DISUSUN OLEH :
TAHUN 2020/2021
Kata Pengantar
Puji sukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa ,atas rahmatnya kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Perlindungan Anak Pada Ruang Siber di
Indonesia”.
Adapun harapan kami kepada para pembaca atau semua kalangan yang telah membaca
makalah ini yaitu dapat menambah wawasan/pengetahuan dalam kehidupan sehari–hari .
Namun kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempuarnaan disebabkan
kurangnya kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik yang
membangun agar penulis dapat berbuat banyak di kemudian hari. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Tim Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................3
3.1 Kesimpulan........................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Manfaat Penulisan
2
BAB II
PENDAHULUAN
3
dibutuhkan guna mewujudkan perlindungan atas hak anak di Indonesia diatur Pasal 20
UUPA tersebut menyebutkan bahwa negara, pemerintah, pemerintah daerah,
masyarakat, keluarga, dan orang tua atau wali berkewajiban dan bertanggung jawab
terhadap penyelenggaraan perlindungan anak.
Undang-Undang tentang Perlindungan Anak menyebutkan bahwa perlindungan
anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh,
berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi demi
terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia dan sejahtera.
Hak anak dalam Undang-Undang tentang Hak Asasi Manusia diatur dalam
ketentuan Pasal 52 sampai dengan Pasal 66. Undang-Undang tentang Hak Asasi
Manusia tidak mencantumkan ketentuan mengenai kewajiban anak secara terperinci.
Ketentuan mengenai kewajiban yang terdapat dalam Undang-undang tersebut adalah
kewajiban dasar manusia secara menyeluruh.
Undang-Undang tentang Perlindungan Anak mengatur mengenai hak dan kewajiban
anak. Hak anak diatur dalam ketentuan Pasal 4 sampai dengan Pasal 18. Hak anak
yang tercantum dalam Undang-Undang tentang Perlindungan Anak tersebut antara lain
meliputi hak :
a. untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai
dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi.
b. atas suatu nama sebagai identitas dan status kewarganegaraan.
c. untuk beribadah menurut agamanya, berpikir dan berkreasi sesuai dengan
tingkat kecerdasan dan usianya dalam bimbingan orang tua.
d. untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan dan diasuh oleh orang tuanya
sendiri.
e. memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan
fisik, mental, spiritual dan social.
f. memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan
pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.
g. memperoleh pendidikan luar biasa, rehabilitasi, bantuan sosial dan
pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial bagi anak yang menyandang cacat.
h. memperoleh pendidikan khusus bagi anak yang memiliki keunggulan.
i. menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari dan memberikan
4
informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi pengembangan
dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan.
j. mendapat perlindungan dari perlakuan diskriminasi, eksploitasi (baik ekonomi
maupun seksual), penelantaran, kekejaman, kekerasan, penganiayaan,
ketidakadilan serta perlakuan salah lainnya.
k. untuk diasuh oleh orang tuanya sendiri kecuali jika ada alasan dan/atau aturan
hukum yang sah menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah demi kepentingan
terbaik bagi anak dan merupakan pertimbangan terakhir.
l. memperoleh perlindungan dari sasaran penganiayaan, penyiksaan atau
penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi.
m. memperoleh kebebasan sesuai dengan hokum.
n. mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan penempatan yang dipisahkan
dari orang dewasa, memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara
efektif dalam setiap tahapan upaya hukum yang berlaku, serta membela diri dan
memperoleh keadilan di depan Pengadilan Anak yang objektif dan tidak
memihak dalam sidang tertutup untuk umum, bagi setiap anak yang dirampas
kebebasannya.
o. untuk dirahasiakan, bagi setiap anak yang menjadi korban atau pelaku
kekerasan seksual atau yang berhadapan dengan hokum.
p. mendapatkan bantuan hukum dan bantuan lainnya, bagi setiap anak yang
menjadi korban atau pelaku tindak pidana.
q. Pasal-pasal yang memuat ketentuan mengenai hak anak dalam Undang-
Undang tentang Perlindungan Anak mempunyai banyak kesamaan dengan
ketentuan hak anak dalam Undang-Undang tentang Hak Asasi Manusia.
r. Undang-Undang tentang Perlindungan Anak juga mengatur mengenai
kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap anak.
5
b. Hak untuk mempertahankan eksistensi kehidupan (survival rights), berlaku
sejak anak itu masih dalam kandungan, seperti memberikan gizi dan
rangsangan-rangsangan ketika anak masih balam kandungan, dengan periksa
kandungan, dan lain- lain. Pelanggaranya seperti aborsi, atau melakukan hal-hal
yang membahayakan terhadap janin dalam kandungan.
c. Hak untuk berkembang secara fisik, psikis, dan biologis (development rights),
anak harus diberikan kesempatan sebaik-baiknya untuk tumbuh dan
berkembang, seperti dipelihara dengan baik, jika sakit diobati atau dibawa
kedokter, diberi ASI, diimunisasi. Selain itu secara psikis juga diperhatikan,
seperti memberikan rasa aman dan rasa nyaman, membuat lingkungan
kondusif, menjauhkan anak dari hal-hal yang berbahaya, tidak memberikan
makanan yang berbahaya bagi perkembanganya, dipaudkan, diajari bahasa,
dan pola asuh yang memanusiakan anak.
d. Hak atas partisipasi (participation rights). Anak dalam keluarga harus dibiasakan
diajak bicara apalagi yang terkait dengan kebutuhan-kebutuhannyaatau hal-hal
yang diinginkan
Ruang siber (cyber space) sebagai domain kelima setelah daratan, perairan, ruang
angkasa, dan luar angkasa sebenarnya telah lama, akan tetapi hingga kini belum ada
konsensus mengenai definisi dari ruang siber itu sendiri. ruang siber adalah ruang
dimana komunikasi terjadi melalui jaringan komputer dan setiap orang dalam satu hal
atau yang lainnya dapat terhubung satu sama lain. dapat dipahami bahwa dalam ruang
siber yang memanfaatkan teknologi jaringan komputer maka setiap orang dapat
mengakses selama memiliki jaringan komputer tersebut tanpa perlu bertatap langsung.
Situasi tersebut memposisikan anak dalam posisi rentan karena anak sebagai pengguna
ruang siber masih belum sepenuhnya mengetahui dan menyadari konsekuensi dari
setiap perbuatan yang dilakukannya yang menyebabkan munculnya ancaman pada
anak yang semakin besar.
Ancaman terhadap anak dalam ruang siber dan kaitannya dengan teknologi meliputi:
6
yang ditujukan untuk tujuan eksploitasi seksual yang berbentuk foto, video,
gambar, kartun, tulisan, dan siaran langsung.
b. Online Fraud seperti penipuan dan penghasutan daring yang memiliki bentuk
umum berupa phishing. Phishing adalah proses pengumpulan informasi pribadi
seseorang melalui e-mail atau laman yang seolah-olah aman/resmi, informasi
tersebut dapat berupa usernames, passwords, nomor kartu kredit, nomor
keamanan, dan lain lain.
c. Paparan konten yang dapat mengancam psikologis maupun fisik anak seperti
dorongan atau pengaruh untuk menyakiti diri sendiri, promosi narkoba dan obat-
obatan terlarang, konten bermuatan SARA, dan lain-lain.
d. Intimidasi dan pelecehan seperti perundungan daring yang menjadi fenomena
baru di kalangan anak dimana hal ini dilakukan dengan cara pengiriman pesan,
gambar, surat elektronik, maupun melalui forum daring.
7
meminimalkan risiko, dan membagikan pengetahuan serta pengalaman dari kerjasama
strategis secara internasional.Strategi yang digunakan oleh ITU untuk melindungi anak
daring yang kuat yaitu dengan menggunakan pendekatan holistik melalui lima aspek
yaitu:
8
2.3 Konsep Perlindungan Anak dalam Ruang Siber
Seperti yang telah diharapkan oleh pembuat undang-undang dalam UU
Perlindungan Anak bahwa dalam upaya perlindungan anak di Indonesia menekankan
pada pendekatan multistakeholder yang meliputi negara, pemerintah, masyarakat,
keluarga, dan orang tua. Masing-masing pemangku kepentingan tersebut memegang
perannya sesuai dengan kapasitasnya dan kewajiban yang telah diatur dalam UU
Perlindungan Anak.
a. Tanggung jawab dan kewajiban pemerintah, berdasarkan UU Perlindungan Anak
negara, pemerintah pusat, dan pemerintah daerah memiliki kewajiban dan
tanggung jawab terhadap berlangsungnya perlindungan anak sebagaiberikut:
1. Menghormati pemenuhan hak anak tanpa membedakan suku, agama, ras,
golongan, jenis kelamin, etnik, budaya dan bahasa, status hukum, urutan
kelahiran, dan kondisi fisik dan/atau mental.
2. Menjamin pemenuhan hak anak dengan memenuhi, melindungi, serta
menghormati hak anak.
3. Merumuskan, dan melaksanakan kebijakan di bidang penyelenggaraan
perlindungan anak.
4. Memberikan dukungan sarana, prasarana, dan ketersediaan sumber daya
manusia dalam penyelenggaraan perlindungan anak. Mengawasi
penyelenggaraan perlindungan anak.
9
menjadi dasar penyelenggaraan serta menentukan arah kebijakan pemerintah
terkait perlindungan anak dalam ruang siber.
b. Aspek teknis, pendekatan teknis yang dapat diwujudkan yaitu dengan
menyediakan infrastruktur digital yang menunjang penyelenggaraan
perlindungan anak dalam ruang siber seperti penyediaan mekanisme
pelaporanjika terdapat indikasi pelanggaran hak anak dalam ruang siber.
c. Aspek kelembagaan, pendekatan kelembagaan ini berkaitan dengan
pembentukan lembaga pelaksana atau pengawas yang memiliki fungsi
menciptakan ruang siber yang aman bagi anak dan penyusunan strategi
nasional perlindungan anak di ruang siber yang nantinya dijadikan dasar
pelaksanaan perlindungan anak. Undang-Undang Perlindungan Anak telah
mengamanatkan pembentukan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)
dengan tugas pokok mengawal dan mengawasi pelaksanaan perlindungan
anak,dalam konteks perlindungan anak dalam ruang siber KPAI dapat
melakukan koordinasi dengan lembaga negara lain yang memiliki kewenangan
menangani urusan siber seperti Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) dan
Kementerian Komunikasi dan Infomasi untuk mengoptimalkan perlindungan anak
dalam ruang siber.
d. Aspek peningkatan sumber daya manusia, pada aspek ini menggunakan
pendekatan kultural yaitu dengan cara meningkatkan kesadaran
(awareness)bagi orang tua, tenaga pendidik, dan anak itu sendiri mengenai
ancaman yang ada dalam ruang siber dan bagaimana cara meminimalisir risiko
ancaman tersebut pada anak.
e. Aspek kerjasama internasional, sifat dari ruang siber itu sendiri yang belum
mengenal yurisdiksi tetap dan lintas batas (cross-border) maka dari itu demi
mewujudkan perlindungan anak dalam ruang siber yang optimal dibutuhkan
adanya komitmen masyarakat internasional melalui kerjasama antar-negara
untuk menangani ancaman dalam ruang siber.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konsep perlindungan anak dalam ruang siber di Indonesia mengacu pada konsep
perlindungan anak dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak
yaitu menitikberatkan pada sistem tanggung jawab bersama antar pemangku kepentingan
dimana pemerintah, masyarakat, orang tua, dan pihak swasta yang memiliki peran dan
tanggung jawabnya masing-masing dalam menyelenggarakan perlindungan anak. Pembagian
peran antara pemangku kepentingan tersebut merupakan konsep yang tepat untuk diterapkan
pula dalam hal melindungi anak dari ancaman dalam ruang siber selain itu, upaya perlindungan
anak dari ancaman dalam ruang siber secara optimal maka diperlukan penerapan strategi
pendekatan holistik yang disarankan oleh International Telecommunication Union yang terdiri
dari aspek hukum, aspek teknis, aspek kelembagaan, peningkatan sumber daya manusia, dan
kerjasama internasional. Oleh karena itu dibutuhkan kolaborasi antara peran dari masing-
masing pemangku kepentingan dengan menerapkan konsep pendekatan holistik multiaspek
untuk mewujudkan perlindungan anak dari ancaman yang ada dalam ruang siber secara
optimal dan efektif.
11
DAFTAR PUSTAKA
Agung, Bismo Jiwo. “Protection of Children's Personal Data in the Digital World Based on
National and International Legal Framework”, Lampung Journal of International Law, Vol. 1
No. 1, 2019.
Fitri, Annisa Nur., et. al. “Perlindungan Hak-Hak Anak Dalam Upaya Peningkatan
Kesejahteraan Anak”, Prosiding KS: Riset & PKM, Vol. 2, No. 1, 2015.
Fitriani, Rini. “Peranan Penyelenggara Perlindungan Anak Dalam Melindungi Dan Memenuhi
Hak-Hak Anak”, Jurnal Hukum Samudra Keadilan, Vol. 11 No. 2, 2016.
Indrawan, Jerry. “Cyberpolitics sebagai Perspektif Baru Memahami Politik di Era Siber”, Jurnal
Politica, Vol. 10 No. 1, 2019.
Kurniawan, Teguh. “Peran Parlemen Dalam Perlindungan Anak”, Jurnal DPR, Vol. 6 No. 1,
2015.
Livinus, Sherly dan Mety Rahmawati. “Peranan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Dalam
Memberikan Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban Tindak Pidana Penganiayaan
(Studi Kasus: Penganiayaan Anak Adopsi Di Hotel Le Meridien Jakarta Pusat Oleh CW)”,
Jurnal Hukum Adigama, Vol. 1 No. 1, 2018.
Rihardi, Satrio Ageng. “Perlindungan Hukum Terhadap Hak-Hak Anak Perempuan Sebagai
Korban Eksploitasi Seksual”, Jurnal UNTIDAR, Vol. 2 No. 1, 2018.
Setiaji, Mukhamad Luthfan dan Aminullah Ibrahim. “Kajian Hak Asasi Manusia dalam Negara
the Rule of Law: Antara Hukum Progresif dan Hukum Positif”, Lex Scientia Law Review,
Vol. 1 No. 1, 2017
12