Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TINDAK PIDANA KHUSUS

“Tindak Pidana Pencabulan Anak”

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tindak Pidana Khusus

Dosen Pengampu:

Ibu Yuli Indarsih, S.H., M.H.

Disusun Oleh:

Naufal Daffa Kalfaris (C1A220703)

FAKULTAS HUKUM

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

UNIVERSITAS SUBANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat

yang diberikan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul

“Tindak Pidana Pencabulan Anak” ini dapat diselesaikan.

Tujuan pembuatan makalah ini sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas mata

kuliah Tindak Pidana Khusus di program studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas

Subang.

Penulis menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis

meminta kritik dan saran dari pembaca agar kedepannya bisa lebih baik lagi. Akhir kata

penulis mengucapkan terima kasih kepada semua rekan kelompok yang telah membantu

dalam pengerjaan makalah ini sehingga makalah ini dapat terealisasikan.

Subang, 08 Mei 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................

BAB I.....................................................................................................................................

PENDAHULUAN..........................................................................................................

Latar Belakang...............................................................................................................

Rumusan Masalah.........................................................................................................

Metode Penelitian...........................................................................................................

BAB II...................................................................................................................................

PEMBAHASAN.............................................................................................................

Tinjauan Tindak Pidana Pencabulan Anak................................................................

BAB III..................................................................................................................................

KESIMPULAN..............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Anak merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang tidak akan tergantikan. Anak

adalah bagian dari generasi muda sebagai s alah satu sumber daya manusia yang

merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa, yang memiliki peran strategis

dan mempunyai ciri-ciri dan sifat khusus memerlukan pembinaan dan perlindungan dalam

rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, sosial secara utuh, serasi,

selaras, dan seimbang.1 Anak memiliki keterbatasan dalam memahami dan melindungi diri

dari berbagai pengaruh sistem yang ada. ketika anak terlibat dalam permasalahan hukum,

negara harus memberikan perlindungan kepada anak melalui peraturan perundang-

undangan diantaranya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan

Pidana Anak.2

Perlindungan yang dimaksudkan adalah jaminan hukum atas kejadian yang

menimpanya, segala sesuatu yang dapat meringankan kerugiannya pada saat dia menjadi

korban itulah yang dimaksud dengan perlindungan. Dalam KUHP Indonesia, kejahatan

dalam bentuk pencabulan diatur dalam Pasal 289 KUHP3. Pasal ini diatur dalam buku II

Bab XIV Tentang Kejahatan Terhadap Kesusilaan. Adapun Pasal 289 menyatakan sebagai

berikut : “barang siapa dengan kekerasan atau ancaman Kekerasan atau ancaman kekerasan

memaksa seseorang melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, dihukum

1
Makarao, Hukum Perlindungan Anak dan Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Rineka Cipta, Jakarta 2013, hlm. 1
2
Abintoro Prakoso, Pembaruan Sistem Peradilan Pidana Anak, Laksbang Grafika, Yogyakarta, 2013, hlm. 15.
3
Anonimous, Kitab Undang-Undang Hukum acara Pidana dan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, 2013, hlm. 99.
karena salahnya melakukan perbuatan melanggar kesopanan dengan hukuman penjara

selama-lamanya sembilan tahun”.

1.2. Rumusan Masalah

1) Bagaimana perlindungan hukum terhadap anak yang menjadi korban tindak

pidana pencabulan?

2) Bagaimana pembuktian dan penerapan hukum terhadap tindak pidana

pencabulan yang dilakukan oleh pelaku?

1.3. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian normatif, yaitu terutama mengkaji kaidah-kaidah

(norma-norma) hukum dalam hukum positif. Penelitian ini adalah penelitian hukum

normatif atau penelitian hukum kepustakaan, yaitu penelitian yang dilakukan dengan

cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka.


BAB II

PEMBAHASAN

2. Tinjauan Tindak Pidana Pencabulan Anak

2.1. Tindak Pidana

Menurut Moeljatno tindak pidana (criminal act) menentukan perbuatan perbuatan

mana yang tidak boleh dilakukan, yang dilarang, dengan disertai ancaman atau sanksi

yang berupa pidana tertentu bagi barang siapa melanggar larangan tersebut. Maka

untuk terjadinya perbuatan tindak pidana harus dipenuhi unsur

a. Adanya perbuatan (manusia)

b. Yang memenuhi rumusan dalam undang-undang

c. Bersifat melawan hukum.4

Menurut simons tindak pidana adalah tindakan melanggar hukum yang telah

dilakukan dengan sengaja ataupun tidak dengan sengaja oleh seseorang yang dapat

dipertanggung-jawabkan atas tindakannya dan yang oleh undang-undang telah

dinyatakan sebagai suatu tindakan yang dapat dihukum.5

Menurut Peompe, dalam hukum positif strafbaarfeit tindak pidana adalah

tindakan, pencabulan, yang diancam pidana dalam ketentuan undang-undang.6

4
Tongat,Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesai dalam prespektif pembaharuan,UMM Press, Malang, 2012, Hlm 13,96,97
5
Ibid. Hal 95
6
Ibid. Hal 96
2.2. Pengertian Tentang Anak

Anak menurut peraturan Perundang-Undang No 35 tahun 2014 Tentang

Perlindungan Anak, anak yakni yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang

masih dalam kandungan. Perlindungan anak yaitu segala kegiatan untuk menjamin

anak dan untuk melindungi anak tersebut agar anak itu dapat hidup, tumbuh,

berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat

kemanusiaan, dan mendapat perlindungan kekerasan dan deskriminasi.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam Convention on the Right of the Child

(CRC) atau KHA menerapkan defenisi anak sebagai berikut: "Anak berarti setiap

manusia di bawah umur 18 tahun, kecuali menurut undang-undang yang berlaku pada

anak, kedewasaan dicapai lebih awal".7

Menurut R.A. Kosnan “Anak-anak yaitu manusia muda dalam umur muda dalam

jiwa dan perjalanan hidupnya karena mudah terpengaruh untuk keadaan

sekitarnya”.Oleh karena itu anak-anak perlu diperhatikan secara sungguh-sungguh.

Akan tetapi, sebagai makhluk sosial yang paling rentan dan lemah, ironisnya anak-

anak justru sering kali ditempatkan dalam posisi yang paling di rugikan, tidak

memiliki hak untuk bersuara, dan bahkan mereka sering menjadi korban tindak

kekerasan dan pelanggaran terhadap hak-haknya.8

7
RR Juwita, II. Tinjauan Pustakap, http://digilib.unila.ac.id, diakses 10 Februari 2019
8
MN Mizan, II. Tinjauan Pustakap, http://repo.iain-tulungagung.ac.id, diakses 10 Februari 2019
2.3. Tindak Pidana Pencabulan

a. Pengertian Tindak Pidana Pencabulan

Yaitu segala perbuatan, dilakukan oleh diri sendiri ataupun kepada orang

yang lain yaitu berhubungan dengan alat vital atau bagian tubuh yang sensitive.

Pencabulan yang dilakukan seperti meraba bagian tubuh dan kelamin,

memegang, mencium bibir, serta itu dilakukan dengan kekerasan, dengan suatu

ancaman kekerasan maupun dengan pemaksaan sehingga mengakibatkan rasa

takut dari kekerasan, dibawah paksaan, penahanan, tekanan psikologis,

penyalahgunaan kekuasaan atau mengambil kesempatan dari lingkungan yang

koersif, atau serangan dari yang tidak memberikan persetujuan yang

sebenarnya.9

Pencabulan menurut Moeljatno yaitu dari segala perbuatan pelanggaran

kesusilaan/ perbuatan yang berhubungan dengan hawa nafsu dari kelaminnya.

Dari pengertian yang dijelaskan oleh Moeljatno yaitu lebih menekankan

perbuatan yang dilakukan oleh seseorang berdasarkan hawa nafsu yang berhubungan

dengan kelamin, perbuatan tersebut secara tidak langsung atau tidak langsung

merupakan suatu perbuatan yang melanggar susila dan dapat di pidana.10

9
Priyanto Aadil, Perkosaan dan pencabulan, http://www.academia.edu, diakses 10 Februari 2019
10
Wiji Rahayu, Tindak PIDANA PENCABULAN (Studi Kriminologis Tentang Sebab-Sebab Terjadinya Pencabulan Dan Penegakan Hukumnya
Di Kabupaten Purbalingga), http://fh.unsoed.ac.id, diakses 10 Februari 2018
R. Soesilo juga memberikan penjelasan mengenai perbuatan cabul yaitu sutau

perbuatan dimana melanggar nilai kesusilaan (kesopanan) atau perbuatan yang

menyebabkan nafsu birahi.11

b. Pengaturan Tindak Pidana Pencabulan

1. Unsur-unsur Tindak Pidana Pencabulan dalam KUHP

terdapat pada Pasal 289 KUHP berbunyi sebagai berikut: “Barang siapa dengan

kekerasan atau dengan ancaman kekerasan memaksa seseorang melakukan atau

membiarkan dilakukan padanya perbuatan dihukum karena salahnya

melakukan perbuatan melanggar kesopanan dengan hukuman penjara selama-

lamanya sembilan tahun”. Terdapat unsur-unsurnya yaitu:

a) “Barang siapa” merupakan suatu istilah orang yang melakukan.

b) “Dengan kekerasan atau ancaman kekerasan” yang artinya melakukan

kekuatan badan.

c) Memaksa seseorang untuk melakukan atau membiarkan dilakukan suatu

perbuatan cabul, diancam karena melakukan perbuatan yang menyerang

kehormatan kesusilaan.12

11
Ibid
12
Sonia Jasmine,mTindakan Hukum Terhadap Anak Yang Melakukan Pencabulan, http://e-journal.uajy.ac.id diakses 10 Februari 2019
Landasan dari tindak pidana pencabulan yaitu diatur dalam KUHP Bab XIV pada

buku ke 2, yaitu pasal 289 - Pasal 296 Kitab Undang-undang Hukum Pidana dimana

dalam undang - undang tersebut mengatur tentang tindak pencabulan sebagai suatu

kejahatan melanggar kesusilaan. Sedangkan mengenai pencabulan anak dijelaskan

dalam Pasal 290 ayat (2) dan (3), Pasal 292, 293, 294 ayat (1), dan Pasal 295 KUHP.

Pasal 289 KUHP berbunyi : “Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan

memaksa seseoranguntuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul,

diancam karena melakukan perbuatan yang menyerang kehormatan, kesusilaan,

dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.”.

Pasal 290 ayat (2),(3) berbunyi :

“Dihukum dengan hukuman penjara s elama-lamanya tujuh tahun, (2) Barang

siapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang padahal diketahuinya atau

sepatutnya harus diduganya, bahwa umurnya belum lima belas tahun atau kalau

umurnya tidak jelas, yang bersangkutan belum waktunya untuk dikawin;

(3)Barang siapa membujuk seseorang yang diketahuinya atau sepatutnya harus

diduga bahwa umurnya belum lima belas tahun atau kalau umurnya tidak jelas

yang bersangkutan belum waktunya untuk dikawin, untuk melakukan atau

membiarkan dilakukan perbuatan cabul, atau bersetubuh di luar perkawinan

dengan orang lain.


Pasal 292 berbunyi :

“Orang dewasa yang melakukan perbuatan cabul dengan orang lain sesama

kelamin, yang diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya belum dewasa,

diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun.”

Pasal 293 berbunyi :

1. “Barang siapa dengan memberi atau menjanjikan uang atau barang, menyalah

gunakan pembawa yang timbul dari hubungan keadaan, atau dengan

penyesatan sengaja menggerakkan seorang belum dewasa dan baik tingkah

lakunya untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul dengan

dia, padahal tentang belum kedewasaannya, diketahui atau selayaknya harus

diduganya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun”.

2. “Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan orang yang terhadap dirinya

dilakukan kejahatan itu”.

3. “Tenggang waktu tersebut dalam pasal 74 bagi pengaduan ini adalah masing-

masing sembilan bulan dan dua belas bulan”.

Pasal 294 ayat (1) berbunyi :

“Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan anaknya, nak tirinya, anak

angkatnya, anak di bawah pengawasannya yang belum dewasa yang pemeliha

raannya, pendidikan, penjagaannya diserahkan kepadanya ataupun dengan

pembantunya atau bawahannya yang belum dewasa, diancam dengan pidana

penjara paling lama 7 tahun”.


Pasal 295 berbunyi :

1. Pidana penjara paling lama 5 tahun barang siapa yang dalam hal anaknya,

anak tirinya, anak angkatnya atau di bawah pengawasannya, atau orang yang

belum dewasa yang pemeliharaannya, pendidikan atau penjagaannya

diserahkan kepadanya, ataupun oleh pembantunya atau bawahannya yang

belum cukup umur, dengan sengaja menyebabkan dan mempermudah

dilakukan perbuatan cabul dengannya. Setelah itu yaitu pidana penjara paling

lama 4 tahun barang siapa yang dalam hal dilakukannya perbuatan cabul oleh

orang selain yang disebutkan dalam butir 1 tersebut di atas yang diketahui yang

sepatutnya harus diduganya belum dewasa dengan orang lain, dengan sengaja

menyebabkan atau memudahkan dilakukannya perbuatan cabul tersebut.

2. Jika yang bersalah melakukan kejahatan itu sebagai pencaharian atau

kebiasaan, maka pidana dapat di tambah sepertiga.13

13
Nurjayady, Penerapan Hukum Tindak Pidana Pencabulan Terhadap Anak Di Bawah Mur (Studi Putusan Nomor 182 Pid.Sus2016/Pn.Sgm),
http://repositori.uin-alauddin.ac.id, diakses 10 Februari 2019
2.4. Tindak Pidana Pencabulan Anak

Dengan adanya UU 23/2002 dan perubahannya, Indonesia telah

mengakomodir ketentuan perlindungan anak untuk menjamin terpenuhinya hak-

hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal

sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan. Sebab pertumbuhan dan

perkembangan anak juga menjadi tanggung jawab bersama orang tua,

keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara melalui berbagai rangkaian

kegiatan yang dilakukan secara terus menerus.

Dalam Pasal 13 ayat (1) UU 23/2002, setiap anak selama dalam

pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain manapun yang bertanggung jawab

atas pengasuhan, berhak untuk mendapatkan perlindungan dari berbagai

macam perlakuan, salah satunya perlakuan salah lainnya. Apa yang dimaksud

dengan perlakuan salah lainnya? Misalnya tindakan pelecehan atau perbuatan

tidak senonoh kepada anak.14

Setiap orang dilarang melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan,

memaksa, melakukan tipu muslihat, melakukan serangkaian kebohongan, atau

membujuk anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan

cabul.15

14
Penjelasan Pasal 13 ayat (1) huruf f Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
15
Pasal 76E Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak (“UU 35/2014”)
BAB III

PENUTUP

3. Kesimpulan

1. Perlindungan Anak diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002, Selain

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak dalam melindungi

korban pencabulan anak Undang-Undang No.13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan

saksi dan korban juga dapat melindungi korban pencabulan anak dan korban-korban

akibat tindak pidana yang lainnya.

2. Pembuktian dalam tindak pidana pencabulan menggunakan alat bukti sesuai dengan

KUHAP. Adapun alat bukti sah menurut Undang-Undang No.8 Tahun 1981 di atur dalam

Pasal 184 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang terdiri dari Keterangan

Saksi, Keterangan ahli Surat Petunju, Keterangan terdakwa. Dalam penerapan hukum

terhadap pelaku pencabulan anak dapat diterapkan Pasal 82 Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dengan menggunakan mekanisme dan sistem

peradilan anak yaitu Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak.


DAFTAR PUSTAKA

Perlindungan Anak, Citra Umbara, Bandung, 2012.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak asasi Manusia,

Sinar Grafika, Jakarta, 2000.

KUHAP dan KUHP, Sinar Grafika, Jakarta, 2013

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi

dan Korban, Sinar Grafik, Jakarta, 2010.

http://health.kompas.com/read/2014/05/14/1616274/Anak.Bisa.Jadi.PelakukekerasanSeksua

http://www.goriau.com/berita/umum/setiap-bulan-129-anak-jadi-korban-kekerasan-seksual.html

KBBI, yang diakses pada 16 Februari 2023, pukul 08.00 WIB

Barda Nawawi Arief, Beberapa Aspek Pengembangan Ilmu Hukum Pidana (Menyongsong

Generasi Baru Hukum Pidana di Indonesia), Semarang: Universitas Diponegoro, 2017

P.A.F. Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997;

Anda mungkin juga menyukai