NIM
: 1402101010155
Kelas
: III
pada suatu situasi di mana suatu mikroorganisme telah menetap dan tumbuh pada
suatu inang, dalam hal ini mikrorganisme tersebut dapat melukai atau tidak
melukai inangnya; sementara penyakit adalah kerusakan atau cedera pada inang
yang mengganggu fungsi tubuh inang. Sebagai contoh, dosis letal 50%/ 50%
lethal dose (LD50) adalah jumlah organisme yang diperlukan untuk membunuh
setengah dari jumlah inang yang diserang. Sementara dosis infeksius 50%/ 50%
infectious dose (ID50) adalah jumlah organisme patogen yang dibutuhkan untuk
menginfeksi 50% dari total inang yang diserang. ID50 dari tiap organisme berbedabeda, sebagai contoh, Shigella memiliki ID50 kurang dari 100 organisme
sementara Salmonella memiliki ID50 sekitar 100.000 organisme. Dosis infeksius
dari suatu organisme tergantung dari faktor virulensi mereka.
Sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Patogen. Diakses pada 12 Desember 2015
Proses pasteurisasi bertujuan untuk membunuh seluruh mikroorganisme
baik pembusuk maupun patogen (Chotiah, ). Pemanasan pada suhu tinggi
bertujuan untuk membunuh seluruh mikroorganisme baik pembusuk maupun
patogen dan spora. Susu dapat tercemar oleh bakteri patogen atau nonpatogen
yang berasal dari sapi, peralatan pemerahan, ruang penyimpanan yang kurang
bersih, debu, udara, lalat dan penaganan oleh manusia (Volk dan Wheeler, 1990).
E. coli adalah salah satu bakteri patogen yang terdapat dalam susu sapi.
Dua hal penting dari E. coli O157:H7 yang berperan dalam patogenitas adalah
pertama diperlukan organisme hanya dengan jumlah yang sangat rendah kurang
lebih 100 sel dapat menyebabkan manusia sakit dan yang kedua termasuk bakteri
tahan asam (Krik dan Rowe, 1999). Menurut Cullins (1997) mengatakan bahwa
M. paratuberculosis lebih sensitif terhadap perlakuan pemanasan yang mematikan
dibandingkan dengan bakteri patogen lain seperti M. bovis dan Listeria spp.
Menurut Juffs dan Deeth (2007) M. paratuberculosis tidak dapat
mempertahankan hidup dengan perlakuan batch pasteurisasi (630C selama 30
menit) tetapi akan tahan pada pemanasan suhu 620C selama 15 detik. Susu
merupakan media pertumbuhan yang sangat baik bagi bakteri dan dapat menjadi
sarana potensial bagi penyebaran bakteri patogen.
Sumber:
Chotiah, Siti. Beberapa Bakteri Patogen yang Mungkin Dapat Ditemukan pada
Susu Sapi dan Pencegahannya. Balai Besar Penelitian Veteriner : Bogor
Daging merupakan salah satu bahan pangan asal hewan yang bernilai gizi
tinggi, sekaligus media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme.
Ketersediaan nutrisi dalam daging memungkinkan perkembangan
mikroorganisme yang bersifat perusak (spoilage) juga patogen khususnya
Salmonella sp. dan Escherichia coli. Keberadaan mikroorganisme dalam daging
dapat menyebabkan intoksikasi dan infeksi yang erat kaitannya dengan keamanan
pangan.
Sumber:
Suhardi. 2009. Isolasi dan Karakterisasi Ekstrak Kasar Daun Pakem (Pangium
edule Reinw.) Sebagai Penghambat Bakteri Patogen dan Pembusuk Daging. Jurnal
Teknologi Pertanian 4 (2) : 84-95
E. coli adalah anggota flora normal usus. E. coli berperan penting dalam
sintesis vitamin K, konversi pigmen-pigmen empedu, asam-asam empedu dan
penyerapan zat-zat makanan. E. coli termasuk ke dalam bakteri heterotrof yang
memperoleh makanan berupa zat oganik dari lingkungannya karena tidak dapat
menyusun sendiri zat organik yang dibutuhkannya. Zat organik diperoleh dari sisa
organisme lain. Bakteri ini menguraikan zat organik dalam makanan menjadi zat
anorganik, yaitu CO2, H2O, energi, dan mineral. Di dalam lingkungan, bakteri
pembusuk ini berfungsi sebagai pengurai dan penyedia nutrisi bagi tumbuhan
(Ganiswarna, 1995).
E. coli menjadi patogen jika jumlah bakteri ini dalam saluran pencernaan
meningkat atau berada di luar usus. E. coli menghasilkan enterotoksin yang
menyebabkan beberapa kasus diare. E. coli berasosiasi dengan enteropatogenik
menghasilkan enterotoksin pada sel epitel (Jawetz et al., 1995). Penyakit infeksi
4. Invasif
Beberapa bakteri memiliki kemampuan menyerang sel-sel tubuh sehingga
menyebabkan patogenesis. Bakteri membuat sel-sel menjadi rusak dan hancur saat
memakan isi sel.
Sumber:
http://www.amazine.co/22871/4-faktor-yang-membuat-bakteri-bersifat-patogen/.
Diakses pada 12 Desember 2015
Bakteri merupakan mikroorganisme bersel tunggal, tidak berklorofil dan
berkembangbiak dengan cara membelah diri. Ukuran bakteri lebih kecil dari
protozoa maupun fungsi satu sel. Pengamatan-pengamatan yang dilakukan
Leewenhoek merupakan pengamatan yang menampakan penampilan kasar bakteri
yang hanya menampakan sel bulat, seperti batang atau spiral. Perkembangan
pengamatan sel bakteri sampai dengan sebelum tahun 1940-an meliputi teknik
pewarnaan ternyata dapat memperbaiki apa yang diamati Leewenhoek sehingga
dapat lebih tepat mengamati morfologi bakteri yang meliputi : bentuk, ukuran,
struktur luar, dan pola penataan bakteri. Morfologi bakteri dapat berupa morfologi
koloni dan morfologi sel bakteri. Koloni bakteri merupakan kumpulan bakteri
sejenis hasil reproduksi yang mengumpul pada satu tempat di medium kultur atau
kumpulan bakteri pada medium kultur yang berasal dari hasil pertumbuhan atau
keturunan dari satu sel bakteri.
Umumnya bakteri patogen tanaman berbentuk batang. Diantara bakteri
terdapat golongan yang mempunyai alat gerak yang disebut flagellum dan ada
yang tidak mempunyai alat gerak (atrichus). Bakteri yang hanya mempunyai satu
alat gerak disebut 'monotrichus', satu berkas alat gerak pada salah satu ujung
disebut 'lofotrichus', terdapat di kedua ujungnya disebut 'amphitrichus', dan bila di
seluruh tubuh disebut 'peritrichus'. Sebagian besar bakteri berkembangbiak secara
aseksual, dengan cara memanjangkan sel diikuti dengan pembelahan sel menjadi
dua bagian sel anakan. Pembelahan demikian kita sebut pembelahan biner
melintang. Pembelahan biner melintang merupakan suatu proses reproduksi
aseksual. Pembelahan biner lebih banyak terjadi pada bakteri yang berkaitan