Dosen pengampu :
Siti Nur Hanifah, S.Tr.Keb., M.KM.
Disusun oleh :
kelompok 2 semester 4C
1. Mahrus Ali Mukhtar (2276610067)
2. Neira Farinca Aprillita (2276610073)
3. Nur Hafalah (2276610075)
4. Robiah Al-Adawiyah (2276610081)
5. Siti Rohiliyah (2276610089)
AL-QODIRI - JEMBER
2024/2025
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas limpahan
berkah, rahmat, karunia dan ridhonya, makalah ini disusun sebagai salah satu bentuk
pertanggung jawaban atas tugas yang diberikan oleh dosen Keperawatan Anak l, Siti
Nur Hanifah, S.Tr.Keb., M.KM.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
.........................................................................................................................................
i
DAFTAR ISI
.........................................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
.........................................................................................................................................
1
1.3 Tujuan
.........................................................................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN
.........................................................................................................................................
3
3.1 Kesimpulan
.........................................................................................................................................
13
3.2 Saran
.........................................................................................................................................
13
DAFTAR PUSTAKA
.........................................................................................................................................
14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
5. Apa saja Sistem Pemberian Pelayanan Kesejahteraan Perlindungan Anak di
Indonesia?
6. Apa Standar Lembaga Pelayanan Pengasuhan Anak ?
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perlindungan Anak
Pasal 13 (1) Undang– undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
disebutkan setiap anak selama dalam pengasuhan orangtua, wali atau pihak lain yang
bertanggung jawab atas pengasuhan.
Pelecehan seksual anak termasuk perilaku yang lebih luas, seperti oral, anal penetrasi
penis, atau alat kelamin, digital anal atau genital atau penetrasi lain, kontak kelamin
dengan non intrusi, cumbuan payudara anak atau pantat, penampilan senonoh,
supervisi yang tidak memadai atau tidak dari kegiatan sukarela seksual anak, dan
penggunaan anak atau remaja dalam prostitusi, pornografi, kejahatan internet, atau
kegiatan seksual eksploitatif lainnya (Goldman & Salus, 2003).
Komponen yang saling terkait antara lain adalah kerangka hukum dan
kebijakan yang kuat untuk PA, tersedianya anggaran yang memadai, koordinasi multi
sektoral, sistem layanan pencegahan yang ramah anak dan responsif, tenaga kerja PA
yang profesional, pengawasan dan regulasi, serta data dan informasi yang kuat
tentang isu isu PA. Dalam sistem perlindungan anak meliputi:
6
a. Pencegahan terhadap kekerasan, penelantaran, perlakukan salah dan eksploitasi
yang direspon secara efektif ketika hal tersebut muncul serta menyediakan. layanan
yang dibutuhkan, rehabilitasi dan kompensasi terhadap para korban
d. Mendorong partisipasi anak baik laki dan perempuan, orang tua, wali dan
masyarakat, international dan nasional NGO serta masyarakat sipil. Indonesia
merupakan salah satu negara yang mencantumkan anak dalam konstitusinya. Hal ini
merupakan tongak sejarah perjuangan untuk memajukan penyelenggaraan
perlindungan anak.
Sangat menentukan dan terkait dengan apakah anak itu semata-mata sebagai
pewaris. penerus nama keluarga, tenaga kerja murah, membantu ekonomi keluarga,
jaminan di hari tua, atau dikehendaki untuk dikasihi orang tuanya sehingga dapat
berkembang menjadi pribadi yang mandiri.
7
c. Arti lain tentang anak:
Nilai jenis kelamin, bahwa anak itu terdiri dari dua jenis kelamin, yaitu laki-
laki dan perempuan dimana anak laki-laki cenderung mempunyai nilai yang lebih
menguntungkan daripada anak perempuan.
Suatu contoh nilai positif anak: melanjutkan garis keturunan, pengikat suami
istri. membina kebahagiaan. Suatu contoh nilai negatif anak: kenakalan anak, biaya
menyekolahkan anak dan lain sebagainya.
a. Pengertian Anak sah adalah anak yang dilahirkan dari perkawinan yang sah
b. Ketentuan Pasal 250 KUH Perdata Tiap-tiap anak yang dilahirkan atau
ditumbuhkan sepanjang perkawinan yang sah memperoleh suami ibu dari anak
tersebut sebagai anaknya
c. Ada kemungkinan anak tersebut bukan dibenihkan oleh suami ibu dari anak
tersebut.
d. Dengan demikian suami ibu tersebut dapat menyangkal keabsahan status anak
8
Selain itu, KPAD juga mengupayakan adanya kebijakan dan kertersediaan
anggaran di tingkat desa, membangun peran serta aktif dari anak, masyarakat dan
pemerintah secara bersama sama, serta membangun sistem rujukan ke tingkat
kecamatan dan kabupaten.
Pada tahun 1990 Indonesia telah meratifikasi Konvensi Hak Anak (KΚΗΛ)
melalui Keppres 36/1990 pada tanggal 25 Agustus 1990 dimana substansi inti dari
KHA adalah adanya hak asasi yang dimiliki anak dan ada tanggung jawab Negara-
Pemerintah-Masyarakat-dan Orangtua untuk kepentingan terbaik bagi anak agar
meningkatnya efektivitas penyelenggaraan perlindungan anak secara optimal.
9
Kemudian KHA dikuatkan dengan terbitnya Undang Undang Nomor 23 Tahun 2002
Tentang Perlindungan Anak yang mengatur tentang Hak dan Kewajiban Anak, serta
kewajiban dan tanggug jawab negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orang
tua.
Di samping itu juga diatur tentang kuasa asuh, perwalian, pengasuhan dan
pengangkatan anak, serta penyelenggaraan perlindungan. Permasalahan anak telah
direspon oleh berbagai Kementerian Lembaga terkait, antara lain Kementerian Sosial,
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Kesehatan, Pendidikan. Agama,
Dalam Negeri. Tenaga Kerja. Hukum dan HAM, Kepolisian. Pengadilan Negeri,
Lembaga donor dan lembaga kesejahteraan social di tingkat nasional maupun
wilayah. Di lingkup Kementerian Sosial (selanjutnya disebut Kemensos) untuk
mempercepat penanganan masalah sosial anak, pada tahun 2009 Direktorat
Kesejahteraan Sosial Anak mulai mengembangkan Program Kesejahteraan Sosial
Anak (PKSA) melalui kegiatan uji coba penanganan anak jalanan di lima wilayah
yaitu Jawa Barat, DKI Jakarta, Lampung, Sulawesi Selatan, dan Yogyakarta.
PKSA dikuatkan lagi dengan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 Tentang
Program Pembangunan yang Berkeadilan, yang menetapkan PKSA sebagai program
prioritas nasional yang meliputi PKSA Balita, PKSA Terlantar, PKS-Anak Jalanan,
PKS-Anak yang Berhadapan dengan Hukum. PKS-Anak Dengan Kecacatan, dan
PKS-Anak yang Membutuhkan Perlindungan Khusus.
10
PKSA merupakan respon sistemik dalam perlindungan anak, termasuk
memberikan penekanan pada upaya pencegahan melalui lima komponen program
yaitu: 1) pemenuhan kebutuhan dasar, 2) aksesibilitas terhadap pelayanan sosial
dasar. 3) pengembangan potensi dan kreativitas anak, 4) penguatan tanggung jawab
orangtua, dan 5) penguatan lembaga kesejahteraan sosial anak. Secara konseptual
PKSA lebih komprehensif dan berkelanjutan dibandingkan program pelayanan sosial
anak pada tahun-tahun sebelumnya karena sudah berdasarkan pendekatan kepada
anak, orangtua atau keluarga (family base care), dan kepada masyarakat yaitu
lembaga kesejahteraan sosial yang khusus menangani anak (LKSA).
11
Dalam mendukung kesejahteraan anak dan remaja para penulis (Altman;
Cohen, Hornsby, and Priester, Kemp, Allen- Eckard, Ackroyd, Becker, and Burke;
and Chahine and Higgins) dalam tulisannya Systemic Issues in Child Welfare, fokus
pada beberapa faktor kunci dalam bekerja dengan keluarga yaitu melibatkan anak dan
remaja, keluarga dan masyarakat dalam proses asesmen melalui konfrensi tim.
Filosofi layanan perlindungan anak menurut De Panfilis dan Salus 2003, Lembaga
Layanan Perlindungan Anak bekerja berdasarkan keyakinan filosofis bahwa setiap
anak memiliki hak untuk pengasuhan dan pengawasan yang memadai dan bebas dari
penyalahgunaan, penelantaran, dan. eksploitasi. Hukum melindungi anak-anak dan
remaja, menganggap bahwa itu adalah tanggung jawab orangtua untuk
memperhatikan kebutuhan fisik. mental, emosional, dan kesehatan anak-anak mereka
terpenuhi secara memadai.
12
ВАВ Іll
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
Hikmat, Hari. (2006). Pedoman Analisis Kebijakan Kesejahteraan Sosiol, Pada Tgl
05 Maret 2008 Disampaikan dalam Kegiatan Finalisasi Pedoman Analsis
Kebijakan Kesejahteraan Sosial. Departemen Sosial RI.
Kementerian Sosial RI, Badan Pusat Statistik. (2012). Profil PMKS, Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial, INDONESIA 2011. Pusat Data dan Informasi
Kementerian Sosial RI.
14