Anda di halaman 1dari 23

TINJAUAN VIKTIMOLOGI DAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK RESTITUSI

KORBAN PEMERKOSAAN PADA ANAK DIBAWAH UMUR PENDERITA TUNA

RUNGU

(Studi di Polrestabes Surabaya)

Proposal Penelitian

Oleh :

Zainal Abidin
NIM. C03218023

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel


Fakultas Syari’ah dan Hukum
Jurusan Hukum Publik Islam
Program Studi Hukum Pidana Islam
SURABAYA
2022

TINJAUAN VIKTIMOLOGI DAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK RESTITUSI

KORBAN PEMERKOSAAN PADA ANAK DIBAWAH UMUR PENDERITA TUNA

RUNGU

A. Latar Belakang

Kajian tentanng anak mulai berubah dari masa ke masa, anak sendiri merupakan

potensi, tunas, serta generasi masa depan bangsa dan negara. Anak memiliki peranan

penting dan strategis guna untuk menjamin eksistensi dan beradaban bangsa dan negara di

masa yang akan datang. Dewasa ini , pembahasan problematika tentang anak menjadi

sorotan penting bagi masyarakat luas dan pemerintah negara Indonesia. Anak dapat di

terjemahkan sebagai bagian utama yang bisa dikaji serta dibahas melalui segi fisiknya,

segi lingkungannya, serta segi kepribadiannya. Guna untuk mengemban tugas generasi

masa depan, anak perlu mendapatkan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang secara

optimal, baik fisik, psikis, dan spiritual.1

Setiap pribadi diri anak memiliki masing – masing karakteristik, hak, tanggung jawab,

dan peran yang harus di dapati oleh setiap diri anak. Anak tidak bisa dibedakan atau

dipandang dengan terfokus sama suku, budaya, agama, serta keberadaan orang tua. Dalam

lingkup keluarga anak menduduki sebagai penerus keturunan, acuan orang tua ketika

berusia lanjut, dan memberi status sosial terhadap keluarganya. Guna untuk mewujudkan

tanggung jawab anak agar dapat diraih dengan sukses ada beberapa faktor yang

mempengaruhi hal tersebut yaitu :

1. Faktor DNA (deoxyribonucleic acid)

2. Faktor pendidikan

1
Abu Huraerah, Kekerasan Terhadap Anak (Bandung: Nuansa Cendekia, 2012), 11.
3. Faktor lingkungan

Dengan demikian dukungan dari beberapa faktor dan keluarga akan menjadikan anak

mampu untuk memikul serta mengembang amanah dan tanggung jawabnya di masa yang

akan datang.

Anak saat proses tumbuh kembang harus diayomi dan dijauhkan dari segi perbuatan

atau tindakan kejahatan yang akan menimpanya, baik dalam segi bentuk tindak

penganiayaan penculikan, pembunuhan, kekerasan, pelecehan sesksual, pemerkosaan, dan

lain – lain. Beberapa tahun belakangan ini kasus marak pemerkosaan kepada anak sering

terjadi di lingkup masyarakat luas. Fenomena ini begitu meresahkan dan mencemaskan

masyarakat negara Indonesia, sehingga pemerintah dan dinas – dinas terkait perlu adanya

ikut serta dan andil dalam menangani kasus – kasus semacam ini. Dalam pasal 28 B Ayat

(2) Undang – Undang Dasar Tahun 1945 menjelaskan bahwa setiap anak berhak atas

kelangsungan hidupnya, tumbuh kembangnya, serta berhak atas perlindungan dari

kekerasan dan diskriminasi.2

Laporan dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan bahwa laporan

kasus kriminal yang menjadikan anak sebagai objek dari tahun ke tahun semakin

meningkat. Pada tahun 2021 ada kiranya 1.192 laporan kasus kriminal yang menimpa

anak – anak. Tidak menutup kemungkinan bahwa tahun 2022 akan menjadi puncak

laporan tindak kriminal yang menimpa anak terbanyak. Hal demikian memiliki fakta yang

tidak hanya mengejutkan dan menyedihkan untuk beberapa pihak saja, namun masyarakat

luas pun ikut serta merasakannya. Anak wajib untuk dilindungi dan diberi kasih sayang

bukan malah menerima tindakan yang tidak diinginkan.3

2
Pasal 28B Ayat (2) Undang – Undang Dasar Tahun 1945.
3
“Selama 2021, KPAI Terima Seribu Kasus Kekerasan Anak,” IDN Times, 2021,
https://jabar.idntimes.com/news/indonesia/marisa-safitri-2/kpai-kekerasananak-paling-banyak-terjadi-dalam-
pengasuhan-regional-jabar/full. (Diakses pada tanggal 29 Juli 2022 pukul 12:03)
Tokoh ahli bernama Marsaid menjelaskan bahwa definisi anak terbagi menjadi

beberapa bagian, yaitu : dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) anak diartikan

sebagai manusia yang masih kecil, tidak hanya itu Marsaid juga mengutip dari ahli

Soedjono Dirjsisworo anak merupakan manusia yang saat ini belum menentukan dan

memperlihatkan bentuk – bentuk atau tanda fisik yang konkret untuk disebut manusia

dewasa. Banyaknya definisi dari para ahli yang menyebutkan definisi tentang anak,

peneliti memeliki argumentasi anak dapat disebut sebagai manusia yang belum bisa

merawat dirinya sendiri dan masih membutuhkan orang tua guna untuk pendidikannya dan

sosial lainnya.4

Peristiwa yang menggemparkan saat ini terjadi adanya kasus perbuatan melawan

hukum semacam tindak pidana pemerkosaan yang masuk dalam kategori pelecehan

seksual. Anak menjadi korban pemerkosaan merupakan suatu hak yang tidak pernah

diinginkan oleh setiap individu anak karena perbuatan tersebut adalah tindakan yang tidak

manusiawi dan termasuk kategori pelanggaran hak asasi manusia yang seharusnya

mendapat perlindungan hukum. Dalam beberapa kasus tindak pidana pelecehan seksual

seringkali pelakunya adalah orang terdekat dengan korban atau bisa jadi pelaku

merupakan keluarga dan mempunyai hubungan darah dengan korban.5

Secara normatif perlindungan hukum terhadap korban kejahatan pemerkosaan

dianggap penting, namun dalam tatanan implementasi di lapangan masih banyak

ditemukan kendala dan hambatan. Banyaknya peristiwa di kehidupan masyarakat

memperlihatkan bahwa keadilan dan kepastian hukum kurang mendapatkan perhatian dari

pemerintah dan dinas – dinas yang terkait. Salah satunya masalah keadilan dan hak asasi

4
Marsaid, Perlindungan Hukum Anak Pidana Dalam Perspektif Hukum Islam (Maqasid Asy-Syariah)
(Palembang: Noerfikri, 2015), 56.
5
M. Arief Mansur Dikdik, Urgensi Perlindungan Korban Kejahatan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007),
23.
manusia dalam menegakkan hukum pidana yang memiliki kaitan dengan perlindungan

hukum terhadap korban tindak pidana pemerkosaan.

Bentuk perlindungan hukum bagi anak yang menjadi korban tindak pidana

pemerkosaan adalah dengan mendapatkan hak restitusi. Hak restitusi atau biasa disebut

dengan ganti kerugian merupakan biaya yang harus dan wajib dibayarkan oleh seorang

pelaku karena adanya kerugian yang diderita orang lain (korban) baik secara materiil

maupun immateriil. Hak restitusi bisa dianggap sebagai hukuman bagi pelaku tindak

pidana, hak restitusi memberikan ruang yang besar untuk tercapainya kesepakatan antara

korban dan pelaku, dilihat dari konteks tersebut pembayaran ganti rugi dari pelaku kepada

korban atau ahli waris korban. Dengan adanya hak restitusi maka korban dapat dipulihkan

secara kebebasannya, hak – hak hukumnya, status sosial, serta kehidupannya. Dalam

konsep hak restitusi ini korban wajib mendapatkan kerugian yang adil dan tepat dari orang

yang harus bertanggung jawab. Ganti kerugian yang dimaksud sbisa seperti :

1. Pembayaran atas kerusakan atau kerugian yang diderita korban

2. Penggantian biaya – biaya yang timbul akibat tindak pidana

3. Penggantian hak – hak pemulihan terhadap korban6

Hak restitusi ditetapkan dibeberapa undang – undang yang berlaku di Negara

Indonesia, seperti PP Nomor 44 tahun 2008 dan PP Nomor 7 Tahun 2018 yang merupakan

peraturan restitusi dan kompensasi sebagai perwujudan undang –undang perlindungan

saksi dan korban, PP Nomor 43 tahun 2017 untuk restitusi bagi anak sebagai korban.

Tidak adanya undang – undang khusus yang benar – benar mengatur tentang hak restitusi

ini menimbulkan ketidak jelasan pada tingkat pelaksanaan.

Terdapat salah satu kasus tindak pidana pemerkosaan yang terjadi pada anak penderita

disabilitas tuna rungu di daerah kota besar surabaya. Dengan adanya kasus tersebut hak

6
Joni Muhammad, Aspek Hukum Perlindungan Anak Dalam Perspektif Konvensi Hak Anak (Bandung: Pt. Citra
Aditya Bakti, 1999), 68.
restitusi anak yang menjadi korban tindak pidana pemerkossan patut dipertanyakan kepada

pihak – pihak yang menangani kasus tersebut yaitu, Kesatuan Reserse Krimanal dan Unit

Pelayanan Perlindungan Perempuan dan Anak Polrestabes Surabaya.

Berdasarkan konteks dan kajian terhadap maraknya kasus tindak pidana pemerkosaan

anak penderita tuna rungu saat ini sedang meningkat, maka dengan melihat situasi seperti

ini muncullah sebuah permasalahan atau problematika yang hendak dijadikan objek

penelitian yaitu dengan judul “Tinjauan Viktimologi Dan Hukum Islam Terhadap Hak

Restitusi Korban Pemerkosaan Pada Anak Penderita Tuna Rungu (Studi di

Polrestabes Surabaya”. Dari hasil temuan ini nantinya dapat dipergunakan sebagai salah

satu rujuan dari penelitian – penelitian yang akan datang.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan di atas, maka peneliti dapat

mengidentifikasi beberapa masalah yang berkaitan dengan “Tinjauan Viktimologi Dan

Hukum Islam Terhadap Hak Restitusi Korban Pemerkosaan Anak di Bawah Umur

Penderita Tuna Rungu” yaitu :

1. Anak dibawah umur merupakan korban tindak pidana pemerkosaan


2. Anak disabilitas tuna rungu merupakan korban tindak pidana pemerkosaan
3. Penyebab terjadinya tindak pidana pemerkosaan
4. Upaya perlindungan hak anak disabilitas terhadap tindak pidana pemerkosaan
5. Hak restitusi korban tindak pidana pemerkosaan

6. Hukum islam terhadap tindak pidana pemerkosaan


7. Penegakan undang – undang perlindungan anak terhadap tindak pidana pemerkosaan

Kajian yang dapat ditarik dari identifikasi masalah akan dijadikan sebuah batasan

masalah yang akan dipergunakan untuk mempermudah penelitian, adapun batasan

masalah tersebut yakni :

1. Analisis viktimologi terhadap hak restitusi korban pemerkosaan pada anak di bawah

umur penderita tuna rungu


2. Analisis hakum islam terhadap tindak pidana pemerkosaan pada anak di bawah umur

penderita tuna rungu

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dapat diartikan sebagai muatan dari beberapa pertanyaan –

pertanyaan problematika sebuah hal atau peristiwa yang memiliki bentuk sebuah kalimat

sederhana, singkat, jelas, dan padat.7 Rumusan masalah berisi tentang pertanyaan yang

berkaitan dengan penelitian. Adapun beberapa rumusan masalah yang berkaitan yaitu :

1. Bagaimana tinjauan viktimologi terhadap hak restitusi korban pemerkosaan pada anak

di bawah umur penderita tuna rungu ?

2. Bagaimana hukum islam terhadap hak restitusi korban pemerkosaan pada anak di

bawah umur penderita tuna rungu ?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan sebuah indikasi dalam sebuah arah dimana informasi dan

data dari sebuah penelitian itu dicari.8 Pada pendapat lain tujuan penelitian ialah untuk

memperoleh dan menemukan sebuah data sebagai maksud dan memiliki sebuah tujuan. 9

Tujuan penelitian sendiri diharapkan dapat menjelaskan rumusan masalah yang telah

dijabarkan sebelumnya. Adapun beberapa tujuan penelitian tersebut, yaitu

1. Mendeskripsikan dan menjelaskan tinjauan viktimologi terhadap hak restitusi korban

pemerkosaan pada anak di bawah umur penderita tuna rungu

2. Menganalisis hukum islam terhadap hak restitusi korban pemerkosaan pada anak di

bawah umur penderita tuna rungu

E. Kegunaan Penelitian

7
Noor Juliansyah, Metode Penelitian (Edisi Pertama) (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2011),20.
8
I Made Pasek Diantha, Metodologi Penelitian Hukum Normatif Dalam Justifikasi Teori Hukum (Jakarta:
Prenada Media Group, 2016),153.
9
Sulistyowati Irianto, Metode Penelitian Hukum : Konsentrasi Dan Refleksi (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia, 2009),19.
Rincian pada tujuan penelitian diatas, maka ada beberapa penjabaran yang akan

dikemukakan pada point kegunaan penelitian. Berikut merupakan beberapa kegunaan

penelitian yang dipaparkan, yakni :

1. Hasil penelitian ini berguna sebagai penambah luasnya ilmu pengetahuan terkait

dengan tinjauan viktimologi dan hukum islam terhadap hak restitusi korban

pemerkosaan pada anak di bawah umur penderita tuna rungu, sehingga akan

menghasilkan sebuah pengetahuan baru.

2. Penelitian ini akan menambah perbendaharaan materi hukum pidana dan hukum pidana

islam sebagai pijakan kurikulum pembelajaran hukum pidana islam.

a. Aspek keilmuan (teoritis)

Penelitian ini diharapkan dapat memiliki tujuan untuk memberikan gambaran

mengenai konsep dan faktor yang melatarbelakangi serta memberikan tempat dalam

memahami :

i. Tinjauan viktimologi terhadap hak restitusi korban pemerkosaan pada anak di

bawah umur penderita tuna rungu

ii. Tinjauan hukum islam terhadap hak restitusi korban pemerkosaan pada anak di

bawah umur penderita tuna rungu

b. Aspek terapan (praktis)

Penelitian ini dibuat agar mampu menguraikan informasi khusus bagi diri sendiri

dan khalayak masyarakat luas pada umumnya tentang tinjauan viktimologi terhadap

hak restitusi korban pemerkosaan pada anak di bawah umur penderita tuna rungu.

Apek praktis memiliki tujuan, yakni :


i. Penelitian ini diharapkan akan bisa digunakan sebagai sarana untuk semua pihak

yang terlibat dalam mengambil kebijakan, seperti, pengadilan negeri, kepolisian,

dan masyarakat pada umumnya terkait tinjauan viktimologi dan hukum islam

terhadap hak restitusi korban pemerkosaan pada anak di bawah umur penderita

tuna rungu

ii. Penelitian ini menjadi salah satu masukan dan salah satu referensi bagi daerah –

daerah lain karena model interaksi ini ialah salah satu bagian yang terpenting agar

dapat menjelaskan tentang tinjauan viktimologi dan hukum islam terhadap hak

restitusi korban pemerkosaan pada anak di bawah umur penderita tuna rungu

F. Kajian Pustaka

Kajian pustaka dapat diartikan sebagai penjabaran atau uraian singkat tentang

penelitian – penelitian terdahulu yang sudah ada atau hampir sama dengan masalah yang

akan ditelitu, namun ada perbedaan yang signifikan dari penelitian satu dengan penelitian

lainnya. Penelitian yang akan dilakukan bukan termasuk penelitian pengulangan atau

duplikat sebab belum ada yang mengambil penelitian tersebut. Adapun beberapa

penelitian tersebut yaitu :

1. Penelitian yang berjudul “Pemenuhan Hak Restitusi Terhadap Anak Korban Tindak

Pidana Kekerasan Seksual di Kota Pekanbaru” yang ditulis oleh Maurizka Khairunnisa,

mahasiswa Universitas Islam Negeri Yogyakarta pada tahun 2020. Fokus

pembahasannya adalah pemenuhan hak restitusi terhadap anak yang menjadi korban

kekerasan kesual. Perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan

yaitu terhadap tindak pidana dana objek kajiannya. Nilai pembaharuannya yaitu pada

penelitian sebelumnya menjabarkan hak restitusi anak yang menjadi korban kekerasan
seksual, sedangkan dalam penelitian ini menyebutkan tinjauan viktimologi terhadap

hak restitusi anak penderita tuna rungu yang menjadi korban pemerkosaan.10

2. Penelitian yang berjudul “Tinjauan Yuridis Atas Tindak Pidana Pemerkosaan Terhadap

Anak Kandung” yang ditulis oleh Fachri Ramadhan, mahasiswa Universitas

Hasanuddin Makassar pada tahun 2021. Fokus pembahasannya adalah tindak pidana

pemerkosaan terhadap anak kandung. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang

akan dilakukan yaitu terhadap objek kajiannya dimana penelitian yang dilakukan

merupakan anak kandungnya sendiri. Nilai pembaharuannya yaitu pada penelitian

sebelumnya menguraikan tentang tinjauan yuridis atas tindak pidana pemerkosaan pada

anak kandung, sedangkan dalam penelitian ini menyebutkan hak restitusi yang di dapati

oleh anak penderita tuna rungu yang menjadi korban tindak pidana pemerkosaan.11

3. Penelitian yang berjudul “Analisis Terhadap Faktor Penyebab dan Perlindungan Tindak

Pidana Pemerkosaan Terhadap Anak Penyandang Disabilitas” yang ditulis oleh Andi

Aziz, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada tahun 2021. Fokus

pembahasannya yaitu menguraikan faktor penyebab dan perlindungan korban tindak

pidana pemerkosaan. Nilai pembaharuannya yaitu pada penelitian sebelumnya

menjelaskan hanya faktor dan perlindungan anak disabilitas yang menjadi korban

tindak pidana pemerkosaan, sedangkan dalam penelitian ini menjabarkan hak restitusi

anak penyandang disabilitas yang menjadi korban tindak pidana pemerkosaan.12

4. Penelitian yang berjudul “Kebijakan Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana

Pemerkosaan Anak di Bawah umur (Studi Putusan Pengadilan Negeri Rantauprapat No.

10
Khairunnisa Maurizka, “Pemenuhan Hak Restitusi Terhadap Anak Korban Tindak Pidana Kekerasan Seksual Di
Kota Pekanbaru,(Skripsi) -- Universitas Islam Negeri Yogyakarta” 2020.
11
Fachri Ramadhan, “Tinjauan Yuridis Atas Tindak Pidana Pemerkosaan Terhadap Anak Kandung,” (Skripsi) --
Universitas Hasanuddin Makassar, 2021.
12
Andi Aziz, “Analisis Terhadap Faktor Penyebab Dan Perlindungan Tindak Pidana Pemerkosaan Terhadap Anak
Penyandang Disabilitas,” Indonesian Journal of Criminal and Criminology Vol. 2 No. (2021).
94/Pid.Sus/2016/PN-Rap)” yang ditulis oleh Faisal Salim, mahasiswa Universitas

Sumatera Utara pada tahun 2022. Fokus pembahasanya adalah menguraikan kebijakan

hukum pidana terhadap tindak pidana pemerkosaan anak di bawah umur. Nilai

pembaharuannya yaitu pada penelitian sebelumnya hanya menjabarkan kebijakan

hukum pidana saja, sedangkan dalam penelitian ini akan dijabarkan dari perspektif

yaitu hukum pidana positif dan hukum pidana islam.13

G. Definisi Operasional

Definisi operasional memiliki tujuan guna untuk memperjelas serta menghindari

kesalahpahaman dalam menafsirkan sebuah kalimat dalam pembahasan penelitian. Dari

penjabaran di atas, maka peneliti menjabarkan beberapa definisi, antara lain :

1. Viktimologi

Viktimologi memiliki bahasa latin yaitu victim yang berarti korban dan logos berarti

ilmu. Secara terminologis viktimologi dapat diartikan sebagai sebuah studi yang

mempelajari tentang korban, faktor penyebab timbulnya korban, dan akibat – akibat

penimbulan korban yang merupakan masalah manusia sebagai suatu kenyataan sosial.14

Argumentasi tokoh Arif Gosita mengatakan bahwa viktimologi merupakan suatu

ilmu atau studi pengetahuan ilmiah yang menjadikan titik fokusnya viktimisasi, hal ini

sebagai suatu permasalahan manusia yang merupakan suatu kenyataan sosial.

Viktimisasi sendiri yaitu suatu perbuatan atau tindakan yang menurut hukum dapat

menyebabkan penderitaan mental, fisik, dan sosial pada seseorang oleh seseorang baik

dalam kepentingan sendiri maupun khalayak luas.15

2. Hukum Islam

13
Faisal Salim, “Kebijakan Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana Pemerkosaan Anak Di Bawah Umur (Studi
Putusan Pengadilan Negeri Rantauprapat No. 94/Pid.Sus/2016/PN-Rap),” (Skripsi) -- Universitas Sumatera
Utara, 2022.
14
Rena Yulia, Viktimologi Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kejahatan (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), 43.
15
Didik M. Arief Mansur dan Elisatri Gulton, Urgensi Perlindungan Korban Kejahatan (Jakarta: Raja Grafindo,
2008), 33.
Hukum islam merupakan sistem kaidah - kaidah yang di dasarkan pada wahyu Allah

SWT dan RasulNya. Hukum islam sendiri memiliki arti pengaturan yang mengatur

tingkah laku bagi semua pemeluknya. Dalam kamus Oxford sebagaimana dikutip oleh

Muhammad Muslehuddin, hukum diartikan sebagai “Sekumpulan aturan, baik yang

berasal dari aturan formal maupun adat, yang diakui oleh masyarakat dan bangsa

tertentu dan mengikat bagi anggotanya".

Selanjutnya islâm adalah ketundukan dan kepatuhan serta bisa juga bermakna Islam,

damai, dan selamat. Namun kalimat asal dari lafadz islâm adalah berasal salima-

yaslamu-salâman-wa salâmatan َ‫و َ َسلَ ًم‬-‫ َسل ًم َ ا‬- َ ‫ي ْ َسل ُم‬-َ ‫ س ِل َم‬dari kata yang memiliki arti

selamat (dari bahaya), dan bebas (dari cacat).16

3. Hak Restitusi

Pada pasal 71 D PP Nomor 43 Tahun 2017 tentang pelaksanaan restitusi bagi anak

yang menjadi korban pidana, Hak restitusi dapat diartikan sebagai pembayaran ganti

kerugian yang dibebankan kepada pelaku berdasarkan putusan pengadilan yang

berkekuatan hukum tetap atas kerugian materiil dan / atau immateriil yang diderita

korban atau ahli warisnya.17

Restitusi atau ganti kerugian merupakan biaya yang dibayarkan oleh seseorang

karena adanya kerugian yang diderita orang lain secara ekonomi. Dalam perkembangan

hukum pidana khususnya ketika muncul restorative justice, maka restitusi dipandang

sebagai sebuah hukuman/tindakan  untuk menyeimbangkan hilangnya hak-hak perdata

dari korban yang dapat dinilai dengan uang. Restorative justice memberikan ruang yang

besar bagi tercapainya kesepakatan antara korban pelaku, dan dalam konteks

16
Muhammad Muslehuddin, Filsafat Hukum Islam dan Pemikiran Orientalis, (Yogyakarta : Tiara
Wacana, 1997), 56
17
PP Nomor 43 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Restitusi Bagi Anak yang Menjadi Korban Pidana.
kesepakatan ini salah satu komponennya adalah pembayaran ganti rugi dari pelaku

kepada korban atau keluarga korban atau ahli warisnya.18

4. Tindak Pidana

Tindak pidana memiliki pengertian sebagai pelanggaran norma – norma dalam tiga

bidang hukum lainnya, yakni hukum perdata, hukum ketatanegaraan, dan hukum tata

usaha negara, yang oleh bentuk undang – undang ditanggapi dengan suatu hukum

pidana.

Dalam bukunya yang berjudul “Korupsi dan Hukum Pidana”, Indiyanto Seno Adji

memaparkan bahwa tindak pidana diartikan sebagai perbuatan atau tindakan seseorang

yang dapat diancam dan dijatuhi pidana, tindakannya memiliki sifat melawan hukum.

Adanya suatu kesalahan yang dimana bagi pelakunya harus bisa

mempertanggungjawabkan sesuai dengan aturan yang berlaku.19

5. Pemerkosaan

Pemerkosaan diambil dari kata dasar “perkosa” yang memiliki arti paksa, gagah,

kuat, dan perkasa. Pemerkosaan dapat diartikan sebagai menundukkan dengan

kekerasa, pemaksaan, dan melanggar dengan kekerasan. Pemerkosaan sendiri memiliki

istilah yaitu proses cara perbuatan atau tindakan memperkosa dengan cara pemaksaan

dengan kekerasan. Maka dari itu pemerkosaan memiliki unsur –unsur pria memaksa

bersetubuh dengan seorang wanita dengan kekerasan.20

Pemerkosaan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Pidana (KUHP) adalah suatu

perbuatan, tindakan, atau perilaku yang memaksa seorang wanita yang bukan istrinya

untuk melakukan persetubuhan dengan cara kekerasan, pemaksaan, serta ancaman yang

18
Ahmad Sofian, “Restitusi Dalam Hukum Positif Indonesia,” 2018,
https://business-law.binus.ac.id/2018/05/30/restitusi-dalam-hukum-positif-indonesia/ (Diakses pada tanggal
27 Juli 2022 pukul 19:02) .
19
Adji Indrayanto Seno, Korupsi Dan Hukum Pidana (Jakarta: Kantor Pengacara dan Konsultan Hukum Prof.
Oemar Seno Adji & Rekan, 2002), 155.
20
Tim Redaksi, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), 673.
dapat mengakibatkan kesakitan dan kerugian, baik secara fisik maupun psikis wanita

tersebut.21

6. Anak

Anak memiliki istilah makhluk hidup yang membutuhkan pemeliharaan, kasih

sayang, serta tempat yang nyaman bagi perkembangannya, istilah ini dipaparkan oleh

Haditono.22

Menurut bahasa anak dapat diartikan sebagai keturunan kedua dari hasil antara

hubungan fisik antara laki-laki dan perempuan. Undang – undang Nomor 23 Tahun

2022 tentang perlindungan anak, memaparkan bahwa anak ialah amanah serta karunia

yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat serta

martabat sebagai manusia dan makhluk hidup seutuhnya. Anak juga bisa dikatakan

manusia kecil yang belum memiliki tanda – tanda yang konkret untuk bisa dikatakan

manusia dewasa.23

7. Tuna Rungu

Tuna rungu memiliki definisi yaitu seseorang yang mengalami ketulian berat hingga

total, yang tidak dapat menampung serta mendengar bunyi secara sempurna atau

bahkan tidak dapat mendengar sama sekali apa yang dikatakan oleh lawab bicaranya.

Tuna rungu juga dapat diartikan yaitu hilangnya kemampuan mendengar manusia baik

itu sebagian ataupun keseluruhan yang diakibatkan oleh kerusakan fungsi pendengaran

sehingga dapat menyebabkan dampak kompleks terhadap kehidupannya.24

H. Metode Penelitian

21
Ekotama Suryono, Abortus Provactus Bagi Korban Perkosaan (Yogyakarta: Universitas Atmaja, 2001), 96.
22
Pengertian Arti Definisi Dari, “Pengertian Anak Menurut Ahli,”,2020,
https://pengertianartidefinisidari.blogspot.com/2018/11/hari-anak-pengertian-anak-menurut-para-ahli.html,
(diakses pada tanggal 2 Juli 2022 pukul 10:08).
23
M. Natsir Djamil, Anak Bukan Untuk Dihukum (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), 8.
24
Indriana Dina, Ragam Alat Bantu Media Pengajaran (Yogyakarta: DIVA Press, 2011), 19.
Metode penelitian merupakan peranan penting dan wajib guna untuk mendapatkan hasil

penelitian yang optimal dan terarah. Oleh karena itu metode penelitian didefinisikan yaitu

ilmu mengenai penjelasan terurai yang harus dilalui dalam proses penelitian.25

1. Jenis Penelitian

Ditinjau dari segi karakteristik problematika atau suatu permasalahan, penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan bahan berupa sumber data –

data yang telah diperoleh di lapangan, wawancara atau interview narasumber, serta

dokumen – dokumen yang ada. Penelitian kualitatif menurut ahli tokoh yang bernama

Bogdan dan Taylor yaitu proses penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata – kata yang diubah menjadi kalimat tertulis atau lisan dari orang – orang serta

tindakan perilaku yang telah diamati.26

Jenis penelitian yang digunakan yaitu jenis penelitian empiris yang dilakukan

dengan metode penelitian lapangan yang biasa disebut dengan (Field Research).

Penelitian lapangan memiliki definisi yaitu penelitian yang memiliki data dari

penjelajahan lapangan atau tempat studi kasus, baik berupa sumber data lisan maupun

tulisan.27 Selain penelitian lapangan, penelitian ini didukung pula dengan metode

kepustakaan atau biasa disebut dengan (bibliography research) serta interview

langsung dengan para narasumber sehingga bida memperoleh penjelasan dan uraian

yang alamiah serta sesuai dengan fakta yang terjadi di lapangan sehingga dapat

menghasilkan data yang akurat sesuai dengan kebutuhan pembahasan yang diperlukan.

2. Sumber Data

25
Soekanto Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: UI Press, 2007), 3.
26
Bogdan, Robert C. & Steven J. Taylor, “Introduction to Qualitative Research Methods : A Phenomenological
Approach in the Social Sciences”, 1982 Alih bahasa Arief Furchan, Dasar – dasar Penelitian Kualitatif,
(Surabaya : Usaha Nasional)
27
J.Moloeng Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Karya, 2002), 75.
Dasar penggunaan sumber data dikarenakan pada penelitian ini tidak hanya merujuk

pada sumber hukum atau perundang – undangan saja, melainkan digabungkan dengan

data seperti interview atau wawancara dan dokumentasi – dokumentasi lainnya. Dalam

penelitian ini ada 2 jenis sumber data yang digunakan, diantaranya yaitu :

a. Sumber data primer

Sumber data primer yakni sumber data yang diperoleh dari sumbernya secara

langsung melalui interview atau wawancara. Pada penelitian ini sumber data primer

diperoleh dari :

1) Para pihak di Kesatuan reserse dan kriminal Polrestabes Surabaya

2) Para pihak layanan unit perlindungan perempuan dan anak Polrestabes Surabaya

Dengan memuat rincian interview atau wawancara yang akan diperoleh, yakni :

a) Profil Kesatuan reserse dan kriminal Polrestabes Surabaya

b) Profil Unit perlindungan perempuan dan anak Polrestabes Surabaya

c) Proses penanganan kasus tindak pidana pemerkosaan anak di bawah umur

penderita tuna rungu

d) Rincian kasus tindak pidana pemerkosaan anak di bawah umur penderita

tuna rungu

e) Hak restitusi atau hak ganti rugi anak yang menjadi korban tindak pidana

pemerkosaan anak di bawah umur penderita tuna rungu

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder memiliki definisi yakni sumber data yang diperoleh dari

penjelajahan bahan pustaka dengan tujuan untuk memberikan pemaparan serta

uraian dari sumber data primer sebelumnya. Sumber data sekunder diantaranya yaitu

a) Buku
b) Artikel
c) Jurnal
d) Skripsi
e) Tesis
f) Karya Tulis Ilmiah

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yaitu sebuah cara atau teknik yang digunakan untuk

bentuk pengumpulan data. Penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan

data, diantaranya yakni :

a. Wawancara (Interview)

Proses perolehan dan pengambilan data yang akurat peneliti mengajukan

beberapa pertanyaan dan permasalahan secara lisan dan bertatap muka langsung

dengan beberapa narasumber dari pihak Kesatuan Reserse dan Kriminal dan Unit

Perlindungan Perempuan dan Anak Polrestabes Surabaya agar memperoleh

keterangan serta informasi dan data yang diperlukan.28

b. Dokumentasi

Dokumentasi diperuntukan guna mendokumentasikan proses pengumpulan data

yang terkait data kasus tindak pidana pemerkosaan anak dibawah umur penyandang

disabilitas tuna rungu yang telah terjadi, data ini di dapati untuk membuat hasil

penelitian yang faktual sehingga dapat dipelajari, ditelaah, dan selanjutnya

dianalisis.

4. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data yang digunakan dalam proses penelitian ini yaitu

menggunakan beberpa teknik. Adapun teknik yang digunakan, antara lain :

a. Editing

28
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Dakwah (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), 72.
Editing mememiliki pengertian yaitu meneliti dan memeriksa kembali data

dengan sistematis, benar, dan tepat mengenai sumber data yang telah diperoleh dan

dikumpulkan, yang kemudian akan di periksa kembali dari penelitian lapangan dan

penelitian kepustakaan. Proses penulisan skripsi ini melewati proses teknik editing

terhadap hasil wawancara atau interview dengan narasumber dan hasil dari

pencarian data dalam kategori kepustakaan.

b. Organizing

Organizing merupakan mengorganisasikan atau mensistematikan sumber data.

Dari teknik ini penelitian mengkelompokan data-data yang telah dikumpulan serta

sesuai dengan penjelasan yang telah direncanakan sebelumnya.

c. Analyzing

Analyzing yaitu proses melakukan analisa dari pengumpulan data dengan

menggunakan pemaparan dari narasumber sehingga dapat ditarik kesimpulan

tertentu yang pada akhirnya dapat menjadi jawaban atas permasalahan yang telah

dirumuskan.

5. Teknik Analisis Data

Analisis data yaitu suatu upaya guna untuk mencari serta menyusun data yang telah

diperoleh secara sistematis dan tersusun, mengolah data yang telah didapat dari hasil

proses wawancara atau interview, pengamatan lapangan, dan data – data lainnya,

sehingga dapat mudah dipahami dan memilki manfaat untuk memecahkan sebuah

permasalahan, sehingga hasil yang diperoleh dapat diinformasikan kepada masyarakat

khalayak luas.29

a. Teknik analisis data yang digunakan dalam proses penelitian ini menggunakan

teknik deskriptif analisis, yaitu pemaparan peraturan perundang – undangan yang

memiliki kaitan penting dengan teori hukum yang sesuai objek penelitian serta
29
R&D, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), 224.
penjelasan dan uraian pelaksanaan hukum yang berlaku di masyarakat dengan objek

penelitian.30 Hal ini dapat ditarik benang merah bahwa pada penelitian ini data yang

diperoleh sesuai dengan permasalahan yang akan di teliti yaitu Tinjauan Viktimologi

Dan Hukum Islam Terhadap Hak Restitusi Korban Pemerkosaan Pada Anak di

Bawah Umur Penderita Tuna Rungu.

b. Pola pikir yang digunakan dalam proses penulisan skripsi ini ialah menggunakan

pola pikir deduktif, yaitu pola pikir dari umum ke khusus. Dari pola pikir tersebut,

kemudian diuraikan apapun yang menjadi ketentuan perundang –undangan yang

mengatur tentang hak restitusi korban pemerkosaan, kemudian ditarik kesimpulan

pada Tinjauan Viktimologi Dan Hukum Islam Terhadap Hak Restitusi Korban

Pemerkosaan Pada Anak di Bawah Umur Penderita Tuna Rungu.

I. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan diperuntukan guna penelitian ini dapat terarah dan juga dapat

menjadi pemikiran yang sesuai, serta untuk mempermudah memahami isi penelitian ini,

adapun sistematika pembahasan yang akan dipaparkan diantaranya, yaitu :

Bab Kesatu adalah pendahuluan, bab ini bersisi tentang latar belakang masalah,

identifikasi masalah dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan

penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian, serta sistematika

pembahasan. Pada bab pendahuluan ini berisi tentang latar belakang masalah yang

memaparkan tentang apa yang melatar belakangi penelitian ini dapat dijalankan yang

selanjutnya akan diuraikan sesuai dengan fokus masalah atau rumusan masalah yang

berbicara point apa yang menjadi titik koordinat penelitian, yang kemudian dilanjutkan

dengan tujuan penelitian dan seterusnya, dan diakhiri dengan sistematika pembahasan.

30
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), 105.
Bab Kedua adalah landasan teori, pada bab ini memuat uraian tentang viktimologi,

hukum islam, hak restitusi, anak, tindak pidana, tindak pidana pemerkosaan, dan definisi

disabilitas tuna rungu.

Bab Ketiga adalah memuat uraian hasil temuan penelitian, yang meliputi tentang profil

kesatuan reserse dan kriminal Polrestabes Surabaya, Unit Perlindungan Perempuan dan

Anak Polrestabes Surabaya, Hak restitusi korban pemerkosaan pada anak di bawah umur

penderita tuna rungu, proses penanganan kasus tindak pidana pemerkosaan anak dibawah

umur penderita tuna rungu, dan hasil wawancara dengan pihak – pihak yang ada di

Polrestabes surabaya

Bab Keempat adalah memuat hasil analisis terkait dengan Hak restitusi korban

pemerkosaan pada anak di bawah umur penderita tuna rungu, analisis viktimologi hak

restitusi tindak pidana pemerkosaan pada anak di bawah umur penderita tuna rungu, serta

analisis hukum pidana islam tindak pidana pemerkosaan pada anak di bawah umur

penderita tuna rungu.

Bab Kelima adalah memaparkan tentang penarikan kesimpulan dan penutup dari hasil

penelitian serta juga terlampiri dengan daftar pustaka.


DAFTAR PUSTAKA

1. BUKU
Didik M. Arief Mansur dan Elisatri Gulton. Urgensi Perlindungan Korban Kejahatan.
Jakarta: Raja Grafindo, 2008.
Dikdik, M. Arief Mansur. Urgensi Perlindungan Korban Kejahatan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2007.
Djamil, M. Natsir. Anak Bukan Untuk Dihukum. Jakarta: Sinar Grafika, 2013.
Ekotama Suryono. Abortus Provactus Bagi Korban Perkosaan. Yogyakarta: Universitas
Atmaja, 2001.
Huraerah, Abu. Kekerasan Terhadap Anak. Bandung: Nuansa Cendekia, 2012.
I Made Pasek Diantha. Metodologi Penelitian Hukum Normatif Dalam Justifikasi Teori
Hukum. Jakarta: Prenada Media Group, 2016.
Indriana Dina. Ragam Alat Bantu Media Pengajaran. Yogyakarta: DIVA Press, 2011.
Joni Muhammad. Aspek Hukum Perlindungan Anak Dalam Perspektif Konvensi Hak
Anak. Bandung: Pt. Citra Aditya Bakti, 1999.
Juliansyah, Noor. Metode Penelitian (Edisi Pertama). Jakarta: Kencana Prenada Media,
2011.
Lexy, J.Moloeng. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Karya, 2002.
Marsaid. Perlindungan Hukum Anak Pidana Dalam Perspektif Hukum Islam (Maqasid
Asy-Syariah). Palembang: Noerfikri, 2015.
R&D. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif. Jakarta: Sinar Grafika, 2008.
Rena Yulia. Viktimologi Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kejahatan. Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2010.
Seno, Adji Indrayanto. Korupsi Dan Hukum Pidana. Jakarta: Kantor Pengacara dan
Konsultan Hukum Prof. Oemar Seno Adji & Rekan, 2002.
Soerjono, Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press, 2007.
Sulistyowati Irianto. Metode Penelitian Hukum : Konsentrasi Dan Refleksi. Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2009.
Tim Redaksi. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1990.
Wardi Bachtiar. Metodologi Penelitian Dakwah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.
Zainuddin Ali. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika, 2012.

2. JURNAL
Andi Aziz. “Analisis Terhadap Faktor Penyebab Dan Perlindungan Tindak Pidana
Pemerkosaan Terhadap Anak Penyandang Disabilitas.” Indonesian Journal of
Criminal and Criminology Vol. 2 No. (2021).
3. SKRIPSI
Fachri Ramadhan. “Tinjauan Yuridis Atas Tindak Pidana Pemerkosaan Terhadap Anak
Kandung,” 2021.
Faisal Salim. “Kebijakan Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana Pemerkosaan Anak Di
Bawah Umur (Studi Putusan Pengadilan Negeri Rantauprapat No.
94/Pid.Sus/2016/PN-Rap),” 2022.
Maurizka, Khairunnisa. “Pemenuhan Hak Restitusi Terhadap Anak Korban Tindak Pidana
Kekerasan Seksual Di Kota Pekanbaru,” 2020.
4. WEB
Ahmad Sofian. “Restitusi Dalam Hukum Positif Indonesia,” 2018. https://business-
law.binus.ac.id/2018/05/30/restitusi-dalam-hukum-positif-indonesia/.
Pengertian Arti Definisi Dari. “Pengertian Anak Menurut Ahli.” Pengertian Arti Definisi
Dari, 2020. https://pengertianartidefinisidari.blogspot.com/2018/11/hari-anak-
pengertian-anak-menurut-para-ahli.html.
IDN Times. “Selama 2019, KPAI Terima Seribu Kasus Kekerasan Anak,” 2019.
https://jabar.idntimes.com/news/indonesia/marisa-safitri-2/kpai-kekerasananak-
paling-banyak-terjadi-dalam-pengasuhan-regional-jabar/full.

Anda mungkin juga menyukai