Anda di halaman 1dari 16

USULAN PROPOSAL PENELITIAN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK DI BAWAH UMUR


YANG MENJADI KORBAN KEKERASAN SEKSUAL DIKAJI
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN
2014 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh


Tugas Mata Kuliah Metode Penelitian Hukum

Berdasarkan Surat Keputusan Dekan Fakultas Hukum Universitas


Suryakancana Nomor: 84/DEK/FH/UNSUR/KEP/II/2020
Tanggal 6 Februari 2020

Nama : Fanny Putri Octaviani


NPM : 7420118074
Program Studi : Ilmu Hukum

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SURYAKANCANA


SK. BAN. PT. DEPDIKNAS RI. NO. 1636/
SK/BAN-PT/Ak-PPJ/S/III/2020.
2020USULAN PROPOSAL PENELITIAN

A. Judul Usulan Penelitian.


PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK DI BAWAH
UMUR YANG MENJADI KORBAN KEKERASAN SEKSUAL
DIKAJI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35
TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK.

B. Latar Belakang Penelitian.


Anak merupakan kelompok yang lemah dan rentan sehingga
memerlukan perlindungan agar hak-haknya dapat terpenuhi.
Perlindungan terhadap anak Indonesia bertujuan agar anak dapat
tumbuh dan berkembang secara optimal. Tantangan di dalam
perlindungan anak di Indonesia adalah dengan mewujudkan
pemenuhan hak anak namun sekaligus dalam waktu yang
bersamaan mampu memberikan perlindungan kepada anak dari
bahaya yang mengintai mereka, yang pada akhirnya dapat
menjauhkan anak dari ancaman perampasan hak anak. 1

1
Trini Handayani,2018,Perlindungan Dan Penegakan Hukum Terhadap Kasus Kekerasan Seksual
Pada Anak,Jurnal Hukum Justitia,Fakultas Hukum Universitas Suryakancana,Vol.2 No.2 hlm.826-
827

1
1

Kasus kejahatan kekerasan seksual terhadap anak


merupakan salah satu kasus yang mengalami peningkatan secara
signifikan belakangan ini. Tidak saja meningkatkan secara
kuantitatif tapi juga secara kualitatif. Dari waktu kewaktu
kejahatan kekerasan seksual terhadap anak jumlahnya tidak
terbendung dan modus operandinya pun semakin tidak
berprikemanusiaan. Dan yang lebih tragis lagi pelakunya adalah
kebanyakan dari lingkungan keluarga atau lingkungan sekitar
anak itu bearda, antara lain di dalam rumahnya sendiri, sekolah,
lingkungan sosial anak. 2

Efek kekerasan seksual terhadap anak antara lain depresi,


gangguan stress pascatrauma, kegelisahan, kecenderungan untuk
menjadi korban lebih lanjut pada masa dewasa, dan cedera fisik
untuk anak diantara masalah lainnya. Pelecehan seksual oleh
anggota keluarga adalah bentuk inses, dan dapat menghasilkan
dampak yang lebih serius dan trauma psikologis jangka panjang
dan munculnya perilaku menyimpang pada diri korban.3
Kekerasan seksual yang menyerang tidak memandang siapa dan
seperti apa diri korban tersebut, namun dampak psikologisnya
selalu mengiringi hingga korban dewasa nanti.4
Anak menjadi kelompok yang sangat rentan terhadap
kejahatan kekerasan seksual dikarenakan selalu diposisikan
sebagai sosok lemah atau yang tidak berdaya dan memiliki
ketergantungan yang tinggi dengan orang-orang dewasa di
sekitarnya. Kemampuan pelaku menguasai korban baik dengan
tipu daya maupun ancaman dan kekerasan menyebabkan
kejahatanini sulit dihindari. Dari seluruh kasus kekerasan

2
Abintoro Prakoso, 2013, Pembaharuan Sistem Peradilan Anak, , Laksbang Grafika, Yogyakarta,
hlm. 37.
3
Adi Suharto, “Kekerasan Terhadap Anak”, (Bandung: Nuansa Cendekia) hal. 35
4
Yanzi,Mark. Kekerasan Seksual dan Pemulihan. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia. 2009
2

seksusal pada anak baru terungkap setelah peristiwa itu terjadi,


dan tidak sedikit yang berdampak fatal.5
Berdasarkan pemaparan diatas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul : “PERLINDUNGAN HUKUM
TERHADAP ANAK DIBAWAH UMUR YANG MENJADI KORBAN
SESKSUAL DIKAJI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR
34 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK”
C. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis
merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa faktor yang menyebabkan terjadinya kekerasan
seksual terhadap anak dibawah umur ?
2. Bagaimana pertanggung jawaban hukum terhadap
anak dibawah umur yang menjadi korban kekerasan
seksual ?
3. Apa dampak yang terjadi pada anak dibawah umur
yang menjadi korban kekerasan seksual ?

D. Maksud dan Tujuan Penelitian.


Berdasarkan dari uraian sebelumnya, Penulis memiliki
maksud dan tujuan dalam penelitian ini, sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan terjadinya
kekerasan seksual terhadap anak dibawah umur.
2. Untuk mengetahui pertanggung jawaban hukum
terhadap anak dibawah umur yang menjadi korban
kekerasan seksual.
3. Untuk mengetahui dampak terjadinya tindak kekerasan
seksual terhadap anak dibawah umur.

5
Maidin Gultom,2013, Perlindungan Hukum terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan Pidana
Anak Di Indonesia, Rfika Aditama, Bandung, hlm, 49.
3

E. Kegunaan Penelitian.
1. Kegunaan Teoritis.
a. Penelitian ini dapat diharapkan menambah
kepustakaan tentang perlindungan terhadap
anak dibawah umur yang menjadi korban
kekerasan seksual.
b. Dengan penelitian ini diharapkan akan
menambah literature ilmiah mengenai
perlindungan hukum terhadap anak dibawah
umur yang menjadi korban kekerasan seksual.
2. Kegunaan Praktis.
a. Memberi jawaban atas permasalahan yang
menjadi pokok pembahasan dalam penelitian ini.
b. Penelitian ini dapat diharapkan memberikan
masukan dan informasi bagi masyarakat
mengenai korban kekerasan seksual.

F. Kerangka Pemikiran.
Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas
Hukum (rechsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka
(machtsstaat).6
Menurut Jimly Asshiddiqie, ide negara hukum, selain terkait
dengan konsep rechtstaat dan the rule of law, juga berkaitan
dengan konsep nomocracy yang nomokrasi itu dapat dibandingkan
dengan demos dan cratos atau kratein dalam istilah demokrasi.
Nomos berarti norma, sedangkan cratos berarti kekuasaan. Maka
yang menjadi faktor penentu dalam penyelenggaraan kekuasaan
adalah norma atau hukum, sehingga istilah nomocracy tersebut

6
Undang-Undang Dasar 1945
4

berkaitan erat dengan pemikiran mengenai kedaulatan hukum


atau prinsip hukum sebagai kekuasaan tertinggi.7
Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal
45 yaitu “anak yang belum dewasa apabila seseorang tersebut
belum berumur 16 tahun”. Dari pandangan sosial, Haditono
berpendatapat bahwa anak merupakan mahluk yang
membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang dan tempat yang dan
tempat bagi perkembangannya. Selain itu, anak merupakan
bagian dari keluarga dan keluarga memberi kesempatan bagi anak
untuk belajar tingkah laku yang penting untuk perkembangan
yang cukup baik dalam kehidupan bersama. Dari pengertian
tersebut pada prinsipnya, anak adalah pribadi yang memiliki
peranan strategis alam mengemban tanggung jawab masa depan
bangsa, namun anak masih memerlukan peranan orangtua dalam
memelihara, mendidik dan mengarahkan dalam mencapai
kedewasaanya.8
Menurut Ricard J. Gelles,kekerasan terhadap anak
merupakan perbuatan disengaja yang menimbulkan kerugian atau
bahaya terhadap anak-anak (baik secara fisik maupun emosional).
Bentuk kekerasan terhadap anak dapat diklasifikasikan menjadi
kekerasan secara fisik, kekekrasan secara psikologi, kekerasan
secara sesksual dan kekerasan secara sosial. Kekerasan sesual
terhadap anak menurut End Child Prostitution in Asia Tourism
(ECPAT) Internasional merupakan hubungan atau interaksi antara
seorang anak dengan seorang yang lebih tua atau orang dewasa
seperti orang asing, saudara sekandung atau orang tua dimana
7
Hilman Nur ,2015, Penghapusan Remisi Bagi Koruptor Dalam Perspektif Undang-Undang
Nomor 12 1995, Jurnal Hukum Mimbar Justitia, fakultas hukum universitas suryakancana,
Vol. I No. 02 hlm. 554

8
Roma Fera Nata,2017,Tinjauan Kriminologis Kejahatan Seksual Terhadap Anak Dalam
Lingkungan Keluarga (Studi kasus di Lembaga Perlindungan Anak Sulsel Tahun 2014-
2016),Fakultas Hukum Univeersitas Hasanuddin Makassar,hlm.24
5

anak dipergunakan sebagai objek pemuas kebutuhan seksual


pelaku. Perbuatan ini dilakukan dengan menggunakan
paksaan,ancaman,suap,tipuan bahkan tekanan. Kegiatan-
kegiatan kekerasan seksual terhadap anak tersebut tidak harus
melibatkan kontak badan antara pelaku dengan anak sebagai
korban. Bneuk-bentuk skekerasan seksual itu sendiri bisa dalam
tindakan perkosaan ataupun pencabulan.9
Menurut Stjito Rahardjo bahwa “perlindungan hukum
adalah adanya upaya melindungi kepentingan seseorang dengan
cara mengalokasikan suatu Hak Asasi Manusia kekuasaan
kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingan tersebut”. 10
Faktor-Faktor penyebab terjadinya tindak kejahatan sosial
terhadap anak dan penerapan sanksi terhadap pelaku menurut
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan
Anak.
1. Tindak Pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh aturan
hukum larangan mana di sertai ancaman (sanksi) yang
berupa pidana tertentu, bagi barang siapa melanggar
larangan tersebut.
2. Kejahatan (pengertiaan secara yuridis) dilihat dari hukum
pidana maka kejahatan adalah setiap perbuatan atau
pelalaian yan dilarang oleh hukum public untuk
melindungi mastarakat dan diberi pidana oleh Negara.
3. Sanksi pidana, yang dalam bahasa inggris, disebut dengan
criminalsanctions, sedangkan dalam bahasa Belanda,
disebut dengan strafrechtelijke sancties merupakan
hukuman yang dijatuhkan kepada pelaku yang melakukan

9
Ivo Noviana, 2015,kekerasan seksual terhadap anak: dampak dan penanganannya child sexual
abuse:impact and handling, Junal Sosio Informa, Vol.1 No.1, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Kesejahteraan Sosial Kementrian RI,hlm.15
10
Anon,Perlindungan Hukum Menurut Para Ahli,http://tesishukum.com/pengertian-
perlindungan-hukum-menurut-para-ahli/, diakses tanggal 28 november 2020,pukul 20.09 WIB
6

perbuatan pidana. Atau bisa juga diartikan sebagai


pengenaan suatu kejahatan atau perbuatan pidana
melalui suatu rangkaian proses peradilan oleh kekuasaan
atau hukum yang secara khusus diberikan untuk jal itu,
yang dengan pengenaan sanksi pidana tersebut
diharapkan orang tidak melakukan tindak pidana lagi.
4. Mengenai tentang kejahatan seksual terhadap anak, suatu
bentuk penyiksaan anak dimana orang dewasa atau
remaja yang lebih tua menggunakan anak untuk
rangsangan seksual. Bentuk kejahatan seksual anak
termasuk meminta atau menekan seorang anak untuk
melakukan aktivitas seksual (terlepasmdari hasilnya),
memberikan paparan yang tidak senonoh dari alat kelamin
anak (kecuali dalam konteks non-seksual tertentu seperti
pemeriksaan medis), melihat alat kelamin anak tanpa
kontak fisik (kecuali dalam konteks non-seksual seperti
pemeriksaan medis). Atau menggunakan anak untuk
memproduksi pornografi anak.
5. Dalam Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 35
tahun 2014 di dalam pasal 1, dijelaskan bahwa
“Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk
menjamin dan melindungi Anak dan hak-haknya agar
dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi
secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapatkan perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi.11
Upaya mencegah terjadinya pemerkosaan dengan cara
mengetahui penyebab terjadinya pemerkosaan dan kemudian
11
Dian Ropa Aprilka,2020,Faktor Penyebab Terjadinya Tindak Kejahatan Seksual Terhadap
Anak Dan Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Anak Dan Penerapan Sanksi Pidana Terhadap
Pelaku Menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak,Universitas
Muhammadiyah Palembang,hlm.7-8.
7

berikhtiar menghilangkan faktor-faktor yang menjadi penyebab


tidaklah mudah. Hal ini disebabkan banyaknya faktor-faktor yang
dapat menjadi penyebab terjadinya pemerkosaan. Meskipun
demikian, upaya penanggulangan sebaiknya terus dilakukan
dengan mencontoh negara-negara lain. Misalnya dengan memberi
penerangan (lampu) pada tempat-tempat yang sepi dan gelap.
Selain itu pemberian penyuluhan secara khusus pada masyarakat
juga merupakan upaya penanggulangan yang dapat dilakukan
sejak dini. Kemudian upaya perlindungan korban tindak pidana
kekerasan seksual tidak semata-mata merupakan tugas dari
aparat penegak hukum, tetapi juga merupakan kewajiban
masyarakat untuk membantu memulihkan kondisi korban dalam
kehidupan bermasyarakat.
Secara umum, adanya hukum positif di Indonesia merupakan
suatu aturan yang salah satu tujuannya adalah untuk mencegah
terjadinya kejahatan. Hal ini berarti, hukum juga bertujuan untuk
melindungi masyarkat agar tidak menjadi korban kejahatan
sebelum kejahatan itu terjadi . Berdasarkan ilmu hukum, maka
pihak korban dapat menuntut kerugian atau ganti rugi terhadap
pihak terpidana. Pengaturan perlindungan korban dalam Hukum
pidana Positif Indonesia diatur dalam :12
(1) Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
Secara implisit, ketentuan Pasal 14c ayat (1) KUHP telah memberi
perlindungan terhadap korban kejahatan. Pasal tersebut
berbunyi :“Pada pemerintah yang tersebut dalam Pasal 14a kecuali
dalam hal dijatuhkan pidana denda, maka bersama-sama dengan
syarat umum,bahwa orang yang dipidana tak akan melakukan
tindak pidana, hakim boleh mengadakan syarat khusus nbahwa
12
Lilik Mulyadi, 2004, Kapita Selekta Hukum Pidana Kriminologi dan Viktimologi,
Djambatan,
Jakarta, hlm.91
8

orang yang dipidana itu akan mengganti kerugian yang terjadi


karena tindak pidana itu, semuanya atau sebagainya saja,yang
akan ditentukan pada perintah itu juga, yang kurang dari masa
percobaan itu”.Menurut ketentuan pasal 14c ayat (1), begitu pula
Pasal 14a dan b KUHP, hakim dapat menjatuhkan pidana dengan
menetapkan syarat khusus kepada terpidana dengan maksud
guna mengganti kerugian yang ditimbulkan kepaada korban.
(2) Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)
BAB III Tentang Penggabungan Perkara ganti Keerugian, Pasal 98
s/d 101 yang mengatur tentang ganti rugi yang diberikan oleh
korban dengan menghubungkan perkara pidana dan perdata. Hal
ini juga merupakan perwujudan dari perlindungan hukum
terhadap korban.Jadi selain pelaku telah mendapatkan hukuman
yang setimpal dengan perbuatannya, koerban juga mendapatkan
ganti rugi atas kerugian kerugian yang dideritanya.

G. Metode Penelitian.
Suatu penelitian haruslah menggunakan metode yang tepat
dengan tujuan yang hendak dicapai oleh penulis. Dalam
penentuan metode mana yang akan dipergunakan, penulids harus
cermat agar metode nanti tepat dan sesuai, sehingga untuk
mendapatkan hasil dengan kebenaran yang dapat
dipertanggungjawabkan tercapai.

1. Metode Pendekatan.
Metode pendekatan yang dilakukan dalam penulisan
penelitian ini adalah yuridis-normatif. Penelitian ini
disusun dengan meneliti aspek-aspek teoritis yang
diambil dari peraturan perundang-undangan, putusan
pengadilan, dan yang lainnya.
9

2. Spesifikasi Penelitian.
Metode yang berfungsi untuk memberikan gambaran
terhadap objek melalui data yang telah terkumpul dan
juga untuk menjelaskan kepada orang lain apakah dan
bagaimana hukumnya terhadap masalah tertentu
khususnya dalam penelitian ini.
3. Jenis dan Sumber Data.

a. Bahan Hukum Primer .


Bahan hukum primer yang berisi data yang
diperoleh oleh penulis yang bersumber dari :
1) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
2) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014
Tentang Perlindungan Anak
3) Kitab Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946
Tentang KUHP
b. Bahan Hukum Sekunder
ssBahan hukum sekunder merupakan bahan hukum
yang mendukung data sekunder dari bahan hukum
primer terdiri dari buku-buku, hasil penelitian huku,
artikel Koran, dan bahan lain yang berkaitan dengan
pokok bahasan.
c. Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang
memberi penjelasan terhadap bahan hukum primer
dan sekunder yakni kamus Hukum, Kamus Besar
Bahasa Indonesia dan sebagainya.

4. Teknik Pengumpulan Data.


10

Teknik Pengumpulan data dalam penulisan penelitian


ini menggunakan Studi Kepustakaan, yang dimana
merupakan pengumpulan data dengan cara membaca
atau mengkaji dan mempelajari buku-buku
kepustakaan yang berkaitan dengan penelitian untuk
memperoleh data-data yang diperlukan dalam
penelitian.

5. Analisis Data.
Setelah data terkumpul secara lengkap, maka tahap selanjutnya
adalah analisis data. Seluruh data yang terkumpul diolah
sedemikian rupa sehingga tercapai suatu kesimpulan. Mengingat
data yang ada sifatnya beragam, maka teknik analisis data yang
digunakan adalah teknik adalah analisis data kualitatif. Analisis
data kualitatif ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan data-
data yang diperoleh, kemudian dihubungkan dengan literatur-
literatur yang ada atau teori yang berhubungan dengan masalah
yang diteliti.DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA
A. Buku.
Abdul Wahid dan Muhammad Irfan,2011 Perlindungan Terhadap
Korban Kekerasan Seksual Advokat Atas Hak Asasi
Perempuan, PT Refika Aditama,Bandung.
Abu Huraira, 2012, Kekerasan Terhadap Anak, Nuansa Press,
Bandung.
Lilik Mulyadi, 2004, Kapita Selekta Hukum Pidana Kriminologi dan
Viktimologi, Djambatan, Jakarta.

B. Peraturan Perundang-Undangan.
Undang-Undang Dasar 1945.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Tentang Peraturan Hukum
Pidana.
Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang perlindungan
anak.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Tentang KUHP.
C. Jurnal dan Internet
Abintoro Prakoso, 2013, Pembaharuan Sistem Peradilan Anak,
Laksbang Grafika, Yogyakarta.

1
2

Adi Suharto, “Kekerasan Terhadap Anak”, Nuansa Cendekia,


Bandung.
1

Dian Ropa Aprilka, 2020,Faktor Penyebab Terjadinya Tindak


Kejahatan Seksual Terhadap Anak Dan Penerapan Sanksi
Pidana Terhadap Anak Dan Penerapan Sanksi Pidana
Terhadap Pelaku Menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2014 Tentang Perlindungan Anak,Universitas Muhammadiyah
Palembang.

Hilman Nur,2015, Penghapusan Remisi Bagi Koruptor Dalam


Perspektif Undang-Undang Nomor 12 1995, Jurnal Hukum
Mimbar Justitia, Fakultas Hukum Universitas Suryakancana,
Vol. I.
http://tesishukum.com/pengertian-perlindungan hukum-
menurut-para ahli/, diakses tanggal 28 november
2020
Ivo Noviana , 2015,kekerasan seksual terhadap anak: dampakdan
penanganannya child sexual abuse:impact and handling,
Junal Sosio Informa, Vol.1 No.1, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Kesejahteraan Sosial Kementrian RI

Maidin Gultom, 2013, Perlindungan Hukum terhadap Anak Dalam


Sistem Peradilan Pidana Anak Di Indonesia, Rfika Aditama,
Bandung,

Roma Fera Nata,2017,Tinjauan Kriminologis Kejahatan Seksual


Terhadap Anak Dalam Lingkungan Keluarga (Studi kasus
di Lembaga Perlindungan Anak Sulsel Tahun 2014-
2016),Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar.

Trini Handayani,2018,Perlindungan Dan Penegakan Hukum


Terhadap Kasus Kekerasan Seksual Pada Anak,Jurnal
2

Hukum Mimbar Justitia,Fakultas Hukum Universitas


Suryakancana,Vol.2.

Yanzi,Mark, 2009 Kekerasan Seksual dan Pemulihan. PT BPK


Gunung Mulia, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai