dari segi sosiologi anak diartikan sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, yang

senantiasa berinteraksi dalam lingkungan masyarakat, bangsa dan negara. Dalam hal ini

anak diletakkan sebagai kelompok sosial yang mempunyai status sosial yang lebih

rendah daripada masyarakat dilingkungan tempat ia berinteraksi. Maka anak dari aspek

sosial ini lebih mengarah kepada perlindungan kodrati anak itu sendiri. Ini karena adanya

batasan-batasan yang dimiliki oleh anak sebagai wujud untuk berekspresi sebagaimana

orang dewasa. Sebagai contoh, terbatasnya kemajuan anak karena mereka berada pada

proses pertumbuhan, proses belajar, dan proses sosialisasi sebagai akibat daripada umur

yang belum dewasa.1

Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 1 Ayat 1

menjelaskan bahwa “ Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas)

tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.” Dengan begitu kriteria anak

dibawah umur ini yaitu anak yang belum menginjak usia 18 tahun, yaitu antara 0 sampai

18 tahun.

Menurut penulis, anak adalah seseorang yang berumur dibawah 18 tahun yang wajib

dilindungi oleh orangtua maupun negara dengan menjamin hak-haknya berupa hak

pendidikan, kesehatan, kebutuhan, hak untuk mendapatkan raa aman maupun hak untuk

tumbuh dan kembangnya.

1
Abdul Rahman Kanang, Hukum Perlindungan Anak Dari Eksploitasi Seks Komersial Persepektif Hukum
Nasional dan Internasional (Cet. I; Makassar: Alauddin University Press, 2014), h.28.

3
Semakin modern suatu negara, seharusnya semakin besar perhatiannya dalam

menciptakan situasi yang kondusif bagi menumbuhkan anak-anak dalam rangka

perlindungan. Perlindungan yang diberikan negara terhadap anak-anak meliputi berbagai

aspek kehidupan, yaitu aspek ekonomi, sosial budaya, politik, hankam, maupun aspek

hukum.

Menurut Barda Nawawi Arief, perlindungan hukum bagi anak dapat diartikan sebagai

upaya perlindungan hukum terhadap berbagai kebebasan dan hak asasi anak

(fundamental rights and freedoms of children) serta berbagai kepentingan yang

berhubungan dengan kesejahteraan anak. 2 Kesejahteraan anak merupakan orientasi

utama dari perlindungan hukum. Secara umum, kesejahteraan anak tersebut adalah suatu

tata kehidupan dan penghidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan

perkembangannya dengan wajar, baik secara rohani, jasmani maupun sosial.

Pemerintah telah mengatur sedemikian rupa guna melindungi hak-hak anak, salah

satunya dicantumkan dalam Undang-Undang Perlindungan Anak No. 23 Tahun 2002

Pasal 20 menyatakan “ Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orangtua

berkewajiban dan bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak.

Penyelenggaraan perlindungan ini diadakan dengan tujuan agar setiap anak mampu

mengembangkan potensinya dan tumbuh secara wajar.

Salah satu program pemerintah untuk penyelenggaraan perlindungan anak adalah

program gratis pendidikan anak sampai 9 tahun. Dengan tujuan untuk kesejahteraan anak

maupun untuk menyelesaikan masalah pemerataan pendidikan yang biayanya banyak

dikeluhkan oleh masyarakat terutama dar golongan menengah kebawah.

2
M. Nasir Djamil, Anak Tidak Untuk Dihukum (Cet. III; Jakarta: Sinar Grafika, 2015), h. 29.

4
Hak atas pendidikan sebagai bagian dari hak asasi manusia di Indonesia, tidak sekedar

hak moral melainkan juga menjadi hak konstitusional. Hal ini sesuai dengan ketentuan

Pasal 28 C ayat (1) UUD 1945 (pasca perubahan), yang menyatakan: “setiap orang

berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak

memperoleh pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi,

seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat

manusia”. Pasal 32 ayat (2) UUD 1945 (pasca perubahan) juga merumuskan bahwa

setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar, sedangkan pemerintah wajib

membiayainya. Pasal 31 ayat (3) dan (4) menegaskan bahwa pemerintah memiliki

kewajiban untuk mengusahakan penyelenggaraan pengajaran nasional dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memprioritaskan anggaran sekurang-kurangnya

20 persen dari APBN dan APBD.

Pendidikan menjadi faktor penting dalam pembentukan karakter seorang anak.

Layaknya orang dewasa anak-anakpun mempunyai hak, diantaranya hak untuk mendapat

kesehatan serta hak untuk mendapat pendidikan dan pengasuhan yang layak. Hak anak

merupakan bagian dari hak asai manusia.3

Pendidikan adalah sebuah hak asasi sekaligus sebuah sarana untuk dapat mengangkat

diri mereka secara sosial maupun ekonomi untuk keluar dari kemiskinan. Berdasarkan

Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa jumlah penduduk miskin di

perkotaan dan perdesaan Indonesia pada 2020 sebesar 26,42 juta atau 9,78 persen.

Namun kesadaran akan hal ini masih banyak yang kurang dikalangan masyarakat,

terutama yang golongan ekonominya menengah kebawah. Menurut mereka pendidikan

3
Abdul Rahman, Perlindungan Hukum & Pemenuhan Hak Anak Konstitusional Anak Perspektif Hukum
Internasional, Hukum Positif dan Hukum Islam ( Cet. I; Makassar: Alauddin University Press, 2011), h.11-
12.

5
itu tidak terlalu penting, yang terpenting adalah bagaimana mereka bisa mendapatkan

uang untuk bertahan hidup. Anak malah dijadikan sebagai aktifitas bisnis, tanpa

memperhatikan hak-haknya. Anak-anak terpaksa dan dipaksa untuk bekerja dalam

membantu mencukupi makan untuk menyambung hidup sehari-hari.

Banyak alasan yang dikemukakan sebagai pembenaran terhadap keberadaan

pekerja anak tersebut. Dari berbagai alasan yang dikemukakan, faktor kemiskinan dan

kondisi ekonomi dianggap sebagai faktor utama yang mendorong keberadaan pekerja

anak.4 Seolah aturan yang dibuat oleh pemerintah tidak mempunyai manfaat.

Sehingga fungsi kemanfaatan hukum tidak tercipta untuk melindungi anak dari

tindakan eksploitasi.

Oleh karena itu penulis tertarik untuk menulis dan mengkaji mengenai

“ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM TERHADAP TINDAKAN

EKSPLOITASI ANAK DI KOTA PADANG”

B. Rumusan Masalah

Apa penyebab eksploitasi anak di Kota Padang dalam kajian sosiologi hukum?

4
Abdussalam dkk, Hukum Perlindungan Anak (Jakarta: PTIK, 2016), h. 108.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Faktor Penyebab Eksploitasi Anak di Kota Padang dalam Kajian Sosiologi

Hukum

Faktor penyebab dan pendorong permasalahan pekerja anak di Indonesia

merupakan interaksi dari berbagai faktor di tingkat mikro sampai makro, dari faktor

ekonomi sosial budaya sampai pada masalah politik. Adapun faktor-faktor penyebab

dan pendorong permasalahan eksploitasi anak diantaranya adalah:

1. Faktor Ekonomi dan Pendidikan

Faktor ekonomi merupakan faktor utama penyebab terjadinya eksploitasi

terhadap anak jalanan. Rendahnya ekonomi keluarga merupakan faktor dominan

yang menyebabkan anak-anak terlibat mencari nafkah. Anak sering menjadi

sumber penghasilan yang sangat penting. Bahkan dalam banyak hal, pekerja

anak dipandang sebagai mekanisme survival untuk mengeliminasi tekanan

kemiskinan yang tidak terpenuhi dari hasil kerja orangtua.Terlibatnya anak

dalam kegiatan ekonomi juga karena adanya dorongan untuk membantu

meringankan beban orangtua, bekerja untuk mendapatkan penghormatan dari

masyarakat, juga keinginan menikmati hasil usaha kerja, merupakan faktor-

faktor motivasi anak ikut berkerja.

Dalam teori yang dikemukakan oleh Mannheim menjelaskan bahwa

kehidupan ekonomi merupakan hal yang fundamental bagi seluruh struktur sosial

dan kultural, dan karenanya menentukan semua urusan dalam struktur tersebut.

7
Kondisi-kondisi dan perubahan-perubahan ekonomi mempunyai pengaruh besar

dalam terjadinya kejahatan.5

Eksploitasi secara ekonomi terhadap anak jalanan disebabkan oleh

rendahnya tingkat pendidikan yang didapatkan oleh orang tua mereka. Rata-rata

tingkat pendidikan yang pernah didapatkan oleh orang tua anak jalanan hanya

sampai pada tingkat sekolah dasar (SD) saja. Hal ini menyebabkan orang tua

anak jalanan kesulitan dalam memperoleh pekerjaan yang layak sehingga taraf

perekonomian mereka menjadi rendah. Selain itu, rendahnya tingkat pendidikan

orang tua anak jalanan mengakibatkan ketidaktahuan mereka mengenai fungsi

dan peran sebagai orang tua serta pemahaman mengenai hak-hak anak.

Di padang sendiri berdasarkan pengamatan penulis beberapa anak

jalanan berasal dari orangtua yang berprofesi sebagai sebagai nelayan,

pemulung, pedagang, tukang parkir, pengemis, dan bahkan ada yang tidak

bekerja. Hasil yang didapatkan dari pekerjaan tersebut tidak cukup untuk

memenuhi kebutuhan hidup keluarga mereka sehari-hari sehingga dampaknya

anak-anak mereka dijadikan sebagai alat untuk membantu kedua orang tua

mereka mencari nafkah.

2. Faktor Lingkungan

Selain faktor ekonomi, faktor lingkungan juga merupakan salah satu

faktor penyebab terjadinya eksploitasi terhadap anak. Dalam praktiknya di

Kota Padang, sebagian besar anak-anak yang bekerja sebagai pengemis,

pengamen dan pedagang bertempat tinggal dikawasan sekitar pantai dan Pasar

Raya.

5
Susanto, Kriminologi, Genta Publishing, Yogyakarta, 2011, hlm 87.

8
Mengamen dengan bacaan ayat pendek alquran adalah salah satu cara

digunakan oleh anak yang berada disekitar pantai. Dan berjualan kantong

kresek di daerah pasar dengan tujuan untuk mendapatkan rasa simpatik dari

pengunjung pasar.

Berdasarkan Teori Asosiasi Diferensial (Differential Association

Theory) yang dikemukakan oleh E.H. Sutherland menjelaskan bahwa tingkah

laku kejahatan dipelajari melalui interaksi sosial.6 Selain itu, dalam Teori

Pembelajaran Sosial (Social Learning Theory) juga menjelaskan bahwa

perilaku seseorang dipengaruhi oleh pengalaman belajar, pengalaman

kemasyarakatan disertai nilai-nilai dan pengharapannya dalam hidup

bermasyarakat. Sehingga dalam hal ini, lingkungan tempat tinggal yang

mayoritas penduduknya bekerja sebagai pengemis dan melakukan eksploitasi

secara ekonomi terhadap anaknya mempunyai dampak bagi penduduk lain

yang melakukan interaksi sosial dengan penduduk yang berada di lingkungan

tersebut untuk meniru dan ikut serta bekerja menjadi pengemis seperti halnya

yang dilakukan oleh orang-orang sekitar mereka yang berada di

lingkungannya dan mengakibakan terjadinya eksploitasi secara ekonomi

terhadap anak.

3. Faktor Lemahnya Penegakan Hukum

Dalam menegakkan hukum ada tiga unsur yang selalu harus

diperhatikan yaitu kepastian hukum, kemanfaatan, dan keadilan. Dalam

menegakkan hukum harus ada kompromi antara ketiga unsur tersebut. Ketiga

unsur itu harus mendapat perhatian secara proporsional seimbang. Tetapi

6
Susanto,op.cit ,hlm 93.

9
dalam prakteknya tidak selalu mudah mengusahakan kompromi secara

proporsional seimbang antara ketiga unsur tersebut.7

Terjadinya eksploitasi anak tidak lepas dari lemahnya penegakan

hukum terhadap pihak-pihak yang melakukan perlindungan anak. Di Negara

kita terdapat Undang-undang No.35 Tahun 2014 Perubahan Atas Undang-

undang No.23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

Secara ideal bangsa Indonesia telah memiliki beberapa ketentuan pokok

terkait peranan penegak hukum dalam menjaga stabilitas dan keamanan

masyarakat seperti Undang-Undang Kepolisian Negara, Undang-Undang

Pokok Kejaksaan dan juga tentang kekuasaan Kehakiman. Sayangnya

sebagian besar kasus yang diangkat terkait kekerasan terhadap anak hanyalah

kasus-kasus yang sebelumnya telah diekspos besar-besaran oleh media cetak

dan elektronik, dimana pengaruh ”interest groups” dan juga ”public opinion”

sangat kuat disini. Realitas yang ada di negeri kita ini sebenarnya masih ribuan

bahkan jutaan kasus menyangkut kekerasan dan diskriminasi terhadap anak

yang sama sekali tak tersentuh oleh hukum. Untuk itu sangat diperlukan

adanya peran aktif tidak hanya dari masyarakat tapi juga yang utama adalah

perhatian ekstra dari para aparat penegak hukumnya, sehingga akan tercipta

kondisi aman khususnya bagi anak-anak penerus bangsa ini.

Dosen penulis Muhammad Hasbi pernah mengatakan bahwa “lebih bagus

penegak hukumnya baik daripada aturan hukumnya yang baik, begitupun

sebaliknya lebih bagus aturan hukumnya yang buruk daripada penegak

hukumnya yang buruk”.

7
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, Liberty, Yogyakarta,2005, hlm. 160-161.

10
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Faktor penyebab eksploitasi anak di Kota Padang dalam kajian sosiologi hukum

diantaranya adalah : Faktor Ekonomi, Faktor Lingkungan dan Faktor penegakan

Hukum. Faktor utamanya adalah Faktor ekonomi yang secara tidak langsung juga

mempengaruhi pendidikan. Mereka yang memiliki pendidikan yang rendah dominan

berasal dari golongan masyarakat ekonomi menengah ke bawah.

B. SARAN

Peran dan perhatian pemerintah seharusnya tidak hanya kepada dampak dari eksploitasi

anak tetapi juga kepada faktor penyebab dilakukan ekploitasi itu sendiri. Salah satunya

adalah faktor kemiskinan. Pendidikan yang rendah dan kurangnya lapangan pekerjaan

adalah hal utama yang menyebabkan para orangtua yang mempekerjakan anak nya demi

memenuhi kehidupan sehari-hari, yang mayoritas mereka bekerja sebagai pengemis,

pemulung dan buruh. Hal utama yang perlu dilakukan oleh pemerintah adalah

menyediakan lapangan pekerjaan yang seluas-luanya dan menyediakan program

pelatihan keahlian secara gratis guna menciptakan pencari kerja yang lebih berkualitas

dan mempunyai keahlian khusus.

11
DAFTAR PUSTAKA

Abdussalam dkk. 2016. Hukum Perlindungan Anak. Jakarta: PTIK.

Djamil, M. Nasir. 2015. Anak Tidak Untuk Dihukum. Jakarta: Sinar Grafika.

Gulton, Maidin. 2014. Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dan Perempuan. Bandung:PT

Refika Aditama.

Kanang, Abdul Rahman. 2014. Hukum Perlindungan Anak Dari Eksploitasi Seks Komersial

Persepektif Hukum Nasional dan Internasional. Makassar: Alauddin

University Press.

Mertokusumo, Sudikno. 2005. Mengenal Hukum. Yogyakarta : Liberty.

Rahman, Abdul. 2011. Perlindungan Hukum & Pemenuhan Hak Anak Konstitusional Anak

Perspektif Hukum Internasional, Hukum Positif dan Hukum Islam.

Makassar: Alauddin University Press.

Susanto. 2011. Kriminologi. Yogyakarta : Genta Publishing.

12

Anda mungkin juga menyukai