Perlindungan hukum merupakan segala upaya pemenuhan dan pemberian bantuan untuk
memberikan rasa aman kepada saksi atau korban. Perlindungan hukum korban kejahatan sebagai
bagian dari perlindungan masyarakat, dapat diwujudkan dalam bentuk, seperti melalui pemberian
restitusi, kompensasi, pelayanan medis, dan bantuan hukum.
Perlindungan hukum yang diberikan kepada subjek hukum ke dalam bentuk perangkat baik
yang bersifat preventif maupun yang bersifat refresif, baik yang lisan maupun yang tertulis. Dengan
kata lain perlindungan hukum sebagai suatu gambaran tersendiri dari fungsi hukum itu sendiri, yang
memiliki konsep bahwa hukum memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan
kedamaian.
Dari beberapa pendapat yang disampaikan oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa
Perlindungan Hukum adalah Segala upaya pemerintah untuk menjamin adanya kepastian hukum
untuk memberikan perlindungan kepada warga negaranya agar hak-haknya sebagai seorang warga
negara tidak dilanggar, dan bagi yang melanggarnya akan dikenakan sanksi sesuai peraturan yang
berlaku.
Dengandemikian , suatu perlindungan dapat dikatakan sebagai perlindungan hukum apabila
mengandung unsur-unsur sebagai berikut :
a. adanya pengayoman dari pemerintah terhadap warga negaranya.
b. adanya jaminan kepastian hukum.
c. berkaitan dengan hak-hak warga negara.
d. adanya sanksi hukuman bagi pihak yang melanggarnya.
Selaian para ahli hukum tersebut di atas yang telah memberikan definisi perlindungan hukum, Philipus
M. Hadjon juga memberikan pengertian perlindungan hukum. Philipus M. Hadjon membagi
perlindungan hukum dalam dua sifat, yaitu perlindungan hukum yang bersifat preventif dan
perlindungan hukum yang bersifat refresif.
Perlindungan hukum yang bersifat preventif Perlindungan hukum yang bersifat refresit
memiliki ketentuan-ketentuan dan ciri tersendiri memiliki ketentuan-ketentuan dan ciri yang
dalam penerapannya. Subjek hukum dalam berbeda dalam penerapannya dengan
perlindungan hukum preventif mempunyai perlindungan hukum preventif. Subjek hukum
kesempatan untuk mengajukan keberatan dan dalam perlindungan hukum refresif tidak
pendapatnya sebelum pemerintah memberikan mempunyai kesempatan untuk mengajukan
hasil keputusan akhir. Perlindungan hukum keberatan karena ditangani langsung oleh
preventif ini terdapat dalam peraturan peradilan umum. Selain itu, perlindungan hukum
perundang-undangan yang berisi rambu-rambu refresif merupakan perlindungan akhir yang
dan batasan-batasan dalam melakukan sesuatu. berisi sanksi berupa hukuman penjara.
Perlindungan ini diberikan oleh pemerintah Perlindungan hukum ini diberikan untuk
untuk mencegah suatu pelanggaran atau menyelesaikan suatu pelanggaran atau sengketa
sengketa sebelum hal tersebut terjadi. yang sudah terjadi.
Ketiga hal tersebut harus ada dalam hukum. Apabila salah satunya tidak ada, efektivitas berlakunya
hukum tidak akan tercapai. Apabila hukum hanya berlaku secara yuridis, ada kemungkinan kaidah itu
merupakan kaidah mati. Apabila hukum itu hanya berlaku secara sosiologis, kaidah hukum itu menjadi
aturan pemaksa. Apabila hukum hanya berlaku secara filosofis, kaidah hukum itu hanya merupakan
hukum yang dicita-citakan (Ius Constituendum).
Hukum yang dibuat harus mencerminkan kondisi masyarakat setempat. Seperti di Indonesia, hukum
di Indonesia harus disesuaikan dengan ideologi Pancasila. Hukum yang dibuat sesuai kondisi
masyarakat akan memberikan kemanfaatan sehingga tujuan hukum bisa tercapai. Dengan demikian
pembuat hukum harus paham tentang cara pembuatan hukum sesuai kebutuhan masyarakat dan
sesuai ideologi negara.
Menurut Prof. Soerjomo Soekanto . supaya pembuat hukum tidak berlaku sewenang-wenang atau
supaya hukum dapat diberlakukan dalam masyarakat diperlukan syarat-syarat sebagai berikut :
a). Keterbukaan dalam proses pembuatan
b). Pemberian hak kepada masyarakat untuk memberikan usulan melalui cara :
1). Penguasa mengundang mereka yang berminat untuk menghadiri suatu pembicaraan peraturan
tertentu.
2). Suatu departemen tertentu mengundang organisasi-organisasi tertentu untuk memberikan
masukan bagi suatu rancangan undang-undang yang sedang disusun.
3). Acara dengar pendapat di Dewan Perwakilan Rakyat
4). Pembentukan kelompok-kelompok penasihat yang terdiri atas tokoh-tokoh masyarakat dan
para ahli.
b. Faktor Penegak Hukum.
Penegak hukum memiliki kewajiban dalam menegakkan hukum. Setiap aaparat penegak hukum
harus memiliki sifat yang baik agar penegakan hukum bisa berjalan dengan baik. Agar tercapai
penegakan hukum, para penegak hukum harus bekerja sesuai peraturan perundan-undangan.
Penegakan hukum yang baik, yaitu penegakan hukum yang mengutamakan keadilan dan
profesionalisme. Dalam menegakkan hukum. Penegak hukum antara lain Polisi, Jaksa dan Hakim.
1). Polisi.
Kepolisian negara Republik Indonesia berada di bawah presiden yang dipimpin oleh Kapolri.
Dalam menjalankan tugasnya, Kapolri menetapkan, menyelenggarakan , dan mengendalikan
kebijakan teknis dan bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan operasional kepolisian dalam
rangka pelaksanaan tugas kepolisian negara Republik Indonesia dari penyelenggaraan
pembinaan kemampuan kepolisian negara Republik Indonesia. Putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan
2). Jaksa .
Jaksa adalah pejabat fungsional yang diberi wewenang oleh Undang-undang untuk bertindak
sebagai penuntut umum dan pelaksana putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap serta wewenang lain berdasarkan undang-undang. Penuntut umum adalah jaksa
yang diberi wewenang oleh undang-undang tentang kejaksaan untuk melakukan penuntutan
dan melaksanakan penetapan hakim.
3). Hakim.
Hakim adalah aparat penegak hukum yang bertugas memutus perkara dalam sidang
pengadilan. Dalam undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman,
dikenal istilah hakim dan hakim konstitusi. Pengertian Hakim menurut undang-undang Nomor
48 Tahun 2009 adalah hakim paada Mahkamah Agung dan hakim pada badan peradilan yang
berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum., lingkungan peradilan agama,
lingkungan peradilan militer , lingkungan peradilan tata usaha negara, dan hakim pada
peradilan khusus yang berada dalam lingkungan peradilan tersebut. Undang-undang
kekuasaan kehakiman menggunakan penyebutan istilah berbeda antara hakim Mahkamah
Agung dan hakim-hakim yang berada dalam lingkungan Mahkamah Agung dengan hakim di
mahkamah Konstitusi. Perbedaan istilah hakim dalam UU No. 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman mengintepretasikan bahwa yang dimaksud Hakim adalah hakim pada
lembaga peradilan di bawah Mahkamah Agung, sedangkan istilah hkim konstitusi secara khusus
hanya pada Mahkamah Konstitusi.
c. Sarana / Fasilitas.
Sarana atau fasilitas sangat penting untuk mengefektifkan aturan tertentu. Sarana yang
menunjang penegakan hukum seperti kendaraan, komputer. Semua itu sangat penting dalam
menunjang penegakan hukum . Karena tanpa sarana / fasilitas seperti kenfaraan dan komputer
tadi penegakan hukum tidak dapat berjalan dengan lancar, oleh karena itu aparat penegak hukum
perlu mendapatkan fasilitas dalam rangka menunjang kinerja penegakan hukum.
d. Masyarakat.
Masyarakat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efektivitas suatu peraturan.
Kepatuhan masyarakat terhadap peraturan perundang-undangan menunjukkan derajat Peraturan
lalu lintas akan berjalan kepatuhan. Hal tersebut menjadi indikator berfungsinya hukum yang yang
bersangkutan . Contoh efektivas berlakunya peraturan sebagai berikut : Peraturan lalu lintas akan
brjalan dengan baik apbila derajat kepatuhan masyarakat tinggi terhadap raambu-rambu lalu
lintas jalan . pabila rambu – rambu lalu lintas berwarna merah , pengendara akan menghentikan
kendaraannya. Apabila terjadi sebaliknya, dapat diketahui bahwa derajat kepatuhan pengendara
bermotor sangat rendah .
e. Kebudayaan.
Kebudayaan merupakan hasil karya, rasa, dan cipta yang didasarkan pada karya manusia .
Kebudayaan muncul dalam kehidupan sosial masyarakat. Nilai-nilai kebudayaan dalam setiap
masyarakat berbeda. Masyarakat Indonesia memiliki kebudayaan berbeda dengan masyarakat di
negara lain. Nilai baik dan buruk dalam kebudayaan tersebut akan menjadi dasar pembentukan
norma atau hukum. Dengan demikian , hukum akan mengatur baik dan buruk sesuai kebudayaan
masyarakat.
4. Landasan atau Dasar Hukum Perlindungan dan Penegakan Hukum.
Adapun landasan atau dasar hukum yang mengatur tentang perlindungan dan penegakan hukum
di Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Menurut Aristoteles:
No. Nama Keadilan Pengertian
1. Distributif Keadilan yang berhubungan dengan didtribusi jasa dan
kemakmuran menurut kerja dan kemampuan.
2. Komutatif Keadilan yang berhubungan dengan persamaan yang
diterima oleh setiap orang tanpa melihat jasa-jasa
perseorangan.
3. Kodtar Alam Keadilan yang berhubungan dengan hukum kodrat alam.
Atau memberikan sesuatu sesuai dengan yang diberikan
oleh orang lain kepada kita.
4. Konvensional Keadilan yang mengikat kepada setiap warga negara karena
keadilan itu didekritkan melalui kekuasaan khusus.
5. Perbaikan Keadilan yang didasarkan pada upaya untuk memulihkan
nama baik orang lain yang telah tercemar.
2. Menurut Plato
No. Wewenang Kepolisian secara umum Wewenang Polisi dibidang proses Pidana
Sesuai pasal 15 UU No. 2 Tahun 2002. Sesuai Pasal 16 UU No. 2 Tahun 2002.
Menerima laporan dan /atau 1).Melakukan penangkapan, penahanan
1). pengaduan. ,penggeledahan dan penyitaa.
2). Membantu menyelesaikan perselisih- 2). Melarang setiap orang meninggalkan
an warga masyarakat yang dapat atau memasuki tempat kejadian per-
mengganggu ketiban umum. kara utuk kepentingan penyidikan.
3). .Mencegah dan menanggulangi tum- 3). Membawa dan menghadapkan orang
Buhnya penyakit masyarakat. kepada penyidik dalam rangka penyi-
dikan.
4). Mengawasi aliran yang dapat menim- 4).Menyuruh berhenti orang yang
Bulkan perpecahan atau mengancam dianggap dicurigai dan menanyakan
Persatuan dan kesatuan bangsa. serta memeriksa tanda pengenal diri.
5). Melakukan tindakan pertama di tem- 5).Melakukan pemeriksaan dan penyitaan
Pat kejadian. Surat-surat.
6). Mengambil sidik jari dan identitas
lainnya serta memotret seseorang.
c. Kehakiman
Kekuasaan kehakiman diatur dalam Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009. Kekuasaan
kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan
guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, demi terselenggaranya negara hukum Republik
Indonesia. Kekauasaan kehakiman dilakukan oleh Sebuah mahkamah Agung dan badan-
badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan
peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan Tata Usaha Negara dan
oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.
Penyelenggaraan kekuasaan kehakiman berdasarkan asas sebagai berikut :
1). Peradilan dilakukan demi keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
2). Peradilan Negara menerapkan dan menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan
Pancasila.
3). Semua peradilan di seluruih wilayah negara Republik indonesia adalah peradilan negara
yang diatur dengan undang-undang
4). Peradilan dilakukan dengan sederhan , sepat, dan biaya ringan.