Anda di halaman 1dari 9

Lex Privatum, Vol. IV/No.

2/Feb/2016

PERBUATAN CABUL TERHADAP ANAK Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang
DIBAWAH UMUR DAN UPAYA berbunyi: “bahwa anak adalah tunas, potensi,
PENANGGULANGANNYA MENURUT PASAL 289 dan generasi muda penerus cita-cita
KUH PIDANA1 perjuangan bangsa, memiliki peran strategis
Oleh : Ribka E. Kalalo2 dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang
menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan
ABSTRAK negara pada masa depan.3
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
mengetahui mengapa terjadi tindak pidana Indonesia (KUHP), kejahatan dalam bentuk
pencabulan terhadap anak di bawah umur dan Pencabulan diatur dalam Pasal 289 KUHP. Pasal
bagaimana pengaturan tindak pidana ini diatur dalam Buku II, Bab XIV tentang
Pencabulan dalam KUHP serta bagaimana Kejahatan terhadap Kesusilaan. Adapun Pasal
upaya penanggulangan tindak pidana 289 KUHP menentukan sebagai berikut:
perbuatan cabul terhadap anak di bawah umur. “barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman
Dengan menggunakan metode penelitian kekerasan memaksa seseorang melakukan atau
yuridis normatif, maka dapat disimpulkan: 1. membiarkan dilakukan perbuatan cabul,
Perbuatan cabul terhadap anak di bawah umur dihukum karena salahnya melakukan
terjadi karena faktor lingkungan, faktor perbuatan melanggar kesopanan dengan
kebudayaan, faktor teknologi, faktor ekonomi, hukuman penjara selama-lamanya sembilan
fktor media, faktor kejiwaan dan psikologi dan tahun”.4
faktor minuman keras. 2. Tindak Pidana Pencabulan yang dilakukan terhadap anak di
Pencabulan dalam KUHP diatur dalam Bab XIV bawah umur tentunya akan berdampak pada
Buku II mulai Pasal 289, Pasal 290, Pasal 292, psikologis maupun perkembangan lainnya
Pasal 293, Pasal 294, Pasal 295 dan Pasal 296. terhadap anak tersebut. Dampak psikologis
3. Upaya atau kebijakan penanggulangan pada anak-anak akan melahirkan trauma
kejahatan dapat dilakukan dengan dua cara berkepanjangan yang kemudian dapat
yaitu kebijakan non-penal yang meliputi upaya melahirkan sikap tidak sehat, seperti minder,
pencegahan tanpa menggunakan hukum takut yang berlebihan, perkembangan jiwa
pidana dan dilakukan sebelum suatu tindak terganggu, dan akhirnya akan berakibat
pidana dilakukan, dan kebijakan penal yaitu keterbelakangan mental.5 Keadaan tersebut
upaya penanggulangan berupa ‘penerapan kemungkinan dapat menjadi suatu kenangan
hukum pidana’ yaitu sebagaimana yang diatur buruk bagi anak korban pencabulan tersebut.
dalam Pasal 289 KUHP. Peran aktif dari para aparat penegak hukum
Kata kunci: Perbuatan cabul, anak, upaya dalam menanggulangi kejahatan kesusilaan
penanggulangan. sangat diperlukan.
Perkembangan dalam bidang hukum yang
PENDAHULUAN paling penting sehubungan dengan
A.Latar Belakang perlindungan terhadap hak-hak anak adalah
‘Anak’ sebagai bagian dari generasi muda dikeluarkannya Undang-Undang Perlindungan
merupakan mata rantai awal yang penting dan Anak pada bulan Oktober 2002 yaitu UU No. 23
menetukan dalam upaya menyiapkan dan Tahun 2002 yang kemudian diubah dengan UU
mewujudkan masa depan bangsa dan negara; No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU
Anak merupakan generasi yang akan No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
meneruskan perjuangan dan cita-cita seluruh
bangsa di belahan bumi ini. Hal ini secara tegas 3
Anonimous, UU Perlindungan Anak, UU No. 35 Tahun
dirumuskan dalam butir c Konsiderans Undang- 2014 tentang Perubahan Atas UU No. 23 Tahun 2002
Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang tentang Perlindungan Anak, Pustaka Mahardika,
Perubahan Atas Undang-Undang nomor 23 Yogyakarta, 2015, hlm. 2.
4
R.Sugandhi, KUHP dan Penjelasannya, Usaha Nasional,
Surabaya, 1981, hlm. 305.
1 5
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Bimo Adi Wicaksono, Analisis Pemidanaan Dalam Tindak
2
Mahasiswa Pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. Pidana Pencabulan Terhadap Anak Di bawah Umur,
110711337 diakses tanggal 11 Januari 2016.

92
Lex Privatum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016

Dalam Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 C. Metode Penelitian


tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. Penelitian ini adalah penelitian hukum
23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak normatif atau penelitian hukum kepustakaan,
pada Pasal 1 angka 2 diberikan pengertian yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara
tentang ’perlindungan anak’ yaitu sebagai meneliti bahan pustaka atau data sekunder
berikut: belaka.8
”Perlindungan anak adalah segala kegiatan
untuk menjamin dan melindungi anak dan hak- PEMBAHASAN
haknya agar dapat hidup, tumbuh, A. Terjadinya Tindak Pidana Pencabulan
berkembang, dan berpartisipasi secara optimal Terhadap Anak Di Bawah Umur
sesuai dengan hasrat dan martabat Pelaku tindak pidana pencabulan terhadap
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan anak di bawah umur dalam melakukan tindak
dari kekerasan dan diskriminasi.”6 pidananya, dilakukan dengan berbagai macam
Undang-Undang Perlindungan Anak ini cara dan semuanya itu untuk memenuhi hasrat
merupakan perangkat yang ampuh dalam seksualnya. Berbagai macam sebab yang timbul
melaksanakan Konvensi Hak Anak (KHA) di yang dapat mempengaruhi terjadinya tindak
Indonesia. Undang-Undang ini dibuat pidana pencabulan terhadap anak sebagai
berdasarkan empat prinsip Konvensi Hak Anak berikut:
yaitu: non diskriminasi; kepentingan terbaik 1. Faktor Lingkungan
sang anak; hak untuk hidup, bertahan dan Lingkungan sosial tempat hidup seseorang
berkembang dan hak untuk berpartisipasi. Di banyak berpengaruh dalam membentuk
dalamnya diatur hak-hak dasar anak untuk tingkah laku kriminal, sebsb pengaruh
memperoleh identitas, kebebasan, pendidikan, sosialisasi seseorang tidak akan lepas dari
layanan kesehatan, hiburan dan prlindungan. pengaruh lingkungan.9
Kekerasan sering terjadi terhadap anak, Faktor ini merupakan faktor yang dapat
yang dapat merusak, berbahaya dan mendukung terjadinya tindak pidana
menakutkan. Anak yang menjadi korban pencabulan terhadap anak. Faktor lingkungan
kekerasan menderita kerugian, tidak saja ini didukung oleh situasi dan keadaan serta
bersifat matertial, tetapi juga bersifat kesempatan yang ada untuk terjadinya tindak
immaterial seperti goncangan emosional dan pidana pencabulan, antara lain:10
psikologis, yang dapat mempengaruhi a. Pergaulan di lingkungan masyarakat
kehidupan masa depan anak. Bentuk-bentuk sekitar yang terkadang seringkali
kekerasan anak dapat berupa tindakan melanggar norma-norma yang berlaku
kekerasan baik secara fisik, psikis maupun seperti perkumpulan atau tongkrongan
seksual.7 yangs eringkali berprilaku yang tidak
sopan seperti mengganggu wanita,
B. Rumusan Masalah minim-minuman beralkohol dan lain
1. Mengapa terjadi tindak pidana sebagainya.
pencabulan terhadap anak di bawah b. Lingkungan tempat tinggal yang
umur? cenderung mendukung terjadinya
2. Bagaimana pengaturan tindak pidana kejahatan, seperti lampu penerangan
Pencabulan dalam KUHP? jalanan yang tidak memadai sehingga
3. Bagaimana upaya penanggulangan tindak menimbulkan daerah tersebut menjadi
pidana perbuatan cabul terhadap anak di
bawah umur? 8
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum
Normatif; Suatu Tinjauan Singkat, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2003, hlm. 13.
9
Wiji Rahayu, Tindak Pidana Pencabulan (Studi
6
Nanda Yunisa ,UU Perlindungan Anak, UURI No. 35 Kriminologis tentang Sebab-sebab Terjadinya Pencabulan
Tahun 2014 tentang Perubahan Atas UURI No. 23 Tahun dan Penegakan Hukumnya di Kabupaten Purbalingga),
2002 tentang Perlindungan Anak, Pustaka Mahardika, Universitas Jenderal Sudirman, Purwokerto, 2013, hlm.
Yogyakarta, 2015, hlm. 4. 68., diakses tanggal 13 Januari 2016.
7 10
Maidin Gultom, 2013, Op-Cit, hlm. 2. Andimanurungzz, Op-Cit.

93
Lex Privatum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016

gelap dan sepi, dimana situasi tersebut Kebudayaan merupakan juga merupakan
sangat mendukung terjadinya tindak salah satu faktor yang dapat
pidana pencabulan. memepengaruhi terjadinya tindak pidana
c. Kurang efisiennya sistem pengamanan pencabulan terhadap anak. Faktor-faktor
dari suatu daerah oleh masyarakat budaya diantaranya gaya berpakaian kaum
maupun aparat keamanan setempat wanita yang kemudian ditiru oleh anak-
sehingga menyebabkan daerah tersebut anak, semakain bebasnya pergaualan
rawan dans sering timbul kejahatan. terutama dalam hal seksual bebas. Budaya
d. Keadaan di lingkungan keluarga yaitu berpakaian anak yang mengikuti
kurang efisiennya antisipasi keluarga perkembangan zaman, dimana tidak
terhadap anak seperti, seorang anak menutupi auratnya, suatu hal yang dapat
dibiarkan bermain atau bepergian mengundang hasrat seksual orang lain untuk
sendirian tanpa pendampingan atau menjadi pelaku tindak pidana pencabulan.
pengawasan secara intensif, sehingga
anak tidak diwasi dengan baik, dengan 3. Faktor Teknologi12
siapa anak bermain atau siapa teman Adanya berkembangnya teknologi tentunya
yang baru anak kenal dan ketahui. membawa pengaruh bagi kehidupan,
e. Keadaan di lingkungan keluarga, dalam pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu
hal hubungan seksual suami-istti, dapat pengaruh positif dan pengaruh negatif.
mendukung terjadinya tindak pidana Informasi yang tidak tersaring membuat
pencabulan seperti seorang ayah tidak kreatif, prilaku konsumtif dan
mencabuli anaknya (incest), yang membuat sikap menutup diri serta berpikir
disebabkan hasrat seksual ayah tidak sempit, hal tersebut menimbulkan prilaku
dapat dipenuhi oleh sang ibu dan yang buruk.
menyebabkan ayah lepas kontrol dan
mencabuli anaknya sendiri. 4. Faktor Ekonomi13
f. Keadaan di lingkungan pendidikan dapat Faktor ekonomi merupakan salah satu faktor
juga mempengaruhi, karena lingkungan yang benar-benar sangat mempengaruhi
pendidikan banyak juga terjadi kasus terjadinya tindak pidana pencabulan.
pencabulan yang dilakukan oleh seorang Apabila seseorang mengalami himpitan atau
pengajar ataupun teman sekolahnya kesusahan dalam bidang perekonomian
yang disebabkan oleh kurangnya akan dapat mengganggu akal pikirannya
moralitas dan mentalitas dari pelaku, sehingga berakibat orang akan mengalami
daan pelaku tidak dapat mengontrol stres berat. Dampak stres berat yang dialami
nafsu atau perilakunya. membuat pelaku tidak lagi dapat
g. Keadaan lingkungan di jalanan bagi anak- mengontrol dirinya sehingga bisa saja
anak yang berkehidupan di jalanan, juag melakukan tindak pidana.
dapat mempengaruhi terjadinya tindak
pidana pencabulan terhadap anak. 4. Faktor Media14
Kehidupan jalanan adalah merupakan Media merupakan sarana yang efisien dan
kehidupan yang sangat keras dan efektif dalam meyebarluaskan informasi
memiliki potensi yang relevan bagi suatu kepada masyarakat luas, karena dengan
tindak pidana pencabulan. Kebanyakan biaya yang relatif sesuai dengan
korbannya adalah anak-anak jalanan kemampuan dan dapat dijangkau oleh
yang berkehidupan sebagai pengamen masyarakat. Faktor media meliputi media
dan pengemis. cetak seperti majalah-majalah atau bacaan-
bacaan yang mengandung unsur pornografi
2. Faktor Kebudayaan11 dan media elektronik seperti internet, film-

12
Wiji Rahayu, Op-Cit, hlm. 70.
13
Andi Manurungzz, Op-Cit.
11 14
Ibid. Ibid.

94
Lex Privatum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016

film yang mengandung unsur pornografi dan


lain-lain. Unsur pornografi yang ada pada
media cetak maupun elektronik sangat B. Pengaturan Tindak Pidana Pencabulan
mempengaruhi untuk terajdinya tindak Dalam KUHP
pidana pencabulan terhadap anak. Di dalam Kitab Undang-undang Hukum
pornografi dapat menimbulkan nafsu Pidana (KUHP), perbuatan cabul diatur dalam
seksual, rangsangan dan pikiran-pikiran Bab XIV Buku II dengan titel ”Kejahatan
tidak sehat, khususnya di kalanagn dewasa. Terhadap Kesusilaan”,18 antara lain:
Media elektronik seperti internet, sekarang a. kejahatan perkosaan berbuat cabul
ini bukan hanya untuk mengetahui atau perbuatan yang menyerang
informasi, akan tetapi juga digunakan kehormatan kesusilaan (pasal 289);
sebagai media untuk berinteraksi sosial dan Kualifikasi perbuatan yang menyerang
berkomunikssi, seperti situs-situs: yahoo, kehormatan kesusialaan atau juga
twitter, facebook dan lain-lain. Media-media disebut dengan perkosaan berbuat
ini dapat juga mempengaruhi terjadinya cabul, dirumuskan dalam Pasal 289
tindak pidana pencabulan terhadap anak. yang selengkapnya adalah sebagai
berikut:
5. Faktor Kejiwaan atau Psikologi15 ”Barangsiapa dengan kekerasan atau
Beberapa dokter ahli kejiwaan ancaman kekerasan memaksa seorang
mengemukakan bahwa perbuatan kejahatan untuk melakukan atau membiarkan
itu selalu disebabkan oleh beberpa ciri-ciri dilakukan perbuatan cabul, diancam
ata sifat-sfat seseorang, yang merupakan karena melakukan perbuatan yang
pembawaan dari suatu keadaan penyakit menyerang kehormatan kesusilaan,
jiwa. Terkadang, pelaku tindak pidana dengan pidana penjara paling lama
pencabulan terhadap anak mempunyai sembilan tahun.”19
faktor kejiwaan yang terganggu, yang Yang dimaksud dengan perkosaan
mungkin saja karena pernah mengalami berbuat cabul menurut pasal ini adalah
suatu peristiwa yang mengakibatkan jiwanya perbuatan memaksa ditujukan pada
menjadi terganggu. Penyakit jiwa yang perbuatan cabul, baik dilakukan sendiri
berhubungan dengan pelaku melakukan oleh si pelaku kepada diri korban atau
kejahatan, antara lain:16 sebaliknya korban yang melakukan
perbuatan cabul pada si pelaku. Pada
6. Faktor Minuman Keras17 perbuatan cabul, orang yang
Kasus perbuatan cabul juga tertjadi karena melakukan perbuatan cabul itu adalah
adanya stimulasi diantaranya karena korban yang dipaksa.20 Tetapi bisa juga
dampak alkohol. Orang yang dibawah bahwa perbuatan cabul dapat pula
pengaruh alkohol sangat berbahaya karena dilakukan oleh orang yang dipaksa
menyebabkan hilangnya daya menahan diri terhadap dirinya sendiri. Misalnya
dari si peminum. Di luar beberapa hal yang seorang perempuan yang dipaksa
terjadi, alkohol jika dipergunakan akan untuk bertelanjang bulat.
membahayakan manusia. Begitu seseorang Pengertian perbuatan cabul (ontuchtige
yang mempunyai gangguan dalam handelingen) adalah segala macam
seksualitasnya, dan minum alkohol wujud perbuatan, baik yang dilakukan
melampaui batas, menyebabkan dirinya pada diri sendiri maupun dilakukan
tidak dapat menahan nafsunya dan akan pada orang lain mengenai dan yang
mencari kepuasan seksualnya, perbuatan berhubungan dengan alat kelamin atau
cabul dengan siapa saja tak terkecuali
mencabuli anaknya sendiri.

15 18
Ibid. KUHAP dan KUHP, Op-Cit, hlm. viiii
16 19
Ibid. Soenarto Soerodibroto, Op-Cit, hlm. 174.
17 20
Wiji Rahayu, Op-Cit, hlm. 69. Adami Chazawi, Op-Cit, hlm. 79.

95
Lex Privatum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016

bagian tubuh lainnya yang dapat pengaduan ini ialah 9 dan 12


merangsang nafsu seksual.21 bulan.
Sebagai tindak pidana menurut pasal ini e. kejahatan berbuat cabul dengan
tidaklah hanya memaksa seseorang anaknya, anak dibawah
melakukan perbuatan cabul, tetapi juga pengawasannya dan lain-lain yang
memaksa seorang dengan kekerasan belum dewasa (Pasal 294);
atau ancaman kekerasan membiarkan Kejahatan kesusilaan yang
dilakukan pada dirinya perbuatan dimaksudkan adalah dirumuskan dalam
cabul, dikarenakan untuk menunjukkan Pasal 294 yang selengkapnya adalah
sifat berat dari tindak pidana sebagai sebagai berikut:
perbuatan yang sangat tercela, maka (1) Barangsiapa melakukan perbuatan
diadakan minimum khusus dalam cabul dengan anaknya, anak
ancaman pidananya. tirinya, anak angkatnya, anak
b. kejahatan perbuatan cabul pada orang dibawah pengawasannya yang
yang pingsan, pada orang yang belum dewasa yang
umurnya belum 15 tahun atau belum pemeliharaannya, pendidikan,
waktunya dikawin (Pasal 290); atau penjagaannya diserahkan
c. kejahatan perbuatan cabul sesama kepadanya ataupun dengan
kelamin, pada orang yang belum pembantunya atau bawahannya
dewasa (Pasal 292); yang belum dewasa, diancam
d. kejahatan menggerakkan orang untuk dengan pidana penjara paling
berbuat cabul dengan orang yang tujuh tahun.
belum dewasa (pasal 293); (2) Diancam dengan pidana yang
Hal ini diatur dalam Pasal 293 KUHP sama:
yang berbunyi sebagai berikut:22 a. pejabat yang melakukan
(1) barangsiapa dengan perbuatan cabul dengan orang
mempergunakan hadiah atau yang karena jabatannya adalah
perjanjian akan memberi uang bawahannya, atau dengan
atau barang, dengan salah orang yang penjagaannya
memepergunakan pengaruh yang dipercayakan atau diserahkan
berlebih-lebihan yang ada kepadanya;
disbabkan oleh perhubungan yang b. pengurus, dokter, guru,
sesungguhnya ada atau dengan pegawai, pengawas atau
tipu, sengaja membujuk orang pesuruh dalam penjara, tempat
yang belum dewasa yang tidak pekerjaan negara, tempat
bercacat kelakukannya, yang pendidikan, rumah piatu,
diketahuinya atau patut harus rumah sakit, rumah jiwa atau
disangkanya belum dewasa, akan lembaga sosial, yang melakukan
melakukan perbuatan cabul perbuatan cabul dengan orang
dengan dia atau membiarkan yang dimasukkan ke
dilakukan perbuatan yang dalamnya.23
demikian pada dirinya, dihukum Menurut pasal ini, perbuatan
penjara selama-lamanya lima cabul atau persetubuhan
tahun; dilakukan dengan mereka yang
(2) penuntutan hanya dilakukan atas dikategorikan khusus yaitu yang
pengaduan orang yang dikenai dipercayakan padanya untuk
kejahatan itu; diasuh, dididik atau dijaga.
(3) tempo yang tersebut dalam Pasal Demikian juga jika yang
74, ditentukan buat satu-satu melakukan perbuatan cabul
21
Ibid, hlm. 80.
22 23
R. Soesilo, Op-Cit, hlm. 214-215. Soenarto Soerodibroto, Op-Cit, hlm. 176.

96
Lex Privatum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016

atau persetubuhan adalah film atau bacaan yang mengandung


pegawai negeri dan dilakukan unsur pornografi;
dengan orang yang dalam e. partisipasi aktif atau keikutsertaan tokoh-
pekerjaaannya adalah tokoh agama dan masyarakat untuk
bawahannya, atau dengan membina dan menuntun masyarakat di
orang yang dipercayakan atau lingkungan sekitarnya. Tokoh-tokoh
diserahkan padanya untuk agama sebagai contoh dari
dijaga. pengambangan perilaku masyarakat dan
f. kejahatan pemudahan berbuat cabul tokoh tersebut sangat dihargai
bagi anaknya, anak tirinya dan lain-lain pendapatnya.
yang belum dewasa (pasal 295); f. masyarakat harus lebih intensif dalam
menyikapi dan menyaring kebudayaan
C. Upaya Penanggulangan Perbuatan Cabul asing atau baru yang mengandung unsur
Terhadap Anak Di Bawah Umur negatif dan yang dapat merusak moral;
Upaya penanggulangan kejahatan terjadi g. dalam hal kehidupan rumah tangga atau
tindak pidana pencabulan terhadap anak di keluarga, seperti hubungan orang tua
bawah umur dapatlah dilakukan upaya berupa dan anaknya selayaknya harus tetap
‘pencegahan’ agar tindak pidana pencabulan efisien terjalin, seperti memberikan
tidak terjadi dan upaya berupa perhatian, nasehat, bimbingan dan
‘penanggulangan’ jika tindak pidana perlindungan bagi anak demi
pencabulan sudah terjadi. kebaikannya dan menyelamatkannya dari
1. Langkah-langkah Pencegahan perlakuan salah yang dilakukan oleh
Seperti sudah disebutkan bahwa agar dapat pelaku.
dilakukan upaya pencegahan, maka upaya 2. Langkah Penanggulangan25
pencegahan ini harus dilakukan, dan upaya ini Apabila seluruh lapisan masyarakat beserta
harus dilakukan secara bersama-sama oleh pemerintah dan penegak hukum telah
keluarga, masyarakat, pemerintah dan penegak melakukan upaya pencegahan untuk mencegah
hukum. Keempat komponen ini harus saling terjadinya tindak pidana pencabulan tethadap
bekerja sama bahu membahu untuk menekan anak di bawah umur dengan melakukan
peningkatan angka tindak pidana pencabulan langkah pencegahan, namun tetap saja terjadi
terhadap anak di bawah umur. Usaha-usaha perbuatan cabul terhadap anak di bawah umur
pencegahan yang dapat dilakukan yaitu:24 maka dilakukanlah langkah penanggulangan
a. meningkatkan keamanan di lingkungan berupa:
sekitar; a. dukungan dari masyarakat untuk
b. memperbaiki sarana dan fasilitas di pengungkapan kasus kejahatan
lingkungan sekitar, misalnya menambah khususnya perbuatan cabul terhadap
atau memperbaiki penerang; anak di bawah umur, apabila tindak
c. perbaiki daerah-daerah yang relatif rawan pidana tersebut terjadi di lingkungan
dengan tindak kejahatan khususnya sekitar harus segera mengadukan
pencabulan seperti rawa-rawa dan hutan perbuatan cabul tersebut ke aparat
di sekitar lingkungan perumahan, keamanan setempat;
dikarenakan lingkungan seperti ini sangat b. kepolisian sebagai penyidik dans ekaligus
potensial menimbulkan kriminalitas; pelindung, pengayom dan pelayanan
d. pemberantasan film-film dan bacaan yang masyarakat khususnya dalam hal ini Unit
mengandung unsur pornografi yang Pelayanan Perempuan dan Anak (UPPA),
beredar secara luas di kalangan harus teliti dan cermat dalam mencari
masyarakat, karena sering kali tindak bukti-bukti seperti visum maupun
pidana pencabulan terhadap anak di keterangan saksi, agar pelaku perbuatan
bawah umur terjadinya karena melihat cabul terhadap anak di bawah umur,
24
andimanurungzz.blogspot,co.id, Op-Cit, diakses
25
tanggal 12 Januari 2016. Ibid.

97
Lex Privatum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016

tidak lepas begitu saja dari tindak pidana penegak hukum dapat menggunakan upaya
yang disangkakan. Sebab banyak sekali “penerapan hukum pidana” kepada pelaku
kasus pencabulan terhadap anak di perbuatan cabul terhadap anak di bawah umur,
bawah umur yang terjadi, para pelaku dalam hal ini menerapkan ketentuan dalam
seringkali dibebaskan, dikarenakan Pasal 289 KUHP.
dengan alasan tidak cukup bukti yang Ketentuan mengenai perbuatan cabul yang
menguatkan tersangka. diatur dalam Pasal 289 KUHP sebagai berikut:
c. penuntut umum adalah Jaksa yang “barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman
diberikan wewenang oleh undang- kekerasan memaksa seorang untuk melakukan
undang untuk melakukan penuntutan atau membiarkan dilakukannya perbuatan
dan melaksanakan penetapan hakim cabul, diancam karena melakukan perbuatan
sesuai dengan Pasl 13 KUHAP. yang menyerang kehormatan kesusilaan,
d. pihak Kehakiman harus bekerja efisien dengan pidana penjara paling lama sembilan
dalam menjatuhkan hukuman yang tahun”.27
benar-benar setimpal dengan perbuatan
pelaku yaitu perbuatan cabul terhadap
anak di bawah umur. Hal ini dimaksudkan
agar pelaku benar-benar jera dan korban PENUTUP
serta keluarga juga masyarakat merasa A. Kesimpulan
lebih tenang dan terlindungi serta demi 1. Perbuatan cabul terhadap anak di bawah
kepercayaan masyarakat terhadap umur terjadi karena faktor lingkungan,
hukum di Indonesia tetap dapat faktor kebudayaan, faktor teknologi,
dipertahankan. faktor ekonomi, fktor media, faktor
e. media cetak maupun elektronik dapat juga kejiwaan dan psikologi dan faktor
membantu proses penanggulangan minuman keras.
terajdinya perbuatan cabul terhadap 2. Tindak Pidana Pencabulan dalam KUHP
anak di bawah umur yaitu dengan cara diatur dalam Bab XIV Buku II mulai
mengadakan berita investigasi atas kasus Pasal 289, Pasal 290, Pasal 292, Pasal
pencabulan terhadap anak di bawah 293, Pasal 294, Pasal 295 dan Pasal
umur. Pihak aparat bisa juga bekerja 296.
sama dengn pihak media untuk mencoba 3. Upaya atau kebijakan penanggulangan
melakukan berbagai cara atau tindakan kejahatan dapat dilakukan dengan
yang diperkirakan dapat menekan angka dua cara yaitu kebijakan non-penal
perbuatan cabul terhadap anak di bawah yang meliputi upaya pencegahan
umur, misalnya dengan menayangkan tanpa menggunakan hukum pidana
berita tentang pelaku perbuatan cabul dan dilakukan sebelum suatu tindak
terhadap anak di bawah umur serta pidana dilakukan, dan kebijakan penal
memaparkan ancaman hukumannya, yaitu upaya penanggulangan berupa
ataupun dengan cara penyuluhan hukum ‘penerapan hukum pidana’ yaitu
tentang perbuatan cabul tersebut di sebagaimana yang diatur dalam Pasal
televisi dan lain-lain. 289 KUHP.
G. Pieter Hoefnagels mengatakan bahwa
salah satu upaya penanggulangan kejahatan B. SARAN
adalah “penerapan hukum pidana”.26 Upaya 1. Banyak hal yang ada di sekitar
penanggulangan kejahatan ini dapatlah kehidupan yang dapat menjadi
digunakan manakala upaya pencegahan telah pemicu terjadinya perbuatan cabul
gagal untuk dilaksanakan, dalam artian bahwa terhadap anak di bawah umur. Oleh
apa yang sudah diusahakan oleh keluarga, sebab itu faktor-faktor pemicu ini
masyarakat, pemerintah tidak berhasil, maka sebaiknya diperhatikan dengan baik

26 27
Marlina, Op-Cit, hlm. 15. KUHAP dan KUHP, Sinar Grafika, Jakrta, 2013, hlm. 99.

98
Lex Privatum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016

oleh masyarakat, tokoh-tokoh agama, Prodjodikoro, Wirjono., Azas-azas Hukum


pemerintah dan penegak hukum agar Pidana Di Indonesia, Eresco, Bandung, 1986.
dapat dieliminir terjadinya perbuatan Prasetyo, Teguh, Hukum Pidana, edisi revisi,
cabul terhadap anak di bawah umur. Rajawali Pers, Jakarta, 2013.
2. Penerapan ancaman hukuman dalam Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji.,
Pasal 289 KUHP sebaiknya lebih Penelitian Hukum Normatif; Suatu Tinjauan
diperberat agar pelaku tindak pidana Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
pencabulan terhadap anak di bawah 2003.
umur tidak akan melakukannya. Soerodiroto, Soenarto., KUHP dan KUHAP, Raja
3. Apabila kebijakan non-penal tidak lagi Grafindo Persada, Jakarta, 2003,
dapat diterapkan dan tidak Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, Alumni,
bermanfaat dalam menanggulangi Bandung, 1981.
perbuatan cabul terhadap anak di Soesilo. R, KUHP Serta Komentarnya Lengkap
bawah umur maka kebijakan penal Pasal Demi Pasal, Politea, Bogor, 1996.
haruslah diterapkan sebagai upaya Sugandhi. R, KUHP dan Penjelasannya, Usaha
penanggulangan perbuatan cabul Nasional, Surabaya, 1980.
terhadap anak di bawah umur yaitu Sianturi. S.R, Azas-Azas Hukum Pidana di
penerapan ketentuan dalam KUHP. Indonesia dan penerapannya, Alumni
AHM_PTHM, Jakarta, 1989.
Wadong, Maulana Hasan., Pengantar Advokasi
dan Hukum Perlindungan Anak,
DAFTAR PUSTAKA Gramedia, Jakarta, 2000.
Arief, Barda Nawawi, Bunga Rampai kebijakan Yunisa, Nanda., UU No. 35 Tahun 2014 tentang
Hukum Pidana, Kencana, Jakarta, 2008. Perubahan Atas UU No. 23 Tahun 2002
.................................., Masalah Penegakan tentang Perlindungan Anak, Pustaka
Hukum dan Kebijakan Penanggulangan Mahardika, Yogyakarta, 2014.
Kejahatan, Citra Aditya Bakti, Bandung,
2001. SUMBER LAIN
Abdulsalam H.R dan Adri Desasfuryanto, UU No. 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-
Hukum Perlindungan Anak, PTIK, Jakarta, Undang Hukum Pidana (KUHP).
2014. UU No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan
Chazawi, Adam., Tindak Pidana Mengenai Anak.
Kesopanan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak-hak Asasi
2006. Manusia.
Gultom, Maidin., Perlindungan Hukum UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Terhadap Anak dan Perempuan, Refika Anak. Yang diubah dengan UU No. 35 Tahun
Aditama, Bndung, 2013 2014 tentang perlindungan Anak.
..........................., Perlindungan Hukum Andimanurungzz.blogspot.co.id,Tindak Pidana
Terhadap Anak dalam Sistem Peradilan Pencabulan, di akses tanggal 11 Januari
Pidana anak di Indonesia, edisi revisi, 2016.
refika aditama, Bandung, 2014. Bimo Adi Wicaksono.blogspot.co.id, Analisis
Makarao, Moh. Taufik dkk, Hukum Pemidanaan Dalam Tindak Pidana
Perlindungan Anak dan Penghapusan Pencabulan terhadap Anak Di bawah
Kekerasan Dalam Rumah Tangga, umur, diakses tanggal 16 Januari 2016.
Rineka Cipta, Jakarta, 2014. Raypratama.blogspot.co.id, Kejahatan
Moeljatno., Asas-asas Hukum Pidana, Bina pencabulan/Persetubuhan, diakses tanggal
Akasara, Jakarta, 1983. 11 Januari 2016.
Marlina, Peradilan Pidana Anak di Indonesia; Yuyantilalata.blogspot.co.id, Tindak Pidana
Pengembangan Konsep Diversi dan Pencabulan, diakses tanggal 11 Januari
Restorative Justice, Refika Aditama, 2016.
Bandung, 2012.

99
Lex Privatum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016

Wiji Rahayu, Tindak Pidana pencabulan (Studi


Kriminologis tentang Sebab-sebab
Terjadinya Pencabulan dan Pencegahan
Hukumnya di Kabupaten Purbalingga),
Universitas Jenderal Sudirman, Purwokerto,
2013, diakses tanggal 13 Januari 2016.

100

Anda mungkin juga menyukai