Makalah
Oleh :
Segala puji bagi Allah Swt. Atas limpahan rahmatnya sehingga kita masih
makalah Mata Kuliah Bahasa Indonesia yang telah di berikan oleh dosen yang
bersangkutan. Shalawat serta salam tak lupa kita kirimkan kepada Nabi
Muahammad Saw. Yang telah mengeluarkan kita dari alam kebodohan menuju
Adapun tujuan kami membuat makalah ini untuk memenuhi tugas Mata
Hukum Terhadap Anak sebagai Korban Kekerasan Psikis dalam Rumah Tangga”
yang telah diberikan oleh dosen yang bersangkutan. Kami mengucapkan banyak
terimah kasih untuk pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka saran dan keritik sangat
baik.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................4
C. Tujuan...................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Implementasi yang Mendukung Perlindungan Hukum terhadap Anak
sebagai Korban Kekerasan Psikis dalam Rumah Tangga.....................5
B. Kendala Yang Didapatkan Dalam Mengimplementasikan Perlindungan
Hukum Terhadap Anak Sebagai Korban Kekerasan Psikis Dalam Rumah
Tangga..................................................................................................8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpul...............................................................................................12
B. Saran.....................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
anak sebagai korban kekerasan psikis dalam rumah tangga terutama mengenai
menjadi sebab sehingga terjadi kekerasan ataupun tindak pidana dalam lingkup
rumah tangga maupun pemerintah dan pihak yang terkait dalam perlindungan
muda yang mencakup beberapa sumber daya manusia yang berpotensi untuk
strategi yang dimiliki serta, ciri dan sifat khusus namun, sangat memerlukan
seimbang. Dan ada beberapa pandangan luas yang mencakup sebuah titik temu
1
2
dan bagian keluarga anak yang vital seharusnya menjamin terpenuhinya semua
kebutuhaan dan hak dasar bagi anak. Hal ini dikarenakan anak adalah kelompok
anak dalam hukum juga dibedakan dengan kelompok manusia yang lain. Dengan
kedudukan yang berdasar pada hukum anak layak mendapatkan perhatian penuh
sendiri. Maka dari itu, beberapa anak yang terpaksa dan terlibat pada situasi
tertentu yang tidak diperbolehkan atau bahkan anak menjadi korban dari suatu
perampok dan sebagainya,maupun oleh saudara sekalipun atau bahkan orang tua
kandung mereka sendiri. Tetapi, kasus dan pemasalahan tindak kekerasan yang
pelanggaran terhadap hak anak, acap kali kurang mendapat perhatian publik,
karena selain data dan laporan tentang kasus child abuse memang nyaris tidak ada,
juga karena kasus ini seringkali masih terbungkus oleh kebiasaan masyarakat
yang meletakkan masalah ini sebagai persoalan internal keluarga, dan tidak layak
atau tabu untuk diekspos keluar secara terbuka. Seperti dikatakan Harkristuti
yang diketahui publik salah satunya sebab sering terjadinya penyelesaian kasus
3
kasus tindak kekerasan, eksploitasi, dan bahkan tindak pelecehan seksual terhadap
anak tidak hanya terjadi di kehidupan jalanan di kota besar yang memang keras, di
sektor industri atau dunia ekonomi yang konon sering disebut bersifat eksploitatif,
Kasus kekerasan terhadap anak, dewasa ini tidak hanya terjadi di kota-kota
besar saja tetapi juga sudah banyak dijumpai di berbagai pelosok daerah di
Kabupaten Bone, yang kemudian oleh penulis dipilih sebagai lokasi penelitian,
dimana daerah ini merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan yang
sesuatu yang biasa dan benar dalam pandangan masyarakat, padahal Hak asasi
anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-
undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945) dan
Undang –Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (HAM).
Secara Khusus hal-hal mengenai anak termaksud hak dan kewajibannya tercantum
Undang-undang ini merupakan hasil ratifikasi dari Konfensi Hak Anak tahun
1989. Artinya anak harus dipandang sebagai subjek hukum dengan segala hak dan
hukum terhadap berbagai kebebasan dan hak asasi anak (fundamental rights and
mencakup ruang lingkup yang sangat luas. Perlindungan anak juga dapat diartikan
sebagai segala bentuk kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan
B. Rumusan Masalah
sebagai berikut :
rumah tangga?
C. Tujuan
rumah tangga.
memberikan rasa aman, baik fisik maupun mental, kepada korban dan sanksi dari
ancaman, gangguan, teror, dan kekerasan dari pihak manapun.
atau tindakan hukum, atau sanksi pidana. Aturan hukum tidak hanya untuk
terhadap subyek hukum dalam bentuk perangkat hukum baik yang bersifat
preventif maupun yang bersifat represif, baik yang tertulis maupun tidak tertulis.
Dengan kata lain perlindungan hukum sebagai suatu gambaran dari fungsi hukum
pendekatan hukum yang merupakan cara memanfaatkan sarana pidana atau sanksi
1
Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta : UI Press, 2008),h. 51-52.
5
6
dan pengawasan atas penyelenggaraan pendidikan pada semua jenjang dan jenis
dengan mutu pendidikan tetapi juga melakukan pengawasan terhadap segala hal
perilaku anak didik dan lingkungan sekolah sehingga aman untuk anak didik.
karena itu, kebijakan hukum pidana merupakan bagian dari kebijakan penegak
hukum (Law Enforcement). Hukuman atau sanksi pidana yang dijatuhkan kepada
pelaku diharapkan dapat memberikan efek jerah kepada pelaku sesuai dengan
dengan kekerasan yang berdampak psikis pada anak perlu di atur dalam Peraturan
dengan memuat pengaturan mengenai hak-hak korban kekerasan baik itu korban
kekerasan fisik atau psikis didalam undang-undang, sehingga apabila ada korban
kekerasan fisik yang berdampak pada psikis anak, maka korban dapat segera
diberikan hak-haknya sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan dalam undang-
undang.2
2
Tania Suci Maharani,dkk. Perlindungan Hukum Terhadap Anak Yang Menjadi Korban
Kekerasan Rumah Tangga Di Indonesia. Jurnal Kertha Semaya, Vol. 9 No. 10 Tahun 2021, h.
1851-1864.
7
antara politik kriminal dan politik sosial dan keterpaduan antara upaya
penanggulangan kejahatan dan dampaknya bagi korban dengan hukum dan non
hukum yaitu memberikan rehabilitasi kepada anak baik dari pemerintah maupun
dari pihak pelaku kekerasan. Rehabilitasi adalah sebuah kegiatan ataupun proses
untuk membantu para penderita yang mempunyai penyakit serius seperti trauma
atau cacat yang memerlukan pengobatan medis untuk mencapai kemampuan fisik,
Oleh karena itu penting bagi pemerintah meninjau kembali sistem perekrutan guru
anak didiknya.
anak yakni pergaulan yang perlu dibatasi dan terkontrol serta norma yang sopan
dan santun yang ada di masyarakat ditanamkan dalam diri anak. Pembenahan
terhadap teknologi yang mana teknologi saat ini berisi konten-konten yang kurang
8
baik untuk di tiru oleh anak-anak. Segala komunikasi anak lebih mudah lewat
media sosial, namun seringkali media sosial dijadikan alat untuk melakukan
(cybercrime).
Dalam hal kaitannya anak sebagai korban dari eksploitasi seksual terhadap
anak, maka ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang berbuat jahat
tidak berdiri sendiri, dapat disebabkan oleh kondisi yang mendukung, keberadaan
korban yang secara tidak langsung dapat mrendorong pelaku, atau ada unsur-
unsur lain yang mempengaruhinya yaitu: faktor dari dalam (Faktor Internal) dan
hidup keluragnya.
3
Fakih M, Buku Panduan Pelatihan Deteksi Dini dan Penatalaksanaan Korban Child
Abuse and Neglect (Jakarta: IPB Press 2003), h. 77.
9
ketenangan diluar dan kurang bimbingan moral dari orang tua menjadikan
merupakan salah satu faktor yang juga membuat anak yang menjadi
anak menjadi malu, takut dan tidak tahu untuk menghadapi kehidupan
kedepannya.
tanpa melanggar hak-hak anak. Dalam hal ini, orang tua dihrapkan bisa
menjadi model dan teladan bagi anak serta bijaksana dalam memberikan
6. Pendidikan Pendidikan adalah salah satu faktor dari dalam yang membuat
seksual.4
ketimpangan-ketimpangan sosial.
kesejahteraan, dan lingkungan kerja. Hal ini sudah menjadi bagian dari
4
Hadi Supeno, Kriminalisasi Anak: Tawaran Gagasan Peradilan Anak Tanpa
Pemidanaan (Jakarta: Media Cahaya, 2010), h. 97-98
11
dari seseorang.
Faktor-faktor ini bisa saja saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Berdasarkan
data yang ada, kriteria-kriteria anak yang menjadi korban dapat dilihat dari
yang terjadi pada anak yang menjadi korban eksploitasi seksual bukan hanya
5
Bagong Suyanto, Krisis dan Child Abuse (Surabaya: Bahagia Abadi, 2002), h. 114-115.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
sebagai korban kekerasan psikis dalam rumah tangga mencakup berbagai langkah.
Pertama, diperlukan peraturan hukum yang jelas dan tegas yang mengidentifikasi
dan melarang kekerasan psikis, serta menetapkan sanksi yang tegas bagi pelaku.
hukum yang berlaku. Penguatan lembaga penegak hukum, seperti kepolisian dan
lembaga perlindungan anak, juga penting untuk memberikan respons yang cepat
kekerasan psikis perlu ditingkatkan, agar masyarakat lebih peka terhadap isu ini.
bagi anak-anak yang menjadi korban kekerasan psikis dalam rumah tangga.
sebagai korban kekerasan psikis dalam rumah tangga melibatkan sejumlah faktor.
Pertama, stigma sosial terkait isu kekerasan psikis dapat membuat beberapa kasus
sulit dilaporkan karena ketakutan atau rasa malu yang dialami oleh korban atau
dalam sistem hukum dan lembaga perlindungan anak juga dapat menjadi
aparat penegak hukum dan penyedia layanan sosial juga dapat menghambat
12
13
deteksi dan penanganan kasus. Selain itu, koordinasi antara berbagai lembaga
agar implementasi perlindungan hukum terhadap anak dapat berjalan lebih efektif
dan menyeluruh.
B. Saran
rumah tangga. Orang tua terkadang melampiaskan kekesalan dari tempat kerja
kepada anak di rumah. Tanpa memikirkan dampak yang di deritta oleh si anak.
Semoga materi ini bermanfaat dan menjadi pelajaran yang bisa di terapkan.
Adapun kekurangan kami mohon maaf. Saran dan kritik kami terimah.
DAFTAR PUSTAKA
Suyanto, Bagong. Krisis dan Child Abuse. Surabaya: Bahagia Abadi, 2002.
14