Anda di halaman 1dari 6

Nama

: Arief Aulia Rahman

NIM

: 1402101010155

Kelas

: III

Sifat-sifat Bakteri Patogen


Patogen (Bahasa Yunani: , "penyebab penderitaan")
adalah agen biologis yang menyebabkan penyakit pada inangnya. Sebutan lain
dari patogen adalah mikroorganisme parasit. Umumnya istilah ini diberikan untuk
agen yang mengacaukan fisiologi normal hewan atau tumbuhan multiselular.
Namun, patogen dapat pula menginfeksi organisme uniselular dari semua
kerajaan biologi.
Umumnya, hanya organisme yang sangat patogen yang dapat
menyebabkan penyakit, sementara sisanya jarang menimbulkan penyakit.
Patogen oportunis adalah patogen yang jarang menyebabkan penyakit pada orangorang yang memiliki imunokompetensi (immunocompetent) namun dapat
menyebabkan penyakit/infeksi yang serius pada orang yang tidak memiliki
imunokompetensi (immunocompromised). Patogen oportunis ini umumnya adalah
anggota dari flora normal pada tubuh. Istilah oportunis sendiri merujuk kepada
kemampuan dari suatu organisme untuk mengambil kesempatan yang diberikan
oleh penurunan sistem pertahanan inang untuk menimbulkan penyakit.
Pada umumnya semua patogen pernah berada di luar sel tubuh dengan
rentang waktu tertentu (ekstraselular) saat mereka terpapar oleh
mekanisme antibodi, namun saat patogen memasuki fase intraselular yang tidak
terjangkau oleh antibodi, sel T akan memainkan perannya.
Virulensi adalah derajat tingkat patogenitas yang diukur oleh banyaknya
organisme yang diperlukan untuk menimbulkan penyakit pada jangka waktu
tertentu. Virulensi berkaitan erat dengan infeksi dan penyakit: infeksi merujuk

pada suatu situasi di mana suatu mikroorganisme telah menetap dan tumbuh pada
suatu inang, dalam hal ini mikrorganisme tersebut dapat melukai atau tidak
melukai inangnya; sementara penyakit adalah kerusakan atau cedera pada inang
yang mengganggu fungsi tubuh inang. Sebagai contoh, dosis letal 50%/ 50%
lethal dose (LD50) adalah jumlah organisme yang diperlukan untuk membunuh
setengah dari jumlah inang yang diserang. Sementara dosis infeksius 50%/ 50%
infectious dose (ID50) adalah jumlah organisme patogen yang dibutuhkan untuk
menginfeksi 50% dari total inang yang diserang. ID50 dari tiap organisme berbedabeda, sebagai contoh, Shigella memiliki ID50 kurang dari 100 organisme
sementara Salmonella memiliki ID50 sekitar 100.000 organisme. Dosis infeksius
dari suatu organisme tergantung dari faktor virulensi mereka.
Sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Patogen. Diakses pada 12 Desember 2015
Proses pasteurisasi bertujuan untuk membunuh seluruh mikroorganisme
baik pembusuk maupun patogen (Chotiah, ). Pemanasan pada suhu tinggi
bertujuan untuk membunuh seluruh mikroorganisme baik pembusuk maupun
patogen dan spora. Susu dapat tercemar oleh bakteri patogen atau nonpatogen
yang berasal dari sapi, peralatan pemerahan, ruang penyimpanan yang kurang
bersih, debu, udara, lalat dan penaganan oleh manusia (Volk dan Wheeler, 1990).
E. coli adalah salah satu bakteri patogen yang terdapat dalam susu sapi.
Dua hal penting dari E. coli O157:H7 yang berperan dalam patogenitas adalah
pertama diperlukan organisme hanya dengan jumlah yang sangat rendah kurang
lebih 100 sel dapat menyebabkan manusia sakit dan yang kedua termasuk bakteri
tahan asam (Krik dan Rowe, 1999). Menurut Cullins (1997) mengatakan bahwa
M. paratuberculosis lebih sensitif terhadap perlakuan pemanasan yang mematikan
dibandingkan dengan bakteri patogen lain seperti M. bovis dan Listeria spp.
Menurut Juffs dan Deeth (2007) M. paratuberculosis tidak dapat
mempertahankan hidup dengan perlakuan batch pasteurisasi (630C selama 30
menit) tetapi akan tahan pada pemanasan suhu 620C selama 15 detik. Susu

merupakan media pertumbuhan yang sangat baik bagi bakteri dan dapat menjadi
sarana potensial bagi penyebaran bakteri patogen.
Sumber:
Chotiah, Siti. Beberapa Bakteri Patogen yang Mungkin Dapat Ditemukan pada
Susu Sapi dan Pencegahannya. Balai Besar Penelitian Veteriner : Bogor
Daging merupakan salah satu bahan pangan asal hewan yang bernilai gizi
tinggi, sekaligus media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme.
Ketersediaan nutrisi dalam daging memungkinkan perkembangan
mikroorganisme yang bersifat perusak (spoilage) juga patogen khususnya
Salmonella sp. dan Escherichia coli. Keberadaan mikroorganisme dalam daging
dapat menyebabkan intoksikasi dan infeksi yang erat kaitannya dengan keamanan
pangan.
Sumber:
Suhardi. 2009. Isolasi dan Karakterisasi Ekstrak Kasar Daun Pakem (Pangium
edule Reinw.) Sebagai Penghambat Bakteri Patogen dan Pembusuk Daging. Jurnal
Teknologi Pertanian 4 (2) : 84-95
E. coli adalah anggota flora normal usus. E. coli berperan penting dalam
sintesis vitamin K, konversi pigmen-pigmen empedu, asam-asam empedu dan
penyerapan zat-zat makanan. E. coli termasuk ke dalam bakteri heterotrof yang
memperoleh makanan berupa zat oganik dari lingkungannya karena tidak dapat
menyusun sendiri zat organik yang dibutuhkannya. Zat organik diperoleh dari sisa
organisme lain. Bakteri ini menguraikan zat organik dalam makanan menjadi zat
anorganik, yaitu CO2, H2O, energi, dan mineral. Di dalam lingkungan, bakteri
pembusuk ini berfungsi sebagai pengurai dan penyedia nutrisi bagi tumbuhan
(Ganiswarna, 1995).
E. coli menjadi patogen jika jumlah bakteri ini dalam saluran pencernaan
meningkat atau berada di luar usus. E. coli menghasilkan enterotoksin yang
menyebabkan beberapa kasus diare. E. coli berasosiasi dengan enteropatogenik
menghasilkan enterotoksin pada sel epitel (Jawetz et al., 1995). Penyakit infeksi

yang disebabkan oleh bakteri patogen merupakan permasalahan kesehatan yang


pernah dihadapi oleh hampir setiap orang. Hingga saat ini, cara yang dilakukan
untuk pengobatan berbagai jenis penyakit infeksi adalah dengan pemberian
antibiotik. Jenis antibiotik yang paling banyak digunakan adalah betalaktam.
Antibiotik ini dipilih karena tingkat selektivitasnya tinggi, mudah diperoleh, dan
analog sintetiknya tersedia dalam jumlah banyak.
Sumber:
Kusuma, Sri Agung Fitri. 2010. Makalah Escherichia coli. Fakultas Farmasi
Unpad : Bandung

4 Faktor yang Membuat Bakteri Bersifat Patogen


1. Fimbriae
Fimbriae disebut juga pili adalah struktur yang menyerupai rambut yang
terdapat pada permukaan tubuh bakteri. Fimbriae membantu bakteri melekatkan
diri pada tempat-tempat tertentu dalam tubuh sehingga mencegah bakteri hanyut
oleh cairan tubuh. Fimbriae biasanya terdapat pada sebagian besar enterobacteria,
seperti E.coli. Bakteri jenis ini umumnya menyebabkan infeksi saluran kemih.
Jadi, rambut-rambut pili akan mencegah bakteri hanyut dari kandung kemih oleh
urin.
2. Flagela
Flagela adalah struktur panjang yang menyerupai ekor yang membantu
bakteri untuk berenang atau bergerak. Dengan flagela ini bakteri dapat berpindah
tempat sehingga meningkatkan faktor patogenesitas.
3. Toksin
Bakteri menghasilkan senyawa beracun yang menyebabkan efek
merugikan pada tubuh. Senyawa ini adalah toksin yang dapat memicu muntah dan
diare. Toksin ini dapat berbahaya karena menyebabkan nyeri hebat, demam tinggi
bahkan kelumpuhan. Semakin besar kemungkinan bakteri menghasilakan toksin
maka semakin besar pula sifat patogen pada bakteri.

4. Invasif
Beberapa bakteri memiliki kemampuan menyerang sel-sel tubuh sehingga
menyebabkan patogenesis. Bakteri membuat sel-sel menjadi rusak dan hancur saat
memakan isi sel.
Sumber:
http://www.amazine.co/22871/4-faktor-yang-membuat-bakteri-bersifat-patogen/.
Diakses pada 12 Desember 2015
Bakteri merupakan mikroorganisme bersel tunggal, tidak berklorofil dan
berkembangbiak dengan cara membelah diri. Ukuran bakteri lebih kecil dari
protozoa maupun fungsi satu sel. Pengamatan-pengamatan yang dilakukan
Leewenhoek merupakan pengamatan yang menampakan penampilan kasar bakteri
yang hanya menampakan sel bulat, seperti batang atau spiral. Perkembangan
pengamatan sel bakteri sampai dengan sebelum tahun 1940-an meliputi teknik
pewarnaan ternyata dapat memperbaiki apa yang diamati Leewenhoek sehingga
dapat lebih tepat mengamati morfologi bakteri yang meliputi : bentuk, ukuran,
struktur luar, dan pola penataan bakteri. Morfologi bakteri dapat berupa morfologi
koloni dan morfologi sel bakteri. Koloni bakteri merupakan kumpulan bakteri
sejenis hasil reproduksi yang mengumpul pada satu tempat di medium kultur atau
kumpulan bakteri pada medium kultur yang berasal dari hasil pertumbuhan atau
keturunan dari satu sel bakteri.
Umumnya bakteri patogen tanaman berbentuk batang. Diantara bakteri
terdapat golongan yang mempunyai alat gerak yang disebut flagellum dan ada
yang tidak mempunyai alat gerak (atrichus). Bakteri yang hanya mempunyai satu
alat gerak disebut 'monotrichus', satu berkas alat gerak pada salah satu ujung
disebut 'lofotrichus', terdapat di kedua ujungnya disebut 'amphitrichus', dan bila di
seluruh tubuh disebut 'peritrichus'. Sebagian besar bakteri berkembangbiak secara
aseksual, dengan cara memanjangkan sel diikuti dengan pembelahan sel menjadi
dua bagian sel anakan. Pembelahan demikian kita sebut pembelahan biner
melintang. Pembelahan biner melintang merupakan suatu proses reproduksi
aseksual. Pembelahan biner lebih banyak terjadi pada bakteri yang berkaitan

dengan tumbuh manusia. Bakteri-bakteri lain dapat berproduksi dengan proses


pembentukan spora, fragmentasi filamen, dan pertunasan.
Sumber:
Purnomo, Bambang. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi. Faperta Unib : Bengkulu

Anda mungkin juga menyukai