SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SEBELAS APRIL SUMEDANG 2020 1.1 Masalah-masalah Budaya dalam Ilmu Budaya Dasar Masalah budaya adalah masalah tata nilai yang dapat menimbulkan krisis-krisis kemasyarakatan, misal dehumanisasi/pengurangan arti kemanusiaan, mencakup : 1. Berbagai aspek kehidupan yang seluruhnya merupakan ungkapan masalah kemanusiaan dan kebudayaan 2. Hakikat manusia universal, dalam perwujudannya beraneka ragam, ada kesamaan tetapi juga ketidakseragaman yg diungkapkan, sebagaimana yg terlihat ekspresinya dlam bentuk/corak ungkapan pikiran dan perasaan, tingkah laku dan hasil kelakuannya Pengertian kebudayaan Kebudayaan ataupun disebut peradaban meliputi pemahaman perasaan suatu bangsa yg kompleks, yakni pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat (kebiasaan) dan pembawaan lainnya dari anggota masyarakat (Taylor, 1897) Kebudayaan dalam kaitannya dengan IBD adalah penciptaan, penertiban, dan pengolahan nilai-nilai insani (memanusiakan diri baik fisik maupun sosial dlm lingkungan) Kerangka Kebudayaan terdiri dari : 1. Konsep kebudayaan, (Koentjaraningrat, 1980) kebudayaan dari bahasa Sansakerta budhayah/budhi atau akal, diartikan hal-hal yg berkaitan dg akal, sedangkan budaya dari budi dan daya, berarti cipta, karsa dan rasa. 2. Dimensi wujud (kompleks gagasan/konsep/pikiran, kompleks aktivitas, wujud sbg benda) 3. Unsur-unsur kebudayaan (bahasa, sistem teknologi, sistem mata pencaharian, organisasi sosial, sistem pengetahuan, religi dan kesenian)
Sistem Budaya dan sistem Sosial
Sistem budaya yakni ide-ide dan gagasan manusia yang hidup bersama dalam suatu masyarakat. Fungsi sistem budaya adalah menata dan memantapkan tindakan serta tingkah laku manusia. Unsurnya meliputi kebudayaan subyektif dan obyektif. Sistem sosial paling tidak harus terpenuhi 4 hal sbb : 1. Dua orang atau lebih 2. Interaksi antar mereka (adaptasi) 3. Bertujuan 4. Memiliki struktur, simbol, dan harapan-harapan bersama Unsur-unsur sistem sosial meliputi keyakinan, perasaan, tujuan/sasaran/cita-cita, norma, status, tingkatan, kekuasaan/pengaruh, sanksi, sarana/fasilitas, dan tekanan ketegangan. Konsep nilai,sistem nilai dan orientasi nilai (Budaya) Fenomena Nilai 1. Arti Nilai secara Obyektif, berarti sifat, watak khusus hal, benda atau apa saja yg membuat hal tsb lebih atau kurang layak dihargai, dinilai dan dimuliakan 2. Arti secara Subyektif, merupakan ciri khas hal tersebut yg membuatnya lebih atau kurang dihargai oleh si Subyek atau sekelompok yg sedang menilai hal tersebut Ada 4 unsur penyusunan Nilai yg saling berkait, yaitu : 1. Manfaat (utility) 2. Keperluan/pentingnya (importance) 3. Penilaian/kebutuhan (estimation) 4. Kebutuhan (need)
Pembagian Nilai (Sutrisno;1993:87) meliputi :
1. Nilai Intrinsik (ontologis), yaitu harga yg dipandang vital, penting demi adanya sibenda tsb, misal dinamo mobil 2. Nilai Ekstrinsik, adalah kualitas bagi suatu hal yg dipandang berguna utk kelangsungan adanya, misal obat bagi orang sakit. Erich Fromm membagi Nilai sebagai berikut : 1. Nilai ekonomis, yg menyangkut dunia/lingkup having (pemilikan) 2. Nilai entitatif, didasari demi ekistensi sbg ruang keberadaan di dunia dg nilai- nilai yg mengembangkan pribadi Klasifikasi lain : 1. Nilai mutlak, berlaku umum 2. Nilai relatif, tidak berlaku umum hanya untuk beberapa kebudayaan. Konsep Nilai Rumusan nilai yg luas dapat meliputi seluruh perkembangan dan kemungkinan unsur-unsur nilai, perilaku yg sempit diperoleh dari bidang keahlian tertentu, seperti dari satu disiplin kajian ilmu sosial. Pengertian Nilai : 3. Pepper : Nilai adalah segala sesuatu tentang yg baik dan yg buruk 4. Perry : Nilai adalah segala sesuatu yg menarik bagi manusia sebagai subyek 5. Kohler : bahwa manusia tidak berbeda di dunia ini, semua tidak berhenti hanya dg sebuah pandangan (maksud) faktual dari pengalaman yg berlaku 6. Klucholn : Nilai yg diterima sbg konsep yg diinginkan dalam literatur ilmu sosial adalah hasil pengaruh seleksi perilaku. Watak Nilai Pembicaraan mengenai watak nilai mencakup : pertimbangan-pertimbangan nilai, pembenaran nilai, dan konflik nilai Pembenaran nilai ada bidang yg berhubungan yaitu etika Nilai di dalam masyarakat mencakup adat kebiasaan dan tradisi. Konflik nilai, disebabkan oleh adanya krisis otoritas, yaitu pusat otoritas dan dasar otoritasnya yg tidak tetap, sehingga putusan-putusannya tidak dapat dipercaya. Konflik nilai apabila perkembangan teknologi tidak disertai dg kesiapan mental maka teknologi dapat merupakan permasalahan bagi manusia Sistem Nilai sistem nilai dalam penyelidikan terhadap nilai-nilai masyarakat yg diamati oleh setiap individu atau kelompok berbeda , waktu dan tempat turut mempengaruhi relativitas perbedaan. Sistem nilai budaya dalam masyarakat dimanapun di dunia secara universal menyangkut 5 masalah pokok kehidupan manusia sbb : 1. Hakikat hidup manusia (MH) 2. Hakikat karya manusia (MK) 3. Hakikat waktu manusia (MW) 4. Hakikat alam manusia (MA) 5. Hakikat hubungan manusia (MM) Perubahan kebudayaan disebabkan beberapa hal sbb : 1. Sebab-sebab yg berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaan sendiri (perubahan jumlah dan komposisi penduduk) 2. Sebab-sebab perubahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka hidup
Perubahan kebudayaan juga karena adanya difusi kebudayaan (penemuan-
penemuan baru teknologi dan inovasi). Proses difusi pada masyarakat maju (kompleks) biasanya terwujud melalui proses penemuan (discavery=jenis penemuan baru yg mengubah persepsi mengenai hakikat suatu gejala mengenai suatu hubungan 2 gejala atau lebih) dalam bentuk penciptaan baru (invention=pembuatan bentuk baru yg berupa benda/pengerahuan yg dilakukan dg proses penciptaan didasarkan pengombinasian pengetahuan. Perubahan kebudayaan disebabkan beberapa hal sbb : 1. Sebab-sebab yg berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaan sendiri (perubahan jumlah dan komposisi penduduk) 2. Sebab-sebab perubahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka hidup (lingkungan masyarakat jalur hubungan terbuka dg masayarakat kebudayaan lain cenderung berubah lebih cepat) Perubahan kebudayaan juga karena adanya difusi kebudayaan (penemuan- penemuan baru teknologi dan inovasi). Hal lain yg mempengaruhi perubahan kebudayaan adalah perubahan sosial karena keduanya ada keterkaitan. Proses difusi pada masyarakat maju (kompleks) biasanya terwujud melalui proses penemuan (discavery=jenis penemuan baru yg mengubah persepsi mengenai hakikat suatu gejala mengenai suatu hubungan 2 gejala atau lebih) dalam bentuk penciptaan baru (invention=pembuatan bentuk baru yg berupa benda/pengerahuan yg dilakukan dg proses penciptaan didasarkan pengombinasian pengetahuan yg sudah ada ttg benda dan gejala Proses yg mempengaruhi diterima tidaknya suatu kebudayaan baru, diantaranya: a. Terbiasanya masyarakat memiliki hubungan/kontak dg kebudayaan/orang2 yg berasal dari luar masyarakat tsb. b. Lambatnya perubahan dipengaruhi oleh pandangan hidup, nilai agama karena harus disensor dulu dg berbagai ukuran yg berlandaskan ajaran agama c. Corak struktur sosial masyarakat d. Unsur kebudayaan sebelumnya telah ada dan dijadikan landasan e. Unsur yg baru dg skala terbatas dan mudah dibuktikan kegunaannya oleh masyarakat f. Cultural lag g. Cultural survival h. Pertentangan kebudayaan (cultural conflict) i. Guncangan kebudayaan (culture shock), 4 tahap yg membentuk siklus culture shock (dicermati) Selain itu menurut Alport bahwa attitude/sikap juga mempengaruhi penyesuaian antar budaya. Contoh sikap : terus-terang, prasangka baik / buruk, curiga, optimis / pesimis, skeptis, ekstreem, moderat, teposeliro, toleran dsb Sepanjang sejarah kontak Timur dan Barat lebih berwujud konflik, disharmoni. Terjadinya disharmoni disebabkan oleh fikiran Barat yang penuh dg bayangan negatif terhadap Timur, Barat digambarkan sbg materialisme, kapitalisme, nasionalisme, dinamisme, sainisme, positivisme, sekulerisme, dll, sedangkan Timur sbg kemiskinan, kebodohan, statis, dll, shg berlawanan maka terwujud konflik, Sehinggga yg menjadi dasar nilai di Barat adalah martabat manusia, kebebasan dan teknologi. Tradisi humanistik merupakan bentuk pilihan manusia tentang kebenaran dan kebaikan, implikasinya berupa penghargaan terhadap martabat manusia sbg suatu yg otonom, merdeka, dan rasional, menunjang nilai-nilai demokrasi, lembaga sosial, dan kesejahteraan ekonomi. Nilai Budaya Timur bersumber dari agama, Timur tidak terletak pada inteleknya tapi pada hatinya, dg hatinya mereka menyatukan akal budi dan intuisi serta intelegensi dan perasaan, mereka menghayati hidup tidak hanya dg otaknya. Timur lebih menekankan disiplin mengendalikan diri, sederhana, tdk mementingkan dunia. Nilai kebudayaan Timur tentang kekayaan hidup bukan kekayaan benda, tenang, tentram, menyatu diri, fatalisme, pasavitas, dan menarik diri. Krisis kehidupan di dunia Barat, memberikan konspirasi baru (kesepakatan universal) akibat dari krisis sosial, yaitu : 1. Kultus persona, humanisme/manusia segalanya, berlebihan mengabaikan hak2 hidup (ekologi) alam 2. Pandangan-pandangan ttg kebebasan 3. Dominasi teknologi yg dikemas dalam ideologi kapitalisme. 4. Perluasan dasar kebudayaan Indonesia dg cara memesrakan (menyerapkan, memadukan) materialisme, intelektualisme dan individualisme (Barat) dg spiritualisme, perasaan dan kolektivisme (Timur). Penciptaan kebudayaan nasional Indonesia yg mencerminkan watak dan kepribadian bangsa Indonesia sekalipun ada pengaruh/masukan dari kebudayaan luar Perluasan dasar kebudayaan Indonesia dg cara memesrakan (menyerapkan, memadukan) materialisme, intelektualisme dan individualisme (Barat) dg spiritualisme, perasaan dan kolektivisme (Timur). Penciptaan kebudayaan nasional Indonesia yg mencerminkan watak dan kepribadian bangsa Indonesia sekalipun ada pengaruh/masukan dari kebudayaan luarPerluasan dasar kebudayaan Indonesia dg cara memesrakan (menyerapkan, memadukan) materialisme, intelektualisme dan individualisme (Barat) dg spiritualisme, perasaan dan kolektivisme (Timur). Penciptaan kebudayaan nasional Indonesia yg mencerminkan watak dan kepribadian bangsa Indonesia sekalipun ada pengaruh/masukan dari kebudayaan luar. Tiga syarat yg memberi identitas kepada warga negara Indonesia dari fungsi kebudayaan nasional, yakni : 1. Merupakan hasil karya WNI 2. Mengandung ciri-ciri khas Indonesia 3. Hasil karya WNI dinilai tinggi oleh warga dan menjadi kebanggaan. Mengenai kebudayaan nasional Indonesia tercantum dalam penjelasan UUD 1945 pasal 32 “kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budi nya rakyat Indonesia seluruhnya” Pancasila dasar ideologi bangsa Indonesia, maka nilai2 yg terkandung di dalamnya menentukan orientasi sosio-politik dan kebudayaan. Pancasila dg nilai-nilai yg terkandung di dalamnya berfungsi sbg etos kebudayaan nasional dimana hal ini harus direalisasikan. Pancasila berfungsi sebagai kebudayaan normatif yg akan menjelma berupa personalisasi yg merupakan kebudayaan nasional meliputi konsep kepribadian nasional dan identitas nasional. 1.2 PENDALAMAN MATERI POKOK ILMU BUDAYA DASAR LATAR BELAKANG Latar belakang diberikannya mata kuliah Ilmu Budaya Dasar, selain melihat Konteks budaya Indonesia, juga sesuai dengan program pendidikan di perguruan tinggi. Rapat rektor-rektor Universitas se-Indonesia yang diselenggrakan pada tanggal 11 s/d 13 Oktober 1971 di Tugu menyimpulkan pentingnya pemberian mata kuliah basic social science (ilmu sosial dasar) dan basic humanities (ilmu budaya dasar) dalam rangka menyempurnakan pembentukan sarjana. LATAR BELAKANG Maka dalam rapat kerja para pengajar tanggal 25 s/d 28 Oktober 1972 yang diselenggarakan oleh Direktorat Pendidikan Tinggi Direktorat Jendral Pendidikan Departemen P dan K diputuskan bahwa kedua mata kuliah tersebut (ISD dan IBD) akan diberikan di semua fakultas dalam lingkungan Universitas/ Institut negeri diseluruh Indonesia, yang kemudian ditegaskan dalam surat Direktur Pendidikan Tinggi Nomor 1338/DPT/A/71. Latar belakang IBD dalam konteks budaya, negara, dan masyarakat Indonesia berkaitan dengan permasalahan sebagai berikut : a. Kenyataan bahwa bangsa Indonesia terdiri atas berbagai sukubangsa dengan segala keanekaragaman budaya yang tercermin dalam berbagai aspek kebudayaannya, yang tidak lepas dari primordial,kesukuan,dan kedaerahan b. Proses Pembangunan yang sedang berlangsung dan terus menerus menimbulkan dampak positif dan dampak negatif berupa terjadinya perubahan dan pergeseran sistem nilai budaya sehingga dengan sendirinya mental manusia pun terkena pengaruh. c. Kemajuan ilmu pengetahuan dalam teknologi menimbulkan perubahan kondisi kehidupan manusia, menimbulkan konflik dengan tata nilai budayanya. Hal ini merupakan akibat sifat ambivalen teknologi, yang disamping memiliki segi-segi positifnya, juga memiliki segi-segi yang negatif. d. Keresahan manusia tersebut muncul akibat adanya benturan-benturan nilai teknologi modern dengan nilai-nilai tradisional. e. Dari segi pandangan politis, Indonesia adalah sesuatu yang utuh. Akan tetapi, didalam keanekaragaman kebudayaannya secara jujur diakui masih terdapat jarak komunikasi diantara kelompok etnis, hal yang sering menimbulkan konflik budaya pada seseorang yang bergerak dari satu kelompok etnis ke kelompok etnis yang lain. LINGKUP ILMU BUDAYA DASAR Ilmu budaya dasar identik dengan basic humanities. Humanities berasal dari kata latin humanus yang artinya manusiawi, berbudaya, dan halus (refined) Dengan mempelajari ilmu budaya dasar diharapkan seseorang menjadi lebih manusiawi,lebih berbudaya,dan lebih halus Ilmu budaya dasar atau basic humanities tidaklah identik dengan the humanities atau pengetahuan budaya yang mencakup keahlian filsafat dan seni yang dapat dibagi-bagi kedalam berbagai bidang keahlian seperti seni sastra,seni tari, seni rupa, dan lain-lain. DASAR ILMIAH ILMU BUDAYA DASAR Dasar ilmiah ilmu budaya dasar (IBD) dapat bersifat deduktif (apriori), artinya nilai-nilai dasar manusia diketahui dari para teoritis nilai yang ada dalam berbagai pengetahuan budaya dan dapat bersifat induktif (aposteriori), Maka peran induktifnya sangat menonjol Pengetahuan dasar budaya adalah lebih bersifat natural, dimana perkembangan pengetahuan (nilai) adalah searah dengan perkembangan peradaban manusianya. Kaitannya pengetahuan dasar nilai-nilai manusia dengan filsafat ilmu pengetahuan dapat dikaji dari predikat keilmiahannya. Untuk membuktikan hal tersebut dapat dipelajari dari aspek filsafat ilmu yang akan menentukan berbagai persyaratan apakah suatu pengetahuan itu (dalam hal ini IBD) sebagai disiplin ilmu atau bukan. Filsafat ilmu adalah gejala pengetahuan yang dilihat sebagai obyek material filsafat adalah gejala ilmu-ilmu pengetahuan sebagai salah satu bidang pengetahuan khas menurut sebab musabab terakhir. Sedangkan ilmu pengetatuan adalah ilmu pengetahuan yang diatur secara sistematis dan langkah-langkah pencapaiannya dipertanggungjawabkan secara teoritis (Verhaak , 1998:3). Ilmu pengetahuan mempunyai tiga syarat keilmuan : 1. Deduktif (ilmu-ilmu formal), adalah ilmu yang berurusan dengan simbol-simbol, abstrak-abstrak deduktif ingin segera menangkap susunan keniscayaan (structure of necessity) yang mendasari segala kenyataan secara ‘’apriori’’ (prius =sebelum, ilmu ini saling mendahului adanya segala kenyataan ). Cara kerja deduksi dilakukan pada ilmu pasti. Deduksi merupakan penalaran kesimpulan yang wilayahnya lebih sempit daripada wilayah premisnya.Struktur keterangan ilmiahnya terdiri atas gejala yang akan diterapkan (explanandum) dan keterangan (explanans). Ilmu Budaya Dasar dapat saja pengetahuannya diperoleh secara deduksi, tetapi kenyataannya diperoleh dari kelompok ilmu-ilmu humaniora, yang tentu paradigma beranekaragam, yang dimunculkan hanya dalam rangka mengkaji masalah-masalah budaya, sehingga lebih bersifat pragmatis atau hanya dalam rangka aksiologis (kepentingan fungsi atau manfaatnya). Contohnya: Premis 1: Semua angsa putih Premis 2: Ini seekor angsa Kesimpulan: Angsa ini putih Contoh lain: Premis 1: Kalau hujan, maka jalan basah Premis 2: Sedang hujan Kesimpulan: Jalan basah 2. Induktif (ilmu-ilmu Empiris), ilmu empiris sering disebut induksi atau disebut cara kerja ‘’aposteriori’’, artinya ilmu itu diperoleh setelah melalui pengalaman- pengalaman, Pemeriksaan kesimpulan secara induktif dilakukan dengan mengambil terlebih dahulu beberapa kasus yang harus diamati, untuk kemudian disimpulkan secara umum Contoh: Selama bulan Oktober beberapa tahun terakhir terus hujan, namun belum tentu bulan Oktober ini akan hujan. Ilmu Budaya Dasar yang obyek formalnya nilai, akan mengalami akumulasi nilai yang diperoleh melalui pengalaman hidup, saling berinteraksi nilai, yang akhirnya sampai pada nilai hasil seleksi terus menerus untuk kemudian diserapnya dan terinternalisasi (pembatinan). Sehingga nilai tersebut menjadi berperan dan menjadi bagian hidupnya. Bagi IBD ungkapan bahasanya tidak dibatasi, malahan nilai itulah yang menguasai segi ilmiah, ada semacam rasionalisasi untuk mengungkapkan kebenaran suatu nilai. Oleh karena itu IBD adalah terikat nilai, tidak bebas nilai, sebab obyek materialnya adalah nilai-nilai dasar manusia. Ilmu Budaya Dasar Peran filsafat ilmu pengetahuan adalah memeriksa sebab akibat dengan bertitik tolak pada gejala ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari menggali tentang kebenaran, kepastian, obyektivitas dan abstraksi, intuisi serta dari mana asal dan kemana arah pengetahuan. Pemetaan wilayah filsafat ilmu dalam lingkungan manusia, meliputi tiga jawaban dari pertanyaan 1. Apa yang dapat saya ketahui (epistemologi) 2. Apa yang dapat saya lakukan (axiologi) 3. Apa yang dapat saya harapkan (ontologi) Sedangkan aspek ontologisnya (apa yang diperoleh) oleh IBD adalah dari hasil eklektik (gabungan) sekumpulan asumsi atau proposisi (susunan variabel) dari kelompok humaniora. Segi epistemologinya(cara memperoleh pengetahuan tersebut) dalam kajian IBD lebih mengutamakan hasil pengalaman subyektif. Aspek aksiologisnya adalah aplikasi nilai-nilai dasar manusia untuk kelangsungan hidupnya, sampai sejauh mana pemanfaatan nilai-nilai dasar tersebut. Epistomologi artinya adalah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar untuk menjawab permasalahan mengenai dunia empiris yang akan digunakan sebagai alat untuk meramalkan dan mengontrol gejala empiris (Suriasumantri, 1987: 106). Epistomologi sebagai cabang filsafat yang mengkaji hakekat pengetahuan, meliputi empat ciri khas yaitu : (1). Sumber pengetahuan, diperoleh melalui penalaran (rasio) proses deduksi dan dengan cara pengalaman konkrit (empiris) proses induksi. (2). Batas ilmu pengetahuan, yang diketahui hanyalah gejala (fenomenon) yang merupakan penampakan kesadaran inderawi batas ruang dan waktu. Ada yang lebih penting lagi dibelakang ‘’fenomenon’’ yaitu ‘’nomenon’’ sebagai kebenaran metaempirik. Baik yang nampa (fenomena) maupun yang tidak nampak (noumena), keduanya adalah kajian IBD. Nilai-nilai dasar manusia dapat diamati melalui kepekaan batin terhadap gejala yang nampak. 3. Struktur, artinya ada yg ingin mengetahui sesuatu, subyek yg meneliti dan obyek yg diteliti. Subyek dalam menghadapi obyek dilakukan dg klarifikasi (verklaren) bagi ilmu alamiah sedangkan bagi ilmu sosial dg pemahaman (verstehen) dan kontekstual. 4. Keabsahan ditentukan oleh kebenaran, dg teori kebenaran, yaitu : a. Korespondensi, gagasan yg diuangkapkan lewat pengetahuan kemudian dicocokan dg reliata b. Koherensi, adanya kesesuaian/tdk bertentangan antara gagasan dg pernyataan lain atau dg sebelumnya c. Pragmatis, yaitu gagasan itu ada nilai gunanya dari segi praktis sbg manfaat Pengetahuan ilmiah tidak dapat terpisahkan dari 2 hal penting sbb : Proses heurastik (context of discovery), yaitu teori menemukan jalan utk menangani suatu masalah secara ilmiah. Context of discovery berusaha menyusun contex of justification sbg koreksi diri. Constext of justification, yaitu konteks pembenaran suatu pengetehuan ilmiah sbg proses pertanggungjawaban yg menyeluruh sbg suatu kebijaksanaan sebuah ilmu. Sebuah ilmu harus melalui metode sbg siklus, yg terdiri dari induksi, deduksi dan verifikasi. POKOK BAHASAN ILMU BUDAYA DASAR Menurut Budi Darma menyitir pendapat Arthur Koesler dalam The Act of Creation dan Wolter Kaufmann dalam The Future of The Humanities, bahwa masalah kemanusiaan dan budaya telah diungkapkan secara halus (refined) oleh nilai-nilai seni dan filsafat dalam karya seni dan filsafat yg merupakan perwujudan perasaan dan pemikiran orang terhadap masalah-masalah kemanusiaan dan budaya yg terjadi disekelilingnya. Tim Ilmu Budaya Dasar memilih 8 Topik sebagai pokok bahasan, sbb : 1. Manusia dan Cinta Kasih (cinta antara pria dan wanita, seks, kekeluargaan dan persaudaraan) 2. Manusia dan Keindahan (kontemplasi, eksistensi) 3. Manusia dan Penderitaan (nasib buruk, penyesalan, kehilangan yg dicintai) 4. Manusia dan Keadilan (rasa keadilan, perlakuan yg adil) 5. Manusia dan pandangan hidup (cita-cita, kebajikan) 6. Manusia dan tanggungjawab serta pengabdian (kesadaran, kewajiban, pengorbanan) 7. Manuisa dan kegelisahan (keterasingan, kesepian, ketidakpastian) 8. Manusia dan Harapan (kepercayaan diri, gairah mengatasi kesulitan) Topik-topik IBD yg formulasinya sesuai dg pandangan seseorang terhadap hidupnya, misalnya : Seks Kegelisahan Derita Keadilan Pengabdian Kasih Keyakinan Maut/mati TUJUAN MATA KULIAH ILMU BUDAYA DASAR 1. Mengusahakan penajaman kepekaan mahasiswa thdp lingkungan budaya, shg mereka akan lebih mudah menyesuaikan diri dg lingkungan yg baru terutama utk kepentingan profesi 2. Memberi kesempatan kepada mahasiswa utk dpt memperluas pandangan ttg kemanusiaan dan budaya 3. Berusaha menambah kemampuan mahasiswa utk menangani masalah dan nilai-nilai dlm lingkungan masyarakat tanpa terikat oleh disiplin ilmunya 4. Menjembatani para akademisi agar mereka lebih mampu berdialog satu sama lain.