Anda di halaman 1dari 24

ANALISIS YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM TINDAK

PIDANA KEKERASAN PADA ANAK DALAM RUMAH TANGGA

(Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Semarang )

Proposal Penelitian untuk Penulisan Hukum dalam Bentuk Skripsi Program

Kekhususan Hukum Pidana

Diajukan oleh :

MUHAMMAT ILHAM

30301700238

PROGRAM STUDI (S-1) ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA)

SEMARANG
UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TINDAK KEKERASAN

PADA ANAK DALAM RUMAH TANGGA

(Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Semarang)

Diajukan oleh :

MUHAMMAT ILHAM

30301700238

Pada tanggal, 2021 Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing :

Dr. Bambang Tri Bawono S.H.,M.H.


NIDN:

i
UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TINDAK KEKERASAN

PADA ANAK DALAM RUMAH TANGGA

A. Latar Belakang Masalah

Setiap manusia memiliki hak asasi sejak lahir yang melekat pada

dirinya salah satunya adalah ha katas hidup yang layak tanpa adanya

diskriminasi atau kekerasaan yang dilakukan oleh para pihak. Anak

merupakan individu yang layak mendapatkan hak tersebut sejak masih

dalam kandungan.

Berbicara mengenai anak adalah hal yang sangat penting karena anak

merupakan potensi nasib suatu generasi atau bangsa dimasa mendatang,

anak merupakan cerminan sikap hidup bangsa dan penentu perkembangan

bangsa.1 Orang tua menempati posisi sentral dalam pendidikan anak pada

awal kehidupan anak terlahir dalam kondisi lemah fisik, mental, serta daya

pikiranya anak hanya bersikap pasif menerima apapun yang diajarkan oleh

orang tuanya selain itu anak merupakan amanah dari Allah SWT karena

tidak semua pasangan yang diberikan amanah oleh Allah SWT untuk

dikaruniai anak oleh karena itu sebagai orang tua harus menjaga dan

mendidik anak tersebut agar bisa menajdi anak yang berguna bagi bangsa

dan negara serta agama. Hak-hak yang harus diproleh anak dari orang

tuanya sejak anak dilahirkan didunia yang berdasarkan hukum dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pelanggaran hak asasi

1
Wagiati Sutedjo, Hukum Pidana Anak, Cetakan Ketiga, Refika Aditaman, Bandung, 2010, hal 5.

1
2

manusia yang terjadi saat ini disebabkan kemajuan ilmu dan teknologi,

globalisasi, dan penghormatan serta penghargaan seseorang terhadap nilai-

nilai etis, etika, moral, dan, agama sehingga sesesorang dengan mudah

menyakiti orang lain dengan tujuan-tujuan tertentu. Oleh sebab itu, banyak

pelanggaran hak asasi terjadi dalam berbagai bentuk utamanya dalam

bentuk kekerasan fisik maupun psikis. Kekerasan dapat dilakukan oleh

siapa saja dan kapan saja maka dari itu dapat terjadi pada siapa saja,

umumnya korban dari kekerasan pada orang-orang lemah seperti anak,

perempuan dan orang tua (lansia). Pelaku kekerasan didominasi orang-

orang kuat dan berkausa yang mestinya mereka membantu orang-orang

yang lemah tersebut. Kekerasan dikatakan melanggar hak-hak asasi karena

kekerasan merampas hak-hak kebebesan, hak-hak hidup untuk hidup

dengan baik dan mendapatkan perlakuan yang baik pula.2

Setiap warga negara berhak memperoleh rasa aman dan bebas dari

segala bentuk kekerasan sesuai degan ideologi dan konstitusi bangsa

Indonesia, bahwa segala bentuk kekerasan, terutama kekerasan dalam

rumah tangga, merupakan pelanggaran hak dasar manusia dan kejahatan

terhadap martabat kemanusian serta bentuk diskriminasi yang harus

dihapus.3 Tapi banyak orang tua beranggapan bahwa melakukan kekerasan

terhadap anak adalah hal wajar karena berfikir bahwa kekerasan dapat

2
Rianawati, Perlindungan Hukum Terhadap Kekerasan Pada Anak, Jurnal Studi Gender dan Anak
Institut Agama Islam Potianak.
3
Mohammad Taufik Makarao, Hukum Perlindungan Anak dan Penghapusan dalam Rumah
Tangga, Rineka Cipta, Jakarta, 2014, hal 2.
3

mendisplinkan anak. Orang tua sering berlebihan ketika mendisplinkan

anaknya dengan kekerasan mereka lupa bahwa mereka adalah orang paling

bertanggung jawab dalam perlindungan, peningkatan kelangsungan hidup

dan mengoptimalkan tumbuh kembang anak.

Kekerasan adalah tindakan agresif dan pelanggaran (penyiksaan,

pemukulan, pemerkosaan, dan lain-lain) yang menyebabkan atau

dimaksudkan untuk menyebabkan penderitaan atau menyakiti orang lain,

dan hingga batas tertentu tindakan menyakiti binatang dapat dianggap

sebagai kekerasan, tergantung pada situasi dan nilai-nilai sosial yang

terkait dengan kekejaman terhadap binatang.Istilah “kekerasan” juga

mengandung kecenderungan agresif untuk melakukan perilaku yang

merusak. Kerusakan harta benda biasanya dianggap masalah kecil

dibandingkan dengan kekerasan terhadap orang.4

Tingkah laku atau tindak pidana yang dilakukan secara individual

menurut John Donrad dalam bukunya Yasmil dapat dikelompokkan

sebagai berikut :5

1. Kekerasan yang dipengaruhi oleh factor budaya

2. Kekerasan yang dilakukan dala rangka kejahatan

3. Kekerasan psikologis.

4. Kekerasan yang tidak disengaja.

5. Kekerasan institusional
4
ttps://Asiaaudiovisualra09gunawanwibisono’s.wordpress.com/2009/07/05/pengertian-
kekerasan/diakses: Jumat, 16 Juli 2021 pukul: 14:17 wib
5
Yesmil Anwar dan Adang, Kriminalogi, Refika Aditama, Bandung, 2010, hal 412.
4

6. Kekerasan situasional.

7. Kekerasan diam

8. Kekerasan teknologis

9. Kekerasan birokratis.

Indonesia memiliki Undang-undang tentang perlindungan anak yang

telah diubah menjadi Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang

Perlindungan Anak serta Undang-undang Nomor 23 tahun 2004 tentang

Penghapusan Kekerasan dalam rumah tangga tapi hanya kekerasan

terhadap anak dalam rumah tangga masih sering terjadi.

Kekerasan pada anak adalah segala bentuk tindakan yang melukai dan

merugikan fisik, mental,dan seksual termasuk hinaan meliputi;

penelantaran dan perlakuan buruk, eksploitasi dan termasuk eksploitasi

seksual, serta trafficking atau jual-beli anak.

Pemicu kekerasan terhadap anak yang terjadi, diantaranya adalah yang

pertama, munculnya kekerasan dalam rumah tangga.Kedua, terjadinya

disfungsi keluarga, yaitu peran orang tua tidak berjalan sebagaimana

seharusnya.Ketiga, faktor ekonomi, yaitu kekerasan timbul karena tekanan

ekonomi. Tertekannya kondisi keluarga akibat himpitan ekonomi adalah

faktor yang banyak terjadi. Tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga

termasuk dalam kategori kejahatan terhadap martabat dan kehormatan

manusia. Tindak pidana ini juga berdampak buruk bagi korban terutama

dalam hal ini anak yang menjadi korban, sehingga anak dapat mengalami
5

trauma dan menjadikan pribadi yang tertutup terhadap lingkungan.

Kekerasan yang dilakukan menjurus pada tingkah laku yang melanggar

undang-undang,baik berupa ancaman maupun tindakan nyata yang

memiliki akibat-akibat atau kerusakan harta benda maupun fisik atau

mengakibatkan kematian pada seseorang.

Kekerasan dalam rumah tangga terhadap anak tidak dibenarkan dalam

agam islam, meskipun beranggapan itu perlu untuk mendidik anak namun

dalam agama islam menentang keras adanya tidak kekerasan terhadap

anak, seperti Hadits dari Nabu Muhammad SAW:

“perintakanlah anak-anakmu untuk melaksanakan shalat ketika


berusia tujuh tahun, pukullah mereka hingga usia sepuluh tahun tetap
enggan melaksanakan shalat.” (HR Abu Dawud dan Al-Hakim).
“Nafkahilah keluargamu dengan hartamu secara memadai, janganlah
kau angkat tongkatmu dihadapan mereka (mudah memukul) untuk
memperbaiki perangainya. Namun tanamkanlah rasa takut kapada Allah
SWT.”(HR Ahmad, Ibnu Majah dan Al-Bukhari dalam KItab Al-Adab Al
Mufrad)

Indonesia merupakan negara hukum yang mengatur warga negara

dalam melaksanakan hak dan kewajiban. Hal ini tercantum dalam Undang-

undang dasar 1945 pasal 1 ayat (3) dimana hukum menjadi kaharusan

dalam bangsa dan negara karena adanya hukum dapat menciptakan

ketertiban serta keadilan paada masyarakat serta menjdi sarana control

social, maka hukum bertugas untuk menjaga masyarakat dapat berada

dalam pola-pola tingkah laku yang diterima olehnya dalam peranannya

tersebut hukum hanya mempertahankan saja apa yang telah terjadi sesuatu
6

yang tetap dan diterima dalam masyarakat. Tetapi hukum masih dapat

menjalankan fungsinya yang lain yaitu dengan tujuan untuk megadakan

perubahan-perubahan di dalam masyarakat.

Berdasarkan fungsi hukum, selaku sarana control social serta

masyarakat sebagai pihak yang wajib mentaati peraturan hukum sehingga

masyarakat dapat terkontrol dalam berkehidupan sepertihalnya kekerasan

dalam rumah tangga yang menjadikan anak sebagai korban bisa dicegah

agar tidak terjadi, apabila telah terjadi hukum menjadi pelindung bagi anak

tersebut agar mendapatkan hak-haknya.

Hak asasi anak diakui secara universal sebagaimana tercantum dalam

Piagam PBB dan Deklarasi PBB Tahun 1948 tentang Hak Asasi Manusia,

Deklarasi ILO, ILO (International Labour Organisation) di Philadelphia

tahun 1944, Konstitusi ILO, Deklarasi PBB tahun 1959 tentang Hak Anak,

Konvensi PBB Tahun 1966 tentang Hak–hak Ekonomi, Sosial, dan

Budaya dan Konvensi PBB Tahun 1989 tentang Hak Anak, Konvensi ILO

No. 182 Tahun 1999 tentang Pelanggaran dan Tindakan Segenap

Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk Untuk Anak (disetujui

pada Konverensi Ketenagakerjaan Internasional ke 87 tanggal 17 Juni

1999 di Jenewa) dan Pasal 53 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

39 Tahun 1999 pada ayat : (1) Setiap anak sejak dalam kandungan berhak

untuk hidup, mempertahankan hidup, dan meningkatkan kehidupan (2)


7

Setiap anak sejak kelahiranya berhak atas suatu nama dan

kewarganegaraan.6

Berkaitan dengan pemenuhan hak anak maka telah dibuat berbagai

peraturan perundang-undangan penunjang yakni : Undang-Undang Nomor

4 Tahun 1979 yang mengatur tentang Kesejahteraan Anak, Undang-

Undang Nomor 3 Tahun 1997 yang mengatur tentang Pengadilan Anak,

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

(khusus pada Pasal 52 sampai dengan Pasal 66 yang mengatur tentang hak

anak).7

Setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan bilamana

diperlukan, namun juga harus diberikan kesempatan yang lebih besar

untuk berpartisipasi dalam hal yang berkaitan dengan tanggungg jawab

orang yang lebih tua menyangkut kehidupannya. Pasal 52 Undang Undang

Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak asasi Manusia menyebutkan dalam

ayat :

1. Setiap anak berhak atas perlindungan oleh orang tua, keluarga,

masyarakat dan Negara.

2. Hak anak adalah hak asasi manusia dan untuk kepentingannya hak

anak itu diakui dan dilindungi oleh hukum bahkan sejak dalam

kandungan
6
Koesparmono Irsan, Hukum dan Hak Asasi Manusia, Yayasan Brata Bhakti, Jakarta, 2009, hal
43.
7
Jean, K. Matuankota, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Angkat Dalam Memproleh Kejelasan
Status Hukum Melalui Pencatatan Pengangkatan Anak (Suatu Tinjauan Dari Prespektif Hak Asasi
Manusia), Jurnal SASI Vol 17 No.3,Bulan Juli-September 2011, hal 11
8

Pasal 53 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999

Tentang Hak asasi Manusia pada ayat :

1. Setiap anak sejak dalam kandungan berhak untuk hidup,

mempertahankan hidup, dan meningkatkan kehidupannya.

2. Setiap anak sejak kelahiranya berhak atas sutatu nama dan status

kewarganegaraan.

Perlindungan hukum terhadap anak dapat diartikan sebagai upaya

perlindungan hukum terhadap berbagai kebebasan dan hak asasi anak

(fundamental rights and freedoms of children) serta berbagai kepentingan

yang berhubungan dengan kesejahteraan anak.8

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 47

ayat (1), “Anak yang belum mencapai umur 18 ( delapan belas ) tahun atau

belum pernah melangsungkan perkawinan ada di bawah kekuasaan orang

tuanya selama mereka tidak dicabut dari kekuasaannya.” dan pasal 50 ayat

(1), “Anak yang belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun atau

belum pernah melangsungkan perkawinan, yang tidak berada di bawah

kekuasaan orang tua, berada di bawah kekuasaan wali”. Artinya dewasa

ketika sudah diperbolehkan menikah, usianya 18 tahun.

Upaya perlindungan anak perlu dilaksanakan sedini mungkin, yakni

sejak dari janin dalam kandungan sampai anak berumur 18 (delapan belas)

tahun. Dalam melakukan pembinaan, pengembangan, dan perlindungan

8
Waluyadi, Hukum Perlindungan Anak, Mandar Maju, Bandung, 2009, hal 1.
9

anak, lembaga keagamaan, lembaga swadaya masyarakat, organisasi

kemasyarakatan, organisasi sosial, dunia usaha, media massa, atau

lembaga pendidikan.9

Menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan

atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

dalam Pasal 15 menyebutkan bahwa setiap anak berhak untuk memperoleh

perlindungan dari:

1. Penyalahgunaan kegiatan politik:

2. Pelibatan dalam sengketa bersenjata:

3. Pelibatan dalam kerusuhan sosial:

4. Pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur kekerasan:

5. Pelibatan dalam peperangan: dan

6. Kejahatan seksual.

Hukum merupakan sarana sosial untuk menciptakan suatu ketertiban

dan ketentraman bagi kedamaian dalam hidup sesama warga masyarakat,

dan itu juga merupakan dari tujuan hukum itu sendiri. Oleh karena itu,

korban kekerasan dalam rumah tangga, yang kebanyakan perempuan dan

anak, harus mendapatkan perlindungan dari negara dan/atau masyarakat

agar terhindar dan terbebas dari kekerasan atau ancaman kekerasan,

penyiksaan, atau perlakuan yang merendahkan derajat dan martabat

manusia.

9
Mohammad Taufik Makarao, Op.Cit, hal 104.
10

Berdasarkan pada uraian diatas, maka penulis melakukan penelitian

untuk mengetahui lebih dalam mengenai: “ANALISI YURIDIS

PERLINDUNGAN HUKUM TINDAK PIDANA KEKERASAN

ANAK DALAM RUMAH TANGGA” (Studi Kasus di Pengadilan

Negeri Semarang).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti mengemukakan

permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana upaya penyelesaian dan perlindungan hukum terhadap

anak sebagai korban tindak pidana kekerasan ?

2. Apa yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan perlindungan hukum

terhadap anak ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini

sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui upaya penyelesaian dan perlindungan hukum

terhadap anak sebagai korban tindak pidana kekerasan.

2. Untuk mengetahui menjadi hambatan dalam pelaksanaan perlindungan

hukum terhadap anak.

D. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan teoritis
11

Penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat bagi

mahasiwwa hukum sebagai masukan dan menambah dalam

pengembangan ilmu pengetahuan agar dapat membuat sebuah tatanan

hukum lebih baik dan dapat memberikan sebuah keadilan ditengah

masyarakat yang telah penulis peroleh selama di bangku kuiah. Bagi

peneliti, penelitian ini bermanfaat sebagai syarat untuk mencapai gelar

sarjana (S-1) di bidang Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas

Islam Sultan Agung (UNISSULA).

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi penulis

Penelitian ini diharapkan menambah wawasan penulis dalam

bidang ilmu hukum, khususnya hukum pidana, sehingga penulis

dapat menerapkan dan membandingkan teori-teori yang telah

diperoleh selama di bangku perkuliahan dengan kenyataan dalam

praktek di lapangan.

b. Bagi akademisi

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam

penelitian yang berhubungan dengan tindak pidana kekerasan pada

anak dalam rumah tangga dan sebagai sumber informasi bagi

penelitian selanjutnya, serta dapat memberikan kontribusi dalam

menambah wawasan keilmuan kepada sivitas akademik dalam


12

bidang hukum pidana, khususnya hukum pidana di Fakultas

Hukum Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA) Semarang.

c. Bagi aparat hukum

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi pedoman dan bahan

rujukan bagi aparat penegak hukum dalam menghadapi atau

mengusut tuntas suatu peristiwa tindak pidana terutama hal-hal

yang berkaitan dengan tindak pidana Diharapkan penelitian ini

dapat menjadi pedoman dan bahan rujukan bagi aparat penegak

hukum dalam menghadapi atau mengusut tuntas suatu peristiwa

tindak pidana terutama hal-hal yang berkaitan dengan tindak

pidana pencabulan yang dilakukan oleh anak.

E. Terminologi

Judul yang telah penulis ambil yaitu, “Analisi Yuridis Perlindungan

Hukum Tindak Pidana Kekerasan Anak Dalam Rumah Tangga” maka

dapat diuraikan arti dari kata-kata judul diatas, yaitu:

1. Analisi Yuridis

Menurut Kamus Hukum, kata yuridis berasal dari kata yuridisch

yang berarti menurut hukum atau dari segi hukum. Dapat disimpulkan

tinjauan yuridis berarti mempelajari dengan cermat, memeriksa (untuk

memahami), suatu pandangan atau pendapat dari segi hukum.10

2. Perlindungan hukum
10
Adriana Fitri, Skripsi : Tinjauan Yuridis Terkait Royalti Yang Diterima Lembaga Manajemen
Kolektif Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Fakultas
Hukum Uinsuska, Riau, hal. 39
13

Perlindungan Hukum merupakan suatu tindakan perlindungan atau

tindakan melindungi pihak-pihak tertentu yang ditujukan untuk pihak

tertentu dengan menggunakan cara-cara tertentu.11 Menurut Satjipto

Rahardjo, Perlindungan Hukum adalah memberikan pengayoman

kepada hak asasi manusia yang dirugikan orang lain dan perlindungan

tersebut diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat menikmati

semua hak - hak yang diberikan oleh hukum.

3. Tindak Pidana

Tindak pidana berasal dari istilah yang dikenal dalam hukum

pidana Belanda yaitu strafbaarfeit. Menurut Moeljatno, tindak pidana

adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan

mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi

barang siapa melanggar larangan tersebut.12

4. Kekerasan

Pengertian kekerasan dalam rumah tangga menurut Undang-

undang Nomor 23 tahun 2004 dalam pasal 1 ayat (1) adalah setiap

perbuatan terhadap seseorang terutama permepuan, yang berakibat

timbuklnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual,

psikiologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman

11
Wahyu sasongko, Ketentuan-Ketentuan Pokok Hukum Perlindungan Konsumen, Unila,
Lampung, 2007, Hal. 30.
12
Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Yogyakarta, Rineka Cipta, 2000, hal 54
14

untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan

kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.13

5. Anak

Pengertian Anak Menurut Undang-Undang No 35 Tahun 2014

Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002

Tentang Perlindungan Anak dalam Pasal 1 Angka 1 yaitu seseorang

yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang

masih dalam kandungan.14

6. Rumah tangga

Rumah tangga terdiri dari satu atau lebih orang yang tinggal

bersama-sama di sebuah tempat tinggal dan juga berbagi makanan atau

akomodasi hidup, dan bisa terdiri dari satu keluarga atau sekelompok

orang. Sebuah tempat tinggal dikatakan berisi beberapa rumah tangga

jika penghuninya tidak berbagi makanan atau ruangan.15

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan penelitian.

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan yuridis sosiologis. Pendekatan yuridis disini adalah suatu

pendekatan yang mengacu pada norma-noma hukum atau kaidah-

kaidah hukum yang berlaku, yang merupakan patokan-patokan untuk


13
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan
Dalam Rumah Tangga
14
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak
15
https://id.wikipedia.org/wiki/Rumah_tangga/Diakses: :Minggu, 27 July 2021 pukul: 00:11 wib
15

bertingkah laku atau melakukan perbuatan yang pantas. Sedangkan

pendekatan sosiologis adalah suatu pendekatan yang memberikan

kerangka pembuktian atau kerangka pengujian untuk memastikan

suatu kebenaran dengan melihat perilaku dari anggota masyarakat.

Penelitian hukum dengan menggunakan metode pendekatan yuridis

sosiologis, berarti melakukan penelitian dalam mengidentifikasikan

dan mengkonsepsikan hukum dalam sistem kehidupan bermasyarakat.

2. Speksifikasi penelitian.

Spesifikasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif analitis, yaitu menggambarkan peraturan perundangan yang

berlaku dikaitkan dengan teori-teori hukum dan praktek pelaksanaan

hukum positif,16 yang menyangkut permasalahan di atas. Deskriptif di

sini dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara rinci, sistematis,

dan menyeluruh.

3. Sumber dan jenis data.

Metode pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini

menggunakan data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung di

lapangan dengan metode wawancara dan/atau survei di tengah

16
Moch Nazir, Metode Penelitian, Jakarta, Ghalia Indonesia, 2008, hal 84
16

masyarakat. Pengumpulan data primer dalam penulisan skripsi ini

dilakukan dengan cara wawancara kepada hakim.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data Data sekunder adalah data

penelitian yang diperoleh dari media perantara atau secara tidak

langsung, dimana dalam hal ini dapat berupa catatan, buku,

maupun bukti yang telah ada atau arsip baik yang telah

dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan secara umum.

Data sekunder dalam penulisan ini terbagi menjadi tiga, yaitu :

1) Bahan hukum primer.

Bahan hukum primer ini penulis menggunakan beberapa

peraturan yang ada, dimana yang telah dikondifikasikan adalah

sebagai berikut :

a) Undang-undang Dasar Negara Republik Tahun 1945.

b) Kitab Undang-undang hukum pidana.

c) Kitab Undang-undang Hukum Aacra pidana.

d) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak.

e) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak

Asasi Manusia.

2) Bahan Hukum Sekunder.


17

Dalam penulisan skripsi ini juga menggunakan bahan

hukum sekunder. Bahan hukum sekunder yang digunakan

merupakan bahan hukum yang masih berkaitan dengan judul

diambil, yaitu :

a) Buku

b) Jurnal Hukum

c) E-Book

d) Hasil penelitian hukum

e) Materi kuliah

f) Karya ilmiah

3) Bahan hukum tersier.

Selain bahan hukum premier dan hukum sekunder, dalam

penulisan skripsi ini juga membutuhkan bahan buku tersier

sebagai bahan hukum lain. Ini penulisan mengambil KBBI,

ensklopedia dan wilkepedia

4. Metode pengumpulan data

Data-data yang digunakan dalam penulisan ini diperoleh dengan

menggunakan metode pengumpulan data dari berikut:

a. Studi Kepustakaan yaitu informasi tertulis mengenai hukum yang

berasal dari berbagai sumber dan dipublikasikan secara luas serta

dibutuhkan dalam penelitian.


18

b. Studi Lapangan yaitu cara memperoleh data yang bersifat primer,

dalam hal ini penulis menggunakan teknik wawancara secara

langsung oleh hakim Pengadilan Negeri Semarang

5. Lokasi dan Subyek Penelitian

Penelitian dilakukan melalui studi kasus di Pengadilan Negeri

Semarang yang beralamat di Jl. Siliwangi No.512, Kembangarum,

Kec. Semarang Barat., Kota Semarang, Jawa Tengah.

6. Metode analisis data

Penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian kualitatif

dengan metode pendekatan yuridis empiris dan speksifikasi penelitian

yang bersifat deskriptif maka analisis data penelitian ini dilakukan

dengan menganalisis hasil wawancara dan hasil pengumpulan

kepustakaan yang diproleh dari bahan hukum primer, bahan hukum

sekunder dan bahan hukum tersier. Dengan cara-cara tersebut

kemudian hasil analisa akan merumuskan sebuah kesimpulan, yang

mana hasil kesimpulan tersebut merupakan hasil akhir penulisian

skripsi ini. Untuk selanjutnya bisa dijadikan sebagai hukum penelitian

hukum kembali.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan skripsi ini mengacu pada buku

pedoman penulisan hukum (skripsi) Program S-1 Ilmu Hukum Universitas

Islam Sultan Agung (UNISSULA). Sistematika dalam skripsi terdiri dari 4


19

(empat) bab, yang mana antara bab saling berkaitan satu sama lainnya.

Sistematika penulisan bertujuan agar penulisan skripsi ini dapat terarah

dan jelas serta lengkap. Gambaran lebih jelas mengenai skripsi akan

diuraikan secara sistematis sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab pertama, menjelaskan mengenai gambaran umum dari

penulisan skripsi yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, terminologi, metode

penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab kedua, menjelaskan tentang tinjauan umum hukum pidana,

tinjauan umum tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga, tinjauan

umum tentang anak, dan Tinjauan Umum Larangan Terhadap Kekerasan

Anak Dalam Rumah Tangga Menurut Hukum Islam.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ketiga akan menjelaskan upaya penyelesaian dan perlindungan

hukum terhadap anak sebagai korban tindak pidana kekerasan dan apa

yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan perlindungan hukum terhadap

anak.

BAB IV : PENUTUP

Dalam bab keempat, membahas kesimpulan secara sederhana dan

sistematis sehingga dapat memberikan penyajian data dan informasi


20

tersebut telah sesuai dengan rumusan masalah, serta akan memberikan

saran-saran berdasarkan penelitian yang telah dilakukan.

H. Jadwal Penelitian

BULAN
M
N A
KEGIATAN a M
O p Ju Ju
r e
r ni li
e i
l
t
1 Pengajuan
Judul
2 Penyusunan
Proposal
Penelitian
4 Pengumpulan
Data
5 Pengolahan
Data
6 Penyusunan
Skripsi
7 Tahap
Penyelesaian
Skripsi
DAFTAR PUSTKA

A. BUKU

Anwar, Yesmil dan Adang, Kriminalogi, Refika Aditama, Bandung, 2010.


Koesparmono Irsan, Hukum dan Hak Asasi Manusia, Yayasan
Brata Bhakti, Jakarta, 2009.

Makarao, Mohammad Taufik, Hukum Perlindungan Anak dan


Penghapusan dalam Rumah Tangga, Rineka Cipta, Jakarta, 2014.

Nazir, Moch, Metode Penelitian, Jakarta, Ghalia Indonesia, 2008.

Rianawati, Perlindungan Hukum Terhadap Kekerasan Pada Anak, Jurnal


Studi Gender dan Anak Institut Agama Islam Potianak.

Sasongko, Wahyu, Ketentuan-Ketentuan Pokok Hukum Perlindungan


Konsumen, Unila, Lampung, 2007.

Sutedjo, Wagiati, Hukum Pidana Anak, Cetakan Ketiga, Refika Aditaman,


Bandung, 2010.

Waluyadi, Hukum Perlindungan Anak, Mandar Maju, Bandung, 2009.

B. JURNAL ILMIAH

Jean, K. Matuankota, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Angkat Dalam


Memproleh Kejelasan Status Hukum Melalui Pencatatan
Pengangkatan Anak (Suatu Tinjauan Dari Prespektif Hak Asasi
Manusia), Jurnal SASI Vol 17 No.3,Bulan Juli-September 2011,
hal 11

Adriana Fitri, Skripsi : Tinjauan Yuridis Terkait Royalti Yang Diterima


Lembaga Manajemen Kolektif Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Fakultas Hukum
Uinsuska, Riau, hal. 39

21
22

C. PERATURAN PER-UNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 yang mengatur tentang


Kesejahteraan Anak

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 yang mengatur tentang Pengadilan


Anak

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Undang-undang Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan


Dalam Rumah Tangga

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas Undang-


Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

D. INTERNET

https://Asiaaudiovisualra09gunawanwibisono’s.wordpress.com/2009/07/0
5/pengertian-kekerasan/

https://id.wikipedia.org/wiki/Rumah_tangga/Diakses: :Minggu, 27 July


2021 pukul: 00:11 wib

Anda mungkin juga menyukai