Anda di halaman 1dari 20

DASAR HUKUM PERLINDUNGAN ANAK

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Perlindungan


Perempuan dan Anak
Dosen Pengampu : Indra Utama Tanjung, MH

Disusun Oleh:

Nadila (0205201026)
Faqih Darajati (0205201088)
Husni Thamrin (0205201058)
Annisa Rustiani (0205201112)
Reza Fauzan (0205201007)

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM

FAKULTAS SYARI’ AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN

T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, guna
untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah hukum perlindungan perempuan dan anak.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Indra Utama
Tanjung, MH selaku dosen mata kuliah hukum perlindungan perempuan dan anak yang telah
memberikan arahan sehingga makalah ini terselesaikan dengan baik.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak dengan tulus memberi doa saran dan kritik sehingga Makalah ini dapat terselesaikan
kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, di dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu kami
mengharapkan segala bentuk serta segala bentuk saran serta masukan bahkan kritikyang
membangun dari berbagai pihak akhirnya kami berharap semoga Makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi pembacanya. Amiin

Medan, 08 Oktober 2023

Pemakalah

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................................................ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................... 4

A. Latar Belakang .................................................................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah .............................................................................................................................. 6

C. Tujuan .................................................................................................................................................. 6

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................................ 7

A. Dasar Hukum Perlindungan Anak.................................................................................................... 7

B. Pengertian Perlindungan Anak ....................................................................................................... 10

C. Hak-hak Perlindungan Anak ........................................................................................................... 12

D. Prinsip-prinsip Perlindungan Anak ................................................................................................ 16

BAB III ......................................................................................................................................................... 19

PENUTUP .................................................................................................................................................... 19

A. Kesimpulan ........................................................................................................................................ 19

B. Saran .................................................................................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................... 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perlindungan anak merupakan segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-
haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan
harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
(UU. Nomor 23 Tahun 2002: Pasal I ayat 2) 1. Secara filosofi anak sebagai bagian dari generasi
muda, sebagai salah satu sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita
perjuangan bangsa dimasa yang akan datang, yang memiliki peran strategis serta mempunyai ciri dan
sifat khusus, memerlukan pembinaan dan perlindungan yang khusus pula. Hak Asasi Manusia
(HAM) adalah hak yang secara hakiki dimiliki oleh manusia karena martabatnya sebagai manusia
yang dimilikinya sejak lahir. Dengan begitu hak-hak asasi manusia juga dimiliki oleh anak.
Bedasarkan Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia (DUHAM), khususnya dalam Pasal 25
Ayat 2, disebutkan bahwa ibu dan anak-anak berhak mendapat perawatan dan bantuan khusus. Selain
itu, juga disebutkan bahawa semua anak, baik yang dilahirkan di dalam dan/atau di luar perkawinan,
harus mendapat perlindungan social yang sama. Hal tersebut menunjukkan bahwa konsep hak-hak
asasi anak tidak berdiri sendiri, tetapi dikaitkan dengan hak asasi ibu. Konsep ini berlaku pula bagi
pengaturan hak anak dalam Konvensi Jenewa 1949 yang sering dijadikan satu dengan perlindungan
baik dengan perempuan pada umumnya maupun ibu hamil dan baru melahirkan.
Prinsip-prinsip yang terkandung dalam instrumen-instrumen Perserikatan Bangsa-Bangsa
mengenai hak asasi manusia, khususnya Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, Konvensi
Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, Konvensi Internasional tentang Hak Sipil
dan Politik, Kovenan Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Ras, Konvensi
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan, dan Konvensi Hak Anak. Prinsip-
prinsip yang dianggap ciri penting Negara Hukum menurut The International Commission of Jurists
itu adalah:
1. Negara harus tunduk pada hukum
2. Pemerintah menghormati hak-hak individu
3. Peradilan yang bebas dan tidak memihak
Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan
martabat sebagai manusia seutuhnya. Agar setiap anak kelak mampu memikul tanggung jawab

1
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Jakarta : Sinar Grafika, 2003, hlm. 2
4
tersebut, maka ia perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang
secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial, berakhlak mulia, dan perlu dilakukan upaya
perlindungan serta mewujudkan kesejahteraan anak dengan memberi jaminan terhadap pemenuhan
hak-haknya serta adanya perlakuan tanpa diskriminasi. Hal ini disebutkan di dalam Undang-Undang
No 35 Tahun 2014 tentang perubahan Undang-undang No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan
Anak.
Anak sebagai bagian dari generasi muda merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan
sumber daya manusia bagi pembangunan nasional.Dalam rangka mewujudkan sumber daya manusia
Indonesia yang berkualitas dan mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa
dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945. Oleh karena itu diperlukan adanya pembinaan secara terus menerus demi kelangsungan
hidup pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan sosial serta perlindungan dari segala
kemungkinan yang akan membahayakan mereka dan bangsa di masa depan.
Kejahatan terhadap anak yang terkesan makin luas, baik jenis, jumlah dan daya rusaknya
membuat kita merasa sedih, seharusnya anak diberi tempat yang aman dan nyaman untuk
mengembangkan kecerdasan, membentuk karakter dan menjalankan interaksi sosial dengan sesama
anak lainnya. Oleh karena itu, sangat penting bagi semua orang untuk selalu mengusahakan agar
kejahatan terhadap anak yang marak terjadi, tetapi menjadi agenda kerja yang terus menerus bagi
semua elemen pemerintah dan masyarakat melalui fungsi dan peranan masing masing. Jika seluruh
elemen pemerintah pusat, pemerintah daerah dan masyarakat menempatkan perkara kejahatan
terhadap anak sebagai agenda rutin penyelesaian, maka layaklah kita berharap terbitnya kebijakan
kebijakan yang pro pada perlindungan anak. Dengan demikian kejahatan terhadap anak akan bisa
dicegah atau diprediksi dan dideteksi sebelum kejadian. Demikian pula penindakan terhadap pelaku
kejahatan terhadap anak bisa dilakukan dengan segera sebelum kejahatan itu meluas.
Pelaksanaan program Perlindungan Anak tidak didasarkan pada prospek membangun masa
depan manusia yang lebih baik. Akan tetapi menjalankan program perlindungan anak adalah bagian
dari tindakan yang sangat mulia karena berkaitan dengan masa depan bangsa. Berbagai peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan perlindungan anak telah diterbitkan.Bahkan Aceh sendiri
telah mengeluarkan Qanun No 11 Tahun 2008 Tentang Perlindungan Anak. Tetapi masih saja
kekerasan terhadap anak terjadi, merebaknya berbagai kasus perlindungan anak tentu saja
memprihatinkan kita semua.Keluarga sebagai institusi utama dalam perlindungan anak ternyata
belum sepenuhnya mampu menjalankan peranannya dengan baik.Pada kenyataannya, berbagai
persoalan pelanggaran hak anak kerap masih terjadi bahkan kalau diperkirakan cenderung meningkat

5
seiring dengan meningkatnya masalah kritis seperti kemiskinan, Bahkan pada penanganan anak yang
berhadapan hukum, hak-hak anak masih perlu terus mendapatkan perhatian.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:
1. Jelaskan Dasar Hukum Perlindungan Anak ?
2. Apa yang dimaksud dengan Perlindungan Anak ?
3. Jelaskan Hak-hak Perlindungan Anak ?
4. Sebutkan Prinsip-prinsip Perlindungan Anak ?
C. Tujuan
Adapun Tujuan dari makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui Pengertian Perlindungan Anak
2. Untuk mengetahui Dasar Hukum Perlindungan Anak
3. Untuk mengetahui Hak-hak Perlindungan Anak
4. Untuk mengetahui Prinsip-prinsip Perlindungan Anak

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dasar Hukum Perlindungan Anak


Hukum sebagai alat kontrol sosial dalam kehidupan masyarakat dituntut untuk dapat mengatasi
atau mewaspadai segala bentuk perubahan sosial atau kebudayaan. Meskipun telah diatur dalam
peraturan perundang-undangan masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui dan memahami
bagaimana prosedur-prosedur yang berlaku dalam hukum itu sendiri. Tidak adanya pemahaman
tersebut seringkali menyebabkan terjadi implementasi hukum yang tidak benar. Hal tersebut dapat
membuat hukum yang berlaku di masyarakat menjadi tidak optimal dan membuat masyarakat
menjadi lupa, bahwa ada hukum yang mengatur Batasan-batasan hak-hak mereka dengan hakhak
orang lain. Karena ketidaktahuan akan hukum tersebut, maka timbulan gejala sosial yang dinamakan
kejahatan. Kejahatan merupakan Perilaku yang tidak sesuai norma atau dapat disebut sebagai
penyelewengan terhadap norma yang telah disepakati ternyata menyebabkan terganggunya
ketertiban dan ketentraman kehidupan manusia.
Kejahatan sejak dahulu hingga sekarang selalu mendapatkan sorotan, baik itu dari kalangan
pemerintah maupun dari masyarakat itu sendiri. Persoalan kejahatan bukanlah merupakan persoalan
yang sederhana terutama dalam masyarakat yang sedang mengalami perkembangan seperti Indonesia
ini. Perkembangan itu dapat dipastikan terjadi karena adanya perubahan tata nilai, dimana perubahan
tata nilai yang bersifat positif berakibat pada kehidupan masyarakat yang harmonis dan sejahtera,
sedangkan perubahan tata nilai bersifat negatif menjurus ke arah runtuhnya nilainilai budaya yang
sudah ada.
Anak pada dasarnya adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa
harus dijaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat dan hak-hak sebagai manusia yang harus
dijunjung tinggi. Anak dilahirkan merdeka, tidak boleh dilenyapkan atau dihilangkan, kemerdekaan
anak harus dilindungi dan diperluas dalam hal mendapatkan hak atas hidup dan hak perlindungan
baik dari orang tua, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Oleh karena itu tidak ada setiap
manusia atau pihak lain yang boleh merampas hak tersebut, karena hak asasi anak tersebut
merupakan bagian dari hak asasi manusia (HAM) yang mendapat jaminan dan perlindungan hukum
secara internasional maupun hukum nasional. Atas dasar tersebut pemerintah berupaya melakukan
pemberian perlindungan terhadap anak. Perlindungan hukum bagi anak dapat diartikan sebagai
upaya perlindungn bagi hukum terhadap berbagai kebebasan

7
dan hak asasi anak (fundamental rights and freedoms of children) serta berbagai kepentingan yang
berhubungan dengan kesejahteraan anak. Oleh karenanya penghargaan akan hak-hak yang melekat
pada anak tetaplah harus dikedepankan dalam segala waktu, tempat maupun personality
pengedepanan prinsip-prinsip on-diskriminasi, kepentingan terbaik untuk anak, dan hak untuk hidup
kelansungan dan perkembangan, penghargaan terhadap pendapat anak, tidaklah ditawartawar lagi
harus senantiasa menyertai anak tersebut. Akibat semakin memprihatikannya perlindungan anak di
Indonesia, teruatama dengan meomentum banyaknya anak-anak yang menjadi korban dari kekerasan
seksual di Indoesia.
Maka dengan itu pemerintah indonesia membuat dasar hukum perlindungan terhadap anak yaitu,
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dalam perjalanannya mengalami
perubahan. Perubahan tentang UU Perlindungan Anak di tetapkan dengan Undang-Undang. Undang-
Undang tersebut adalah UU 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU 23 tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak. Perubahan UU Perlindungan Anak disebabkan karena alasannya untuk
meningkatkan perlindungan terhadap anak perlu dilakukan penyesuaian terhadap beberapa ketentuan
dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23
tahun 2002 tentang Perlindungan Anak disahkan pada tanggal 17 Oktober 2014 oleh Presiden Dr.
Susilo Bambang Yudhoyono dan diundangkan pada hari itu juga oleh Menkumham Amir
Syamsudin. Dan ditempatkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 297.
Penjelasan Atas UU No 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU No 23 tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak ditempatkan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5606.
Dasar hukum UU No 35 tahun 2014 tentang prubahan atas UU No 23 tahun 2002 tentang
perlindungan anak, yaitu :
a. Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28B ayat (2), Pasal 28G ayat (2), dan Pasal 28I ayat (2), Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4235);
c. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5332);

8
Latar Belakang Pertimbangan UU No 35 2014 tentang Perubahan Atas UU No 23 tahun 2002
tentang Perlindungan Anak adalah:
1) bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia menjamin kesejahteraan tiap warga negaranya,
termasuk perlindungan terhadap hak anak yang merupakan hak asasi manusia;
2) bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak
atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi sebagaimana diamanatkan dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
3) bahwa anak sebagai tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa
memiliki peran strategis, ciri, dan sifat khusus sehingga wajib dilindungi dari segala bentuk
perlakuan tidak manusiawi yang mengakibatkan terjadinya pelanggaran hak asasi manusia.
4) bahwa dalam rangka meningkatkan perlindungan terhadap anak perlu dilakukan penyesuaian
terhadap beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak;
5) bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan
huruf d perlu membentuk Undang-Undang tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Anak adalah bagian yang tidak terpisahkan dari keberlangsungan hidup manusia dan
keberlangsungan sebuah bangsa dan negara. Agar kelak mampu bertanggung jawab dalam
keberlangsungan bangsa dan negara, setiap Anak perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya
untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental, maupun sosial. Untuk itu, perlu
dilakukan upaya perlindungan untuk mewujudkan kesejahteraan Anak dengan memberikan jaminan
terhadap pemenuhan hak-haknya tanpa perlakuan diskriminatif.
Negara menjunjung tinggi hak asasi manusia, termasuk di dalamnya hak asasi Anak yang ditandai
dengan adanya jaminan perlindungan dan pemenuhan Hak Anak dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan beberapa ketentuan peraturan perundang-undangan baik
yang bersifat nasional maupun yang bersifat internasional. Jaminan ini dikuatkan melalui ratifikasi
konvensi internasional tentang Hak Anak, yaitu pengesahan Konvensi Hak Anak melalui Keputusan
Presiden Nomor 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan Convention On The Rights Of The Child
(Konvensi Tentang Hak-Hak Anak).
Negara, Pemerintah, Pemerintah Daerah, Masyarakat, Keluarga dan Orang Tua berkewajiban
untuk memberikan perlindungan dan menjamin terpenuhinya hak asasi Anak sesuai dengan tugas
dan tanggungjawabnya. Perlindungan terhadap Anak yang dilakukan selama ini belum memberikan

9
jaminan bagi Anak untuk mendapatkan perlakuan dan kesempatan yang sesuai dengan kebutuhannya
dalam berbagai bidang kehidupan, sehingga dalam melaksanakan upaya perlindungan terhadap Hak
Anak oleh Pemerintah harus didasarkan pada prinsip hak asasi manusia yaitu penghormatan,
pemenuhan, dan perlindungan atas Hak Anak.
Sebagai implementasi dari ratifikasi tersebut, Pemerintah telah mengesahkan Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, yang secara substantif telah mengatur beberapa
hal antara lain persoalan Anak yang sedang berhadapan dengan hukum, Anak dari kelompok
minoritas, Anak dari korban eksploitasi ekonomi dan seksual, Anak yang diperdagangkan, Anak
korban kerusuhan, Anak yang menjadi pengungsi dan Anak dalam situasi konflik bersenjata,
Perlindungan Anak yang dilakukan berdasarkan prinsip nondiskriminasi, kepentingan terbaik bagi
anak, penghargaan terhadap pendapat anak, hak untuk hidup, tumbuh dan berkembang. Dalam
pelaksanaanya Undang-Undang tersebut telah sejalan dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 terkait jaminan hak asasi manusia, yaitu Anak sebagai manusia
memiliki hak yang sama untuk tumbuh dan berkembang.
Walaupun instrumen hukum telah dimiliki, dalam perjalanannya Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak belum dapat berjalan secara efektif karena masih adanya
tumpang tindih antarperaturan perundang-undangan sektoral terkait dengan definisi Anak.
Di sisi lain, maraknya kejahatan terhadap Anak di Masyarakat, salah satunya adalah kejahatan
seksual, memerlukan peningkatan komitmen dari Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Masyarakat
serta semua pemangku kepentingan yang terkait dengan penyelenggaraan Perlindungan Anak.
Untuk efektivitas pengawasan penyelenggaraan Perlindungan Anak diperlukan lembaga independen
yang diharapkan dapat mendukung Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan
Perlindungan Anak.
Perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak juga
mempertegas tentang perlunya pemberatan sanksi pidana dan denda bagi pelaku kejahatan terhadap
Anak, untuk memberikan efek jera, serta mendorong adanya langkah konkret untuk memulihkan
kembali fisik, psikis dan sosial Anak korban dan/atau Anak pelaku kejahatan. Hal tersebut perlu
dilakukan untuk mengantisipasi Anak korban dan/atau Anak pelaku kejahatan di kemudian hari tidak
menjadi pelaku kejahatan yang sama.
B. Pengertian Perlindungan Anak
Perlindungan anak adalah segala kegiatan yang bertujuan untukmenjaga agar anak dapat tumbuh
kembang secara wajar, lahir bathun dan bebas dari segala bentuk ancaman, hambatan dan gangguan.

10
Definisi perlindungan anak menurut Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,
Pasal 1 ayat 2 perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan
hak- haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan
harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Perlindungan anak dapat juga diartikan sebagai segala upaya yang ditujukan untuk mencegah,
rehabilitasi, dan memberdayakan anak yang mengalami tindak perlakuan salah (child abused),
eksploitasi, dan penelantaran, agar dapat menjamin kelangsungan hidup tumbuh kembang anak
secara wajar, baik fisik, mental, dan sosialnya.2
Menurut Leigh A. Faulconer tentang perlindungan anak, dalam tulisannya “In The Best Interest
of Children” mengatakan :
”As citizens charged with protecting the common good, all legislators should be concerned about
preventing any form of child abuse. If society were truly operating with chil- dren's best interests in
mind, there would be no debate about the necessity or validity of laws to protect children. That such
legislation remains controver- sial is yet another reflection of paternal- istic attitudes toward
children by some legislators”.3
(Sebagai warga negara di tuntut dengan melindungi, semua legislatorharus peduli mencegah segala
bentuk penyalahgunaan anak. Jika masyarakat yang benar-benar memperhatikan tentang
kepentingan terbaik bagi anak, tak akan ada perdebatan mengenai perlunya atau tidak mengenai
undang-undang untuk melindungi anak-anak. Bahwa peraturan perundang-undangan dapat
bertentangan dengan para pembuat undang- undang dikarenakan sistem paternalistik masih melekat
dalam masyarakatsehingga pertentangan terjadi).
Konsep perlindungan anak mencakup dalam empat kelompok permasalahan, yaitu perlindungan
aspek sosial budaya, ekonomi, politik/hukum dan hankam. Dalam aspek sosial budaya, tidak boleh
ada paksaan atas anak yang berdalih adat istiadat atau tradisi yang mengganggu/menghambat
pertumbuhan si anak menjadi manusia berkualitas. Aspek ekonomi, tidak ada pekerja anak atau
buruh anak yang bekerja tidak sesuai dengan persyaratan kerja bagi anak-anak. Aspek politik/hukum,
tidak boleh ada peraturan perundangan yang mengindahkan harkat dan martabat anak dalam
penghukuman serta perlakuan terhadap anak bermasalah harus selalu diutamakan kepentingan
pertumbuhan dan perkembangan anak sebagai manusia yang “baik”. Sedangkan dalam aspek

2
Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak dalam Sistem Peradilan Pidana Anak di Indonesia,
Refika Aditama, Jakarta, 2008, hlm 34.
3
Leigh A. Faulconer, In The Best Interest of Children, Source: Family Relations, Vol. 43, No. 3 (Jul., 1994), pp. 262,
Published by: National Council on Family Relations, Stable URL: http://www.jstor.org/stable/585413 Accessed:
19/05/2009 05:07
11
hankam, anak harus dilindungi dari penyalahgunaan di dalam segala bentuk kejahatan seperti
prostitusi dan perdagangan anak.4
Dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 diatur tentang : pertanggung jawaban orang tua,
keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan
secara terus-menerus demi terlindunginya hak-hak anak. Rangkaian kegiatan tersebut harus
berkelanjutan dan terarah guna menjamin pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik, mental,
spiritual maupun sosial.
Tindakan ini dimaksudkan untuk mewujudkan kehidupan terbaik bagi anak yang diharapkan
sebagai penerus bangsa yang potensial, tangguh, memiliki nasionalisme yang dijiwai oleh akhlak
mulia dan nilai Pancasila, serta berkemauan keras menjaga kesatuan dan persatuan bangsa dan
negara. Upaya perlindungan anak perlu dilaksanakan sedini mungkin, yakni sejak dari janin dalam
kandungan sampai anak berumur 18 (delapan belas) tahun. Bertitik tolak dari konsepsi perlindungan
anak yang utuh, menyeluruh, dan komprehensif, undang-undang ini meletakkan kewajiban
memberikan perlindungan kepada anak berdasarkan asas-asas sebagai berikut :
1. nondiskriminasi;
2. kepentingan yang terbaik bagi anak;
3. hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan;
4. penghargaan terhadap pendapat anak. Dalam melakukan pembinaan, pengembangan dan
perlindungan anak, perlu peran masyarakat, baik melalui lembaga perlindungan anak,
lembaga keagamaan, lembaga swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan, organisasi
sosial, dunia usaha, media massa, atau lembaga pendidikan.
C. Hak-hak Perlindungan Anak
Sebagaimana telah disebutkan, upaya perlindungan hak-hak anak di Indonesia telah diakomodir
dalam UUD 1945 Pasal 28B Ayat (2), serta di dalam UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM, dan UU
No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Berdasarkan Konvensi Hak-Hak Anak, hak-hak
anak secara umum dapat dikelompokkan dalam 4 (empat) kategori hak-hak anak, antara lain:5
1. Hak untuk kelangsungan hidup (The Right To Survival)
yaitu hak-hak untuk melestarikan dan mempertahan hidup dan hak untuk memperoleh standar
kesehatan tertinggi dan perawatan yang sebaik-baiknya, pengaturan hak-hak anak di

4
Mamik Sri Supatmi dan Ni Made Martini Puteri, Arti dan Lingkup Masalah Perlindungan Anak: Tahanan Anak
dan Keadilan, Jurusan Kriminologi FISIP-UI dan Pusat Pelayanan Keadilan dan Pengabdian Hukum UI, 1999, hlm
109-110.
5
Joni, Mohammad dan Tanamas, Zulchaina Z, Aspek Hukum Perlindungan Anak dalam Perspektif Konvensi Hak
Anak, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, hlm 35

12
Indonesia saat ini pada pokoknya diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014
tentang Perlindungan Anak dan Keputusan Presiden Nomor 36 tahun 1990 tentang
Pengesahan Konvensi Hak-hak Anak. Pengertian hak anak sebagaimana ditentukan dalam
Pasal 1 butir 12 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, bahwa
hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi
oleh orang tua,keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara.
Mengenai bagaimana pelaksanaan hak-hak kelangsungan hidup dalam memperoleh
pelayanan kesehatan yang memadai, selanjutnya dirumuskan dalam ketentuan tentang
penyelenggaraan hak anak dalam bidang kesehatan.
2. Hak terhadap perlindungan (Protection Rights)
Yaitu hak-hak dalam konvensi hak anak yang meliputi hak perlindungan dari diskriminasi,
tindak kekerasan dan keterlantaran bagi anak yang tidak mempunyai keluarga bagi anak-anak
pengungsi, terdapat empat prinsip utama yang terkandung di dalam Konvensi Hak Anak
(KHA), prinsip-prinsip ini adalah yang kemudian diserap ke dalam Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak yang disebutkan secara ringkas pada pasal 2.
Secara lebih rinci prinsip-prinsip tersebut adalah :
a. prinsip non diskriminasi
b. prinsip yang terbaik bagi anak (best interest of the child)
c. prinsip atas hak hidup, kelangsungan dan perkembangan (the rights to life, survival
and development)
d. prinsip penghargaan terhadap pendapat anak (respect for the views of the child)
3. Hak untuk tumbuh kembang (Development Rights)
Yaitu hak-hak anak dalam Konvensi Hak-Hak Anak yang meliputi segala bentuk pendidikan
(formal dan nonformal) dan hak untuk mencapai standar hidup yang layak bagi
perkembangan fisik, mental, spiritual, moral dan sosial anak, dalam Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak diatur mengenai hak dan kewajiban anak yang
tercantum dalam Pasal 4 s/d pasal 19. Secara lebih perinci hak-hak anak dalam Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak adalah sebagai berikut :
1. Hak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai
dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi. Sejalan dengan Konvensi Hak Anak (KHA), hak hidup
bagi anak ini, dalam wacana instrumen/konvensi internasional merupakan hak asasi
yang universal, dan hak yang utama (supreme right).

13
Sedangkan hak atas tumbuh kembang diturunkan ke dalam hak atas kesehatan,
pendidikan, dan hak untuk berekspresi, dan memperoleh informasi. Dalam Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, turunan hak atas tumbuh
kembang ini diwujudkan dalam penyelenggaraan perlindungan dalam bidang
pendidikan, kesehatan, dan sosial, termasuk agama.
2. Hak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan.
3. Hak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir, dan berekspresi sesuai dengan
tingkat kecerdasan dan usianya, dalam bimbingan orang tua
4. Hak untuk beribadah menurut agamanya, berfikir dan berekspresi merupakan wujud
dari jaminan dan penghormatan negara terhadap hak anak untuk berkembang.
5. Hak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan, dan diasuh oleh orang tuanya
sendiri. Dalam pasal ini dijelaskan bahwa jika orang tuanya tidak dapat menjamin
tumbuh kembang anak maka anak tersebut berhak untuk diasuh oleh orang lain
sebagai anak asuh atau anak angkat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Hak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya
dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya, Hak ini meliputi hak untuk
memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan diri anak sesuai
dengan bakat, minat, dan kecerdasannya. Hak ini merupakan turunan dan pelaksanaaan dari
Pasal 31 UUD 1945 yang berbunyi sebagai berikut: “Setiap warga negara berhak mendapat
pendidikan”. Bahkan, Pasal 31 ayat 4 UUD 1945 secara eksplisit memprioritaskan
pendidikan dengan alokasi anak yang menyandang cacat juga berhak memperoleh pendidikan
luar biasa, sedangkan bagi anak yang memiliki keunggulan juga berhak mendapatkan
pendidikan khusus.
4. Hak untuk berpartisipasi (Participation Rights)
Yaitu hak-hak anak yang meliputi hak untuk menyatakan pendapat dalam segala hal yang
mempengaruhi anak. Hak untuk berpartisipasi juga merupakan hak anak mengenai identitas
budaya mendasar bagi anak, masa kanak-kanak dan pengembangan keterlibatannya di dalam
masyarakat luas. Hak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari, dan
memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi pengembangan
dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan sesuai penjelasan Pasal 10 Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.

14
Hak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya,
bermain, berekreasi, dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya
demi pengembangan diri. Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak
lain manapun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari
perlakuan yang menyimpang.6 Hak untuk diasuh oleh orang tuanya sendiri, kecuali jika ada
alasan dan/atau aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah demi
kepentingan terbaik bagi anak dan merupakan pertimbangan terakhir.
Pada prinsipnya, negara melakukan upaya agar anak berada dalam pengasuhan orangtuanya
sendiri, dan tidak dipisahkan dari orangtua secara bertentangan dengan keinginan anak. Pada
pasal ini ditegaskan bahwa anak berhak untuk tidak dipisahkan dari orangtuanya secara
bertentangan dengan kehendak anak, kecuali apabila pemisahan dimaksud mempunyai alasan
hukum yang sah, dan dilakukan demi kepentingan terbaik anak. Hak untuk memperoleh
perlindungan dari pelibatan dalam situasi darurat atau kerusuhan. Hak untuk memperoleh
perlindungan dari sasaran penganiayaan, penyiksaan, atau penjatuhan hukuman yang tidak
manusiawi, hak untuk memperoleh kebebasan sesuai dengan hukum dan perlindungan dari
penangkapan, penahanan, atau tindak pidana penjara anak hanya dilakukan apabila sesuai
dengan hukum yang berlaku dan hanya dapat dilakukan sebagai upaya terakhir. Setiap anak
yang dirampas kebebasannya berhak untuk :
a) Mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan penempatannya dipisahkan dari orang
dewasa.
b) Memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam setiap tahapan
upaya hukum yang berlaku.
c) Membela diri dan memperoleh keadilan di depan pengadilan anak yang objektif dan
tidak memihak dalam sidang tertutup untuk umum7
Berdasarkan uraian diatas mengenai hak-hak anak berdasarkan Konstitusi dapat diringkas dalam
beberapa hak-hak yaitu antara lain : 1) Hak kelangsungan dalam hidup dalam cakupan hak
memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai, 2) Hak perlindungan hukum yang mencakup
perlindungan diskriminasi dan 3) Hak tumbuh kembang anak dalam pendidikan formal maupun non
formal, dan 4) Hak partisipasi dalam menyampaikan pendapat, bahwa berdasarkan atas hak anak
tersebut diatas merupakan hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang

6
Lilik Mulyadi, Kapita selekta hukum pidana, Kriminologi & Viktimologi, Djambatan, Jakarta, hlm 92
7
Hadi Supeno, Kriminalisasi Anak Tawaran Gagasan Radikal Peradilan Anak Tanpa Pemidanaan, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta,2010, hlm 12

15
tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara
D. Prinsip-prinsip Perlindungan Anak
Prinsip-prinsip Terkait Perlindungan Anak Di dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012
tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (SPPA) ada beberapa prinsip/asas diantaranya adalah sebagai
berikut;
1. Perlindungan
Yang dimaksud dengan ”pelindungan” meliputi kegiatan yang bersifat langsung dan tidak
langsung dari tindakan yang membahayakan Anak secara fisik dan/atau psikis.
2. Keadilan
Yang dimaksud dengan “keadilan” adalah bahwa setiap penyelesaian perkara Anak harus
mencerminkan rasa keadilan bagi Anak.
3. Nondiskriminasi
Yang dimaksud dengan ”nondiskriminasi” adalah tidak adanya perlakuan yang berbeda
didasarkan pada suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik, budaya dan bahasa, status hukum
Anak, urutan kelahiran Anak, serta kondisi fisik dan/atau mental.
4. Kepentinganterbaik bagi Anak
Yang dimaksud dengan ”kepentingan terbaik bagi Anak” adalah segala pengambilan keputusan
harus selalu mempertimbangkan kelangsungan hidup dan tumbuh kembang Anak.
5. Penghargaan terhadap pendapat Anak
Yang dimaksud dengan ”penghargaan terhadap pendapat Anak” adalah penghormatan atas hak
Anak untuk berpartisipasi dan menyatakan pendapatnya dalam pengambilan keputusan, terutama jika
menyangkut hal yang memengaruhi kehidupan Anak.
6. Kelangsungan hidup dan tumbuh kembang Anak
Yang dimaksud dengan ”kelangsungan hidup dan tumbuh kembang Anak” adalah hak asasi yang
paling mendasar bagi Anak yang dilindungi oleh negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, dan
orang tua.
7. Pembinaan dan pembimbingan Anak
Yang dimaksud dengan ”pembinaan” adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas, ketakwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku, pelatihan keterampilan, profesional,
serta kesehatan jasmani dan rohani Anak baik di dalam maupun di luar proses peradilan pidana. Yang
dimaksud dengan ”pembimbingan” adalah pemberian tuntu nan untuk meningkatkan kualitas
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku, pelatihan keterampilan,
profesional, serta kesehatan jasmani dan rohani klien pemasyarakatan.
16
8. Proporsional
Yang dimaksud dengan ”proporsional” adalah segala perlakuan terhadap Anak harus
memperhatikan batas keperluan, umur, dan kondisi Anak.
9. Perampasan kemerdekaan dan pemidanaan sebagai upaya terakhir
Yang dimaksud dengan “perampasan kemerdekaan merupakan upaya terakhir” adalah pada
dasarnya Anak tidak dapat dirampas kemerdekaannya, kecuali terpaksa guna kepentingan
penyelesaian perkara.
10. Penghindaran pembalasan
Yang dimaksud dengan “penghindaran pembalasan” adalah prinsip menjauhkan upaya
pembalasan dalam proses peradilan pidana.
Berdasarkan Konvensi Hak Anak dan UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, ada
empat prinsip umum perlindungan anak yang menjadi dasar bagi setiap negara dalam
menyelenggakan perlindungan anak, antara lain : 8
1. Prinsip Non-diskriminasi
Prinsip Non-Diskriminasi artinya semua hak yang diakui dan terkandung dalam KHA harus
diberlakukan kepada setiap anak tanpa pembedaan apapun. Prinsip ini ada dalam Pasal 2 KHA Ayat
(1), “Negara-negara pihak menghormati dan menjamin hak-hak yang ditetapkan dalam konvensi ini
bagi setiap anak yang berada di wilayah hukum mereka tanpa diskriminasi dalam bentuk apapun,
tanpa memandang ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, pandangan politik atau
pandangan-pandangan lain, asal usul kebangsaan, etnik atau sosial, status kepemilikan, cacat atau
tidak, kelahiran atau status lainnya baik dari si anak sendiri ataau dari orang tua walinya yang
sah.” Ayat (2): “Negara-negara pihak akan mengambil semua langkah yang perlu untuk menjamin
agar anak dilindungi dari semua diskriminasi atau hukuman yang didasarkan pada status, kegiatan,
pendapat yang dikemukakan atau keyakinan dari orang tua anak, walinya yang sah atau anggota
keluarganya.”
2. Prinsip Kepentingan Terbaik Bagi Anak (Best Interests of The Child)
Prinsip ini tercantum dalam Pasal 3 Ayat (1) KHA: “Dalam semua tindakan yang menyangkut
anak yang dilakukan lembaga-lembaga kesejahteraan sosial pemerintah maupun swasta, lembaga
peradilan, lembaga pemerintah atau badan legislatif, maka kepentingan yang terbaik bagi anak
harus menjadi pertimbangan utama”. Prinsip ini mengingatkan kepada semua penyelenggara
perlindungan anak bahwa pertimbangan-pertimbangan dalam pengambilan keputusan menyangkut

8
Hadi Supeno, Kriminalisasi Anak Tawaran Gagasan Radikal Peradilan Anak Tanpa Pemidanaan, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta,2010, hlm 53-62

17
masa depan anak, bukan dengan ukuran orang dewasa, apalagi berpusat kepada kepentingan orang
dewasa. Apa yang menurut ukuran orang dewasa baik, belum tentu baik pula menurut ukuran
kepentingan anak. Boleh jadi maksud orang dewasa memberikan bantuan dan menolong, tetapi yang
sesungguhnya terjadi adalah penghancuran masa depan anak.
3. Prinsip Hak Hidup, Kelangsungan Hidup, dan Perkembangan (The Right to Life,
Survival and Development)
Prinsip ini tercantum dalam Pasal 6 KHA Ayat (1): “Negara-negara pihak mengakui bahwa
setiap anak memiliki hak yang melekat atas kehidupan”. Ayat (2): “Negara-negara pihak akan
menjamin sampai batas maksimal kelangsungan hidup dan perkembangan anak ”.
Pesan dari prinsip ini sangat jelas bahwa negara harus memastikan setiap anak akan terjamin
kelangsungan hidupnya karena hak hidup adalah sesuatu yang melekat dalam dirinya, bukan
pemberian dari engara atau orang per orang. Untuk menjamin hak hidup tersebut berarti negara harus
menyediiakan lingkungan yang kondusif, sarana dan prasarana hidup yang memadai, serta akses
setiap anak untuk memperoleh kebutuhan-kebutuhan dasar. Berkaitan dengan prinsip ini, telah juga
dijabarkan dalam pembahasan sebelumnya berkaitan dengan hak-hak anak.
4. Prinsip Penghargaan Terhadap Pendapat Anak (Respect for the views of The Child)
Prinsip ini ada dalam Pasal 12 Ayat (1) KHA: “Negara-negara pihak akan menjamin anak0anak
yang mempunyai pandangan sendiri memperoleh hak menyatakan pandangan-pandangan secara
bebas dalam semua hal yang memengaruhi anak, dan pandangan tersebut akan dihargai sesuai
dengan tingkat usia dan kematangan anak.”. Prinsip ini menegaskan bahwa anak memiliki otonomi
kepribadian. Oleh sebab itu, dia tidak bisa hanya dipandang dalam posisi yang lemah, menerima, dan
pasif, tetapi sesungguhnya dia pribadi otonom yang memiliki pengalaman, keinginan, imajinasi,
obsesi, dan aspirasi yang belum tentu sama dengan orang dewasa. Dapat ditarik satu simpul
pengertian bahwa perspektif perlindungan anak adalah cara pandang terhadap semua persoalan
dengan menempatkan posisi anak sebagai yang pertama dan utama. Implementasinya cara pandang
demikian adalah ketika kita selalu menempatkan urusan anak sebagai hal yang paling utama

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Definisi perlindungan anak menurut Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak, Pasal 1 ayat 2 perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak
dan hak- haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai
dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi. Dasar hukum perlindungan terhadap anak yaitu, Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak dalam perjalanannya mengalami perubahan. Perubahan tentang UU
Perlindungan Anak di tetapkan dengan Undang-Undang. Undang-Undang tersebut adalah UU 35
tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Perubahan UU
Perlindungan Anak disebabkan karena alasannya untuk meningkatkan perlindungan terhadap anak
perlu dilakukan penyesuaian terhadap beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak.
Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23
tahun 2002 tentang Perlindungan Anak disahkan pada tanggal 17 Oktober 2014 oleh Presiden Dr.
Susilo Bambang Yudhoyono dan diundangkan pada hari itu juga oleh Menkumham Amir
Syamsudin. Dan ditempatkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 297.
Penjelasan Atas UU No 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU No 23 tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak ditempatkan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5606.
B. Saran

Demikianlah, penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Namun makalah ini masih jauh
dari kata sempurna dan masih banyak memeiliki kekurangan. Maka dari itu, besar harapan
penulis untuk meneria kritik dan saran yang membangun guna memperbaiki makalah ini
menjadi lebih baik lagi kedepannya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
penulis maupun bagi para pembaca.

19
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
Mulyadi, Lilik, 2008, Kapita selekta hukum pidana, Kriminologi & Viktimologi, Djambatan, Jakarta
Gultom, Maidin. (2008). Perlindungan Hukum Terhadap Anak dalam Sistem Peradilan Pidana Anak
diindonesia. Jakarta: Refika Aditama
Leigh A. Faulconer, In The Best Interest of Children, Source: Family Relations, Vol. 43, No. 3 (Jul.,
1994), Published by: National Council on Family Relations, Stable URL:
http://www.jstor.org/stable/585413 Accessed:19/05/2009 05:07
Purnianti. Supatmi, Mamik Sri. & Ni Made Martini Tinduk. (2003). Correction in America : “An
Introduction, Analisa Situasi Sistem Peradilan Pidana Anak (Juvenile Justice System) di
Indonesia [Harry E. Allen and Cliffford E. Simmonsen]. UNICEF, Indonesia.
Joni, Mohammad dan Tanamas, Zulchaina Z. (1999). Aspek Hukum Perlindungan Anak dalam
Perspektif Konvensi Hak Anak. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Supeno, Hadi, 2010, Kriminalisasi Anak Tawaran Gagasan Radikal Peradilan Anak Tanpa
pemidanaan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

20

Anda mungkin juga menyukai