Kelompok 6 :
Segala puji syukur kami panjatkan kepada ilahi yang Maha Esa. Atas rahmat dan karunia-
Nya, kami dapat merampungkan tugas penulisan makalah mata kuliah Keperawatan Anak.
Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita
nantikan kelak.
Penulis menyadari makalah bertema bahasa ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama
pada bagian isi. Kami mendapatkan segala bentuk kritik serta saran pembaca demi
penyempurnaan makalah. bila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami memohon
maaf.
Demikian yg dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah askep ini dapat
berguna.Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
I
KATA PENGANTAR.....................................................................................I
DAFTAR ISI...................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1Latar Belakang...........................................................................................1
1.2Tujuan.........................................................................................................1
1.3Manfaat.......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................2
2.1 Sistem Perlindungan Anak Di Indonesia...........................................2
2.2 Sistem Pemberian Pelayanan Kesejahteraan
Perlindungan Anak Di Indonesia.......................................................
2.3 Kesejahteraan, Pengasuhan dan Perlindungan Anak.........................3
2.4 Perlindungan Anak.............................................................................3
2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesejahteraan,
Pengasuhan dan Perlindungan Anak..........................................
II
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia salah satu masalah besar yang marak diperbincangkan adalah tindak
kriminal terhadap anak. Mulai dari kekerasan, pembunuhan, penganiayaan dan bentuk
tindakan kriminal lainnya yang berpengaruh negatif bagi kejiwaan anak.
Seharusnya seorang anak diberi pendidikan yang tinggi, serta didukung dengan kasih
sayang keluarga agar jiwanya tidak terganggu.hal ini terjadi karena Banyak orangtua
menganggap kekerasan pada anak adalah hal yang wajar. Mereka beranggapan kekerasan
adalah bagian dari mendisiplinkan anak.
Mereka lupa bahwa orangtua adalah orang yang paling bertanggung jawab dalam
mengupayakan kesejahteraan, perlindungan, peningkatan kelangsungan hidup, dan
mengoptimalkan tumbuh kembang anaknya. Keluarga adalah tempat pertama kali anak
belajar mengenal aturan yang berlaku di lingkungan keluarga dan masyarakat.
Kekerasan terhadap anak dapat diartikan sebagai perilaku yang sengaja maupun tidak
sengaja yang ditujukan untuk mencederai atau merusak anak, baik berupa serangan fisik
maupun mental.
Dalam menyiapkan generasi penerus bangsa anak merupakan asset utama. Tumbuh
kembang anak sejak dini adalah tanggung jawab keluarga, masyarakat dan negara.
Namun dalam proses tumbuh kembang anak banyak dipengaruhi oleh berbagai factor
baik biologis, psikis, sosial, ekonomi maupun kultural yang menyebabkan tidak
terpenuhinya hak – hak anak.
Untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi anak telah disahkan Undang - Undang
(UU) Perlindungan Anak yaitu UU No. 23 Tahun 2002 yang bertujuan untuk menjamin
terpenuhinya hak – hak anak agar anak dapat hidup, tumbuh berkembang dan
berpartisipasi secara optimal sesuai harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapatkan
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi demi terwujudnya anak Indonesia yang
berkualitas berakhlak mulia dan sejahtera.
Akibat kehilangan hak – haknya, banyak anak – anak menjalani hidup mereka sendiri.
Oleh karena tidak memiliki arah yang tepat, maka banyak pula anak - anak mulai
bersinggungan dengan hukum. Tindakan yang melawan hukum seperti pencurian,
perkelahian dan narkoba sangat sering dilakukan oleh anak. Hal ini terjadi karena mereka
sudah kehilangan hak-hak yang seharusnya mereka miliki.
1
Pasal 13 (1) Undang – undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
disebutkan setiap anak selama dalam pengasuhan orangtua, wali atau pihak lain yang
bertanggung jawab atas pengasuhan.
Selanjutnya dalam Pasal 11 UU No. 23 tahun 2002 disebutkan pula bahwa setiap anak
berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak sebaya,
bermain, berekreasi sesuai dengan minat, bakat dan tingkat kecerdasannya demi
pengembangan diri. Anak adalah pemimpin masa depan siapapun yang berbicara tentang
masa yang akan datang, harus berbicara tentang anak-anak.
Menyiapkan Indonesia kedepan tidak cukup kalau hanya berbicara soal income per
kapita, pertumbuhan ekonomi, nilai investasi, atau indikator makro lainnya. Sesuatu yang
paling dasar adalah sejauh mana kondisi anak disiapkan oleh keluarga, masyarakat dan
negara. Anak – anak yang karena ketidakmampuan, ketergantungan dan ketidakmatangan
baik fisik mental maupun intelektualnya perlu mendapat perlindungan, perawatan dan
bimbingan dari orang tua (dewasa).
Perawatan, pengasuhan serta pendidikan anak merupakan kewajiban agama dan
kemanusiaan yang harus dilaksanakan mulai dari orang tua, keluarga, masyarakat, bangsa
dan negara.
Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan yang senantiasa harus kita jaga karena
dalam dirinya melekat pula harkat, martabat dan hak – hak sebagai manusia yang harus
dijunjung tinggi. Dari sisi kehidupan anak adalah masa depan bangsa dan generasi
penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh
dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan
diskriminasi.
Orangtua, keluarga dan masyarakat bertanggungjawab untuk menjaga dan
memelihara hak asasi tersebut sesuai dengan kewajiban yang dibebankan oleh hukum.
Demikian pula dalam rangka penyelenggaraaan perlindungan anak, negara dan
pemerintah juga bertanggungjawab untuk menyediakan fasilitas dan aksesibilitas bagi
anak, terutama dalam menjamin pertumbuhan dan perkembangannya secara optimal.
Upaya perlindungan anak perlu dilaksanakan sedini mungkin, yakni sejak dari janin
dalam kandungan sampai anak berumur 18 tahun.
Dalam melakukan pembinaan, pengembangan dan perlindungan anak, perlu adanya
peran masyarakat baik melalui lembaga perlindungan anak, lembaga keagamaan, lembaga
swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan.
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Sistem Perlindungan Anak Di Indonesia?
2. Apa saja Sistem Pemberian Pelayanan Kesejahteraan Perlindungan Anak di
Indonesia?
3. Apa saja kesejahteraan pengasuhan dan perlindungan anak ?
4. Apa pengertian pengasuhan Anak ?
5. Apa pengertian perlindungan Anak ?
6. Apa saja Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesejahteraan, Pengasuhan dan
Perlindungan Anak ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari Sistem Perlindungan Anak Di Indonesia
2. Mengetahui Kedudukan Anak Di Indonesia
3. Mengetahui Sistem Pemberian Pelayanan Kesejahteraan Perlindungan Anak di
Indonesia
4. Mengetahui kesejahteraan pengasuhan dan perlindungan anak
5. Mengetahui pengertian pengasuhan Anak
6. Mengetahui pengertian perlindungan Anak
7. Apa Standar Lembaga Pelayanan Pengasuhan Anak
8. Mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesejahteraan, Pengasuhan dan
Perlindungan Anak
9. Mengetahui Kebutuhan Balita
10. Mengetahui pengertian Anticipatory Guidence
3
BAB II
PEMBAHASAN
6
Kerja kerja berbasis sistem lebih teroganisir dan bersungguh sungguh, dapat
diprediksi, interaktif dan saling terkait satu sama lainnya.
7
Pendidikan, media, Kelompok Pengasuhan
Pencegahan primer bertujuan untuk memperkuat kapasitas masyarakat secara menyeluruh
dalam pengasuhan anak dan memastikan keselamatan mereka.
Meliputi kegiatan yang mengubah sikap dan perilaku, memperkuat ketrampilan orangtua
dan menyadarkan masyarakat tentang dampak yang tidak diinginkan dari kekerasan
terhadap anak.
Pencegahan sekunder atau layanan intervensi dini difokuskan pada keluarga dan anak anak
yang beresiko dilakukan dengan mengubah keadaan sebelum perilaku kekerasan
menimbulkan dampak buruk secara nyata terhadap anak anak misalnya melalui konseling
dan mediasi keluarga serta pemberdayaan ekonomi.
Intervensi tersier menangani situasi dimana anak sudah dalam keadaan krisis sebagai
akibat kekerasan, perlakuan salah, eksploitasi, penelantaran, atau tindakan-tindakan buruk
lainnya. Oleh karena itu, intervensi ini bertujuan untuk membebaskan anak-anak dari
dampak buruk atau, jika dianggap layak, melakukan pengawasan terstruktur dan
memberikan layanan dukungan. Mekanisme pencegahan dianggap lebih dibandingkan
tepat dibandingkan intervensi tersier atau reaktif.
Semua rangkaian sistem baik tertier, sekunder dan primer harus saling terhubungkan
dalam sebuah rangkaian kesatuan perlindungan bagi anak-anak.
A. Kesejahteraan Anak
Sebagaimana diuraikan dalam Child and Family Services Review process, ada tiga
variabel kesejahteraan. Tiga variabel kesejahteraan dikonseptualisasikan dalam
kerangka berikut yaitu: Pertama, kesejahteraan dalam arti keluarga memiliki
peningkatan kapasitas untuk memenuhi kebutuhan anak-anak mereka. Konsep ini
mencakup pertimbangan kebutuhan dan pelayanan kepada anak- anak, orangtua,
dan orangtua asuh serta keterlibatan anak-anak, remaja, dan keluarga dalam
perencanaan pemecahan masalah. Dalam hal ini kunjungan pekerja sosial dengan
anak-anak dan orangtua merupakan hal yang penting, karena hasil penelitian pada
52 negara bagian dan teritori telah menemukan hubungan yang kuat dan positif
yang signifikan secara statistik antara kunjungan petugas sosial dengan anak-anak
dan hasil keselamatan dan/kesejahteraan anak. Dalam penelitian yang dilakukan
oleh Biro Anak, ada nilai "kekuatan" untuk kunjungan petugas sosial dengan anak
yang berkaitan secara bermakna dengan nilai “pencapaian substansial” untuk
peringkat kelima dari tujuh hasil (www.acf.hhs.gov/program/ cb, diambil
September 28, 2004). Kedua, kesejahteraan dalam arti: anak-anak dan remaja
menerima layanan yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan pendidikan mereka.
Ketiga, kesejahteraan dalam arti: anak-anak dan remaja menerima pelayanan yang
memadai untuk memenuhi kebutuhan fisik dan kesehatan mental mereka.(CHILD
WELFARE, For The Twenty-First Century, 2005) Dalam kenyataannya, yang pertama
adalah yang paling umum dan paling luas cakupannya.
Menurut Undang Undang Nomor 4 Tahun 1979, diamanatkan bahwa Kesejahteraan anak
adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan
dan perkembangannya dengan wajar, baik secara rohani, jasmani, maupun sosial.
2.4 Perlindungan Anak
Di Indonesia, Perlindungan Anak diatur dalam Undang Undang Nomor 23
Tahun 2002 yaitu segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan
hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara
optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Selain memiliki peranan, setiap keluarga juga memiliki sejumlah fungsi yang mesti
dilaksanakan. Menurut Zastrow (1999), beberapa fungsi keluarga, yaitu:
a. Replacement of the population. Replacement yang berarti adanya fungsi
regenerasi.
b. Care of the young, yang berarti pengasuhan dan perawatan, sampai anak
memasuki usia remaja. Dalam posisi seperti ini keluarga merupakan meta
institusi di dalam kehidupan anak.
c. Sosialization of new members, fungsi untuk mensosialisasikan
d.
e. nilai-nilai budaya, norma, bahasa, dan lain-lain kepada anggota keluarga.
f. Regulation of Sosial behavior, fungsi pengaturan perilaku sosial. Kegagalan
pengaturan perilaku sosial akan menghasilkan ketidakcocokan dengan harapan
yang diinginkan.
g. Source of affection. Fungsi untuk memberikan kasih sayang, cinta yang tulus
kepada semua anggota keluarga. Bilamana hal ini mengalami kegagalan, maka
keluarga akan menjadi kurang harmonis.
3.1 Kesimpulan
Indonesia menghadapi masalah serius terkait dengan hak dan kesejahteraan anak-
anak. Hampir setengah dari anak-anak Indonesia berusia antara 13 dan 18 tahun putus
sekolah; hampir tiga juta anak terlibat dalam perburuhan anak berpotensi berbahaya, dan
sekitar 2,5 juta anak Indonesia menjadi korban kekerasan setiap tahun. Lebih dari 80%
anak-anak sedang menjalani proses peradilan berakhir di belakang bar dan jumlah yang
lebih besar adalah tanpa bantuan hukum. Statistik ini menggarisbawahi kebutuhan untuk
mengintensifkan dan memperkuat upaya saat ini untuk meningkatkan perlindungan anak
di Indonesia. 2008 review dari Pemerintah Program Negara Indonesia dan UNICEF
Kerjasama menyoroti hubungan antara kebutuhan untuk meningkatkan perlindungan anak
dan pengembangan ekonomi nasional yang adil dan berkelanjutan.
Undang-Undang Perlindungan Anak: Indonesia memiliki Undang-Undang
Perlindungan Anak yang mengatur hak-hak anak, melarang pekerjaan anak di bawah usia
tertentu, dan menetapkan sanksi bagi pelanggaran terhadap hak anak.
Lembaga Perlindungan Anak: Di Indonesia, terdapat lembaga seperti Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Komisi Perlindungan Anak
Indonesia (KPAI) yang bertanggung jawab mengawasi implementasi undang-undang dan
kebijakan perlindungan anak.
Program Perlindungan Sosial: Pemerintah Indonesia juga memiliki program-program
perlindungan sosial, seperti Program Keluarga Harapan (PKH), yang bertujuan membantu
keluarga miskin agar anak-anak mereka dapat akses pendidikan, kesehatan, dan gizi yang
memadai.
Pendidikan dan Kesadaran: Kesadaran masyarakat tentang hak anak dan perlindungan
mereka juga ditingkatkan melalui program pendidikan dan kampanye yang
diselenggarakan oleh pemerintah dan organisasi non-pemerintah.
Meskipun ada upaya yang signifikan dalam sistem perlindungan anak di Indonesia,
masih ada tantangan seperti ketidaksetaraan akses dan perlindungan anak yang perlu terus
diatasi untuk memastikan kesejahteraan dan hak anak di negara ini.
3.2 Saran
Setelah menulis makalah ini, penulis menyarankan agar sistem perlindungan anak di
Indonesia harus ditingkatkan lagi, mengingat banyaknya resiko yang akan terjadi pada
anak-anak di Indonesia karena kesalahan penggunaan Sistem perlindungan anak di
Indonesia ini.
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Perundang-undangan:
Undang Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS).
Buku-buku:
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional RI bekerjasama dengan Pusat Kajian
Perlindungan Anak Universitas Indonesia dan Bank Dunia. (2011). Membangun
Sistem Perlindungan Anak di Indonesia, Sebuah Kajian Pelaksanaan PKSA
Kementerian Sosial RI dan Kontribusinya terhadap Sistem Perlindungan Anak.
Hikmat, Hari. (2006). Pedoman Analisis Kebijakan Kesejahteraan Sosial, Pada Tgl 05
Maret 2008 Disampaikan dalam Kegiatan Finalisasi Pedoman Analsis
Kebijakan Kesejahteraan Sosial, Departemen Sosial RI.
Kementerian Sosial RI, Badan Pusat Statistik. (2012). Profil PMKS, Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial, INDONESIA 2011. Pusat Data dan Informasi
Kementerian Sosial RI.
Mallon, Gerald P and Peg McCartt Hess. (2005). Child Welfare For The Twenty-First
Century. A Handbook of Practices, Policies, and Program. Columbia
University Press.