Anda di halaman 1dari 13

TUGAS

MAKALAH
HUKUM & MORAL
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum & Moral

Dosen : Anik Kunantiyorini

Disusun Oleh :

Nama : Muhammad Ziyan Aden

. NPM : 0221056941

Kelas / Semester : Hukum Pagi A/4

PROGAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PEKALONGAN
2023

1
PERLINDUNGAN DAN PENEGAKAN HUKUM TERHADAP KASUS KEKERASAN
SEKSUAL PADA ANAK

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak merupakan kelompok yang lemah dan rentan sehingga memerlukan
perlindungan agar hak-haknya dapat terpenuhi. Perlindungan terhadap anak Indonesia
bertujuan agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Tantangan di
dalam perlindungan anak di Indonesia adalah dengan mewujudkan pemenuhan hak
anak namun sekaligus dalam waktu yang bersamaan mampu memberikan
perlindungan kepada anak dari bahaya yang mengintai mereka, yang pada akhirnya
dapat menjauhkan anak dari ancaman perampasan hak anak. Perlunya langkah-
langkah afirmatif untuk perlindungan anak sebagai kelompok yang lemah dan rentan.
Tanggung jawab perlindungan anak terletak pada orang tua, maka orang tualah yang
menjadi ujung tombak perlindungan anak sebagaimana tercantum dalam Undang-
Undang tentang Hak Asasi Manusia Pasal 26 ayat (2) yang berbunyi, “orang tua
mempunyai hak pertama untuk memilih jenis pendidikan yang akan diberikan pada
anaknya”, artinya bahwa orang tua yang memutuskan tentang informasi maupun
pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya ini sejalan dengan Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2002 sebagaimana diubah menjadi Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak Pasal 10 yang menyatakan bahwa “setiap
anak berhak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari, dan
memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi
pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan”.
Masa depan bangsa Indonesia terletak pada pundak anak-anak Indonesia saat
ini, tetapi masih banyak anak-anak yang belum terpenuhi haknya sebagai anak. Hak
anak yang belum terpenuhi antara lain adalah hak dasar anak. Hak dasar yang
dimaksud adalah hak untuk mendapatkan kelangsungan hidup, hak untuk tumbuh
kembang secara optimal, maupun hak untuk mendapat perlindungan. Di sisi lain, anak
tidak pernah minta untuk dilahirkan atau ketika ia terlahir di kemudian hari beberapa
diantaranya menjadi pemuas nafsu bagi oknum yang tidak bertanggung jawab Kasus
kekerasan seksual di Indonesia baik di dalam lembaga pendidikan maupun di luar

2
lembaga pendidikan dengan pelaku yang sudah sangat dikenal oleh korban. Jumlah
korban yang sedemikian fantastis dengan korban semuanya adalah anak-anak yang
merupakan kelompok rentan .

B. Rumusan Masalah
Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan laporan ini, penulis perlu
membatasi masalah-masalah yang akan dibahas sehingga akan terfokus pada pokok
pembahasan. Penulis menyajikan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Konsep Perlindungan dan Penegakan Hukum?
2. Bagaimana Konsep Kekerasan terhadap Anak?
3. Bagaimana Dampak Kekerasan Terhadap Anak?
4. Bagaimana Perlindungan hukum terhadap anak korban kekerasan?
5. Bagaimana Perlindungan dan Penegakan Hukum terhadap Kasus Kekerasan
Seksual pada Anak?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah :
1. Mengetahui Konsep Perlindungan dan Penegakan Hukum
2. Mengetahui Konsep Kekerasan terhadap Anak
3. Mengetahui Dampak Kekerasan Terhadap Anak
4. Mengetahui Perlindungan hukum terhadap anak korban kekerasan
5. Mengetahui Perlindungan dan Penegakan Hukum terhadap Kasus Kekerasan
Seksual pada Anak

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Perlindungan dan Penegakan Hukum
Perlindungan hukum adalah dalam setiap proses penegakan hukum, hukum
memiliki peran untuk melindungi, menjamin, serta memelihara seluruh kepentingan
warga yang beramacam-macam tanpa memandang kaya atau miskin, suku, ras atau
status sosial. Sedangkan, penegakan hukum adalah setiap proses penegakan hukum,
hukum yang berperan untuk menegakan dan memastikan berfungsinya norma-norma
hukum supaya setiap pelanggaran memiliki pedoman khusus untuk dapat diselesaikan
dan ditangani secara humanity. Sehingga, pengertian untuk perlindungan dan
penegakan hukum secara menyeluruh adalah satu kesatuan dalam menangani suatu
kasus hukum, perlindungan untuk aparat, terdakwa maupun orang terkait.
Hukum adalah aturan yang mendasari semua kepentingan dan aktivitas suatu
negara. Dalam undang-undang, Indonesia merupakan negara hukum. Setiap masalah
akan diselesaikan sesuai dengan hukum yang berlaku. Selain sebagai alat melindungi
diri dari pelanggaran hak asasi dan penyalahgunaan kekuasaan, hukum juga berperan
untuk menegakkan keadilan. Tujuan dari hukum ini bersifat universal, dimana semua
hal seperti ketertiban, ketentraman, kedamaian, kesejahteraan dan kebahagiaan dalam
tatanan kehidupan masyarakat. Apabila hukum dibuat untuk mengada-ada dan
mencelakakan, maka harus dihapus. Apabila hukum ditegakkan oleh semua objek
hukum, maka setiap perkara atau masalah yang menyangkut hukum dapat
diselesaikan melalui proses pengadilan berdasarkan aturan hukum yang berlaku.
Meskipun sudah ada hukum, mekanisme hukum juga harus ditegakkan untuk menjaga
dan mencegah orang melakukan tindak main hakim sendiri tanpa melalui proses
pengadilan.
Perlindungan hukum merupakan suatu bentuk pelayanan yang wajib
dilaksanakan oleh aparat penegak hukum maupun aparat keamanan. Hal itu bertujuan
untuk memberikan rasa aman baik secara fisik maupun mental bagi para korban dan
saksi. Pihak manapun yang melakukan aksi teror, kekerasan serta ancaman akan
ditindaklanjuti pada tahap penyelidikan, penuntutan, serta pemeriksaan yang
dilakukan di pengadilan. Aturan hukum yang diberlakukan berdasarkan kepentingan
masyarakat dalam jangka panjang. Pada hakikatnya hukum merupakan himpunan dari
sebuah peraturan yang telah dibuat oleh pihak berwenang.

4
Perlindungan hukum merupakan suatu bentuk pelayanan yang wajib
dilaksanakan oleh aparat penegak hukum maupun aparat keamanan. Hal itu bertujuan
untuk memberikan rasa aman baik secara fisik maupun mental bagi para korban dan
saksi.
Pihak manapun yang melakukan aksi teror, kekerasan serta ancaman akan
ditindaklanjuti pada tahap penyelidikan, penuntutan, serta pemeriksaan yang
dilakukan di pengadilan. Aturan hukum yang diberlakukan berdasarkan kepentingan
masyarakat dalam jangka panjang. Pada hakikatnya hukum merupakan himpunan dari
sebuah peraturan yang telah dibuat oleh pihak berwenang. Hukum dibentuk dengan
tujuan untuk mengatur tata kehidupan bermasyarakat. Namun,dalam pelaksanaannya
hukum bersifat melarang dan memaksa. Hal itu dibuktikan dengan dijatuhkannya
sanksi hukuman bagi para pelanggarnya.
Sedangkan pengertian perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang
diberikan terhadap subyek hukum dalam bentuk perangkat hukum. Perangkat hukum
tersebut bersifat preventif (pencegahan) maupun represif (penindaklanjutan). Dengan
kata lain, hukum merupakan gambaran dari setiap fungsi hukum yakni mampu
memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian, kebermanfaatan, dan kedamaian.
Perlindungan hukum selalu dikaitkan dengan konsep rechtsstaat atau konsep Rule Of
Law. Hal ini disebabkan karena konsep konsep itu lahir dengan memiliki keterkaitan
yang tak lepas dari keinginan memberikan pengakuan dan perlindungan. Konsep
rechtsstaat berisi mengenai negara hukum yang melakukan
penyelenggaraan kekuasaan pemerintahannya didasarkan pada konsep hukum.
Penegakan hukum merupakan suatu proses dilakukannya upaya untuk
menegakkan norma norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku di
kehidupan berbangsa dan bermasyarakat. Apabila dilihat dalam arti luas, proses
penegakan hukum melibatkan semua subjek hukum dalam setiap hubungan
hukumnya. Sedangkan apabila ditinjau dalam arti yang sempit, penegakan hukum
hanya diartikan sebagai upaya dari penegak hukum tertentu untuk menjamin serta
memastikan bahwa semua aturan dapat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang
dibuat.

B. Konsep Kekerasan terhadap Anak


Secara teoritis, kekerasan terhadap anak dapat didefinisikan sebagai peristiwa
pelukaan fisik, mental, atau seksual yang umumnya dilakukan oleh orang ± orang

5
yang memiliki tanggung jawab terhadap kesejahteraan anak, yang mana itu semua
diindikasikan dengan kerugian dan ancaman terhadap kesehatan dan kesejahteraan
anak (Suyanto, 2010:28).

Sedangkan Henry Kempe menyebut kasus kasus penelantaran dan


penganiayaan yang dialami anak ± anak diartikan sebagai tindak kekerasan terhadap
anak tidak hanya luka berat saja, tetapi termasuk juga luka memar atau membengkak
sekalipun dan diikuti kegagalan anak untuk berkembang baik secara fisik maupun
intelektualnya (Suyanto, 2010:27). Menurut Suyanto (2010:29), ada lima bentuk
kekerasan terhadap anak, yaitu : (1) kekerasan fisik, bentuk ini paling mudah dikenali.
Korban kekerasan jenis ini biasanya tampak secara langsung pada fisik korban
seperti; luka memar, berdarah, dan bentuk lain yang kondisinya lebih berat. (2)
Kekerasan Psikis, bentuk ini tidak begitu mudah dikenali. Wujud dari kekerasan ini
bisa berupa kata ± kata kasar, ejekan, mempermalukan, dan sebagainya.

Dampak kekerasan jenis ini akan berpengaruh pada situasi perasaan yang tidak
aman dan nyaman, minder, lemah dalam mengambil keputusan, dan bahkan
menurunnya harga diri serta martabat korban. (3) Kekerasan seksual, termasuk dalam
kategori ini adalah segala tindakan yang mencul dalam bentuk paksaan untuk
melakukan hubungan seksual. (4) Kekerasan Ekonomi, kekerasan jenis ini sangat
sering terjadi di lingkungan keluaraga. Pada anak, kekerasan ini sering terjadi ketika
orang tua memaksa anak yang masih usia di bawah umur untuk dapat memebrikan
kontribusi ekonomi keluarga, sehingga fenomena penjualan anak, pengamen jalanan,
pengemis anak, dan lain ± lain kian merebak. (5) Kekerasan anak secara sosial,
kekerasan anak jenis ini mencakup penelantaran anak dan eksploitasi anak.
Penelantaran anak adalah sikap dan perlakuan orangtua yang tidak memberikan
perhatian yang layak terhadap proses tumbuh kembang anak.

6
C. Dampak Kekerasan Terhadap Anak
Dampak kekerasan pada anak yang diakibatkan oleh orangtuanya sendiri atau
orang lain sangatlah buruk antara lain:
1. Agresif.
Sikap ini biasa ditujukan anak kepada pelaku kekerasan. Umumnya ditujukan saat
anak merasa tidak ada orang yang bisa melindungi dirinya. Saat orang yang
dianggap tidka bisa melindunginya itu ada disekitarnya, anak akan langsung
memukul datau melakukan tindak agresif terhadap si pelaku. Tetapi tidak semua
sikap agresif anak muncul karena telah mengalami tindak kekerasan.
2. Murung/Depresi
Kekerasan mampu membuat anak berubah drastis seperti menjadi anak yang
memiliki gangguan tidur dan makan, bahkan bisa disertai penurunan berat
badan. Ia akan menjadi anak yang pemurung, pendiam, dan terlihat kurang
ekspresif.
3. Memudah menangis
Sikap ini ditunjukkan karena anak merasa tidka nyaman dan aman dengan
lingkungan sekitarnya. Karena dia kehilangan figur yang bisa melindunginya,
kemungkinan besar pada saat dia besar, dia tidak akan mudah percaya pada orang
lain.
4. Melakukan tindak kekerasan terhadap orang lain
Dari semua ini anak dapat melihat bagaimana orang dewasa memperlakukannya
dulu. Ia belajar dari pengalamannya, kemudian bereaksi sesuai dengan apa yang
dia alami.

D. Perlindungan hukum terhadap anak korban kekerasan


Perlindungan anak adalah suatu usaha yang mengadakan situasi dan kondisi
yang memungkinkan pelaksanaan hak dan kewajiban anak secara manusiawi
positif. Ini berarti dilindunginya anak untuk memperoleh dan mempertahankan
haknya untuk hidup, mempunyai kelangsungan hidup, bertumbuh kembang dan
perlindungan dalam pelaksanaan hak dan kewajibannya sendiri atau bersama para
pelindungnya. (Arief Gosita, 1996:14).
Menurut pasal 1 nomor 2 , Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan anak disebutkan bahwa: “Perlindungan anak adalah segala kegiatan
untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat  hidup, tumbuh,

7
berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.
Pada umumnya, upaya  perlindungan anak dapat dibagi menjadi perlindungan
langsung dan tidak langsung, dan  perlindungan yuridis dan non-yuridis. Upaya-upaya
perlindungan secara langsung di antaranya meliputi: pengadaan sesuatu agar anak
terlindungi dan diselamatkan dari  sesuatu yang membahayakannya, pencegahan dari
segala sesuatu yang dapat merugikan atau mengorbankan anak, pengawasan,
penjagaan terhadap gangguan dari dalam dirinya atau dari luar dirinya, pembinaan
(mental, fisik, sosial), pemasyarakatan pendidikan formal dan informal, pengasuhan
(asah, asih, asuh), pengganjaran (reward), pengaturan dalam peraturan perundang-
undangan.(Arief Gosita, 1996:6)
Sedangkan, upaya perlindungan tidak langsung antara lain meliputi:
pencegahan orang lain merugikan, mengorbankan kepentingan anak melalui suatu
peraturan perundang-undangan, peningkatan pengertian yang tepat mengenai manusia
anak serta hak dan kewajiban, penyuluhan mengenai pembinaan anak dan keluarga,
pengadaaan sesuatu yang menguntungkan anak, pembinaan (mental, fisik dan sosial)
para partisipan selain anak yang bersangkutan dalam pelaksanaan perlindungan anak,
penindakan mereka yang menghalangi usaha perlindungan anak.(Arief Gosita,
1996:7)
Kedua upaya perlindungan di atas sekilas nampak sama dalam hal bentuk
upaya perlindungannya. Perbedaan antara keduanya terletak pada objek dari
perlindungan itu sendiri. Objek dalam upaya perlindungan langsung  tentunyaadalah
anak secara langsung. Sedangkan upaya perlindungan tidak langsung, lebih pada para
partisipan yang berkaitan dan berkepentingan terhadap perlindungan anak, yaitu orang
tua, petugas dan pembina.
Demi menimbulkan hasil yang optimal, seyogyanya upaya perlindungan ini
ditempuh dari dua jalur, yaitu dari jalur pembinaan para partisipan yang
berkepentingan dalam perlindungan anak, kemudian selanjutnya pembinaan anak
secara langsung oleh para partisipan tersebut. Upaya-upaya ini lebih merupakan
upaya yang integral, karena bagaimana mungkin pelaksanaan perlindungan terhadap
anak dapat berhasil, apabila para partisipan yang terkait seperti orang tua, para
petugas dan pembina, tidak terlebih dahulu dibina dan dibimbing serta diberikan
pemahaman mengenai cara melindungi anak dengan baik.

8
Ditinjau dari sifat perlindungannya, perlindungan anak juga dapat dibedakan
dari menjadi: perlindungan yang bersifat yuridis, meliputi perlindungan dalam bidang
hukum perdata dan dalam hukum pidana; perlindungan yang bersifat non-yuridis,
meliputi perlindungan di bidang sosial, bidang kesehatan dan bidang pendidikan.
(Maulana Hassan Waddong, 2000:40) Upaya perlindungan anak korban kekerasan
baru mulai mendapat perhatian penguasa, secara lebih komprehensif, sejak
ditetapkannya UU Perlindungan Anak, meski perlindungan itu masih memerlukan
instrumen hukum lainnya guna mengoperasionalkan perlidunngan tersebut. Di
samping adanya perlindungan yang bersifat abstrak (secara tidak langsung) melalui
pemberian sanksi pidana kepada pelaku kekerasan terhadap anak, UU Perlindungan
Anak juga menetapkan beberapa bentuk perlindungan yang lain terhadap anak korban
kekerasan. Pasal 17 ayat (2) yang berbunyi: “Setiap anak yang menjadi korban atau
pelaku kekerasan seksual atau yang berhadapan dengan hukum berhak dirahasiakan”.
Kemudian dalam Pasal 18 disebutkan: “Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku
tindak pidana berhakmemperoleh bantuan hukum dan bantuan lainnya”.

E. Perlindungan dan Penegakan Hukum terhadap Kasus Kekerasan Seksual pada


Anak
Sebagaimana dalam ketentuan Pasal 34 Undang-Undang Dasar Tahun 1945
negara mempunyai kewajiban untuk melindungi harkat dan martabat anak, ketentuan
ini berimplikasi terhadap keharusan negara dalam memberikan perlindungan yang
maksimal terhadap anak. Menurut Pasal 1 ayat (1) UU 23/ 2002 anak adalah seorang
yang belum berusia delapan belas tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan.
4 Adanya kesepakatan berbagai bangsa bahwa persoalan anak ditata dalam suatu
wadah yang disebut UNICEF (United International Children Educational of Fund). Di
Indonesia, anak dikelompokkan sebagai kelompok rentan selain orang yang berusia
lanjut, fakir miskin, wanita hamil dan penyandang cacat. Ini sejalan dengan UU
39/1999 Pasal 5 ayat (3) disebutkan bahwa kelompok rentan adalah orang usia lanjut,
anak-anak, fakir miskin, wanita hamil dan penyandang cacat. Perlindungan anak
adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar
dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan
harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia dan
sejahtera.

9
Dalam Pasal 3 UU 23/2002 jo UU 35/2014 mengandung aspek penting yaitu:
terjamin dan terpenuhinya hak-hak anak; terpenuhinya harkat dan martabat
kemanusiaan; perlindungan anak dari kekerasan dan diskriminasi; terwujudnya anak
yang berkualitas, berakhlak mulia dan sejahtera. Sedangkan prinsip dasar konvensi
hak-hak anak meliputi: non diskriminasi; kepentingan yang terbaik bagi anak; hak
untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan; penghargaan terhadap pendapat
anak. Dalam Pasal 59 UU 23/2002 jo UU 35/2014, dijelaskan bahwa pemerintah dan
lembaga negara lainnya berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan
perlindungan khusus, yaitu: anak dalam situasi darurat; anak yang berhadapan dengan
hukum; anak dari kelompok minoritas dan terisolasi; anak tereksploitasi secara
ekonomi dan atau seksual; anak yang diperdagangkan; anak yang menjadi korban
penyalahgunaan NAPZA; anak korban penculikan, penjualan dan perdagangan; anak
korban kekerasan baik fisik dan atau mental anak yang menyandang cacat; dan anak
korban perlakuan salah dan penelantaran. Perlindungan khusus bagi anak yang
menjadi korban tindak pidana sesuai dengan Pasal 64 ayat (3) yaitu: upaya rehabilitasi
baik dalam lembaga maupun di luar lembaga; upaya perlindungan dari pemberitaan
identitas melalui media massa dan untuk menghindari labelisasi; pemberian jaminan
keselamatan bagi saksi korban dan saksi ahli baik fisik, mental maupun sosial;
memberikan aksesibilitas untuk mendapatkan informasi mengenai perkembangan
perkara.

10
BAB  III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari keluarga, masyarakat
maupun pemerintah. Dalam penyelenggaraan perlindungan anak yang tercantum
dalam UU No. 23 Tahun 2002 maka semua pihak mempunyai kewajiban untuk
melindungi anak dan mempertahankan hak-hak anak. Pemberlakuan Undang-undang
ini juga di sempurnakan dengan adanya pemberian tindak pidana bagi setiap orang
yang sengaja maupun tidak sengaja melakukan tindakan yang melanggar hak
anak. Dalam undang-undang ini juga dijelaskan bahwa semua anak mendapat
perlakuan yang sama dan jaminan perlindungan yang sama pula, dalam hal ini tidak
ada diskriminasi ras, etnis, agama, suku dsb. Anak yang menderita cacat
baik fisk maupun mental juga memiliki hak yang sama dan wajib dilindungi seperti
hak memperoleh pendidikan, kesehatan, dsb.
Undang-undang No.23 tahun 2002 juga menjelaskan mengenai hak asuh anak
yang terkait dengan pengalihan hak asuh anak, perwalian yang diperlukan karena
ketidakmampuan orang tua berhubungan dengan hukum, pengangkatan anak yang

11
sangat memperhatikan kepentingan anak, serta penyelenggaraan perlindungan dalam
hal agama, kesehatan, pendidikan, sosial dan perlindungan khusus.

B. Saran
Undang-undang ini telah dibuat dengan baik dan memperhatikan atau peduli
terhadap hak-hak anak namun pemerintah kurang mensosialisasikan dan
merealisasikan isi undang-undang ini. Pemerintah dan masyarakat kurang berperan
dalam menjalankan undang-undang ini sebab anak masih dalam pengawasan dan
pengasuhan keluarga jadi pihak lain belum menjalankan tanggung jawab seperti yang
telah tercatum diatas.  

DAFTAR PUSTAKA

Churairah, A., Mahmul S., dan Taufik S., (2011), Perlindungan Hukum dalam Pendaftaran
Ciptaan Seni Lukis (Studi Kasus Putusan Pengadilan Niaga Medan nomor 05/Hak
Cipta/2008/PN. Niaga. Mdn.), Mercatoria, 4 (1): 1-11
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta Balai
Pustaka, 1988.
Departemen Pendidikan Nasional, (2005), Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Balai
Pustak, 2005.
Direktorat Bina Kesejahtraan Anak, Keluarga dan Lanjut Usia Dirjen Bina Kesejahtraan
Sosial Depsos RI, Pedoman Perlindungan Anak, Jakarta: 1999.
Gatot, S., (2000), Hukum Acara Pengadilan Anak, Jakarta: Djambatan.
Gosita, A. (1996), Makalah Pengembangan Aspek Hukum Undang-undang Peradilan Anak
dan Tanggung Jawab Bersama, Seminar Nasional Perlindungan Anak,
diselenggarakan Oleh UNPAD, Bandung: 05 oktober 1996.
Hamzah, (2008), Imprialisme Anak, Jakarta: Mediatama Grafika.
Joni, M., (1999) Aspek Hukum Perlindungan Anak Dalam Perspektif Konvensi Hak Anak,
Bandung: Citra Aditya Bakti.

12
Marlina, dan Elvi Z., (2008), Perlindungan Hukum Terhadap Anak Yang Melakukan
Perkawinan Anak di Bawah Umur, Mercatoria, 1 (2): 163- 175
Marpaung, L. (1996), Kejahatan Terhadap Kesusilaan Dan Masala Prevensinya, Jakarta:
Sinar Grafika.
Mubarak, R., dan Wessy T, (2012), Hukum Kejahatan Anak, Medan: Medan Area University
Press.
Mulyadi Dan Barda Nawawi Arif, Teori-Teori Kebijakan Hukum Pidana, Bandung: Citra
Aditya Bakti, 1998
Undang-undang.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

13

Anda mungkin juga menyukai